Eksposisi Injil Yohanes
oleh: Pdt. Budi Asali MDiv.
Ay 20: “Ketika Petrus
berpaling, ia melihat bahwa murid yang dikasihi Yesus sedang mengikuti mereka,
yaitu murid yang pada waktu mereka sedang makan bersama duduk dekat Yesus dan
yang berkata: ‘Tuhan, siapakah dia yang akan menyerahkan Engkau?’”.
Untuk ay 20b,
bandingkan dengan Yoh 13:24-25 - “(24)
Kepada murid itu Simon Petrus memberi isyarat dan berkata: ‘Tanyalah siapa
yang dimaksudkanNya!’ (25) Murid yang duduk dekat Yesus itu berpaling dan
berkata kepadaNya: ‘Tuhan, siapakah itu?’”.
Ay 21: “Ketika Petrus melihat murid
itu, ia berkata kepada Yesus: ‘Tuhan, apakah yang akan terjadi dengan dia
ini?’”.
1)
Arti pertanyaan Petrus.
KJV: ‘Lord, and what shall this man do?’ (=
Tuhan, dan apa yang akan dilakukan orang ini?).
RSV: ‘Lord,
what about this man?’ (= Tuhan, bagaimana tentang orang ini?).
NIV: ‘Lord,
what about him?’ (= Tuhan, bagaimana tentang dia?).
NASB: ‘Lord, and what about this man?’ (= Tuhan, dan
bagaimana tentang orang ini?).
NEB: ‘Lord, what will happen to him?’ (= Tuhan, apa yang
akan terjadi pada dia?).
Kata ‘do’ (= dilakukan) dalam KJV sebetulnya tidak ada
dalam bahasa aslinya, dan Matthew Poole mengatakan bahwa arti sebetulnya dari
pertanyaan ini adalah: ‘Apa yang akan
terjadi dengan orang ini? Bagaimana nasibnya?’.
Pulpit Commentary (hal 515) mengatakan bahwa mungkin maksud
pertanyaan Petrus adalah:
“Is he
destined to suffer and die like me? Or is he destined to a still longer life and
a more peaceful and natural death?” (=
Apakah ia ditentukan untuk menderita dan mati seperti aku? Atau apakah ia
ditentukan pada kehidupan yang lebih panjang dan kematian yang lebih damai dan
alamiah?).
Barnes’ Notes:
“This question probably means, ‘What
death shall he die?’” (= Pertanyaan ini
mungkin artinya ‘Kematian apa yang akan ia alami?’).
2)
Mengapa Petrus menanyakan pertanyaan itu?
Barnes’ Notes:
“it is impossible to ascertain
certainly why Peter asked this question. John was a favorite disciple, and
perhaps Peter suspected that he would have a happier lot, and not be put to
death in this manner. Peter was grieved at the question of Jesus; he was
probably deeply affected with the account of his own approaching sufferings;
and, with perhaps a mixture of grief and envy, he asked what would be his lot.
But it is possible, also, that it was from kindness to John - a deep solicitude
about him, and a wish that he might not die in the same manner as one who had
denied his Lord. Whatever the motive was, it was a curiosity which the Lord
Jesus did not choose to gratify” (=
adalah mustahil untuk memastikan mengapa Petrus menanyakan pertanyaan ini.
Yohanes adalah murid favorit, dan mungkin Petrus curiga bahwa ia akan
mendapatkan nasib yang lebih bahagia, dan tidak dibunuh dengan cara ini. Petrus
sedih pada pertanyaan Yesus; ia mungkin sangat dipengaruhi dengan cerita tentang
penderitaan-penderitaan yang ia dekati / datangi; dan, mungkin dengan suatu
campuran dari kesedihan dan iri hati, ia bertanya bagaimana nasib Yohanes.
Tetapi juga mungkin bahwa itu berasal dari kebaikan kepada Yohanes - suatu
perhatian / kekuatiran tentang dia, dan suatu harapan bahwa ia tidak mati dengan
cara yang sama seperti orang yang telah menyangkal Tuhannya. Apapun motivasinya,
itu merupakan suatu keingin-tahuan yang Tuhan Yesus memilih untuk tidak
memuaskannya).
Ay 22: “Jawab Yesus: ‘Jikalau Aku
menghendaki, supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu.
Tetapi engkau: ikutlah Aku.’”.
Leon Morris
(NICNT): “The
question is an emphatic way of reminding the impulsive leader of the apostolic
band that there are some things which are outside his province”
[= Pertanyaan ini merupakan suatu cara yang tegas yang mengingatkan pemimpin
yang impulsif (punya
sifat menuruti kata hatinya) dari rombongan
rasul ini bahwa ada hal-hal yang berada di luar bidang wewenangnya]
- hal 878.
Pulpit
Commentary: “It
implies that the Lord exercises a Divine sovereignty over the lives and over the
deaths of his servants” (= Secara
implicit ini menunjukkan bahwa Tuhan menjalankan suatu kedaulatan Ilahi atas
kehidupan dan kematian dari hamba-hambaNya)
- hal 515.
Calvin:
“Christ had not intended to pronounce
any thing certain or definite about John, but only to affirm that he had full
power to decide about his life and death”
(= Kristus tidak bermaksud untuk mengumumkan apapun yang pasti tentang Yohanes,
tetapi hanya menegaskan bahwa Ia mempunyai kuasa penuh untuk memutuskan tentang
kehidupan dan kematiannya)
- hal 298.
William
Hendriksen: “Peter
must not be so deeply interested in God’s secret counsel (regarding John) that
he fails to pay attention to God’s revealed will! It is a lesson which every
believer in every age should take to heart”
[= Petrus tidak boleh begitu dalam berminat dalam rencana rahasia Allah
(berkenaan dengan Yohanes) sehingga ia gagal untuk memperhatikan kehendak Allah
yang dinyatakan! Ini merupakan suatu pelajaran yang harus diperhatikan oleh
setiap orang percaya dalam setiap jaman]
- hal 491.
Bdk. Ul 29:29
- “Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi
TUHAN, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita dan bagi
anak-anak kita sampai selama-lamanya, supaya kita melakukan segala perkataan
hukum Taurat ini.’”.
William
Hendriksen: “There
is work to be done. There are souls to be reached. There is a task to be
accomplished. Let Peter rivet all his attention upon this! Some people are
always asking questions. They are asking so many questions that their real
mission in life fails to receive the proper amount of interest and energy. There
are times when questions are out of order”
(= Ada pekerjaan yang harus dilakukan. Ada jiwa-jiwa yang harus dijangkau. Ada
tugas yang harus diselesaikan. Hendaklah Petrus memancangkan seluruh
perhatiannya pada hal ini! Sebagian orang selalu menanyakan
pertanyaan-pertanyaan. Mereka menanyakan begitu banyak pertanyaan sehingga missi
mereka yang sesungguhnya dalam kehidupan tidak menerima perhatian dan tenaga
yang seharusnya) - hal 491.
Jamieson,
Fausset & Brown: “...
our Lord as intending to give no positive indication of John’s fate at all,
but to signify that this was a matter which belonged to the Master of both, who
would disclose or conceal it as He thought proper, and that Peter’s part was
to mind his own affairs” (= ... Tuhan
kita bermaksud untuk sama sekali tidak memberikan petunjuk positif tentang nasib
Yohanes, tetapi menunjukkan bahwa ini merupakan suatu persoalan yang merupakan
milik dari Tuan dari keduanya, yang akan menyingkapkan atau menyembunyikannya
seperti yang Ia anggap tepat / benar, dan bahwa bagian Petrus adalah untuk
memperhatikan urusannya sendiri).
William
Barclay: “Let
a man serve Christ where Christ has set him. As Jesus said to Peter: ‘Never
mind the task that is given to someone else. Your job is to follow me.’ That
is what he is still says to each one of us. Our glory is never in comparison
with other men; our glory is the service of Christ in whatever capacity he has
allotted to us” (= Hendaklah seseorang
melayani Kristus dimana Kristus telah menempatkannya. Seperti Yesus berkata
kepada Petrus: ‘Tak usah pedulikan tugas yang diberikan kepada orang lain.
Tugasmu adalah mengikut Aku’. Itu adalah apa yang tetap Ia katakan kepada
setiap orang dari kita. Kemuliaan kita tidak pernah ada dalam perbandingan
dengan orang-orang lain; kemuliaan kita adalah pelayanan Kristus dalam kapasitas
apapun yang telah Ia berikan kepada kita)
- hal 288.
Matthew Henry:
“Note, It is the will of Christ that
his disciples should mind their own present duty, and not be curious in their
enquiries about future events, concerning either themselves or others”
(= Perhatikan, merupakan kehendak Allah bahwa murid-muridNya memperhatikan
kewajiban mereka sendiri pada saat ini; dan tidak ingin tahu dalam penyelidikan
mereka tentang peristiwa-peristiwa yang akan datang, baik mengenai diri mereka
sendiri ataupun orang-orang lain).
Calvin:
“We have in Peter an instance of our
curiosity, which is not only superfluous, but even hurtful, when we are drawn
aside from our duty by looking at others; for it is almost natural to us to
examine the way in which other people live, instead of examining our own, and to
attempt to find in them idle excuses. ... In the person of one man, therefore,
there is a general reproof of all who look around them in every direction, to
see how other men act, and pay no attention to the duties which God has enjoined
on themselves. ... Out of ten persons it may happen that God shall choose one,
that he may try him by heavier calamities or by vast labours, and that he shall
permit the other nine to remain at ease, or, at least, shall try them lightly.
Besides, God does not treat all in the same manner, but makes trial of every
one as he thinks fit. As there are various kinds of Christian warfare, let
every man learn to keep his own station, and let us not make inquiries like busy
bodies about this or that person, when the heavenly Captain addresses each
of us, to whose authority we ought to be so submissive as to forget every thing
else. ... Christ cuts short his curiosity, by telling him that he ought to obey
the calling of God, and that he has no right to inquire what other people do”
(= Kita mendapat dalam Petrus suatu contoh dari keingin-tahuan kita, yang bukan
hanya berlebihan, tetapi bahkan merugikan, pada waktu kita dibelokkan dari
kewajiban kita dengan melihat kepada orang-orang lain; karena merupakan sesuatu
yang hampir alamiah bagi kita untuk memeriksa cara dengan mana orang-orang lain
hidup, dan bukannya memeriksa kehidupan kita sendiri, dan mencoba untuk
mendapatkan dalam hal-hal itu alasan-alasan yang sia-sia / tak berharga / tak
berdasar. ... Karena itu, dalam diri dari satu orang, ada suatu teguran umum
bagi semua orang yang melihat ke sekeliling mereka di segala arah, untuk melihat
bagaimana orang-orang lain bertindak, dan tidak memperhatikan
kewajiban-kewajiban yang telah Allah perintahkan kepada mereka sendiri. ... Bisa
terjadi bahwa dari 10 orang Allah memilih 1, sehingga Ia mengujinya dengan
malapetaka-malapetaka / bencana-bencana yang lebih berat atau dengan
pekerjaan yang sangat banyak, dan sehingga Ia mengijinkan 9 yang lain tinggal
nyaman, atau setidaknya, Ia mengujinya dengan ringan. Disamping, Allah tidak
memperlakukan semua dengan cara yang sama, tetapi membuat ujian bagi setiap
orang seperti yang Ia anggap cocok. Karena ada bermacam-macam jenis
peperangan Kristen, hendaklah setiap orang belajar untuk menjaga pos /
tempatnya sendiri, dan jangan hendaknya kita bertanya orang ini atau orang itu
seperti orang yang suka ingin tahu / ikut campur urusan orang lain, pada
waktu Kapten surgawi menujukan kepada setiap dari kita, kepada otoritas siapa
kita harus begitu tunduk sehingga melupakan segala sesuatu yang lain. ...
Kristus memotong keingin-tahuannya, dengan memberitahunya bahwa ia harus
mentaati panggilan Allah, dan bahwa ia tidak mempunyai hak untuk bertanya apa
yang orang-orang lain lakukan)
- hal 296,297.
George
Hutcheson: “It
is the duty of saints not to compare the Lord’s dealing with themselves and
others, so as to be thereby withdrawn from, or discouraged in, their own duty
and lot” (= Merupakan kewajiban dari
orang-orang kudus untuk tidak membandingkan perlakuan Tuhan dengan diri mereka
dan orang-orang lain, sehingga dengan demikian ditarik dari, atau dibuat kecil
hati di dalam, kewajiban dan nasib / bagian mereka sendiri)
- hal 437.
Contoh:
ada orang cerita bahwa dia sakit dan sembuh hanya karena doa. Saya menjadi
jengkel, karena mengapa Tuhan tidak menyembuhkan saya padahal saya juga berdoa?
F. F. Bruce:
“One disciple may bear his witness in
martyrdom, another by reaching old age in relative peace; both may be equally
faithful disciples. So, in Heb. 11:34,37, some by faith ‘escaped the edge of
the sword’ while others by faith ‘were killed with the sword’”
(= Satu murid bisa memberikan kesaksiannya dalam kematian syahid, murid yang
lain dengan mencapai usia tua dalam keadaan relatif damai; keduanya bisa adalah
murid-murid yang sama setianya. Demikianlah, dalam Ibr 11:34,37, sebagian orang
oleh iman ‘luput dari mata pedang’, sementara orang-orang yang lain oleh
iman ‘dibunuh dengan pedang’)
- hal 408.
Ibr 11:34-37
- “(34) memadamkan api yang dahsyat. Mereka
telah luput dari mata pedang, telah beroleh kekuatan dalam kelemahan, telah
menjadi kuat dalam peperangan dan telah memukul mundur pasukan-pasukan tentara
asing. (35) Ibu-ibu telah menerima kembali orang-orangnya yang telah mati, sebab
dibangkitkan. Tetapi orang-orang lain membiarkan dirinya disiksa dan tidak mau
menerima pembebasan, supaya mereka beroleh kebangkitan yang lebih baik. (36) Ada
pula yang diejek dan didera, bahkan yang dibelenggu dan dipenjarakan. (37)
Mereka dilempari, digergaji, dibunuh dengan pedang; mereka mengembara
dengan berpakaian kulit domba dan kulit kambing sambil menderita kekurangan,
kesesakan dan siksaan”.
Ini menunjukkan
bahwa pengalaman satu orang tak boleh dijadikan semacam rumus / hukum yang juga
harus dialami semua orang lain.
Ay 23: “Maka tersebarlah kabar di
antara saudara-saudara itu, bahwa murid itu tidak akan mati. Tetapi Yesus tidak
mengatakan kepada Petrus, bahwa murid itu tidak akan mati, melainkan: ‘Jikalau
Aku menghendaki supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan
urusanmu.’”.
1)
Kata-kata Yesus dalam ay 22 tadi disalah-tafsirkan oleh gereja pada saat
itu sehingga menimbulkan arti yang salah.
Pulpit Commentary: “The brethren of that
day imagined that John would never die. ... The tradition existed long in the
Church - even in the third and fourth centuries - that John was even then alive,
awaiting the Lord’s coming” (=
Saudara-saudara pada saat itu berkhayal bahwa Yohanes tidak akan pernah mati.
... Tradisi itu ada lama dalam Gereja - bahkan sampai abad ke 3 dan ke 4 - bahwa
Yohanes masih hidup bahkan pada saat itu, menunggu kedatangan Tuhan)
- hal 516.
Catatan:
Thomas Whitelaw: “Tradition mentions that
John though seemingly dead and buried only slumbered in his grave at Ephesus,
and moved the dust with his breathing ...; but whether that tradition arose
directly out of Christ’s words or was a farther development of the legend here
referred to cannot be ascertained” (=
Tradisi menyebutkan bahwa Yohanes sekalipun kelihatan mati dan dikubur, hanya
tidur dalam kuburnya di Efesus, dan menggerakkan debu dengan nafasnya. ...;
tetapi apakah tradisi itu muncul langsung dari kata-kata Kristus ini atau
merupakan suatu perkembangan lebih jauh dari dongeng yang ditunjukkan di sini
tidak bisa dipastikan) -
hal 455.
William Hendriksen: “These ‘brothers’
misinterpreted the words of Jesus with reference to John. They also placed the
emphasis where Jesus had not placed it. In the remark of Jesus to Peter the main
thing by far was the positive directive: ‘You follow me!’ The rest (‘If I
will that he remain until I come, what is that to you?’) was secondary. To be
sure, it was a necessary rebuke, but its intention was to turn Peter’s mind
from his curiosity to his calling. That calling was, after all, the one
important issue! By the brethren, however, what had been secondary was made the
main thing, and misinterpreted besides”
[= ‘Saudara-saudara’ ini salah menafsirkan kata-kata Yesus berkenaan dengan
Yohanes. Juga mereka menekankan dimana Yesus tidak menekankannya. Dalam
kata-kata Yesus kepada Petrus hal utama adalah pengarahan positif ‘Tetapi
engkau, ikutlah Aku!’. Sisanya (‘Jikalau Aku menghendaki, supaya ia tinggal
hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu’) merupakan hal yang sekunder.
Memang itu merupakan teguran yang perlu, tetapi maksudnya adalah untuk
memalingkan pikiran Petrus dari keingin-tahuannya kepada panggilannya.
Bagaimanapun juga, panggilan itu adalah persoalan yang penting! Tetapi oleh
saudara-saudara itu, apa yang merupakan hal sekunder dibuat menjadi hal yang
utama, dan disamping itu mereka menyalah-tafsirkannya]
- hal 492.
Karena itu kalau mau mengerti kata-kata Kristus / Firman Tuhan
dengan benar, kita harus memperhatikan dengan baik kontextnya, setiap kata,
tanda baca, tensesnya, dan juga apakah kalimat itu hanya pengandaian, dan
sebagainya.
F. F. Bruce:
“it is a reasonable inference from the
growth of the ‘report’ that the beloved disciple lived on to an advanced
age, probably surviving Peter by many years”
(= merupakan suatu kesimpulan yang masuk akal dari perkembangan dari
‘laporan’ bahwa murid yang dikasihi itu hidup sampai sangat tua, mungkin
masih hidup lama setelah Petrus mati)
- hal 408.
Catatan:
saya tidak tahu apakah saudara-saudara itu langsung mendapatkan penafsiran salah
dari kata-kata Yesus itu, atau, setelah melihat bahwa Yohanes tidak mati-mati
sampai sangat tua, mereka lalu menafsirkan kata-kata Yesus itu secara salah.
2)
Kata ‘Tetapi’ pada ay 23b merupakan suatu kata yang penting di sini, karena
menunjukkan suatu kontras antara penafsiran yang salah dengan kata-kata Yesus
yang sebenarnya.
3)
Di sini, Yohanes meluruskan penafsiran / pandangan yang salah dari gereja pada
saat itu. Mengapa bukan Petrus yang meluruskan penafsiran / pandangan salah ini
kalau ia memang adalah Paus I?
4)
Dari bagian ini kita bisa melihat bahaya dari tradisi, dan betapa pentingnya dan
lebih unggulnya firman tertulis dibandingkan dengan tradisi.
Matthew Henry:
“The uncertainty of human tradition,
and the folly of building our faith upon it. Here was a tradition, an
apostolical tradition, a saying that went abroad among the brethren. It was
early; it was common; it was public; and yet it was false. How little then are
those unwritten traditions to be relied upon which the council of Trent hath
decreed to be received with a veneration and pious affection equal to that which
is owing to the holy scripture” (=
Ketidak-pastian dari tradisi manusia, dan kebodohan pembangunan iman kita
di atasnya. Di sini ada suatu tradisi, suatu tradisi rasuli, kata-kata yang
tersebar di antara saudara-saudara. Itu sangat awal, itu umum, itu memasyarakat;
tetapi itu salah. Karena itu betapa tidak bolehnya kita bersandar pada tradisi
yang tak tertulis itu, yang Sidang Gereja Trent telah menetapkan untuk diterima
dengan suatu pemujaan dan perasaan saleh yang sama dengan sikap yang harus ada
terhadap Kitab Suci yang kudus).
George Hutcheson: “It may commend unto us
the wisdom of God, in leaving with us, and astricting us unto the written word,
when we see erroneous traditions so soon on foot in the church concerning
Christ’s words which were not written, and the mistake growing by going from
hand to hand, till the writers of scripture refute it; for here we see an
unwritten and erroneous tradition going ‘abroad among the brethren,’ till
John clear the mistake and refute it when he wrote this gospel”
(= Itu bisa memuji hikmat Allah yang meninggalkan dengan kita, dan mengikat /
membatasi kita pada firman yang tertulis, pada waktu kita melihat
tradisi-tradisi yang salah dengan cepat berjalan dalam gereja mengenai kata-kata
Kristus yang tidak dituliskan, dan kesalahan bertumbuh dengan berpindah dari
tangan ke tangan, sampai penulis-penulis Kitab Suci membantahnya; karena di sini
kita melihat suatu tradisi yang tak tertulis dan salah ‘tersebar di antara
saudara-saudara’, sampai Yohanes membersihkan / melenyapkannya pada waktu ia
menuliskan Injilnya) -
hal 438.
Ay 24: “Dialah murid, yang memberi
kesaksian tentang semuanya ini dan yang telah menuliskannya dan kita (atau
‘kami’)
tahu, bahwa kesaksiannya itu benar”.
1)
Ada orang-orang yang beranggapan bahwa ay 24 ini (juga ay 25) tidak ditulis
oleh Yohanes, dan ada yang bahkan membuang bagian ini.
Salah satu argumentasi yang membuat orang-orang mengatakan bahwa
yang menuliskan bagian ini bukan Yohanes adalah penggunaan kata ‘kita’
/ ‘kami’ / ‘we’
di sini. Ini kontras dengan penggunaan kata ganti orang bentuk tunggal dalam
Yoh 19:35, yang memang ditulis oleh Yohanes.
Yoh 19:35 - “Dan orang
yang melihat hal itu sendiri yang memberikan kesaksian ini dan kesaksiannya
benar, dan ia tahu, bahwa ia mengatakan kebenaran, supaya kamu
juga percaya”.
Jawaban:
Ada bermacam-macam penafsiran tentang kata ‘kita’
/ ‘kami’ / ‘we’
ini:
a)
Kata ‘we’ (= kami) sering diartikan ‘I’ (= aku), seperti
dalam Yoh 3:2,11 1Yoh 1:1-4 3Yoh 12.
Yoh 3:2,11 - “(2) Ia
datang pada waktu malam kepada Yesus dan berkata: ‘Rabi, kami tahu,
bahwa Engkau datang sebagai guru yang diutus Allah; sebab tidak ada seorangpun
yang dapat mengadakan tanda-tanda yang Engkau adakan itu, jika Allah tidak
menyertainya.’ ... (11) Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kami
berkata-kata tentang apa yang kami ketahui dan kami bersaksi
tentang apa yang kami lihat, tetapi kamu tidak menerima kesaksian kami”.
1Yoh 1:1-4 - “(1) Apa
yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami
lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami
raba dengan tangan kami tentang Firman hidup - itulah yang kami
tuliskan kepada kamu. (2) Hidup itu telah dinyatakan, dan kami telah
melihatnya dan sekarang kami bersaksi dan memberitakan kepada kamu
tentang hidup kekal, yang ada bersama-sama dengan Bapa dan yang telah dinyatakan
kepada kami. (3) Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami
dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamupun beroleh
persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan
dengan Bapa dan dengan AnakNya, Yesus Kristus. (4) Dan semuanya ini kami
tuliskan kepada kamu, supaya sukacita kami menjadi sempurna”.
3Yoh 12 - “Tentang
Demetrius semua orang memberi kesaksian yang baik, malah kebenaran sendiri
memberi kesaksian yang demikian. Dan kami juga memberi kesaksian yang
baik tentang dia, dan engkau tahu, bahwa kesaksian kami adalah benar”.
b)
Pulpit Commentary (hal 512) mengatakan bahwa seorang bernama Meyer menganggap
bahwa bentuk jamak ini menunjuk kepada Yohanes dan para pembacanya. Ini tak
terlalu berbeda dengan apa yang dikatakan Tasker sebagai pandangan tradisionil,
dimana kata ‘we’ (= kami) dianggap menunjuk kepada Yohanes dan
tokoh-tokoh ger kepada siapa Yohanes menujukan Injilnya. Kalau ini benar, maka
kata ‘kita’
dalam terjemahan Indonesia merupakan terjemahan yang tepat.
c)
Kata ‘we’ (= kami) menunjuk kepada Yohanes dan murid-muridnya.
F. F. Bruce:
“We cannot be sure who the people are
who add their testimonial: ‘we know that his testimony is true.’ They may
have been the group of John’s disciples who preserved his record and gave it
to a wider public. But how did they know that his testimony was true? ... They
are giving expression rather to the inward testimony of the Holy Spirit”
(= Kita tidak bisa pasti siapa orang-orang yang menambahkan kesaksian mereka:
‘kita tahu, bahwa kesaksiannya itu benar’. Mungkin mereka adalah grup dari
murid-murid Yohanes yang memelihara / melindungi catatannya dan memberikannya
kepada masyarakat umum yang lebih luas. Tetapi bagaimana mereka tahu bahwa
kesaksiannya itu benar? ... Mereka memberikan pernyataan pada kesaksian di dalam
oleh Roh Kudus) - hal
410.
d) Ada juga yang berpendapat sebagai berikut:
Word Biblical Commentary: “the famous passage in
the Muratorian Canon, which states that John wrote the Fourth Gospel at the
entreaties of his fellow disciples and bishops, but not until he had asked them
to pray with him concerning the matter; then ‘it was revealed to Andrew, one
of the Apostles, that John should write down all things in his own name with the
recognition of all.’” (= text yang
terkenal dalam Kanon Muratorian, yang menyatakan bahwa Yohanes menulis Injil
yang Keempat atas permohonan dari sesama murid dan uskup, tetapi tidak sampai ia
meminta mereka untuk berdoa dengan dia mengenai hal itu; lalu ‘dinyatakan
kepada Andreas, satu dari Rasul-rasul, bahwa Yohanes harus menuliskan segala
sesuatu dalam namanya dengan pengakuan dari semua’).
e) Kata ‘we’ (= kami) menunjuk kepada
tua-tua gereja Efesus.
f)
Mungkin juga kata ‘we’ (= ‘kami’) menunjuk kepada Yohanes dan
juru tulisnya.
g)
Ada yang mengubah kata Yunani OIDAMEN (= kami tahu) menjadi OIDA MEN (= saya
memang tahu).
Adam Clarke:
“‘We know.’ Instead of oidamen,
‘we know,’ some have written oida men,
‘I know indeed;’ but this is mere conjecture, and is worthy of no regard”
(= ‘Kami tahu’. Sebagian bukan menuliskannya OIDAMEN, ‘kami tahu’,
tetapi OIDA MEN, ‘Saya memang tahu’; tetapi ini sekedar merupakan dugaan,
dan tak layak diperhatikan).
2)
Ada yang menganggap bahwa pada waktu Yoh 21 ini ditulis, Petrus dan Yohanes
sudah mati.
Word Biblical Commentary: “Peter was being given
the privilege of laboring for Christ to old age, and to complete it with the
crown of martyrdom. No such honor was given to the Beloved Disciple. By the
time chap. 21 was written and the Gospel went into circulation both disciples
had died, one with the glory of martyrdom and one with a peaceful end at
Ephesus (we would certainly have heard to the contrary had it been otherwise)”
[= Petrus diberi hak untuk bekerja untuk Kristus sampai tua, dan mengakhirinya
dengan mahkota kematian syahid. Kehormatan seperti itu tidak diberikan kepada
murid yang dikasihi. Pada saat pasal 21 dituliskan dan Injil ini beredar, kedua
murid telah mati, satu dengan kemuliaan dari kematian syahid dan satu dengan
akhir yang damai di Efesus (kita pasti akan mendengar yang sebaliknya seandainya
itu tidak demikian)].
Bantahan:
Entah dari mana penulis ini menyimpulkan seperti itu, tetapi itu
pasti salah. Mari kita perhatikan ay 24 ini lagi.
Ay 24: “Dialah murid,
yang memberi kesaksian tentang semuanya ini dan yang telah
menuliskannya dan kita tahu, bahwa kesaksiannya itu benar”.
Kata-kata ‘memberi
kesaksian’ (marturwn / MARTURON) ada dalam bentuk present participle, dan
terjemahan hurufiahnya adalah ‘is testifying’ (= sedang bersaksi /
menyaksikan). Tetapi kata ‘telah
menuliskannya’ merupakan
suatu aorist participle (participle dalam bentuk lampau).
Karena itu, William Hendriksen mengatakan bahwa maksud / terjemahan
dari ayat ini bukanlah: ‘By means of his Gospel John is still bearing
witness’ (= Melalui Injilnya Yohanes tetap memberikan kesaksian), tetapi: ‘This
disciple, John, is the one who is still bearing witness orally; and he
recently recorded these things’ (= Murid ini, Yohanes, adalah orang
yang sedang tetap memberikan kesaksian dengan mulut; dan baru-baru ini ia
telah mencatat hal-hal ini).
Ini menunjukkan bahwa pada saat itu Yohanes masih hidup. Sekalipun
memang ada kemungkinan bahwa bukan dia yang menuliskan ay 24-25, tetapi
William Hendriksen mengatakan:
“The
manner in which it was finally recorded must have had his final approval”
(= Cara dalam mana itu akhirnya dicatat pasti telah mendapatkan persetujuan
akhir darinya) - hal 493.
3)
‘kita tahu, bahwa kesaksiannya itu
benar’.
Yohanes menuliskan semua ini sekitar 70 tahun setelah semuanya
terjadi. Tetapi toh tulisannya benar. Ini bisa terjadi karena adanya pengilhaman
Roh Kudus yang menjaga sehingga apa yang ia tuliskan itu pasti benar.
Dalam Majalah ‘PENUNTUN’
terbitan GKI Jawa Barat, vol 2, No 6, Januari - Maret 1996, ada artikel yang berjudul
‘Keselamatan dalam pandangan Yesus’, ditulis oleh Pdt.
Jahja Sunarya, S. Th.,
dan dalam artikel itu ada kata-kata sebagai berikut:
“Jelas,
betapa berartinya peranan penulis dalam menampilkan Yesus. Jika demikian, apakah
tidak mungkin penulis telah menambahi atau mengurangi, bahkan keliru dalam
menafsirkan / mengerti, pengajaran Yesus? Jawabnya tentu saja mungkin.
Sebab ternyata injil yang tertua, yaitu injil karangan Markus, ditulis sekitar
tahun 60. Itu berarti injil ini ditulis setelah sekitar tahun 30 (tigapuluh)
saat peristiwa Yesus terjadi. Kita dapat membayangkan kesulitan Markus ketika
menyusun Injilnya. Ia harus memilah-milah kisah-kisah lisan yang ada dan
ingatan-ingatan yang tidak beraturan untuk menyajikannya dalam wujud tulisan
yang memiliki alur logika yang jelas dan teratur”
- hal 181.
Pendeta sesat ini berbicara seakan-akan para penulis Kitab Suci,
khususnya Markus, menulis hanya dari pemikirannya dan dengan kekuatannya
sendiri, dan karena itu tulisannya pasti bisa salah. Bagaimana kata-kata sesat
ini bisa diharmoniskan dengan ay 24 ini? Kalau Yohanes yang menulis lebih
belakangan dari Markus, bisa menulis dengan benar karena adanya pengilhaman Roh
Kudus, maka tentu Markus juga bisa menulis dengan benar!
Ay 25: “Masih banyak hal-hal lain lagi
yang diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per
satu, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis
itu”.
1)
Apakah Injil Yohanes pernah beredar tanpa ayat ini?
Tasker (Tyndale): “As there is one scrap
of evidence that the Gospel may have circulated for a time without this verse,
it may be that it was added by the person who first copied and bound the four
Gospels together in codex or book form. ... The scrap of evidence which perhaps
makes this suggestion of the present commentator not wholly untenable, comes
from the famous fourth-century Codex Sinaiticus. Since the arrival of this MS in
the British Museum it has been subjected to ultra violet ray treatment. This has
revealed beyond dispute that the scribe of the MS originally omitted this verse
and brought his writing to an end after verse 24. Later he erased the concluding
ornamental colophon, added verse 25, and inserted a fresh colophon after it. It
may therefore be that the MS he was originally copying was without this verse,
and that he subsequently inserted it from another authority, for it is unlikely
that the original omission would have been accidental”
[= Karena ada secarik bukti bahwa Injil ini pernah beredar untuk sementara waktu
tanpa ayat ini, maka mungkin ayat ini ditambahkan oleh orang yang pertama-tama
menyalinnya dan menggabungkan keempat Injil menjadi satu dalam bentuk codex atau
buku. ... Secarik bukti yang mungkin membuat gagasan ini dari penafsir masa kini
itu tidak sepenuhnya tidak dapat dipertahankan, datang dari manuscript terkenal
dari abad keempat yang bernama Codex Sinaiticus. Sejak kedatangan dari MS ini di
museum Inggris maka manuscript ini telah diperiksa dengan sinar ultra violet.
Secara tak diragukan ini telah menyatakan bahwa penyalin dari manuscript ini
mula-mula tidak menuliskan ayat ini dan mengakhiri tulisannya setelah ay 24.
Belakangan ia menghapus colophon hiasan akhir, menambahkan ay 25, dan
memasukkan suatu colophon yang baru setelahnya. Karena itu mungkin bahwa
manuscript yang ia salin pada mulanya tidak mempunyai ayat ini, dan bahwa
sesudah itu ia memasukkannya dari manuscript yang lain, karena adalah tidak
mungkin bahwa tidak adanya ayat itu tadi terjadi dengan tak disengaja]
- hal 236-237.
Catatan:
F. F. Bruce:
“The scribe of Codex Sinaiticus brought
the Gospel to an end with verse 24, and followed it with a flourish and a
subscription. But later he washed out the flourish and subscription and added
verse 25, repeating the flourish and subscription lower down. Presumably he
copied his manuscript from an earlier one in which the Gospel ended with verse
24, and then corrected it on the basis of another one which contained verse
25.” (= Penyalin dari Codex Sinaiticus
mengakhiri Injil ini dengan ay 24, dan mengikutinya dengan suatu tulisan
hiasan dan suatu tanda tangan. Tetapi belakangan ia mencuci / menghapus tulisan
hiasan dan tanda tangan itu dan menambahkan ay 25, lalu mengulang tulisan
hiasan dan tanda tangan itu di bawahnya. Rupanya ia menyalin manuscriptnya dari
manuscript yang lebih awal dalam mana Injil ini berakhir pada ay 24, dan
lalu ia membetulkannya berdasarkan manuscript yang lain yang mempunyai ay 25)
- hal 410.
Adam Clarke:
“‘Many other things.’ ... The
Scholia in several MSS. intimate that this verse is an addition; but it is found
in every ancient version, and in Origen, Cyril, and Chrysostom”
(= ‘Banyak hal-hal lain’. ... Catatan tepi dalam beberapa mss
menunjukkan bahwa ayat ini merupakan suatu penambahan; tetapi ayat ini ditemukan
dalam setiap versi kuno, dan dalam tulisan Origen, Cyril, dan Chrysostom).
Pulpit Commentary: “no codex but the
Sinaiticus omits it, and the omission may be due to the loss of the last folio,
on which it may have been written; while every other codex contains it”
(= tidak ada codex kecuali Sinaiticus yang menghapuskannya / tidak mempunyainya,
dan penghapusannya bisa disebabkan karena hilangnya lembaran terakhir, pada mana
ayat ini tertulis; sementara setiap codex yang lain mempunyai ayat ini)
- hal 512.
2)
Siapa penulis dari ay 25 ini?
F. F. Bruce:
“The authorship of this final
postscript is uncertain; we cannot be sure how the ‘I’ in ‘I suppose’ is
related to the preceding ‘we’ in ‘we know’. The words seem to be an echo
of the Evangelist’s own conclusion to his work in 20:30f”
(= Pengarang dari kata-kata / catatan tambahan terakhir ini tidak pasti; kami
tidak bisa pasti bagaimana kata ‘saya’ dalam ‘saya kira’ berhubungan
dengan kata ‘kita / kami’ yang mendahuluinya dalam ‘kita / kami tahu’.
Kata-kata ini kelihatannya merupakan gema dari kesimpulan sang Penginjil sendiri
terhadap pekerjaannya dalam 20:30-dst) - hal 410.
Catatan:
kata-kata ‘saya kira’
tidak ada dalam Kitab Suci Indonesia, karena diterjemahkan ‘agaknya’.
Ay 25: “Masih banyak
hal-hal lain lagi yang diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus
dituliskan satu per satu, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua
kitab yang harus ditulis itu”.
KJV: ‘And there are also many other things which Jesus did,
the which, if they should be written every one, I suppose that even the
world itself could not contain the books that should be written. Amen’ (=
Dan ada juga banyak hal-hal lain yang dilakukan oleh Yesus, yang, jika semuanya
harus dituliskan, saya kira bahkan dunia sendiri tidak dapat menampung
kitab-kitab yang harus dituliskan. Amin).
3)
“Masih banyak hal-hal lain lagi yang
diperbuat oleh Yesus”.
Sekalipun tidak semua dituliskan, tetapi yang dituliskan itu cukup
untuk menyelamatkan kita.
Bdk. Yoh 20:30-31 - “(30)
Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-muridNya,
yang tidak tercatat dalam kitab ini, (31) tetapi semua yang tercantum di sini
telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan
supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam namaNya”.
Calvin: “since
they were appointed by God to be witnesses to us, as they have faithfully
discharged they duty, so it is our duty, on the other hand, to depend wholly on
their testimony, and to desire nothing more than what they have handed down
to us; and especially, because their pens were guided by the sure
providence of God, that they might not oppress us by an unlimited mass of
narratives, and yet, in making a selection, might make known to us all that God
knew to be necessary for us” (= karena
mereka ditetapkan oleh Allah sebagai saksi-saksi bagi kita, pada waktu mereka
telah melaksanakan tugas mereka dengan setia, demikian juga merupakan tugas
kita, di sisi lain, untuk bergantung sepenuhnya pada kesaksian mereka, dan untuk
tidak menginginkan lebih dari apa yang telah mereka sampaikan kepada kita;
dan khususnya, karena pena-pena mereka dibimbing oleh providensia yang pasti
dari Allah, supaya mereka tidak menekan kita dengan cerita-cerita yang tak
terbatas banyaknya, tetapi, dalam melakukan penyeleksian, bisa memberitahu kita
semua yang Allah tahu sebagai hal yang perlu bagi kita) - hal 299,300.
Hal-hal yang orang sering ingin tahu adalah: apa yang terjadi pada
masa kanak-kanak Yesus? Kalau Tuhan tidak memberitahu, kita tidak usah mencari
tahu!
Juga pendukung Toronto Blessing, mengatakan bahwa adanya ayat-ayat
ini (Yoh 20:30-31 Yoh 21:25) menunjukkan bahwa mungkin pada saat
itu juga sudah ada Toronto Blessing, hanya tidak diceritakan. Ini spekulasi
bodoh dan tak berdasar! Kalau kita mau menerima argumentasi seperti ini, maka
kita bisa mengajar apapun dan mempraktekkan apapun, betapapun gila dan sesatnya,
berdasarkan ayat-ayat ini!
4)
“tetapi jikalau semuanya itu harus
dituliskan satu per satu, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab
yang harus ditulis itu”.
Bagian akhir dari ay 25 ini harus dianggap sebagai gaya bahasa
hyperbole, yaitu gaya bahasa yang melebih-lebihkan.
Barnes’ Notes:
“The figure which John uses here is not
uncommon in the Scriptures, Gen. 11:4; 15:5; Num. 13:33; Dan. 4:20”
(= Gaya bahasa yang digunakan Yohanes di sini merupakan sesuatu yang umum dalam
Kitab Suci, Kej 11:4; 15:5; Bil 13:33; Dan 4:20).
-AMIN-
Bagi sdr yg telah
mendapat berkat dari artikel ini..mohon kiranya dapat membantu menyebarkan Pada
sdr2 kita yg lain, sehingga semakin banyak sdr kita yg juga bisa membaca artikel
ini dan mendapat berkat. Tuhan memberkati sdr.
Amin.
Joh 21:17 Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku.
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali