(Rungkut
Megah Raya, blok D no 16)
Minggu,
tgl 21 September 2014, pk 17.00
Pdt. Budi Asali, M. Div.
b) Yudas Iskariot disebut sebagai
‘Iblis’ oleh Yesus.
Yoh 6:70-71
- “(70) Jawab Yesus kepada mereka:
‘Bukankah Aku sendiri yang telah memilih kamu yang dua belas ini? Namun
seorang di antaramu adalah Iblis.’ (71) Yang dimaksudkanNya ialah
Yudas, anak Simon Iskariot; sebab dialah yang akan menyerahkan Yesus, dia
seorang di antara kedua belas murid itu.”.
Pada
waktu Yesus berkata bahwa Yudas Iskariot adalah Iblis, tentu kita tidak bisa
menafsirkan bagian itu secara hurufiah, bahwa Yudas betul-betul ADALAH Iblis
sendiri. Artinya, ia adalah alat dari Iblis, atau ia seperti Iblis.
Saya
akan memberikan beberapa komentar dari para penafsir tentang Yoh 6:70-71 ini,
tetapi saya kira untuk mengerti komentar-komentar ini, kita perlu tahu kontext
yang mendahului Yoh 6:70-71 itu, dan karena itu saya berikan Yoh 6:66-69 di
sini.
Yoh 6:66-69
- “(66) Mulai dari waktu itu banyak
murid-muridNya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia. (67) Maka kata
Yesus kepada kedua belas muridNya: ‘Apakah kamu tidak mau pergi juga?’ (68)
Jawab Simon Petrus kepadaNya: ‘Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi?
PerkataanMu adalah perkataan hidup yang kekal; (69) dan kami telah percaya dan
tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah.’”.
Lenski
(tentang Yoh 6:70): “Great
joy fills the heart of Jesus on hearing this adequate and earnest confession on
the part of Peter. But this joy is combined with deep pain, for Jesus knows what
Peter could not know, namely that not all of the Twelve believed in their hearts
as he had confessed. ‘Jesus
answered them,’ since Peter had spoken for all of
them, and all had given silent assent to
Peter’s words, ‘Did not I elect you the Twelve for
myself? and of you one is a devil.’”
[= Sukacita yang besar memenuhi hati Yesus pada waktu mendengar pengakuan yang
cukup dan tulus / sungguh-sungguh dari Petrus. Tetapi sukacita ini
dikombinasikan dengan rasa sakit yang dalam, karena Yesus tahu apa yang
Petrus tidak bisa tahu, yaitu bahwa tidak semua dari yang 12 itu percaya dalam
hati mereka seperti yang telah ia akui. ‘Yesus menjawab mereka’, karena
Petrus telah berbicara untuk semua mereka, dan semua telah memberikan persetujuan
yang diam terhadap kata-kata Petrus, ‘Bukankah Aku sendiri yang telah
memilih kamu yang dua belas ini? Namun seorang di antaramu adalah Iblis.’].
Lenski
(tentang Yoh 6:70): “‘Devil’
designates the real moral nature of Judas and the mind that had finally
developed in him. Those other disciples who did not believe in Jesus left him,
and nowhere are such men called devils; but Judas remains, remains even as one
of the Twelve, remains and consents to Peter’s confession, not with ordinary
hypocrisy, but with lying deceit such as Jesus predicates of the very devil
himself in 8:44. So early Judas had completely broken with Jesus. ‘Is
a devil’ means now, at this time when Jesus says so, not that he already was
a devil when Jesus chose him. When Judas lost his faith we are not told. Now
that he has lost much more, we are told of it.”
[= ‘Iblis’ menunjukkan karakter moral yang sebenarnya dari Yudas dan
pikiran yang akhirnya telah berkembang dalam dia. Murid-murid yang lain itu,
yang tidak percaya kepada Yesus, meninggalkan Dia, dan tak ada dimanapun
orang-orang seperti itu disebut ‘Iblis’; tetapi Yudas tetap tinggal,
tinggal bahkan sebagai salah satu dari 12 murid / rasul, tinggal dan menyetujui
pengakuan Petrus, bukan dengan kemunafikan yang biasa, tetapi dengan penipuan
yang bersifat dusta, seperti yang Yesus nyatakan tentang Iblis sendiri dalam
8:44. Begitu awal Yudas telah memutuskan
persahabatan sepenuhnya dengan Yesus. ‘Adalah Iblis’ (‘is
a devil’ - present tense) berarti
sekarang, pada saat dimana Yesus berkata demikian, bukan bahwa ia sudah adalah
Iblis pada waktu Yesus memilihnya. Kapan Yudas kehilangan imannya kita tidak diberitahu. Sekarang setelah ia
kehilangan lebih banyak lagi, kita diberitahu tentangnya.].
Catatan:
1. Yoh 8:44 - “Iblislah yang menjadi bapamu
dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia
sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada
kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri,
sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta.”.
2. Petrus juga disebut ‘Iblis’
dalam Mat 16:23 - “Maka
Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: ‘Enyahlah Iblis. Engkau
suatu batu sandungan bagiKu, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan
Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.’”.
Tetapi
kata Yunani yang digunakan berbeda. Dalam Mat 16:23 kata yang digunakan adalah
SATANAS, sedangkan dalam Yoh 6:70 digunakan kata DIABOLOS, dan Lenski
mengatakan bahwa kata ini sama kuatnya dengan kata yang dipakai dalam Mat 16:23.
3. Lenski berkata ‘Yudas kehilangan imannya’,
dan kata-kata itu berarti kalau Yudas pernah beriman. Padahal Alkitab tidak
pernah memberitahu / menceritakan kepada kita tentang iman dari Yudas atau bahwa
Yudas pernah beriman! Lalu dari mana Lenski menyimpulkan seperti itu? Cara
dia berargumentasi adalah sangat konyol! Dan
pada waktu Petrus disebut ‘Iblis’ (Mat 16:23) mengapa ia
tidak juga berpendapat secara sama bahwa Petrus kehilangan iman?
Lenski
(tentang Mat 16:23): “Unwittingly
and though moved by the best intentions Peter had made himself an agent of
Satan. What a warning to watch our love, our good intentions, our best acts,
lest, perhaps after all, they agree with Satan and not with Christ.”
[= Dengan tanpa disadari dan sekalipun digerakkan oleh maksud-maksud yang
terbaik Petrus telah membuat dirinya sendiri seorang agen dari Iblis.
Betul-betul merupakan suatu peringatan untuk menjaga kasih kita, maksud-maksud
baik kita, tindakan-tindakan terbaik kita, supaya jangan, mungkin akhirnya,
semua itu setuju dengan Iblis dan bukannya dengan Kristus.].
Lenski
(tentang Yoh 6:70): “He
tells them about this ‘one’ at this early time, so that a year from now they
may remember how their Master foreknew all that Judas would do. Secondly, Jesus
intends his revelation for Judas personally. This man is to know that Jesus
knows him absolutely as just what he is, ‘a devil.’ He deceives his
fellow-apostles but not the Son. With all his might Jesus strikes a blow at the
conscience of Judas by this word ‘devil.’ In his dealings with this human
devil Jesus omits nothing that may frighten him from his course and turn his
heart from Satan to his Savior. So great is grace that it goes on with its
blessed efforts even where foreknowledge infallibly makes certain that it shall
fail. This, too, the Eleven are to remember after Jesus has died and has arisen
and they go out on their mission.”
[= Ia memberitahu mereka tentang yang ‘satu’ ini pada saat yang awal ini,
sehingga setahun dari sekarang mereka bisa mengingat bagaimana Tuan / Guru
mereka tahu lebih dulu semua yang Yudas akan lakukan. Kedua, Yesus
memaksudkan wahyu / penyataanNya untuk Yudas secara pribadi. Orang ini harus
tahu bahwa Yesus mengenalnya secara mutlak sebagaimana adanya dia, ‘Iblis’.
Ia menipu rekan-rekan rasulnya tetapi tidak bisa
menipu Sang Anak. Dengan semua kekuatanNya Yesus memukul hati nurani
Yudas dengan kata ‘Iblis’ ini. Dalam penangananNya dengan ‘Iblis
manusia’ ini Yesus tidak membuang apapun supaya bisa menakut-nakuti dia dari
jalannya dan membalikkan hatinya dari Iblis / Setan kepada Juruselamatnya.
Begitu besar kasih karunia itu sehingga itu melanjutkan dengan usaha-usaha yang
diberkati / terpuji bahkan dimana pra-pengetahuan secara tidak bisa salah
membuat pasti bahwa itu akan gagal. Ini juga harus diingat oleh 11 murid setelah
Yesus mati dan bangkit dan mereka keluar untuk melakukan misi mereka.].
Matthew
Henry (tentang Yoh 6:70-71): “The
melancholy remark which our Lord Jesus made upon this reply of Peter’s
(v. 70,71): ‘Have not I chosen you twelve, and one of you is a devil?’ And
the evangelist tells us whom he meant: ‘he spoke of Judas Iscariot.’
Peter had undertaken for them all that they would be faithful to their Master.
Now Christ does not condemn his charity (it is always good to hope the best),
but he tacitly corrects his confidence. We must not be too sure concerning any.
God knows those that are his; we do not.” [= Kata-kata sedih yang
Tuhan Yesus buat terhadap jawaban Petrus ini (ay 70,71): ‘Bukankah Aku sendiri yang telah memilih
kamu yang dua belas ini, dan satu darimu adalah Iblis?’ Dan sang penginjil
memberitahu kita siapa yang Ia maksudkan: ‘Ia berbicara tentang Yudas
Iskariot’. Petrus telah menjawab untuk mereka semua bahwa mereka akan
setia kepada Tuan / Guru mereka. Kristus tidak mengecam kasihnya (adalah selalu
baik untuk mengharapkan yang terbaik), tetapi Ia secara implicit mengkoreksi
keyakinannya. Kita tidak boleh terlalu yakin
berkenaan dengan siapapun. Allah mengenal mereka yang adalah milikNya; kita
tidak.].
Bdk.
2Tim 2:19 - “Tetapi
dasar yang diletakkan Allah itu teguh dan meterainya ialah: ‘Tuhan mengenal
siapa kepunyaanNya’ dan ‘Setiap orang yang menyebut nama Tuhan hendaklah
meninggalkan kejahatan.’”.
Matthew
Henry (tentang Yoh 6:70-71):
“Many
that are seeming saints are real devils. Judas had as fair an outside as many of
the apostles; his venom was, like that of the serpent, covered with a fine skin.
He cast out devils, and appeared an enemy to the devil’s kingdom, and yet
was himself a devil all the while. Not only he will be one shortly, but he is
one now. ... It is sad, and to be lamented, that ever Christianity should be
made a cloak to diabolism. ... The disguises of hypocrites, however they may
deceive men, and put a cheat upon them, cannot deceive Christ, for his piercing
eye sees through them. He can call those devils that call themselves Christians,
... There are those who are chosen by Christ to special services who yet
prove false to him: I have chosen you to the apostleship, for it is
expressly said that Judas was not chosen to eternal life (ch. 13:18), and yet
one of you is a devil. Note, Advancement to places of honour and trust in the
church is no certain evidence of saving grace. ‘We have prophesied in thy
name.’ ... In the most select societies on this side heaven it is no new thing
to meet with those that are corrupt. Of the twelve that were chosen to an
intimate conversation with an incarnate Deity, as great an honour and privilege
as ever men were chosen to, one was an incarnate devil. The historian lays
an emphasis upon this, that Judas was one of the twelve that were so dignified
and distinguished.”
[= Banyak yang terlihat sebagai orang-orang kudus adalah betul-betul
Iblis-iblis. Yudas secara lahiriah / dari luar sama bagusnya seperti banyak
rasul-rasul itu; bisanya adalah, seperti bisa ular,
ditutupi dengan kulit yang bagus. Ia mengusir
iblis / setan, dan terlihat sebagai seorang musuh bagi kerajaan iblis / setan,
tetapi ia sendiri adalah iblis / setan selama itu. Bukan hanya ia akan menjadi
iblis / setan dalam waktu yang singkat, tetapi ia adalah iblis / setan sekarang.
... Merupakan sesuatu yang menyedihkan, dan harus diratapi, bahwa kekristenan
pernah dijadikan suatu jubah / selubung bagi karakter dari iblis / setan.
... Penyamaran dari orang-orang munafik, bagaimanapun mereka bisa menipu
manusia, dan mencurangi mereka, tidak bisa menipu Kristus, karena mataNya yang
menembus melihat melalui mereka. Ia bisa menyebut mereka iblis-iblis /
setan-setan yang menyebut diri mereka sendiri orang-orang Kristen, ... Ada
orang-orang yang dipilih oleh Kristus bagi pelayanan-pelayanan yang khusus
tetapi yang terbukti palsu bagiNya: Aku telah memilih kamu pada kerasulan,
karena dikatakan secara explicit bahwa Yudas tidak dipilih pada hidup yang kekal
(pasal 13:18), tetapi satu dari kamu adalah iblis. Perhatikan, Kemajuan
kepada tempat-tempat yang terhormat dan dipercaya dalam gereja bukanlah bukti
yang pasti tentang kasih karunia yang menyelamatkan. ‘Kami telah
bernubuat demi namaMu’ (Mat 7:22). ... Dalam masyarakat
yang paling terpilih di sisi ini dari surga, bukanlah hal baru untuk menjumpai
mereka yang jahat. Dari 12 orang yang dipilih pada suatu percakapan akrab
dengan Allah yang berinkarnasi, yang merupakan kehormatan dan hak yang terbesar
untuk mana manusia pernah dipilih, satu adalah iblis /
setan yang berinkarnasi. Sang sejarawan meletakkan penekanan pada hal
ini, bahwa Yudas adalah satu dari 12 orang yang begitu bermartabat dan
terkemuka.].
Yoh 13:18
- “Bukan
tentang kamu semua Aku berkata. Aku tahu, siapa yang telah Kupilih. Tetapi
haruslah genap nas ini: Orang yang makan rotiKu, telah mengangkat tumitnya
terhadap Aku.”.
Mat 7:22
- “Pada
hari terakhir banyak orang akan berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan, bukankah kami
bernubuat demi namaMu, dan mengusir setan demi namaMu, dan mengadakan banyak
mujizat demi namaMu juga?”.
Jamieson,
Fausset & Brown (tentang Yoh 6:71):
“The
narrowness of the circle of those who rally around the truth, and the
unpopularity of their profession, are no security that all of them are
true-hearted; for one even of the Twelve was a devil. And the length of time
during which Judas remained within the innermost circle of Christ’s followers,
without discovering to his brethren his real character, or probably being aware
of it himself, and the fact that when it did come out, it was drawn forth, as
appears, quite casually, and then was matured with such frightful rapidity - do
not these things cry aloud to all who name the name of Christ, ‘Rejoice with
trembling!’ ‘Let him that thinketh he standeth, take heed lest he fall’!
‘Watch and pray, that ye enter not into temptation’!”
[= Sempitnya lingkungan dari mereka yang berkumpul di sekitar kebenaran, dan
ketidak-populeran dari pengakuan mereka, bukanlah jaminan bahwa semua mereka
berhati benar; karena satu dari 12 orang itu adalah Iblis. Dan panjangnya
waktu selama Yudas tetap tinggal di dalam lingkungan yang paling dalam dari para
pengikut Kristus, tanpa menyingkapkan kepada saudara-saudaranya karakternya yang
sebenarnya, atau mungkin menyadarinya sendiri, dan fakta bahwa pada waktu itu
muncul / menyatakan diri, itu ditarik keluar (?) begitu saja, seperti terlihat,
dan lalu menjadi matang dengan kecepatan yang begitu menakutkan - tidakkah
hal-hal ini berteriak keras kepada semua yang menyebut nama Kristus,
‘Bersukacitalah dengan gemetar!’ ‘Siapa yang menyangka, bahwa ia teguh
berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh’! ‘Berjaga-jagalah dan
berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan’!].
Maz 2:11
- “Beribadahlah
kepada TUHAN dengan takut dan ciumlah kakiNya dengan gemetar,”.
KJV: ‘Serve
the LORD with fear, and rejoice with trembling.’
(= Beribadahlah kepada TUHAN dengan takut, dan bersukacitalah dengan gemetar.).
1Kor 10:12
- “Sebab
itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan
jatuh!”.
Mat 26:41
- “Berjaga-jagalah
dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut,
tetapi daging lemah.’”.
c) Yudas Iskariot adalah seorang pencuri.
Yoh
12:1-6 - “(1)
Enam hari sebelum Paskah Yesus datang ke Betania, tempat tinggal Lazarus yang
dibangkitkan Yesus dari antara orang mati. (2) Di situ diadakan perjamuan untuk
Dia dan Marta melayani, sedang salah seorang yang turut makan dengan Yesus
adalah Lazarus. (3) Maka Maria mengambil setengah
kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan
menyekanya dengan rambutnya; dan bau minyak semerbak di seluruh rumah
itu.
(4) Tetapi Yudas Iskariot, seorang dari murid-murid
Yesus, yang akan segera menyerahkan Dia, berkata: (5) ‘Mengapa minyak narwastu
ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang
miskin?’ (6) Hal itu dikatakannya bukan karena ia memperhatikan
nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia
sering mengambil uang yang disimpan dalam
kas yang dipegangnya.”.
Kitab
Suci Indonesia: ‘dalam
kas yang dipegangnya’.
KJV:
‘and had the bag’
[= dan memegang kantong].
RSV/NASB:
‘had the money box’
[= memegang kotak uang].
NIV:
‘as keeper of the money bag’
[= sebagai penjaga kantong uang].
Jadi,
kalau dalam bahasa Indonesia diterjemahkan ‘kas’,
maka dalam bahasa Inggris diterjemahkan ‘kotak / kantong uang’. Ini perlu
dimengerti supaya tidak bingung pada waktu membaca tafsiran-tafsiran di bawah
ini.
Barclay
(tentang Yoh 12:1-8): “We see love’s extravagance. Mary took the most precious
thing she possessed and spent it all on Jesus. Love is not love if it nicely
calculates the cost. It gives its all, and its only regret is that it has not
still more to give.”
[= Kita melihat keroyalan dari kasih. Maria mengambil hal yang paling berharga
yang ia miliki dan menghabiskannya semua pada Yesus. Kasih bukanlah kasih jika
itu dengan teliti menghitung ongkos. Kasih memberikan semua miliknya, dan
satu-satunya penyesalannya adalah bahwa ia tak mempunyai lebih banyak untuk
diberikan.].
Lenski
(tentang Yoh 12:6): “John
himself bares the root of Judas’ treachery. ‘Now
he said this, not because he cared for the poor, but because he was a thief and,
having the box, was carrying what was cast therein.’
Urging the needs of the poor without caring for the poor, speaking the words of
charity without a heart of charity, marks the hypocrite. In this case hypocrisy
is linked with secret criminality: Judas actually was a thief. When this
stealing was discovered we are not informed, but John’s positive accusation is
based on fact.”
[= Yohanes sendiri membuka / memperlihatkan akar dari pengkhianatan Yudas.
‘Hal itu dikatakannya bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang miskin,
melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang
disimpan dalam kas yang dipegangnya.’ Menekankan
kebutuhan dari orang-orang miskin tanpa mempedulikan orang-orang miskin,
mengatakan kata-kata kasih tanpa suatu hati dari kasih, menandai sang munafik.
Dalam kasus ini kemunafikan dihubungkan dengan kriminalitas rahasia / diam-diam:
Yudas sebetulnya adalah seorang pencuri. Kapan pencurian ini diketahui /
ditemukan tidaklah diberitahukan, tetapi tuduhan positif dari Yohanes didasarkan
pada fakta.].
William
Hendriksen (tentang Yoh 12:4-6):
“The
contrast between the generosity of Mary and the selfishness of Judas is
striking. The evangelist, writing so long after the event and looking back,
describes the traitor as follows: ‘Judas Iscariot, one of his disciples, who
was about to betray him.’ For the meaning of the expression see on 6:71. Judas
says in his heart, ‘What a waste!’ That the native language of love is eager
generosity was something which Judas could not comprehend. The selfish person
cannot understand the unselfish individual. So Judas said, ‘Why was not this
ointment sold for three hundred denarii, and (the proceeds) given to the
poor?’ Judas is the type of man who has money on his mind all the while. He
views everything from the aspect of pecuniary value. He has already estimated
the price of this alabaster jar filled with the most precious ointment. He
reckons that it must be worth three hundred denarii. See on 6:7. The sum
represents the wages which an ordinary laborer would receive for three hundred
days of work. The wages of three hundred days for a single jar of ointment! To
Judas this looks like unjustifiable extravagance under any circumstance, even if
Mary herself were well-to-do (which was probably true) and did not have to work
for a living. How much better - as Judas sees it - it would have been if Mary
had sold her ointment and had given the proceeds to … to whom? Well, to Jesus and the Twelve, c/o Judas,
Treasurer;
but it will hardly do for Judas to say that; hence, what he actually says is:
‘to the poor.’ A noble individual, this Judas! How deeply concerned about
the poor is he! ... Here in verse 5 there follows an explanatory remark, such as
John is in the habit of making. It sheds light on the character of Judas. Either
by the course of events which followed (for example, the actual betrayal of
Jesus by Judas for thirty pieces of silver), or by direct revelation, or both,
the evangelist subsequently gained an insight into the soul of the traitor.
Writing long afterward, he reveals to the readers the information which he had
gained: ‘6.
Now this he said, not because he was concerned about the poor, but because he
was a thief, and as he had the money-box he used to take away what was put into
it.’ Judas
was, in reality, a thief. He was the kind of thief who as yet was undiscovered.
He still enjoyed the confidence of all. He had been made treasurer of the common
fund. He, accordingly, had the money-box ... From this box he would, off and on,
pilfer a small amount. That the verb βαστάζω
(BASTAZO)
has here the meaning to take away (i.e., to steal) is clear from the fact that
it is immediately preceded by the information that Judas was a thief.” [= Kontras antara kedermawanan / kemurah-hatian Maria
dan keegoisan Yudas menyolok. Sang penginjil, menulis begitu lama setelah
peristiwa itu dan melihat ke belakang, menggambarkan sang pengkhianat sebagai
berikut: ‘Yudas
Iskariot, seorang dari murid-murid Yesus, yang akan mengkhianati Dia’. Untuk
arti dari ungkapan / pernyataan ini lihat tentang / pada 6:71. Yudas berkata
dalam hatinya, ‘Betul-betul suatu pemborosan!’ Bahwa bahasa asli dari
kasih adalah kemurah-hatian yang bersemangat merupakan sesuatu yang Yudas tidak
bisa mengerti. Orang yang egois tidak bisa mengerti individu yang tidak egois.
Maka Yudas
berkata, ‘Mengapa minyak narwastu ini tidak
dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?’ Yudas
adalah type / jenis orang yang mempunyai uang dalam pikirannya terus menerus. Ia
memandang segala sesuatu dari aspek nilai yang berkenaan dengan uang. Ia
telah memperkirakan harga dari botol pualam yang berisi minyak narwastu yang
sangat berharga ini. Ia memperhitungkan bahwa itu pasti berharga 300 dinar.
Lihat tentang 6:7. Jumlah ini menunjukkan upah yang seorang pekerja biasa terima
untuk 300 hari kerja. Upah dari 300 hari kerja untuk satu botol minyak narwastu!
Bagi Yudas ini kelihatan sebagai pemborosan yang tidak bisa dibenarkan dalam
keadaan apapun, bahkan jika Maria sendiri kaya (yang mungkin adalah benar) dan
tidak harus bekerja untuk penghidupannya. Alangkah lebih baiknya -
sebagaimana Yudas melihatnya - seandainya Maria menjual minyak narwastunya dan
memberikan hasilnya kepada ... kepada siapa? Ya, kepada
Yesus dan 12 murid, dalam penanganan Yudas, sang bendahara; tetapi sukar bagi
Yudas untuk mengatakan hal itu; maka, apa yang betul-betul ia katakan adalah
‘kepada orang-orang miskin’. Seorang individu mulia, Yudas ini! Betapa
dalamnya ia peduli tentang orang-orang miskin! ... Di sini dalam ay 5 ada kata-kata penjelasan
yang mengikuti, seperti yang Yohanes biasa lakukan. Itu memberikan terang pada
karakter dari Yudas. Atau oleh perjalanan dari
peristiwa-peristiwa yang selanjutnya (sebagai contoh, pengkhianatan yang
sungguh-sungguh terhadap Yesus oleh Yudas untuk 30 keping perak), atau oleh
wahyu langsung, atau keduanya, sang penginjil sesudah itu mendapatkan suatu
pengertian ke dalam jiwa dari sang pengkhianat. Pada waktu menulis jauh belakangan, ia
menyatakan kepada para pembaca informasi yang telah ia dapatkan: ‘ay 6. Hal
itu dikatakannya bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang miskin,
melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang
disimpan dalam kas yang dipegangnya’. Dalam kenyataannya Yudas adalah
seorang pencuri. Ia adalah jenis pencuri yang belum disingkapkan. Ia tetap
menikmati keyakinan dari semua orang. Ia telah dijadikan bendahara dari dana
umum. Karena itu, ia membawa kotak uang ... Dari kotak ini, ia
sebentar-sebentar, mencuri suatu jumlah kecil. Bahwa
kata kerja βαστάζω (BASTAZO) di sini mempunyai arti
‘mengambil’ (yaitu ‘mencuri’) adalah jelas dari fakta bahwa itu
didahului oleh informasi bahwa Yudas adalah seorang pencuri.].
Catatan:
dalam tafsirannya tentang Yoh 6:7, William Hendriksen mengatakan bahwa 1 dinar
adalah upah seorang pekerja dalam 1 hari.
Yoh
12:6b - “melainkan karena ia adalah seorang
pencuri; ia sering
mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya.”.
KJV:
‘but because he was a thief, and had the bag, and bare
what was put therein.’ [= tetapi karena ia adalah seorang pencuri, dan
memegang kantong, dan membawa (?) apa yang
dimasukkan ke dalamnya.].
RSV:
‘but because he was a thief, and as he had the money box he used
to take what was put into it.’
[= tetapi karena ia adalah seorang pencuri, dan karena ia memegang kotak uang ia
biasa mengambil
apa yang dimasukkan ke dalamnya.].
NIV:
‘but because he was a thief; as keeper of the money bag, he used
to help himself to what was put into
it.’ [= tetapi karena ia adalah seorang pencuri, sebagai penjaga dari
kantong uang, ia biasa
mengambil apa yang dimasukkan ke dalamnya.].
NASB:
‘but because he was a thief, and as he had the money box, he used
to pilfer what was put into it.’
[= tetapi karena ia adalah seorang pencuri, dan karena ia memegang kotak uang,
ia biasa mencuri
sedikit-sedikit apa yang dimasukkan ke dalamnya.].
Kata-kata
yang saya garis-bawahi ini diterjemahkan dari kata Yunani ἐβάσταζεν (EBASTAZEN), yang merupakan bentuk imperfect
tense dari kata Yunani βαστάζω (BASTAZO).
1.
Arti dari kata Yunani BASTAZO.
Salah satu artinya, dan itu yang harus
diambil di sini, adalah ‘mengambil’, dan arti itu juga digunakan dalam Yoh 10:31.
Yoh 10:31 - “Sekali lagi orang-orang
Yahudi mengambil batu untuk melempari Yesus.”.
Barclay
(tentang Yoh 12:1-8): “The Authorized Version says that he ‘bare’ the bag.
The verb is bastazein; bastazein does mean to ‘bear,’ or ‘carry,’ or ‘lift.’ But the expression to ‘lift’ a thing can also mean to ‘steal’
it.” [= Authorized Version (KJV)
mengatakan bahwa ia ‘membawa’ kantong. Kata kerjanya adalah BASTAZEIN;
BASTAZEIN memang berarti ‘membawa’ atau ‘mengangkat’. Tetapi ungkapan
‘mengangkat’ suatu benda bisa juga berarti ‘mencuri’nya.].
2.
Imperfect tense.
Gresham
Machen: “In Present time there is no special
form of the verb in Greek to indicate continued action - there is no distinction
in Greek between ‘I loose’ and ‘I am loosing’. But in the past time the
distinction is made even more sharply than in English. The tense which in the
indicative is used as the simple past tense is called the aorist. ... The tense
which denotes continued action in past time is called the imperfect.” [= Dalam masa present tidak ada bentuk
khusus dari kata kerja dalam bahasa Yunani untuk menunjukkan tindakan yang terus
menerus - disana tak ada pembedaan dalam bahasa Yunani antara ‘I loose’
dan ‘I am loosing’. Tetapi dalam masa lampau pembedaan itu dibuat
dengan lebih tajam dari pada dalam bahasa Inggris. Tense
dalam mana bentuk indikatif digunakan sebagai past tense biasa disebut aorist.
... Tense yang menunjukkan tindakan yang
terus berlangsung pada masa lampau disebut ‘the
Imperfect’.]
- ‘New
Testament Greek For Beginners’,
hal 65.
Karena
itu adalah tepat kalau Kitab Suci Indonesia memberikan kata ‘sering’,
dan RSV/NIV/NASB memberikan kata ‘used to’
(biasa), karena ini memang menunjukkan tindakan yang dilakukan terus
menerus.
Jadi,
tindakan Yudas Iskariot dalam mencuri dari kas yang dipegangnya bukan tindakan
satu kali saja, tetapi dilakukan terus menerus.
The
Bible Exposition Commentary (tentang Yoh 12:3-6):
“Of
course, she was misunderstood and criticized; but that is what usually happens
when somebody gives his or her best to the Lord. It was Judas who started
the criticism, and, sad to say, the other disciples took it up. They did not
know that Judas was a devil (John 6:70), and they admired him for his concern
for the poor. After all, he was the treasurer, and especially at Passover
season, he would want to share with those who were less fortunate (see John
13:21-30). Until the very end, the disciples believed that Judas was a devoted
follower of the Lord.” [= Tentu saja, ia (Maria)
disalah-mengerti dan dikritik; tetapi itulah yang biasanya terjadi pada waktu
seseorang menyerahkan miliknya yang terbaik kepada Tuhan.
Adalah Yudas yang memulai kritik itu, dan sedih untuk dikatakan, murid-murid
yang lain mengambilnya / menerimanya. Mereka tidak tahu bahwa Yudas adalah Iblis
(Yoh 6:70), dan mereka mengaguminya untuk kepeduliannya bagi orang-orang
miskin. Bagaimanapun juga ia adalah sang bendahara, dan khususnya pada masa
Paskah, ia akan membagikan dengan mereka yang kurang beruntung (lihat Yoh
13:21-30). Sampai akhir, murid-murid percaya bahwa Yudas adalah seorang
pengikut yang berbakti dari Tuhan.].
Yoh 13:29
- “Karena
Yudas memegang kas ada yang menyangka, bahwa Yesus menyuruh dia membeli
apa-apa yang perlu untuk perayaan itu, atau memberi apa-apa kepada orang
miskin.”.
Maria
yang beriman, saleh dan berbuat baik, disalah-mengerti, dikecam dan bahkan
difitnah. Sebaliknya Yudas Iskariot yang tidak beriman, jahat dan munafik,
justru didukung, dipuji dan dihormati. Kalau ini terjadi, jangan heran. Itu
memang sering terjadi!
The
Biblical Illustrator (tentang Yoh 12:1-8):
“Alabaster
box and money box: - Mark the striking contrast between the money box of Judas
and the alabaster box of Mary, his thirty pieces of silver and her three hundred
denaries, his love of money and her liberality, his hypocritical profession of
concern for the poor, and her noble deed for the Lord, his wretched end and her
noble deed for the Lord.”
[= Kotak minyak narwastu dan kotak uang: - Perhatikan kontras yang menyolok
antara kotak uang Yudas dan kotak minyak narwastu Maria, 30 keping perak Yudas
dan 300 dinar Maria, kecintaan Yudas akan uang dan kedermawanan / kemurah-hatian
Maria, pengakuan Yudas yang munafik tentang kepedulian terhadap orang-orang
miskin, dan tindakan mulia Maria untuk Tuhan, akhir Yudas yang buruk /
menyedihkan dan tindakan mulia Maria untuk Tuhan.].
Pulpit
Commentary (tentang Yoh 12:3-8):
“Judas
valued the ointment more highly than he valued his Master. The former he would
not sell under three hundred pence, but sold the latter for thirty pieces of
silver.”
[= Yudas menilai minyak narwastu dengan lebih tinggi dari pada ia menilai Tuan /
Gurunya. Yang pertama ia tidak akan jual di bawah 300 dinar, tetapi yang
terakhir untuk 30 keping perak.].
Untuk
bisa membandingkan kedua jumlah uang itu, perhatikan komentar William Barclay di
bawah ini.
Barclay
(tentang Mat 26:14-16): “The sum for which he agreed to betray Jesus was thirty arguria. An argurion was a shekel, and was the equivalent of about four days’ wages. Judas,
therefore, sold Jesus for a little under six months’ pay.”
[= Jumlah untuk mana ia setujui untuk mengkhianati Yesus adalah 30 ARGURIA. Satu
Argurion adalah satu syikal, dan itu setara dengan upah kerja 4 hari. Karena
itu, Yudas menjual Yesus untuk sedikit lebih rendah dari gaji 6 bulan.].
Catatan:
30 syikal = gaji untuk 120 hari. Dan kalau kerja 6 hari / minggu, maka itu upah
kerja untuk 120 minggu, atau hampir 5 bulan. Jadi, itu kira-kira hanya 40 % dari
apa yang Maria habiskan untuk Yesus.
The
Biblical Illustrator (tentang Yoh 12:1-8):
“The
fearful lesson, which the conduct of Judas teaches us, is the intimate relation
which, ... exists between appropriating to oneself the goods given to us in
charge for Christ and His poor, and the betrayal of Christ Himself, between
avarice and treason to Christ. The latter of these is the necessary consequence
of the former, not the accidental but the moral consequence, not in Judas only,
but in every man. Betrayal of Christ, in some form or other, follows the love of
money as regularly and as certainly as night follows day.”
[= Pelajaran yang menakutkan, yang diajarkan oleh tingkah laku Yudas kepada
kita, adalah hubungan yang dekat yang, ... ada / terdapat di antara
pengambilan untuk diri sendiri harta benda untuk Kristus dan orang-orang
miskinNya yang diberikan dalam penguasaan kita, dan pengkhianatan terhadap
Kristus sendiri, antara ketamakan dan pengkhianatan terhadap Kristus. Yang belakangan adalah konsekwensi yang pasti dari yang pertama,
bukan kebetulan tetapi konsekwensi moral, bukan dalam diri Yudas saja, tetapi
dalam diri setiap orang. Pengkhianatan
terhadap Kristus, dalam satu bentuk atau yang lain, mengikuti
kecintaan terhadap uang secara sama tetapnya dan
pastinya seperti malam mengikuti pagi / siang.].
Barnes’
Notes (tentang Yoh 12:6):
“We
may learn here: ... that it is not a new thing for members of the church to be
covetous. Judas was so before them. ... That this deadly, mean, and grovelling
passion will work all evil in a church.” [= Kita bisa belajar di sini: ...
bahwa bukan suatu hal baru untuk anggota-anggota
gereja untuk menjadi tamak. Yudas adalah demikian di depan mereka.
... Bahwa nafsu yang mematikan, buruk / hina, dan
rendah ini, akan mengerjakan semua kejahatan dalam suatu gereja.].
Penerapan:
kalau menghitung uang kolekte, harus lebih dari satu orang yang menghitung, dan
tak boleh suami - istri, ayah - anak dan sebagainya.
Sekarang
perlu dipertanyakan: mengapa Yesus, yang tahu kalau Yudas adalah seorang
pencuri, mengijinkan Yudas menjadi bendahara? Ada beberapa pandangan berkenaan
dengan pertanyaan ini.
1. Barnes’ Notes (tentang Yoh 12:6): “The
disciples appear to have had such a bag or purse in common, in which they put
whatever money they had, and which was designed especially for the poor, ... The
keeping of this, it seems, was intrusted to Judas; and it is remarkable that the
only one among them who appears to have been naturally avaricious should have
received this appointment. It shows us that every man is tried according to his
native propensity. This is the object of trial - to bring out man’s native
character; and every man will find opportunity to do evil according to his
native disposition, if he is inclined, to it”
[= Murid-murid kelihatannya mempunyai suatu kantong atau ‘dompet bersama’
seperti itu, dalam mana mereka meletakkan uang apapun yang mereka punyai, dan
yang dirancang khusus untuk orang miskin, ... Penjagaan dari kantong / dompet
ini, kelihatannya, dipercayakan kepada Yudas; dan merupakan sesuatu yang luar
biasa bahwa satu-satunya orang di antara mereka yang kelihatannya tamak secara
alamiah harus menerima penetapan / penunjukan ini. Itu
menunjukkan bahwa setiap orang diuji sesuai dengan kecenderungan alamiahnya.
Ini adalah tujuan dari ujian - untuk mengeluarkan karakter alamiah seseorang;
dan setiap orang akan mendapatkan kesempatan untuk
melakukan kejahatan sesuai dengan kecenderungan alamiahnya, jika ia
cenderung kepadanya.].
2. Lenski (tentang Yoh 12:6): “Why
did Jesus, who undoubtedly was aware of the thieving Judas, not take the
treasury from him? This is only a part of the larger question as to why God does
not by his omniscience and omnipotence interfere in every case of crime,
preventing it from being carried out. Jesus brought all his grace to bear upon
Judas; if that proved ineffective, nothing could change the heart of the
traitor-thief. This answer is truer than to say that the counsel of God
prevented Jesus from interfering.”
[= Mengapa Yesus, yang tak diragukan menyadari tentang pencurian Yudas, tidak
mengambil perbendaharaan itu
darinya? Ini adalah hanya sebagian dari pertanyaan yang lebih besar berkenaan
dengan mengapa Allah, dengan kemahatahuan dan kemahakuasaanNya, tidak ikut
campur dalam setiap kasus kejahatan, mencegahnya dari pelaksanaannya. Yesus membawa semua kasih karuniaNya berhubungan dengan Yudas; jika itu
terbukti tidak efektif / berhasil, tak ada apapun yang bisa mengubah hati dari
sang pencuri-pengkhianat. Jawaban ini lebih benar dari pada mengatakan bahwa
rencana Allah menghalangi Yesus dari tindakan ikut campur.].
Catatan:
kata-kata yang saya beri garis bawah ganda jelas merupakan pandangan Arminian
dari Lenski, dan jelas menunjukkan ketidak-percayaan Lenski pada Irresistible
Grace [= Kasih karunia yang tidak bisa ditolak] yang merupakan point ke 4
dari 5 points Calvinisme. Tetapi tak ada satu ayatpun yang mengatakan bahwa
Yesus memberikan kasih karunia kepada Yudas Iskariot!
3.
Calvin (tentang Yoh 12:6): “It is
wonderful that Christ should have chosen, as a steward, a person of this
description, whom he knew to be a
thief. For what else was it than to put into his hands a rope for
strangling himself? Mortal man can give no other reply than this, that the
judgments of God are a deep gulf.” [= Bukankah merupakan sesuatu yang
luar biasa bahwa Kristus memilih, sebagai seorang pengurus, seseorang dengan
penggambaran ini, yang Ia tahu adalah seorang pencuri. Karena apakah itu selain
dari pada meletakkan ke dalam tangannya tali untuk menjerat / mencekik dirinya
sendiri? Manusia yang fana tidak bisa memberi jawaban lain dari pada ini, bahwa
penghakiman / keputusan Allah adalah suatu jurang yang dalam.].
Bagi
saya sendiri, tafsiran Lenski salah total, tafsiran
Barnes benar dari sudut pandang
manusia, sedangkan tafsiran Calvin
benar dari sudut pandang Tuhan.
Tetapi
Calvin menambahkan sesuatu yang penting berkenaan dengan hal ini.
Calvin
(tentang Yoh 12:6): “Yet
the action of Christ ought not to be viewed as an ordinary rule, that we should
commit the care of the poor, or any thing sacred, to a wicked and ungodly man.
For God has laid down to us a law, who they are that ought to be called to the
government of the Church, and to other offices; and this law we are not at
liberty to violate. The case was otherwise with Christ, who, being the eternal
Wisdom of God, furnished an opportunity for his secret predestination in the
person of Judas.” [= Tetapi tindakan Kristus tidak boleh dipandang sebagai suatu
peraturan biasa / umum, bahwa kita harus menyerahkan perhatian untuk orang-orang
miskin, atau apapun yang keramat, kepada seorang yang jahat. Karena Allah
telah meletakkan bagi kita suatu hukum / peraturan, siapa mereka yang harus
dipanggil pada pemerintahan dari Gereja, dan pada jabatan-jabatan lain; dan kita
tidak mempunyai kebebasan untuk melanggar hukum / peraturan ini. Kasusnya
berbeda dengan Kristus, yang karena Dia adalah Hikmat yang kekal dari Allah,
menyediakan suatu kesempatan untuk predestinasi rahasiaNya dalam diri Yudas.].
Ini
lagi-lagi menunjukkan bahwa kita tak harus meneladani Yesus dalam semua hal yang
Ia lakukan atau tidak lakukan. Jadi, jangan mengangkat seseorang yang saudara
tahu adalah seorang pencuri, menjadi bendahara gereja, apalagi membiarkannya
mencuri, dengan alasan bahwa Yesus juga melakukan hal itu terhadap Yudas
Iskariot!
-bersambung-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali