Eksposisi
Injil Yohanes
oleh: Pdt. Budi
Asali MDiv.
Yohanes 9:8-23
1)
Baik para tetangga dari orang yang tadinya buta itu, maupun orang-orang Farisi /
tokoh-tokoh agama Yahudi menganalisa peristiwa ini:
· para
tetangga mempertanyakan apakah orang yang sekarang sudah melek ini betul-betul
adalah si buta yang biasanya selalu mengemis itu atau tidak (ay 8-9).
· setelah
ada penegasan dari si buta sendiri, lalu para tetangga menanyakan bagaimana
caranya ia bisa disembuhkan (ay 10).
· Orang-orang
Farisi itu juga mempersoalkan kehidupan si penyembuh, apakah sesuai dengan
Firman Allah atau tidak (ay 16).
· Orang-orang
Farisi ini juga mencurigai fakta bahwa orang yang disembuhkan itu tadinya memang
buta (ay 18), dan mereka menyelidikinya sampai pada orang tua si buta (ay
19-23).
Melalui semua analisa ini mereka berusaha mengetahui:
¨ apakah peristiwa itu betul-betul suatu mujijat atau tidak.
¨ apakah itu berasal dari Allah atau setan.
¨ apakah penyembuhnya itu nabi asli atau nabi palsu.
Sebetulnya semua ini penting dan memang harus dilakukan. Bandingkan
dengan banyak orang yang mempercayai begitu saja:
à seadanya
ajaran yang aneh / tak alkitabiah.
à orang
yang mengclaim bahwa dirinya mendapatkan wahyu dari Tuhan (Misalnya buku
“Wahyu Tuhan Yesus tentang neraka”).
à orang
yang mengclaim bahwa dirinya diilhami Tuhan dalam menyampaikan /
menuliskan sesuatu.
à seadanya
orang yang mengaku diri sebagai hamba Tuhan.
à seadanya
gereja yang ada.
à seadanya
buku rohani.
à bahasa
roh yang jaman sekarang banyak terdapat.
à nggeblak
/ tumbang dalam roh.
à seadanya
kesembuhan / mujijat.
à Toronto
Blessing.
tanpa melakukan analisa / pengujian apapun! Ini jelas bertentangan
dengan 1Tes 5:21 dan 1Yoh 4:1.
Tetapi satu hal yang salah dalam diri orang-orang Farisi ini adalah
bahwa mereka melakukan analisa itu dengan hati yang berprasangka / tidak fair.
2)
Yesus melakukan kesembuhan ini pada hari Sabat (ay 14).
a)
Orang-orang Farisi menganggap hal ini sebagai pelanggaran terhadap hukum Sabat
(ay 16a bdk. Mark 3:2).
· William
Barclay mengatakan bahwa orang-orang Farisi punya peraturan sebagai berikut:
“It was
forbidden to heal on the Sabbath. Medical attention could be given only if life
was in actual danger. Even then it must be only such as to keep the patient from
getting worse, not to make him any better”
(= Adalah suatu hal yang terlarang untuk menyembuhkan pada hari Sabat. Perhatian
medis boleh diberikan hanya jika nyawa sungguh-sungguh ada dalam bahaya. Bahkan
pada saat itu hal itu hanya boleh diberikan sedemikian rupa sehingga mencegah si
sakit supaya keadaannya tidak memburuk, bukan untuk membuatnya menjadi lebih
baik).
· Sekalipun
Yesus melanggar peraturan orang Farisi tentang Sabat, jelas bahwa kebencian /
ketidaksenangan orang Farisi terhadap Yesuslah yang menyebabkan mereka
mencari-cari alasan untuk menyalahkan Yesus.
Penerapan:
Hati-hati dengan antipati / prasangka, karena ini bisa menimbulkan
penilaian salah yang sangat tidak fair!
· ‘Pelanggaran
Sabat’ ini mereka pakai untuk menyerang Yesus sebagai ‘tidak datang dari
Allah’ (ay 16).
Pulpit Commentary: “Unbelief always seeks
to justify itself in some way. None are so blind as those who will not see”
(= Ketidakpercayaan selalu mencari pembenaran diri dalam suatu cara tertentu,
Tidak ada yang begitu buta seperti mereka yang tidak mau melihat).
b)
Yesus tidak setuju dengan peraturan dari orang-orang Farisi tentang hari Sabat
ini.
Calvin: “The
words of the Law enjoin men to abstain from their own works only, and not from
the works of God” (= Kata-kata hukum
Taurat memerintahkan orang menjauhkan diri dari pekerjaan mereka saja, dan bukan
dari pekerjaan Allah).
Bdk. Kel 20:8 23:12. Bdk. juga Mat 12:5.
Pulpit Commentary: “Of the three and thirty
miracles of our Lord recorded in the Gospels, no less than seven were performed
on the sabbath day, as if to show, in opposition to Pharisaic perversions, that
works of mercy were essentially included in the sabbath law”
(= Dari 33 mujijat Tuhan kita yang dicatat dalam kitab-kitab Injil, tidak kurang
dari 7 mujijat dilakukan pada hari Sabat, seakan-akan untuk menunjukkan, dalam
menentang penyimpang-an orang-orang Farisi, bahwa pekerjaan belas kasihan secara
hakiki termasuk dalam hukum Sabat).
Catatan: 7
peristiwa / catatan itu: Mat 12:9-15a / Mark 3:1-6 / Luk 6:6-11 Luk
13:10-17 Luk 14:1-6 Yoh 5:1-18 Yoh 9:1-7.
c)
Yesus sudah pernah menyembuhkan orang pada hari Sabat, dan itu menimbulkan
kemarahan para tokoh Yahudi (Mat 12:9-14 / Mark 3:1-6 / Luk 6:6-11 Yoh
5:1-18).
Tetapi karena Ia tahu bahwa tindakannya benar, Ia tidak mau
menghindari hal itu dan tetap menyembuhkan orang pada hari Sabat.
Calvin: “We
are taught by this example that, if we would follow Christ, we must excite the
wrath of the enemies of the Gospel; and that they who endeavour to effect a
compromise between the world and Christ, so as to condemn every kind of
offences, are altogether mad, since Christ, on the contrary, knowingly and
deliberately provoked wicked men” (= Kita
diajar oleh contoh ini bahwa, kalau kita mau mengikut Kristus, kita pasti
membangkitkan kemarahan musuh-musuh Injil; dan bahwa mereka yang berusaha
mengadakan kompromi antara dunia dan Kristus, sehingga mengecam / mengutuk semua
ketersinggungan, adalah gila semuanya, karena Kristus sebaliknya secara sadar
dan sengaja membuat marah orang-orang jahat itu).
Penerapan:
· Kalau
saudara diundang orang kawin / ulang tahun, dan saudara tidak datang karena
harus berbakti / melayani Tuhan, dan hal ini menyebabkan orang itu tersinggung,
apakah saudara lalu menyesalinya? Atau lain kali saudara tetap berani melakukan
hal itu? Beranilah terus melakukan hal yang benar, tak peduli hal itu
menyinggung orang atau tidak!
· Kalau
ada orang yang karena ketaatannya pada Firman Tuhan lalu menyebabkan orang lain
tersinggung, apakah saudara lalu menegur orang itu supaya ia tidak membuat orang
lain tersinggung? Kalau ya, maka saudara termasuk orang yang dikatakan sebagai
gila oleh Calvin!
3)
Terjadi perpecahan dalam kalangan orang Farisi (ay 16).
a)
Golongan yang pertama bertitik tolak dari ‘pelanggaran yang Yesus lakukan
terhadap Sabat’ dan karenanya menganggap Yesus tidak datang dari Allah.
· Pandangan
golongan ini salah karena penyembuhan pada hari Sabat tidak melanggar peraturan
Sabat (Mat 12:11-12 Mark 3:4).
· Ini
adalah golongan mayoritas. Hal ini terlihat dari fakta yang menunjukkan bahwa
pandangan golongan ini yang terus bertahan dalam sepanjang Yoh 9 ini.
b)
Golongan yang kedua bertitik tolak dari penyembuhan / mujijat yang Yesus
lakukan, dan mereka berpendapat bahwa orang berdosa (= orang brengsek) tidak
akan bisa melakukan ini.
· sebetulnya
pandangan ini juga ada salahnya / tidak selalu benar, karena nabi palsu (yang
jelas adalah orang brengsek) bisa melakukan mujijat (Ul 13:1-3 Mat 7:22).
Tetapi perlu juga ditambahkan bahwa keluarbiasaan dari mujijat-mujijat yang
Yesus lakukan seharusnya menyebabkan orang percaya kepada Yesus sebagai Mesias
dan Allah (ay 32-33 bdk. Yoh 15:24).
Tetapi
baca juga 2Tes 2:3-12 Wah 13:11-15 Wah 16:13-14 yang
menunjukkan bahwa pada akhir jaman akan ada banyak mujijat palsu yang luar biasa
hebatnya!
· bagusnya
golongan kedua ini adalah: mereka berani mempertahankan pendapatnya dan bahkan
menyatakannya sekalipun mereka adalah golongan minoritas.
Perpecahan yang terjadi karena Yesus adalah sesuatu yang
‘biasa’, dan karena itulah Yesus berkata bahwa Ia tidak datang membawa
damai tetapi membawa pedang (Mat 10:34-36).
Calvin: “It
is better that men should differ among themselves, than that they should all
with one consent, revolt from the true religion”
(= Adalah lebih baik kalau orang-orang berbeda satu dengan yang lain, dari pada
kalau mereka dengan suara bulat memberontak dari agama yang benar).
Penerapan:
Jangan terlalu cepat merasa bangga kalau melihat gereja saudara
bersatu sedangkan gereja lain pecah. Bisa saja gereja yang pecah itu pecah
karena sebagian jemaatnya nggenah dan sebagian brengsek, sedangkan gereja
saudara tetap bersatu karena semua jemaatnya sama-sama brengsek!
4)
Kalau orang-orang Farisi menganggap bahwa Yesus ‘tidak datang dari Allah’
(ay 16a) dan bahwa Yesus adalah orang berdosa / orang brengsek (ay 24a),
maka orang buta yang telah disembuhkan itu berpendapat bahwa Yesus adalah
seorang nabi (ay 17b).
· Pulpit
Commentary: “How
often a simple, unlettered believer sees what learned rabbis, or doctors, or
synod, cannot see” (= Betapa sering orang
percaya yang sederhana dan tak terpelajar melihat apa yang tidak bisa dilihat
oleh guru-guru, doktor-doktor, atau synode-synode).
· Orang
buta ini berani menyatakan kepercayaannya akan kenabian Yesus kepada orang-orang
Farisi.
Orang-orang Farisi telah mengatakan ay 16a, dan mereka lalu
menanyakan pendapat orang yang tadinya buta itu (ay 17a). Ini tentu dengan
tujuan supaya orang itu menjawab sesuai keinginan mereka. Orang itu tentu tahu
maksud orang-orang Farisi itu, tetapi ia tetap berani menyatakan kenabian Yesus!
Penerapan:
Kalau kita tahu bahwa Yesus bukan hanya nabi tetapi juga Allah dan
Juruselamat, tetapi kita takut untuk menyatakannya, itu keterlaluan!
· Pengakuan
terhadap Yesus sebagai nabi memang belum memadai, tetapi perlu diingat bahwa
orang ini memang belum mendengar apa-apa tentang Yesus. Karena itu
kepercayaannya kepada Yesus sebagai nabi sudah menunjukkan tanggapan yang bagus
sekali terhadap apa yang Yesus lakukan baginya.
Penerapan:
Saudara sudah mendengar banyak tentang Yesus. Bagaimana tanggapan
saudara?
· Pengakuan
terhadap Yesus sebagai nabi ini juga merupakan tanggapan yang sangat penting
karena sebagai orang yang percaya Yesus sebagai nabi ia tentunya akan mau
mendengar dan percaya kepada kata-kata / ajaran Yesus, dan ini membawanya pada
iman kepada Yesus sebagai Mesias dan pada penyembahan terhadap Yesus (ay 35-38).
Penerapan:
Bandingkan dengan banyak orang kristen jaman ini yang hanya mengaku
di mulut bahwa mereka percaya kepada Yesus sebagai Allah dan Juruselamat,
tetapi:
* tidak
mau menghormati / mendengar / percaya / taat pada ajaran Yesus dalam Kitab Suci!
* tidak
mau menghormati / menyembah / memuliakan Yesus dalam hidupnya.
5)
Ay 18a: orang-orang Yahudi / Farisi itu tidak percaya bahwa orang itu
tadinya buta. Ada 2 kemungkinan mengapa ini bisa terjadi:
· Karena
mereka menganggap Yesus melanggar peraturan Sabat, maka mereka menganggap Yesus
adalah orang berdosa / brengsek. Orang berdosa / brengsek tidak mungkin
melakukan mujijat. Karenanya mereka sekarang tidak mau mempercayai mujijatnya.
· Kalau
mereka mempercayai mujijat kesembuhan itu, maka mereka harus mempercayai Yesus
sebagai nabi / Mesias. Mereka tidak mau ini, dan karenanya mereka tidak mau
percaya pada mujijat kesembuhan itu. Ini membutakan diri sendiri.
6)
Pembicaraan orang-orang Yahudi dengan orang tua si buta (ay 18b-23).
a)
Pada saat itu ada kesepakatan para tokoh Yahudi untuk mengucilkan orang yang
mengakui Yesus sebagai Mesias (ay 22).
NASB: should be put out of the synagogue (= harus
dikeluarkan dari sinagog / rumah ibadat).
NIV: would be put out of the synagogue (= akan dikeluarkan
dari sinagog / rumah ibadat).
Penerapan:
Karena itu kalau pada jaman ini di gereja-gereja Liberal ada
‘pengucilan tidak resmi’ terhadap orang-orang kristen / hamba-hamba Tuhan
yang injili, itu tidak perlu diherankan!
Perlu diingat bahwa pada saat itu ‘dikucilkan’ adalah sesuatu
yang sangat berat, karena hanya ada satu ‘gereja’ pada saat itu. Tetapi
sebetulnya, sekalipun jaman sekarang ada banyak gereja, di hadapan Allah juga
hanya ada satu gereja, yaitu Gereja yang Kudus dan Am. Karena itu jangan
remehkan pengucilan, kalau saudara memang bersalah.
b)
Adanya kesepakatan pengucilan itu membuat orang tua si buta ini menjadi takut
untuk menyatakan kebenaran (ay 21-22).
Sekalipun mereka tidak melihat sendiri penyembuhan yang Yesus
lakukan terhadap anak mereka, tetapi tidak mungkin mereka tidak mendengar dari
anak mereka tentang kesembuhan itu. Jadi kata-kata mereka dalam ay 21a
jelas adalah dusta, dan kata-kata mereka dalam ay 21b jelas menunjukkan
bahwa mereka mau lepas tangan dari hal itu, dan melimpahkan semua urusan kepada
anak mereka. Orang berkata bahwa ‘buah jatuh tidak jauh dari pohonnya’.
Tetapi ternyata si buta yang berani ini mempunyai orang tua yang pengecut! Sikap
pengecut seperti ini tidak berbeda dengan cuci tangannya Pontius Pilatus (Mat
27:11-26).
Penerapan:
· Jangan
tidak mau tahu tentang kebenaran, atau tidak berani menyatakan kebenaran, atau
bahkan berdusta (bdk. Mat 10:28).
· Kalau
saudara tidak bersalah, tidak perlu takut terhadap pengucilan!
-AMIN-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali