Eksposisi
Surat Yudas
oleh: Pdt. Budi Asali MDiv.
YUDAS
11-13
Ayat 11:
1. ‘Celakalah
mereka’.
a. Mengecam orang salah seperti ini, yang juga dilakukan oleh semua
rasul dan nabi dan bahkan Yesus sendiri, tidaklah bertentangan dengan larangan
menghakimi (Mat 7:1-5)!
b.
Tujuan Yudas di sini adalah mengingatkan mereka nasib apa yang menanti mereka,
dan juga supaya orang lain tidak mengikuti kesalahan mereka.
2. Yudas
memberikan 3 contoh yaitu:
a. Kain (ay 11a).
"He
who cared not how he served God regarded not how he used his brother. Cain
begins with sacrifice and ends with murder"
(= Ia yang tidak peduli bagaimana ia melayani Allah juga tak akan peduli
bagaimana ia menggunakan saudaranya. Kain mulai dengan korban dan mengakhirinya
dengan pembunuhan).
b. Bileam (ay 11b).
Kesalahan Bileam adalah tamak, mau melakukan hal yang salah demi
uang. Dalam masa resesi ekonomi seperti saat ini, hal ini harus diwaspadai.
Bileam juga punya kesalahan yang lain, yaitu memberi nasehat untuk menggoda
Israel menggunakan perempuan-perempuan Moab (Bil 25:1-18 bdk. Bil 31:16 Wah
2:14). Juga sekalipun ia disebut nabi dalam 2Pet 2:16, tetapi dalam Yos 13:22 ia
disebut ‘juru tenung’. Tetapi karena dalam Yudas 11 ini ada kata-kata
‘oleh sebab upah’ maka jelas bahwa kesalahan Bileam yang dibandingkan dengan
para nabi palsu dalam gereja pada jaman Yudas itu hanyalah ketamakan, dan maunya
berbuat dosa demi uang.
Untuk saudara yang tamak / ingin kaya, renungkan 2 text Kitab Suci
di bawah ini.
Amsal 28:20 - "Orang yang
dapat dipercaya mendapat banyak berkat, tetapi orang yang ingin cepat menjadi
kaya, tidak akan luput dari hukuman".
1Tim 6:6-10 - "Memang
ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar. Sebab kita tidak
membawa sesuatu apapun ke dalam dunia dan kitapun tidak dapat membawa apa-apa ke
luar. Asal ada makanan dan pakaian cukuplah. Tetapi mereka yang ingin kaya
terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu
yang hampa dan mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan
kebinasaan. Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab
oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa
dirinya dengan berbagai-bagai duka".
NIV: ‘have rushed’
(= telah lari).
NASB:
‘have rushed headlong’
(= telah lari dengan kepala di depan / lari sembarangan / ngawur).
Pulpit
Commentary:
"How sad that
the saints of God should not run as eagerly in the way of God as sinners in the
way of wickedness and folly" (= Betapa
menyedihkan bahwa orang-orang kudus Allah tidak lari dengan keinginan yang
sangat besar dalam jalan Allah seperti orang-orang berdosa dalam jalan kejahatan
dan kebodohan).
c. Korah (ay 11c).
1. Kesalahan Korah.
Kitab Suci Indonesia: ‘kedurhakaan
seperti Korah’.
Kata
‘seperti’ ini seharusnya tidak ada, dan kata ‘kedurhakaan’ diterjemahkan
berbeda-beda.
RSV/NIV/NASB:
‘rebellion’
(= pemberontakan).
KJV: ‘gainsaying’
(= tindakan membantah dengan kata-kata).
Yunani:
ANTILOGIAI.
A.
T. Robertson:
"The word
ANTILOGIA is originally answering back (Heb. 6:16), but it may be by act also
(Rom. 10:21) as here" [= Kata
ANTILOGIA semula berarti membantah (Ibr 6:16), tetapi itu juga bisa dilakukan
dengan tindakan (Ro 10:21) seperti di sini].
Ini
menunjuk pada kesalahan Korah dalam Bil 16:1-3, dimana ia iri hati kepada Musa
sebagai pemimpin dan ia menentang pemilihan dan pengangkatan Musa oleh Tuhan.
Contoh lain yang boleh dikatakan persis seperti Korah adalah Diotrefes (3Yoh
9-10).
Thomas Manton:
"It is
Korah’s sin to invade offices without a call, and to destroy that order which
God hath established" (= Dosa Korah
adalah masuk / menyerbu suatu jabatan tanpa panggilan, dan menghancurkan
urut-urutan / ketertiban / ketenteraman yang telah ditegakkan Allah).
Penerapan:
Jangan
sembarangan bertindak kurang ajar terhadap hamba Tuhan, kecuali kalau saudara
melihat bahwa hamba Tuhan itu adalah seorang nabi palsu. Kalau saudara
menganggapnya sebagai hamba Tuhan yang sejati, saudara harus menghormatinya.
Bahkan kalau ia berbuat kesalahan, sekalipun saudara boleh menegurnya /
menasehatinya, saudara harus melakukannya dengan hormat.
2. Hukuman Korah: ia mati ditelan bumi yang terbelah (Bil
16:23-33).
Thomas Manton:
"Those that
made a cleft in the congregation, the earth cleaved to swallow them up"
(= Mereka yang membuat perpecahan dalam jemaat, bumi terpecah untuk menelan
mereka).
Karena
itu hati-hati untuk tidak memecah gereja!
Tentang penggunaan contoh orang-orang jaman dulu (Kain, Bileam dan
Korah) dengan dosa-dosa mereka, Pulpit Commentary memberikan komentar sebagai
berikut:
"Sin only
repeats itself as it perpetuates itself. Under many new forms we recognize only
the old sins of envy, avarice, and pride"
(= Dosa hanya mengulang dirinya sendiri pada waktu ia melestarikan dirinya
sendiri. Dalam banyak bentuk yang baru kita mengenali dosa-dosa lama belaka
yaitu iri hati, ketamakan, dan kesombongan).
Karena
itu hati-hati terhadap dosa-dosa ini!
3. Penggunaan 3
kata kerja yang berbeda dalam 3 contoh ini:
a. ‘Mereka mengikuti jalan yang ditempuh Kain’.
b. ‘Menceburkan
diri ke dalam kesesatan Bileam’.
NIV: ‘they
have rushed’ (= mereka cepat-cepat / mereka lari).
c. ‘Mereka binasa karena kedurhakaan (seperti) Korah’.
Ini
menunjukkan suatu perkembangan yang progresif. Mula-mula mereka masuk / mengikuti
jalan yang sesat, lalu mereka lari di jalan itu, dan akhirnya mereka binasa
di jalan itu!
Ada 2
hal lain yang harus diperhatikan tentang kebinasaan mereka ini:
1. Kata-kata ‘Mereka binasa’.
NIV: ‘they have been
destroyed’ (= mereka telah dibinasakan /
dihancurkan).
NASB: ‘perished’
(= telah binasa).
Digunakan
bentuk lampau (aorist tense) sekalipun belum terjadi, untuk menunjukkan
kepastian.
2. Semua orang jahat yang
dipakai sebagai contoh oleh Yudas mempunyai akhir yang mengerikan, yaitu orang
Israel yang tidak percaya (ay 5), malaikat yang jatuh (ay 6), orang Sodom dan
Gomora (ay 8), Kain, Bileam dan Korah (ay 11).
Bandingkan ini dengan Maz 73, yang mula-mula menceritakan enaknya
orang jahat (Maz 73:3-14) tetapi lalu menunjukkan akhir dari orang jahat (Maz
73:17-20). Ini menyebabkan pemazmur tidak mau mengikuti orang jahat itu tetapi
sebaliknya ingin tetap dekat dengan Tuhan (ay 28).
Karena itu setiap kali
saudara iri hati kepada orang jahat dan mau mengikuti mereka, renungkan akhir
hidup mereka!
Ayat 12-13:
Dalam ay 12-13 ini Yudas
memberikan bermacam-macam penggambaran tentang orang-orang sesat itu:
1. ‘Mereka
inilah noda dalam perjamuan kasihmu, di mana mereka tidak malu-malu melahap dan
hanya mementingkan dirinya sendiri’
(ay 12a).
a. ‘Perjamuan kasihmu’.
b. ‘noda’.
Orang-orang ini disebut ‘noda’ bukan hanya karena mereka itu
kotor dalam diri mereka sendiri, tetapi juga karena mereka menodai /
mempermalukan seluruh gereja (bdk. Ibr 12:15 - ‘mencemarkan banyak orang’).
Dalam gereja yang paling murnipun pasti ada noda seperti ini. Untuk mengurangi
orang-orang seperti ini, maka gereja harus mempunyai ketegasan terhadap
orang-orang brengsek dalam gereja.
Calvin:
"And at this
day I wish there were more judgment in some good men, who, by seeking to be
extremely kind to wicked men, bring great damage to the whole church"
(= Dan pada saat ini saya berharap bahwa ada kemampuan menilai / menghakimi yang
lebih baik dalam beberapa orang-orang baik, yang, dengan berusaha berbuat sangat
baik kepada orang-orang jahat, membawa kerusakan besar bagi seluruh gereja).
Ada
penafsir yang membandingkan sebutan ‘noda’ di sini dengan Ul 32:5 - "Berlaku
busuk terhadap Dia, mereka bukan lagi anak-anakNya, yang merupakan noda,
suatu angkatan yang bengkok dan belat-belit".
Dalam 2Pet 2:13 kata Yunani yang dipakai adalah SPILOI, yang
artinya memang adalah ‘noda’, tetapi dalam Yudas 12 ini kata Yunani yang
dipakai adalah SPILADES yang artinya adalah ‘batu karang yang tersembunyi’.
Karena itu NASB, yang memberi terjemahan hurufiah, menterjemahkan ‘hidden
reefs’ (= batu karang tersembunyi).
Ini
menunjuk pada batu karang yang ada di laut, yang bagian atasnya hanya sedikit di
bawah permukaan air. Karena itu tentu saja batu karang seperti ini sangat
berbahaya bagi kapal yang tidak berhati-hati.
c. ‘mereka tidak malu-malu melahap dan hanya
mementingkan dirinya sendiri’.
Dalam perjamuan kasih yang harus dipentingkan sebetulnya adalah
persekutuan / perhatian terhadap orang lain, bukan makannya. Tetapi orang-orang
sesat ini menunjukkan keegoisan mereka dengan tidak malu-malu untuk makan
sebanyak-banyaknya, dan mereka melakukan hal ini tanpa mempedulikan apakah orang
lain kebagian makanan atau tidak. Mestinya orang kristen memikirkan apa yang
bisa mereka berikan untuk Tuhan / gereja, bukan apa yang bisa mereka ambil dari
gereja!
Bandingkan keegoisan orang-orang sesat itu dengan kasih dalam
persekutuan dalam Kis 2:44-47 & Kis 4:32-37.
Penerapan:
d. Perhatikan beberapa komentar di bawah ini.
Thomas Manton:
Bandingkan kata-kata Manton ini dengan 2 ayat di bawah ini:
Thomas Manton:
"In the use
of pleasures and outward comforts there should be much caution"
(= Dalam penggunaan kenikmatan dan kesenangan lahiriah harus ada kewaspadaan).
Bandingkan
dengan Ayub, yang setiap kali anak-anaknya selesai mengadakan pesta, lalu
mempersembahan korban (Ayub 1:5). Bdk. juga Luk 21:34.
Penerapan:
apakah saudara waspada pada saat sedang mengalami kesenangan / kemewahan?
2. ‘mereka
bagaikan awan yang tak berair, yang berlalu ditiup angin’
(ay 12b).
Awan menjanjikan hujan, tetapi ternyata tidak memberikan setetes
airpun. Arti: orang-orang itu kelihatannya hebat dan menjanjikan, tetapi tidak
memberikan / menghasilkan apapun yang baik.
Bdk.
Amsal 25:14 - "Awan dan angin tanpa
hujan, demikianlah orang yang menyombongkan diri dengan hadiah yang tidak
pernah diberikannya".
Kata-kata
yang saya garisbawahi itu oleh KJV diterjemahkan ‘false
gift’ (= hadiah / karunia palsu).
Bandingkan
juga dengan Ul 32:2 - "Mudah-mudahan
pengajaranku menitik laksana hujan, perkataanku menetes laksana embun, laksana
hujan renai ke atas tunas muda, dan laksana dirus hujan ke atas
tumbuh-tumbuhan".
Ayat
ini membandingkan pengajaran Firman Tuhan dengan hujan.
Jadi
sepertinya orang-orang sesat ini menjanjikan dalam pengajaran Firman, tetapi
ternyata nol besar.
Penerapan:
Ada
banyak orang yang kelihatannya menjanjikan dalam pengajaran Firman, misalnya
orang yang pandai / berIQ tinggi, mempunyai gelar theologia yang tinggi, dsb,
tetapi ternyata sama sekali tak ada gunanya dalam gereja, dan bahkan merusak
gereja dengan ajaran sesatnya. Karena itu jangan terlalu cepat terpikat dengan
kepandaian / IQ yang tinggi maupun gelar theologia. Sekalipun 2 hal ini memang
penting, tetapi harus disertai kwalitas yang lain, seperti hikmat, theologia
yang benar, karunia berkhotbah / mengajar, kerohanian yang baik, dsb.
3. ‘mereka
bagaikan pohon-pohon yang dalam musim gugur tidak menghasil-kan buah,
pohon-pohon yang terbantun dengan akar-akarnya dan yang mati sama sekali’
(ay 12c).
a Kata-kata ‘mati sama sekali’ terjemahan hurufiahnya adalah ‘twice
dead’ (= mati dua kali),
tetapi mungkin sekali artinya memang adalah ‘mati sama sekali’.
b. ‘yang terbantun dengan akar-akarnya’.
NIV/NASB: ‘uprooted’
(= tercabut dengan akar-akarnya).
Kata-kata
ini seharusnya terletak pada akhir ay 12, setelah kata-kata ‘twice
dead’ (= mati dua kali / mati sama
sekali).
c. Pohon seharusnya menghasilkan buah, tetapi pohon pada musim
gugur kehilangan semua daun dan buah. Ini masih ditambahi istilah ‘twice
dead’ (= mati dua kali / mati sama
sekali) dan ‘uprooted’
(= tercabut dengan akar-akarnya).
Semua ini menunjukkan betapa tidak bergunanya pohon itu.
4. ‘Mereka
bagaikan ombak laut yang ganas, yang membuihkan keaiban mereka sendiri’
(ay 13a).
‘Ombak laut’ adalah sesuatu yang kelihatan hebat, tetapi hanya
menghasilkan buih dan bahkan kotoran di pantai.
‘Ombak
laut’ juga menunjukkan keadaan hati yang gelisah, tanpa damai. Bdk. Yes
57:20-21 - "Tetapi orang-orang fasik
adalah seperti laut yang berombak-ombak sebab tidak dapat tetap tenang, dan
arusnya menimbulkan sampah dan lumpur. Tiada damai bagi orang-orang fasik
itu, firman Allahku"..
Jadi,
orang-orang sesat ini bukan saja hatinya sendiri yang tidak damai, tetapi mereka
juga merusak damai dalam gereja yang mereka masuki.
5. ‘mereka
bagaikan bintang-bintang yang baginya telah tersedia tempat di dunia
kekelaman untuk selama-lamanya’
(ay 13b).
a. Kata-kata ‘bintang-bintang’ terjemahannya kurang.
KJV/RSV/NIV/NASB: ‘wandering
stars’ (= bintang-bintang yang
mengembara).
Pulpit
Commentary:
"We are to
think of comets, whose course strikes us as erratic, and that after shining for
a time, are lost in the darkness" (=
Kita harus berpikir tentang komet, yang lintasannya kelihatannya tak teratur /
tak menentu, dan yang setelah bersinar untuk suatu waktu, hilang dalam
kegelapan).
Jadi
penafsir ini beranggapan bahwa yang dimaksud ‘bintang yang mengembara’ di
sini adalah sebuah komet, karena komet sepertinya mempunyai lintasan yang tidak
beraturan, muncul sekali selama beberapa saat, lalu lenyap dalam kegelapan untuk
selama-lamanya.
Catatan:
Memang
sebetulnya komet bukanlah bintang, dan komet tidak hilang selama-lamanya. Ia
muncul setiap beberapa puluh atau beberapa ratus tahun sekali. Tetapi perlu
diingat bahwa Kitab Suci bukan kitab ilmu pengetahuan, dan karena itu Kitab Suci
menggambarkan sesuai dengan pandangan dan pengertian orang jaman itu. Bagi
mereka komet adalah bintang, dan setelah muncul sementara waktu lalu terhilang
selama-lamanya.
b. Bagian terakhir dari ay 13b ini menunjukkan akhir dari
orang-orang sesat itu, yaitu masuk ke dalam kegelapan kekal. Jadi berbeda dengan
ke 4 penggambaran sebelumnya yang hanya menunjukkan kondisi / kebrengsekan /
ketidakbergunaan orang-orang sesat itu, maka penggambaran yang ke 5 ini juga
menunjukkan akhir mereka.
Seorang penafsir membandingkan bagian ini dengan kata-kata
‘siksaan api kekal’ dalam ay 7, dan mengatakan bahwa neraka memang
digambarkan sebagai api kekal maupun kegelapan kekal.
Berbeda dengan banyak penafsir yang menganggap bahwa api adalah
simbol, penafsir ini menganggap bahwa api adalah sesuatu yang hurufiah / bukan
simbol. Argumentasinya:
"Fire
is evidently the only word in human language which can suggest the anguish of
perdition. It is the only word in the parable of the wheat and the tares which
our Lord did not interpret (Matt. 13:36-43). He said: ‘The field is the
world,’ ‘the enemy ... is the devil,’ ‘the harvest is the end of the
world,’ ‘the reapers are the angels.’ But we look in vain for such a
statement as, ‘the fire is ...’ The only reasonable explanation is that fire
is not a symbol. It perfectly describes the reality of the eternal
burnings" [= Api jelas merupakan
satu-satunya kata dalam bahasa manusia yang bisa menunjukkan penderitaan dari
penghukuman akhir / neraka. Itu adalah satu-satunya kata dalam perumpamaan
gandum dan lalang yang tidak ditafsirkan oleh Tuhan kita (Mat 13:36-43). Ia
berkata: ‘ladang ialah dunia’, ‘musuh ... ialah Iblis’, ‘waktu menuai
ialah akhir zaman’, para penuai ialah malaikat’. Tetapi kita mencari dengan
sia-sia pernyataan seperti ini, ‘api ialah ...’. Satu-satunya penjelasan
yang masuk akal adalah bahwa api bukanlah simbol. Itu secara sempurna
menggambarkan kenyataan dari pembakaran kekal]
- S. Maxwell Coder, ‘Jude: The Acts of The Apostates’, hal 82.
Kelima point /
penggambaran tentang orang-orang sesat itu menunjukkan bahwa sekalipun mereka
kelihatannya hebat, tetapi mereka bukan hanya tidak berguna, tetapi bahkan
merugikan gereja / kekristenan.
Coba renungkan tentang diri
saudara sendiri: saudara berguna bagi gereja / kekristenan, atau tidak berguna,
atau merugikan?
-AMIN-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali