Kebaktian

G. K. R. I. ‘GOLGOTA’

(Rungkut Megah Raya, blok D no 16)

Minggu, tgl 14 September 2014, pk 17.00

Pdt. Budi Asali, M. Div.

 

Yudas Iskariot(2)

IV) Yudas Iskariot adalah / hanyalah orang kristen KTP.

1)   Yudas Iskariot adalah orang kristen KTP, atau lalang diantara gandum (Mat 13:24-30,36-43).

Kalau saudara adalah orang seperti ini (lalang di antara gandum), manusia memang mungkin sekali tidak bisa mengetahuinya, tetapi Tuhan maha tahu, dan Ia pasti tahu siapa saudara sebenarnya!

Amsal 5:21 - “Karena segala jalan orang terbuka di depan mata TUHAN, dan segala langkah orang diawasiNya.”.

Amsal 15:11 - “Dunia orang mati dan kebinasaan terbuka di hadapan TUHAN, lebih-lebih hati anak manusia!”.

Yer 32:19 - “besar dalam rancanganMu dan agung dalam perbuatanMu; mataMu terbuka terhadap segala tingkah langkah anak-anak manusia dengan mengganjar setiap orang sesuai dengan tingkah langkahnya dan sesuai dengan buah perbuatannya;”.

Ibr 4:13 - “Dan tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapanNya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepadaNya kita harus memberikan pertanggungan jawab.”.

 

Matthew Henry (tentang Kis 1:17): “The power to which Judas had been advanced (v. 17): He was numbered with us, and had obtained part of this ministry which we are invested with. Note, Many are numbered with the saints in this world that will not be found among them in the day of separation between the precious and the vile. What will it avail us to be added to the number of Christians, if we partake not of the spirit and nature of Christians? Judas’s having obtained part of this ministry was but an aggravation of his sin and ruin, as it will be of theirs who prophesied in Christ’s name, and yet were workers of iniquity. ... The sin of Judas, notwithstanding his advancement to this honour. He was guide to those that took Jesus, not only informed Christ’s persecutors where they might find him (which they might have done effectually though he had kept out of sight), but he had the impudence to appear openly at the head of the party that seized him. He went before them to the place, and, as if he had been proud of the honour, gave the word of command: That same is he, hold him fast. Note, Ringleaders in sin are the worst of sinners, especially if those that by their office should have been guides to the friends of Christ are guides to his enemies.” [= Kuasa / pangkat pada mana Yudas telah maju (ay 17): ‘Dahulu ia termasuk bilangan kami dan mengambil bagian di dalam pelayanan ini’. Perhatikan: Banyak yang terhitung bersama orang-orang kudus di dunia ini yang tidak akan ditemukan di antara mereka pada hari pemisahan antara orang-orang yang berharga dan orang-orang busuk / hina / buruk. Apa gunanya bagi kita untuk ditambahkan pada jumlah dari orang-orang Kristen, jika kita tidak ambil bagian dari roh / semangat dan sifat dasar / hakekat dari orang-orang Kristen? Yudas telah mendapatkan bagian dari pelayanan ini dan itu hanyalah merupakan sesuatu yang memperburuk dosa dan kehancurannya, seperti yang akan menjadi milik mereka yang bernubuat dalam nama Kristus, tetapi adalah pelaku-pelaku kejahatan (bdk Mat 7:22-23). ... Dosa Yudas, sekalipun ia mempunyai kemajuannya pada kehormatan ini. Ia adalah pembimbing bagi mereka yang menangkap Yesus, bukan hanya memberi informasi kepada penganiaya-penganiaya Kristus dimana mereka bisa menemukan Dia (yang bisa mereka lakukan secara efektif seandainya ia tidak memperlihatkan diri), tetapi ia mempunyai kekurang-ajaran untuk muncul secara terbuka sebagai kepala dari kelompok yang menangkap Dia. Ia berjalan di depan mereka ke tempat itu, dan seakan-akan ia bangga akan kehormatan itu, memberikan perintah: ‘Itulah Dia, tangkaplah Dia’ (Mat 26:48). Perhatikan, pemimpin gerombolan / biang keladi dalam dosa adalah yang paling buruk dari orang-orang berdosa, khususnya jika mereka, yang oleh jabatan mereka seharusnya adalah pembimbing-pembimbing bagi sahabat-sahabat Kristus, adalah pembimbing-pembimbing bagi musuh-musuhNya.].

Mat 7:22-23 - “(22) Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi namaMu, dan mengusir setan demi namaMu, dan mengadakan banyak mujizat demi namaMu juga? (23) Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari padaKu, kamu sekalian pembuat kejahatan!’”.

Mat 26:48 - Orang yang menyerahkan Dia telah memberitahukan tanda ini kepada mereka: ‘Orang yang akan kucium, itulah Dia, tangkaplah Dia.’.

 

Pulpit Commentary (tentang Mat 10:1-4): “They were only twelve; the Lord had chosen them to be with him. They had the unspeakable privilege of his teaching, his example, his society, living always in familiar intercourse with him. One would think it almost impossible to cherish selfish thoughts and motives in the presence of that unearthly goodness. But in that little company there was a traitor. Outwardly, he was very near to Christ; inwardly, there was a great gulf between them. The heart of man is deceitful above all things; in the midst of spiritual privileges it may be wholly estranged from God. In the visible Church the evil are ever mingled with the good. There was one traitor among the chosen twelve; there will sometimes be worldly and wicked men in the ministry of the Church, sometimes in its highest places. We must not be offended; it is what we are taught to expect” [= Mereka hanya 12 orang; Tuhan telah memilih mereka untuk bersama-sama dengan Dia. Mereka mempunyai hak yang tak terkatakan dari pengajaranNya, teladanNya, persekutuanNya, selalu hidup dalam pergaulan / hubungan dengan Dia. Orang akan berpikir bahwa adalah hampir tidak mungkin untuk mempunyai pikiran-pikiran dan motivasi-motivasi yang egois dalam kehadiran dari kebaikan yang bukan duniawi itu. Tetapi dalam kelompok kecil itu di sana ada seorang pengkhianat. Secara lahiriah, ia sangat dekat dengan Kristus; secara batiniah / hati, di sana ada suatu jurang pemisah yang besar di antara mereka. Hati manusia bersifat penipu di atas segala sesuatu (Yer 17:9a); di tengah-tengah dari hak-hak rohani adalah mungkin untuk sepenuhnya jauh dari Allah. Dalam ‘Gereja yang kelihatan’ orang-orang jahat selalu bercampur dengan orang-orang baik. Di sana ada satu pengkhianat di antara 12 orang-orang yang dipilih; di sana kadang-kadang ada orang-orang duniawi dan jahat dalam pelayanan dari Gereja, kadang-kadang di tempat-tempat yang tertinggi. Kita tidak boleh tersandung; itu adalah apa yang kita diajarkan untuk harapkan].

Yer 17:9 - “Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya?”.

KJV: The heart is deceitful above all things, and desperately wicked: who can know it? [= Hati bersifat penipu di atas segala sesuatu, dan sangat jahat: siapa bisa mengetahuinya?].

 

2)   Bukti-bukti bahwa Yudas Iskariot dari semula bukanlah orang kristen yang sejati.

 

a)      Yesus tahu ketidak-percayaan Yudas dari semula.

Yoh 6:64 - “Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya.’ Sebab Yesus tahu dari semula, siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia.”.

KJV: But there are some of you that believe not. For Jesus knew from the beginning who they were that believed not, and who should betray him. [= Karena ada beberapa dari kamu yang tidak percaya. Karena Yesus tahu dari semula siapa mereka yang tidak percaya, dan siapa yang akan mengkhianati Dia.].

Dalam Yoh 6:64 kata ‘ada’ (ay 64a), dan kata ‘siapa’ (ay 64b) ada dalam bentuk jamak, dan berbicara tentang orang-orang yang tidak sungguh-sungguh percaya kepada Yesus (jelas juga mencakup Yudas Iskariot), tetapi kata ‘siapa’ (ay 64c, saya beri garis bawah ganda) ada dalam bentuk tunggal, dan itu menunjuk hanya kepada Yudas Iskariot. Bandingkan dengan terjemahan KJV.

 

Dari ayat ini terlihat bahwa dari semula ketidak-percayaan dari orang-orang yang mengikuti Dia, dan juga ketidak-percayaan dan pengkhianatan Yudas Iskariot sudah diketahui oleh Yesus.

 

A. T. Robertson (tentang Yoh 6:64): “‎From the first Jesus distinguished between real trust in him and mere lip service (John 2:24; 8:31), two senses of ‎pisteuoo.‎” [= Dari semula Yesus membedakan antara kepercayaan yang sejati kepadaNya dan semata-mata pelayanan bibir / palsu (Yoh 2:24; 8:31), dua arti dari PISTEUO (aku percaya).].

Yoh 2:23-25 - “(23) Dan sementara Ia di Yerusalem selama hari raya Paskah, banyak orang percaya dalam namaNya, karena mereka telah melihat tanda-tanda yang diadakanNya. (24) Tetapi Yesus sendiri tidak mempercayakan diriNya kepada mereka, karena Ia mengenal mereka semua, (25) dan karena tidak perlu seorangpun memberi kesaksian kepadaNya tentang manusia, sebab Ia tahu apa yang ada di dalam hati manusia.”.

Yoh 8:31 - “Maka kataNya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepadaNya: ‘Jikalau kamu tetap dalam firmanKu, kamu benar-benar adalah muridKu”.

 

William Hendriksen (tentang Yoh 6:64): “The Lord continues: ‘But there are some of you who do not believe.’ ... The evangelist adds the comment: ‘For Jesus knew from the beginning who those were that did not believe, and who he was that would deliver him up.’ [= Tuhan melanjutkan, ‘Tetapi ada beberapa dari kamu yang tidak percaya’. ... Sang penginjil (rasul Yohanes) menambahkan komentar: ‘Karena Yesus tahu dari semula, siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia.’].

 

Calvin (tentang Yoh 6:64): the Evangelist says that their treachery, even while it was unknown to others, was well known to Christ. ... as to their being known to Christ from the beginning, this was peculiar to his Divinity. It is otherwise with us; for since we do not know the hearts, we ought to delay forming a judgment, until impiety be manifested by outward signs, and thus the tree be known by its fruits, (Matthew 7:16.) [= sang Penginjil berkata bahwa pengkhianatan / penipuan mereka, sekalipun itu tidak diketahui oleh orang-orang lain, diketahui dengan baik oleh Kristus. ... berkenaan dengan diketahuinya mereka oleh Kristus dari semula, ini adalah khas / khusus bagi keIlahianNya. Adalah berbeda bagi kita; karena kita tidak mengetahui hati (manusia), kita harus menunda pembentukan suatu penilaian / penghakiman, sampai kejahatan dinyatakan oleh tanda-tanda lahiriah / luar, dan dengan demikian pohon diketahui oleh buahnya, (Mat 7:16).].

Mat 7:16 - “Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri?”.

 

Matthew Henry (tentang Yoh 6:64): “The unbelief of hypocrites, before it discovers itself to the world, is naked and open before the eyes of Christ. He knew from the beginning who they were of the multitudes that followed him that believed, and who of the twelve should betray him; he knew from the beginning of their acquaintance with him, and attendance on him, when they were in the hottest pang of their zeal, who were sincere, as Nathanael (ch. 1:47), and who were not. Before they distinguished themselves by an overt act, he could infallibly distinguish who believed and who did not, whose love was counterfeit and whose cordial” [= Ketidakpercayaan dari orang-orang munafik, sebelum itu menyatakan dirinya sendiri kepada dunia, adalah telanjang dan terbuka di hadapan mata Kristus. Ia tahu dari semula siapa mereka dari orang banyak yang mengikuti Dia itu yang percaya, dan siapa dari 12 orang itu yang akan / harus mengkhianati Dia; Ia tahu dari permulaan dari perkenalan mereka dengan Dia, dan perhatian / pelayanan mereka kepadaNya, pada waktu mereka ada dalam semangat mereka yang paling panas, siapa yang tulus, seperti Natanael (pasal 1:47), dan siapa yang tidak. Sebelum mereka membedakan diri mereka sendiri oleh suatu tindakan yang jelas / terbuka, Ia bisa secara tidak bisa salah membedakan mereka yang percaya dan yang tidak percaya, yang kasihnya palsu dan yang kasihnya hangat / ramah].

Ibr 4:13 - “Dan tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapanNya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepadaNya kita harus memberikan pertanggungan jawab.”.

Yoh 1:47 - “Kata Filipus kepadanya: ‘Mari dan lihatlah!’ Yesus melihat Natanael datang kepadaNya, lalu berkata tentang dia: ‘Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!’”.

 

Sekarang mari kita melihat penafsiran seorang Arminian yang bernama Lenski berkenaan dengan pengetahuan Yesus tentang pengkhianatan oleh Yudas Iskariot.

 

Lenski (tentang Yoh 6:64): “Jesus knew that Judas would turn traitor long before Judas exercised his traitorous volition. How far in advance Jesus knew this, therefore, makes no difference. Moreover, this exemplification by means of Judas must not be allowed to mislead us. For the question here raised is far older than Judas. It begins with Adam and includes a large number of others. How could God create Adam when God knew that Adam would fall? or create those of whom he knew that they would be damned? or receive into the church those of whom he knew that they would turn out hypocrites and renegades? In fact, how could God create Satan knowing what Satan would become? As regards Judas: Jesus chose him not for the purpose of betrayal but only with the knowledge of that betrayal. No act of God’s or of Jesus’ shut the door of grace for Judas, their foreknowledge did certainly not do so. This foreknowledge rested on the act of Judas, not the act of Judas on the foreknowledge. If the act had been the reverse, the foreknowledge would have accorded with the reversal. The human mind cannot penetrate the profundity of the divine mind in these questions. All we can say is that Jesus bowed to the Father’s will and did this perfectly also in the grace he vouchsafed to Judas to the very last. Furthermore, even if Judas had never existed, the deadly wickedness of sin in man would have turned in murderous opposition to Jesus when the holy Son of man came to draw them to heaven, and a tragedy like that of Calvary would have been the result.” [= Yesus tahu bahwa Yudas akan menjadi pengkhianat jauh sebelum Yudas melaksanakan kemauan / kehendaknya yang bersifat mengkhianat. Karena itu, berapa jauh sebelumnya Yesus tahu hal ini, tidak membuat perbedaan. Selanjutnya, pemberian contoh melalui Yudas tidak boleh mengijinkan untuk menyesatkan kita. Karena pertanyaan yang ditanyakan di sini jauh lebih tua dari Yudas. Itu mulai dengan Adam dan mencakup suatu jumlah yang besar dari orang-orang lain. Bagaimana Allah bisa menciptakan Adam pada waktu Allah tahu bahwa Adam akan jatuh? atau mencipta mereka yang Ia tahu bahwa mereka akan dihukum? atau menerima ke dalam gereja mereka yang Ia tahu akan menjadi orang-orang munafik dan orang-orang murtad / pengkhianat? Bahkan, bagaimana Allah bisa menciptakan Iblis dengan tahu Iblis akan menjadi apa? Berkenaan dengan Yudas: Yesus memilihnya bukan untuk tujuan pengkhianatan, tetapi hanya dengan pengetahuan tentang pengkhianatan itu. Tidak ada tindakan dari Allah atau dari Yesus menutup pintu kasih karunia untuk Yudas, pra pengetahuan mereka pasti tidak melakukan hal itu. Pra pengetahuan ini terletak / bersandar pada tindakan Yudas, bukan tindakan Yudas terletak / bersandar pada pra pengetahuan. Seandainya tindakan itu (dari Yudas) adalah sebaliknya, pra pengetahuan itu akan sudah menyesuaikan dengan pembalikan tindakan itu. Pikiran manusia tidak bisa menembus kedalaman dari pikiran ilahi dalam pertanyaan-pertanyaan ini. Semua yang bisa kami katakan adalah bahwa Yesus tunduk pada kehendak Bapa dan melakukan hal ini secara sempurna juga dalam kasih karunia yang Ia bersedia berikan kepada Yudas sampai saat terakhir. Lebih jauh lagi, bahkan seandainya Yudas tidak pernah ada, kejahatan yang mematikan dari dosa dalam manusia akan berbelok ke dalam oposisi terhadap Yesus pada waktu Anak  Manusia yang kudus datang untuk menarik mereka ke surga, dan suatu tragedi seperti yang terjadi di Kalvari akan merupakan hasilnya.].

 

Ada beberapa tanggapan dari saya tentang kata-kata Lenski (orang Arminian) ini:

 

1.   Perhatikan kata-kata yang saya beri garis bawah tunggal Pra pengetahuan ini terletak / bersandar pada tindakan Yudas, bukan tindakan Yudas terletak / bersandar pada pra pengetahuan. Seandainya tindakan itu (dari Yudas) adalah sebaliknya, pra pengetahuan itu akan sudah menyesuaikan dengan pembalikan tindakan itu.”.

Kata-kata ini konyol dan luar biasa bodohnya. Bagaimana mungkin, pra pengetahuan Allah, yang sudah ada sejak kekekalan (minus tak terhingga) bisa tergantung pada tindakan Yudas, dan akan menyesuaikan diri seandainya Yudas melakukan yang sebaliknya?

 

2.   Sekarang perhatikan kata-kata yang saya beri garis bawah ganda Pikiran manusia tidak bisa menembus kedalaman dari pikiran ilahi dalam pertanyaan-pertanyaan ini.”.

Ini hanyalah alasan yang dibuat oleh Lenski. Pertanyaan-pertanyaan itu bisa dijawab oleh theologia Reformed, yang mempercayai bahwa semua itu terjadi karena ditetapkan oleh Allah. Ajaran Arminian memang tidak cocok dengan fakta-fakta itu, dan tidak akan pernah bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan itu!

 

3.   Sekarang perhatikan kata-kata yang saya cetak dengan huruf miring dan melakukan hal ini secara sempurna juga dalam kasih karunia yang Ia bersedia berikan kepada Yudas sampai saat terakhir.”.

Bagian ini adalah omong kosong yang tidak pernah ada dasar ayatnya. Dimana dikatakan Yesus bersedia memberikan kasih karunia kepada Yudas? Seandainya itu ada, Yudas pasti sudah selamat!

 

4.   Terakhir, kita perhatikan bagian yang saya cetak dengan huruf besar Lebih jauh lagi, bahkan seandainya Yudas tidak pernah ada, kejahatan yang mematikan dari dosa dalam manusia akan berbelok ke dalam oposisi terhadap Yesus pada waktu Anak  Manusia yang kudus datang untuk menarik mereka ke surga, dan suatu tragedi seperti yang terjadi di Kalvari akan merupakan hasilnya.”.

Kata-kata terakhir ini juga merupakan sesuatu yang konyol. Karena apa yang Allah tahu lebih dulu dalam kekekalan? Kalau yang Dia tahu adalah Yudas yang mengkhianat, maka pasti itu yang terjadi. Kalau yang Dia tahu adalah orang lain yang akan mengkhianat, maka itulah juga yang akan terjadi. Kata ‘seandainya’ adalah sesuatu yang konyol, karena mengandaikan sesuatu yang sama sekali mustahil! Dalam kekekalan (minus tak terhinga) Allah bukan hanya tahu bahwa akan ada ‘seseorang’ yang akan mengkhianati Yesus. Allah tahu bahwa ‘Yudas Iskariot’lah yang akan mengkhianati, dan itulah yang pasti terjadi!

 

Sekarang mari kita lihat komentar orang Arminian yang lain, yaitu Adam Clarke.

 

Adam Clarke (tentang Yoh 6:64): “‘And who should betray him.’ Or, ‘who would deliver him up.’ Because he knew all things; he knew from the first, from Judas’ call to the apostleship, and from eternity (if the reader pleases), who it was who would (not should) deliver him up into the hands of the Jews. ‘Should,’ in the apprehension of most, implies necessity and compulsion; ‘would’ implies that he was under the influence of his own free will, without necessity or constraint. The former takes away his guilt: for what a man is irresistibly compelled to do, by the supreme authority of God, he cannot avoid; and therefore to him no blame can attach: but Judas having acted through his own free will, abusing his power, and the grace he had received, he was guilty of the murder of an innocent man, and deserved the perdition to which he went” [= ‘Dan siapa yang harus mengkhianati Dia’. Atau, ‘siapa yang akan menyerahkan Dia’. Karena Ia tahu segala sesuatu; Ia tahu dari semula, sejak panggilan Yudas sampai kerasulannya, dan dari sejak kekekalan (jika pembaca berkenan / senang), siapa itu yang akan (bukan harus) menyerahkan Dia ke dalam tangan dari orang-orang Yahudi. Kata ‘should’ (harus), dalam pengertian dari kebanyakan orang, secara implicit menunjukkan keharusan dan paksaan; kata ‘would’ (akan) secara implicit menunjukkan bahwa ia ada di bawah pengaruh dari kehendak bebasnya sendiri, tanpa keharusan atau paksaan. Yang pertama membuang kesalahannya: karena apa yang seorang manusia dipaksa secara tidak bisa ditolak untuk lakukan, oleh otoritas tertinggi dari Allah, ia tidak bisa hindari; dan karena itu tidak bisa ada kesalahan dilekatkan kepadanya: tetapi Yudas telah bertindak melalui kehendak bebasnya sendiri, menyalah-gunakan kuasanya, dan kasih karunia yang telah ia terima, ia bersalah tentang pembunuhan dari seorang yang tidak bersalah, dan layak mendapatkan hukuman kekal / neraka kemana ia pergi].

Catatan:

a.      KJV/ASV menggunakan ‘should’, RSV/NIV/NASB/NKJV menggunakan ‘would’.

b.      Pandangan Clarke ini jelas merupakan pandangan Arminian; mari kita menganalisanya.

 

Adam Clarke sendiri mengatakan (pada bagian awal kutipan di atas ini) bahwa Yesus tahu segala sesuatu, dan dari semula (bahkan dari kekekalan) Yesus tahu siapa yang akan menyerahkan / mengkhianati Dia.

Sekarang saya bertanya: bisakah pengetahuan itu salah? Tentu tidak mungkin, bukan? Jadi, pengkhianatan oleh Yudas Iskariot itu harus / pasti terjadi, atau hanya mungkin terjadi? Jawabannya jelas: itu harus / pasti terjadi. Jadi, bisakah Yudas Iskariot akhirnya / dalam faktanya tidak mengkhianati Yesus? Tentu tidak mungkin, bukan? Itu berarti hal itu sudah tertentu. Dan kalau tertentu, pasti ada yang menentukan, dan siapa yang menentukan kalau bukan Allah?

 

Loraine Boettner: “The Arminian objection against foreordination bears with equal force against the foreknowledge of God. What God foreknows must, in the very nature of the case, be as fixed and certain as what is foreordained; and if one is inconsistent with the free agency of man, the other is also. Foreordination renders the events certain, while foreknowledge presupposes that they are certain” [= Keberatan Arminian terhadap penentuan lebih dulu mengandung / menghasilkan  kekuatan yang sama terhadap pengetahuan lebih dulu dari Allah. Apa yang Allah ketahui lebih dulu pastilah sama tertentunya dan pastinya seperti apa yang ditentukan lebih dulu; dan jika yang satu tidak konsisten dengan kebebasan manusia, yang lain juga demikian. Penentuan lebih dulu membuat peristiwa-peristiwa pasti / tertentu, sedangkan pengetahuan lebih dulu mensyaratkan bahwa mereka itu pasti / tertentu] - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 42.

 

Loraine Boettner: “Yet unless Arminianism denies the foreknowledge of God, it stands defenseless before the logical consistency of Calvinism; for foreknowledge implies certainty and certainty implies foreordination [= Kecuali Arminianisme menyangkal / menolak pengetahuan lebih dulu dari Allah, ia tidak mempunyai pertahanan di depan kekonsistenan yang logis dari Calvinisme; karena pengetahuan lebih dulu secara tidak langsung menunjuk pada kepastian, dan kepastian secara tidak langsung menunjuk pada penetapan lebih dulu] - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 44.

 

Adam Clarke lalu mengatakan bahwa kata ‘should’ (harus) secara implicit menunjukkan keharusan / pemaksaan. Kalau ‘harus’ dalam arti ‘pasti’, maka saya setuju, tetapi ‘harus’ dalam arti ‘ada permaksaan’ saya sama sekali tidak setuju!

Adam Clarke menambahkan, bahwa karena itu kalau digunakan kata ‘should’ (harus) maka Yudas Iskariot tidak bersalah, dan tidak bisa dihukum. Ini menjadi ajaran Hyper-Calvinisme, dan ini salah total, tidak Alkitabiah, dan bahkan sesat!

 

Sekarang mari kita melihat pandangan Lenski berkenaan dengan hal ini, yang kurang lebih sama dengan pandangan Adam Clarke.

 

Lenski (tentang Yoh 12:4): “John puts, ‘who was about to betray him,’ ὁ μέλλων with the present infinitive in place of the future, R. 1118. This explains everything. The faulty translation, ‘which should betray him,’ must not lead us to think of a divine compulsion. The traitorous act of Judas was not the result of a divine decree, it was entirely his own act, just as other wicked deeds are the product of men’s own hearts. Judas resisted all the grace of God, all the blessed influences and warnings of Jesus, and thus betrayed him. When grace is in vain, only almighty power is left; and this power cannot convert or save, all that it can do is to carry out the purposes of God among the wicked, so controlling their wickedness that it shall further God’s plans.” [= Yohanes menuliskan ‘yang akan mengkhianati Dia’, HO MELLON dengan infinitif present sebagai pengganti future / bentuk yang akan datang, R. 1118. Ini menjelaskan segala sesuatu. Terjemahan yang salah, ‘yang harus mengkhianati Dia’, tidak boleh membimbing kita untuk berpikir tentang suatu pemaksaan ilahi. Tindakan yang bersifat mengkhianat dari Yudas bukanlah hasil dari suatu ketetapan ilahi, itu sepenuhnya merupakan tindakannya sendiri, sama seperti tindakan-tindakan jahat yang lain adalah hasil dari hati manusia sendiri. Yudas menahan / menolak semua kasih karunia Allah, semua pengaruh-pengaruh dan peringatan-peringatan yang diberkati dari Yesus, dan lalu mengkhianati Dia. Pada waktu kasih karunia adalah sia-sia, hanya kuasa yang maha kuasa yang tertinggal; dan kuasa ini tidak bisa mempertobatkan atau menyelamatkan, semua yang kuasa itu bisa lakukan adalah melaksanakan rencana-rencana Allah di antara orang-orang jahat, dan dengan demikian mengontrol kejahatan mereka sehingga itu akan melanjutkan rencana-rencana Allah.].

Catatan:

1.   Yang Lenski maksudkan dengan infinitive present adalah kata kerja PARADIDONAI, yang berarti ‘menyerahkan’. Ia mengatakan bahwa A. T. Robertson (R. 1118) mengatakan ini adalah pengganti bentuk future (yang akan datang), dan karena itu semuanya harus diterjemahkan ‘yang akan menyerahkan Dia’, bukan seperti terjemahan KJV: ‘who should betray Him’ [= yang harus mengkhianati Dia].

2.   Sekarang perhatikan kata-kata Lenski yang saya beri garis bawah tunggal Tindakan yang bersifat mengkhianat dari Yudas bukanlah hasil dari suatu ketetapan ilahi, itu sepenuhnya merupakan tindakannya sendiri,”.

Ini bertentangan frontal dengan Luk 22:22 - “Sebab Anak Manusia memang akan pergi seperti yang telah ditetapkan, akan tetapi, celakalah orang yang olehnya Ia diserahkan!’”.

3.   Sekarang perhatikan kata-kata Lenski yang saya beri garis bawah ganda Pada waktu kasih karunia adalah sia-sia, hanya kuasa yang maha kuasa yang tertinggal; dan kuasa ini tidak bisa mempertobatkan atau menyelamatkan,”.

Ini betul-betul menghina kuasa Allah. Di satu sisi ia katakan kuasa itu maha kuasa, tetapi di sisi lain Ia katakan kuasa itu tidak bisa mempertobatkan atau menyelamatkan!

 

Sekarang bandingkan dengan pandangan Calvin dan orang-orang Reformed / Calvinist dalam persoalan ini.

 

Calvin: “we posited a distinction between compulsion and necessity from which it appears that man, while he sins of necessity, yet sins no less voluntarily” [= kami menempatkan suatu perbedaan di antara pemaksaan dan kepastian dari mana terlihat bahwa manusia, sementara ia pasti berdosa, tetapi ia berdosa dengan sukarela] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book I, Chapter IV, No 1.

 

Charles Haddon Spurgeon: “man, acting according to the device of his own heart, is nevertheless overruled by that sovereign and wise legislation ... How these two things are true I cannot tell. ... I am not sure that in heaven we shall be able to know where the free agency of man and the sovereignty of God meet, but both are great truths. God has predestinated everything yet man is responsible.” [= manusia, bertindak sesuka hatinya, bagaimanapun dikalahkan / dikuasai oleh pemerintahan yang berdaulat dan bijaksana ... Bagaimana dua hal ini bisa benar saya tidak bisa mengatakan. ... Saya tidak yakin bahwa di surga kita akan bisa mengetahui dimana tindakan bebas manusia dan kedaulatan Allah bertemu, tetapi keduanya adalah kebenaran yang besar. Allah telah mempredestinasikan segala sesuatu tetapi manusia bertanggung jawab.] - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 7, hal 10.

 

Arthur W. Pink: “Two things are beyond dispute: God is sovereign, man is responsible. ... To emphasize the sovereignty of God, without also maintaining the accountability of the creature, tends to fatalism; to be so concerned in maintaining the responsibility of man, as to lose sight of the sovereignty of God, is to exalt the creature and dishonour the Creator.” [= Dua hal tidak perlu diperdebatkan: Allah itu berdaulat, manusia itu bertanggung jawab. ... Menekankan kedaulatan Allah, tanpa juga memelihara pertanggungan jawab dari makhluk ciptaan, cenderung kepada fatalisme; terlalu memperhatikan pemeliharaan tanggung jawab manusia, sehingga tidak mengindahkan kedaulatan Allah, sama dengan meninggikan makhluk ciptaan dan merendahkan sang Pencipta.] - ‘The Sovereignty of God’, hal 9.

 

Charles Hodge: God can control the free acts of rational creatures without destroying either their liberty or their responsibility.” [= Allah bisa mengontrol tindakan-tindakan bebas dari makhluk-makhluk rasionil tanpa menghancurkan kebebasan ataupun tanggung jawab mereka.] - ‘Systematic Theology’, vol II, hal 332.

 

Ini merupakan sesuatu yang misterius dalam penetapan / pra-pengetahuan Tuhan. Apapun yang Ia ketahui lebih dulu, pasti / harus terjadi, tetapi pada saat hal itu terjadi, orang yang diketahui akan melakukan hal yang buruk itu, akan mau sendiri untuk melakukannya. Ia tidak dipaksa oleh siapapun (tidak juga oleh Allah sendiri) untuk melakukan dosa / hal buruk itu. Dan karena itu, ia tetap bersalah, tetap harus bertanggung jawab, dan harus dihukum!

Bdk. Luk 22:22 - “Sebab Anak Manusia memang akan pergi seperti yang telah ditetapkan, akan tetapi, celakalah orang yang olehnya Ia diserahkan!’”.

Bagian awal dari ayat ini menunjukkan adanya ketetapan Allah tentang pengkhianatan Yudas Iskariot, tetapi bagian akhir ayat itu menunjukkan tanggung jawab Yudas Iskariot! Itu tetap ada!

 

Mengomentari Luk 22:22 Spurgeon berkata: “The decree of God does not lessen the responsibility of man for his action. Even though it is predetermined of God, the man does it of his own free will, and on him falls the full guilt of it” [= Ketetapan Allah tidak mengurangi tanggung jawab manusia untuk tindakannya. Sekalipun hal itu sudah ditentukan lebih dulu oleh Allah, manusia melakukannya dengan kehendak bebasnya sendiri, dan pada dialah jatuh kesalahan sepenuhnya] - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 12, hal 18.

 

Juga bandingkan dengan kasus Firaun. Dikatakan Tuhan akan mengeraskan hatinya sehingga ia tidak akan melepaskan bangsa Israel. Tetapi pada saat Musa sampai ke hadapan Firaun, dikatakan bahwa Firaun mengeraskan hatinya sendiri!

Kel 3:19 - “Tetapi Aku tahu, bahwa raja Mesir tidak akan membiarkan kamu pergi, kecuali dipaksa oleh tangan yang kuat.”.

Kel 4:21 - “Firman TUHAN kepada Musa: ‘Pada waktu engkau hendak kembali ini ke Mesir, ingatlah, supaya segala mujizat yang telah Kuserahkan ke dalam tanganmu, kauperbuat di depan Firaun. Tetapi Aku akan mengeraskan hatinya, sehingga ia tidak membiarkan bangsa itu pergi.”.

Kel 5:1-2 - “(1) Kemudian Musa dan Harun pergi menghadap Firaun, lalu berkata kepadanya: ‘Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Biarkanlah umatKu pergi untuk mengadakan perayaan bagiKu di padang gurun.’ (2) Tetapi Firaun berkata: ‘Siapakah TUHAN itu yang harus kudengarkan firmanNya untuk membiarkan orang Israel pergi? Tidak kenal aku TUHAN itu dan tidak juga aku akan membiarkan orang Israel pergi.’”.

Kel 7:1-3 - “(1) Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: ‘Lihat, Aku mengangkat engkau sebagai Allah bagi Firaun, dan Harun, abangmu, akan menjadi nabimu. (2) Engkau harus mengatakan segala yang Kuperintahkan kepadamu, dan Harun, abangmu, harus berbicara kepada Firaun, supaya dibiarkannya orang Israel itu pergi dari negerinya. (3) Tetapi Aku akan mengeraskan hati Firaun, dan Aku akan memperbanyak tanda-tanda dan mujizat-mujizat yang Kubuat di tanah Mesir.”.

Kel 7:13-14 - “(13) Tetapi hati Firaun berkeras, sehingga tidak mau mendengarkan mereka keduanya - seperti yang telah difirmankan TUHAN. (14) Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: ‘Firaun berkeras hati, ia menolak membiarkan bangsa itu pergi.”.

Kel 7:22 - “Tetapi para ahli Mesir membuat yang demikian juga dengan ilmu-ilmu mantera mereka, sehingga hati Firaun berkeras dan ia tidak mau mendengarkan mereka keduanya seperti yang telah difirmankan TUHAN.”.

 

Jadi, bagi saya / orang Reformed, tidak jadi soal apakah ayat itu (Yoh 6:64) menggunakan ‘would’ (RSV/NIV/NASB/NKJV) atau ‘should’ (KJV/ASV). Pra pengetahuan Tuhan, memastikan terjadinya hal itu. Tetapi pada saat hal itu terjadi, Yudas Iskariot tetap melakukannya dengan kehendaknya sendiri, dan ia bertanggung jawab untuk semua itu.

 

Penerapan: doktrin seperti ini rasanya hanya menimbulkan perdebatan kalau diajarkan. Lalu apa gunanya? Gunanya adalah ini: Memandang / memikirkan bahwa apa yang akan terjadi sudah ditentukan, akan membuang semua ketakutan, kekuatiran, kegelisahan saudara, karena semua itu tak ada gunanya! Lebih lagi, kalau saudara adalah anak Allah, maka Ia pasti menetapkan segala sesuatu untuk kebaikan saudara (Ro 8:28).

 

Illustrasi: pada saat nonton film yang menegangkan, ketegangan akan hilang kalau saudara berpikir, semua itu sudah ditentukan oleh sutradaranya! Jangan lakukan ini pada saat anda nonton film, tetapi lakukan ini pada saat anda mengalami bahaya / ketegangan dan sebagainya. Pikirkan bahwa semua sudah diterntukan oleh Allah, dan apakah anda mau tegang, takut, kuatir, beriman / berserah dsb, itu tak akan mengubah apapun, karena apa yang ditentukan pasti terjadi. Ini membuang ketegangan, kekuatiran, ketakutan dsb, dan membuat kita bisa melakukan apa yang terbaik, yang sesuai dengan Alkitab dalam sikon tersebut.

-bersambung-

Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.

E-mail : [email protected]

e-mail us at [email protected]

http://golgothaministry.org

Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:

https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ

Channel Live Streaming Youtube :  bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali



R. A Grammar of the Greek New Testament in the Light of Historical Research, by A. T. Robertson, fourth edition.