Kebaktian

G. K. R. I. ‘GOLGOTA’

(Rungkut Megah Raya, blok D no 16)

Minggu, tgl 11 Januari 2015, pk 17.00

Pdt. Budi Asali, M. Div.

 

Yudas Iskariot(13)

d)            Yesus melindungi para muridNya.

Yoh 18:8-9 - (8) Jawab Yesus: ‘Telah Kukatakan kepadamu, Akulah Dia. Jika Aku yang kamu cari, biarkanlah mereka ini pergi.’ (9) Demikian hendaknya supaya genaplah firman yang telah dikatakanNya: ‘Dari mereka yang Engkau serahkan kepadaKu, tidak seorangpun yang Kubiarkan binasa.’.

KJV: have I lost none [= Aku tak kehilangan seorangpun].

 

Kata-kata dalam ay 8 itu lebih merupakan suatu perintah / kata-kata yang berotoritas dari pada kata-kata yang bersifat memohon. Dan apa yang terjadi sebelumnya, yaitu jatuhnya mereka ke tanah, menyebabkan mereka tidak akan berani menentang kata-kata Yesus dalam ay 8 ini.

 

Adam Clarke (tentang Yoh 18:8): ‘Let these go their way.’ These words are rather words of authority, than words of entreaty. I voluntarily give myself up to you, but you must not molest one of these my disciples. At your peril injure them. Let them go about their business. I have already given you a sufficient proof of my power: I will not exert it in my own behalf, for I will lay down my life for the sheep; but I will not permit you to injure the least of these. It was certainly the supreme power of Christ that kept the soldiers and the mob from destroying all the disciples present, when Peter had given them such provocation, in cutting off the ear of Malchus.[= ‘Biarkanlah mereka ini pergi’. Kata-kata ini lebih merupakan kata-kata otoritas dari pada kata-kata permohonan. Aku dengan sukarela memberikan diriKu sendiri kepada kamu, tetapi kamu tidak boleh menganiaya / melukai satupun dari murid-muridKu ini. Atas resikomu sendiri engkau melukai mereka. Biarkanlah mereka melakukan urusan mereka. Aku sudah memberi engkau suatu bukti yang cukup dari kuasaKu: Aku tidak akan menggunakannya demi diriKu sendiri, karena Aku akan menyerahkan nyawaKu untuk domba-domba; tetapi Aku tidak akan mengijinkan kamu untuk melukai yang terkecil dari mereka. Pasti adalah kuasa tertinggi dari Kristus yang mencegah tentara-tentara dan gerombolan itu dari menghancurkan semua murid-murid yang hadir, pada waktu Petrus telah memberikan provokasi seperti itu, dengan memotong telinga Malkhus.].

 

Adam Clarke tidak memberi komentar tentang ay 9!

 

Lenski (tentang Yoh 18:9): Jesus uttered this command to his captors in order that the word which he spoke in his high-priestly prayer, 17:12, might be fulfilled, namely, that in this extremely critical moment he so guarded his disciples that he lost none of them. We cannot agree that John intends to say only that he (John) noted this fulfillment, at least noted it later on and so placed it into the record. While v. 9 is a statement added by John to draw our attention to the fulfillment, this ἵνα clause expresses the intention which Jesus had when he gave this order to his captors. It was Jesus who saw the danger of his disciples, it was he who had in mind the word he had spoken in his prayer, it was he who now acted so that this word should be fulfilled, it was he who protected his disciples accordingly. To deny this intent on the part of Jesus would compel us to assume that his word spoken in 17:12 was inadvertently fulfilled merely in an accidental way. For us this alternative is impossible. [= Yesus mengucapkan perintah ini kepada para penangkapNya supaya firman yang Ia ucapkan dalam doa imam besarNya, 17:12, bisa digenapi, yaitu bahwa dalam saat yang sangat kritis ini Ia begitu menjaga murid-muridNya supaya Ia tidak kehilangan satupun dari mereka. Kami tidak bisa setuju bahwa Yohanes bermaksud untuk mengatakan hanya bahwa ia (Yohanes) memperhatikan penggenapan ini, setidaknya mencatatnya belakangan dan dengan demikian menempatkannya ke dalam catatan. Sementara ay 9 merupakan suatu pernyataan yang ditambahkan untuk menarik perhatian kita pada penggenapan, anak kalimat menggunakan HINA (=supaya) ini menyatakan maksud yang ada pada Yesus pada waktu Ia memberi perintah ini kepada para penangkapNya. Adalah Yesus yang melihat bahaya dari murid-muridNya, adalah Dia yang mengingat firman yang telah Ia ucapkan dalam doaNya, adalah Dia yang sekarang bertindak supaya firman ini digenapi, adalah Dia yang melindungi murid-muridNya sesuai dengan firman itu. Menyangkal maksud ini pada diri Yesus akan memaksa kita untuk menganggap bahwa firmanNya yang diucapkan dalam 17:12 secara tak sengaja digenapi semata-mata secara kebetulan. Bagi kami alternatif ini adalah mustahil.].

 

Lenski (tentang Yoh 18:9): “In 17:12, however, Jesus speaks of his success in keeping the souls of his disciples so that none was lost by falling into unbelief and thus perishing forever as Judas did. Here the success of Jesus consists in keeping his disciples out of the clutches of the men who were arresting Jesus. This seems like a discrepancy to some who, therefore, are inclined to regard v. 9 as an interpolation. Luther has long ago cleared up this verse: ‘The evangelist here indicates that in this word Christ spoke of becoming lost in a temporal sense, while in 17:12 the text is clear that the Lord speaks of becoming lost in an eternal sense. This, however, is really not a contradiction; for if the disciples had been arrested on this occasion, they would also have been lost in body and soul eternally.’ What Luther means is that by their arrest the disciples would have been plunged into a spiritual test that was at this time altogether beyond their strength.” [= Tetapi dalam 17:12, Yesus berbicara tentang kesuksesanNya dalam menjaga jiwa dari murid-muridNya sehingga tak seorangpun terhilang dengan jatuh ke dalam ketidakpercayaan dan dengan demikian binasa selama-lamanya seperti Yudas. Di sini kesuksesan Yesus terdiri dari penjagaan murid-muridNya dari penangkapan oleh orang-orang yang menangkap Yesus. Ini kelihatannya merupakan suatu ketidak-sesuaian bagi sebagian orang yang, karena itu, condong untuk menganggap ay 9 sebagai suatu perubahan / penambahan. Luther sejak lama telah memecahkan ayat ini: ‘Sang penginjil di sini menunjukkan bahwa dalam firman ini Kristus berbicara tentang terhilang dalam arti sementara, sedangkan dalam 17:12 textnya adalah jelas bahwa Tuhan berbicara tentang terhilang dalam arti kekal. Tetapi ini bukanlah sungguh-sungguh merupakan suatu kontradiksi; karena seandainya murid-murid telah ditangkap pada peristiwa ini, mereka juga akan terhilang dalam tubuh dan jiwa secara kekal’. Apa yang Luther maksudkan adalah bahwa oleh penangkapan mereka murid-murid akan sudah jatuh ke dalam pencobaan rohani yang pada saat itu sepenuhnya melampaui kekuatan mereka.].

 

Calvin (tentang Yoh 18:8): Here we see how the Son of God not only submits to death of his own accord, that by his obedience he may blot out our transgressions, but also how he discharges the office of a good Shepherd in protecting his flock. He sees the attack of the wolves, and does not wait till they come to the sheep which have been committed to his care, but immediately goes forward to guard them. [= Di sini kita melihat bagaimana Anak Allah bukan hanya tunduk pada kematian atas persetujuanNya sendiri, sehingga oleh ketaatanNya Ia bisa menghapus pelanggaran-pelanggaran kita, tetapi Ia juga melaksanakan jabatan dari Gembala yang baik dalam melindungi kawanan dombaNya. Ia melihat serangan dari serigala-serigala, dan tidak menunggu sampai mereka datang kepada domba-domba yang telah diserahkan pada pemeliharaanNya, tetapi segera maju untuk menjaga mereka.].

 

Calvin (tentang Yoh 18:9): “‘I have lost none.’ This passage appears to be inappropriately quoted, as it relates to their souls rather than to their bodies; for Christ did not keep the apostles safe to the last, but this he accomplished, that, amidst incessant dangers, and even in the midst of death, still their eternal salvation was secured. I reply, the Evangelist does not speak merely of their bodily life, but rather means that Christ, sparing them for a time, made provision for their eternal salvation. Let us consider how great their weakness was; what do we think they would have done, if they had been brought to the test? While, therefore, Christ did not choose that they should be tried beyond the strength which he had given to them, he rescued them from eternal destruction. And hence we may draw a general doctrine, that, though he try our faith by many temptations, still he will never allow us to come into extreme danger without supplying us also with strength to overcome. And, indeed, we see how he continually bears with our weakness, when he puts himself forward to repel so many attacks of Satan and wicked men, because he sees that we are not yet able or prepared for them. In short, he never brings his people into the field of battle till they have been fully trained, so that even in perishing they do not perish, because there is gain provided for them both in death and in life.” [= ‘Aku tak kehilangan seorangpun’. Bagian ini kelihatannya dikutip secara tidak tepat, karena bagian itu berhubungan dengan jiwa mereka dan bukannya dengan tubuh mereka; karena Kristus tidak menjaga rasul-rasul itu aman (secara jasmani) sampai akhir (maksudnya: mereka akhirnya toh mati), tetapi ini yang Ia kerjakan, yaitu bahwa di tengah-tengah bahaya yang tidak henti-hentinya, dan bahkan di tengah-tengah kematian, keselamatan kekal mereka tetap terjamin / aman. Saya menjawab, sang Penginjil (rasul Yohanes) tidak berbicara semata-mata untuk kehidupan jasmani mereka, tetapi memaksudkan bahwa Kristus, dengan menyelamatkan mereka untuk sementara waktu, membuat persiapan untuk keselamatan kekal mereka. Marilah kita mempertimbangkan betapa besarnya kelemahan mereka pada saat itu; apa yang kita pikir akan terjadi, jika mereka dibawa kepada ujian? Karena itu, pada waktu Kristus memilih bahwa mereka tidak dicobai / diuji melampaui kekuatan yang telah diberikan kepada mereka, Ia menyelamatkan mereka dari penghancuran kekal. Dan karena itu kita bisa menarik suatu doktrin umum, bahwa sekalipun Ia menguji iman kita oleh banyak pencobaan, tetap Ia tidak akan pernah mengijinkan kita untuk masuk ke dalam bahaya yang extrim tanpa juga menyuplai kita dengan kekuatan untuk menang. Dan memang, kita melihat betapa secara terus menerus Ia memikul / sabar terhadap kelemahan kita, pada waktu Ia mengajukan diriNya sendiri untuk menolak begitu banyak serangan Setan dan orang-orang jahat, karena Ia melihat bahwa kita belum mampu atau belum siap untuk hal-hal itu. Singkatnya, Ia tidak pernah membawa umatNya ke dalam medan pertempuran sampai mereka dilatih dengan sepenuhnya, sehingga bahkan dalam penghancuran mereka tidak hancur, karena ada keuntungan yang disediakan bagi mereka baik dalam mati maupun dalam hidup.].

 

Bdk. 1Kor 10:13 - “Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.”.

 

William Hendriksen (tentang Yoh 18:9): “At first glance, this passage seems very strange. The word which Jesus had spoken is found (in one form or another) in 6:39; 10:28; and 17:12. See on these passages. But in all of them it refers to that act of Jesus whereby he stands guard over the spiritual welfare of his own, keeping them, with a view to everlasting life in the mansions above. How then can this saying be suddenly robbed of its precious import and seemingly ‘degraded’ into a reference to the manner in which Jesus provided for the physical escape of his disciples? The only answer which satisfies us is the one given by Calvin, Luther, Stalker, Evans, Lenski, and others. It amounts to this: had the disciples at this time been captured by these soldiers and temple-guards, it would have been too severe a test for their faith. They were not ready for this extreme ordeal, this torture. Jesus knew this. Hence, he sees to it that they are not arrested.” [= Sepintas lalu, text ini kelihatannya sangat aneh. Firman yang telah Yesus katakan ditemukan (dalam satu bentuk atau bentuk yang lain) dalam 6:39; 10:28; dan 17:12. Lihat tentang text-text itu. Tetapi dalam semua text, itu menunjuk pada tindakan Yesus itu dengan mana Ia berjaga-jaga atas kesejahteraan rohani dari milikNya, menjaga mereka, dengan suatu pandangan pada kehidupan yang kekal di rumah-rumah di atas / di surga. Lalu bagaimana kata-kata ini bisa dengan tiba-tiba direnggut dari artinya yang berharga dan kelihatannya ‘diturunkan’ ke dalam suatu referensi pada cara yang Yesus berikan untuk kelolosan fisik dari murid-muridNya? Satu-satunya jawaban yang memuaskan kami adalah jawaban yang diberikan oleh Calvin, Luther, Stalker, Evans, Lenski, dan yang lain-lain. Itu menjadi berarti ini: seandainya murid-murid pada saat ini telah ditangkap oleh tentara-tentara dan penjaga-penjaga Bait Allah, itu akan sudah merupakan ujian yang terlalu keras bagi iman mereka. Mereka tidak siap untuk ujian yang extrim ini, penyiksaan ini. Yesus mengetahui hal ini. Karena itu, Ia menjaga supaya mereka tidak ditangkap.].

 

Yoh 6:39 - “Dan Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikanNya kepadaKu jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman.”.

Yoh 10:28 - “dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tanganKu.”.

Yoh 17:12 - “Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam namaMu, yaitu namaMu yang telah Engkau berikan kepadaKu; Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorangpun dari mereka yang binasa selain dari pada dia yang telah ditentukan untuk binasa, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci.”.

 

Leon Morris / NICNT (tentang Yoh 18:8-9): there is exactness in John’s affirmation that this saying of Jesus was fulfilled. It has been objected that the object of the saying as originally given was spiritual, whereas here it is physical. But an arrest of the disciples at this moment would have been a very severe test of faith and might well have caused them great spiritual harm. It is unnecessary to see an opposition. To preserve the disciples physically at this moment was to preserve them spiritually. [= disana ada ketepatan dalam penegasan Yohanes bahwa kata-kata Yesus ini telah digenapi. Telah diajukan keberatan bahwa tujuan dari kata-kata itu pada waktu mula-mula diberikan adalah bersifat rohani, tetapi di sini tujuannya adalah bersifat fisik / jasmani. Tetapi penangkapan terhadap murid-murid pada saat ini akan merupakan ujian iman yang sangat berat, dan itu bisa menyebabkan kerugian / kerusakan rohani yang besar. Adalah tidak perlu untuk menganggap bahwa di sini terjadi pertentangan / kontradiksi. Memelihara mereka secara fisik berarti memelihara mereka secara rohani.].

 

e)            Para murid lari, dan Yesus ditangkap dan dibawa ke pengadilan agama.

Mat 26:55-57 - “(55) Pada saat itu Yesus berkata kepada orang banyak: ‘Sangkamu Aku ini penyamun, maka kamu datang lengkap dengan pedang dan pentung untuk menangkap Aku? Padahal tiap-tiap hari Aku duduk mengajar di Bait Allah, dan kamu tidak menangkap Aku. (56) Akan tetapi semua ini terjadi supaya genap yang ada tertulis dalam kitab nabi-nabi.’ Lalu semua murid itu meninggalkan Dia dan melarikan diri. (57) Sesudah mereka menangkap Yesus, mereka membawaNya menghadap Kayafas, Imam Besar. Di situ telah berkumpul ahli-ahli Taurat dan tua-tua.”.

 

Larinya semua murid meninggalkan Dia menggenapi kata-kataNya dalam Mat 26:31 - “Maka berkatalah Yesus kepada mereka: ‘Malam ini kamu semua akan tergoncang imanmu karena Aku. Sebab ada tertulis: Aku akan membunuh gembala dan kawanan domba itu akan tercerai-berai.”.

 

Matthew Henry (tentang Mat 26:56): It was a part of Christ’s suffering, it added affliction to his bonds, to be thus deserted, as it did to Job (ch. 19:13), ‘He hath put my brethren far from me;’ and to David (Ps 38:11), ‘Lovers and friends stand aloof from my sore.’ They should have staid with him, to minister to him, to countenance him, and, if need were, to be witnesses for him at his trial; but they treacherously deserted him, ... But there was a mystery in this. ... Christ, as the Saviour of souls, stood thus alone; as he needed not, so he had not the assistance of any other in working out our salvation; he bore all, and did all himself.[= Itu adalah sebagian dari penderitaan Kristus, itu menambah penderitaan pada ikatanNya, ditinggalkan, seperti yang terjadi pada Ayub (psl 19:13), ‘Ia telah menjauhkan saudara-saudaraku dari aku’; dan pada Daud (Maz 38:12), ‘Kekasih-kekasih dan sahabat-sahabat berdiri jauh dari rasa sakit / lukaku’. Mereka harus telah tinggal dengan Dia, untuk melayani Dia, untuk mendukung Dia, dan jika dibutuhkan untuk menjadi saksi-saksi bagi Dia pada pengadilanNya; tetapi mereka secara berkhianat meninggalkan Dia, ... Tetapi disana ada suatu misteri dalam hal ini. ... Kristus, sebagai Juruselamat dari jiwa-jiwa, berdiri sendirian seperti itu; karena Ia tidak membutuhkan, dan Ia tidak mendapat bantuan dari siapapun dalam mengerjakan keselamatan kita; Ia memikul semuanya, dan melakukan semuanya sendirian.].

Ayub 19:13 - “Saudara-saudaraku dijauhkanNya dari padaku, dan kenalan-kenalanku tidak lagi mengenal aku.”.

Maz 38:12 - “Sahabat-sahabatku dan teman-temanku menyisih karena penyakitku, dan sanak saudaraku menjauh.”.

 

Calvin (tentang Mat 26:56): “‘Now all this was done.’ The other two Evangelists express it somewhat differently; for what Matthew relates in his own person, Mark appears to attribute to Christ. Luke employs even different words: ‘this is your hour, and the power of darkness.’ But the design of the Holy Spirit is, beyond all doubt, that whatever may be the contrivances of wicked men, nothing whatever has been done but by the will and providence of God; for as he had said a little before, God has testified nothing by the prophets but what he had determined with himself, (Luke 22:37.)[= ‘Semua ini terjadi’. Kedua Penginjil yang lain menyatakannya dengan agak berbeda; karena apa yang Matius ceritakan dalam dirinya sendiri, Markus kelihatannya menghubungkannya dengan Kristus. Lukas bahkan menggunakan kata-kata yang berbeda: ‘inilah saat kamu, dan inilah kuasa kegelapan itu’. Tetapi tak diragukan bahwa rancangan dari Roh Kudus adalah apapun penemuan dari orang-orang jahat, tak ada apapun yang telah terjadi / dilakukan kecuali oleh kehendak dan Providensia Allah; karena seperti Ia katakan sedikit sebelumnya, Allah tidak menyaksikan apapun oleh nabi-nabi kecuali apa yang telah Ia tentukan dengan diriNya sendiri, (Luk 22:37).].

Mat 26:56a - “Akan tetapi semua ini terjadi supaya genap yang ada tertulis dalam kitab nabi-nabi.’”.

Mark 14:48-49 - “(48) Kata Yesus kepada mereka: ‘Sangkamu Aku ini penyamun, maka kamu datang lengkap dengan pedang dan pentung untuk menangkap Aku? (49) Padahal tiap-tiap hari Aku ada di tengah-tengah kamu mengajar di Bait Allah, dan kamu tidak menangkap Aku. Tetapi haruslah digenapi yang tertulis dalam Kitab Suci.’”.

Luk 22:53 - “Padahal tiap-tiap hari Aku ada di tengah-tengah kamu di dalam Bait Allah, dan kamu tidak menangkap Aku. Tetapi inilah saat kamu, dan inilah kuasa kegelapan itu.’”.

Luk 22:37 - “Sebab Aku berkata kepada kamu, bahwa nas Kitab Suci ini harus digenapi padaKu: Ia akan terhitung di antara pemberontak-pemberontak. Sebab apa yang tertulis tentang Aku sedang digenapi.’”.

 

Calvin (tentang Mat 26:56): First, therefore, we are here informed, that whatever may be the unbridled rage by which Satan and all ungodly men are actuated, still the hand of God always prevails, so as to draw them reluctantly wherever he pleases. Secondly, we are informed, that though wicked men fulfill what was predicted in the Scriptures; yet, since God does not employ them as his lawful ministers, but directs them, by a secret movement, to that which was farthest from their wish, they are not excusable; and that, while God makes a righteous use of their malice, blame still attaches to them.[= Karena itu, pertama-tama, kita diberi informasi di sini, bahwa apapun adanya kemarahan yang tak dikekang dengan mana Iblis dan semua orang-orang jahat digerakkan, tetap tangan Allah selalu menang, sehingga menarik mereka dengan segan kemanapun Ia berkenan. Kedua, kita diberi informasi, bahwa sekalipun orang-orang jahat menggenapi apa yang diramalkan dalam Kitab Suci; tetapi karena Allah tidak menggunakan mereka sebagai pelayan-pelayanNya yang sah, tetapi mengarahkan mereka, oleh suatu gerakan rahasia / diam-diam, pada apa yang terjauh dari keinginan mereka, mereka tidak bisa dibebaskan (dari kesalahan); dan bahwa sementara Allah membuat suatu penggunaan yang benar dari kejahatan mereka, kesalahan tetap diberikan kepada mereka.].

 

Calvin (tentang Mat 26:56): Still Christ intended not only to promote the advantage of his disciples, but also to repress the pride of his adversaries, that they might not triumph as if they had achieved victory. For this reason, in Luke’s narrative he says, ‘this is your hour;’ by which he means that the Lord grants them this liberty for a short time. ‘The power of darkness’ denotes the power of the devil, and this term had also a strong tendency to abase their glory; for though they exalt themselves ever so much, Christ shows that they are still nothing more than the slaves of the devil. While all things are mingled in confusion, and while the devil, by spreading darkness abroad, appears to overturn the whole order of the world, let us know that the providence of God shines above in heaven, to bring at length to order what is confused; and let us, therefore, learn to raise the eyes of faith to that calm sky.[= Tetap Kristus bermaksud bukan hanya untuk memajukan keuntungan dari murid-muridNya, tetapi juga untuk menekan kesombongan dari musuh-musuhNya, supaya jangan mendapat kehormatan seakan-akan mereka telah mencapai kemenangan. Untuk alasan ini, dalam cerita Lukas ia berkata ‘inilah saat kamu’; dengan mana ia memaksudkan bahwa Tuhan memberi mereka kebebasan ini untuk suatu waktu yang singkat. ‘Kuasa kegelapan’ menunjuk pada kuasa setan, dan istilah ini juga mempunyai suatu kecenderungan yang kuat untuk merendahkan kemuliaan mereka; karena sekalipun mereka meninggikan diri mereka sendiri seperti itu, Kristus menunjukkan bahwa mereka tetap tidak lebih dari budak-budak setan. Sekalipun segala sesuatu bercampur-aduk dalam kekacauan, dan sekalipun setan, dengan menyebarkan kegelapan secara luas, kelihatannya membalikkan seluruh keteraturan dunia, hendaklah kita tahu bahwa Providensia Allah bersinar di surga, untuk pada akhirnya membawa pada keteraturan apa yang dikacaukan; dan karena itu hendaklah kita belajar untuk mengangkat mata iman pada langit yang tenang itu.].

Luk 22:53b - “Tetapi inilah saat kamu, dan inilah kuasa kegelapan itu.’”.

 

Calvin (tentang Mat 26:57): In this passage, certainly, they had no other object in view than to show that the Son of God was oppressed by a wicked conspiracy of the whole council. And here a frightful and hideous spectacle is placed before our eyes; for nowhere else than at Jerusalem was there at that time either a temple of God, or lawful worship, or the face of a Church. ‘The high priest’ was a figure of the only Mediator between God and men; those who sat along with him in the council represented the whole Church of God; and yet all of them unite in conspiring to extinguish the only hope of salvation. But as it had been declared by prediction of David, that ‘the stone which the builders rejected would nevertheless become the head-stone of the corner,’ (Psalm 118:22;) and as Isaiah had foretold that ‘the God of armies would be to the whole people of Israel a stone of stumbling, on which they would dash themselves,’ (Isaiah 8:14) the Lord wisely made provision that such wickedness of men should not perplex believing souls.[= Dalam text ini, pasti mereka tidak mempunyai tujuan lain dari pada untuk menunjukkan bahwa Anak Allah ditekan oleh suatu persekongkolan jahat dari seluruh sidang. Dan di sini suatu tontonan yang menakutkan dan mengerikan ditempatkan di depan mata kita; karena pada saat itu hanya di Yerusalem ada Bait Allah, atau penyembahan yang sah, atau wajah dari suatu Gereja. ‘Imam besar’ adalah seorang pribadi yang adalah satu-satunya Pengantara antara Allah dan manusia; mereka yang duduk dengan dia dalam sidang mewakili seluruh Gereja Allah; tetapi semua mereka bersatu dalam bersekongkol untuk mematikan satu-satunya pengharapan keselamatan. Tetapi karena itu telah dinyatakan oleh ramalan Daud, bahwa ‘batu yang para pembangun tolak akan menjadi batu penjuru’, (Maz 118:22); dan karena Yesaya telah meramalkan bahwa ‘Allah semesta alam akan menjadi suatu batu sandungan bagi seluruh bangsa Israel, pada mana mereka akan membenturkan diri mereka sendiri’, (Yes 8:14) Tuhan dengan bijaksana membuat persediaan sehingga kejahatan seperti itu dari orang-orang tidak membingungkan jiwa-jiwa yang percaya.].

Maz 118:22 - “Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru.”.

Yes 8:14 - “Ia akan menjadi tempat kudus, tetapi juga menjadi batu sentuhan dan batu sandungan bagi kedua kaum Israel itu, serta menjadi jerat dan perangkap bagi penduduk Yerusalem.”.

 

3)      Pelajaran / manfaat dari pengkhianatan Yudas Iskariot.

 

a)            Manfaat pengkhianatan Yudas bagi murid-murid yang lain.

Calvin (tentang Yoh 13:19): “not that the conduct of Judas, as a traitor, was the first event that led the disciples to the exercise of faith, but because their faith made greater progress, when they arrived at the experience of those things which they had formerly heard from the mouth of Christ.” [= bukan bahwa tingkah laku Yudas, sebagai seorang pengkhianat, merupakan peristiwa pertama yang membimbing murid-murid pada latihan dari iman, tetapi karena iman mereka membuat kemajuan yang lebih besar, pada waktu mereka sampai pada pengalaman dari hal-hal itu, yang sebelumnya telah mereka dengar dari mulut Kristus.].

 

b)      Manfaatnya bagi kita.

Dengan adanya seorang rasul (kedudukan tertinggi dalam gereja!) yang jatuh, menyebabkan:

 

1.   Kita harus berhati-hati.

 

Calvin (tentang Kis 1:17): “Surely it was a thing which might make them greatly amazed, that he whom Christ had extolled unto so high dignity should fall headlong into such destruction. Which circumstance doth increase the cruelty of the fact, and teacheth the rest to take heed unto themselves. Neither is it to be doubted but that the disciples did remember Judas with great grief and sorrow. But Peter doth here express by name the excellency of his function, that he might make them more attentive and more careful to provide a remedy.” [= Pastilah itu merupakan sesuatu yang bisa membuat mereka sangat heran, bahwa ia yang Kristus telah tinggikan pada martabat yang begitu tinggi harus jatuh dengan kepala terlebih dulu ke dalam kehancuran seperti itu. Yang keadaannya meningkatkan ‘kekejaman dari fakta’ (pada catatan kaki: ‘kekejian dari kejahatan itu’), dan mengajar sisanya untuk berhati-hati tentang diri mereka sendiri. Tak perlu diragukan bahwa murid-murid mengingat Yudas dengan kesedihan yang besar. Tetapi Petrus di sini menyatakan dengan nama / sebutan keunggulan dari fungsi / kewajibannya, supaya ia bisa membuat mereka makin memperhatikan dan makin hati-hati untuk menyediakan suatu obat / pengobatan.].

 

William Barclay (tentang Yoh 6:66-71): In these circumstances, there were three different attitudes to Jesus. ... (2) There was deterioration. It is in Judas above all that we see this. ... Judas, who might have become the hero, became the villain; he who might have become a saint became a name of shame. There is a terrible story about an artist who was painting the Last Supper. It was a great picture and it took him many years. As a model for the face of Christ, he used a young man with a face of transcendent loveliness and purity. Bit by bit the picture was filled in, and one after another the disciples were painted. The day came when he needed a model for Judas, whose face he had left to the last. He went out and searched in the lowest haunts of the city and in the dens of vice. At last he found a man with a face so depraved and vicious as matched his requirement. When the sittings were at an end, the man said to the artist: ‘You painted me before.’ ‘Surely not,’ said the artist. ‘O yes,’ said the man, ‘I sat for your Christ.’ The years had brought terrible deterioration. The years can be cruel. They can take away our ideals and our enthusiasms and our dreams and our loyalties. They can leave us with a life that has grown smaller and not bigger. They can leave us with hearts that are shrivelled instead of expanded in the love of Christ. There can be a lost loveliness in life - God save us from that! [= Dalam keadaan-keadaan ini, ada 3 sikap yang berbeda terhadap Yesus. ... (2) Di sana ada kemunduran / kemerosotan. Adalah dalam diri Yudas di atas semua kita melihat hal ini. ... Yudas, yang bisa telah menjadi pahlawan, menjadi bajingan; ia yang bisa telah menjadi seorang kudus, menjadi suatu nama yang memalukan. Ada suatu cerita yang sangat buruk / mengerikan tentang seorang artis yang sedang melukis Perjamuan Terakhir. Itu adalah suatu lukisan yang bagus dan ia membutuhkan waktu banyak tahun. Sebagai seorang model bagi wajah Kristus, ia menggunakan seorang muda dengan wajah dari keindahan dan kemurnian yang luar biasa. Sedikit demi sedikit lukisan itu diisi, dan satu demi satu murid-murid itu dilukis. Harinya tiba pada waktu ia membutuhkan seorang model untuk Yudas, yang wajahnya ia tinggalkan sebagai yang terakhir. Ia pergi keluar dan mencari dalam tempat-tempat terendah yang sering dikunjungi dari kota itu dan dalam sarang-sarang dari kejahatan. Akhirnya ia menemukan seseorang dengan suatu wajah yang begitu buruk dan jahat yang cocok dengan kebutuhannya. Pada waktu masa duduk itu sampai pada akhirnya, orang itu berkata kepada artis itu: ‘Kamu telah melukis aku sebelumnya’. ‘Tentu tidak’, kata sang artis. ‘O ya, kata orang itu, ‘Aku duduk untuk Kristusmu’. Tahun-tahun itu telah membawa kemerosotan yang mengerikan. Tahun-tahun bisa kejam. Tahun-tahun itu bisa mengambil hal-hal ideal kita dan semangat kita dan mimpi / cita-cita kita dan kesetiaan kita. Tahun-tahun itu bisa meninggalkan kita dengan suatu kehidupan yang mengecil dan bukannya membesar. Tahun-tahun itu bisa meninggalkan kita dengan hati yang mengerut dan bukannya membesar dalam kasih Kristus. Disana bisa terjadi suatu kehilangan keindahan dalam kehidupan - kiranya Allah menyelamatkan kita dari hal itu!].

 

John Owen: “Every unclean thought or glance would be adultery if it could; every covetous desire would be oppression, every thought of unbelief would be atheism, might it grow to its head.” [= Setiap pikiran / pandangan mata yang najis akan menjadi perzinahan kalau memungkinkan; setiap keinginan yang tamak akan menjadi penindasan, setiap pikiran tentang ketidak-percayaan akan menjadi atheisme, kalau hal itu bisa tumbuh sampai puncaknya.] - ‘The Works of John Owen’, vol 6 (‘Temptation and Sin’), hal 12.

 

John Owen: “It is modest, as it were, in its first motions and proposals, but having once got footing in the heart by them, it constantly makes good its ground, and presseth on to some farther degrees in the same kind.” [= Pada gerakan dan usul mula-mula dosa itu sopan, tetapi sekali mendapat tempat berpijak dalam hati kita, dosa itu memperkokoh posisinya, dan terus menekan ke tingkat yang lebih jauh.] - ‘The Works of John Owen’, vol 6 (‘Temptation and Sin’), hal 12.

Bdk. Ef 4:27 - “dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis.”.

NIV: and do not give the devil a foothold. [= dan janganlah memberi Iblis tempat berpijak.].

 

2.   Kedudukan yang tinggi lebih membahayakan dari pada kedudukan yang rendah. Dan karena itu, kita tak perlu kecil hati kalau kita diberi kedudukan yang rendah.

 

The Biblical Illustrator (tentang Yoh 18:1-14): HEIGHTS OF PRIVILEGE MAY BE THE DIRECT COURSE TO THE LOWEST FALL. ... A loving Providence may appoint us lowly station because only there should we be safe from fatal temptation.[= Tingginya hak bisa adalah jalan langsung pada kejatuhan yang terendah. ... Providensia yang kasih bisa / mungkin menetapkan bagi kita posisi yang rendah karena hanya di sana kita aman dari pencobaan yang fatal.].

 

3.   Kita tidak boleh mempercayai kekristenan seseorang berdasarkan jabatan, karunia-karunia, pelayanan dan sebagainya.

 

Jamieson, Fausset & Brown (tentang Mat 10:4): “How terrific is the warning which the case of Judas holds forth to the ministers of Christ, not to trust in any gifts, any offices, any services, any success, as sure evidence of divine acceptance, apart from that ‘holiness without which no man shall see the Lord’!” [= Alangkah dahsyat / hebat / menakutkan peringatan yang dibicarakan / diucapkan oleh kasus Yudas kepada pelayan-pelayan / pendeta-pendeta dari Kristus, untuk tidak mempercayai karunia-karunia apapun, jabatan-jabatan apapun, pelayanan-pelayanan apapun, sukses-sukses apapun, sebagai bukti yang pasti tentang penerimaan ilahi, terpisah dari ‘kekudusan itu tanpa mana tak seorangpun akan melihat Tuhan’!].

Bdk. Ibr 12:14 - “Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan.”.

 

4.   Kalau hal seperti itu terjadi lagi, kita tidak boleh menjadi goyah / kecil hati.

 

Matthew Henry (tentang Mat 10:1-4): “Judas Iscariot is always named last, and with that black brand upon his name, who also betrayed him; which intimates that from the first, Christ knew what a wretch he was, that he had a devil, and would prove a traitor; yet Christ took him among the apostles, that it might not be a surprise and discouragement to his church, if, at any time, the vilest scandals should break out in the best societies. Such spots there have been in our feasts of charity; tares among the wheat, wolves among the sheep; but there is a day of discovery and separation coming, where hypocrites shall be unmasked and discarded.” [= Yudas Iskariot selalu disebutkan terakhir, dan dengan cap yang hitam pada namanya, yang juga telah mengkhianati Dia; yang mengisyaratkan bahwa dari semula, Kristus tahu bahwa ia adalah orang yang menjijikkan, bahwa ia mempunyai seorang setan, dan terbukti / ternyata sebagai seorang pengkhianat; tetapi Kristus menerimanya di antara rasul-rasul, supaya tidak menjadi suatu kejutan dan sesuatu yang mengecilkan hati bagi gerejanya, jika pada kapanpun, skandal yang paling buruk / hina meletus dalam masyarakat / perkumpulan yang terbaik. Noda-noda seperti itu telah ada dalam perjamuan-perjamuan kasih kita; lalang di antara gandum, serigala di antara domba; tetapi di sana ada suatu hari penyingkapan dan pemisahan yang mendatang, dimana orang-orang munafik akan dibuka topeng / kedoknya dan dibuang.].

 

 

 

-bersambung-

 

 

Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.

[email protected]

http://golgothaministry.org

Email : [email protected]

CHANNEL LIVE STEAMING YOUTUBE :  bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali

https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ

 

Kebaktian

G. K. R. I. ‘GOLGOTA’

(Rungkut Megah Raya, blok D no 16)

 

Minggu, tgl 4 Januari 2014, pk 17.00

 

Pdt. Budi Asali, M. Div.

 

Yudas Iskariot(12)

 

c)            Yesus mengaku sebagai orang yang mereka cari (versi Yohanes).

Yoh 18:4-8a - “(4) Maka Yesus, yang tahu semua yang akan menimpa diriNya, maju ke depan dan berkata kepada mereka: ‘Siapakah yang kamu cari?’ (5) Jawab mereka: ‘Yesus dari Nazaret.’ KataNya kepada mereka: ‘Akulah Dia.’ Yudas yang mengkhianati Dia berdiri juga di situ bersama-sama mereka. (6) Ketika Ia berkata kepada mereka: ‘Akulah Dia,’ mundurlah mereka dan jatuh ke tanah. (7) Maka Ia bertanya pula: ‘Siapakah yang kamu cari?’ Kata mereka: ‘Yesus dari Nazaret.’ (8a) Jawab Yesus: ‘Telah Kukatakan kepadamu, Akulah Dia..

 

1.      Yesus tahu semua yang akan menimpa diriNya (ay 4).

Yoh 18:4 - Maka Yesus, yang tahu semua yang akan menimpa diriNya, maju ke depan dan berkata kepada mereka: ‘Siapakah yang kamu cari?’.

 

William Hendriksen (tentang Yoh 18:4): “From the mind of Jesus nothing was hid. For this knowledge of Jesus see on 1:42, 47, 48; 2:24, 25; 5:6; 6:64; 13:1, 3; 21:17.” [= Dari pikiran Yesus tak ada apapun yang tersembunyi. Untuk pengetahuan dari Yesus ini lihat tentang 1:42,47,48; 2:24,25; 5:6; 6:64; 13:1,3; 21:17.].

Yoh 1:42,47-48 - “(42) Ia membawanya kepada Yesus. Yesus memandang dia dan berkata: ‘Engkau Simon, anak Yohanes, engkau akan dinamakan Kefas (artinya: Petrus).’ ... (47) Kata Filipus kepadanya: ‘Mari dan lihatlah!’ Yesus melihat Natanael datang kepadaNya, lalu berkata tentang dia: ‘Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!’ (48) Kata Natanael kepadaNya: ‘Bagaimana Engkau mengenal aku?Jawab Yesus kepadanya: ‘Sebelum Filipus memanggil engkau, Aku telah melihat engkau di bawah pohon ara.’.

Yoh 2:24-25 - “(24) Tetapi Yesus sendiri tidak mempercayakan diriNya kepada mereka, karena Ia mengenal mereka semua, (25) dan karena tidak perlu seorangpun memberi kesaksian kepadaNya tentang manusia, sebab Ia tahu apa yang ada di dalam hati manusia.”.

Yoh 5:6 - “Ketika Yesus melihat orang itu berbaring di situ dan karena Ia tahu, bahwa ia telah lama dalam keadaan itu, berkatalah Ia kepadanya: ‘Maukah engkau sembuh?’”.

Yoh 6:64 - “Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya.’ Sebab Yesus tahu dari semula, siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia.”.

Yoh 13:1,3 - “(1) Sementara itu sebelum hari raya Paskah mulai, Yesus telah tahu, bahwa saatNya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa. Sama seperti Ia senantiasa mengasihi murid-muridNya demikianlah sekarang Ia mengasihi mereka sampai kepada kesudahannya. ... (3) Yesus tahu, bahwa BapaNya telah menyerahkan segala sesuatu kepadaNya dan bahwa Ia datang dari Allah dan kembali kepada Allah.”.

Yoh 21:17 - “Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: ‘Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?’ Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: ‘Apakah engkau mengasihi Aku?’ Dan ia berkata kepadaNya: ‘Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.’ Kata Yesus kepadanya: ‘Gembalakanlah domba-dombaKu.’”.

 

Pulpit Commentary: “he foresaw all the events of the Passion as occurring, not through the mere malice of men, but by the foreordination of God.” [= Ia melihat lebih dulu semua peristiwa penderitaanNya sebagai terjadi bukan semata-mata melalui kejahatan manusia, tetapi oleh penentuan lebih dulu dari Allah.] - hal 399.

 

Memang pengetahuan lebih dulu (foreknowledge) memastikan adanya penentuan lebih dulu (foreordination).

Mat 26:24 - “Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan.’”.

Luk 22:22 - “Sebab Anak Manusia memang akan pergi seperti yang telah ditetapkan, akan tetapi, celakalah orang yang olehnya Ia diserahkan!’”.

 

Loraine Boettner: “Yet unless Arminianism denies the foreknowledge of God, it stands defenseless before the logical consistency of Calvinism; for foreknowledge implies certainty and certainty implies foreordination.” [= Kecuali Arminianisme menyangkal / menolak pengetahuan lebih dulu dari Allah, ia tidak mempunyai pertahanan di depan kekonsistenan yang logis dari Calvinisme; karena pengetahuan lebih dulu secara tidak langsung menunjuk pada kepastian, dan kepastian secara tidak langsung menunjuk pada penetapan lebih dulu.] - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 44.

 

Loraine Boettner: “The Arminian objection against foreordination bears with equal force against the foreknowledge of God. What God foreknows must, in the very nature of the case, be as fixed and certain as what is foreordained; and if one is inconsistent with the free agency of man, the other is also. Foreordination renders the events certain, while foreknowledge presupposes that they are certain.” [= Keberatan Arminian terhadap penentuan lebih dulu mengandung / menghasilkan  kekuatan yang sama terhadap pengetahuan lebih dulu dari Allah. Apa yang Allah ketahui lebih dulu pastilah sama tertentunya dan pastinya seperti apa yang ditentukan lebih dulu; dan jika yang satu tidak konsisten dengan kebebasan manusia, yang lain juga demikian. Penentuan lebih dulu membuat peristiwa-peristiwa pasti / tertentu, sedangkan pengetahuan lebih dulu mensyaratkan bahwa mereka itu pasti / tertentu.] - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 42.

 

Loraine Boettner: The Socinians and Unitarians, while not so evangelical as the Arminians, are at this point more consistent; for after rejecting the foreordination of God, they also deny that He can foreknow the acts of free agents. They hold that in the very nature of the case it cannot be known how the person will act until the time comes and the choice is made. This view of course reduces the prophecies of Scripture to shrewd guesses at best, and destroys the historic Christian view of the inspiration of the Scriptures. It is a view which has never been held by any recognized Christian church. Some of the Socinians and Unitarians have been bold enough and honest enough to acknowledge that the reason which led them to deny God’s certain foreknowledge of the future acts of men, was, that if this be admitted it would be impossible to disprove the Calvinistic doctrine of Predestination. [= Para penganut Socinianisme dan Unitarianisme, sekalipun tidak injili seperti Orang-orang Arminian, pada titik ini adalah lebih konsisten; karena setelah menolak penentuan lebih dulu dari Allah, mereka juga menolak bahwa Ia bisa mengetahui lebih dulu tindakan-tindakan dari agen-agen bebas. Mereka percaya bahwa dalam sifat dasar / hakekat dari kasus itu hal itu tidak bisa diketahui bagaimana orang itu akan bertindak sampai saatnya tiba dan pilihan dibuat. Pandangan ini tentu saja merendahkan nubuat-nubuat dari Kitab Suci paling banter sampai pada tebakan-tebakan, dan menghancurkan pandangan Kristen yang bersifat historis tentang pengilhaman dari Kitab Suci. Itu adalah suatu pandangan yang tidak pernah dipegang / dipercayai oleh gereja Kristen manapun yang diakui. Sebagian dari para penganut Socinianisme dan Unitarianisme telah menjadi cukup berani dan jujur untuk mengakui bahwa alasan yang membimbing mereka untuk menyangkal pengetahuan lebih dulu dari Allah tentang tindakan-tindakan yang akan datang dari manusia, adalah bahwa jika ini diakui maka akan menjadi mustahil untuk membuktikan salah doktrin Calvinisme tentang Predestinasi.] - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 42.

 

Loraine Boettner: Many Arminians have felt the force of this argument, and while they have not followed the Unitarians in denying God’s foreknowledge, they have made it plain that they would very willingly deny it if they could, or dared. Some have spoken disparagingly of the doctrine of foreknowledge and have intimated that, in their opinion, it was not of much importance whether one believed it or not. Some have gone so far as to tell us plainly that men had better reject foreknowledge than admit Predestination. Others have suggested that God may voluntarily neglect to know some of the acts of men in order to leave them free; but this of course destroys the omniscience of God. Still others have suggested that God’s omniscience may imply only that He can know all things, if He chooses, - just as His omnipotence implies that He can do all things, if He chooses. But the comparison will not hold, for these certain acts are not merely possibilities but realities, although yet future; and to ascribe ignorance to God concerning these is to deny Him the attribute of omniscience. This explanation would give us the absurdity of an omniscience that is not omniscient. [= Banyak orang Arminian telah merasakan kekuatan dari argumentasi ini, dan sekalipun mereka tidak mengikuti para Unitarian dalam menyangkal pengetahuan lebih dulu dari Allah, mereka telah membuatnya jelas bahwa mereka akan dengan sangat sukarela menyangkalonya jika mereka bisa, atau berani. Sebagian dari mereka telah berbicara secara meremehkan tentang doktrin pengetahuan lebih dulu dari Allah dan telah menunjukkan secara implicit bahwa dalam pandangan mereka, tidaklah begitu penting apakah seseorang mempercayainya atau tidak. Sebagian telah pergi / lari begitu jauh sehingga memberitahu kita secara jelas bahwa manusia lebih baik menolak pengetahuan lebih dulu dari pada mengakui / menerima Predestinasi. Yang lain mengusulkan bahwa Allah bisa secara sukarela mengabaikan untuk mengetahui sebagian / beberapa tindakan-tindakan dari manusia supaya membiarkan mereka bebas; tetapi ini tentu saja menghancurkan kemahatahuan Allah. Orang-orang lain lagi telah mengusulkan bahwa kemahatahuan Allah bisa berarti hanya bahwa Ia bisa mengetahui segala sesuatu, jika Ia memilihnya, - sama seperti kemahakuasaanNya berarti bahwa Ia bisa melakukan segala sesuatu, jika Ia memilihnya. Tetapi perbandingan ini tidak akan bertahan, karena tindakan-tindakan tertentu ini bukan hanya semata-mata kemungkinan-kemungkinan tetapi realita-realita, sekalipun yang akan datang; dan menganggap ada ketidaktahuan pada Allah berkenaan dengan hal-hal ini berarti menyangkalNya dari sifat maha tahu. Penjelasan ini akan memberi kita kekonyolan dari suatu kemahatahuan yang tidak maha tahu.] - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 42-43.

 

Loraine Boettner: We conclude, then, that the Christian doctrine of the Foreknowledge of God proves also His Predestination. Since these events are foreknown, they are fixed and settled things; and nothing can have fixed and settled them except the good pleasure of God, - the great first cause, - freely and unchangeably foreordaining whatever comes to pass. The whole difficulty lies in the acts of free agents being certain; yet certainty is required for foreknowledge as well as for foreordination. The Arminian arguments, if valid, would disprove both foreknowledge and foreordination. And since they prove too much we conclude that they prove nothing at all. [= Maka kami menyimpulkan bahwa doktrin Kristen tentang Pengetahuan lebih dulu dari Allah juga membuktikan PredestinasiNya. Karena peristiwa-peristiwa ini diketahui lebih dulu, mereka merupakan hal-hal yang tertentu dan pasti; dan tak ada apapun bisa membuat mereka tertentu dan pasti kecuali perkenan yang baik dari Allah, - Penyebab pertama yang besar / agung, - secara bebas dan tak bisa berubah menentukan lebih dulu apapun yang akan terjadi. Seluruh kesukaran terletak dalam tindakan-tindakan yang pasti dari agen-agen bebas; tetapi kepastian dibutuhkan bagi pengetahuan lebih dulu maupun bagi penentuan lebih dulu. Argumentasi-argumentasi Arminian, jika itu sah / benar, akan membuktikan salah baik pengetahuan lebih dulu maupun penentuan lebih dulu. Dan karena mereka membuktikan terlalu banyak kami menyimpulkan bahwa mereka tidak membuktikan apapun sama sekali.] - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 46.

 

2.      Kapan terjadinya ciuman Yudas?

Kalau Yudas sudah menunjukkan Yesus dengan menggunakan ciuman, mengapa mereka masih tak tahu yang mana Yesus? Bagaimana urut-urutannya? Yohanes tidak menceritakan ciuman Yudas. Kalau ciuman Yudas terjadi belakangan, aneh juga, karena Yesus sudah memperkenalkan diriNya. Untuk apa Yudas masih menunjukkan Dia kepada mereka? Para penafsir saling bertentangan tentang hal ini.

 

Adam Clarke (tentang Yoh 18:5): ‘Jesus of Nazareth.’ They did not say this until after Judas kissed Christ, which was the sign which he had agreed with the soldiers, etc., to give them, that they might know whom they were to seize: see Matt 26:48. Though some harmonists place the kiss after what is spoken in the ninth verse.[= ‘Yesus dari Nazaret’. Mereka tidak mengatakan ini sampai setelah Yudas mencium Kristus, yang merupakan tanda yang telah ia setujui dengan prajurit-prajurit, dsb., untuk ia berikan kepada mereka, supaya mereka bisa tahu siapa yang harus mereka tangkap: lihat Mat 26:48. Sekalipun beberapa pengharmonis menempatkan ciuman setelah apa yang dikatakan dalam ayat yang kesembilan.].

Yoh 18:9 - “Demikian hendaknya supaya genaplah firman yang telah dikatakanNya: ‘Dari mereka yang Engkau serahkan kepadaKu, tidak seorangpun yang Kubiarkan binasa.’”.

 

William Hendriksen (tentang Yoh 18:4): “Jesus came out. Out of what? The answer is not given; hence, certainty is lacking. Some say ‘out of the garden-gate’; ‘out of the grotto’; or ‘out of the house.’ To others (and we are inclined to agree with them) the meaning is ‘out from among the trees in this grove’; that is, out of relative darkness he stepped into the light, into the open, striding forward until he stood right in front of the band. Just as he did this (or was it at some other juncture; but if so, when?), Judas performed that act which has caused all later generations to recoil with horror at the mere mention of his name. Embracing Jesus, he kissed him repeatedly, while he said, ‘Hail, Rabbi!’ See Matt. 26:49 (the original). That was the pre-arranged sign. How mean, how devilish! For the foulest deed that was ever committed Judas selected the most sacred night (that of the Passover), the most sacred place (the sanctuary of the Master’s devotions), and the most sacred symbol, a kiss! And also, how utterly ridiculous! As if Jesus would have failed to identify himself!” [= Yesus keluar. Keluar dari apa? Jawabannya tak diberikan; jadi, tak ada kepastian. Beberapa orang mengatakan ‘dari gerbang taman’; ‘dari gua’; atau ‘dari rumah’. Bagi orang-orang lain (dan kami condong untuk setuju dengan mereka) artinya adalah, ‘dari antara pohon-pohon dalam kumpulan pohon-pohon ini’; artinya, dari tempat yang relatif gelap Ia melangkah ke dalam terang, ke tempat yang terbuka, melangkah maju sampai Ia berdiri tepat di depan gerombolan itu. Persis pada waktu Ia melakukan hal ini (atau apakah itu pada saat yang berbeda; tetapi jika demikian, kapan?), Yudas melakukan tindakan itu, yang telah menyebabkan semua generasi belakangan mengkerut dengan ngeri / jijik pada semata-mata penyebutan namanya. Sambil memeluk Yesus, ia menciumNya berulang-ulang, sambil berkata ‘Salam, Rabi!’. Lihat Mat 26:49 (bahasa aslinya). Itu adalah tanda yang sudah diatur / disiapkan sebelumnya. Alangkah hinanya, alangkah jahatnya / menyerupai setannya! Untuk tindakan yang paling menjijikkan yang pernah dilakukan Yudas memilih malam yang paling keramat / kudus (malam Paskah), tempat yang paling keramat / kudus, (tempat kudus dari pembaktian sang Tuan / Guru), dan simbol yang paling keramat / kudus, suatu ciuman! Dan juga, betapa menggelikan sepenuhnya! Seakan-akan Yesus akan gagal untuk memperkenalkan diriNya sendiri!].

 

Lenski (tentang Yoh 18:4): “Jesus was made known to his captors in two ways: by the kissing of Judas and by his own repeated declaration, ‘I am he.’ Which came first? Opinions are divided. John helps us a little. He makes no reference to the kiss but he does say in v. 5 that, when Jesus made himself known by his own declaration, Judas was standing μετʼ αὑτῶν, in the company of the captors. The kiss must have come first. When Judas stepped back after giving it he was in the company of the armed crowd; and this means that he did not step forward into the company of the eleven who were ranged behind Jesus. Thus, where he stood was highly significant. It is too difficult to assume that Jesus so positively identifies himself to his captors and that he then allowed Judas to confirm this identification by the sign he had prearranged, the traitorous kiss. Leading the crowd, Judas quickly stepped forward the moment Jesus came through the entrance of the garden and, when he had given the promised sign to his followers and had stepped back for them to close in around Jesus, there took place what John alone describes in v. 4–9.” [= Yesus dinyatakan kepada para penangkapNya dengan dua cara: dengan ciuman Yudas dan dengan pernyataanNya sendiri yang berulang-ulang, ‘Akulah Dia’. Yang mana terjadi dulu? Pandangan-pandangan terpecah / berbeda-beda. Yohanes sedikit menolong kita. Ia tak menceritakan tentang ciuman tetapi ia mengatakan dalam ay 5 bahwa pada waktu Yesus menyatakan diriNya dengan pernyataanNya sendiri, Yudas sedang berdiri MET AUTON (‘with them’ / ‘dengan mereka’), dalam kumpulan dari para penangkap itu. Ciuman itu pasti harus terjadi dulu. Pada waktu Yudas melangkah mundur / kembali setelah memberikannya, ia ada dalam kumpulan dari gerombolan bersenjata; dan ini berarti bahwa ia melangkah maju ke dalam kumpulan dari 11 murid yang berjajar di belakang Yesus. Jadi, dimana ia berdiri sangat penting / berarti. Adalah terlalu sukar untuk menganggap bahwa Yesus dengan begitu jelas memperkenalkan diriNya sendiri kepada para penangkapNya dan bahwa Ia lalu mengijinkan Yudas meneguhkan pengidentifikasian ini dengan tanda yang sudah disiapkan sebelumnya, ciuman sang pengkhianat. Setelah membimbing gerombolan itu, Yudas dengan cepat melangkah ke depan pada saat Yesus datang melalui jalan masuk dari taman dan, pada waktu ia telah memberikan tanda yang dijanjikan kepada para pengikutnya dan melangkah mundur bagi mereka untuk mengelilingi Yesus, disana terjadi dimana hanya Yohanes saja menggambarkan dalam ay 4-9.].

 

Jamieson, Fausset & Brown (tentang Yoh 18:3): If the dialogue between our Lord and His captors was before this, as some interpreters think it was, the kiss of Judas was purely gratuitous, and probably to make good his right to the money; our Lord having presented Himself unexpectedly before them, and rendered it unnecessary for anyone to point him out. But a comparison of the narratives seems to show that our Lord’s ‘coming forth’ to the band was subsequent to the interview of Judas.[= Jika dialog antara Tuhan kita dan para penangkapNya terjadi sebelum ini, seperti yang dipikirkan oleh beberapa penafsir, maka ciuman Yudas sama sekali tak diperlukan, dan mungkin mengesahkan haknya atas uang itu; Tuhan kita secara tak terduga telah memperkenalkan diriNya sendiri di hadapan mereka, dan menyebabkan tidak perlu bagi siapapun untuk menunjukkan Dia. Tetapi suatu perbandingan dari cerita-cerita itu kelihatannya menunjukkan bahwa Tuhan kita tampil ke depan kepada gerombolan itu segera sesudah pembicaraan dengan Yudas.].

 

3.      Yudas ada di pihak mereka (ay 5b).

Yoh 18:5 - “Jawab mereka: ‘Yesus dari Nazaret.’ KataNya kepada mereka: ‘Akulah Dia.’ Yudas yang mengkhianati Dia berdiri juga di situ bersama-sama mereka.”.

 

Matthew Henry (tentang Yoh 18:5b): Particular notice is taken, in a parenthesis, that ‘Judas stood with them.’ He that used to stand with those that followed Christ now stood with those that fought against him. This describes an apostate; he is one that changes sides. He herds himself with those with whom his heart always was, and with whom he shall have his lot in the judgment-day.[= Diberikan perhatian khusus, dalam tanda kurung, bahwa ‘Yudas berdiri bersama mereka’. Ia yang biasanya berdiri dengan mereka yang mengikuti Kristus sekarang berdiri bersama mereka yang berperang terhadap Dia. Ini menggambarkan suatu kemurtadan; ia adalah orang yang berpindah pihak. Ia menempatkan dirinya sendiri bersama mereka dengan siapa hatinya selalu ada / bersama, dan bersama siapa ia akan mendapatkan nasibnya pada hari penghakiman.].

 

4.   Yesus bertanya siapa yang mereka cari, dan lalu memperkenalkan diriNya sebagai orang yang mereka cari (ay 4-8).

Yoh 18:4-8a - “(4) Maka Yesus, yang tahu semua yang akan menimpa diriNya, maju ke depan dan berkata kepada mereka: ‘Siapakah yang kamu cari?’ (5) Jawab mereka: ‘Yesus dari Nazaret.’ KataNya kepada mereka: ‘Akulah Dia.’ Yudas yang mengkhianati Dia berdiri juga di situ bersama-sama mereka. (6) Ketika Ia berkata kepada mereka: ‘Akulah Dia,’ mundurlah mereka dan jatuh ke tanah. (7) Maka Ia bertanya pula: ‘Siapakah yang kamu cari?’ Kata mereka: ‘Yesus dari Nazaret.’ (8a) Jawab Yesus: ‘Telah Kukatakan kepadamu, Akulah Dia..

Catatan: kata-kata ‘Akulah Dia’ dalam ay 5,6,8 diterjemahkan ‘I am he’ oleh KJV/RSV/NIV/NASB/ASV/NKJV. Tetapi dalam bahasa Yunani kata-kata yang digunakan hanyalah EGO EIMI [= I AM / AKU ADALAH].

 

UBS NT Handbook Series: “‘I am he’ (so most translations) appears as ‘I am Jesus’ in one important Greek manuscript.[= ‘Akulah Dia’ (begitu kebanyakan terjemahan) muncul sebagai ‘Aku adalah Yesus’ dalam satu manuscript Yunani yang penting.].

 

Wiersbe: Christ, the Last Adam (1 Cor 15:45), met the enemy in a garden and triumphed, while the first Adam met the enemy in a garden and failed. Adam hid himself, but Christ openly revealed Himself. [= Kristus, Adam terakhir (1Kor 15:45), menemui musuh di suatu taman dan menang, sedangkan Adam pertama menemui musuh di suatu taman dan gagal. Adam menyembunyikan dirinya sendiri, tetapi Kristus secara terbuka menyatakan diriNya sendiri.].

 

Matthew Henry (tentang Yoh 18:4): “When the people would have forced him to a crown, and offered to make him a king in Galilee, but he withdrew, and hid himself (ch. 6:15); but, when they came to force him to a cross, he offered himself; for he came to this world to suffer and went to the other world to reign. This will not warrant us needlessly to expose ourselves to trouble, for we know not when our hour is come; but we are called to suffering when we have no way to avoid it but by sin; and, when it comes to this, let none of these things move us, for they cannot hurt us.” [= Pada waktu orang banyak mau memaksa Dia pada suatu makhkota, dan menawarkan untuk menjadikanNya seorang raja di Galilea, Ia mengundurkan diri, dan menyembunyikan diriNya sendiri (psl 6:15); tetapi, pada waktu mereka datang untuk memaksaNya kepada salib, Ia menawarkan diriNya sendiri; dan pergi ke dunia yang lain untuk bertakhta. Ini tidak memberi otoritas kepada kita untuk membuka diri kita sendiri pada kesukaran / bahaya secara tak perlu, karena kita tidak tahu kapan saat kita datang; tetapi kita dipanggil pada penderitaan pada waktu kita tidak mempunyai cara / jalan untuk menghindarinya kecuali dengan dosa; dan, pada waktu sampai pada titik ini, hendaklah tak ada dari hal-hal ini yang menggerakkan kita, karena hal-hal ini tidak bisa melukai / merugikan kita.].

Yoh 6:15 - “Karena Yesus tahu, bahwa mereka hendak datang dan hendak membawa Dia dengan paksa untuk menjadikan Dia raja, Ia menyingkir pula ke gunung, seorang diri.”.

 

Leon Morris (NICNT): Jesus’ complete knowledge of the situation dictates his action (see on 2:24; 4:18). John omits any reference to the kiss Judas gave Jesus (Matt. 26:49; Mark 14:45; Luke 22:47), which would have taken place at this juncture. He is not concerned to tell us everything that happened, but rather to show Jesus’ complete control of the situation. Jesus knows all the things that are coming upon him, and in the light of this knowledge goes out to meet the soldiers. He is not ‘arrested’ at all. He has the initiative and he gives himself up. [= Pengetahuan yang lengkap dari Yesus tentang situasi ini mendikte tindakanNya (lihat tentang 2:24; 4:18). Yohanes menghapus ciuman Yudas (Mat 26:49; Mark 14:45; Luk 22:47), yang seharusnya terjadi waktu ini. Ia tidak berminat untuk menceritakan kepada kita segala sesuatu yang terjadi, tetapi menunjukkan pengontrolan Yesus sepenuhnya atas situasi itu. Tuhan tahu segala sesuatu yang mendatangiNya, dan dalam terang pengetahuan ini Ia keluar untuk menemui tentara-tentara itu. Ia sama sekali tidak ‘ditangkap’. Ia yang melakukan inisiatif dan Ia menyerahkan diriNya sendiri.].

 

5.      Pada waktu Yesus memperkenalkan diriNya, mereka jatuh ke tanah (ay 6).

Yoh 18:6 - “Ketika Ia berkata kepada mereka: ‘Akulah Dia,’ mundurlah mereka dan jatuh ke tanah.”.

 

Barnes’ Notes (tentang Yoh 18:6): ‘They went backward ...’ The cause of their retiring in this manner is not mentioned. Various things might have produced it. The frank, open, and fearless manner in which Jesus addressed them may have convinced them of his innocence, and deterred them from prosecuting their wicked attempt. His disclosure of himself was sudden and unexpected; and while they perhaps anticipated that he would make an effort to escape, they were amazed at his open and bold profession. Their consciences reproved them for their crimes, and probably the firm, decided, and yet mild manner in which Jesus addressed them, the expression of his unequalled power in knowing how to find the way to the consciences of men, made them feel that they were in the presence of more than mortal man. There is no proof that there was here any miraculous power, any mere physical force, and to suppose that there was, greatly detracts from the moral sublimity of the scene.[= ‘Mereka mundur ...’. Penyebab dari mundurnya mereka dengan cara ini tidak disebutkan. Bermacam-macam hal bisa telah menyebabkannya. Cara yang jujur / terus terang, terbuka, dan tanpa takut dengan mana Yesus berbicara kepada mereka bisa telah meyakinkan mereka tentang ketidak-bersalahanNya, dan mencegah mereka dari pelaksanaan usaha jahat mereka. PenyingkapanNya tentang diriNya sendiri bersifat tiba-tiba dan tidak diharapkan; dan sementara mereka mungkin mengantisipasi bahwa Ia akan melakukan suatu usaha untuk lolos, mereka heran pada pengakuanNya yang terbuka dan berani. Hati nurani mereka mengecam mereka untuk kejahatan mereka, dan mungkin cara yang tegas, pasti tetapi lembut, dengan mana Yesus berbicara kepada mereka, pengungkapan dari kuasaNya yang tak ada taranya dalam mengetahui bagaimana menemukan cara pada hati nurani dari manusia, membuat mereka merasakan bahwa mereka ada dalam kehadiran dari lebih dari seorang manusia yang fana. Disana tidak ada bukti bahwa ada kuasa mujijat apapun, kekuatan fisik semata-mata apapun, dan menganggap bahwa disana ada hal-hal itu, sangat mengurangi keagungan moral dari situasi itu.].

Catatan: saya tak mengerti bagaimana Barnes bisa menafsir sebodoh ini!

 

Lenski (tentang Yoh 18:6): “All the ancients regard this as a miraculous effect, and to this day many follow them. But others seek to explain what happened as a natural and a psychological effect. They call to mind the miracles of Jesus, the belief of so many Jews in the divinity of Jesus, his grand entry into Jerusalem, and his second cleansing of the Temple. They adduce a few similar instances from ancient history. Then they imagine that only a few men in the front ranks actually fell down. But when all is said that can be said about the unexpectedness of Jesus’ demand and answer and about the sudden panic this inspired, it fails to convince, granting even that only some fell prostrate. Men might pause and hesitate in such a situation; a few might take a step or two backward, but that would be all. If in stepping backward any should stumble they would be held up by coming against those standing behind them. Here, however, several hundred men fell down as though struck by the word, ‘I am he.’ They were given no time to think - they went backward, they went down completely. ... Something more happened than a psychological and a natural effect. Trained soldiers of the Roman type, standing in formation, do not go down so easily, including even their chief commander.” [= Semua orang-orang kuno menganggap ini sebagai suatu akibat yang bersifat mujijat, dan sampai sekarang banyak orang mengikuti mereka. Tetapi orang-orang lain berusaha menjelaskan apa yang terjadi sebagai suatu akibat yang alamiah dan bersifat psikologis. Mereka mengingat lagi mujijat-mujijat Yesus, kepercayaan dari begitu banyak orang-orang Yahudi pada keilahian Yesus, masuknya Ia dengan agung ke Yerusalem, dan pembersihan yang kedua dari Bait Allah. Mereka memberikan sebagai contoh beberapa kejadian yang serupa dalam sejarah kuno. Lalu mereka mengkhayalkan bahwa hanya sedikit orang di barisan depan yang betul-betul jatuh. Tetapi pada waktu semua yang bisa dikatakan telah dikatakan tentang ketidah-terdugaan dari pertanyaan dan jawaban Yesus dan tentang kepanikan yang mendadak yang ditimbulkan oleh hal ini, itu gagal untuk meyakinkan, sekalipun dianggap benar bahwa hanya beberapa yang rebah. Orang-orang mungkin berhenti dan ragu-ragu dalam situasi seperti itu; sedikit orang mungkin akan mundur satu atau dua langkah, tetapi itulah semuanya yang bisa terjadi. Jika dalam melangkah mundur siapapun tersandung mereka akan ditahan untuk tetap berdiri oleh mereka yang berdiri di belakang mereka. Tetapi di sini beberapa ratus orang jatuh / rebah seakan-akan dipukul oleh kata-kata ‘Akulah Dia’. Mereka tak diberi waktu untuk berpikir - mereka mundur, mereka jatuh sama sekali. ... Sesuatu yang lebih dari pada akibat psikologis dan alamiah terjadi. Prajurit-prajurit terlatih dari jenis Romawi, berdiri dalam formasi, tidak akan jatuh dengan begitu mudah, bahkan termasuk komandan tertinggi mereka.].

 

The Biblical Illustrator (tentang Yoh 18:1-dst): Officers of justice, and brave Roman soldiers, a simple sentence uttered by the man they came to apprehend, strikes them all to the ground. Now why this display of power? It is clear that there was nothing vindictive in it - the men were not injured. Neither was it intended for our Lord’s rescue - there He stands waiting for them to rise. 1. It vindicated Christ’s greatness. He had just feared and trembled as a man; but He was more than man: there was the infinite Godhead within Him, and for an instant He discovers it; He lets the majesty of it beam forth. It is a miracle of the same kind as that He wrought on the cross. There He brought a hardened malefactor to repentance, working on His mind none could see how; here He touches the minds of a whole multitude together, producing in them, not repentance indeed, but confusion and terror; thus plainly showing us in both instances, that He can do with the mind of man whatsoever He will. And nothing manifests His greatness more forcibly than this. 2. It provided for the safety of His disciples. The hour of His sufferings was come, but not of theirs. At present, therefore, He will not have one of them touched; and when Peter wounded one of them they did not retaliate. And just as weak before Him are all the enemies of His people. 3. It manifests the voluntariness of our Redeemer’s sufferings. And whence did this willingness proceed? From the love and pity of His heart; His own free, abounding, wonderful love to a world of sinners.[= Perwira-perwira keadilan, dan prajurit-prajurit Romawi yang berani, suatu kalimat yang sederhana yang diucapkan oleh orang yang mereka datang untuk tangkap, merebahkan mereka semua ke tanah. Mengapa ada pertunjukan kuasa ini? Adalah jelas bahwa disana tidak ada pembalasan di dalamnya - orang-orang itu tidak terluka. Juga itu tidak dimaksudkan untuk menolong Tuhan kita - di sana Ia berdiri menunggu mereka untuk bangun. 1. Itu meneguhkan kebesaran / keagungan Kristus. Ia baru saja merasa takut dan gemetar sebagai seorang manusia; tetapi Ia adalah lebih dari manusia: disana ada keAllahan yang tak terbatas di dalam Dia, dan untuk seketika Ia menyatakannya; Ia membiarkan keagungan dariNya bersinar. Itu adalah mujijat dari jenis yang sama seperti yang Ia lakukan di salib. Di sana Ia membawa seorang penjahat pada pertobatan, mengerjakan pikiranNya tanpa seorangpun bisa melihat bagaimana caranya; di sini Ia menyentuh pikiran dari seluruh orang banyak itu bersama-sama, menghasilkan dalam mereka, memang bukan pertobatan, tetapi kekacauan dan rasa takut; dengan demikian menunjukkan dengan jelas kepada kita dalam kedua kejadian, bahwa Ia bisa berbuat apapun yang Ia inginkan dengan pikiran manusia. Dan tak ada apapun yang menyatakan kebesaran / keagunganNya secara lebih kuat dari ini. 2. Itu memelihara / mengurus keamanan dari murid-muridNya. Saat penderitaanNya sudah tiba, tetapi saat untuk murid-muridNya belum. Karena itu, pada saat ini, Ia tak mau satupun dari mereka disentuh; dan pada waktu Petrus melukai satu dari mereka mereka tidak membalas. Dan sama lemahnya di hadapanNya semua musuh dari umatNya. 3. Itu menyatakan kerelaan dari penderitaan Penebus kita. Dan dari mana kerelaan ini keluar? Dari kasih dan belas kasihan dari hatiNya; kasihNya sendiri yang cuma-cuma, berlimpah-limpah, luar biasa kepada suatu dunia orang-orang berdosa.].

 

The Biblical Illustrator (tentang Yoh 18:1-dst): He went willingly, for since a single word made the captors fall to the ground, another would have sent them into the tomb. There was no power on earth that could have bound Him had He been unwilling. ... Let us take care, then, that our service of Christ is a cheerful and a willing one. Let us never come up to the place of worship merely because of custom, &c. Let us never contribute to the Master’s cause as though a tax-gatherer were wringing from us what we could ill afford. Let our duty be our delight. His willing sacrifice ought to ensure ours.[= Ia pergi dengan sukarela, karena kalau satu kata membuat para penangkap jatuh / rebah ke tanah, satu kata yang lain akan sudah mengirim mereka ke dalam kubur. Disana tidak ada kuasa di bumi yang bisa telah mengikatNya seandainya Ia tidak mau diikat. ... Maka, marilah kita memperhatikan supaya pelayanan kita bagi Kristus adalah suatu pelayanan yang sukacita dan sukarela. Jangan kita pernah datang ke tempat ibadah semata-mata karena kebiasaan, dsb. Janganlah kita pernah memberi pada perkara Tuan seakan-akan seorang pemungut pajak sedang memeras dari kita apa yang bisa kita hasilkan / berikan. Hendaklah kewajiban kita merupakan kesenangan kita. PengorbananNya yang sukarela seharusnya memastikan pengorbanan sukarela kita.].

 

Calvin (tentang Yoh 18:4-6): The Evangelist states more clearly with what readiness Christ went forward to death, but, at the same time, describes the great power which he exercised by a single word, in order to inform us that wicked men had no power over him, except so far as he gave permission. ... He replies mildly that he is the person whom they seek, and yet, as if they had been struck down by a violent tempest, or rather by a thunderbolt, he lays them prostrate on the ground. There was no want of power in him, therefore, to restrain their hands, if he had thought proper; but he wished to obey his Father, by whose decree he knew that he was called to die. [= Sang penginjil menyatakan dengan lebih jelas dengan kerelaan yang bagaimana Kristus maju pada kematian, tetapi pada saat yang sama menggambarkan kuasa yang besar yang Ia gunakan dengan satu kata, untuk memberi informasi kepada kita bahwa orang-orang jahat tak mempunyai kuasa atas Dia, kecuali sejauh yang Ia ijinkan. ... Ia menjawab dengan lembut bahwa Ia adalah orang yang mereka cari, tetapi seakan-akan mereka telah dipukul jatuh oleh badai yang kuat, atau oleh petir, Ia membuat mereka rebah di tanah. Karena itu, Ia tidak kekurangan kuasa, untuk menahan tangan mereka, jika Ia anggap itu benar; tetapi Ia ingin mentaati BapaNya, oleh ketetapan siapa Ia tahu bahwa Ia dipanggil untuk mati.].

 

Matthew Henry (tentang Yoh 18:5): This word, ‘I am he,’ had revived his disciples, and raised them up (Matt 14:27); but the same word strikes his enemies down. Hereby he showed plainly, (1.) What he could have done with them. When he struck them down, he could have struck them dead; when he spoke them to the ground, he could have spoken them to hell, and have sent them, like Korah’s company, the next way thither; but he would not do so, [1.] Because the hour of his suffering was come, and he would not put it by; he would only show that his life was not forced from him, but he laid it down of himself, as he had said.[= Kata-kata ini, ‘Akulah Dia’, telah membangunkan mereka (Mat 14:27); tetapi kata-kata yang sama memukul jatuh musuh-musuhNya. Dengan ini Ia menunjukkan secara jelas, (1.) Apa yang bisa Ia lakukan dengan mereka. Pada waktu Ia memukul jatuh mereka, Ia bisa telah memukul mati mereka; pada waktu Ia berbicara kepada mereka sehingga mereka jatuh ke tanah, Ia bisa telah berbicara dengan mereka sehingga mereka pergi ke neraka, dan telah mengirim mereka, seperti kelompok Korah, selanjutnya ke tempat itu; tetapi Ia tidak mau melakukan demikian, [1.] Karena saat penderitaanNya sudah tiba, dan Ia tidak mau menolaknya; Ia hanya mau menunjukkan bahwa nyawa / hidupNya tidak diambil secara paksa dari Dia, tetapi Ia meletakkannya dari diriNya sendiri, seperti telah Ia katakan.].

Mat 14:27 - “Tetapi segera Yesus berkata kepada mereka: ‘Tenanglah! Aku ini, jangan takut!’”.

Catatan: dalam bahasa Yunani kata-kata yang digunakan adalah sama seperti dalam Yoh 18:5, yaitu EGO EIMI = I am = Aku adalah.

Bdk. Yoh 10:17-18 - “(17) Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawaKu untuk menerimanya kembali. (18) Tidak seorangpun mengambilnya dari padaKu, melainkan Aku memberikannya menurut kehendakKu sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali. Inilah tugas yang Kuterima dari BapaKu.’”.

 

Leon Morris (NICNT): First he asks whom they are seeking. When they say, ‘Jesus of Nazareth,’ he replies, ‘I am,’ which may well mean ‘I am Jesus of Nazareth.’ But the answer is in the style of deity (see on 8:58; John repeats the words in vv. 6 and 8 and the threefold repetition is significant; cf. also 13:18–19). [= Pertama-tama Ia bertanya siapa yang sedang mereka cari. Ketika mereka berkata: ‘Yesus dari Nazaret’, Ia menjawab: ‘Akulah Dia / Aku adalah’, yang bisa berarti ‘Aku adalah Yesus dari Nazaret’. Tetapi jawaban ini ada dalam gaya ilahi (lihat tentang 8:58). Ini pasti merupakan gerakan yang paling tidak terduga dari Dia. Tentara-tentara datang secara diam-diam untuk menangkap orang rendahan yang lari. Dalam kegelapan mereka menemukan diri mereka sendiri dihadapkan pada seseorang yang memerintah, yang bukannya melarikan diri tetapi datang menemui mereka dan berbicara kepada mereka dalam bahasa ilahi (lihat tentang 8:58; Yohanes mengulangi kata-kata dalam ay 6 dan 8 dan 3 x pengulangan adalah penting / perlu diperhatikan; bdk. juga 13:18-19).].

 

Calvin (tentang Yoh 18:4-6): We may infer from this how dreadful and alarming to the wicked the voice of Christ will be, when he shall ascend his throne to judge the world. At that time he stood as a lamb ready to be sacrificed; his majesty, so far as outward appearance was concerned, was utterly gone; and yet when he utters but a single word, his armed and courageous enemies fall down. And what was the word? He thunders no fearful excommunication against them, but only replies, ‘It is I.’ What then will be the result, when he shall come, not to be judged by a man, but to be the Judge of the living and the dead; not in that mean and despicable appearance but shining in heavenly glory, and accompanied by his angels? [= Dari sini kita bisa mengambil kesimpulan betapa mengerikan dan menakutkan bagi orang jahat suara Kristus nanti, pada waktu Ia naik ke atas tahta untuk menghakimi dunia. Pada saat itu (pada saat Ia ditangkap) Ia berdiri sebagai Domba yang siap untuk dikorbankan, dan keagunganNya, sejauh kita melihatnya secara lahiriah / dari luar, sama sekali hilang. Sekalipun demikian, pada saat Ia mengucapkan sepatah kata, musuh-musuhNya yang bersenjata dan berani itu jatuh ke tanah. Dan apa kata yang Ia ucapkan? Ia tidak mengguntur dengan suatu pengucilan yang menakutkan terhadap mereka, tetapi hanya menjawab: ‘Akulah Dia’. Apa yang akan terjadi, pada saat Ia datang nanti, bukan untuk dihakimi oleh manusia, tetapi untuk menjadi Hakim bagi orang yang hidup dan orang yang mati; bukan dalam penampilan yang buruk dan hina, tetapi bersinar dalam kemuliaan surgawi, dan diiringi malaikat-malaikatNya?].

 

Lenski (tentang Yoh 18:7): “Jesus pauses and allows the men to rise to their feet. Once more, therefore, he requested of them, Whom are you seeking? And they said, Jesus, the Nazarene. This time John uses the dignified verb ἐπερωτάω. His captors had lost their dignity by tumbling over each other, not so Jesus. With the same authority he repeats his question. Nothing is left for them but also to repeat their answer. Luther is one of the very few who pause at this answer: ‘Here we may learn what an abominable thing an obdurate heart is, in order that we may learn to abide in the fear of God. They feel themselves falling to the ground but they do not recede in their hearts from the intention and evil purpose, thinking that their falling backward must be due to some witchcraft. These are hearts of utter steel and adamant. And the rogue Judas, the evangelist tells us, also stood with them, is so obdurate and hard and falls to the ground with the rest; yet he is not moved that he should think: Man, quit defying him who hurls us all back with one word. Even if heaven and earth were created anew before the eyes of such people, and the greatest miracles were wrought that could possibly be wrought, it would avail nothing.’” [= Yesus berhenti dan mengijinkan orang-orang itu berdiri. Karena itu, sekali lagi Ia bertanya kepada mereka, ‘Siapa yang kamu cari?’ Dan mereka berkata, ‘Yesus orang Nazaret’. Kali ini Yohanes menggunakan kata kerja yang menghargai EPEROTAO. Para penangkapNya telah kehilangan martabat mereka dengan jatuh bertabrakan satu sama lain, tidak demikian dengan Yesus. Dengan otoritas yang sama Ia mengulangi pertanyaanNya. Tak ada yang bisa mereka lakukan kecuali juga mengulangi jawaban mereka. Luther adalah salah satu dari sangat sedikit orang yang berhenti pada jawaban ini: ‘Disini kita bisa belajar dalam takut akan Allah. Mereka merasa diri mereka sendiri jatuh ke tanah tetapi mereka tidak mundur / surut dalam hati mereka dari maksud dan tujuan jahat, karena berpikir bahwa kejatuhan mereka ke belakang pasti disebabkan oleh semacam sihir. Ini adalah hati dari baja dan batu yang sangat keras secara total. Dan si bajingan Yudas, sang penginjil memberitahu kita, juga berdiri bersama mereka, adalah begitu bandel dan keras dan jatuh ke tanah bersama orang-orang lain; tetapi ia tidak tergerak untuk berpikir: Bung, berhentilah menantang Dia yang melempar kita semua ke belakang dengan satu kata. Bahkan seandainya langit dan bumi diciptakan ulang di depan mata dari orang-orang seperti itu, dan dilakukan mujijat terbesar yang memungkinkan untuk dilakukan, itu tidak akan ada gunanya’.].

 

Lenski (tentang Yoh 18:8): “Luther writes: ‘Christ can strike down his enemies and defend his disciples with one word and did this when he was weak and willed to suffer; what may and can he do now that he is exalted to the right hand of God? And what will he do at the last day?’” [= Luther menulis: ‘Kristus bisa memukul roboh musuh-musuhNya dan mempertahankan murid-muridNya dengan satu kata dan melakukan ini pada waktu Ia lemah dan mau menderita; apa yang mungkin dan bisa Ia lakukan sekarang pada saat Ia ditinggikan di sebelah kanan Allah? Dan apa yang akan Ia lakukan pada hari terakhir?’].

 

Calvin (tentang Yoh 18:7): Hence it appears what is the powerful effect of that blindness with which God strikes the minds of wicked men, and how dreadful is their stupidity, when, by a just judgment of God, they have been bewitched by Satan. Oxen and asses, if they fall, are touched with some kind of feeling; but those men, after having had an open display of the divine power of Christ, proceed as fearlessly as if they had not perceived in him even the shadow of a man; nay, Judas himself remains unmoved. Let us learn, therefore, to fear the judgment of God, by which the reprobate, delivered into the hands of Satan, become more stupid than brute beasts. [= Maka terlihat bagaimana pengaruh yang kuat dari kebutaan dengan mana Allah memukul pikiran dari orang-orang jahat, dan betapa menakutkan ketololan mereka, pada waktu, oleh suatu penghakiman yang adil / benar dari Allah, mereka telah dipesonakan oleh Iblis. Sapi-sapi dan keledai-keledai, jika mereka jatuh, tersentuh oleh sejenis perasaan; tetapi orang-orang ini, setelah mendapatkan suatu pertunjukan terbuka dari kuasa ilahi Kristus, melanjutkan dengan sama tak takutnya, seakan-akan mereka tidak menyadari dalam Dia bahkan bayangan dari seorang manusia; bahkan Yudas sendiri tetap tak tergerak. Karena itu, hendaklah kita belajar untuk takut pada penghakiman Allah, dengan mana orang-orang reprobate / orang yang ditentukan untuk binasa, diserahkan ke dalam tangan Iblis, menjadi lebih bodoh dari binatang yang tak berakal.].

-bersambung-

Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.

E-mail : [email protected]

e-mail us at [email protected]

http://golgothaministry.org

Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:

https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ

Channel Live Streaming Youtube :  bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali