(Rungkut
Megah Raya, blok D no 16)
Minggu,
tgl 7 Juni 2015, pk 8.00 & 17.00
Pdt. Budi Asali, M. Div.
VIII)
Nasib akhir Yudas Iskariot.
1)
Yudas Iskariot selamat atau binasa? Masuk surga atau masuk neraka?
Adam
Clarke menganggap bahwa ada
kemungkinan kalau Yudas Iskariot selamat!
Adam
Clarke (akhir dari Kis 1):
“Taking
it for granted that the death of Judas was probably such as related above,
collating all the facts and evidences together, can any hope be formed that he
died within the reach of mercy? Let us review the whole of these
transactions.”
[= Anggaplah benar bahwa kematian Yudas mungkin adalah seperti yang diceritakan
di atas, dengan membandingkan semua fakta dan bukti bersama-sama, bisakah
dibentuk pengharapan apapun bahwa ia mati di dalam jangkauan dari belas kasihan?
Marilah kita meninjau ulang seluruh tansaksi-transaksi ini.].
Adam
Clarke (akhir dari Kis 1):
“I.
It must be allowed that his crime was one of the most inexcusable ever committed
by man: nevertheless, it has some alleviations. 1. It is possible that he did
not think his Master could be hurt by the Jews. 2. When he found that he did not
use his power to extricate himself from their hands, he deeply relented that he
had betrayed him. 3. He gave every evidence of the sincerity of his repentance,
by going openly to the Jewish rulers: a. Confessing his own guilt; b. asserting
the innocence of Christ; c. returning the money which he had received from them;
and then, d. the genuineness of his regret was proved by its being the cause of
his death.” [= I. Harus diakui bahwa kejahatannya
adalah salah satu dari kejahatan yang paling tidak bisa dimaafkan yang pernah
dilakukan oleh manusia: sekalipun demikian, itu
mempunyai beberapa peringanan. 1. Adalah mungkin bahwa ia tidak
berpikir bahwa Tuannya bisa dilukai oleh orang-orang Yahudi. 2. Pada waktu ia
mendapati bahwa Ia tidak menggunakan kuasaNya untuk membebaskan diriNya sendiri
dari tangan mereka, ia menyesal dengan mendalam
bahwa ia telah mengkhianati Dia. 3. Ia
memberi setiap bukti dari ketulusan / kesungguhan dari pertobatannya,
dengan pergi secara terbuka / terang-terangan kepada pemimpin-pemimpin Yahudi:
a. Mengakui kesalahannya; b. menegaskan ketidak-bersalahan Kristus; c.
mengembalikan uang yang telah ia terima dari mereka; dan lalu, d. keaslian dari
penyesalannya terbukti karena itu merupakan penyebab dari kematiannya.].
Tanggapan
saya:
Ini
sudah sangat konyol, karena:
a) Tidak ada orang yang mengatakan bahwa
dosa Yudas Iskariot tidak bisa diampuni. Dosa Yudas sendiri (pengkhianatannya)
tidak pernah dijadikan argumentasi untuk masuknya ia ke neraka. Maka apakah
dosanya ringan atau berat, bukanlah masalahnya. Ketidak-percayaannya kepada
Kristus yang menjadi masalah utamanya.
b) Pertobatannya jelas tidak asli, ini
sudah dibuktikan dalam pelajaran yang lalu. Dan kalau keaslian penyesalannya
dikatakan terbukti karena itu menjadi penyebab kematiannya, ini betul-betul
gila. Justru penyesalan / kesedihan yang berakhir dengan bunuh diri itu
membuktikan itu bukan kesedihan yang datang dari Allah!
2Kor 7:10
- “Sebab
dukacita menurut kehendak Allah menghasilkan pertobatan yang membawa keselamatan
dan yang tidak akan disesalkan, tetapi dukacita yang dari dunia ini menghasilkan
kematian.”.
Adam
Clarke (akhir dari Kis 1):
“II.
But, Judas might have acted a much worse part than he did: 1. By persisting in
his wickedness. 2. By slandering the character of our Lord both to the Jewish
rulers and to the Romans; and, had he done so, his testimony would have been
credited, and our Lord would then have been put to death as a malefactor, on the
testimony of one of his own disciples; and thus the character of Christ and his
Gospel must have suffered extremely in the sight of the world, and these very
circumstances would have been pleaded against the authenticity of the Christian
religion by every infidel in all succeeding ages. And, 3. Had he persisted in
his evil way, he might have lighted such a flame of persecution against the
infant cause of Christianity as must, without the intervention of God, have
ended in its total destruction: now, he neither did, nor endeavoured to do, any
of these things. In other cases these would be powerful pleadings. Judas was
indisputably a bad man; but he might have been worse: we may plainly see that
there were depths of wickedness to which he might have proceeded, and which were
prevented by his repentance. Thus things appear to stand previously to his
end.”
[= II. Tetapi, Yudas bisa telah bertindak jauh lebih
buruk dari pada yang ia lakukan: 1. Dengan berkeras dalam
kejahatannya. 2. Dengan memfitnah karakter dari Tuhan kita baik kepada
pemimpin-pemimpin Yahudi maupun kepada orang-orang Romawi; dan, seandainya ia
telah melakukan demikian, kesaksiannya akan sudah dipercayai, dan lalu Tuhan
kita akan sudah dibunuh sebagai seorang penjahat, atas kesaksian dari satu dari
murid-muridNya sendiri; dan dengan demikian karakter Kristus dan InjilNya pasti
telah sangat menderita dalam pandangan dunia, dan keadaan ini akan sudah
digunakan sebagai argumentasi menentang keotentikan dari agama Kristen oleh
setiap orang kafir dalam semua jaman-jaman berikutnya. Dan, 3. Seandainya ia
berkeras dalam jalannya yang jahat, ia bisa telah menyalakan nyala api
penganiayaan sedemikian rupa terhadap / menentang perkara kekristenan yang masih
bayi sehingga pasti, tanpa campur tangan Allah, sudah berakhir dalam
penghancuran totalnya: tetapi, ia tidak melakukan, ataupun berusaha melakukan,
yang manapun dari hal-hal ini. Dalam kasus-kasus yang
lain hal-hal ini menjadi pembelaan yang kuat. Yudas secara tak bisa
dibantah adalah orang yang jahat / buruk;
tetapi ia bisa telah menjadi lebih jahat / buruk: kita bisa dengan jelas melihat
bahwa di sana ada kedalaman dari kejahatan pada mana ia bisa telah melanjutkan,
dan yang dicegah oleh pertobatannya. Demikianlah hal-hal terlihat keberadaannya
sebelum akhir / kematiannya.].
Tanggapan
saya:
Ini
juga konyol. Dengan mungkin hanya setan sebagai perkecualian, semua orang jahat
bisa lebih jahat dari yang sesungguhnya. Reformed mempercayai ‘Total
Depravity’ [= Kebejatan Total], bukan ‘Utter Depravity’ [=
Kebejatan Mentok]! Tetapi ini tak berarti bahwa mereka semua diselamatkan.
Apakah seseorang berdosa banyak atau sedikit, ia diselamatkan kalau ia percaya;
sebaliknya, apakah seseorang berdosa banyak atau sedikit, ia tidak diselamatkan
kalau ia tidak percaya.
Adam
Clarke mengatakan “Dalam
kasus-kasus yang lain hal-hal ini menjadi pembelaan yang kuat.”.
Betul-betul konyol. Kasus siapa??? Saya belum pernah mendengar orang memberi
pembelaan, berkenaan dengan masuk surga atau neraka, menggunakan fakta bahwa
orang itu sebetulnya bisa lebih buruk / jahat!!! Kalau ini bisa digunakan, maka
itu bisa digunakan untuk memasukkan semua orang ke surga!! Mungkin Adam Clarke
dalam hal ini berbicara tentang kasus-kasus dalam pengadilan di dunia ini.
Tetapi, membandingkan pengadilan akhir jaman dengan Yesus sebagai Hakim yang
adil, dengan pengadilan dunia ini, lagi-lagi merupakan sesuatu yang konyol!!
Adam
Clarke (akhir dari Kis 1):
“But
is there any room for hope in his death? In answer to this it must be
understood, 1. That there is presumptive evidence that he did not destroy
himself; and, 2. That his repentance was sincere. If so, was it not possible for
the mercy of God to extend even to his case? It did so to the murderers of the
Son of God and they were certainly worse men (strange as this assertion may
appear) than Judas. Even he gave them the fullest proof of Christ’s innocence:
their buying the field with the money Judas threw down was the full proof of it;
and yet, with every convincing evidence before them, they crucified our Lord.
They excited Judas to betray his Master, and crucified him when they had got him
into their power; and therefore Stephen calls them both the betrayers and
murderers of that Just One, Acts 7:52: in these respects they were more deeply
criminal than Judas himself; yet even to those very betrayers and murderers
Peter preaches repentance, with the promise of remission of sins, and the gift
of the Holy Spirit, Acts 3:12-26. If, then, these were within the reach of
mercy, and we are informed that a great company of the priests became obedient
to the faith, Acts 6:7, then certainly Judas was not in such a state as
precluded the possibility of his salvation. Surely the blood of the covenant
could wash out even his stain, as it did that more deeply engrained one of the
other betrayers and murderers of the Lord Jesus.”
[= Tetapi apakah di sana ada kemungkinan untuk pengharapan dalam kematiannya? Dalam
menjawab hal ini harus dimengerti, 1. Bahwa di sana ada bukti yang memberikan
dasar kepercayaan bahwa ia tidak menghancurkan dirinya sendiri; dan, 2. Bahwa
pertobatannya adalah tulus / sungguh-sungguh. Jika demikian, tidakkah
mungkin bagi belas kasihan Allah untuk meluas bahkan pada kasusnya? Belas
kasihan Allah meluas kepada pembunuh-pembunuh dari Anak Allah dan mereka pasti
adalah orang-orang yang lebih buruk (sekalipun penegasan ini terlihat aneh) dari
Yudas. Ia bahkan memberi mereka bukti yang paling penuh dari ketidakbersalahan
Kristus: pembelian tanah oleh mereka dengan uang yang Yudas lemparkan merupakan
bukti penuh tentangnya; tetapi, dengan setiap bukti yang meyakinkan di depan
mereka, mereka menyalibkan Tuhan kita. Mereka mendorong Yudas untuk mengkhianati
Tuannya, dan menyalibkan Dia pada waktu mereka mendapatkan Dia dalam kuasa
mereka; dan karena itu Stefanus menyebut mereka pengkhianat-pengkhianat dan
pembunuh-pembunuh dari Orang yang Benar, Kis 7:52: dalam hal-hal ini mereka
adalah kriminal-kriminal yang lebih dalam dari Yudas sendiri tetapi bahkan
kepada pengkhianat-pengkhianat dan pembunuh-pembunuh itu Petrus memberitakan
pertobatan, dengan janji pengampunan dosa, dan karunia Roh Kudus, Kis 3:12-26. Maka,
jika orang-orang ini ada di dalam jangkauan dari belas kasihan, dan kita diberi
informasi bahwa sejumlah besar imam-imam telah menjadi taat kepada iman, Kis
6:7, maka pastilah Yudas tidak berada dalam keadaan sedemikian rupa sehingga
membuat kemungkinan keselamatannya mustahil. Pastilah darah
perjanjian bisa mencuci bersih bahkan noda / kotorannya, seperti yang darah itu
lakukan pada salah satu orang yang lebih berurat berakar dari pengkhianat dan
pembunuh yang lain dari Tuhan Yesus.].
Kis
7:52 - “Siapakah
dari nabi-nabi yang tidak dianiaya oleh nenek moyangmu? Bahkan mereka membunuh
orang-orang yang lebih dahulu memberitakan tentang kedatangan Orang
Benar, yang sekarang telah kamu khianati dan kamu bunuh.”.
Kis 6:7
- “Firman
Allah makin tersebar, dan jumlah murid di Yerusalem makin bertambah banyak; juga
sejumlah besar imam menyerahkan diri dan percaya.”.
Kata-kata
‘menyerahkan
diri dan percaya’ dalam
Kis 6:7 ini oleh KJV diterjemahkan: ‘were obedient to the faith’ [= taat kepada iman].
RSV/NIV/NASB sama atau mirip dengan KJV.
Tanggapan
saya:
Membandingkan
Yudas Iskariot yang tidak percaya sampai mati, dengan imam-imam, yang sekalipun
lebih jahat dari Yudas Iskariot, tetapi yang dalam Kis 6:7 dikatakan
menjadi orang percaya, adalah suatu kebodohan!
Adam
Clarke (akhir dari Kis 1):
“Should
Acts 1:25 be urged against this possibility, because it is there said that Judas
fell from his ministry and apostleship, that he might go to his own place, and
that this place is ‘hell’; I answer: 1. It remains to be proved that this
place means ‘hell’; and, 2. It is not clear that the words are spoken of
Judas at all, but of Matthias: his own place meaning that vacancy in the
apostolate to which he was then elected. See the note at Acts 1:25.”
[= Kalau Kis 1:25 diberikan terhadap kemungkinan ini, karena di sana dikatakan
bahwa Yudas jatuh dari pelayanan dan kerasulannya, supaya ia bisa pergi ke
tempatnya sendiri, dan bahwa tempat ini adalah ‘neraka’; saya menjawab: 1.
Masih harus dibuktikan bahwa tempat ini berarti ‘neraka’; dan 2. Sama sekali
tidak jelas bahwa kata-kata itu diucapkan tentang Yudas, tetapi tentang Matias;
‘tempatnya sendiri’ berarti kekosongan dalam jabatan rasul itu pada mana ia
lalu dipilih. Lihat catatan pada Kis 1:25.].
Tanggapan
saya: Pandangan Adam
Clarke tentang kata-kata ‘tempatnya
sendiri’ ini nanti akan
saya bahas pada waktu membahas Kis 1:25. Jelas saya tak setuju dengan
penafsirannya ini.
Adam
Clarke (akhir dari Kis 1):
“To
say that the repentance of Judas was merely the effect of his horror; that it
did not spring from compunction of heart; that it was legal, and not
evangelical, etc., etc., is saying what none can with propriety say, but God
himself, who searches the heart.” [= Mengatakan bahwa pertobatan Yudas adalah
semata-mata akibat dari ketakutannya; bahwa itu tidak keluar dari penyesalan
dari hati; bahwa itu bersifat hukum, dan bukan injili, dsb., adalah mengatakan
apa yang tak seorangpun bisa katakan dengan benar, tetapi hanya Allah sendiri,
yang menyelidiki hati.].
Tanggapan
saya: Ini nonsense,
karena dari firman yang Tuhan sendiri berikan kita jelas bisa melakukan
penilaian. Dan bukti dari Alkitab yang menyatakan bahwa Yudas Iskariot hanya
orang kristen KTP, banyak sekali, dan sudah kita bahas dalam pelajaran-pelajaran
yang lalu.
Adam
Clarke (akhir dari Kis 1):
“What
renders his case most desperate are the words of our Lord, Matt 26:24: Woe unto
that man by whom the Son of man is betrayed! It had been good for that man if he
had not been born! I have considered this saying in a general point of view in
my note at Matt 26:24; and, were it not a proverbial form of speech among the
Jews, to express the state of any flagrant transgressor, I should be led to
apply it in all its literal import to the case of Judas, as I have done, in the
above note, to the case of any damned soul; but when I find that it was a
proverbial saying, and that it has been used in many cases where the fixing of
the irreversible doom of a sinner is not implied, it may be capable of a more
favourable interpretation than what is generally given to it. I shall produce a
few of those examples from Schoettgen, to which I have referred in my note at
Matt 26:24. In CHAGIGAH, fol. 2:2, it is said: ‘Whoever considers these four
things, it would have been better for him had he never come into the world,
namely, That which is above - that which is below - that which is before - and
that which is behind; and whosoever does not attend to the honour of his
Creator, it were better for him had he never been born.’ In SHEMOTH RABBA,
sect. 40, fol. 135, 1, 2, it is said: ‘Whosoever knows the law, and does not
do it, it had been better for him had he never come into the world.’ In
VAYIKRA RABBA, sect. 36, fol. 179, 4, and MIDRASH COHELETH, fol. 91, 4, it is
thus expressed: ‘It were better for him had he never been created; and it
would have been better for him had he been strangled in the womb, and never have
seen the light of this world.’ In SOHAR GENES. fol. 71, col. 282, it is said:
‘If any man be parsimonious toward the poor, it had been better for him had he
never come into the world.’ Ibid. fol. 84, col. 333: ‘If any performs the
law, not for the sake of the law, it were good for that man had he never been
created.’ These examples sufficiently prove that this was a common proverb,
and is used with a great variety and latitude of meaning, and seems intended to
show that the case of such and such persons was not only very deplorable, but
extremely dangerous; but does not imply the positive impossibility either of
their repentance or salvation.” [= Apa yang membuat kasusnya
paling tanpa harapan adalah kata-kata dari Tuhan kita, Mat 26:24: ‘Celakalah
orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan! Adalah lebih baik bagi orang itu
sekiranya ia tidak dilahirkan!’ Saya telah
mempertimbangkan kata-kata ini dalam suatu cara memandang yang umum dalam
catatan saya pada Mat 26:24; dan, seandainya itu bukan suatu peribahasa di
antara orang-orang Yahudi, untuk menyatakan keadaan dari pelanggar yang menyolok
manapun, saya akan dibimbing untuk menerapkannya dalam semua arti hurufiahnya
pada kasus dari Yudas, seperti telah saya lakukan, dalam catatan di atas, pada
kasus dari jiwa yang terkutuk manapun; tetapi pada waktu saya mendapati bahwa
itu adalah suatu peribahasa, dan bahwa itu telah digunakan dalam banyak kasus di
mana nasib yang tak bisa dibalikkan dari seorang berdosa tidak dinyatakan, itu
memungkinkan tentang suatu penafsiran yang lebih baik dari pada apa yang pada
umumnya diberikan kepadanya. Saya akan
menunjukkan beberapa contoh dari Schoettgen, pada mana saya telah menunjuk dalam
catatan saya tentang Mat 26:24. Dalam CHAGIGAH, fol. 2:2, dikatakan: ‘Siapapun
mempertimbangkan 4 hal ini, adalah lebih baik baginya seandainya ia tidak pernah
datang ke dalam dunia, yaitu, Apa yang ada di atas - apa yang ada di bawah - apa
yang ada di depan dan itu yang ada di belakang; dan siapapun tidak memperhatikan
kehormatan dari Penciptanya, adalah lebih baik baginya seandainya ia tidak
pernah dilahirkan’. Dalam SHEMOTH RABBA, sect. 40, fol. 135, 1, 2, dikatakan
‘Siapapun mengetahui / mengenal hukum Taurat, dan tidak melakukannya, adalah
lebih baik baginya seandainya ia tidak pernah datang ke dalam dunia ini’.
Dalam VAYIKRA RABBA, sect. 36, fol. 179, 4, dan MIDRASH COHELETH, fol. 91, 4,
dinyatakan demikian: ‘Adalah lebih baik baginya seandainya ia tidak pernah
diciptakan; dan adalah lebih baik baginya seandainya ia dicekik dalam kandungan,
dan tidak pernah melihat terang dari dunia ini’. Dalam SOHAR GENES, fol. 71,
col. 282, dikatakan: ‘Jika siapapun pelit terhadap orang miskin, adalah lebih
baik baginya seandainya ia tidak pernah datang ke dalam dunia ini’. Ibid. fol
84, col. 333: ‘Jika siapapun melaksanakan hukum Taurat, bukan demi hukum
Taurat itu, adalah baik bagi orang itu seandainya ia tidak pernah diciptakan’. Contoh-contoh ini secara cukup membuktikan bahwa
ini adalah suatu peribahasa umum, dan digunakan dengan banyak macam dan
kebebasan arti, dan kelihatannya dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa kasus dari
orang-orang seperti itu bukan hanya sangat tercela / menyedihkan, tetapi sangat
berbahaya; tetapi tidak menunjukkan kemungkinan
positif atau tentang pertobatan atau keselamatan mereka.].
Tanggapan
saya:
a) Adam Clarke memberikan penjelasan
panjang lebar dan banyak contoh ini sebetulnya untuk membuktikan bahwa
peribahasa itu artinya bukan ‘masuk neraka’, tetapi anehnya pada bagian
akhir dari kata-katanya ini, yang ia bicarakan adalah bahwa peribahasa itu ‘tidak
menunjukkan kemungkinan positif tentang pertobatan atau keselamatan’.
INI BUKANLAH APA YANG SEDANG DIPERSOALKAN!!
b) Saya berpendapat bahwa dalam semua
contoh yang diberikan oleh Adam Clarke, justru adalah mungkin untuk mengartikan
kata-kata / peribahasa itu sebagai ‘masuk neraka’.
Adam
Clarke (akhir dari Kis 1):
“The
utmost that can be said for the case of Judas is this: he committed a heinous
act of sin and ingratitude; but he repented, and did what he could to undo his
wicked act: he had committed the sin unto death, i.e. a sin that involves the
death of the body; but who can say (if mercy was offered to Christ’s
murderers, and the Gospel was first to be preached at Jerusalem that these very
murderers might have the first offer of salvation through him whom they had
pierced) that the same mercy could not be extended to the wretched Judas! I
contend that the chief priests, etc., who instigated Judas to deliver up his
Master, and who crucified him - and who crucified him too as a malefactor -
having at the same time the most indubitable evidence of his innocence, were
worse men than Judas Iscariot himself; and that, if mercy was extended to those,
the wretched penitent traitor did not die out of the reach of the yearning of
its bowels.”
[= Yang tertinggi / terjauh yang bisa dikatakan tentang Yudas adalah ini: ia
melakukan suatu tindakan mengerikan dari dosa dan rasa tak tahu terima kasih;
tetapi ia bertobat, dan melakukan apa yang ia bisa lakukan untuk membalikkan
tindakan jahatnya: ia telah melakukan dosa kepada kematian, yaitu suatu dosa
yang melibatkan kematian dari tubuh; tetapi siapa bisa mengatakan (jika belas
kasihan ditawarkan kepada pembunuh-pembunuh Kristus, dan Injil pertama-tama
diberitakan di Yerusalem supaya pembunuh-pembunuh ini bisa mendapatkan tawaran
keselamatan pertama melalui Dia yang telah mereka tikam) bahwa belas kasihan
yang sama tidak bisa diperluas kepada Yudas yang sangat buruk. Saya
berargumentasi bahwa imam-imam kepala, dsb., yang menghasut Yudas untuk
menyerahkan Tuannya, dan yang menyalibkan Dia - dan yang menyalibkan Dia juga
sebagai seorang penjahat - pada saat yang sama mempunyai bukti yang paling tak
diragukan tentang ketidak-bersalahanNya, adalah orang-orang yang lebih buruk
dari pada Yudas Iskariot sendiri; dan bahwa, jika belas kasihan diperluas kepada
mereka, sang pengkhianat yang menyesal / bertobat tidak mati di luar jangkauan
dari kerinduan dari kelembutan / kedudukan dari belas kasihannya.].
Tanggapan
saya:
1.
Bagi saya adalah omong kosong kalau Yudas Iskariot bertobat dengan
sungguh-sungguh.
2. Adam Clarke terus menerus membandingkan
Yudas Iskariot dengan orang yang lebih buruk, padahal kalau membicarakan apakah
Yudas Iskariot selamat atau tidak, maka hal yang paling utama bukan itu. Hal
yang paling utama adalah apakah orangnya percaya kepada Yesus atau tidak. Orang
yang ‘baik’ akan masuk ke neraka kalau tak beriman kepada Kristus, dan orang
yang sangat jahatpun akan masuk surga kalau ia beriman kepada Kristus!
Adam
Clarke (akhir dari Kis 1):
“And
I contend, further, that there is no positive evidence of the final damnation of
Judas in the sacred text. I hope it will not displease the humane reader that I
have entered so deeply into the consideration of this most deplorable case. I
would not set up knowingly any plea against the claims of justice; and God
forbid that a sinner should be found capable of pleading against the cries of
mercy in behalf of a fellow culprit! Daily, innumerable cases occur of persons
who are betraying the cause of God, and selling, in effect, Christ and their
souls for money. Every covetous man, who is living for this world alone, is of
this stamp. And yet, while they live, we do not despair of their salvation,
though they are continually repeating the sin of Judas, with all its guilt and
punishment before their eyes! Reader! learn from thy Lord this lesson, Blessed
are the merciful, for they shall obtain mercy. The case is before the Judge, and
the Judge of all the earth will do right.”
[= Dan saya berargumentasi lebih jauh bahwa di sana tidak ada bukti positif
tentang kutukan / hukuman kekal dari Yudas dalam text kudus. Saya berharap ini
tidak akan tidak menyenangkan pembaca yang berbelas kasihan bahwa saya telah
masuk dengan begitu dalam ke dalam pertimbangan tentang kasus yang paling buruk
ini. Saya tidak akan, dengan mengetahui, menegakkan / mengajukan pembelaan
apapun terhadap / menentang claim dari keadilan; dan Allah melarang bahwa
seorang berdosa harus didapati berargumentasi terhadap / menentang jeritan belas
kasihan demi sesama orang yang bersalah! Setiap hari, tak terhitung terjadi
kasus-kasus dari orang-orang yang sedang mengkhianati perkara dari Allah, dan
sebetulnya menjual Kristus dan jiwa-jiwa mereka untuk uang. Setiap orang yang
tamak, yang sedang hidup untuk dunia ini saja, adalah dari cap / karakter khusus
ini. Tetapi pada waktu mereka hidup, kita tidak putus asa tentang keselamatan
mereka, sekalipun mereka terus menerus mengulangi dosa Yudas, dengan semua
kesalahan dan hukumannya di depan mata mereka! Pembaca!
belajarlah dari Tuhanmu pelajaran ini, Diberkatilah / Berbahagialah orang yang
berbelas kasihan, karena mereka akan mendapatkan belas kasihan. Kasusnya
ada di depan sang Hakim, dan Hakim dari seluruh bumi akan melakukan yang benar.].
Tanggapan
saya:
1. Lagi-lagi Adam Clarke membandingkan
Yudas Iskariot dengan orang-orang berdosa yang lain. Bagi saya, kalau saya
melihat orang yang terus menerus tamak, dan terus menerus mengorbankan Kristus
demi uang, memang saya akan meragukan iman orang itu.
2. Hal lain yang salah dalam perbandingan yang dibuat oleh
Adam Clarke adalah ini: orang-orang yang ia bicarakan itu masih hidup, sehingga kita memang
masih bisa berharap akan keselamatan orang-orang itu, tentu saja kalau mereka
pada akhirnya bertobat / percaya Kristus dengan sungguh-sungguh. Tetapi Yudas
Iskariot sudah mati,
dan sampai mati ia tidak bertobat / percaya dengan sungguh-sungguh. Bagaimana ia
bisa membandingkan dua kasus yang sangat berbeda itu, betul-betul tidak saya
mengerti!
3. Kalau kita mengatakan Yudas Iskariot
masuk neraka, itu tidak ada hubungannya dengan apakah kita berbelas kasihan atau
tidak. Kita menyatakan itu berdasarkan bukti-bukti dari Alkitab!
4. Sangat
banyak orang, yang ingin menghindarkan seseorang yang dicintai / dikagumi dari
neraka, menggunakan ‘keadilan dari sang Hakim’ sehingga senjata.
Termasuk Pdt. Stephen Tong dalam kasus Khong Hu Cu! Bagi saya, kalau kita
menyatakan seseorang masuk neraka, berdasarkan Alkitab, maka itu pasti akan
sesuai dengan keadilan dari sang Hakim!
Catatan:
secara sama, Adam Clarke juga membuka peluang untuk diselamatkan bagi:
a.
Raja Saul. Ini bisa dilihat pada bagian akhir dari tafsirannya tentang
1Sam 31.
b.
Ananias dan Safira. Ini bisa dilihat dalam tafsirannya tentang Kis 5:10.
2)
Yudas Iskariot masuk neraka.
Ini
boleh dikatakan merupakan pandangan dari semua penafsir yang lain, dan bagi saya
jelas ini merupakan pandangan yang benar.
Ada
banyak hal / ayat yang menunjukkan hal ini:
a) Ia adalah orang kristen KTP; ini sudah kita bahas secara
sangat mendetail dalam pelajaran-pelajaran yang lalu.
Jadi,
bukan karena dosa-dosanya terlalu banyak atau terlalu besar untuk diampuni, dan
juga bukan karena ia lebih jahat dari orang-orang lain, tetapi karena ia tak
beriman, maka ia masuk neraka. Seandainya dosa Yudas Iskariot hanya satu, maka
kekristenannya yang palsu, dan pertobatannya yang tidak sungguh-sungguh, tetap
akan menyebabkan ia masuk neraka selama-lamanya.
b) Yudas Iskariot adalah seorang ‘reprobate’
[= orang yang ditentukan untuk binasa].
Dalam
pelajaran yang telah lalu kita sudah melihat bahwa Yudas Iskariot hanya
merupakan orang pilihan dalam arti ia dipilih sebagai rasul. Tetapi Yudas
Iskariot bukan orang pilihan dalam arti pemilihan untuk selamat. Sekarang kita
mempelajari sesuatu yang dengan lebih keras lagi, yaitu bahwa Yudas Iskariot
adalah seorang ‘reprobate’ [= orang yang ditentukan untuk binasa].
Orang
yang betul-betul Reformed harus mempercayai ‘double predestination’
[= predestinasi ganda], yaitu kepercayaan akan adanya ‘election’ [=
penentuan selamat] dan ‘reprobation’ [= penentuan binasa]. Orang
yang tidak mempercayai kedua hal ini tetapi tetap mengclaim diri
sebagai Reformed, adalah seorang penipu!
Calvin:
·
“... predestination, by which God
adopts some to hope of life, and sentences others to
eternal death.”
[= ... predestinasi, dengan mana Allah mengadopsi sebagian manusia kepada
pengharapan kehidupan, dan memvonis yang lain pada
kebinasaan kekal.] -
‘Institutes of the Christian Religion’, Book III, Chapter XXI, no
5.
·
“... eternal life is foreordained for
some, eternal damnation for others.”
[= ... hidup yang kekal ditentukan lebih dulu untuk sebagian manusia, penghukuman
kekal untuk yang lain.] -
‘Institutes of the Christian Religion’, Book III, Chapter XXI, no
5.
·
“Indeed many, as if they wished to
avert a reproach from God, accept election in such terms as to deny that
anyone is condemned. But they do this very ignorantly and childishly, since
election itself could not stand except as set over against reprobation.”
[= Memang banyak orang, karena mereka tidak ingin Allah dicela, menerima
pemilihan dalam istilah-istilah sedemikian rupa sehingga menolak
adanya penentuan binasa. Tetapi mereka melakukan hal ini secara sangat
bodoh dan kekanak-kanakan, karena pemilihan
itu sendiri tidak bisa berdiri / bertahan kecuali diimbangi oleh penentuan
binasa.] - ‘Institutes
of the Christian Religion’, Book III, Chapter XXIII, no 1.
Mari
sekarang kita mempelajari ayat di bawah ini, yang menunjukkan bahwa Yudas
Iskariot memang adalah seorang reprobate [= orang yang ditentukan untuk binasa].
Yoh 17:12
- “Selama Aku bersama mereka, Aku
memelihara mereka dalam namaMu, yaitu namaMu yang telah Engkau berikan kepadaKu;
Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorangpun dari mereka yang binasa selain
dari pada dia yang telah ditentukan untuk binasa, supaya
genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci.”.
Ayat
ini salah terjemahan! Kata ‘namaMu’ bisa muncul 2 x dalam terjemahan LAI padahal seharusnya hanya ada
1 x.
NASB:
‘While
I was with them, I was keeping them in Your name
which You have given Me; and I guarded them and not one of them
perished but the son of perdition, so that the
Scripture would be fulfilled.’ [= Selama Aku bersama mereka, Aku
menjaga mereka dalam namaMu yang telah Engkau berikan kepadaKu; dan Aku menjaga mereka dan tak seorangpun dari mereka binasa
kecuali anak kehancuran / neraka, sehingga Kitab Suci akan digenapi.].
1. Bagian awal dari ayat
ini tidak berarti bahwa Yudas termasuk dalam orang-orang yang diberikan oleh
Bapa kepada Kristus, lalu dijaga oleh Kristus, tetapi penjagaanNya gagal dan ia
terhilang.
The
Bible Exposition Commentary (tentang Yoh 17:12):
“The
believer, then, is secure in Christ for many reasons: the very nature of God,
the nature of salvation, the glory of God, and the intercessory ministry of
Christ. But what about Judas? Was he secure? How did he fall? Why did Jesus not
keep him safe? For the simple reason that Judas was never one of Christs own.
Jesus faithfully kept all that the Father gave to Him, but Judas had never been
given to Him by the Father. Judas was not a believer (John 6:64-71); he had
never been cleansed (John 13:11); he had not been among the chosen (John 13:18);
he had never been given to Christ (John 18:8-9). No, Judas is not an example of
a believer who ‘lost his salvation.’ He is an example of an unbeliever who
pretended to have salvation but was finally exposed as a fraud. Jesus keeps all
whom the Father gives to Him (John 10:26-30).”
[= Maka orang percaya adalah aman dalam Kristus untuk banyak alasan: sifat dasar
dari Allah, sifat dasar dari keselamatan, kemuliaan Allah, dan pelayanan
pengantaraan dari Kristus. Tetapi bagaimana dengan Yudas? Apakah dia aman?
Bagaimana ia jatuh? Mengapa Yesus tidak menjaganya aman / selamat? Karena alasan
yang sederhana bahwa Yudas tidak pernah merupakan satu dari milik Kristus. Yesus
dengan setia menjaga semua yang Bapa berikan kepadaNya, tetapi Yudas tidak
pernah diberikan kepadaNya oleh Bapa. Yudas bukanlah orang percaya (Yoh
6:64-71); ia tidak pernah dibersihkan (Yoh 13:11); ia tidak pernah ada di antara
orang-orang pilihan (Yoh 13:18); ia tidak pernah diberikan kepada Kristus (Yoh
18:8-9). Tidak, Yudas bukanlah suatu contoh dari seorang percaya yang
‘kehilangan keselamatannya’. Ia adalah suatu contoh dari seorang yang tidak
percaya yang berpura-pura mempunyai keselamatan tetapi akhirnya tersingkapkan
sebagai suatu dusta / seorang penipu. Yesus menjaga semua orang yang Bapa
berikan kepadaNya (Yoh 10:26-30).].
Yoh
6:64-71 - “(64) Tetapi di antaramu ada yang tidak
percaya.’ Sebab Yesus tahu
dari semula, siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia. (65) Lalu Ia berkata: ‘Sebab itu
telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorangpun dapat datang kepadaKu, kalau Bapa
tidak mengaruniakannya kepadanya.’ (66) Mulai dari waktu itu banyak
murid-muridNya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia. (67) Maka kata
Yesus kepada kedua belas muridNya: ‘Apakah kamu tidak mau pergi juga?’ (68)
Jawab Simon Petrus kepadaNya: ‘Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi?
PerkataanMu adalah perkataan hidup yang kekal; (69) dan kami telah percaya dan
tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah.’ (70) Jawab Yesus kepada mereka: ‘Bukankah Aku sendiri yang
telah memilih kamu yang dua belas ini? Namun seorang di antaramu adalah
Iblis.’ (71) Yang dimaksudkanNya ialah Yudas, anak Simon Iskariot; sebab dialah yang akan menyerahkan Yesus, dia seorang
di antara kedua belas murid itu.”.
Yoh
13:11 - “Sebab Ia tahu, siapa yang akan menyerahkan
Dia. Karena itu Ia
berkata: ‘Tidak semua kamu bersih.’”.
Yoh 13:18
- “Bukan tentang kamu semua Aku berkata. Aku tahu, siapa yang telah Kupilih. Tetapi haruslah genap nas ini: Orang yang makan rotiKu,
telah mengangkat tumitnya terhadap Aku.”.
Yoh
18:8-9 - “(8) Jawab Yesus: ‘Telah Kukatakan
kepadamu, Akulah Dia. Jika Aku yang kamu cari, biarkanlah mereka ini pergi.’
(9) Demikian hendaknya supaya genaplah firman yang telah dikatakanNya: ‘Dari mereka yang Engkau serahkan kepadaKu, tidak
seorangpun yang Kubiarkan binasa.’”.
Yoh
10:26-30 - “(26) tetapi kamu tidak percaya, karena
kamu tidak termasuk domba-dombaKu. (27) Domba-dombaKu mendengarkan suaraKu dan
Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, (28) dan Aku memberikan hidup yang
kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan
seorangpun tidak akan merebut mereka dari
tanganKu. (29) BapaKu, yang memberikan mereka kepadaKu, lebih besar dari pada
siapapun, dan seorangpun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa. (30) Aku dan Bapa adalah satu.’”.
William
Hendriksen (tentang Yoh 17:12):
“When
Jesus says, ‘And not one of them perished but the son of perdition,’ he does
not mean that with the exception of Judas
all those whom the Father had given to the Son had been guarded. He certainly
does not intend to convey the thought that in the case of Judas he had failed
miserably to carry out the assignment given to him. On the contrary, what we
have here is another instance of abbreviated expression. See on 5:31. More fully
stated what Jesus means is this: ‘And I guarded them, and not one of them
perished. But the son of perdition did perish. However, far from proving that in
this one instance the plan from eternity was defeated and prophecy left
unfulfilled, this happened in order that the scripture might be fulfilled.’” [= Pada waktu Yesus mengatakan, ‘dan
tidak ada seorangpun dari mereka yang binasa selain dari anak kehancuran /
neraka’, Ia tidak memaksudkan bahwa dengan Yudas
sebagai perkecualian, semua dari mereka yang Bapa telah berikan kepada Anak,
telah dijaga. Ia pasti tidak bermaksud
untuk menyampaikan pemikiran bahwa dalam kasus Yudas Ia telah gagal secara
menyedihkan untuk melaksanakan tugas yang diberikan kepadaNya.
Sebaliknya, apa yang kita dapatkan di sini adalah suatu contoh lain dari
ungkapan yang disingkat. ... Kalau dinyatakan secara lebih penuh / lengkap apa
yang Yesus maksudkan adalah ini: ‘Dan Aku menjaga mereka, dan tak seorangpun
dari mereka binasa. Tetapi anak kehancuran / neraka memang binasa. Tetapi, jauh
dari membuktikan bahwa dalam satu contoh ini rencana dari kekekalan dikalahkan
dan nubuat dibiarkan tak digenapi, ini terjadi supaya Kitab Suci bisa
digenapi.’].
Yoh 17:12
(NASB): ‘While I was with them,
I was keeping them in Your name which You have given Me; and I guarded them and not
one of them perished but
the son of perdition, so that the Scripture
would be fulfilled.’
[= Selama Aku bersama mereka, Aku menjaga mereka dalam namaMu yang telah Engkau
berikan kepadaKu; dan Aku menjaga mereka dan tak
seorangpun dari mereka binasa
kecuali anak
kehancuran / neraka,
sehingga Kitab Suci akan digenapi.].
Perkecualian
yang dimaksud hanyalah berhubungan dengan kata-kata ‘tidak
ada seorangpun dari mereka yang binasa’,
bukan berhubungan dengan seluruh kalimat sebelumnya. Kalau perkecualian itu
dihubungkan dengan seluruh kalimat sebelumnya, maka itu akan menunjukkan bahwa
Yudas Iskariot juga adalah orang yang diberikan oleh Bapa kepada Kristus, tetapi
lalu terhilang, sehingga ia merupakan perkecualian dibandingkan dengan semua
yang lain.
Kita
tidak bisa menafsirkan seperti ini karena:
a. Dari semula kitab-kitab Injil
memang tidak pernah menunjukkan Yudas Iskariot sebagai orang kristen sejati.
b. Penafsiran seperti ini akan
bertentangan dengan:
·
Yoh 6:39 - “Dan inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikanNya kepadaKu
jangan ada yang hilang,
tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman.”.
·
Yoh 18:9 - “Demikian
hendaknya supaya genaplah firman yang telah dikatakanNya: ‘Dari
mereka yang Engkau serahkan kepadaKu, tidak seorangpun yang Kubiarkan binasa.’”.
c. Itu akan menunjukkan Yesus sebagai Gembala yang bodoh, yang bisa
kehilangan dombaNya, sedangkan Alkitab menggambarkan Yesus sebagai ‘Gembala
yang baik’.
Yoh
10:11a,14a - “Akulah
gembala yang baik.”.
Bdk.
Yer 23:1-4 - “(1)
‘Celakalah para gembala yang membiarkan kambing
domba gembalaanKu hilang dan terserak!’ - demikianlah firman TUHAN. (2) Sebab
itu beginilah firman TUHAN, Allah Israel, terhadap para gembala yang
menggembalakan bangsaku: ‘Kamu telah membiarkan kambing dombaKu terserak dan
tercerai-berai, dan kamu tidak menjaganya. Maka ketahuilah, Aku akan membalaskan
kepadamu perbuatan-perbuatanmu yang jahat, demikianlah firman TUHAN. (3) Dan
Aku sendiri akan mengumpulkan sisa-sisa kambing dombaKu dari segala negeri ke
mana Aku menceraiberaikan mereka, dan Aku akan membawa mereka kembali ke padang
mereka: mereka akan berkembang biak dan bertambah banyak. (4) Aku akan
mengangkat atas mereka gembala-gembala yang akan menggembalakan mereka,
sehingga mereka tidak takut lagi, tidak terkejut dan tidak
hilang seekorpun, demikianlah firman TUHAN.”.
d.
Yudas Iskariot disebut dengan istilah ‘son of perdition’ [=
anak kehancuran / neraka].
Ini
akan kita bahas dalam point 2. di bawah ini.
2.
‘selain
dari pada dia yang telah ditentukan untuk binasa’.
Dalam
ayat ini sebetulnya terjemahan Kitab Suci Indonesia terlalu keras.
KJV/RSV/NASB:
‘but the son of perdition’
[= kecuali anak kebinasaan / kehancuran / neraka].
NIV:
‘except the one doomed to destruction’ [= kecuali orang yang
ditentukan / ditakdirkan untuk kehancuran].
Dalam
‘Webster’s New World Dictionary’
dikatakan bahwa istilah ‘perdition’
bisa diterjemahkan bermacam-macam:
·
‘complete
and irreparable loss; ruin’ [= kehilangan yang
lengkap dan tidak bisa dibetulkan; kehancuran].
·
‘the
loss of a soul or of hope for salvation; damnation’
[= kehilangan jiwa atau pengharapan untuk selamat; penghukuman / pengutukan].
·
‘the
place or condition of damnation; hell’ [= tempat
atau kondisi penghukuman; neraka].
Sekarang
kita melihat beberapa komentar dari para penafsir.
Adam
Clarke (tentang Yoh 17:12):
“‘But
the son of perdition.’ So we find that Judas, whom all account to have been
lost, and whose case at best is extremely dubious, was first given by God to
Christ? But why was he lost? Because, says Augustin, he would not be saved: and
he further adds, After the commission of his crime, he might have returned to
God and have found mercy. Aug. Serm. 125; n. 5; Psalm 146
n. 20; Ser. 352, n. 8; and in Psalms 108. See Calmet, who remarks: Judas
only became the son of perdition because of his willful malice, his abuse of the
grace and instructions of Christ, and was condemned through his own avarice,
perfidy, insensibility, and despair.”
[= ‘Kecuali anak kehancuran / neraka’. Demikianlah kita mendapati bahwa
Yudas, yang semua orang anggap sebagai telah terhilang, dan yang kasusnya
paling-paling adalah sangat meragukan, pertama-tama diberikan oleh Allah kepada
Kristus? Tetapi mengapa ia terhilang? Karena, kata Agustinus, ia tidak mau
diselamatkan: dan ia menambahkan lebih jauh, Setelah tindakannya melakukan
kejahatannya, ia bisa telah berbalik kepada Allah dan menemukan belas kasihan.
Aug. Serm. 125; n. 5; Psalm 146 n.
20; Ser. 352, n. 8; dan dalam Psalms 108. Lihat Calmet, yang berkata: Yudas
hanya menjadi anak kebinasaan karena kejahatannya yang sengaja / tegar tengkuk,
penyalah-gunaannya terhadap kasih karunia dan pengajaran Kristus, dan
dihukum melalui ketamakan, pengkhianatan, sikap acuh tak acuh / tak berperasaan,
dan keputus-asaannya sendiri.].
Catatan:
dalam tafsirannya tentang Maz 108 dan tentang Maz 146, Agustinus sama
sekali tidak menyinggung Yudas Iskariot, sedangkan referensi yang lain tidak
bisa saya temukan. Juga penggunaan kata-kata Agustinus oleh Adam Clarke ini
tidak membicarakan arti dari istilah / ungkapan ‘son of perdition’ [=
anak kehancuran / neraka]. Hanya kata-kata Calmet saja yang menjelaskan arti
istilah / ungkapan itu. Tetapi benarkah penjelasannya?
Lenski
(tentang Yoh 17:12): “as
in the case of the Jews Jesus knew that Judas was not his own. Not
that Judas never believed - we may be quite sure that he did at first;
but even then he was ‘the son of perditon,’ a son
or product of eternal damnation; compare the similar designations in
Matt. 23:15; 2 Thess. 2:2. For Judas is not given
this awful title because he went to perdition and thus ex
eventu
became a son of perdition. The reverse is true: being a son of perdition, he
went to perdition, ‘fell away, that he might go to his
own place,’ Acts 1:25; only for a time was he numbered among the apostles,
only for a time had he a portion or lot in this ministry, Acts 1:17. ‘In order
that the Scripture might be fulfilled’ modifies the preceding clause, ‘save
the son of perdition,’ i.e., that as such he, indeed, did perish. This
ἵνα,
like all the others referring to the Scripture fulfillment concerning the
wicked, is not deterministic; it rests on the infallible foreknowledge of God.
God foresaw all that Judas would become and would do
in spite of all the grace vouchsafed to him. He beheld Judas dying as the son of
perdition, thus to remain the son of perdition forever.
Therefore in God’s foreknowledge and counsel
Judas was the son of perdition from the beginning, and God prefigured Judas by
Ahitophel in Ps. 41:9; some add Ps. 55:12–15; Ps. 109:8 (Acts 1:20).
Due to the infallibility of the divine foreknowledge,
these predictions in the Old Testament types were bound to be fulfilled in Judas.” [= seperti dalam kasus orang-orang
Yahudi Yesus tahu bahwa Yudas bukanlah milikNya. Bukan
bahwa Yudas tidak pernah percaya - kami bisa cukup yakin bahwa ia percaya pada
awalnya; tetapi bahkan pada saat itu ia
adalah ‘anak kehancuran / neraka’, seorang anak atau hasil dari hukuman /
kutukan kekal; bandingkan penyebutan yang mirip dalam Mat 23:15; 2Tes
2:2. Karena Yudas tidak diberi gelar yang mengerikan
ini karena ia pergi pada kehancuran / neraka dan karena itu EX
EVENTU (dari peristiwanya) menjadi seorang anak kehancuran / neraka. Kebalikannyalah yang benar:
karena ia adalah anak kehancuran / neraka, maka ia pergi pada kehancuran /
neraka,
‘jatuh, supaya ia bisa pergi ke tempatnya sendiri’, Kis 1:25; hanya untuk
suatu waktu ia terhitung di antara rasul-rasul, hanya untuk suatu waktu ia
mempunyai suatu bagian dalam pelayanan ini, Kis 1:17. ‘Supaya Kitab Suci bisa
digenapi’ memodifikasi anak kalimat sebelumnya, ‘kecuali anak kehancuran /
neraka’, yaitu bahwa karena ia seperti itu ia memang binasa. Kata
ἵνα
(HINA) ini, seperti semua yang lain yang menunjuk pada penggenapan Kitab Suci
berkenaan dengan orang jahat, tidaklah bersifat ditentukan; itu berdasar pada pra pengetahuan yang tak bisa salah dari Allah. Allah
melihat lebih dulu semua tentang Yudas akan jadi apa dan akan lakukan apa, sekalipun
semua kasih karunia dianugerahkan kepadanya. Ia
melihat Yudas mati sebagai anak kehancuran / neraka, dan dengan demikian tetap
adalah anak kehancuran / neraka selama-lamanya. Karena
itu dalam pra pengetahuan dan rencana Allah, Yudas adalah anak kehancuran /
neraka dari semula, dan Allah menggambarkan Yudas lebih dulu oleh Ahitofel dalam
Maz 41:10; beberapa orang menambahkan Maz 55:13-16; Maz 109:8 (Kis 1:20).
Karena ketidakbisabersalahan dari pra pengetahuan
ilahi, ramalan-ramalan dalam TYPE-TYPE Perjanjian Lama ini harus
digenapi dalam Yudas.].
Catatan:
EX EVENTU adalah kata-kata bahasa Latin. EX = ‘out of / from’ [=
keluar dari / dari]; EVENTU = ‘event’ [= peristiwa].
Tanggapan
saya:
a. Saya tidak percaya sama sekali kata-kata Lenski yang mengatakan bahwa
pada mulanya Yudas Iskariot betul-betul percaya!
Entah apa dasar dari orang Arminian ini untuk mengatakan seperti itu!
b. Lenski terlihat jelas mempercayai pra pengetahuan (foreknowledge)
Allah yang tidak bisa salah. Bagaimana ini bisa tidak membimbing dia pada
penentuan lebih dulu (foreordination) dari Allah, tidak bisa saya
mengerti.
c. Lenski juga mempercayai bahwa ‘karena ia adalah anak kehancuran / neraka, maka ia pergi pada
kehancuran / neraka’. Bagaimana
mungkin masuk nerakanya Yudas Iskariot ini bukan suatu ketentuan??
d. Anehnya, pada bagian akhir kata-katanya ia berkata ‘HARUS
digenapi dalam Yudas’!!!
Bagaimana bisa ‘harus terjadi’ kalau tidak ditentukan???
e. Saya juga tidak percaya kata-kata Lenski yang menyatakan bahwa ‘semua
kasih karunia dianugerahkan kepadanya’.
Lagi-lagi, entah dasar Alkitab apa yang Lenski gunakan untuk mendukung
kata-katanya ini.
Matthew
Poole (tentang Yoh 17:12): “As ‘the son of death,’ 2Sam. 12:5, signifies one appointed to die,
or that deserveth to die; and ‘the child of hell,’ Matt. 23:15, siginifies
one who deserveth hell; so the son of perdition may either signify one destined
to perdition, or one that walketh in the high and right road to perdition, or
rather both; one who being passed over in God’s eternal counsels, as to such
as shall be saved, hath by his own wilful apostacy brought himself to eternal
perdition, or into such a guilt as I know thou wilt destroy him.” [= Seperti ‘anak kematian’, 2Sam 12:5, menunjuk
kepada orang yang ditetapkan untuk mati, atau orang yang layak untuk mati; dan
‘anak neraka’, Mat 23:15, menunjuk kepada orang yang layak masuk neraka; demikian juga ‘anak kebinasaan / neraka’ bisa
menunjuk kepada seseorang yang ditentukan untuk kebinasaan / neraka, atau
seseorang yang berjalan dalam jalan yang menuju kebinasaan / neraka, atau
mungkin keduanya; seseorang yang dilewati dalam rencana kekal Allah berkenaan
dengan orang-orang yang akan diselamatkan, dan
yang dengan kemurtadannya sendiri yang disengaja, membawa dirinya sendiri pada
kebinasaan kekal, atau ke dalam suatu kesalahan yang akan menyebabkan Allah
menghancurkannya.] - hal 369.
2Sam 12:5
- “Lalu Daud menjadi sangat marah karena
orang itu dan ia berkata kepada Natan: ‘Demi TUHAN yang hidup: orang yang
melakukan itu harus dihukum mati.”.
Literal:
‘son of death’ [= anak kematian].
Mat 23:15
- “Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan
orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu mengarungi lautan
dan menjelajah daratan, untuk mentobatkan satu orang saja menjadi penganut
agamamu dan sesudah ia bertobat, kamu menjadikan dia orang neraka, yang dua kali lebih jahat dari pada kamu sendiri.”.
KJV:
‘the child of hell’ [= anak neraka].
RSV:
‘a child of hell’ [= seorang anak neraka].
NIV/NASB:
‘a son of hell’ [= seorang anak neraka].
Jamieson,
Fausset & Brown (tentang Yoh 17:12):
“If
we take the expressions, ‘children of this world,’ ‘child of the devil,’
‘the man of sin,’ ‘children of light,’ ‘children of Zion,’ to mean
men who have in them the nature of the things mentioned as their proper
character, then, ‘the son of perdition’ must mean ‘he who not only is
doomed to, but has the materials of perdition already in his character.’ So we
are to understand the expression ‘children of wrath’ (Eph 2:3).”
[= Jika kita mengartikan ungkapan-ungkapan ‘anak-anak dunia ini’, ‘anak
setan’, ‘orang dari dosa’, ‘anak-anak terang’, ‘anak-anak Sion’,
untuk berarti orang-orang yang mempunyai dalam diri mereka sifat dasar dari
hal-hal yang disebutkan sebagai karakter mereka yang benar, maka
‘anak kehancuran / neraka’ harus berarti ‘ia yang bukan hanya ditentukan /
ditakdirkan untuk, tetapi sudah mempunyai bahan-bahan kebinasaan dalam
karakternya’. Demikianlah kita harus mengerti ungkapan ‘anak-anak
kemurkaan’ (Ef 2:3).].
Ef
2:3 - “Sebenarnya
dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam
hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada
dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai,
sama seperti mereka yang lain.”.
KJV:
‘the children of wrath’ [= anak-anak kemurkaan].
UBS
New Testament Handbook Series (tentang Yoh 17:12):
“‘The
man who was bound to be lost.’ (NAB ‘him who was destined to be lost’; NEB
‘the man who must be lost’; JB ‘the one who chose to be lost’; Gdsp
‘the one who was destined to be lost’) has been traditionally rendered
‘the son of perdition.’ The word rendered ‘perdition’ in many
translations is a noun made from the same stem as the verb translated ‘was
lost’ in TEV and most other translations. This word is frequently used in the
New Testament of the final fate of those who are without God (see Matt 7:13;
Acts 8:20; Rom 9:22; Phil 1:28; 3:19; 1 Tim 6:9; Heb 10:39; 2 Peter 2:1; 3:7;
Rev 17:8,11). The phrase ‘son of (literally ‘man of’) perdition’ means
‘one who is going to be lost (eternally).’ The same expression appears in 2
Thessalonians 2:3 and is rendered the... One... who is destined to hell in
TEV.” [= ‘orang yang harus terhilang’
(NAB ‘ia yang ditentukan untuk terhilang’; NEB ‘orang yang harus
terhilang’; JB ‘orang yang memilih untuk terhilang’; Gsdp ‘orang yang
ditentukan untuk terhilang’) secara tradisional telah diterjemahkan ‘anak
kehancuran / neraka’. Kata yang diterjemahkan ‘perdition’ /
‘kehancuran / kebinasaan / neraka’ ini dalam banyak terjemahan adalah suatu
kata benda yang dibuat dari akar kata yang sama seperti kata kerja yang
diterjemahkan ‘terhilang’ dalam TEV dan kebanyakan terjemahan-terjemahan
yang lain. Kata ini sering digunakan dalam Perjanjian Baru tentang keadaan akhir
dari mereka yang tanpa Allah (lihat Mat 7:13; Kis 8:20; Ro 9:22; Fil 1:28; 3:19;
1Tim 6:9; Ibr 10:39; 2Pet 2:1; 3:7; Wah 17:8,11). Ungkapan
‘anak (secara hurufiah ‘orang’) kehancuran / neraka’ berarti
‘orang yang akan terhilang (secara kekal)’. Ungkapan yang sama muncul
dalam 2Tes 2:3 dan diterjemahkan ‘orang ... yang ditentukan untuk neraka’
dalam TEV.].
Catatan:
bagian yang saya garis-bawahi itu salah. Kata Yunani yang digunakan adalah
HUIOS, yang memang berarti ‘anak’, bukan ‘orang’.
William
Hendriksen (tentang Yoh 17:12): “‘The son of perdition’ (a Semitism; cf. Matt. 23:15; 2Thess. 2:3)
is the utterly lost one, designated unto perdition. That Judas was meant is
clear from a comparison of passages: 6:71; 13:2,18,26,30; 15:2,6. ... Though, on
the one hand, Judas was fully responsible, on the other hand, this deed was
included in the divine decree from eternity, and in prophecy. ... Hence, when
the disciples hear Jesus speaking to the Father about the accomplishment of his
task with respect to them, and the fulfilment of prophecy even in the case of
the son of perdition, they are strengthened in their faith, and begin to realize
that nothing and no one ever defeats the divine purpose!” [= ‘Anak
kebinasaan / neraka’ (suatu istilah Semitic; bdk. Mat 23:15; 2Tes 2:3)
adalah orang yang hilang sama sekali, ditetapkan untuk kebinasaan / neraka. Bahwa Yudas yang dimaksudkan adalah jelas dari
perbandingan text-text: 6:71; 13:2,18,26,30; 15:2,6. ... Sekalipun di satu
sisi, Yudas sepenuhnya bertanggung jawab, tetapi di sisi lain, tindakan ini telah tercakup dalam ketetapan ilahi dari
kekekalan, dan dalam nubuatan. ... Karena itu, pada waktu para murid mendengar Yesus berbicara kepada
Bapa tentang pencapaian dari tugasNya berkenaan dengan diri mereka, dan
penggenapan nubuat bahkan dalam kasus ‘anak kebinasaan / neraka’, mereka
dikuatkan dalam iman mereka, dan mulai menyadari bahwa tidak ada apapun dan
siapapun yang pernah menggagalkan rencana Allah!]
- hal 358.
2Tes 2:3
- “Janganlah kamu memberi dirimu disesatkan
orang dengan cara yang bagaimanapun juga! Sebab sebelum Hari itu haruslah datang
dahulu murtad dan haruslah dinyatakan dahulu manusia durhaka, yang harus binasa,”.
KJV/RSV:
‘the son of perdition’ [= anak kehancuran / neraka].
NASB:
‘the son of destruction’ [= anak kehancuran].
NIV:
‘the man doomed to destruction’ [= orang yang ditentukan /
ditakdirkan untuk kehancuran].
Kata
Yunani yang digunakan persis sama dengan yang ada dalam Yoh 17:12, yaitu HO
HUIOS TES APOLEIAS.
Calvin
(tentang Yoh 17:12): “Judas
is excepted, and not without reason; for, though he was not one of the elect and
of the true flock of God, yet the dignity of his office gave him the appearance
of it. ... that no one might think that the eternal election of God was
overturned by the damnation of Judas, he immediately added, that he was ‘the
son of perdition.’ By these words Christ means that his ruin, which took place
suddenly before the eyes of men, had been known to God long before; for ‘the
son of perdition,’ according to the Hebrew idiom, denotes a man who is ruined,
or devoted to destruction.” [= Yudas dikecualikan, dan bukannya
tanpa alasan; karena sekalipun ia bukanlah salah seorang dari orang-orang
pilihan dan dari kawanan domba Allah, tetapi kewibawaan dari jabatannya
seolah-olah menunjukkan hal itu. ... supaya tidak
seorangpun berpikir bahwa pemilihan kekal dari Allah dibalikkan oleh penghukuman
Yudas, Ia langsung menambahkan, bahwa ia adalah ‘anak kebinasaan / neraka’.
Dengan kata-kata ini Kristus memaksudkan bahwa
kehancurannya, yang terjadi secara mendadak di hadapan manusia, telah diketahui
oleh Allah jauh sebelumnya; karena ‘anak kebinasaan / neraka’ menurut
ungkapan Ibrani, menunjuk pada seseorang yang dihancurkan, atau disediakan untuk
kehancuran.].
-bersambung-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali