(Rungkut
Megah Raya, blok D no 16.00
Minggu,
tgl 14 Juni 2015, pk 17.00
Pdt. Budi Asali, M. Div.
c) Mat 26:24 - “Anak
Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia,
akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak
Manusia itu diserahkan. Adalah
lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan.’”.
Mark
14:21 - “Anak
Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia,
akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak
Manusia itu diserahkan. Adalah
lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan.’”.
Bdk.
Luk 22:22 - “Sebab
Anak Manusia memang akan pergi seperti yang telah ditetapkan, akan
tetapi, celakalah orang yang olehnya Ia diserahkan!’”.
1. Bagian awal dari ayat-ayat di atas menunjukkan bahwa dosa
Yudas Iskariot sudah
dinubuatkan (Mark 14:21a Mat
26:24a), bahkan sudah
ditetapkan oleh Tuhan (Luk 22:22a), sehingga dosa itu pasti terjadi.
Baik
dalam tafsirannya tentang Mat 26:24, Mark 14:21, maupun Luk 22:22, Adam Clarke
menghindari untuk membicarakan apapun berkenaan dengan kata-kata ‘sesuai
dengan yang ada tertulis tentang dia’
dan ‘seperti
yang telah ditetapkan’! Saya sangat ingin tahu bagaimana orang Arminian ini menafsirkan
ayat-ayat itu, khususnya Luk 22:22, tetapi ternyata dia tidak berkomentar
apa-apa! Tetapi penafsir Arminian yang lain, yaitu Lenski, memberikan komentar
tentang hal ini.
Lenski
(tentang Luk 22:22): “‘Because
the Son of man goes according to what has been determined.’ Acts 2:23. This
thing did not happen merely by chance; nor was Jesus the prey of Judas who was
helpless in the hands of the traitor. He who is man and yet more than man (see
5:24) goes (to his death) according to God’s own determination. The idea
is not that God determined the betrayal by Judas - that was the traitor’s
own act; God determined that his Son should not deliver himself from that
betrayal (Matt. 26:54) because God desired our salvation through the sacrifice
of his Son. ‘Nevertheless,’ although Jesus was to die thus, ‘woe to
that man through whom he is being betrayed!’ Luke does not add that it were
better if he had never been born, Matt. 26:24. Judas is fully responsible for
what he is doing.” [= ‘Karena Anak Manusia pergi sesuai dengan apa yang telah ditentukan’. Kis
2:23. Hal ini tidak terjadi semata-mata karena kebetulan; juga bukan bahwa
Yesus adalah mangsa dari Yudas, yang tak punya pengharapan dalam tangan dari
sang pengkhianat. Ia yang adalah manusia tetapi lebih dari manusia (lihat
5:24) pergi (pada kematianNya) sesuai dengan penentuan Allah sendiri. Gagasannya
bukanlah bahwa Allah menentukan pengkhianatan oleh Yudas - itu adalah tindakan
si pengkhianat sendiri; Allah menentukan bahwa AnakNya tidak boleh membebaskan
diriNya sendiri dari pengkhianatan itu (Mat 26:54) karena Allah
menginginkan keselamatan kita melalui pengorbanan AnakNya.
‘Sekalipun demikian’, sekalipun Yesus harus mati seperti itu, ‘celakalah
orang melalui siapa ia dikhianati!’ Lukas tidak menambahkan bahwa adalah
lebih baik seandainya ia tidak pernah dilahirkan’, Mat 26:24. Yudas
bertanggung jawab sepenuhnya untuk apa yang sedang ia lakukan.].
Kis 2:23
- “Dia
yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencanaNya,
telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka.”.
Luk 5:24
- “Tetapi
supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa’
- berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu -: ‘Kepadamu Kukatakan, bangunlah,
angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!’”.
Mat 26:54 - “Jika begitu, bagaimanakah akan digenapi yang tertulis dalam Kitab Suci, yang mengatakan, bahwa harus terjadi demikian?’”.
Catatan:
ini tafsiran konyol dan terang-terangan membengkokkan ayat! Bagaimana mungkin
setelah mengutip Kis 2:23, orang Arminian ini tahu-tahu bisa mengatakan
bahwa pengkhianatan Yudas tidak ditentukan oleh Allah, dan yang ditentukan
Allah hanya bahwa Yesus tidak membebaskan diriNya sendiri???
Calvin
(tentang Mat 26:24): “I
am aware of the manner in which some commentators endeavor to avoid this rock.
They acknowledge that what had been written was accomplished through the agency
of Judas, because God testified by predictions what He foreknew. By way of
softening the doctrine, which appears to them to be somewhat harsh, they
substitute the foreknowledge of God in place of the decree, as
if God merely beheld from a distance future events, and did not arrange them
according to his pleasure. But very differently does the Spirit settle this
question; for not only does he assign as the reason why Christ was delivered up,
that ‘it
was so written,’ but also that it was so ‘determined.’ For
where Matthew and Mark quote Scripture, Luke leads us direct to the heavenly
decree, saying, ‘according
to what was determined;’ as also in the Acts of the
Apostles, he shows that Christ ‘was
delivered’ not only ‘by the foreknowledge,’ but
likewise by
the fixed purpose of God, (Acts 2:25) and a little
afterwards, that ‘Herod
and Pilate,’ with other wicked men,
‘did those things which had been foreordained by the hand and purpose of
God,’ (Acts 4:27, 28.) Hence it is evident that it is but an ignorant
subterfuge which is employed by those who betake themselves to bare
foreknowledge.” [= Saya
menyadari tentang cara dengan mana sebagian penafsir berusaha untuk menghindari
batu karang ini. Mereka mengakui bahwa apa yang telah ditulis dicapai melalui
ke-agen-an Yudas, karena Allah menyaksikan oleh ramalan / nubuat apa yang telah
Ia ketahui sebelumnya. Dengan cara melunakkan doktrin ini, yang terlihat bagi
mereka agak keras / tajam, mereka menggantikan ‘pengetahuan lebih dulu dari
Allah’ di tempat dari ‘ketetapan’, seakan-akan Allah hanya melihat dari
jauh kejadian-kejadian yang akan datang, dan tidak mengatur mereka sesuai
kesenanganNya. Tetapi Roh membereskan / menjawab pertanyaan ini dengan
cara yang sangat berbeda; karena Ia memberikan
sebagai alasan mengapa Kristus diserahkan, bukan hanya bahwa ‘ada tertulis’,
tetapi juga bahwa itu ‘ditentukan’. Karena
dimana Matius dan Markus mengutip Kitab Suci, Lukas membimbing kita langsung
pada ketetapan surgawi, dengan mengatakan ‘seperti yang telah ditetapkan’;
seperti juga dalam Kisah Para Rasul, ia menunjukkan
bahwa Kristus ‘diserahkan’ bukan hanya ‘oleh pengetahuan lebih dulu’,
tetapi juga ‘oleh rencana yang tetap dari Allah’ (Kis 2:25) dan setelah itu,
bahwa ‘Herodes dan Pilatus’, dengan orang-orang jahat yang lain
‘melaksanakan hal-hal yang telah ditentukan lebih dulu oleh tangan / kuasa dan
rencana Allah’ (Kis 4:27-28.) Karena itu adalah jelas bahwa itu
hanya merupakan dalih / alasan yang bodoh yang digunakan oleh mereka yang
menyerahkan diri mereka pada semata-mata pengetahuan lebih dulu.].
Catatan:
Kis 2:25 seharusnya adalah Kis 2:23.
Kis
2:23 - “Dia
yang diserahkan Allah menurut
maksud dan rencanaNya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan
bangsa-bangsa durhaka.”.
Kis
4:27-28 - “(27)
Sebab sesungguhnya telah berkumpul di dalam kota ini Herodes dan Pontius Pilatus
beserta bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa Israel melawan Yesus, HambaMu yang
kudus, yang Engkau urapi, (28) untuk
melaksanakan segala sesuatu yang telah Engkau tentukan dari semula oleh kuasa
dan kehendakMu.”.
Barnes’
Notes (tentang Mat 26:24):
“‘As
it is written of him.’ That is, as it is ‘written’ or prophesied of him in
the Old Testament. ... Luke (Luke 22:22) says, ‘as it was determined.’ In
the Greek, as it was ‘marked out by a boundary’ - that is, in the divine
purpose. It was the previous INTENTION of God to give him up to die for sin, or
it could not have been certainly predicted. It is also declared to have been by
his ‘determinate counsel and foreknowledge.’ See the notes at Acts 2:23.”
[= ‘Seperti yang ada tertulis
tentang Dia’. Yaitu, seperti yang dituliskan atau dinubuatkan tentang dia
dalam Perjanjian Lama. ... Lukas (Luk 22:22) mengatakan, ‘seperti yang telah
ditentukan’. Dalam bahasa Yunani, seperti itu ‘ditandai dengan suatu
batasan’ - yaitu, dalam rencana ilahi. Merupakan
maksud Allah sebelumnya untuk
menyerahkan dia untuk mati untuk dosa, atau itu tidak bisa telah diramalkan
dengan pasti.
Itu juga dinyatakan oleh ‘rencana dan pra pengetahuan yang tertentu /
tetap’. Lihat catatan pada Kis 2:23.].
Barnes’
Notes (tentang Kis 2:23):
“‘Foreknowledge.’
This word denotes ‘the seeing beforehand of an event yet to take place.’ It
implies: 1. Omniscience; and, 2. That the event is fixed and certain. To foresee
a contingent event, that is, to foresee that an event will take place when it
may or may not take place, is an absurdity. Foreknowledge, therefore, implies
that for some reason the event will certainly take
place. What that reason is, the word itself does not determine. As,
however, God is represented in the Scriptures as purposing or determining future
events; as they could not be foreseen by him unless he had so determined, so the
word sometimes is used in the sense of determining beforehand, or as synonymous
with decreeing, Rom 8:29; 11:2.” [= ‘Pra pengetahuan’. Kata
ini berarti ‘melihat sebelumnya tentang suatu peristiwa yang akan terjadi’.
Itu secara implicit menunjukkan: 1. Kemahatahuan; dan, 2. Bahwa peristiwa itu
tertentu dan pasti. Melihat lebih dulu suatu
peristiwa yang tidak pasti, yaitu, melihat lebih dulu bahwa suatu peristiwa akan
terjadi pada saat itu bisa terjadi atau bisa tidak terjadi, merupakan sesuatu
yang konyol / menggelikan. Karena itu pra pengetahuan secara implicit
menunjukkan bahwa untuk alasan tertentu peristiwa itu pasti akan terjadi. Apa
alasan itu, kata itu sendiri tidak menentukan. Tetapi
karena Allah digambarkan dalam Kitab Suci sebagai merencanakan dan menentukan
peristiwa-peristiwa yang akan datang; karena
peristiwa-peristiwa itu tidak bisa dilihat lebih dulu oleh Dia kecuali Ia telah
menentukannya demikian, maka kata
itu kadang-kadang digunakan dalam arti dari menentukan lebih dulu, atau sebagai
sinonim dengan menetapkan, Ro 8:29; 11:2.].
Ro
8:29 - “Sebab
semua orang yang dipilihNya dari semula,
mereka juga ditentukanNya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran
AnakNya, supaya Ia, AnakNya itu, menjadi yang sulung di antara banyak
saudara.”.
KJV:
‘whom he did foreknow’
[= yang Ia ketahui lebih dulu].
RSV/NIV/NASB
mirip
dengan KJV.
Ro
11:2 - “Allah
tidak menolak umatNya yang dipilihNya.
Ataukah kamu tidak tahu, apa yang dikatakan Kitab Suci tentang Elia, waktu ia
mengadukan Israel kepada Allah:”.
KJV:
‘which he foreknew’
[= yang Ia ketahui lebih dulu].
RSV/NIV/NASB
mirip
dengan KJV.
2. Kata ‘celakalah’
dalam ayat-ayat ini menunjukkan bahwa sekalipun dosa Yudas Iskariot sudah
dinubuatkan, bahkan sudah ditetapkan oleh Tuhan, tetapi
tanggung jawab dari orang itu tak berkurang sedikitpun.
Matthew
Henry (tentang Mat 26:24):
“though
God can serve his own purposes by the sins of men, that doth not make the
sinner’s condition the less woeful; It had been good for that man, if he had
not been born.”
[= sekalipun Allah bisa memajukan rencanaNya sendiri oleh dosa-dosa manusia, itu
tidak membuat kondisi orang berdosa berkurang celakanya; Adalah lebih baik bagi
orang itu seandainya ia tidak dilahirkan.].
C.
H. Spurgeon (tentang Mat 26:24):
“We learn from our Lord’s words that divine decrees do not deprive a sinful
action of its guilt: ‘The Son of man goeth as it is written of him: but woe
unto that man by whom the Son of man is betrayed.’ His criminality is just as
great as though there had been no ‘determinate counsel and foreknowledge of
God.’”
[= Kita belajar dari kata-kata Tuhan kita bahwa ketetapan-ketetapan ilahi tidak
mencabut / membuang kesalahan dari suatu tindakan berdosa: ‘Anak Manusia memang akan
pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang
yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan’.
Kekriminalannya sama besarnya seandainya di sana tidak ada ‘rencana yang
ditentukan dan pra pengetahuan dari Allah’.]
- ‘THE GOSPEL ACCORDING TO MATTHEW’ (Libronix).
Pulpit
Commentary (tentang Mark 14:21):
“It
was foreordained by God that he was to suffer as a victim for the sins of the
whole world. But this predestined purpose of God did not make the guilt any the
less of those who brought the Savior to his cross.”
[= Telah ditentukan lebih dulu oleh Allah bahwa Ia harus menderita sebagai suatu
korban untuk dosa-dosa dari seluruh dunia. Tetapi rencana Allah yang ditentukan
ini tidak membuat kesalahan berkurang apapun dari mereka yang membawa sang
Juruselamat pada salibNya.].
Calvin
(tentang Mat 26:24):
“And yet Christ does not affirm that Judas was freed from blame, on the
ground that he did nothing but what God had appointed. For though God, by
his righteous judgment, appointed for the price of our redemption the death of
his Son, yet nevertheless, Judas, in betraying Christ, brought upon himself
righteous condemnation, because he was full of treachery and avarice. In short, God’s
determination that the world should be redeemed, does not at all interfere with
Judas being a wicked traitor. Hence we perceive, that though men can do nothing
but what God has appointed, still this does not free them from condemnation,
when they are led by a wicked desire to sin. For though God directs them, by an
unseen bridle, to an end which is unknown to them, nothing is farther from their
intention than to obey his decrees. Those two principles, no doubt, appear
to human reason to be inconsistent with each other, that God regulates the
affairs of men by his Providence in such a manner, that nothing is done but by
his will and command, and yet he damns the reprobate, by whom he has carried
into execution what he intended. But we see how Christ, in this passage,
reconciles both, by pronouncing a curse on Judas, though what he contrived
against God had been appointed by God; not that Judas’s act of betraying ought
strictly to be called the work of God, but because God turned the treachery of
Judas so as to accomplish His own purpose.” [= Tetapi
Kristus tidak menegaskan bahwa Yudas bebas dari kesalahan, karena ia
hanya melakukan apa yang telah Allah tetapkan.
Karena sekalipun Allah, oleh penghakimanNya yang benar, menetapkan sebagai harga
penebusan kita kematian dari AnakNya, tetapi sekalipun demikian, Yudas, dalam
mengkhianati Kristus, membawa kepada dirinya sendiri penghukuman yang benar,
karena ia penuh dengan pengkhianatan dan ketamakan. Singkatnya, penentuan
Allah bahwa dunia harus ditebus, sama sekali tidak mencampuri keberadaan Yudas
sebagai seorang pengkhianat yang jahat. Karena
itu kita memahami bahwa sekalipun manusia tidak
bisa melakukan apapun kecuali apa yang telah Allah tetapkan, hal ini tetap tidak
membebaskan manusia dari penghukuman, pada waktu mereka dibimbing pada dosa oleh
suatu keinginan yang jahat. Karena sekalipun
Allah mengarahkan mereka, oleh suatu kekang yang tak terlihat, pada suatu tujuan
yang tidak mereka ketahui, mereka sama sekali tidak bermaksud untuk mentaati
ketetapan-ketetapanNya. Tidak diragukan
bahwa dua prinsip itu terlihat bagi akal manusia sebagai tidak konsisten satu
dengan yang lain, bahwa Allah mengatur
urusan-urusan / perkara-perkara manusia oleh ProvidensiaNya dengan cara
sedemikian rupa, sehingga tidak ada yang terjadi kecuali oleh kehendak dan
perintahNya, tetapi Ia menyalahkan / menghukum orang-orang jahat, oleh siapa Ia
melaksanakan apa yang Ia maksudkan. Tetapi
kita melihat bagaimana Kristus, dalam text
ini, memperdamaikan keduanya, dengan mengumumkan suatu kutukan pada Yudas,
sekalipun apa yang ia buat / rencanakan terhadap Allah telah ditetapkan oleh
Allah; bukan bahwa tindakan pengkhianatan
Yudas secara ketat harus disebut sebagai pekerjaan Allah, tetapi karena Allah
membelokkan pengkhianatan Yudas supaya mencapai tujuan / rencanaNya sendiri.].
Barnes’
Notes (tentang Mat 26:24):
“This
punishment of Judas proves, also, that sinners cannot take shelter for their
sins in the decrees of God, or plead them as an excuse. God will punish crimes
for what they ‘are in themselves.’ His own deep and inscrutable purposes in
regard to human actions will not change ‘the nature’ of those actions, or
screen the sinner from the punishment which he deserves.”
[= Hukuman Yudas ini juga membuktikan bahwa orang-orang berdosa tidak bisa
berlindung dari dosa-dosa mereka dalam ketetapan-ketetapan ilahi Allah, atau
menggunakan mereka sebagai suatu alasan. Allah akan menghukum
kejahatan-kejahatan untuk apa adanya mereka dalam diri mereka sendiri.
Rencana-rencanaNya sendiri yang dalam dan tak dimengerti berkenaan dengan
tindakan-tindakan manusia, tidak mengubah ‘sifat dasar’ dari
tindakan-tindakan itu, atau melindungi orang berdosa dari hukuman yang layak ia
dapatkan.].
William
Hendriksen (tentang Mat 26:24):
“nowhere
in Scripture does predestination and prophecy cancel human responsibility. So
also here: the expression ‘Woe to that man by whom the Son of man is
betrayed’ fully maintains the guilt and establishes the doom of the traitor.
Not to have been born would have been better for such a man. But he was born,
and is in the process of committing the gruesome deed. Therefore the entire
statement, ‘It would have been better for that man if he had not been born’
is an expression of unreality - a situation that can be changed only if Judas,
who remains fully responsible, still repents. We know that he did not repent.
Hence he faces everlasting damnation (25:46).”
[= tak ada dimanapun dalam Kitab Suci dimana predestinasi dan nubuat membatalkan
tanggung jawab manusia. Demikian juga di sini: ungkapan ‘Celakalah orang yang
olehnya Anak Manusia diserahkan’
secara penuh mempertahankan kesalahan dan menentukan nasib dari sang
pengkhianat. ‘Tidak dilahirkan’ merupakan akan lebih baik untuk orang
seperti itu. Karena itu, seluruh pernyataan ‘Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan’ merupakan suatu ungkapan yang tidak
nyata - suatu situasi yang bisa berubah hanya jika Yudas, yang tetap
bertanggung-jawab sepenuhnya, tetap bertobat. Kita tahu bahwa ia tidak bertobat.
Karena itu, Yudas menghadapi kutukan / hukuman kekal
(25:46).].
Mat 25:46 - “Dan mereka
ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke
dalam hidup yang kekal.’”.
A.
T. Robertson (tentang Yoh 13:18):
“‘That
the scripture might be fulfilled.’ ... This treachery of Judas was according
to the eternal counsels of God ..., but none the less Judas is responsible for
his guilt.”
[= ‘Supaya Kitab Suci bisa digenapi’. ... Pengkhianatan Yudas ini sesuai
dengan rencana kekal Allah ..., tetapi bagaimanapun Yudas bertanggung jawab
untuk kesalahannya.].
3. Ini menunjukkan bahwa ajaran-ajaran di bawah ini
merupakan ajaran-ajaran yang salah.
a. Ajaran tentang ‘annihilation’ [= pemusnahan].
b. Ajaran tentang ‘hukuman sementara’ di neraka.
c. Universalisme [= ajaran yang mengatakan bahwa akhirnya semua orang
akan masuk surga].
dan
sekaligus membuktikan bahwa Yudas masuk neraka, yang merupakan hukuman KEKAL!
Adam
Clarke (tentang Mat 26:24):
“‘It
had been good for that man.’ Can this be said of any sinner, in the common
sense in which it is understood, if there be any redemption from hell’s
torments? If a sinner should suffer millions of millions of years in them, and
get out at last to the enjoyment of heaven, then it was well for him that he had
been born, for still he has an eternity of blessedness before him. Can the
doctrine of the non-eternity of hell’s torments stand in the presence of this
saying? Or can the doctrine of the annihilation of the wicked consist with this
declaration? It would have been well for that man if he had never been born!
Then he must be in some state of conscious existence, as non-existence is said
to be better than that state in which he is now found. It was common for the
Jews to say of any flagrant transgressor, ‘It would have been better for him
had he never been born.’” [= ‘Adalah lebih baik bagi orang itu’. Bisakah
ini dikatakan tentang orang berdosa manapun, dalam akal sehat dalam mana itu
dimengerti, jika di sana ada penebusan apapun dari siksaan-siksaan neraka?
Seandainya seorang berdosa harus menderita berjuta-juta tahun dalam
siksaan-siksaan itu, dan akhirnya keluar pada penikmatan surga, maka adalah
lebih baik bagi dia bahwa ia telah dilahirkan, karena ia tetap mempunyai suatu
kekekalan dari kebahagiaan / keadaan diberkati di hadapannya. Bisakah doktrin
dari siksaan-siksaan neraka yang tidak kekal
bertahan di depan perkataan ini? Atau bisakah doktrin
pemusnahan orang jahat ada bersama dengan pernyataan ini? Adalah
lebih baik bagi orang itu seandainya ia tidak dilahirkan! Maka ia harus / pasti
berada dalam suatu keadaan dari keberadaan yang sadar, karena ‘tidak mempunyai
keberadaan’ dikatakan sebagai lebih baik dari pada keadaan itu dalam mana ia
sekarang ditemukan / didapati.].
Catatan:
dalam komentarnya ini kelihatannya Adam Clarke menganggap bahwa kata-kata itu
berarti ‘masuk neraka selama-lamanya’. Bagaimana ini bisa sesuai dengan
komentarnya pada akhir dari Kis 1, yang sudah kita pelajari dalam pelakaran yang
lalu, yang membuka peluang untuk selamat bagi Yudas Iskariot, merupakan sesuatu
yang tidak bisa saya mengerti!
Ironside
(tentang Mat 26:17-25): “‘It had been good for that man if he had not been born!’ These words
destroy the vain hope of the universalist, for they tell us of one man at least
for whom it had been better not to have lived. This could not be true if Judas
were ever to be saved.”
[= ‘Adalah lebih baik bagi orang itu seandainya ia tidak dilahirkan!’
Kata-kata ini menghancurkan pengharapan sia-sia dari orang-orang yang menganut pandangan
Universalisme, karena kata-kata ini memberitahu kita tentang
setidaknya satu orang, bagi siapa adalah lebih baik untuk tidak pernah hidup.
Ini tidak bisa benar seandainya Yudas pernah diselamatkan.].
Barnes’
Notes (tentang Mat 26:24):
“‘Woe
unto that man ...’ The crime is great and awful, and he will be punished
accordingly. He states the greatness of his misery or ‘woe’ in the phrase
following. ‘It had been good ...’ That is, it would have been better for him
if he had not been born; ... In relation to Judas, it PROVES the following
things ... that his punishment would be ETERNAL. If there should be any period
when the sufferings of Judas should end, and he be restored and raised to
heaven, the blessings of that ‘happiness without end’ would infinitely
overbalance all the sufferings he could endure in a limited time, and
consequently it would NOT be true that it would have been better for him not to
have been born. Existence, to him, would, on the whole, be an infinite blessing.
This passage proves further that, in relation to ONE wicked man, the sufferings
of hell will be eternal. If of one, then it is equally certain and proper that
all the wicked will perish forever.”
[= ‘Celakalah orang itu ...’ Kejahatannya besar dan mengerikan, dan ia akan
dihukum sesuai dengan itu. Ia menyatakan kebesaran dari keadaan penderitaannya
atau ‘celaka’ dalam ungkapan sebagai berikut. ‘Adalah lebih baik ...’
Artinya, adalah lebih baik baginya seandainya ia tidak dilahirkan; ... Berhubungan
dengan Yudas, itu membuktikan
hal-hal berikut ini ... bahwa penghukumannya akan KEKAL. Seandainya
di sana ada suatu masa dimana penderitaan Yudas berhenti, dan ia dipulihkan dan
diangkat ke surga, berkat-berkat dari ‘kebahagiaan tanpa akhir’ itu akan
lebih besar secara tak terhingga dari semua penderitaan-penderitaan yang bisa ia
tahan dalam suatu waktu yang terbatas, dan karena itu adalah TIDAK benar bahwa
‘adalah lebih baik baginya untuk tidak dilahirkan’. Keberadaan, bagi dia,
secara keseluruhan, akan merupakan suatu berkat yang tak terhingga. Text
ini membuktikan lebih jauh bahwa berhubungan dengan SATU orang jahat,
penderitaan-penderitaan neraka bersifat kekal. Jika
itu pasti dan benar tentang satu orang, maka secara sama pasti dan benar bahwa
semua orang jahat akan binasa selama-lamanya.].
Pulpit
Commentary (tentang Mat 26:24):
“‘It
had been good for that man if he had not been born;’ literally, ‘it were
good for him if that man had not been born.’ Jesus says this, knowing what the
fate of Judas would be in the other world. There is no hope here held out of
alleviation or end of suffering, or of ultimate restoration. It is a rayless
darkness of despair. Had there been any expectation of relief or of recovery of
God’s favour, existence would be a blessing even to the worst of sinners; for
they would have eternity still before them in which to enjoy their pardon and
purification; and in such case it could not be said of them that it were better
for them never to have been born.” [= ‘Adalah lebih baik bagi orang itu
seandainya ia tidak dilahirkan’; secara hurufiah, ‘adalah baik bagi dia jika
orang itu tidak dilahirkan’. Yesus mengatakan ini,
dengan mengetahui apa yang akan menjadi nasib dari Yudas di dunia yang lain.
Di sana tidak ada pengharapan yang diulurkan /
ditawarkan di sini tentang pengurangan atau akhir dari penderitaan, atau tentang
pemulihan akhir. Itu adalah suatu kegelapan pengharapan tanpa sinar. Seandainya
di sana ada pengharapan apapun tentang pembebasan atau tentang pemulihan dari
kebaikan Allah, keberadaan akan merupakan suatu berkat bahkan bagi orang-orang
berdosa yang terburuk; karena mereka akan tetap mempunyai kekekalan di depan
mereka dalam mana mereka menikmati pengampunan dan penyucian mereka; dan dalam
kasus seperti itu tidak bisa dikatakan tentang mereka bahwa adalah lebih baik
bagi mereka untuk tidak pernah dilahirkan.].
A.
T. Robertson (tentang Mat 26:24):
“There
are some today who seek to palliate the crime of Judas. But Jesus here
pronounces his terrible doom.” [= Ada orang-orang jaman ini yang berusaha untuk
menutup-nutupi / meringankan kejahatan Yudas. Tetapi di sini Yesus mengumumkan
nasibnya yang mengerikan.].
Wiersbe
(tentang Yoh 13:21):
“It
is a dangerous thing to be a person like Judas. In Mark 14:21 Jesus said, ‘It
were good for that man if he had never been born!’ Judas pretended to be a
Christian; he played with sin; he put off salvation; and any person who does
these things may end up wishing he or she had never been born. There
are some mysteries surrounding Judas, but one thing is clear: Judas made a
deliberate choice when he betrayed Christ. In John 6:66-71, Christ warned Judas
and called him ‘a devil.’ Peter thought Judas was saved, for he said, ‘We
believe!’ Jesus knew that Judas had never believed and therefore was not
saved.”
[= Merupakan sesuatu yang berbahaya untuk menjadi seorang pribadi seperti Yudas.
Dalam Mark 14:21 Yesus berkata, ‘Adalah lebih baik bagi orang itu seandainya
ia tidak dilahirkan!’ Yudas berpura-pura menjadi seorang Kristen; ia
bermain-main dengan dosa; ia menunda keselamatan; dan
siapapun yang melakukan hal-hal ini bisa berakhir dengan berharap bahwa ia tidak
pernah dilahirkan. Di sana ada beberapa misteri mengelilingi Yudas,
tetapi satu hal adalah jelas: Yudas membuat suatu pilihan sengaja pada waktu ia
mengkhianati Kristus. Dalam Yoh 6:66-71, Kristus memperingati Yudas dan
menyebutnya ‘Iblis / setan’. Petrus mengira Yudas sudah selamat, karena ia
berkata, ‘Kami percaya !’ Yesus tahu bahwa Yudas
tidak pernah percaya dan karena itu tidak selamat.].
Calvin
(tentang Mat 26:24): “‘It had been good for that
man.’ By
this expression we are taught what a dreadful vengeance awaits the wicked, for
whom ‘it
would have been better that they had never been born.’” [=
‘Adalah baik bagi orang itu’. Dengan ungkapan ini kita
diajar pembalasan mengerikan apa / yang bagaimana yang menunggu orang jahat,
bagi siapa ‘adalah lebih baik bahwa mereka tidak pernah dilahirkan’.].
C.
H. Spurgeon (tentang Mat 26:24):
“‘It had been good for that man if he had not been born.’ The doom of
Judas is worse than non-existence. To have consorted with Christ as he had done,
and then to deliver him into the hands of his enemies, sealed the traitor’s
eternal destiny.”
[= ‘Adalah baik bagi orang itu seandainya ia tidak dilahirkan’. Nasib
Yudas lebih buruk dari pada tidak mempunyai keberadaan. Telah
berhubungan dengan Kristus seperti yang telah ia lakukan, dan lalu menyerahkan
Dia ke dalam tangan musuh-musuhNya, memeteraikan nasib kekal sang pengkhianat.]
- ‘THE GOSPEL ACCORDING TO MATTHEW’ (Libronix).
Ironside
(tentang Kis 1:12-26): “Jesus said, ‘It had been good for that man if he had not been born.’
What does that mean? It means unending judgment to the utmost limits of
eternity. If a time ever came when Judas repented, terrible though his crime,
then it would have been a mercy that he had been born - but Jesus said, ‘It
had been good for that man if he had not been born.’ For him there was only an
absolutely hopeless eternity, as there is for all who reject the Lord Jesus
Christ.”
[= Yesus berkata, ‘Adalah baik bagi orang itu seandainya ia tidak
dilahirkan’. Apa artinya itu? Itu berarti
penghukuman tanpa akhir sampai batas terjauh dari kekekalan. Seandainya
pernah datang suatu waktu pada waktu Yudas bertobat, sekalipun kejahatannya
mengerikan, maka adalah suatu belas kasihan bahwa ia dilahirkan - tetapi Yesus
berkata, ‘Adalah baik bagi orang itu seandainya ia tidak dilahirkan’.
Bagi dia di sana hanya ada suatu kekekalan tanpa
pengharapan, seperti di sana ada hal itu bagi semua orang yang menolak Tuhan
Yesus Kristus.].
d) Kis 1:25 - “untuk menerima jabatan pelayanan,
yaitu kerasulan yang ditinggalkan Yudas yang telah jatuh ke tempat yang wajar
baginya.’”.
KJV:
‘That he may take part
of this ministry and apostleship, from which Judas by transgression fell, that
he might go to his own place.’
[= Supaya ia bisa mengambil BAGIAN dari
pelayanan dan kerasulan ini, dari mana Yudas jatuh oleh pelanggaran, supaya ia
bisa pergi ke tempatnya
sendiri.].
RSV:
“to take the place
in this ministry and apostleship from which Judas turned aside, to go to his own
place.’” [=
untuk mengambil TEMPAT dalam pelayanan dan
kerasulan ini dari mana Yudas menyimpang, untuk pergi ke tempatnya
sendiri.’].
ASV:
‘to take the place
in this ministry and apostleship from which Judas fell away, that he might go to
his own place.’
[= untuk mengambil tempat
dalam pelayanan dan kerasulan ini dari mana Yudas jatuh, supaya ia bisa pergi ke
tempatnya sendiri.].
Berbeda
dengan RSV/ASV yang menterjemahkan ‘place’ [= tempat], KJV/NKJV
menterjemahkan ‘part’ [= bagian] karena KJV menterjemahkan dari
manuscript yang berbeda.
Pulpit
Commentary (tentang Kis 1:25):
“If
the reading ‘place,’ in the beginning of the verse, is adopted instead of
the ‘part’ (κλῆρον)
of the A.V., then there is a contrast between the blessed place of apostleship,
which Judas forfeited, and that of traitorship, which he acquired.”
[= Jika pembacaan ‘tempat’, pada awal dari ayat itu, diterima, dan bukannya
‘bagian’ (κλῆρον
/
KLEPON) dari A. V., maka di sana ada suatu kontras antara tempat yang diberkati
dari kerasulan, yang Yudas tinggalkan, dan tempat dari pengkhianatan, yang ia
dapatkan.].
Ada
bermacam-macam penafsiran tentang ayat ini, tetapi kebanyakan menganggap bahwa
kata-kata ‘tempatnya
sendiri’ pada akhir Kis
1:25 menunjuk pada neraka.
Adam
Clarke (tentang Kis 1:25):
“This
verse has been variously expounded: 1. Some suppose that the words, that he
might go to his own place, are spoken of Judas, and his punishment in hell which
they say must be the own place of such a person as Judas. 2. Others refer them
to the purchase of the field, made by the thirty pieces of silver for which he
had sold our Lord. So he abandoned the ministry and apostolate, that he might go
to his own place, namely, that which he had purchased. 3. Others, with more
seeming propriety, state that his own place means his own house, or former
occupatian: he left this ministry and apostleship that
he might resume his former employment in conjunction with his family, etc. This
is primarily the meaning of it in Num 24:25: ‘And Balaam returned to HIS OWN
PLACE,’ i.e. to his own country, friends, and employment. 4. Others think it
simply means the state of the dead in general, independently of either rewards
or punishments; as is probably meant by Eccl 3:20: ‘All go unto ONE PLACE: all
are of the dust, and all turn to dust again.’ But, 5. Some of the best critics
assert that the words (as before hinted) belong to Matthias - ‘his own
place’ being the office to which he was about to be elected. Should any
object, this could not be called ‘his own place,’ because he was not yet
appointed to it, but hell might be properly called Judas’ own place, because,
by treason and covetousness, he was fully prepared for that place of torment; it
may be answered, that the own or proper place of a man is that for which he is
eligible from being qualified for it, though he may
not yet possess such a place: so Paul, ‘Every man shall receive HIS OWN
reward.’ ton idion
misthon, called there ‘his own,’ not from
his having it already in possession, for that was not to take place until the
resurrection of the just; but from his being qualified in this life for the
state of glory in the other.”
[= Ayat ini telah dijelaskan secara bermacam-macam: 1. Beberapa orang menganggap
bahwa kata-kata, ‘supaya ia bisa pergi ke tempatnya sendiri’ dikatakan
tentang Yudas, dan hukumannya di neraka yang mereka katakan harus adalah
tempatnya sendiri dari orang seperti Yudas. 2. Orang-orang lain menghubungkan
kata-kata ini dengan pembelian tanah, dibuat oleh 30 keping perak untuk mana ia
telah menjual Tuhan kita. Demikianlah ia meninggalkan pelayanan dan jabatan
rasul, supaya ia bisa pergi ke tempatnya sendiri, yaitu, tanah yang telah ia
beli. 3. Orang-orang lain, dengan kelihatan lebih
patut, menyatakan bahwa tempatnya sendiri berarti rumahnya sendiri, atau
pekerjaan / kesibukan yang lalu: ia meninggalkan pelayanan dan kerasulan supaya
ia bisa meneruskan pekerjaannya yang lalu bersama-sama dengan keluarganya, dst.
Ini merupakan arti utama dari istilah itu dalam Bil 24:25: ‘Dan Bileam kembali
pada tempatnya sendiri’, yaitu
negaranya, teman-teman dan pekerjaannya sendiri. 4. Orang-orang lain
menganggapnya berarti sekedar keadaan dari orang mati secara umum, tak
tergantung atau pada pahala atau hukuman; seperti yang mungkin dimaksudkan oleh
Pkh 3:20: ‘Semua pergi kepada satu
tempat: semua adalah dari debu, dan semua kembali pada debu lagi’. Tetapi,
5. Beberapa dari penafsir yang terbaik menegaskan bahwa kata-kata (seperti
sebelumnya diisyaratkan) cocok untuk Matias - ‘tempatnya sendiri’ adalah
jabatan pada mana ia akan dipilih. Kalau ada orang keberatan bahwa
ini tidak bisa disebut ‘tempatnya sendiri’, karena ia belum ditetapkan pada
jabatan itu, tetapi neraka bisa secara benar / tepat disebut ‘tempat Yudas
sendiri, karena oleh pengkhianatan dan ketamakan, ia siap sepenuhnya untuk
tempat siksaan itu; bisa dijawab, bahwa tempat sendiri atau tempat yang benar /
tepat dari seseorang adalah tempat untuk mana ia memenuhi syarat untuknya,
sekalipun ia bisa belum memiliki tempat seperti itu: demikianlah Paulus,
‘Setiap orang akan menerima pahalaNYA SENDIRI’ TON IDION MISTHON, disebut di
sini ‘miliknya sendiri’, bukan karena ia sudah memilikinya, karena itu tidak
akan terjadi sampai kebangkitan orang-orang benar; tetapi karena ia memenuhi
syarat dalam hidup ini untuk keadaan kemuliaan dalam kehidupan yang lain.].
Catatan:
1. Tentang Bil 24:25, pengalimatannya berbeda dengan Kis
1:25.
Bil 24:25
- “Lalu
bersiaplah Bileam dan pulang ke tempat kediamannya;
dan Balakpun pergilah juga.”.
KJV:
‘And Balaam rose up, and went
and returned to his place: and Balak also
went his way.’
[= Dan Bileam bangkit, dan pergi dan kembali ke
tempatnya: dan Balak juga pergi ke jalannya].
Beda
Bil 24:25 ini dengan Kis 1:25.
a.
Ada 2 kata kerja dalam Bil 24:25, yaitu ‘went’ / pergi dan ‘return’
/ kembali.
b.
Tak ada kata ‘own’ / ‘sendiri’ dalam Bil 24:25.
c. Adanya kata-kata ‘dan Balakpun pergilah juga’
pada akhir dari Bil 24:25. Kata-kata ini kelihatannya mempunyai arti hurufiah,
sehingga bagian awal dari ayat ini (tentang Bileam) juga harus diartikan secara
hurufiah.
2. Pkh 3:20 - “Kedua-duanya menuju satu tempat;
kedua-duanya terjadi dari debu dan kedua-duanya kembali kepada debu.”.
Ini
juga jelas merupakan ayat dengan pengalimatan yang berbeda, bahkan dengan
istilah yang berbeda (‘satu tempat’ vs ‘tempatnya sendiri’).
3. Kata-kata Paulus itu ia ambil dari 1Kor 3:8 - “Baik
yang menanam maupun yang menyiram adalah sama; dan masing-masing akan
menerima upahnya sesuai dengan pekerjaannya sendiri.”.
KJV:
‘every man shall
receive his own reward according to his own labour.’
[= setiap orang akan
menerima upahnya sesuai dengan jerih payahnya sendiri.].
Penggunaan
ayat ini sama sekali tak cocok, karena Kis 1:25 itu ada dalam bentuk lampau,
sedangkan yang di sini ada dalam bentuk future / yang akan datang.
J.
A. Alexander (tentang Kis 1:25):
“Various
efforts have been made to escape from the obvious but fearful sense of these
words. Some refer them, not to Judas, but to the new apostle, who was chosen
‘to go into his own place,’ a most superfluous addition, and still more so
if we understand by ‘own place’ that which Judas had left vacant. Who is
ever chosen to supply his own place, or to fill the own place of his
predecessor? Both these constructions are objectionable also on account of the
harsh syntax which they both assume, and the unusual sense put upon the Greek
verb (πορευθῆναι),
which does not mean simply ‘to go,’ but ‘to go away,’ ‘depart,’ or
‘journey.’ (See above, on v. 10, where it is applied to Christ’s
ascension.) Another explanatiom grants the reference to Judas, but by ‘his own
place’ understands his house, his field, his new associates, or the scene of
his self-murder. All these are ingenious but unnatural expedients to avoid the
plain sense of the words, as substantially synonymous with what is elsewhere
called ‘the place of torment’ (Luke 16,28). ... The essential idea may be
that of fitness and condignity, including, in the case before us, by a sort of
fearful irony, a contrast or antithesis between the place, of which Judas had
proved so unworthy, and the place for which he had exchanged it, and which
suited him exactly.”
[= Bermacam-macam usaha telah dibuat untuk lolos dari arti yang jelas tetapi
mengerikan dari kata-kata ini. Sebagian orang
mengarahkan kata-kata ini, bukan kepada Yudas, tetapi kepada rasul yang baru,
yang dipilih ‘untuk pergi ke tempatnya sendiri’, suatu
tambahan yang sangat berlebihan, dan bahkan
lebih lagi jika kita mengerti dengan ‘tempatnya sendiri’ adalah tempat yang
Yudas tinggalkan kosong. Siapa yang pernah dipilih untuk menyuplai
tempatnya sendiri, atau untuk mengisi tempat pendahulunya sendiri? Kedua
konstruksi ini tidak bisa disetujui juga karena syntax / ilmu kalimat yang kasar
yang diambil oleh keduanya, dan arti yang tidak biasa diberikan pada kata kerja
Yunani (πορευθῆναι
/ POREUTHENAI), yang tidak sekedar berarti ‘pergi’, tetapi
‘berangkat’, ‘meninggalkan’, atau ‘bepergian’ (lihat di atas,
tentang / pada ay 10, dimana kata itu diterapkan pada kenaikan Kristus ke
surga). Penjelasan yang lain menyetujui hubungan dengan Yudas, tetapi menafsirkan
‘tempatnya sendiri’ sebagai rumahnya, tanahnya, teman-temannya yang baru,
atau tempat dimana ia bunuh diri. Semua
ini adalah jalan / cara yang banyak akal / cerdik tetapi tidak wajar, untuk
menghindari arti yang jelas dari kata-kata ini, sebagai pada pokoknya sinonim
dengan apa yang di tempat lain disebut ‘tempat penyiksaan’ (Luk 16:28).
... Gagasan yang hakiki bisa adalah tentang kecocokan
dan kepantasan, termasuk dalam kasus di depan kita, oleh sejenis irony yang
menakutkan, suatu kontras atau lawan antara tempat, tentang mana Yudas telah
membuktikan begitu tidak layak, dan tempat untuk mana ia telah menukarnya, dan
yang cocok persis dengannya.].
Barnes’
Notes (tentang Kis 1:25):
“The
obvious and natural meaning of the phrase is to refer it to Judas. But those who
suppose that it refers to Judas differ greatly about its meaning. Some suppose
that it refers to his own house, and that the meaning is, that he left the
apostolic office to return to his own house; and they appeal to Num 24:25. But
it is not true that Judas did this; nor is there the least proof that it was his
design. Others refer it to the grave, as the place of man, where all must lie;
and particularly as an ignominious place where it was proper that a traitor like
Judas should lie. But there is no example where the word ‘place’ is used in
this sense, nor is there an instance where a man, by being buried, is said to
return to his own or proper place. Others have supposed that the manner of his
death by hanging is referred to as his own or his proper place. But this
interpretation is evidently an unnatural and forced one. The word ‘place’
cannot be applied to an act of self-murder. It denotes ‘habitation, abode,
situation in which to remain’; not an act. These are the only interpretations
of the passage which can be suggested, except the common one of referring it to
the abode of Judas in the world of woe. This might be said to be his own, as he
had prepared himself for it, and as it was proper that he who betrayed his Lord
should dwell there. ... Judas was not in a place which befitted his character
when he was an apostle; he was not in such a place in the church; he would not
be in heaven. Hell was the only place which was suited to the man of avarice and
of treason.” [= Arti yang jelas dan wajar / alamiah
dari ungkapan ini menunjuk kepada Yudas. Tetapi mereka yang menganggap bahwa itu
menunjuk kepada Yudas sangat berbeda tentang artinya. Beberapa
menganggap bahwa itu menunjuk pada rumahnya sendiri, dan bahwa
artinya adalah, bahwa ia meninggalkan jabatan rasuli untuk kembali ke rumahnya
sendiri; dan mereka menggunakan Bil 24:25. Tetapi adalah tidak benar bahwa Yudas
melakukan hal ini; juga di sana tidak ada bukti yang terkecil bahwa itu adalah
rancangannya. Orang-orang lain menghubungkannya
dengan kuburan, sebagai tempat dari manusia, dimana semua harus
berbaring / terletak; dan secara khusus sebagai suatu tempat yang hina / rendah
dimana adalah tepat bahwa seorang pengkhianat seperti Yudas harus berbaring /
terletak. Tetapi tidak ada contoh dimana kata ‘tempat’ digunakan dalam arti
ini, juga di sana tak ada suatu contoh / kejadian dimana seorang manusia, dengan
dikubur, dikatakan kembali ke tempatnya sendiri atau tempat yang tepat. Orang-orang
lain telah menganggap bahwa cara kematiannya dengan gantung ditunjuk sebagai
tempatnya sendiri atau tempat yang tepat. Tetapi penafsiran ini jelas
merupakan suatu penafsiran yang tidak wajar / alamiah dan dipaksakan. Kata
‘tempat’ tidak bisa diterapkan pada suatu tindakan bunuh diri. Itu menunjuk
‘habitat, tempat tinggal, situasi dalam mana untuk tinggal’; bukan suatu
tindakan. Hanya ini penafsiran-penafsiran tentang text itu yang bisa diusulkan,
kecuali penafsiran yang umum yang menunjuk pada
tempat tinggal Yudas di dunia penderitaan. Ini bisa dikatakan sebagai
miliknya, karena ia telah mempersiapkan dirinya sendiri untuk itu, dan karena
adalah tepat / benar bahwa ia yang mengkhianati Tuhannya harus tinggal di sana.
... Yudas tidak berada di tempat yang cocok dengan
karakternya ketika ia adalah seorang rasul; ia tidak berada di tempat seperti
itu dalam gereja; ia tidak akan ada di surga. Neraka adalah satu-satunya tempat
yang cocok dengan orang dari ketamakan dan dari pengkhianatan.].
Lenski
(tentang Kis 1:25): “Judas
passed out of it to go to what is significantly called ‘his own place.’ The
two words ‘place’ are in contrast; but this means that, since the first does
not denote a locality but, as the genitives show, an office, no stress should be
laid on the second as being a locality although in Luke 16:28 we have ‘place
of torment.’ The fact that Gehenna or hell is referred to is beyond question.
Somehow even those who otherwise speak about an intermediate place, a Totenreich,
‘a realm of the dead,’ unanimously state that Judas went to hell. ‘His
own’ place means, of course, the one and only one befitting him. The view that
this refers to the burial place his money bought is scarcely worth noticing.
‘To go’ to his own place, an aorist, means that he arrived there, and this
verb conveys the idea that he went of his own volition. He, too, made a choice:
the high and holy place of his office he passed up and elected to go to this
other place in spite of all the efforts on the part of Jesus to stop him.” [= Yudas mati untuk pergi pada apa yang secara penting
disebut ‘tempatnya sendiri’. Kedua kata
‘tempat’ ada dalam kontras / pertentangan; tetapi ini berarti bahwa, karena
yang pertama tidak menunjukkan suatu lokalitas tetapi, seperti genitif-nya
menunjukkan, suatu jabatan, tak ada penekanan harus diletakkan pada yang kedua
sebagai suatu lokalitas sekalipun dalam Luk 16:28 kita mempunyai ‘tempat
siksaan’. Fakta bahwa Gehenna atau neraka
yang ditunjukkan tidak ditanyakan / dipersoalkan. Entah bagaimana, bahkan mereka yang dalam keadaan yang lain berbicara
tentang suatu tempat perantara, ‘a Totenreich’, ‘suatu alam orang mati’,
dengan suara bulat menyatakan bahwa Yudas pergi ke neraka. Tempat‘nya
sendiri’ tentu saja berarti, satu-satunya tempat yang cocok baginya. Pandangan bahwa ini menunjuk pada
tempat penguburan yang dibeli uangnya hampir tak layak diperhatikan. ‘Pergi’
ke tempatnya sendiri, suatu bentuk lampau (past tense), berarti bahwa ia telah
tiba di sana, dan kata kerja ini
menyampaikan gagasan bahwa ia pergi atas kemauannya sendiri. Ia,
juga, membuat suatu pilihan: tempat tinggi dan
kudus dari jabatannya ia lewatkan / buang dan memilih untuk pergi ke tempat lain
ini sekalipun semua usaha di pihak Yesus untuk menghentikan dia.].
Luk
16:28 - “sebab
masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan
sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat
penderitaan ini.”.
KJV/RSV/NIV/NASB:
‘this place of torment’ [= tempat siksaan ini].
Tanggapan
saya:
1. Saya tak setuju dengan kata-kata Lenski yang mengatakan
bahwa karena kata ‘tempat’ yang pertama tidak menunjuk pada suatu lokalitas,
maka kata ‘tempat’ juga tak boleh ditekankan sebagai suatu lokalitas. Bisa
saja penggunaan 2 x kata ‘tempat’ merupakan suatu permainan kata, dan kata
‘tempat’ yang kedua tetap menekankan lokalitas.
2. Menurut saya merupakan sesuatu yang menarik pada waktu
Lenski mengatakan bahwa kata ‘pergi’ ada dalam aorist tense / past tense,
yang menunjukkan bahwa ia telah tiba
di sana. Ini menunjukkan bahwa orang yang tidak percaya langsung
masuk neraka begitu mereka mati (tak ada tempat penantian)!
3. Tetapi pada waktu Lenski mengatakan kata ‘pergi’
menunjukkan pilihan, bagi saya itu adalah suatu omong kosong! Kalau mau
dikatakan ‘memilih’ maka pilihan itu dibuat pada saat hidup, bukan pada saat
mati. Pada saat seseorang mati tanpa Kristus, tak ada pilihan baginya selain
mentaati perintah untuk ‘enyah’ dari hadapan Tuhan dan pergi ke neraka!
Pulpit
Commentary (tentang Mat 25:31-46): “Those
who refused to accept the invitation to ‘come’ will have to obey the order to ‘go’.” [= Mereka yang menolak untuk menerima
undangan untuk ‘datang’ akan harus
mentaati perintah untuk ‘pergi / enyah’.]
- hal 507.
4. Kata-kata Lenski bahwa Yudas ‘memilih untuk pergi ke
tempat lain ini sekalipun semua usaha di pihak Yesus untuk menghentikan dia’ merupakan suatu omong kosong, mengingat bahwa
Yesus bahkan tidak berdoa untuk Yudas!
Bdk. Yoh 17:9,20 - “(9) Aku berdoa untuk mereka. Bukan
untuk dunia Aku berdoa, tetapi untuk mereka, yang telah Engkau berikan kepadaKu,
sebab mereka adalah milikMu ... (20) Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa,
tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepadaKu oleh pemberitaan mereka;”.
Matthew
Henry (tentang Kis 1:25):
“...
from which Judas by transgression fell, threw himself, by deserting and
betraying his Master, from the place of an apostle, of which he was unworthy,
that he might go to his own place, the place of a traitor, the fittest place for
him, not only to the gibbet, but to hell - this was his own place. ... Dr.
Whitby quotes Ignatius saying, There is appointed to every man idios
topos - a proper place, which imports the same with that of
God’s rendering to every man according to his works. And our Saviour had said
that Judas’s own place should be such that it had been better for him that he
had never been born (Matt 26:24) - his misery such as to be worse than not
being. Judas had been a hypocrite, and hell is the proper place of such;”
[= ... dari mana Yudas jatuh oleh pelanggaran, melemparkan dirinya sendiri,
dengan meninggalkan dan mengkhianati Tuannya, dari tempat seorang rasul, tentang
mana ia tidak layak, supaya ia bisa pergi ke
tempatnya sendiri, tempat dari seorang pengkhianat, tempat yang paling cocok
baginya, bukan hanya ke tiang gantungan, tetapi ke neraka - ini adalah tempatnya
sendiri. ... Dr. Whitby mengutip Ignatius yang berkata, Di sana
ditetapkan bagi setiap orang IDIOS TOPOS - suatu tempat yang tepat, yang memberi
arti yang sama dengan Allah membalas setiap orang sesuai perbuatannya. Dan
Juruselamat kita telah berkata bahwa tempat Yudas sendiri harus sedemikian rupa
sehingga lebih baik baginya seandainya ia tidak pernah dilahirkan (Mat 26:24) -
keadaan penderitaannya sedemikian rupa sehingga lebih buruk dari pada tidak ada.
Yudas telah merupakan seorang munafik, dan neraka
adalah tempat yang tepat dari orang-orang seperti itu;].
Pulpit
Commentary (tentang Kis 1:25):
“‘To
his own place.’ An awful phrase, showing that every man has the place in
eternity which he has made for himself in time.” [= ‘Ke tempatnya sendiri’.
Suatu ungkapan yang mengerikan, yang menunjukkan bahwa setiap orang mempunyai
tempat dalam kekekalan
yang telah ia buat bagi dirinya sendiri dalam waktu.].
C.
H. Spurgeon (tentang Mat 27:9-10):
“The fate of Judas should be a solemn warning to all professing Christians,
and especially to all ministers. He was one of the twelve apostles, yet he was a
son of perdition, and in the end he went to his own place. Each of us has his
own place, heaven or hell; which is it?”
[= Nasib Yudas harus merupakan suatu peringatan yang
khidmat bagi semua orang yang mengaku Kristen, dan khususnya bagi semua
pelayan-pelayan / pendeta-pendeta. Ia adalah salah satu dari 12
rasul, tetapi ia adalah anak kehancuran / kebinasaan / neraka, dan pada akhirnya
ia pergi ke tempatnya sendiri. Setiap kita mempunyai
tempatnya sendiri, surga atau neraka; yang mana tempat kita?]
- ‘THE GOSPEL ACCORDING TO MATTHEW’ (Libronix).
-o0o-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali