Eksposisi Surat Yudas

oleh: Pdt. Budi Asali MDiv.


 

YUDAS 16

 
Dalam ay 16 ini dibicarakan lagi tentang dosa dalam kehidupan dan kata-kata dari orang-orang sesat pada jaman Yudas. Yudas melakukan hal ini untuk menunjukkan bahwa orang-orang sesat itu cocok dengan nubuat Henokh dalam ay 14-15.

Dosa-dosa orang-orang sesat itu:

1. ‘orang-orang yang menggerutu dan mengeluh tentang nasibnya’ (ay 16a).

KJV: ‘murmurers, complainers’ (= penggerutu-penggerutu, pengeluh-pengeluh).

Bahwa orang-orang sesat pada jaman Yudas ini adalah orang-orang yang suka menggerutu dan mengeluh, tidak berarti bahwa orang yang suka menggerutu dan mengeluh pasti adalah orang sesat. Anak-anak Allah yang sejatipun bisa jatuh ke dalam dosa ini, khususnya pada waktu mengalami penderitaan. Karena itu kita perlu untuk mempelajari dosa ini dan menghindarinya.

a. Menggerutu dan mengeluh adalah dosa karena itu menunjukkan ketidak-percayaan kepada Tuhan (akan kasihNya, kesetiaanNya, kebijaksanaanNya). Bahkan menggerutu dan mengeluh bisa menunjukkan suatu pemberontakan kepada Tuhan.

 

Bahwa menggerutu dan mengeluh adalah suatu dosa, terlihat dari:

Penerapan:

Apakah dalam krisis moneter sekarang ini saudara merindukan masa lalu dimana dolar hanya bernilai Rp 2.400,- dan beras hanya Rp 1.000,-?. Tidak percayakah saudara bahwa apapun yang menimpa saudara, asal saudara adalah seorang kristen yang sejati, pasti membawa kebaikan bagi saudara? Karena itu janganlah ingin kembali ke masa lalu. Masa sekarang yang berat ini pasti membawa kebaikan bagi saudara, mungkin supaya saudara belajar hidup hemat, mungkin supaya saudara lebih bersandar kepada Tuhan, mungkin supaya saudara melihat cara pemeliharaan Tuhan yang luar biasa, dsb.

Memang pada waktu penderitaannya berlarut-larut, Ayub juga mengeluh, tetapi akhirnya ia bertobat.

Mungkin dalam krisis moneter sekarang ini kita harus belajar untuk puas dalam segala keadaan.
 

b. Menggerutu / bersungut-sungut selalu bisa dikatakan sebagai dosa, tetapi mengeluh tidak selalu merupakan dosa.

 

Thomas Manton:

"Humble complaints are not murmuring, else there would be no room for prayer; but bold expostulations are murmuring, when we complain rather of God than to God, taxing the administration of his providence, as if he dealt too hardly with us; so that in effect murmuring is an anti-providence, first cherished by repining thoughts, and then vented and uttered in bold and uncomely speeches" (= keluhan yang rendah hati bukanlah menggerutu, karena kalau tidak maka tidak ada tempat untuk doa; tetapi tindakan ber-bantah / memprotes dengan berani adalah menggerutu, ketika kita mengeluh tentang Allah dan bukannya kepada Allah, menuduh pemerintahan / pelak-sanaan providenceNya, seakan-akan Ia memperlakukan kita terlalu keras; sehingga sebetulnya menggerutu adalah anti-providence, mula-mula disimpan dalam pikiran oleh pikiran yang tidak puas, dan lalu dilepaskan dan diucapkan dalam ucapan yang berani dan kasar).

 

c. Supaya tidak menggerutu dan / atau mengeluh, renungkan beberapa hal ini:

 

Thomas Manton:

"want is a time of praying, not of murmuring. ... But it is man’s usual custom to change duties into sins, ... so instead of complaining to God, we complain of God, and so make murmuring take the room of prayer" (= Kekurangan / kebutuhan adalah saat untuk berdoa, bukan untuk bersungut-sungut. ... Tetapi adalah kebiasaan manusia pada umumnya untuk mengubah kewajiban menjadi dosa, ... sehingga bukannya mengeluh kepada Allah, tetapi kita mengeluh tentang Allah, dan dengan demikian membuat sungut-sungut menggantikan doa).

Thomas Manton:

"There is much gone, but somewhat left; that little that is left is more than we deserved; many in the world would be glad of our relics" (= Ada banyak yang hilang, tetapi ada yang tertinggal; sedikit yang tertinggal itu adalah lebih dari yang layak kita dapatkan; banyak orang dalam dunia ini yang akan senang dengan sisa-sisa kita).

Catatan: ‘relics’ = ‘remaining fragments’ (= potongan-potongan yang tersisa); ‘surviving parts’ (= bagian-bagian yang masih hidup / tersisa); ‘ruins’ (= reruntuhan) - ‘Webster’s New World Dictionary.

Thomas Manton:

"Many of God’s children are not so high as thou art. If you murmur, what should others do that have less?" (= Banyak anak-anak Allah yang tidak setinggi engkau. Jika engkau bersungut-sungut, apa yang harus dilakukan oleh orang lain yang mempunyai lebih sedikit?).

Penerapan:

Kalau saudara tergoda untuk bersungut-sungut, berusahalah mengarahkan pikiran saudara kepada orang-orang yang lebih menderita dari saudara, dan bersyukurlah bahwa keadaan saudara masih lebih baik dari mereka.

2. ‘hidup menuruti hawa nafsunya’ (ay 16b).

Kata ‘hawa nafsu’ yang dipakai di sini dalam bahasa Yunaninya sama dengan kata ‘keinginan-keinginan’ (NIV/NASB: ‘desires’) dalam Mark 4:19, dimana hawa nafsu / keinginan itu mencekik firman sehingga tidak berbuah. Ini menunjukkan betapa berbahayanya hal ini.

Hawa nafsu ini bisa terjadi dalam macam-macam hal / bidang seperti: kemarahan, kebencian / dendam, iri hati, tamak, cinta uang / dunia, sex, makan, macam-macam ambisi, dsb.

Thomas Manton mengatakan bahwa point ke 2 ini (tentang hawa nafsu) cocok untuk digandengkan dengan point no 1 (tentang menggerutu / mengeluh), karena hawa nafsu menyebabkan kita sukar untuk puas, sehingga lalu menggerutu / mengeluh.

Thomas Manton:

"Men desire more than they have, and so are made poor, not by want so much as desire. He that expects little is soon satisfied" (= Manusia menginginkan lebih dari apa yang mereka miliki, dan dengan demikian dibuat menjadi miskin, bukan oleh kebutuhan / kekurangan tetapi oleh keinginan. Ia yang mengharapkan sedikit cepat dipuaskan).

Kita tidak boleh hidup menuruti hawa nafsu (Gal 5:24 Ro 13:14b).

Ro 13:14b versi Kitab Suci Indonesia kurang tepat terjemahannya.

NIV: ‘do not think about how to gratify the desires of the sinful nature’ (= jangan berpikir tentang bagaimana memuaskan keinginan dari manusia lama yang berdosa).

NASB: ‘make no provision for the flesh in regard to its lusts’ (= jangan membuat persediaan untuk daging berkenaan dengan hawa nafsunya).

3. ‘mulut mereka mengeluarkan perkataan yang bukan-bukan (ay 16c).

NASB: ‘they speak arrogantly’ (= mereka berbicara dengan congkak).

NIV: ‘they boast about themselves’ (= mereka membanggakan diri mereka sendiri).

KJV: ‘their mouth speaketh great swelling words’ (= mulut mereka mengatakan kata-kata yang membengkak).

Tindakan menyombongkan diri dengan kata-kata ini, sekalipun kata-katanya itu benar, tetap adalah dosa. Lebih-lebih kalau kata-katanya salah / dusta.

Orang-orang sesat ini tidak peduli pada kebenaran, dan karena itu membual untuk menyombongkan diri bukanlah problem bagi mereka.

Kita bisa berbicara dengan congkak tentang diri kita sendiri, baik dalam hal jasmani maupun dalam hal rohani.

Dalam hal jasmani misalnya: tentang perkerjaan & keuangan kita, tentang harta kita (perhiasan, uang, rumah, mobil, dsb), tentang anak kita, tentang wajah / bentuk badan kita, tentang pelajaran sekolah kita, dsb.

Dalam hal rohani misalnya: tentang iman kita, tentang pengetahuan Kitab Suci, tentang pengudusan kita, tentang karunia kita (khususnya karunia bahasa Roh!), tentang pelayanan kita, dsb.

Jaman sekarang, khususnya dalam kalangan Kharismatik, berkembang suatu pemikiran bahwa apa yang kita percayai dan katakan, itulah yang akan terjadi (Mungkin kepercayaan semacam ini didasarkan atas ayat seperti Mat 9:28-29). ‘Perkataan yang negatif’ dianggap sebagai ‘tidak beriman’ dan akan menyebabkan mereka betul-betul mengalami hal yang negatif itu, dan sebaliknya, ‘perkataan yang positif’ dianggap sebagai ‘kata-kata iman’ yang akan menyebabkan mereka betul-betul mengalami hal yang positif itu. Karena itu mereka selalu mengucapkan ‘perkataan yang positif’ sekalipun itu tidak benar / dusta. Misalnya:

Saya berpendapat bahwa ini adalah suatu dusta yang dilandasi oleh suatu kepercayaan yang lebih mirip tahyul dari pada kekristenan. Disamping itu, ini mirip sekali dengan orang-orang sesat yang selalu membual untuk menyom-bongkan dirinya.

Kalau saudara adalah orang yang suka menyombongkan diri dengan kata-kata saudara, maka renungkan kata-kata di bawah ini.

Pulpit Commentary: "Our worth should commend us, not our words" (= Nilai diri kitalah yang harus menghargai / memuji kita, bukan kata-kata kita).

4. ‘mereka menjilat orang untuk mendapat keuntungan’ (ay 16d).

Lit: admiring faces for the sake of advantage’ (= mengagumi muka supaya mendapat keuntungan).

Hal seperti ini bisa terjadi dalam ‘dunia’ maupun dalam ‘gereja’.

Contoh:

Adam Clarke:

"All the flatterers of the rich are of this kind; and especially those who profess to be ministers of the Gospels, and who, for the sake of a more advantageous settlement or living, will soothe the rich in their sins. With such persons a rich man is every thing; and if he have but a grain of grace, his piety is extolled to the skies!" (= Semua penjilat terhadap orang kaya adalah dari jenis ini; dan khususnya mereka yang mengaku sebagai pelayan Injil, dan yang, demi kemapanan atau nafkah yang lebih baik, menenangkan orang-orang kaya dalam dosa mereka. Bagi orang seperti itu orang kaya adalah segala sesuatu; dan jika ia / orang kaya itu mempunyai kasih karunia sedikit saja, kesalehannya ditinggikan sampai ke langit).

Perlu dicamkan bahwa Kitab Suci berulangkali menekankan ciri ini bagi nabi palsu (1Raja-raja 22:1-18 Yer 5:12-13 Yer 6:13-15 Mikha 3:5 Tit 1:11 2Pet 2:3). Tentu saja ini disebabkan karena kebanyakan orang tidak senang dengan kebenaran dan hanya mau mendengar hal yang enak-enak saja (1Raja-raja 22:8 Yes 30:10-11 Yer 5:30-31 2Tim 4:3-4). Karena itu belajarlah menyenangi kebenaran, supaya tidak makin banyak orang yang termotivasi untuk menjadi nabi palsu.

 

 

-AMIN-


e-mail us at [email protected]