(Rungkut
Megah Raya, blok D no 16)
Minggu,
tgl 24 Mei 2015, pk 8.00 & 17.00
Pdt. Budi Asali, M. Div.
VII)
Kematian Yudas Iskariot.
1) Cara kematian Yudas Iskariot: pembahasan ayat yang
kelihatannya saling bertentangan / kontradiksi.
Yudas
Iskariot bunuh diri dengan gantung diri (Mat 27:5) atau jatuh tertelungkup dan
isi perutnya keluar (Kis 1:18)?
Mat
27:5 - “Maka
iapun melemparkan uang perak itu ke dalam Bait Suci, lalu pergi dari situ dan
menggantung diri.”.
Kis
1:18 - “Yudas
ini telah membeli sebidang tanah dengan upah kejahatannya, lalu ia jatuh tertelungkup,
dan perutnya terbelah sehingga semua isi perutnya tertumpah ke luar.”.
Terjemahan
‘tertelungkup’
ini salah!
KJV:
‘and falling headlong,
he burst asunder in the midst, and all his bowels gushed out.’
[= dan jatuh dengan kepala dulu, ia
terbelah di tengah-tengah, dan semua isi perutnya keluar.].
RSV:
‘and falling headlong
he burst open in the middle and all his bowels gushed out.’
[= dan jatuh dengan kepala dulu, ia
terbelah di tengah-tengah, dan semua isi perutnya keluar.].
NIV:
‘there he fell headlong,
his body burst open and all his intestines spilled out.’
[= di sana ia jatuh dengan kepala dulu,
tubuhnya terbelah dan semua isi perut / ususnya keluar].
NASB:
‘and falling headlong,
he burst open in the middle and all his bowels gushed out.’
[= dan jatuh dengan kepala dulu, ia
terbelah di tengah-tengah dan semua isi perutnya keluar].
Biarpun
sepintas lalu kedua ayat ini bertentangan, tetapi sebetulnya tidak ada problem
dalam pengharmonisannya. Boleh dikatakan semua penafsir beranggapan bahwa Yudas
menggantung diri di sebuah pohon yang dahannya menjulur ke atas sebuah jurang.
Pada waktu ia mati, dahan / tali itu tidak kuat menahan berat badannya sehingga
lalu patah / putus, dan mayat Yudas jatuh ke jurang, jatuh ke jurang, sehingga
perutnya terbelah dan isi perutnya tertumpah keluar.
William
Hendriksen (tentang Mat 27:5):
“‘Then he went off and hanged himself.’
Why this should be regarded as in conflict with Luke’s account: ‘Falling
headlong, he burst open in the middle and all his bowels gushed out’ (Acts
1:18) is not clear. If he hanged himself from a tree located on a high cliff,
above a valley, and if then the rope broke and the traitor fell on rocky ground,
the result could very well have been as pictured in the book of Acts. Of course,
this attempt at harmonization may be erroneous. There could be another and
better explanation, but at least there is no reason whatever to cry,
‘Discrepancy.’”
[= ‘Lalu ia pergi dan menggantung dirinya sendiri’. Mengapa ini harus
dianggap sebagai bertentangan dengan cerita Lukas: ‘Jatuh dengan kepala dulu,
ia terbuka / terbelah di tengah-tengah dan semua isi perutnya keluar’ (Kis
1:18) tidaklah jelas. Jika ia menggantung dirinya
sendiri dari sebuah pohon yang terletak pada suatu tebing yang tinggi, di atas
suatu lembah, dan jika lalu talinya putus dan sang pengkhianat jatuh pada tanah
yang berbatu karang, hasilnya sangat bisa seperti yang telah digambarkan dalam
kitab Kisah Rasul. Tentu saja, usaha
pengharmonisan ini bisa salah. Di sana bisa ada penjelasan yang lain dan lebih
baik, tetapi setidaknya tidak ada alasan apapun untuk berteriak,
‘Ketidak-cocokan / pertentangan’.].
Barnes’
Notes (tentang Mat 27:5):
“The
explanation here suggested will be rendered more probable if it be supposed that
he hung himself near some precipitous valley. ‘Interpreters have suggested,’
says Professor Hackett (Illustrations of Scripture, pp. 275, 276), ‘that Judas
may have hung himself on a tree near a precipice over the valley of Hinnom, and
that, the limb or rope breaking, he fell to the bottom, and was dashed to pieces
by the fall. For myself, I felt, as I stood in this valley and looked up to the
rocky terraces which hang over it, that the proposed explanation was a perfectly
natural one. I was more than ever satisfied with it. I measured the precipitous,
almost perpendicular walls in different places, and found the height to be,
variously, 40, 36, 33, 30, and 25 feet. Trees still grow quite near the edge of
these rocks, and, no doubt, in former times were still more numerous in the same
place. A rocky pavement exists, also, at the bottom of the ledges, and hence on
that account, too, a person who should fall from above would be liable to be
crushed and mangled as well as killed. The traitor may have struck, in his fall,
upon some pointed rock, which entered the body and caused his bowels to gush
out.’”
[= Penjelasan yang diusulkan di sini akan dibuat
lebih mungkin jika dianggap bahwa ia menggantung dirinya sendiri dekat lembah
yang sangat curam. ‘Para penafsir telah mengusulkan’, kata Profesor Hackett
(‘Illustrations of Scripture’, hal 275,276), ‘bahwa Yudas bisa telah
menggantung dirinya sendiri pada sebuah pohon di dekat suatu tempat yang sangat
curam di atas Lembah Hinnom, dan bahwa, karena cabang atau tali patah / putus,
ia jatuh ke dasar, dan terbentur hancur oleh kejatuhan itu. Untuk
diri saya sendiri, saya merasa, pada waktu saya berdiri di lembah ini dan
melihat ke atas pada teras batu karang yang terletak di atasnya, bahwa penjelasan
yang diusulkan adalah suatu penjelasan alamiah sepenuhnya. Saya lebih
puas dari sebelumnya dengan itu. Saya mengukur dinding yang curam, hampir tegak
lurus di tempat-tempat yang berbeda, dan mendapati tingginya adalah
berbeda-beda, 40, 36, 33, 30, dan 25 kaki. Pohon-pohon tetap tumbuh cukup dekat
dengan tepi dari batu-batu karang ini, dan tak diragukan, pada jaman dulu ada
lebih banyak pohon di tempat yang sama. Suatu jalan
yang dikeraskan juga ada di dasar dari tonjolan, maka karena itu juga, seseorang
yang jatuh dari atas besar kemungkinannya untuk hancur dan mati. Sang
pengkhianat bisa telah terbentur, dalam kejatuhannya, pada batu-batu karang yang
tajam, yang menusuk tubuhnya dan menyebabkan isi perutnya keluar’.].
The
Biblical
Illustrator (tentang Mat 27:7): “Manner
of Iscariot’s death: - Objectors have represented the statement in this text
as inconsistent with that in Acts 1:18, where he is said to have ‘purchased a
field with the reward of iniquity, and falling headlong, he burst asunder in the
midst, and all his bowels gushed out.’ But these passages do not necessarily
contradict each other. Matthew does not say that Judas, after having hanged
himself, did not fall to the ground; nor, on the contrary, does Luke say that
Judas did not hang himself before he fell to the ground; and unless the writers
affirm the reality of the events which they respectively mention in such a way
as to assert or imply that if the one event be true the other must be false, it
is obvious that they do not contradict each other. Of the precise relation of
the two events in question to each other we have no information, and can affirm
nothing with certainty. Some intermediate circumstance connected the one with
the other as parts of the same transaction, but that circumstance has not been
recorded. It is conjectured that Judas may have hung himself on the edge of a
precipice near the valley of Hinnom, and that the rope breaking by which he was
suspended, he fell to the earth and was dashed to pieces. As I stood in this
valley, and looked up to the rocky heights which span over it on the south side
of Jerusalem, I felt that the proposed explanation was a perfectly natural one;
I was more than ever satisfied with it. I measured the precipitous, almost
perpendicular walls, in different places, and found the height to be variously
forty, thirty-six, thirty-three, thirty, and twenty-five feet. At the bottom of
these precipices are rocky ledges, on which a person would fall from above, and
in that case not only would life be destroyed, but the body almost inevitably
bruised and mangled.” [= Cara kematian
Iskariot: - Para penentang telah menunjukkan pernyataan dalam text ini sebagai
tidak konsisten dengan pernyataan dalam Kis 1:18, dimana ia dikatakan ‘telah
membeli sebidang tanah dengan upah kejahatannya,
lalu ia jatuh dengan kepala dulu, ia terbelah di tengah-tengah, dan semua isi
perutnya tertumpah ke luar.’ Tetapi text-text ini
tidak harus saling bertentangan. Matius tidak
mengatakan bahwa Yudas, setelah menggantung dirinya sendiri, tidak jatuh ke
tanah; atau, sebaliknya, Lukas tidak mengatakan bahwa Yudas tidak menggantung
dirinya sendiri sebelum ia jatuh ke tanah; dan
kecuali penulis-penulis meneguhkan realita dari peristiwa-peristiwa yang mereka
sebutkan secara terpisah dengan suatu cara sehingga menegaskan atau menyatakan
secara implicit bahwa jika satu peristiwa benar maka yang lain harus / pasti
salah, adalah jelas bahwa mereka tidak bertentangan satu sama lain. Tentang
hubungan satu sama lain yang persis dari dua peristiwa yang dibicarakan kita
tidak mempunyai informasi, dan tidak bisa menegaskan apapun dengan kepastian.
Suatu keadaan di antara / di tengah-tengah menghubungkan yang satu dengan yang
lain seperti bagian-bagian dari kejadian / peristiwa yang sama, tetapi keadaan
itu tidak dicatat. Diduga
bahwa Yudas bisa telah menggantung dirinya sendiri di tepi dari suatu tebing
yang curam dekat lembah Hinnom, dan bahwa tali dengan mana ia tergantung putus,
sehingga ia jatuh ke bumi / tanah dan hancur.
Pada
waktu saya berdiri di lembah ini, dan melihat ke atas pada bagian yang tinggi
dan berbatu-batu yang membentang di atasnya di sebelah selatan dari Yerusalem,
saya merasa bahwa penjelasan yang diusulkan merupakan penjelasan yang alamiah
sepenuhnya; saya lebih puas dari sebelumnya dengan itu. Saya mengukur dinding /
tebing yang curam, hampir tegak lurus, di tempat-tempat yang berbeda, dan
mendapati tingginya adalah berbeda-beda, 40, 36, 33, 30, dan 25 kaki. Pada dasar
dari tebing-tebing yang curam ini ada permukaan datar yang berbatu-batu, pada
mana seseorang jatuh dari atas, dan dalam kasus itu bukan hanya mati, tetapi
tubuhnya hampir pasti hancur dan terkoyak-koyak.].
Catatan:
ini juga dikutip dari kata-kata H. B. Hackett, dari siapa Albert Barnes juga
mengutip.
Bible
Knowledge Commentary (tentang Kis 1:18): “One
explanation is that Judas’ intestines quickly became swollen and distended
after he hanged himself, so he burst open. Another explanation, more probable,
is that Judas hanged himself over a cliff and the rope or branch of the tree he
was using broke. When he fell to the rocks below, he ‘burst open.’” [= Satu penjelasan
adalah bahwa usus / isi perut Yudas dengan cepat menjadi bengkak dan membesar
setelah ia menggantung dirinya sendiri, sehingga ia meledak / pecah dan terbuka.
Penjelasan yang lain, lebih memungkinkan, adalah
bahwa Yudas menggantung dirinya sendiri di atas sebuah jurang dan tali atau
dahan dari pohon yang ia gunakan putus / patah. Pada waktu ia jatuh ke batu-batu
karang di bawah, ia ‘terbelah’.].
Pulpit
Commentary (tentang Mat 27:5):
“A
fragment of Papias gives another explanation, recounting that he was crushed and
disembowelled by a passing waggon.” [= Suatu fragmen dari Papias memberi
penjelasan yang lain, menceritakan bahwa ia
diremukkan dan dikeluarkan isi perutnya oleh sebuah kereta yang lewat.].
2)
Alasan Yudas Iskariot membunuh dirinya sendiri.
a) Barclay mengatakan Yudas Iskariot bunuh
diri karena merasa bahwa rencananya berjalan salah.
Barclay
(tentang Mat 27:5): “The suicide of Judas is surely the final indication that his plan had gone
wrong. He had meant to make Jesus blaze forth as a conqueror; instead he had
driven him to the cross, and life for Judas was shattered.”
[= Tindakan bunuh diri dari Yudas pasti adalah
petunjuk terakhir bahwa rencananya telah berjalan salah. Ia
memaksudkan untuk membuat Yesus menyala dengan terang sebagai seorang pemenang;
alih-alih ia telah mendorongNya kepada salib, dan kehidupan bagi Yudas
dihancurkan.].
Keterangan:
kata-kata Barclay di atas ini hanya benar kalau motivasi Yudas Iskariot dalam
mengkhianati Yesus adalah ini: Yudas menganggap Yesus terlalu lambat dalam
bertindak, dan ia mau memaksa Yesus untuk bertindak lebih cepat. Ia berpikir
kalau ia menyerahkan Yesus ke tangan orang-orang Yahudi / Romawi, Yesus akan
terpaksa menggunakan kuasaNya untuk menghancurkan mereka.
Barclay
(tentang Mat 27:5): “It might have been that if Judas had remained true to Jesus, he would have
died a martyr’s death; but, because he wanted his own way too much, he died by
his own hand. He missed the glory of the martyr’s crown to find life
intolerable because he had sinned.”
[= Mungkin seandainya Yudas tetap setia kepada Yesus, ia akan mati sebagai
seorang martir; tetapi karena ia
terlalu menginginkan jalannya sendiri, ia mati oleh tangannya sendiri.
Ia kehilangan kemuliaan dari mahkota seorang martir untuk mendapati bahwa hidup
tidak tertahankan karena ia telah berdosa.].
b) Matthew Henry mengatakan Yudas Iskariot
bunuh diri karena setan membuatnya putus asa, dan pada waktu ia putus asa, ia
justru menyendiri.
Sebelum
kita melihat komentar Matthew Henry, mari kita melihat terjemahan dari Mat 27:5
lebih dulu.
Mat
27:5 - “Maka
iapun melemparkan uang perak itu ke dalam Bait Suci, lalu pergi
dari situ dan menggantung diri.”.
Dalam
terjemahan LAI digunakan hanya satu kata kerja (‘pergi’),
padahal seharusnya ada 2 kata kerja.
KJV:
‘and departed,
and went and hanged himself.’
[= dan meninggalkan, dan pergi
dan menggantung dirinya sendiri.].
Untuk
kata pertama digunakan kata Yunani ἀνεχώρησεν (ANEKHORESEN),
yang berarti ‘meninggalkan’ atau ‘menarik
diri’; dan untuk kata kedua digunakan kata Yunani ἀπελθὼν
(APELTHON), yang berarti ‘pergi’.
Yang
dibahas oleh Matthew Henry di bawah ini adalah kata Yunani yang pertama.
Matthew
Henry (tentang Mat 27:5): “Here
is the utter despair that Judas was hereby driven into. If the chief priests had
promised him to stay the prosecution, it would have been some comfort to him;
but, seeing no hopes of that, he grew desperate, v. 5. ... ‘He went, and
hanged himself.’ First, ‘He retired’ - anechorese;
he withdrew into some solitary place, like the possessed man that was drawn by
the devil into the wilderness, Luke 8:29. Woe to him that is in despair, and is
alone. If Judas had gone to Christ, or to some of the disciples, perhaps he
might have had relief, bad as the case was; but, missing of it with the chief
priests, he abandoned himself to despair: and the same devil that with the help
of the priests drew him to the sin, with their help drove him to despair.” [= Di sinilah keputus-asaan tertinggi kemana Yudas
digiring oleh cara ini. Seandainya imam-imam kepala menjanjikan dia untuk
menghentikan penuntutan, itu akan merupakan suatu penghiburan baginya; tetapi
melihat tak adanya harapan untuk itu, ia menjadi putus asa, ay 5. ... ‘Ia
pergi, dan menggantung dirinya sendiri’. Pertama, ‘ia pergi menyendiri’ -
ANEKHORESE; ia menarik diri ke suatu tempat yang sepi / dimana ia sendirian,
seperti orang yang kerasukan setan menyendiri di gurun, Luk 8:29. Celakalah ia yang ada dalam keputus-asaan, dan ada
sendirian. Seandainya Yudas pergi kepada
Kristus, atau kepada beberapa dari murid-murid, ia mungkin telah mendapatkan
kelegaan, bagaimanapun buruknya kasusnya; tetapi setelah gagal
melakukan sesuatu dengan imam-imam kepala, ia menyerahkan dirinya sendiri pada
keputus-asaan: dan setan yang sama, yang dengan pertolongan dari
imam-imam menariknya pada dosa, dengan pertolongan mereka mendorongnya pada
keputus-asaan.].
Keputus-asaan
Yudas Iskariot terjadi karena ketidak-mengertiannya tentang belas kasihan
Kristus.
Calvin
(tentang Mat 27:3): “If
Judas had listened to the warning of Christ, there would still have been place
for repentance; but since he despised so gracious an offer of salvation, he is
given up to the dominion of Satan, that he may throw him into despair.”
[= Seandainya Yudas telah mendengarkan peringatan Kristus, di sana masih akan
tetap ada tempat untuk pertobatan; tetapi karena ia meremehkan tawaran
keselamatan yang begitu murah hati / penuh kasih karunia, ia diserahkan pada
kekuasaan Iblis, sehingga Iblis bisa melemparkannya ke dalam keputus-asaan.].
Matthew
Henry (tentang Mat 27:5): “He
became his own executioner; ‘He hanged himself;’ ... Judas had a sight and
sense of sin, but no apprehension of the mercy of God in Christ, and so he pined
away in his iniquity. His sin, we may suppose, was not in its own nature
unpardonable: there were some of those saved, that had been Christ’s betrayers
and murderers; but he concluded, as Cain, that his iniquity was greater than
could be forgiven, and would rather throw himself on the devil’s mercy than
God’s. And some have said, that Judas sinned more in despairing of the mercy
of God, than in betraying his Master’s blood.” [= Ia menjadi algojo dirinya sendiri; ‘Ia
menggantung dirinya sendiri’; ... Yudas melihat
dan merasa tentang dosanya, tetapi ia tidak mempunyai pengertian tentang belas
kasihan Allah dalam Kristus, maka ia merana dalam kesalahannya. Dosanya,
kita bisa menganggap, bukan dalam dirinya sendiri tak bisa diampuni: ada
beberapa dari mereka yang diselamatkan, yang telah menjadi
pengkhianat-pengkhianat dan pembunuh-pembunuh Kristus; tetapi ia
menyimpulkan, seperti Kain, bahwa kejahatannya lebih besar dari pada yang bisa
diampuni, dan lebih mau melemparkan dirinya sendiri pada belas kasihan setan
dari pada belas kasihan Allah. Dan beberapa orang
telah berkata, bahwa Yudas lebih berdosa dalam putus asa / kehilangan harapan
tentang belas kasihan Allah, dari pada dalam mengkhianati darah Tuannya.].
Matthew Henry (tentang Mat 27:5):
“We have an instance of the direful effects of despair; it often
ends in self-murder. ‘Sorrow,’ even that for sin, if not ‘according to
God, worketh death’ (2 Cor 7:10), the worst kind of death; for ‘a wounded
spirit, who can bear?’ Let us think as bad as we can of sin, provided we do
not think it unpardonable; let us despair of help in ourselves, but not of help
in God.” [=
Kita mempunyai sebuah contoh tentang hasil / akibat yang menakutkan dari
keputus-asaan; itu sering berakhir dalam bunuh diri. ‘Kesedihan’, bahkan
kesedihan karena dosa, jika bukan ‘menurut Allah, mengerjakan kematian’
(2Kor 7:10), jenis kematian yang terburuk; karena ‘suatu roh / semangat yang
terluka, siapa bisa menanggungnya?’ Biarlah kita
memikirkan seburuk-buruknya tentang dosa, asal
kita tidak berpikir itu tak bisa diampuni; biarlah kita putus asa tentang
pertolongan dalam diri kita sendiri, tetapi
tidak tentang pertolongan dalam Allah.].
2Kor 7:10
- “Sebab
dukacita menurut (kehendak) Allah menghasilkan pertobatan yang membawa
keselamatan dan yang tidak akan disesalkan, tetapi dukacita yang dari dunia ini
menghasilkan kematian.”.
Catatan:
kata ‘kehendak’
yang saya letakkan dalam tanda kurung itu sebetulnya tidak ada dalam bahasa
aslinya.
Amsal
18:14
- “Orang
yang bersemangat dapat menanggung penderitaannya, tetapi siapa akan memulihkan
semangat yang patah?”.
KJV:
‘The
spirit of a man will sustain his infirmity; but a wounded spirit who can bear?’
[= Roh / semangat dari seorang manusia akan menopang kelemahannya; tetapi suatu
roh / semangat yang terluka siapa dapat menanggungnya?].
c) Calvin juga mengatakan bahwa tindakan
bunuh diri ini terjadi karena Yudas Iskariot mengalami kesedihan yang bukan dari
Allah. Dan Spurgeon berpandangan sama, tetapi menambahkan secara explicit bahwa
tindakan bunuh diri Yudas Iskariot membuktikan bahwa pertobatannya bukanlah
pertobatan yang sejati.
Calvin
(tentang Mat 27:3):
“So then, Judas conceived disgust and horror, not so as to turn to
God, but rather that, being overwhelmed with despair, he might serve as an
example of a man entirely shut out from the grace of God. Justly, indeed, does
Paul say, that the sorrow which leads to repentance is salutary, (2 Corinthians
7:10;) but if a man stumble at the very threshold, he will derive no advantage
from a confused and mistaken grief. What is more, this is a just punishment with
which God at length visits the wicked, who have obstinately despised his
judgment, that he gives them up to Satan to be tormented without the hope of
consolation.” [=
Demikianlah, Yudas merasa jijik dan takut, bukan sehingga berbalik kepada Allah,
tetapi sebaliknya sehingga, karena diliputi dengan
keputus-asaan, ia bisa berfungsi sebagai suatu contoh dari seseorang yang
sepenuhnya dikeluarkan dari kasih karunia Allah. Memang secara benar
Paulus berkata, bahwa kesedihan yang membimbing pada pertobatan menghasilkan
hasil yang bermanfaat, (2Kor 7:10); tetapi jika
seseorang tersandung pada permulaan / ambang pintu (?), ia tidak akan
mendapatkan keuntungan / manfaat dari suatu kesedihan yang menghancurkan dan
dinilai secara salah. Lebih lagi, ini merupakan suatu penghukuman
yang adil dengan mana Allah pada akhirnya mengunjungi orang jahat, yang dengan
tegar tengkuk meremehkan penghakimanNya, bahwa Ia
menyerahkan mereka kepada Iblis untuk disiksa tanpa pengharapan dari penghiburan.].
Catatan: Allah menyerahkan orang kepada Iblis untuk
disiksa ini tidak menunjuk pada kehidupan orang itu setelah kematian (dalam
neraka), tetapi dalam kehidupan yang sekarang ini!!
C.
H. Spurgeon (tentang Mat 27:5):
“Those terrible words, ‘and went and hanged himself,’ reveal the real
character of the repentance of Judas. His was a
repentance that needed to be repented of; not that godly sorrow which
worketh repentance unto salvation. In the history of the Church of Christ, there
have been a few instances of remorse like that of Judas, driving men to despair,
if not to actual suicide. May God in mercy preserve us from any more repetitions
of such an awful experience!”
[= Kata-kata yang mengerikan itu, ‘dan pergi dan menggantung dirinya
sendiri’, menyatakan karakter sebenarnya dari pertobatan Yudas. Pertobatannya
adalah suatu pertobatan terhadap mana ia perlu bertobat; bukan
kesedihan yang saleh yang mengerjakan pertobatan pada keselamatan. Dalam sejarah
Gereja Kristus, di sana telah ada sedikit contoh penyesalan seperti penyesalan
Yudas, mendorong orang-orang pada keputus-asaan, jika bukan pada bunuh diri
sungguh-sungguh. Kiranya Allah dalam belas kasihan menjaga kita dari pengulangan
yang lebih banyak dari pengalaman yang mengerikan seperti itu!]
- ‘THE GOSPEL ACCORDING TO MATTHEW’ (Libronix).
3) Tindakan
bunuh diri ini merupakan akibat / hasil akhir dari cinta uang dalam diri Yudas
Iskariot.
Calvin
(tentang Mat 27:5): “‘And he went away, and
strangled himself.’ This is the price for which Satan
sells the allurements by which he flatters wicked men for a time. He throws them
into a state of fury, so that, voluntarily cutting themselves off from the hope
of salvation, they find no consolation but in death. Though others would have
permitted Judas to enjoy the thirty pieces of silver, by
which he had betrayed Christ and his own salvation, he throws them down, and
not only deprives himself of the use of them, but, along with the base reward of
the death of Christ, he throws away also his own life.” [= ‘Dan ia pergi, dan menggantung
dirinya sendiri’. Ini adalah harga untuk mana Iblis
menjual hal-hal yang memikat dengan mana ia merayu orang-orang jahat untuk suatu
waktu. Ia melemparkan mereka ke
dalam suatu keadaan kemarahan, sehingga, setelah dengan sukarela memotong diri
mereka sendiri dari pengharapan keselamatan, mereka tidak mendapati penghiburan
apapun kecuali dalam kematian. Sekalipun orang-orang lain mengijinkan Yudas
untuk menikmati 30 keping perak itu, dengan mana ia telah mengkhianati Kristus
dan keselamatannya sendiri, ia melemparkan uang itu, dan bukan hanya membuang
penggunaan uang itu dari dirinya sendiri, tetapi bersama-sama dengan upah yang
hina dari kematian Kristus, ia juga membuang hidup / nyawanya sendiri.].
Matthew
Henry (tentang Mat 27:5): “Now,
in this story, 1. We have an instance of the wretched end of those into whom
Satan enters, and particularly those that are given up to the love of money.
This is the destruction in which many are drowned by it, 1 Tim 6:9,10. Remember
what became of the swine into which, and of the traitor into whom, ‘the devil
enters;’ and ‘give not place to the devil.’” [= Sekarang dalam cerita ini, 1. Kita mempunyai
suatu contoh tentang akhir yang sangat buruk dari mereka ke dalam siapa Iblis
masuk, dan secara khusus mereka yang diserahkan
kepada cinta uang. Ini adalah penghancuran dalam mana banyak orang
ditenggelamkan olehnya, 1Tim 6:9,10. Ingatlah apa yang terjadi dengan babi-babi,
dan tentang pengkhianat, ke dalam siapa ‘setan masuk’; dan ‘janganlah
memberi tempat kepada setan’.].
1Tim
6:9-10 - “(9)
Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke
dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan
manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. (10) Karena akar segala kejahatan
ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang
dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.”.
Ef
4:27 - “dan
janganlah beri kesempatan kepada Iblis.”.
KJV:
‘Neither give place to
the devil.’ [= Janganlah memberi tempat kepada / bagi setan.].
NIV:
‘and do not give the devil a
foothold.’
[= dan jangan memberi setan tempat berpijak.].
4)
Tindakan bunuh diri Yudas Iskariot menunjukkan kekerasan Allah.
Matthew
Henry (tentang Mat 27:5): “2.
We have an instance of the wrath of God revealed from heaven against the
ungodliness and unrighteousness of men, Rom 1:18. As in the story of Peter we
behold the goodness of God, and the triumphs of Christ’s grace in the
conversion of some sinners; so in the story of Judas we behold the severity of
God, and the triumphs of Christ’s power and justice in the confusion of other
sinners.” [=
2. Kita mempunyai suatu contoh tentang murka Allah yang dinyatakan dari surga
terhadap kejahatan dan ketidak-benaran manusia, Ro 1:18. Seperti dalam cerita
tentang Petrus kita melihat kebaikan Allah dan kemenangan dari kasih karunia
Kristus dalam pertobatan dari beberapa orang berdosa; demikian juga dalam cerita
Yudas kita melihat kekerasan Allah, dan kemenangan dari kuasa dan keadilan
Kristus dalam membingungkan orang-orang berdosa yang lain.].
Ro
1:18 - “Sebab
murka Allah nyata dari sorga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia, yang
menindas kebenaran dengan kelaliman.”.
Ini
perlu direnungkan oleh orang-orang Kristen yang menganggap Allah itu selalu
kasih!
5) Orang yang bunuh diri menghindari neraka di dalam
dirinya, tetapi justru membuat ia masuk neraka yang sesungguhnya.
Matthew Henry (tentang Mat 27:5):
“He that thinks to ease his conscience by destroying his life, doth,
in effect, dare God Almighty to do his worst. And self-murder, though prescribed
by some of the heathen moralists, is certainly a remedy worse than the disease,
how bad soever the disease may be. Let
us watch against the beginnings of melancholy, and pray, Lord, ‘lead us not
into temptation.’” [= Ia yang berpikir untuk
membebaskan rasa sakit hati nuraninya dengan menghancurkan hidupnya, sebetulnya
menantang / melawan Allah yang Maha Kuasa untuk melakukan yang terburuk. Dan
bunuh diri, sekalipun dinasehatkan
oleh beberapa pengajar moral kafir, pasti
merupakan suatu obat yang lebih buruk dari pada penyakitnya, betapapun buruknya
penyakitnya itu. Hendaklah kita berjaga-jaga terhadap
permulaan dari depresi, dan berdoa, Tuhan, ‘jangan membawa kami ke dalam
pencobaan’.].
Matthew
Henry (tentang Mat 27:5): “Now
the terrors of the Almighty set themselves in array against him. All the curses
written in God’s book now ‘came into his bowels like water, and like oil
into his bones,’ as was foretold concerning him (Ps 109:18,19), and drove him
to this desperate shift, for the escaping of a hell within him, to leap into
that before him, which was but the perfection and perpetuity of this horror and
despair. He throws himself into the fire, to avoid the flame; but miserable is
the case when a man must go to hell for ease.” [= Sekarang rasa takut dari Yang Maha Kuasa
mengatur dirinya sendiri terhadap dia. Semua kutuk yang tertulis dalam kitab
Allah sekarang ‘masuk ke dalam dirinya seperti air, dan seperti minyak ke
dalam tulang-tulangnya’, seperti telah dinubuatkan berkenaan dengan dia (Maz
109:17-18), dan mendorong dia kepada pergantian
/ pertukaran yang putus asa ini, yang untuk
lolos dari suatu neraka di
dalam dia, meloncat ke dalam neraka di
depan dia, yang hanyalah merupakan kesempurnaan
dan kekekalan dari rasa takut dan putus asa ini. Ia
melemparkan dirinya sendiri ke dalam api, untuk menghindari nyala
api; tetapi merupakan kasus yang menyedihkan
pada waktu seseorang harus pergi ke neraka untuk suatu kebebasan dari
ketidak-nyamanan.].
Maz
109:17-18 - “(17)
Ia cinta kepada kutuk - biarlah itu datang kepadanya; ia tidak suka kepada
berkat - biarlah itu menjauh dari padanya. (18) Ia memakai kutuk sebagai bajunya
- biarlah itu merembes seperti air ke dalam dirinya, dan seperti minyak ke dalam
tulang-tulangnya;”.
Catatan:
saya tidak tahu apa dasarnya Matthew Henry menganggap Maz 109:17-18 itu sebagai
suatu nubuat tentang Yudas Iskariot.
6)
Tindakan bunuh diri Yudas Iskariot tidak meringankan hukumannya.
Calvin
(tentang Mat 27:5): “Thus,
though God does not put forth his hand, wicked men are disappointed of their
desires, so that, when they have obtained their wishes, they not only deprive
themselves of the enjoyment of unsatisfying benefits, but even make cords for
themselves. But though they are their own executioners by punishing themselves,
they do not in any respect alleviate or diminish the severity of the wrath of
God.” [= Maka,
sekalipun Allah tidak mengulurkan tanganNya, orang-orang jahat kecewa tentang
keinginan-keinginan mereka, sehingga pada waktu mereka telah mendapatkan
keinginan-keinginan mereka, mereka bukan hanya membuang dari diri mereka sendiri
penikmatan dari keuntungan-keuntungan yang tidak memuaskan, tetapi bahkan
membuat tali bagi diri mereka sendiri. Tetapi sekalipun mereka adalah algojo mereka sendiri dengan menghukum diri
mereka sendiri, mereka tidak dalam hal apapun meringankan atau mengurangi
kekerasan dari murka Allah.].
Calvin
juga mengatakan bahwa sekalipun apa yang menimpa Yudas Iskariot itu telah
diramalkan / dinubuatkan, dan karena itu pasti terjadi, itu lagi-lagi tidak
meringankan hukumannya.
Calvin
(tentang Kis 1:16): “Neither
was Judas therefore excusable, because that which befell him was foretold,
seeing that he fell away, not being compelled by the prophecy, but only by the
malice of his own heart.”
[= Yudas juga tak bisa dimaafkan, karena apa yang menimpanya telah diramalkan,
karena ia jatuh, bukan karena dipaksa oleh nubuat itu, tetapi hanya oleh
kejahatan hatinya sendiri.].
Kis 1:16 -
“‘Hai
saudara-saudara, haruslah genap nas Kitab Suci,
yang disampaikan Roh Kudus dengan perantaraan Daud tentang Yudas, pemimpin
orang-orang yang menangkap Yesus itu.”.
Ini
merupakan sesuatu yang harus ditekankan: theologia Reformed mengajarkan bahwa sekalipun
seseorang berbuat dosa sebagaimana hal itu telah dinubuatkan atau ditentukan
oleh Allah (dan karena itu tidak bisa tidak terjadi), tetapi
pada saat orang itu melakukannya, ia tetap melakukannya dengan kemauannya
sendiri, dan karena itu ia berdosa dan bertanggung-jawab atas tindakannya itu.
Siapa
yang tetap memprotes hal ini sebagai sesuatu yang tidak adil / tidak masuk
akal dsb, silahkan membaca ayat ini:
Ro
9:19 - “Sekarang kamu akan berkata
kepadaku: ‘Jika demikian, apa lagi yang masih disalahkanNya? Sebab siapa
yang menentang kehendakNya?’”.
NIV:
“One of you will say to me:
‘Then why does God still blame us? For who resists his will?’”
[= Salah satu dari kamu akan berkata kepadaku: ‘Lalu mengapa Allah tetap
menyalahkan kita? Karena siapa menentang kehendakNya?’].
Jadi
jelas bahwa setelah membicarakan predestinasi dalam Ro 9:6-18, Paulus
memikirkan persoalan yang selalu / sangat sering dipikirkan oleh manusia:
Kalau memang Allah menentukan segala sesuatu (khususnya dosa /
ketidakpercayaan), dan hal itu tidak bisa tidak pasti terjadi, lalu mengapa
orang yang melakukan hal itu tetap dipersalahkan?
Paulus
menjawab pertanyaan itu dalam Ro 9:20-21 - “(20)
Siapakah kamu, hai manusia, maka kamu membantah Allah? Dapatkah yang dibentuk
berkata kepada yang membentuknya: ‘Mengapakah engkau membentuk aku
demikian?’ (21) Apakah tukang periuk tidak mempunyai hak atas tanah liatnya,
untuk membuat dari gumpal yang sama suatu benda untuk dipakai guna tujuan yang
mulia dan suatu benda lain untuk dipakai guna tujuan yang biasa?”.
7)
Tindakan bunuh diri Yudas Iskariot ini menunjukkan ketidak-bersalahan
Kristus.
Adam
Clarke (tentang Mat 27:3): “If
it should ever be said, ‘One who knew him best delivered him up as an
impostor,’ - to this it may be immediately answered, ‘The same person,
struck with remorse, came and declared his own guilt, and Christ’s innocence;
accused and convicted the Jewish rulers, in the open council, of having hired
him to do this iniquitous action, threw them back the bribe they had given him,
and then hanged himself through distress and despair, concluding his iniquity in
this business was too great to be forgiven.’” [= Jika pernah dikatakan,
‘Orang yang mengenal Dia dengan paling baik menyerahkan Dia sebagai seorang
penipu’, - terhadap hal ini bisa segera
dijawab, ‘Orang yang sama, dipukul dengan penyesalan, datang dan menyatakan
kesalahannya sendiri, dan ketidak-bersalahan Kristus; menuduh dan membuktikan /
menyatakan bersalah para pemimpin Yahudi, dalam sidang terbuka, tentang
penyewaan dirinya untuk melakukan tindakan jahat ini, melemparkan kembali uang
suap yang telah mereka berikan kepadanya, dan lalu menggantung dirinya sendiri
melalui kesedihan dan keputus-asaan, setelah menyimpulkan kejahatannya dalam
perkara ini adalah terlalu besar untuk diampuni’.].
Dan
Adam Clarke langsung melanjutkan dengan kata-kata sebagai berikut:
Adam
Clarke (tentang Mat 27:3): “Let
him who chooses, after this plenary evidence to the innocence of Christ,
continue the objection, and cry out ‘imposture!’ take heed that he go not
and do LIKEWISE. Caiaphas, Pilate, and Judas have done so already, and I have
known several, who have called Christ an impostor, who have cut their own
throats, shot, drowned, or hanged themselves. God is a jealous God, and highly
resents everything that is done and said against that eternal truth that came to
man through Jesus Christ, by the Holy Spirit. Indeed, there is one class of
Deists, namely those who are vicious in their lives, and virulent in their
opposition to Christianity, who generally bring themselves to an untimely end.” [= Hendaklah ia yang
memilih, setelah bukti lengkap dari ketidak-bersalahan Kristus ini, untuk
melanjutkan keberatan / penentangan, dan berteriak ‘penipuan!’, berhati-hati
supaya ia tidak pergi dan melakukan hal yang sama. Kayafas, Pilatus,
dan Yudas telah melakukan demikian, dan saya telah mengenal beberapa orang, yang
telah menyebut Kristus seorang penipu, yang telah memotong tenggorokan mereka
sendiri, menembak, menenggelamkan, atau menggantung diri mereka sendiri. Allah
adalah seorang Allah yang cemburu, dan sangat marah / membenci segala sesuatu
yang dilakukan dan dikatakan terhadap kebenaran kekal yang datang kepada manusia
melalui Yesus Kristus, oleh Roh Kudus. Memang, di sana ada satu golongan dari
‘deist’, yaitu mereka yang ganas / jahat dalam hidup mereka, dan jahat /
bersifat mematikan dalam penentangan mereka terhadap kekristenan, yang
biasanya membawa diri mereka sendiri pada akhir / kematian yang datang sebelum
waktunya.].
Catatan:
a) ‘Deist’ adalah orang yang percaya
bahwa Allah menciptakan alam semesta tetapi lalu meninggalkannya dan tidak
mempedulikannya / mengurusnya.
b) Kata-kata ‘akhir / kematian yang datang sebelum waktunya’, hanya bisa dibenarkan dari
sudut pandang manusia. Dari sudut pandang
Allah, tidak ada apapun bisa
terjadi sebelum waktunya.
8) Saya menganggap tindakan bunuh diri dari Yudas Iskariot
ini sebagai bukti tambahan bahwa ia adalah orang kristen KTP.
-bersambung-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali