kebaktian online

G. K. R. I. ‘GOLGOTA’

 

(Rungkut Megah Raya, blok D no 16)

 

Minggu, tgl 1 Agustus 2021, pk 09.00

 

Pdt. Budi Asali, M. Div.

 

yohanes 2:1-11(5)

 

betulkah Yesus mengubah air menjadi anggur?

 

Yoh 2:1-11 - “(1) Pada hari ketiga ada perkawinan di Kana yang di Galilea, dan ibu Yesus ada di situ; (2) Yesus dan murid-muridNya diundang juga ke perkawinan itu. (3) Ketika mereka kekurangan anggur, ibu Yesus berkata kepadaNya: ‘Mereka kehabisan anggur.’ (4) Kata Yesus kepadanya: ‘Mau apakah engkau dari padaKu, ibu? SaatKu belum tiba.’ (5) Tetapi ibu Yesus berkata kepada pelayan-pelayan: ‘Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!’ (6) Di situ ada enam tempayan yang disediakan untuk pembasuhan menurut adat orang Yahudi, masing-masing isinya dua tiga buyung. (7) Yesus berkata kepada pelayan-pelayan itu: ‘Isilah tempayan-tempayan itu penuh dengan air.’ Dan merekapun mengisinya sampai penuh. (8) Lalu kata Yesus kepada mereka: ‘Sekarang cedoklah dan bawalah kepada pemimpin pesta.’ Lalu merekapun membawanya. (9) Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu - dan ia tidak tahu dari mana datangnya, tetapi pelayan-pelayan, yang mencedok air itu, mengetahuinya - ia memanggil mempelai laki-laki, (10) dan berkata kepadanya: ‘Setiap orang menghidangkan anggur yang baik dahulu dan sesudah orang puas minum, barulah yang kurang baik; akan tetapi engkau menyimpan anggur yang baik sampai sekarang.’ (11) Hal itu dibuat Yesus di Kana yang di Galilea, sebagai yang pertama dari tanda-tandaNya dan dengan itu Ia telah menyatakan kemuliaanNya, dan murid-muridNya percaya kepadaNya.”.

 

2) Banyaknya air yang bisa ditampung oleh tempayan-tempayan itu.

 

Adam Clarke: Containing two or three firkins apiece.’ ... Dr. Cumberland supposes that the Syrian metretes is here meant, which he computes to have held seven pints and one eighth of a pint; and, if this computation be right, the whole six water pots might have contained about fourteen gallons and a quart. Others make each metretes to contain ten gallons and two pints: see Arbuthnot. But the contents of the measures of the ancients are so very uncertain that it is best, in this and numberless other cases, to attempt to determine nothing.[= ‘Masing-masing bisa menampung dua atau tiga buyung’. ... Dr. Cumberland menganggap bahwa METRETES Siria yang dimaksudkan di sini, yang ia hitung bisa menampung 7 1/8 pint; dan, jika perhitungan ini benar, seluruh 6 tempayan itu bisa menampung sekitar 14 ¼ galon (hampir 54 liter). Orang-orang lain membuat setiap METRETES bisa menampung 10 galon dan 2 pint (hampir 39 liter): lihat Arbuthnot. Tetapi isi dari ukuran-ukuran kuno adalah begitu tidak pasti sehingga yang terbaik, dalam kasus ini dan tak terhitung kasus-kasus lain, adalah tidak berusaha untuk menentukan apapun.].

Catatan:

1 gallon = 3,785 liter.

1 Gallon = 8 pints.

1 pint = 0,47325 liter.

 

Lenski: “John adds that the number of pots was six and tells us how much water each (ἀνά, distributive) could hold, namely two or three ‘firkins.’ The Attic μετρητής is estimated at over 8½ gallons (Josephus) and answers in general to the Hebrew bath. The Rabbinists, however, make the bath equal to a little less than 4½ gallons. Which estimate John has in mind is hard to decide, see Smith, Bible Dictionary for all the available data. The higher and more probable estimate reaches at least 110 gallons, the lower and less probable about 60 gallons.” [= Yohanes menambahkan bahwa jumlah dari tempayan-tempayan adalah enam dan memberitahu kita berapa banyak air yang masing-masing (ANA, ‘masing-masing’) bisa tampung, yaitu dua atau tiga ‘buyung’. METRETES / buyung Athena diperkirakan pada lebih dari 8 ½ galon (Josephus) dan secara umum sesuai dengan kata Ibrani ‘BATH’. Tetapi Rabi-rabi membuat BATH sama dengan sedikit lebih sedikit dari 4 ½ gallon. Perkiraan yang mana yang ada dalam pikiran Yohanes sukar untuk diputuskan, lihat Smith, Bible Dictionary untuk semua data yang tersedia. Perkiraan yang lebih tinggi dan lebih memungkinkan mencapai sedikitnya 110 gallon (415 liter), perkiraan yang lebih rendah dan lebih tidak memungkinkan sekitar 60 gallon (226 liter).].

 

William Barclay: At the door, there were six great water jars. The word that the Authorized Version translates as ‘firkin’ represents the Hebrew measure called the bath, which was a measure equivalent to between eight and nine gallons. The jars were very large; they would each hold between twenty and thirty gallons. [= Di dekat pintu, di sana ada enam tempayan air yang besar. Kata yang Authorized Version (KJV) terjemahkan sebagai ‘firkin’ {= buyung} mewakili ukuran Ibrani yang disebut BATH, yang adalah suatu ukuran yang setara dengan antara delapan dan sembilan gallon. Tempayan-tempayan itu sangat besar; mereka masing-masing menampung antara dua puluh dan tiga puluh galon (95,6 - 143,4 liter).].

Catatan: Jadi 6 tempayan bisa menampung 573,6 - 860,4 liter.

 

Calvin: “‘And there were there six water-pots of stone.’ According to the computation of Budaeus, we infer that these water-pots were very large; for as the metreta (μετρητης) contains twenty congii, each contained, at least, a Sextier of this country. Christ supplied them, therefore, with a great abundance of wine, as much as would be sufficient for a banquet to a hundred and fifty men. Besides, both the number and the size of the water-pots serve to prove the truth of the miracle. If there had been only two or three jars, many might have suspected that they had been brought from some other place. If in one vessel only the water had been changed into wine, the certainty of the miracle would not have been so obvious, or so well ascertained. It is not, therefore, without a good reason that the Evangelist mentions the number of the water-pots, and states how much they contained. [= ‘Dan di sana ada enam tempayan’. Menurut perhitungan dari Budaeus, kami menyimpulkan bahwa tempayan-tempayan ini sangat besar; karena ‘buyung’ (METRETES) bisa menampung 20 congii, masing-masing bisa menampung, sedikitnya satu Sextier dari negara ini. Karena itu, Kristus menyuplai mereka, dengan anggur yang berlimpah-limpah / sangat banyak, sebanyak yang akan mencukupi suatu pesta bagi 150 orang. Disamping, baik jumlah maupun ukuran dari tempayan berfungsi untuk membuktikan kebenaran dari mujizat ini. Seandainya di sana hanya ada dua atau tiga tempayan, banyak orang bisa telah mencurigai bahwa mereka telah dibawa dari tempat lain. Seandainya hanya dalam satu tempayan airnya telah berubah menjadi anggur, kepastian dari mujizat ini tidak akan begitu jelas, atau begitu dipastikan. Karena itu, bukan tanpa alasan bahwa sang Penginjil menyebutkan jumlah dari tempayan, dan menyatakan betapa banyak mereka bisa menampung.].

Catatan: ‘Sextier’ merupakan satuan volume di Savoy pada zaman Calvin, yang saya tidak tahu berapa banyaknya, tetapi ‘congii’ merupakan bentuk jamak dari ‘congius’, yaitu “an ancient Roman liquid measure of one eighth of an amphora, equal in modern terms to about 6.4 pints (3.6 liters).” [= suatu ukuran cairan Roma kuno dari 1/8 dari satu amphora, setara dengan istilah modern sekitar 6,4 pint (3,6 liter)] - https://www.google.com/search?client=firefox-b-d&q=congii

 

Jadi, Calvin menganggap satu congius bisa menampung 1/8 x 3,6 liter = 0,45 liter. Satu buyung = 20 congii = 9 liter. Satu tempayan = 2-3 buyung, sehingga enam tempayan secara total bisa menampung 12-18 buyung, atau 108-162 liter.

 

William Hendriksen: “Each (of the jars) holding two or three measures. A measure was the equivalent of about 8½ gallons; hence, each jar was able to hold between 17 and 25 gallons of water. Accordingly, the six jars had a total capacity of between 100 and 150 gallons! But why is this fact stated? Obviously, in order to emphasize the greatness of Christ’s gift!” [= Masing-masing (dari tempayan itu) bisa menampung dua atau tiga buyung. Satu buyung setara dengan sekitar 8 ½ gallon; jadi setiap tempayan bisa menampung antara 17 - 25 gallon air. Maka enam tempayan mempunyai kapasitas total antara 100-150 gallon (378-567 liter)! Tetapi mengapa fakta ini dinyatakan? Jelas, untuk menekankan kebesaran dari pemberian / karunia Kristus!].

 

Sekalipun semua penafsir berbeda-beda dalam menentukan banyaknya air yang menjadi anggur itu, tetapi yang jelas, itu tetap merupakan jumlah anggur yang sangat banyak!

 

3) Yesus menyuruh mengisi keenam tempayan itu dengan air sampai penuh, lalu menyuruh mereka mencedoknya dan membawa kepada pemimpin pesta, dan pelayan-pelayan itu mentaatiNya (ay 7-8).

 

Ay 7-8: “(7) Yesus berkata kepada pelayan-pelayan itu: ‘Isilah tempayan-tempayan itu penuh dengan air.’ Dan merekapun mengisinya sampai penuh. (8) Lalu kata Yesus kepada mereka: ‘Sekarang cedoklah dan bawalah kepada pemimpin pesta.’ Lalu merekapun membawanya.”.

 

a)      Ini kelihatan sebagai suatu perintah yang konyol / menggelikan.

 

Pulpit Commentary: “At first the order must have seemed like folly, as when Moses called on Israel to ‘go forward’ into the Red Sea, or as when Jesus said to the paralytic, ‘Take up thy bed, and walk.’” [= Mula-mula perintah itu pasti kelihatan seperti kebodohan, seperti pada waktu Musa menyuruh bangsa Israel untuk maju ke dalam Laut Merah, atau seperti pada waktu Yesus berkata kepada orang lumpuh, ‘Angkat tilammu dan berjalanlah’.].

 

Juga Naaman disuruh mandi 7 x di sungai Yordan (2Raja 5:10), dan 10 orang kusta disuruh menghadap imam (Luk 17:11-19), perintah untuk mengangkat batu penutup kubur Lazarus yang sudah mati 4 hari (Yoh 11:39), perintah supaya Petrus memancing ikan yang nanti ada uangnya (Mat 17:27).

 

Calvin: “‘Fill the water-pots with water.’ The servants might be apt to look upon this injunction as absurd; for they had already more than enough of water. But in this way the Lord often acts towards us, that his power may be more illustriously displayed by an unexpected result; though this circumstance is added to magnify the miracle; for when the servants drew wine out of vessels which had been filled with water, no suspicion can remain. [= ‘Isilah tempayan-tempayan itu penuh dengan air.’ Pelayan-pelayan itu bisa condong untuk menganggap perintah ini sebagai konyol / menggelikan; karena mereka telah mempunyai air lebih dari cukup. Tetapi dengan cara ini Tuhan sering bertindak terhadap kita, supaya kuasaNya bisa ditunjukkan dengan lebih menonjol oleh suatu hasil yang tidak terduga; sekalipun keadaan ini ditambahkan untuk memperbesar mujizat itu; karena pada saat pelayan-pelayan mencedok anggur dari tempayan-tempayan yang telah dipenuhi dengan air, tak ada kecurigaan bisa tersisa.].

 

b)      Tempayan-tempayan itu diisi penuh dengan air.

 

William Hendriksen: “Also this detail of the story places the emphasis on the greatness of the gift. Besides, the phrase ‘with water’ is added, to show that the jars contained nothing else, and that nothing else could be added, for they were full to the very top.” [= Juga detail dari cerita ini memberikan penekanan pada besarnya pemberian itu. Disamping, kata-kata ‘dengan air’ ditambahkan, untuk menunjukkan bahwa tempayan-tempayan itu tidak berisikan sesuatu yang lain, dan tak ada apapun yang lain bisa ditambahkan, karena tempayan-tempayan itu penuh sampai puncaknya.].

 

c)  Yesus menyuruh para pelayan itu mencedok dari tempayan-tempayan itu dan memberikannya kepada pemimpin pesta. Dan para pelayan itu mentaati perintah Yesus itu.

 

“You would not think of drinking water that is not entirely pure. You may wash your hands with it, but you would certainly not drink it. This ceremonial cleansing ‘water’ may not have been considered suitable for drinking. Wine is to be drunk at such times. I doubt that any devout Jew would have considered drinking water from one of those six stone pots. With this in mind one can better imagine what it must have been like for the servants when they finished filling the stone waterpots and returned to Jesus for further instructions. Not one of them could have ever imagined what Jesus would say next: ‘Now draw some out and take it to the head steward.’ In absolute unbelief they must have thought, ‘I know Mary said to do whatever Jesus said, but surely He can’t be serious! We are to serve this ‘water’ to the head steward? When he finds out it is only water, and not wine, he’ll have our jobs. And if he finds out where this water came from, we’re really in big trouble.’ No one could even remotely imagine what was about to happen. Jesus does not wave his arms over the waterpots, commanding the water to become wine. It appears that He never even touched the water or the pots. Jesus does not even tell them that the water has become wine, or that it is about to do so. As far as they know, Jesus is instructing them to serve water, ceremonial cleansing water, to the head steward no less! This is horrifying! ... As far as we know, the servants immediately obey our Lord. We read of no hesitation, no words of protest.” [= Kamu tidak akan berpikir untuk meminum air yang tidak sepenuhnya murni / bersih. Kamu bisa mencuci tanganmu dengan itu, tetapi kamu pasti tidak akan mau meminumnya. Air untuk pembersihan yang bersifat upacara ini bisa tidak dianggap cocok untuk diminum. Anggur harus diminum pada saat-saat seperti itu. Saya meragukan bahwa ada orang Yahudi yang berbakti pada agama mau mempertimbangkan untuk meminum air dari satu dari tempayan-tempayan itu. Dengan hal ini dalam pikiran, seseorang bisa membayangkan dengan lebih baik seperti apa hal itu bagi pelayan-pelayan itu pada waktu mereka selesai memenuhi tempayan-tempayan itu dan kembali kepada Yesus untuk instruksi-instruksi lebih lanjut. Tidak seorangpun dari mereka bisa pernah membayangkan apa yang Yesus katakan setelah itu: ‘Sekarang cedoklah sedikit dan bawalah kepada pemimpin pesta’. Dalam ketidak-percayaan mutlak / total mereka pasti berpikir, ‘Aku tahu Maria berkata untuk melakukan apapun yang Yesus katakan, tetapi pastilah Ia tidak bisa sungguh-sungguh memaksudkannya! Kami harus memberikan ‘air’ ini kepada pemimpin pesta? Pada waktu ia tahu bahwa itu hanyalah air, dan bukan anggur, ia akan mengambil pekerjaan kami. Dan jika ia tahu dari mana air ini datang, kami sungguh-sungguh ada dalam problem yang besar’. Tidak seorangpun bisa bahkan membayangkan sedikitpun apa yang akan terjadi. Yesus tidak melambaikan lengan / tanganNya atas tempayan-tempayan itu, memerintahkan air itu untuk menjadi anggur. Kelihatannya Ia bahkan tidak pernah menyentuh air atau tempayan-tempayan itu. Yesus bahkan tidak memberitahu mereka bahwa air itu telah menjadi anggur, atau bahwa akan terjadi seperti itu. Sejauh yang mereka tahu, Yesus memerintahkan mereka untuk memberikan air, air pembersih yang bersifat upacara, kepada pemimpin pesta! Ini menakutkan! ... Sejauh yang kami tahu, pelayan-pelayan itu segera mentaati Tuhan kita. Kita tidak membaca ada keragu-raguan, atau kata-kata protes.] - https://bible.org/seriespage/5-first-sign-jesus-turns-water-wine-john-21-11

 

d) Tidak ada pameran, upacara dsb pada waktu Yesus melakukan mujizat ini.

 

Matthew Henry: As soon as they had filled the water-pots, presently he said, ‘Draw out now’ (v. 8), and it was done, (a.) Without any ceremony, in the eye of the spectators. One would have thought, as Naaman, he should have come out, and stood, and called on the name of God, 2 Kings 5:11. No, he sits still in his place, says not a word, but wills the thing, and so works it. Note, Christ does great things and marvellous without noise, works manifest changes in a hidden way. Sometimes Christ, in working miracles, used words and signs, but it was for their sakes that stood by, ch. 11:42.[= Begitu mereka telah memenuhi tempayan-tempayan itu, Ia segera berkata, ‘Cedoklah sekarang’ (ay 8), dan itu dilakukan, (a.) Tanpa upacara apapun, di depan mata penonton-penonton. Seseorang akan berpikir, seperti Naaman, ‘ia datang ke luar, dan berdiri, dan memanggil nama Allah’, 2Raja 5:11. Tidak, Ia duduk diam di tempatNya, tidak mengatakan sepatah katapun, tetapi menghendaki hal itu, dan dengan demikian mengerjakannya. Perhatikan, Kristus melakukan hal-hal yang besar dan luar biasa / mengherankan tanpa bunyi, pekerjaan-pekerjaan menunjukkan perubahan-perubahan dengan cara tersembunyi. Kadang-kadang Kristus, dalam mengerjakan mujizat-mujizat, menggunakan kata-kata dan gerakan-gerakan, tetapi itu adalah demi mereka yang berdiri di dekatNya, psl 11:42.].

 

Yoh 11:41-43 - “(41) Maka mereka mengangkat batu itu. Lalu Yesus menengadah ke atas dan berkata: ‘Bapa, Aku mengucap syukur kepadaMu, karena Engkau telah mendengarkan Aku. (42) Aku tahu, bahwa Engkau selalu mendengarkan Aku, tetapi oleh karena orang banyak yang berdiri di sini mengelilingi Aku, Aku mengatakannya, supaya mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.’ (43) Dan sesudah berkata demikian, berserulah Ia dengan suara keras: ‘Lazarus, marilah ke luar!’”.

 

Barnes’ Notes: “As soon as they were filled the servants were directed to take to the governor of the feast. Jesus made no parade about it, and it does not even appear that he approached the waterpots. He willed it, and it was done. This was a clear exertion of divine power,” [= Begitu tempayan-tempayan itu dipenuhi pelayan-pelayan itu diperintahkan untuk membawa kepada pemimpin pesta. Yesus tidak membuat pertunjukan / pameran tentang hal itu, dan bahkan tidak ditunjukkan bahwa Ia mendekati tempayan-tempayan itu. Ia menghendaki hal itu, dan hal itu terjadi. Ini merupakan suatu pengerahan yang jelas dari kuasa Ilahi.].

 

Bandingkan dengan para pendeta / gereja yang mau mengadakan KKR kesembuhan dan sebagainya. Mereka iklankan besar-besaran, pasang baliho dsb!

 

d) Yesus tidak mau mengubah batu jadi roti untuk diriNya sendiri (Mat 4:3-4), tetapi Ia mengubah air menjadi anggur, untuk kepentingan orang lain.

 

4) Betulkah Yesus mengubah air menjadi anggur?

Penafsiran-penafsiran yang tidak mempercayai hal ini sebagai mujizat.

 

a)      Teori humor.

 

F. F. Bruce (tentang Yoh 2:9-10): “The point of the Evangelist’s narrative is missed entirely by those popular commentators who suggest that the water remained water all the time, but that Jesus had it served up under the name of wine in a spirit of good-humoured playfullness, while the chief steward accepted it in the same spirit and said, ‘Yes, of course, the best wine! Adam’s wine! But why have you kept it to the last?’” [= Tujuan / gagasan utama dari cerita sang Penginjil gagal ditangkap sepenuhnya oleh penafsir-penafsir populer itu, yang mengusulkan bahwa air tetap tinggal sebagai air selama waktu itu, tetapi bahwa Yesus menyuruh memberikannya dengan nama anggur dalam suatu sikap guyonan yang baik, sedangkan pemimpin pesta menerimanya dengan sikap yang sama dan berkata, ‘Ya, tentu saja, anggur yang terbaik! Anggur dari Adam! Tetapi mengapa engkau menahannya sampai saat terakhir?’] - hal 71-72.

 

“Liberal scholarship is unwilling to take the words of Scripture at face value. They do not believe this was a miracle at all. They explain the story this way: There was a wedding, and they were running out of wine. Jesus told the servants to serve water when the wine ran out. This was like a child’s make-believe tea party. To try to play down the embarrassing situation, the head steward tastes the water that is served in place of the wine and says (in good humor), ‘Good wine!’ Then, someone else at the celebration catches the spirit of the moment and adds, ‘Yes, this is the best wine yet!’” [= Pengetahuan sarjana liberal tidak mau menerima kata-kata dari Kitab Suci apa adanya / sebagai kebenaran. Mereka tidak percaya ini adalah suatu mujizat sama sekali. Mereka menjelaskan cerita itu dengan cara ini: Di sana ada suatu pernikahan, dan mereka kehabisan anggur. Yesus menyuruh pelayan-pelayan menyajikan air pada waktu anggur habis. Ini adalah seperti seorang anak yang bermain pesta-pestaan. Untuk meminimalisir keadaan yang memalukan itu, pemimpin pesta mencicipi air yang disajikan sebagai pengganti anggur dan berkata (dengan sikap menghargai kejenakaan yang baik), ‘Anggur yang bagus!’ Lalu, seseorang lain pada perayaan itu menyadari / mengerti arti dari keadaan itu dan menambahkan, ‘Ya, ini adalah anggur yang terbaik!’] - https://bible.org/seriespage/5-first-sign-jesus-turns-water-wine-john-21-11

 

b)      Penjelasan William Barclay.

 

William Barclay: Now we must think of the deep and permanent truth which John is seeking to teach when he tells this story. We must remember that John was writing out of a double background. He was a Jew and he was writing for Jews; but his great object was to write the story of Jesus in such a way that it would come home also to the Greeks. Let us look at it first of all from the Jewish point of view. We must always remember that beneath John’s simple stories there is a deeper meaning which is open only to those who have eyes to see. In all his gospel, John never wrote an unnecessary or an insignificant detail. Everything means something, and everything points beyond. ... There is another thing to note in this connection. There were six water pots; each held between twenty and thirty gallons of water; Jesus turned the water into wine. That would give anything up to 180 gallons of wine. Simply to state that fact is to show that John did not mean the story to be taken with crude literalness. What John did mean to say is that when the grace of Jesus comes to men and women there is enough and to spare for all. No wedding party on earth could drink 180 gallons of wine. No need on earth can exhaust the grace of Christ; there is a glorious superabundance in it. John is telling us that in Jesus ... the grace has become illimitable, sufficient and more than sufficient for every need. ... To the Jews, John said: ‘Jesus has come to turn the imperfection of the law into the perfection of grace.’ [= Sekarang kita harus memikirkan kebenaran yang dalam dan permanen yang Yohanes sedang berusaha untuk ajarkan pada waktu ia menceritakan cerita ini. Kita harus mengingat bahwa Yohanes sedang menulis dari suatu latar belakang ganda. Ia adalah seorang Yahudi dan ia sedang menulis untuk orang-orang Yahudi; tetapi tujuannya yang besar / agung adalah untuk menulis cerita Yesus dengan cara sedemikian rupa sehingga itu juga menjadi jelas juga bagi orang-orang Yunani. Mari kita melihat pertama-tama dari sudut pandang Yahudi. Kita harus selalu mengingat bahwa di bawah cerita-cerita yang sederhana dari Yohanes di sana ada suatu arti yang lebih dalam yang terbuka hanya bagi mereka yang mempunyai mata untuk melihat. Dalam seluruh Injilnya, Yohanes tidak pernah menuliskan detail yang tidak perlu atau tidak berarti. Segala sesuatu berarti sesuatu, dan segala sesuatu menunjuk lebih jauh. ... Di sana ada suatu hal lain untuk diperhatikan dalam hubungan ini. Di sana ada enam tempayan; masing-masing bisa menampung 20 atau 30 gallon air; Yesus mengubah air itu menjadi anggur. Itu akan memberikan sampai 180 gallon anggur. Hanya / sekedar menunjukkan fakta itu berarti bahwa Yohanes tidak memaksudkan cerita itu untuk diterima / dimengerti dengan kehurufiahan yang kasar / sederhana / tidak berhati-hati. Apa yang Yohanes bermaksud untuk mengatakan adalah bahwa pada waktu kasih karunia Yesus datang kepada laki dan perempuan di sana ada cukup dan menyuplai untuk semua. Tak ada pesta pernikahan di bumi bisa meminum 180 galon anggur. Tak ada kebutuhan di bumi bisa menghabiskan kasih karunia Kristus; di sana ada suatu keberlimpahan yang mulia di dalamnya. Yohanes sedang memberitahu kita bahwa dalam Yesus ... kasih karunia telah menjadi tidak bisa dibatasi, cukup dan lebih dari cukup untuk setiap kebutuhan.  ... Bagi orang-orang Yahudi, Yohanes berkata: ‘Yesus telah datang untuk mengubah ketidak-sempurnaan dari hukum Taurat menjadi kesempurnaan kasih karunia’.].

 

William Barclay: Let us look at it now from the Greek point of view. It so happens that the Greeks actually possessed stories like this. Dionysos was the Greek god of wine. Pausanias was a Greek who wrote a description of his country and of its ancient ceremonies. In his description of Elis, he describes an old ceremony and belief: ‘Between the market place and the Menius is an old theatre and a sanctuary of Dionysos; the image is by Praxiteles. No god is more revered by the Eleans than Dionysos is, and they say that he attends their festival of the Thyia. The place where they hold the festival called the Thyia is about a mile from the city. Three empty kettles are taken into the building and deposited there by the priests in the presence of the citizens and of any strangers who may happen to be staying in the country. On the doors of the buildings the priests, and all who choose to do so, put their seals. Next day they are free to examine the seals, and on entering the building they find the kettles full of wine. I was not there myself at the time of the festival, but the most respectable men of Elis, and strangers too, swore that the facts were as I have said.’ So the Greeks, too, had their stories like this; and it is as if John said to them: ‘You have your stories and your legends about your gods. They are only stories and you know that they are not really true. But Jesus has come to do what you have always dreamed that your gods could do. He has come to make the things you longed for come true.’ ... To the Greeks, he said: ‘Jesus has come really and truly to do the things you only dreamed the gods could do.’ [= Sekarang mari kita melihatnya dari sudut pandang Yunani. Kebetulan bahwa orang-orang Yunani sungguh-sungguh mempunyai cerita-cerita seperti ini. Dionysos adalah dewa anggur Yunani. Pausianias adalah seorang Yunani yang menulis suatu penggambaran tentang negaranya dan tentang upacara-upacara kunonya. Dalam penggambarannya tentang Elis, ia menggambarkan suatu upacara dan kepercayaan kuno: ‘Antara pasar dan Menius ada suatu theater tua dan suatu kuil dari Dionysos; Patungnya dibuat oleh Praxiteles. Tidak ada dewa yang lebih dipuja oleh orang-orang Elis dari pada Dionysos, dan mereka berkata bahwa ia menghadiri pesta / perayaan Thyia mereka. Tempat dimana mereka mengadakan pesta / perayaan yang disebut Thyia berada sekitar satu mil dari kota. Tiga ceret kosong dibawa ke dalam bangunan itu dan diletakkan di sana oleh imam-imam di hadapan warga dan orang asing manapun yang kebetulan tinggal di negara itu. Pada pintu-pintu dari bangunan imam-imam, dan semua orang yang memilih untuk melakukan demikian, memasang segel-segel / meterai-meterai mereka. Hari berikutnya mereka bebas / boleh memeriksa segel-segel / meterai-meterai itu, dan pada waktu memasuki bangunan mereka mendapati ceret-ceret itu penuh dengan anggur. Saya sendiri tidak berada di sana pada saat pesta / perayaan itu, tetapi orang-orang terhormat dari Elis, dan orang-orang asing juga, bersumpah bahwa faktanya adalah seperti yang telah saya katakan’. Jadi orang-orang Yunani juga mempunyai cerita-cerita mereka seperti ini; dan itu adalah seakan-akan Yohanes berkata kepada mereka: ‘Kamu mempunyai cerita-ceritamu dan dongeng-dongengmu tentang dewa-dewamu. Itu hanya cerita dan kamu tahu bahwa itu tidak sungguh-sungguh benar. Tetapi Yesus telah datang untuk melakukan apa yang kamu selalu mimpikan bahwa dewa-dewamu bisa melakukannya. Ia telah datang untuk membuat hal-hal yang kamu rindukan menjadi kenyataan’. ... Bagi orang-orang Yunani, ia berkata: ‘Yesus telah sungguh-sungguh datang dan sungguh-sungguh melakukan hal-hal yang kamu hanya mimpikan dewa-dewa bisa lakukan’.].

 

Catatan:

1.  Elis adalah nama daerah Yunani kuno (https://en.wikipedia.org/wiki/Elis).

2.  Menius saya tak tahu dengan pasti, karena tidak bisa mencarinya. Tetapi kelihatannya itu nama suatu tempat di Yunani kuno juga.

3.  Praxiteles adalah nama seorang pemahat yang terkenal pada abad 4 S. M. (https://en.wikipedia.org/wiki/Praxiteles).

4.  Thyia juga adalah nama seorang dewi Yunani kuno [https://en.wikipedia.org/wiki/Thyia_(naiad)].

 

c)  Kelihatannya ada juga orang-orang yang menganggap bahwa semua ini hanyalah semacam trik sulap yang dilakukan oleh Yesus.

 

Bantahannya:

 

1.  Tentang ‘teori humor’ ini perhatikan komentar F. F. Bruce di bawah ini.

F. F. Bruce: “Such a reconstruction is not even worthy to be dignified with the name of rationalization.” [= Rekonstruksi seperti itu bahkan tidak layak untuk dihormati dengan sebutan rasionalisasi.] - ‘The New Testament Documents: Are They Reliable?’, hal 69.

 

Dalam bukunya di atas ini F. F. Bruce juga memberikan dua text sebagai dasar untuk menentang ‘teori humor’ ini:

 

a.  Ay 11: Hal itu dibuat Yesus di Kana yang di Galilea, sebagai yang pertama dari tanda-tandaNya dan dengan itu Ia telah menyatakan kemuliaanNya, dan murid-muridNya percaya kepadaNya..

 

Ayat ini secara mutlak memastikan bahwa Yesus betul-betul mengubah air menjadi anggur.

 

b.  Yoh 20:30-31 - “(30) Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-muridNya, yang tidak tercatat dalam kitab ini, (31) tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam namaNya..

 

Yoh 20:30-31 ini menyatakan tujuan penulisan seluruh Injil Yohanes.

 

Kedua text ini menjadi konyol kalau ‘teori humor’ itu benar!

 

2.  Tentang kata-kata William Barclay:

 

a.  Dua komentar yang ia berikan saling bertentangan. Yang dari sudut pandang Yahudi, cerita itu tidak sungguh-sungguh terjadi, dan lalu ia menafsirkannya secara alegoris. Yang dari sudut pandang Yunani ia menyatakan cerita itu benar-benar terjadi.

 

b.  Barclay memaksakan pengalegorian, hanya dengan alasan bahwa tak ada pesta yang bisa menghabiskan 180 gallon anggur.

 

Ini jawabannya:

 

(1)     Apapun alasannya, pengalegorian suatu cerita sejarah merupakan suatu cara penafsiran yang menyalahi prinsip Hermeneutics!

 

(2)     Yang bilang anggur itu dihabiskan siapa?

Tidak ada yang aneh kalau Yesus memberikan anggur berlimpah-limpah / berlebih-lebihan. Dalam pelipat-gandaan roti dan ikan, yang terjadi 2 x, juga akhirnya berlebihan.

 

Mat 16:9-10 - “(9) Belum juga kamu mengerti? Tidak kamu ingat lagi akan lima roti untuk lima ribu orang itu dan berapa bakul roti kamu kumpulkan kemudian? (10) Ataupun akan tujuh roti untuk empat ribu orang itu dan berapa bakul kamu kumpulkan kemudian?”.

 

Mat 14:19-20 - “(19) Lalu disuruhNya orang banyak itu duduk di rumput. Dan setelah diambilNya lima roti dan dua ikan itu, Yesus menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-muridNya, lalu murid-muridNya membagi-bagikannya kepada orang banyak. (20) Dan mereka semuanya makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa, dua belas bakul penuh.”.

 

Mat 15:32-38 - “(32) Lalu Yesus memanggil murid-muridNya dan berkata: ‘HatiKu tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak itu. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan. Aku tidak mau menyuruh mereka pulang dengan lapar, nanti mereka pingsan di jalan.’ (33) Kata murid-muridNya kepadaNya: ‘Bagaimana di tempat sunyi ini kita mendapat roti untuk mengenyangkan orang banyak yang begitu besar jumlahnya?’ (34) Kata Yesus kepada mereka: ‘Berapa roti ada padamu?’ ‘Tujuh,’ jawab mereka, ‘dan ada lagi beberapa ikan kecil.’ (35) Lalu Yesus menyuruh orang banyak itu duduk di tanah. (36) Sesudah itu Ia mengambil ketujuh roti dan ikan-ikan itu, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada murid-muridNya, lalu murid-muridNya memberikannya pula kepada orang banyak. (37) Dan mereka semuanya makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa, tujuh bakul penuh. (38) Yang ikut makan ialah empat ribu laki-laki, tidak termasuk perempuan dan anak-anak.”.

 

Juga mujizat penangkapan ikan, 153 ekor.

 

Yoh 21:5-11 - “(5) Kata Yesus kepada mereka: ‘Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-pauk?’ Jawab mereka: ‘Tidak ada.’ (6) Maka kata Yesus kepada mereka: ‘Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh.’ Lalu mereka menebarkannya dan mereka tidak dapat menariknya lagi karena banyaknya ikan. (7) Maka murid yang dikasihi Yesus itu berkata kepada Petrus: ‘Itu Tuhan.’ Ketika Petrus mendengar, bahwa itu adalah Tuhan, maka ia mengenakan pakaiannya, sebab ia tidak berpakaian, lalu terjun ke dalam danau. (8) Murid-murid yang lain datang dengan perahu karena mereka tidak jauh dari darat, hanya kira-kira dua ratus hasta saja dan mereka menghela jala yang penuh ikan itu. (9) Ketika mereka tiba di darat, mereka melihat api arang dan di atasnya ikan dan roti. (10) Kata Yesus kepada mereka: ‘Bawalah beberapa ikan, yang baru kamu tangkap itu.’ (11) Simon Petrus naik ke perahu lalu menghela jala itu ke darat, penuh ikan-ikan besar: seratus lima puluh tiga ekor banyaknya, dan sungguhpun sebanyak itu, jala itu tidak koyak.”.

 

Luk 5:4-7 - “(4) Setelah selesai berbicara, Ia berkata kepada Simon: ‘Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan.’ (5) Simon menjawab: ‘Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga.’ (6) Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak. (7) Lalu mereka memberi isyarat kepada teman-temannya di perahu yang lain supaya mereka datang membantunya. Dan mereka itu datang, lalu mereka bersama-sama mengisi kedua perahu itu dengan ikan hingga hampir tenggelam.”.

 

Hal seperti itu juga dilakukan oleh nabi Elisa.

 

2Raja 4:1-7 - “(1) Salah seorang dari isteri-isteri para nabi mengadukan halnya kepada Elisa, sambil berseru: ‘Hambamu, suamiku, sudah mati dan engkau ini tahu, bahwa hambamu itu takut akan TUHAN. Tetapi sekarang, penagih hutang sudah datang untuk mengambil kedua orang anakku menjadi budaknya.’ (2) Jawab Elisa kepadanya: ‘Apakah yang dapat kuperbuat bagimu? Beritahukanlah kepadaku apa-apa yang kaupunya di rumah.’ Berkatalah perempuan itu: ‘Hambamu ini tidak punya sesuatu apapun di rumah, kecuali sebuah buli-buli berisi minyak.’ (3) Lalu berkatalah Elisa: ‘Pergilah, mintalah bejana-bejana dari luar, dari pada segala tetanggamu, bejana-bejana kosong, tetapi jangan terlalu sedikit. (4) Kemudian masuklah, tutuplah pintu sesudah engkau dan anak-anakmu masuk, lalu tuanglah minyak itu ke dalam segala bejana. Mana yang penuh, angkatlah!’ (5) Pergilah perempuan itu dari padanya; ditutupnyalah pintu sesudah ia dan anak-anaknya masuk; dan anak-anaknya mendekatkan bejana-bejana kepadanya, sedang ia terus menuang. (6) Ketika bejana-bejana itu sudah penuh, berkatalah perempuan itu kepada anaknya: ‘Dekatkanlah kepadaku sebuah bejana lagi,’ tetapi jawabnya kepada ibunya: ‘Tidak ada lagi bejana.’ Lalu berhentilah minyak itu mengalir. (7) Kemudian pergilah perempuan itu memberitahukannya kepada abdi Allah, dan orang ini berkata: ‘Pergilah, juallah minyak itu, bayarlah hutangmu, dan hiduplah dari lebihnya, engkau serta anak-anakmu.’”.

 

Jadi, tidak ada alasan bahwa 180 gallon anggur itu terlalu banyak untuk pesta itu, dan karena itu harus dialegorikan!

 

3.  Tentang pandangan orang-orang yang menganggap bahwa cerita Yesus mengubah air menjadi anggur itu hanyalah suatu trik (semacam trik pesulap), maka perhatikan komentar-komentar di bawah ini:

 

J. C. Ryle: ‘Up to the brim.’ This circumstance is no doubt mentioned in order to show that there was no room left for trick, jugglery, or imposture. What was put into the water-pots was water, and only water, and they were so filled that nothing could be infused, or mingled with their contents. [= ‘Sampai penuh’. Keadaan ini tidak diragukan disebutkan untuk menunjukkan bahwa di sana tidak ada kesempatan yang tertinggal untuk trik, keahlian, atau penipuan. Apa yang dimasukkan ke dalam tempayan-tempayan adalah air, dan hanya air, dan tempayan-tempayan itu begitu dipenuhi sehingga tidak ada apapun bisa dimasukkan, atau dicampurkan dengan isi tempayan-tempayan itu.] - ‘Expository Thoughts on the Gospels: John vol I’ (Libronix).

 

Barnes’ Notes: And knew not whence it was.’ This is said, probably, to indicate that his judgment was not biased by any favor, or any lack of favor, toward Jesus. Had he known what was done, he would have been less likely to have judged impartially. As it is, we have his testimony that this was REAL wine, and of so fine a body and flavor as to surpass that which had been provided for the occasion. Everything in this miracle shows that there was no collusion or understanding between Jesus and any of the persons at the feast.” [= ‘Dan ia tidak tahu dari mana datangnya’. Ini dikatakan, mungkin untuk menunjukkan bahwa penilaiannya tidak dicondongkan oleh kesukaan, atau ketidak-sukaan, terhadap Yesus. Seandainya ia tahu apa yang telah dilakukan, akan lebih sedikit kemungkinannya ia telah menilai secara fair / adil. Dalam sikon sekarang ini, kita mempunyai kesaksiannya bahwa ini adalah anggur yang SUNGGUH-SUNGGUH, dan begitu bagus / enak dalam rasa dan bau sehingga melampaui / melebihi apa yang telah disedikan dalam peristiwa itu. Segala sesuatu dalam mujizat ini menunjukkan bahwa di sana tidak ada persekongkolan untuk menipu atau persetujuan diam-diam antara Yesus dan orang manapun di pesta itu.].

 

Barnes’ Notes: “This is shown to be a REAL miracle by the following considerations: 1. Real water was placed in the vessels. This the servants believed, and there was no possibility of deception. 2. The water was placed where it was not customary to keep wine. It could not be pretended that it was merely a mixture of water and wine. 3. It was judged to be wine without knowing whence it came. There was no agreement between Jesus and the governor of the feast to impose on the guests.” [= Ini ditunjukkan sebagai suatu mujizat yang SUNGGUH-SUNGGUH oleh pertimbangan-pertimbangan yang berikut: 1. Air yang sungguh-sungguh ditempatkan dalam tempayan-tempayan. Pelayan-pelayan percaya ini, dan di sana tidak ada kemungkinan penipuan. 2. Air ditempatkan di tempat dimana tidak biasanya disimpan anggur. Tidak bisa dianggap bahwa itu hanyalah semata-mata suatu campuran air dan anggur. 3. Itu dinilai sebagai anggur tanpa mengetahui dari mana itu datang. Di sana tidak ada persetujuan antara Yesus dan pemimpin pesta untuk menipu tamu-tamu.].

 

Jamieson, Fausset & Brown: It will be observed that our Lord here directs everything, but Himself touches nothing: thus excluding all appearance or suspicion of collusion. Compare Elijah’s methods on Carmel, 1 Kings 18:33-35.[= Bisa diperhatikan bahwa Tuhan kita di sini mengarahkan sesuatu, tetapi Ia sendiri tidak menyentuh apapun: dan karena itu membuang semua indikasi atau kecurigaan tentang kolusi / persekongkolan untuk menipu. Bandingkan dengan metode Elia di Karmel, 1Raja 18:33-35.].

 

1Raja 18:33-35 - “(33) Ia menyusun kayu api, memotong lembu itu dan menaruh potongan-potongannya di atas kayu api itu. (34) Sesudah itu ia berkata: ‘Penuhilah empat buyung dengan air, dan tuangkan ke atas korban bakaran dan ke atas kayu api itu!’ Kemudian katanya: ‘Buatlah begitu untuk kedua kalinya!’ Dan mereka berbuat begitu untuk kedua kalinya. Kemudian katanya: ‘Buatlah begitu untuk ketiga kalinya!’ Dan mereka berbuat begitu untuk ketiga kalinya, (35) sehingga air mengalir sekeliling mezbah itu; bahkan parit itupun penuh dengan air..

 

Matthew Henry: “It was certain that this was wine. The governor knew this when he drank it, though he knew not whence it was; the servants knew whence it was, but had not yet tasted it. If the taster had seen the drawing of it, or the drawers had had the tasting of it, something might have been imputed to fancy; but now no room is left for suspicion.” [= Adalah pasti bahwa ini adalah anggur. Pemimpin pesta mengetahui ini pada waktu ia meminumnya, sekalipun ia tidak tahu dari mana datangnya; pelayan-pelayan mengetahui dari mana itu datang, tetapi tidak mengecap / mencicipinya. Seandainya si pengecap melihat pencedokannya, atau para pencedok mengecap / mencicipinya, sesuatu bisa telah dianggap berasal dari imajinasi; tetapi sekarang tak ada kemungkinan yang tersisa untuk kecurigaan.].

 

Orang Kristen sejati harus mempercayai bahwa Yesus betul-betul mengubah air menjadi anggur.

 

The Bible Exposition Commentary: “I am reminded of the story of the drunken coal miner who was converted and became a vocal witness for Christ. One of his friends tried to trap him by asking, ‘Do you believe that Jesus turned water into wine?’ ‘I certainly do!’ the believer replied. ‘In my home, He has turned wine into furniture, decent clothes, and food for my children!’” [= Saya diingatkan tentang cerita tentang seorang pekerja tambang batu bara yang dulunya adalah seorang pemabuk tetapi yang telah bertobat dan menjadi seorang saksi yang vokal bagi Kristus. Salah satu dari teman-temannya mencoba untuk menjebak dia dengan bertanya, ‘Apakah kamu percaya bahwa Yesus mengubah air menjadi anggur?’ ‘Tentu saya percaya’ orang percaya itu menjawab. ‘Di rumahku, Ia telah mengubah anggur menjadi perabot rumah tangga, pakaian-pakaian yang cukup bagus, dan makanan untuk anak-anakku!’].

 

 

 

 

-bersambung-

 

 

Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.

[email protected]

http://golgothaministry.org

Email : [email protected]

CHANNEL LIVE STREAMING YOUTUBE :  bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali

https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ