oleh: Pdt. Budi Asali MDiv.
Ay 12: “Maka pasukan
prajurit serta perwiranya dan penjaga-penjaga yang disuruh orang Yahudi itu
menangkap Yesus dan membelenggu Dia”.
Tentang Kristus
yang dibelenggu, Calvin berkata:
“the body of the Son of
God was bound, that our souls might be loosed from the cords of sin and of
Satan” (= tubuh dari Anak Allah diikat /
dibelenggu, supaya jiwa kita bisa dilepaskan dari tali-tali / ikatan dari dosa
dan Setan) - hal 197.
William
Hendriksen berkata:
“He, the One who had come
into the world to bring freedom, and apart from whom freedom is absolutely
impossible (see on 8:31-36), was himself bound. He was bound, however, in order
that we might be loosed from our sins” [=
Ia, yang telah datang ke dalam dunia untuk membawa kebebasan /
kemerdekaan, dan terpisah dari siapa kebebasan / kemerdekaan merupakan suatu
kemustahilan yang mutlak (lihat tentang 8:31-36), sendiri terbelenggu. Tetapi Ia
terbelenggu supaya kita bisa dilepaskan dari dosa-dosa kita]
- hal 385.
Spurgeon:
“Our Lord Jesus Christ was bound, and
there flows from that fact its opposite, then, his people are all free. When
Christ was made a curse for us, he became a blessing to us. When Christ was made
sin for us, we were made the righteousness of God in him. When he died, then we
lived. And so, as he was bound, we are set free”
(= Tuhan kita Yesus Kristus dibelenggu, dan dari fakta itu mengalirlah
kebalikannya, maka semua umatNya bebas. Pada waktu Kristus dijadikan kutuk untuk
kita, Ia menjadi berkat bagi kita. Pada waktu Kristus dijadikan dosa untuk kita,
kita dibuat menjadi kebenaran Allah dalam Dia. Pada waktu Ia mati, maka kita
hidup) - ‘A Treasury
of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol VI, hal 225.
Ay 13: “Lalu mereka
membawaNya mula-mula kepada Hanas, karena Hanas adalah mertua Kayafas, yang pada
tahun itu menjadi Imam Besar”.
1)
Matius, Markus dan Lukas tidak menceritakan peristiwa ini.
2)
Pemeriksaan di hadapan Hanas atau Kayafas?
A. T. Robertson mengatakan bahwa pemeriksan / pengadilan terhadap
Yesus terjadi 2 x, yaitu di hadapan Hanas (Yoh 18:13-23), dan lalu di
hadapan Kayafas (Mat 26:57-68). Yang kedua ini mungkin merupakan semacam
pengesahan dari yang pertama (karena Kayafas adalah imam besar resmi).
Kata ‘mula-mula’ dalam ay 13 ini diterjemahkan ‘first’
(= pertama-tama) oleh KJV/RSV/NIV/NASB, dan menurut Leon Morris ini secara
implicit menunjuk-kan adanya pemeriksaan kedua, yaitu di hadapan Kayafas.
Leon Morris (NICNT): “John tells us that
Jesus was brought ‘first’ to Annas. This requires a ‘second’, which is
evidently the appearance before Caiaphas (v. 24)”
[= Yohanes memberitahu kita bahwa Yesus ‘pertama-tama’ dibawa kepada Hanas.
Ini membutuhkan ‘yang kedua’, yang jelas adalah penampilan di hadapan
Kayafas (ay 24)] - hal
750.
Hendriksen juga mengatakan bahwa pandangan yang umum mengatakan
bahwa Yesus dibawa ke hadapan Hanas untuk pemeriksaan pendahuluan.
Keberatan terhadap pandangan di atas:
Ada orang-orang yang menentang pandangan tentang adanya 2
pemeriksa-an ini, dan mengatakan bahwa tidak ada pemeriksaan pendahuluan.
Orang-orang ini beranggapan bahwa Yoh 18:19-23 terjadi di hadapan Kayafas,
bukan di hadapan Hanas. Alasannya karena ay 15,16,19,22 mengatakan ‘imam
besar’, dan ay 13b mengatakan bahwa imam besar adalah Kayafas.
Tetapi Hendriksen menentang pandangan ini karena adanya ay 24
yang berbunyi: “Maka Hanas mengirim Dia
terbelenggu kepada Kayafas, Imam Besar itu”.
Untuk menjawab problem ay 24 ini, maka orang-orang itu mengatakan:
a) Ay 24 itu salah letaknya; seharusnya setelah ay 13
atau setelah ay 14.
Adam Clarke berpendapat bahwa ay 24 - “Maka
Hanas mengirim Dia terbelenggu kepada Kayafas, Imam Besar itu”
- seharusnya terletak setelah ay 13 ini. Dan ia mengatakan bahwa ada satu
manuscript yang menambahkan ay 24 itu di sini, dan juga manuscript Syria
yang belakangan menuliskannya pada margin (catatan tepi).
b)
Kalau ay 24 itu tetap diletakkan di sana, maka ay 24 itu diterjemahkan ke dalam
bentuk past perfect.
KJV: ‘Now Annas had sent him bound unto Caiaphas the
high priest’ (= Hanas telah mengirimkanNya dalam keadaan
terbelenggu kepada Kayafas, sang imam besar).
Terhadap jawaban ini Hendriksen mengatakan:
a. Tidak ada alasan untuk mengatakan ay 24 itu salah
letak.
b.
Kata ‘mengirimkan’ dalam bahasa Yunaninya ada dalam aorist tense / past
tense, dan itu memang memungkinkan diterjemahkan ke dalam past perfect
tense. Tetapi berdasarkan thesis dari seseorang yang bernama J. R. Mantey,
yang membahas bagian ini secara sangat mendalam dalam bahasa Yunani, Hendriksen
mengatakan bahwa bagian ini harus diterjemahkan ke dalam past tense
biasa.
Dan Pulpit Commentary mengatakan:
“If
John had intended a pluperfect sense to be given to the verb, why not use that
tense?” (= Seandainya Yohanes memaksudkan
arti past perfect diberikan kepada kata kerja ini, mengapa ia tidak menggunakan
tense jenis itu?) - hal
387.
Jadi Hendriksen berpendapat bahwa ay 19-23 terjadi di hadapan
Hanas. Tetapi masih ada problem dengan pandangannya, yaitu karena ay 19,22
menyebutkan imam besar, sedangkan ay 13 mengatakan bahwa imam besar adalah
Kayafas. Hendriksen mengatakan bahwa ini merupakan problem kecil, karena memang
ada 2 tempat lain dimana Hanas disebut sebagai imam besar, yaitu:
KJV: ‘And Annas the high priest, and Caiaphas, and John, and
Alexander, and as many as were of the kindred of the high priest, were gathered
together at Jerusalem’ (= Dan Hanas imam besar, dan Kayafas, dan Yohanes,
dan Alexander, dan banyak keluarga dari imam besar, berkumpul di Yerusalem).
Ada 2 keanehan di sini:
* Bagaimana
mungkin ada 2 orang menjadi imam besar pada saat yang bersamaan?
* Kata
‘imam besar’ ada dalam bentuk tunggal, bukan jamak.
Penjelasan:
Kayafas adalah menantu dari Hanas. Hanas adalah imam besar pada tahun 6-15
Masehi, dan ia lalu diturunkan dari jabatannya oleh Valerius Gratus, gubernur
Romawi, dan lalu digantikan oleh Kayafas. Tetapi dalam prakteknya ia tetap
memegang kuasa sebagai imam besar.
Ini sama seperti misalnya pemerintah memecat saya sebagai pendeta,
lalu mengangkat si A sebagai pendeta, maka jemaat tetap menghargai otoritas saya
sebagai pendeta, sehingga ada 2 pendeta.
Norval Geldenhuys (NICNT): “Although the Romans had
deposed Annas, and Caiaphas was the official high priest, Annas nevertheless in
reality still exercised some high-priestly authority”
(= Sekalipun orang Romawi telah memecat Hanas, dan Kayafas adalah imam besar
yang resmi, dalam kenyataannya Hanas tetap mempunyai / menjalankan beberapa /
sebagian otoritas imam besar).
William Hendriksen: “Though deposed, he
remained for a long time the ruling spirit of the Sanhedrin. ... Thus, during
the entire period of Christ’s ministry and for a long time afterward, Annas
was the man who was responsible, to a large extent, for the actions of the
Jewish Sanhedrin” (= Sekalipun dipecat,
ia tetap menjadi pemerintah dari Sanhedrin untuk waktu yang lama. ... Karena
itu, selama masa pelayanan Kristus dan lama sesudahnya, Hanas adalah orang yang
bertanggung jawab untuk sebagian besar dari tindakan-tindakan dari Sanhedrin)
- hal 387.
Leon Morris (NICNT) yang mempunyai pandangan yang sama dengan
Hendriksen, memberikan argumentasi tambahan. Ia mengatakan bahwa kalau memang
tidak ada pemeriksaan pendahuluan di hadapan Hanas, lalu mengapa / untuk apa
dalam ay 13 ini Yohanes mengatakan bahwa Yesus dibawa ke hadapan Hanas?
3)
Pengaruh dari Hanas.
Adam Clarke mengatakan bahwa Hanas adalah orang yang sangat besar
otoritasnya dalam kalangan bangsa Yahudi, karena:
a) Ia sendiri pernah menjadi imam besar.
b)
Ia mempunyai tidak kurang dari 5 anak laki-laki yang pernah menjadi imam besar.
c)
Menantunya, yaitu Kayafas, saat itu menjadi imam besar.
Hendriksen menambahkan (hal 387-388) bahwa salah satu dari cucu
dari Hanas juga pernah menjadi imam besar.
F. F. Bruce:
“Several members of his family occupied
the high-priesthood at various times throughout the half-century following his
deposition” (= Beberapa anggota dari
keluarganya menduduki jabatan imam besar pada waktu yang berbeda-beda selama
setengah abad setelah pemecatannya) - hal 343.
Clarke juga mengatakan bahwa adalah sangat mungkin bahwa Hanas
adalah kepala dari Sanhedrin / Mahkamah Agama Yahudi, dan karena itu maka
Kristus pertama-tama dibawa kepadanya. Tetapi Hendriksen berpendapat (hal 398)
bahwa Kayafaslah yang merupakan ‘president of the Sanhedrin’ (=
presiden dari Sanhedrin). Saya berpendapat bahwa yang salah adalah kata-kata
Clarke.
4)
Jabatan imam besar dan kekacauan / kekotoran di dalamnya.
a)
Masa jabatan imam besar yang seharusnya seumur hidup, diubah oleh pemerintahan
Romawi, yang menurunkan dan menaikkan imam besar sesukanya.
Kata-kata ‘yang pada tahun
itu menjadi imam besar’,
menurut Calvin (juga Leon Morris) bukan berarti bahwa jabatan imam besar hanya
berlaku 1 tahun.
Calvin: “He
does not mean that the office of the high priesthood was annual, as many
have falsely imagined, but that Caiaphas was high priest at that time,
which appears plainly from Josephus. By the injunction of the Law, this honour
was perpetual, and ended only at the death of him who held it; but ambition and
intestine broils gave occasion to the Roman governors to dethrone one high
priest and put another in his room, at their own pleasure, either for money of
for favour. Thus Vitellius deposed Caiaphas, and appointed Jonathan, the son of
Annas, to be his successor” [= Ia tidak
memaksudkan bahwa jabatan dari imam besar bersifat tahunan, seperti yang
dibayangkan secara salah oleh banyak orang, tetapi maksudnya adalah bahwa
Kayafas adalah imam besar pada saat itu, yang terlihat dengan jelas dari
Josephus. Oleh keputusan hukum Taurat, kehormatan ini bersifat kekal, dan hanya
berakhir pada kematian dari orang yang memegang jabatan tersebut.; tetapi ambisi
dan pertengkaran di dalam (?) memberi kesempatan kepada gubernur Romawi untuk
menurunkan satu imam besar dan meletakkan orang yang lain di tempatnya, sesuka
mereka, atau demi uang atau demi kesenangan. Kemudian Vitellius memecat Kayafas,
dan menetapkan Yonatan, anak dari Hanas, untuk menggantikannya] - hal 197.
Adam Clarke, dalam tafsirannya tentang Yoh 11:49 berkata:
“By the
law of Moses, Exod. 40:15, the office of high priest was for life, and the son
of Aaron’s race always succeeded his father. But at this time the high
priesthood was almost annual: the Romans and Herod put down and raised up whom
they pleased and when they pleased, without attending to any other rule than
merely that the person put in this office should be of the sacerdotal race”
(= Oleh hukum Musa, Kel 40:15, jabatan imam besar adalah untuk seumur hidup, dan
anak dari keturunan Harun selalu menggantikan ayahnya. Tetapi pada saat ini masa
jabatan imam besar hampir bisa dikatakan sebagai bersifat tahunan: Orang Romawi
dan Herodes menurunkan dan mengangkat orang yang mereka senangi, pada saat yang
mereka senangi, tanpa mengikuti peraturan lain kecuali bahwa orang yang
ditempatkan pada jabatan ini haruslah berasal dari keturunan imam)
- hal 604.
Kel 40:15 - “Urapilah
mereka, seperti engkau mengurapi ayah mereka, supaya mereka memegang jabatan
imam bagiKu; dan ini terjadi, supaya berdasarkan pengurapan itu mereka memegang
jabatan imam untuk selama-lamanya turun-temurun.’”.
b)
Dalam proses menurunkan atau menaikkan seorang imam besar, ada banyak kekotoran.
Barclay: “There
had been a time, when the Jews were free, when the High Priest had held office
for life; but when the Roman governors came, the office became a matter for
contention and intrigue and bribery and corruption. It now went to the greatest
sycophant and the highest bidder, to the man who was most willing to toe the
line with the Roman governor. The High Priest was the arch-collaborator, the man
who brought comfort and ease and prestige and power not with bribes only but
with close co-operation with his country’s masters. The family of Annas was
immensely rich and one by one they had intrigued and bribed their way into
office, while Annas remained the power behind it all”
(= Pernah ada saat, pada waktu orang-orang Yahudi itu merdeka, dimana Imam
Besar memegang jabatannya seumur hidup; tetapi pada waktu gubernur / pemerintah
Romawi datang, jabatan itu menjadi suatu persoalan pertikaian dan tipu
daya / permainan bawah tangan dan suap / sogok dan korupsi. Sekarang jabatan itu
diberikan kepada penjilat yang terbesar dan penawar yang tertinggi, kepada orang
yang paling mau mentaati perintah pemerintah Romawi. Imam Besar adalah orang
yang bekerja sama, orang yang membawa kenyamanan dan ketenteraman dan wibawa dan
kuasa, bukan dengan suap / sogok saja tetapi dengan kerja sama yang dekat dengan
penguasa negara mereka. Keluarga Hanas sangat kaya dan satu demi satu mereka
melakukan tipu daya / pekerjaan di bawah tangan dan menyogok sehingga
mendapatkan jabatan tersebut, sementara Hanas tetap sebagai kekuatan di balik
semua itu) - hal 225-226.
c) Kekayaan Hanas yang didapat dari cara yang kotor /
pemerasan.
William Hendriksen: “He was very proud,
exceedingly ambitious, and fabulously wealthy, His family was notorious for its
greed. The main source of his wealth seems to have been a goodly share of the
proceeds from the price of sacrificial animals, which were sold in the Court of
the Gentiles. See on 2:14. By him the house of prayer had been turned into a den
of robbers. ... John adds that Annas was father-in-law of Caiaphas! And in
character these two were twins. ... Hence, from Annas, Jesus could expect the
same treatment as from his son-in-law” (=
Ia sangat sombong, sangat ambisius, dan sangat kaya, keluarganya terkenal karena
ketamakannya. Sumber utama dari kekayaannya kelihatannya adalah suatu bagian
yang berlimpah-limpah dari hasil penjualan binatang untuk korban, yang dijual di
pelataran, tempat orang-orang non Yahudi beribadah. Lihat tentang 2:14. Olehnya
rumah doa telah dijadikan sarang penyamun. ... Yohanes menambahkan bahwa Hanas
adalah mertua dari Kayafas! Dan dalam sifat, kedua orang ini seperti kembar. ...
Karena itu, dari Hanas, Yesus bisa mengharapkan perlakuan yang sama seperti dari
menantunya) - hal 388.
Barclay juga mengatakan bahwa korban haruslah tidak bercacat, dan
kalau orang membawa korban yang dibeli di luar, maka selalu korban itu dikatakan
cacat. Ini menyebabkan orang terpaksa membeli domba dsb dari Bait Allah, yang
harganya jauh lebih tinggi.
Barclay: “Outside
the Temple a pair of doves could cost as little as 4p; inside they could cost as
much as 75p. The whole business was sheer exploitation; and the shops where the
Temple victims were sold were called The Bazaars of Annas”
(= Di luar Bait Allah sepasang burung merpati harganya hanya 4 sen; di dalam
harganya bisa mencapai 75 sen. Seluruh bisnis semata-mata merupakan pemerasan;
dan toko dimana korban untuk Bait Allah itu dijual disebut Bazar / pasar dari
Hanas) - hal 226.
Semua ini bukan merupakan sesuatu yang aneh. Seperti ada yang
mengatakan: kalau seseorang menjadi pejabat dengan menyogok pejabat di atasnya,
maka pada saat ia menjadi pejabat, hal pertama dan terutama yang ia lakukan
adalah: bagaimana memulangkan / mendapatkan kembali modal tersebut?
Semua kekotoran ini menyebabkan keluarga Hanas dibenci oleh
orang-orang Yahudi.
Barclay: “The
Jews themselves hated the household of Annas. There is a passage in the Talmud
which says: ‘Woe to the house of Annas! Woe to their serpent’s hiss! They
are High Priests; their sons are keepers of the treasury; their sons-in-law are
guardians of the temple; and their servants beat the people with staves.’
Annas and his household were notorious”
[= Orang-orang Yahudi sendiri membenci keluarga Hanas. Ada text dalam
Talmud yang berkata: ‘Celakalah keluarga Hanas! Celakalah desisan ular mereka!
Mereka adalah Imam-imam Besar; anak-anak mereka adalah penjaga dari kekayaan
(dari Bait Allah?); menantu-menantu mereka merupakan penjaga-penjaga dari Bait
Allah; dan pelayan-pelayan mereka memukuli umat dengan tongkat’. Hanas dan
keluarganya terkenal buruk]
- hal 226.
Anehnya, dalam Mat 27:20-dst, kita melihat bahwa orang-orang
Yahudi dihasut oleh para imam kepala, sehingga lalu meminta kepada Pontius
Pilatus supaya Yesus disalibkan. Memang kalau sudah berhadapan dengan orang yang
benar, maka kelompok-kelompok orang sesat, yang sebetulnya bermusuhan, bisa
bersatu untuk melawan orang benar itu. Mungkin setan, bapak dari kedua kelompok
itu, mempersatukan anak-anaknya untuk melawan kebenaran.
d)
Apa hubungan semua ini dengan penangkapan terhadap Yesus dan dibawanya Yesus ke
hadapan Hanas?
Barclay: “Now
we can see why Annas arranged that Jesus should be brought first to him. Jesus
was the man who had attacked Annas’s vested interest; he had cleared the
Temple of the sellers of victims and had hit Annas where it hurts - in his
pocket. Annas wanted to be the first to gloat over the capture of this
disturbing Galilaean” (= Sekarang kita
bisa melihat mengapa Hanas mengatur supaya Yesus pertama-tama harus dibawa
kepadanya. Yesus adalah orang yang telah menyerang kepentingan tetap / pribadi
dari Hanas; Ia telah membersihkan Bait Allah dari penjual-penjual korban dan
telah memukul Hanas di tempat yang menyakitkan, yaitu di kantongnya. Hanas
menginginkan untuk menjadi yang pertama yang melihat dengan senang penangkapan
dari orang Galilea yang menggangu ini)
- hal 226.
Penerapan:
Kalau saudara mau melakukan hal yang benar, memberantas kecurangan,
korupsi, kejahatan, pemerasan dsb, maka jangan heran kalau apa yang dialami
Yesus juga menjadi pengalaman saudara. Lebih-lebih kalau saudara mau memberantas
ajaran sesat, mafia dalam gereja dan sebagainya!
Ay 14: “dan Kayafaslah yang
telah menasihatkan orang-orang Yahudi: ‘Adalah lebih berguna jika satu orang
mati untuk seluruh bangsa.’”.
Bdk. Yoh 11:49-52
- “Tetapi seorang di antara mereka, yaitu
Kayafas, Imam Besar pada tahun itu, berkata kepada mereka: ‘Kamu tidak tahu
apa-apa, dan kamu tidak insaf, bahwa lebih berguna bagimu, jika satu orang mati
untuk bangsa kita dari pada seluruh bangsa kita ini binasa.’ Hal itu
dikatakannya bukan dari dirinya sendiri, tetapi sebagai Imam Besar pada tahun
itu ia bernubuat, bahwa Yesus akan mati untuk bangsa itu, dan bukan untuk bangsa
itu saja, tetapi juga untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang
tercerai-berai”.
1)
Allah memakai mulut / lidah orang yang bejat.
Tentang kata-kata / nubuat Kayafas dalam ay 14 (bdk. Yoh 11:50),
Calvin berkata:
“God
employed the foul mouth of a wicked and treacherous high priest to utter a
prediction, (John 11:50,) just as he guided the tongue of the prophet Balaam,
contrary to his wish, so that he was constrained to bless the people, though he
desired to curse them, to gain favour with king Balak, (Num. 23:7,8.)”
[= Allah menggunakan mulut yang kotor dari seorang imam besar yang jahat dan
curang untuk mengucapkan suatu ramalan (Yoh 11:50), sama seperti Ia
memimpin lidah dari nabi Bileam, bertentangan dengan keinginannya, sehingga ia
terpaksa memberkati bangsa Israel, sekalipun ia ingin mengutuki mereka, untuk
menyenangkan raja Balak (Bil 23:7,8)]
- hal 197-198.
2)
Hendriksen mengatakan bahwa tujuan dari ay 14 ini adalah untuk menunjuk-kan
bahwa Kayafas sudah sejak lama ingin membunuh Kristus. Dan Hanas, mertua
Kayafas, pasti bekerja sama dengan senang hati, dan bahkan mungkin merupakan
orang yang menghasutnya untuk melakukan hal itu.
3)
Clarke berkata bahwa karena Kayafas mengatakan kata-kata dalam Yoh 11:49-50 itu,
maka jelas bahwa ia sebetulnya tidak pantas untuk menghakimi Kristus.
Adam Clarke:
“Therefore he was an improper person to
sit in judgment on Christ, whom he had prejudged and precondemned; ... But
Christ must not be treated according to the rules of justice: if he had, he
could not have been put to death” (=
Karena itu ia adalah orang yang tidak cocok untuk menghakimi Kristus, yang sudah
ia hakimi dan hukum sebelumnya; ... Tetapi Kristus tidak boleh diperlakukan
sesuai dengan peraturan dari keadilan; jika Ia diperlakukan demikian, Ia tidak
bisa dibunuh) - hal 642.
4)
Tasker (Tyndale) menganggap aneh bahwa setelah membicarakan kata-kata Kayafas
dalam ay 14 ini, lalu selanjutnya Yohanes tidak membicarakan pengadilan di
hadapan Kayafas. Karena itu ia menganggap bahwa ay 19-23 merupakan
pengadilan di hadapan Kayafas.
Jawab:
sebetulnya tidak aneh kalau Yohanes tidak menceritakan pengadilan di hadapan
Kayafas, karena:
Ay 15: “Simon Petrus dan
seorang murid lain mengikuti Yesus. Murid itu mengenal Imam Besar dan ia masuk
bersama-sama dengan Yesus ke halaman istana Imam Besar”.
1)
Petrus lari atau mengikuti Yesus?
Barclay: “When
the other disciples forsook Jesus and fled, Peter refused to do so. He followed
Jesus, even after the arrest” (= Pada
waktu murid-murid yang lain meninggalkan Yesus dan lari, Petrus menolak
melakukan hal itu. Ia mengikuti Yesus, bahkan setelah penangkapan)
- hal 228.
Jadi Barclay menganggap Petrus tidak lari, tetapi mengikuti Yesus.
Ini bertentangan dengan:
Catatan:
Matius dan Markus menceritakan larinya semua murid, tetapi Lukas dan Yohanes
tidak. Jadi bagaimana? Mula-mula semua murid melarikan diri (Mat 26:56),
tetapi setelah itu 2 murid ini memberanikan diri untuk mengikuti Yesus dan para
penangkapNya (Yoh 18:15).
2)
Siapa yang disebut ‘seorang murid lain’ itu?
Kebanyakan penafsir beranggapan bahwa yang disebut ‘seorang murid
lain’ itu pasti adalah rasul Yohanes sendiri (bdk. Yoh 13:24,25
19:26,27 20:2,3, 4,8 21:7,20,21,23,24).
Tetapi Calvin menolak keras tafsiran ini, dan ia menganggap bahwa
‘murid’ ini bukan salah satu dari 12 rasul, tetapi sekedar salah seorang
yang percaya kepada Yesus. Alasannya: dalam ay 16 dikatakan bahwa murid itu
mengenal imam besar. Bagaimana mungkin Yohanes yang adalah tukang pancing ikan
itu bisa mempunyai keakraban dengan imam besar, dan sering pergi ke rumahnya?
Barclay menjawab: ini bisa terjadi, karena Yohanes dulunya sering
mengirimkan ikan ke rumah imam besar.
Leon Morris juga mengatakan (hal 752, footnote) bahwa mungkin
sekali Yohanes berasal dari keluarga imam, sehingga bisa kenal dengan imam
besar.
Adam Clarke berkata (hal 643) bahwa Agustinus berkata bahwa kita
tidak boleh tergesa-gesa memutuskan tentang sesuatu pada saat Kitab Sucinya
diam. Clarke juga mengatakan bahwa ada yang mengatakan bahwa murid ini adalah
pemilik dari rumah dimana Yesus melakukan perjamuan Paskah.
Leon Morris (hal 752-753) menambahkan kemungkinan lain yaitu
Nikodemus dan Yusuf dari Arimatea, karena kedua orang ini memang mengenal imam
besar, dan mempunyai akses untuk masuk ke rumah imam besar.
3)
Tindakan Petrus ini benar / berani atau salah / bodoh?
George Hutcheson: “The Lord’s people may
draw themselves under many self-created crosses and trials, ... especially when
they run with calling, and cast themselves upon tentations (temptations?), in
ensnaring places and company; for thus did Peter here, when he ‘followed
Jesus’ into the high priest’s hall; whatever zeal or affection seem to be in
it” (= Umat Tuhan bisa membawa diri
mereka sendiri ke bawah banyak salib-salib dan pencobaan-pencobaan yang
diciptakan sendiri, ... khususnya pada waktu mereka berlari tanpa panggilan, dan
melemparkan diri mereka sendiri kepada pencobaan-pencobaan, di tempat-tempat dan
pada teman-teman yang menjerat; karena itulah yang dilakukan Petrus di sini,
pada waktu ia ‘mengikuti Yesus’ ke dalam ruangan imam besar; tak peduli
semangat atau kasih apapun kelihatan ada di dalamnya) - hal 378-379.
Calvin: “since
Christ had plainly declared that he spared Peter and the others, he who was so
weak would have found it to be far better for him to groan and pray in some dark
corner than to go into the presence of men. He now undertakes, with great
earnestness, the performance of a duty from which Christ had released him; and
when he comes to the confession of faith, in which he ought to have persevered
even to death, his courage fails. We ought always to consider what the Lord
requires from us, that those who are weak may not undertake what is not
necessary” (= karena Kristus telah
menyatakan dengan jelas bahwa Ia menyelamatkan Petrus dan murid-murid yang lain,
adalah jauh lebih baik bagi dia yang adalah begitu lemah untuk mengerang dan
berdoa di suatu pojok yang gelap dari pada untuk pergi ke hadapan banyak orang.
Sekarang ia melakukan, dengan kesungguhan yang besar, pelaksanaan dari suatu
kewajiban dari mana Kristus telah membebaskan dia; dan pada waktu ia sampai pada
pengakuan iman, dalam mana ia seharusnya bertekun bahkan sampai mati,
keberaniannya gagal. Kita harus selalu mempertimbangkan apa yang Tuhan kehendaki
dari kita, supaya mereka yang lemah tidak melakukan apa yang tidak diharuskan)
- hal 199.
Saya setuju dengan Hutcheson dan Calvin yang menyalahkan Petrus,
karena:
a) Ia tidak diperintahkan untuk melakukan hal itu.
b) Hal itu tidak ada gunanya.
c)
Ia sudah dinubuatkan akan menyangkal Yesus, dan masuknya ia ke halaman imam
besar, memberikan peluang terjadinya hal itu.
Penerapan:
Dalam kehidupan kita sehari-hari kita juga sering menderita akibat
‘salib’ yang kita ciptakan sendiri.
Misalnya:
4)
‘ke halaman istana Imam Besar’ (ay 15b).
KJV: ‘palace’ (= istana).
RSV/NASB: ‘court’ (= istana).
NIV: ‘courtyard’ (= halaman istana).
Menurut Hendriksen, tidak jelas apakah kata Yunani AULE yang
digunakan di sini, menunjuk kepada ‘istana’ atau hanya kepada ‘halaman di
sekitar rumah / istana’. Tetapi dari Mat 26:69 Mark 14:66 dan
Luk 22:55 kelihatan jelas bahwa yang dimaksud adalah halaman terbuka.
Juga dari Mat 26:57-59 kelihatannya itu adalah halaman dari
Kayafas, tetapi dari Yoh 18:13-24 kelihatannya ini adalah halaman dari
Hanas. Hendriksen (dan banyak penafsir yang lain) mengharmoniskan kedua hal yang
kelihatan kontradiksi ini dengan mengatakan bahwa Kayafas dan Hanas tinggal di
istana / rumah yang sama.
Leon Morris (NICNT): “John does not say that
Jesus was sent to Caiaphas’s house and as far as the language of this verse is
concerned He might have been sent to another room within the same building. ...
Annas and Caiaphas may have shared the same residence in which case there would
have been one courtyard” (= Yohanes tidak
mengatakan bahwa Yesus dikirim ke rumah Kayafas dan dari bahasa / kata-kata dari
ayat ini Ia bisa / mungkin telah dikirimkan ke ruangan yang lain dalam bangunan
yang sama. ... Hanas dan Kayafas mungkin berbagi tempat tinggal yang sama, dan
dalam kasus itu, hanya ada satu halaman istana)
- hal 758.
Ay 16: “tetapi Petrus
tinggal di luar dekat pintu. Maka murid lain tadi, yang mengenal Imam Besar,
kembali ke luar, bercakap-cakap dengan perempuan penjaga pintu lalu membawa
Petrus masuk”.
1)
Petrus mula-mula tidak bisa masuk.
Hutcheson mengatakan (hal 379) bahwa seringkali kalau seorang anak
Tuhan berjalan tidak sesuai kehendak Tuhan, maka Tuhan memberikan halangan. Ini
seharusnya menjadi sesuatu yang mengingatkan anak Tuhan itu sehingga lalu
mengadakan introspeksi, dan kembali ke jalan yang benar. ‘Tidak bisa masuknya
Petrus’ merupakan hal seperti itu.
2)
Murid yang lain itu ‘menolong’ Petrus sehingga bisa masuk.
Hutcheson menambahkan (hal 379) bahwa murid yang lain itu lalu
‘menolong’ Petrus sehingga Petrus bisa masuk. Tetapi ini justru menjadi
jerat bagi Petrus, karena akhirnya menyebabkan ia menyangkal Yesus 3 x. Karena
itu kita harus berhati-hati pada waktu mau berbuat baik kepada seseorang. Kita
harus memikirkan lebih dulu apakah kebaikan kita itu betul-betul membawa
kebaikan bagi dia, atau sebaliknya menjadi jerat bagi dia. Misalnya:
Semua ini merupakan ‘kebaikan’ yang sebetulnya merupakan jerat.
Ay 17-18: “(17) Maka kata
hamba perempuan penjaga pintu kepada Petrus: ‘Bukankah engkau juga murid orang
itu?’ Jawab Petrus: ‘Bukan!’ (18) Sementara itu hamba-hamba dan
penjaga-penjaga Bait Allah telah memasang api arang, sebab hawa dingin waktu
itu, dan mereka berdiri berdiang di situ. Juga Petrus berdiri berdiang
bersama-sama dengan mereka.”.
1)
Penyangkalan Petrus termasuk salah satu dari sedikit cerita yang diceritakan
oleh keempat kitab Injil (Mat 26:69-75 Mark 14:66-72 Luk 22:54-62
Yoh 18:17-18,25-27).
2)
Saya tidak setuju dengan penafsir-penafsir yang menekankan sifat pengecut
Petrus, karena ia menyangkal Yesus, sekalipun yang menanyai dia bukanlah seorang
tentara, tetapi seorang hamba perempuan. Mengapa? Karena tidak jadi soal apakah
yang menanyai dia itu anak kecil atau orang perempuan, kalau si penanya itu tahu
bahwa Petrus memang adalah pengikut Yesus, ia bisa memberitahu orang-orang yang
lain. Jadi, siapapun si penanya, itu tetap merupakan keadaan yang membahayakan
bagi Petrus.
3)
Tentang kata ‘bukan’ (I am not) yang diucapkan oleh Petrus pada akhir ay 17,
Calvin berkomentar:
“This
does not seem, indeed, to be an absolute denial of Christ; but when Peter is
afraid to acknowledge that he is one of Christ disciples, it amounts to an
assertion that he has nothing to do with him. This ought to be carefully
observed, that no one imagine that he has escaped by acting the part of the
sophist, when it is only in an indirect manner that he shrinks from the
confession of his faith” (= Ini memang
tidak kelihatan sebagai penyangkalan penuh terhadap Kristus; tetapi pada waktu
Petrus takut untuk mengakui bahwa ia adalah salah satu dari murid-murid Kristus,
itu sama dengan suatu penegasan bahwa ia tidak mempunyai hubungan dengan Dia.
Ini harus diperhatikan dengan seksama, supaya tidak seorangpun membayangkan
bahwa ia telah lolos oleh suatu tindakan yang pintar / cerdik, pada waktu ia
tidak mau melakukan pengakuan iman hanya dengan cara yang tidak langsung)
- hal 200.
Catatan:
saya tidak terlalu setuju dengan Calvin yang menyatakan bahwa penyangkalan
Petrus bukanlah penyangkalan penuh / langsung. Tetapi saya tetap mengutip
kata-kata Calvin di sini karena saya menganggap bahwa hal seperti itu memang
sering terjadi.
Penerapan:
Tidak berani berdoa dalam nama Yesus pada waktu berdoa di depan
umum, atau sama sekali tidak berdoa pada waktu mau makan di depan orang-orang
kafir. Ini memang bukan merupakan penyangkalan langsung, tetapi ini tetap
merupakan penyangkalan terhadap Kristus! Bandingkan dengan kedua text di bawah
ini.
Mat 10:32-33 - “Setiap
orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan
BapaKu yang di sorga. Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia,
Aku juga akan menyangkalnya di depan BapaKu yang di sorga.’”.
Mark 8:38 - “Sebab barangsiapa
malu karena Aku dan karena perkataanKu di tengah-tengah angkatan yang tidak
setia dan berdosa ini, Anak Manusiapun akan malu karena orang itu apabila Ia
datang kelak dalam kemuliaan BapaNya, diiringi malaikat-malaikat kudus.’”.
Perhatikan bahwa kalau Matius mengatakan ‘barangsiapa
menyangkal Aku’ maka
Markus mengatakan ‘barangsiapa malu karena
Aku dan karena perkataanKu’.
Kalau saudara pergi dengan seseorang dan sedang berada dalam sekumpulan orang
kafir, dan teman saudara itu lalu memberitakan Injil kepada orang banyak itu,
atau berdoa dalam nama Yesus di depan orang banyak itu, apakah saudara merasa
malu? Kalau ya, saudara sudah memenuhi kata-kata Markus tersebut, sekalipun
saudara tidak berkata apa-apa!
4)
Petrus duduk atau berdiri?
Ay 18b: “Juga Petrus berdiri
berdiang bersama-sama dengan mereka.”.
Mat 26:69 - “Sementara
itu Petrus duduk di luar di halaman. Maka datanglah seorang hamba
perempuan kepadanya, katanya: ‘Engkau juga selalu bersama-sama dengan Yesus,
orang Galilea itu.’”.
Mark 14:54 - “Dan Petrus
mengikuti Dia dari jauh, sampai ke dalam halaman Imam Besar, dan di sana ia duduk
di antara pengawal-pengawal sambil berdiang dekat api”.
Luk 22:55 - “Di
tengah-tengah halaman rumah itu orang memasang api dan mereka duduk
mengelilinginya. Petrus juga duduk di tengah-tengah mereka”.
Apakah ay 18b yang mengatakan Petrus ‘berdiri’ bertentangan
dengan Mat 26:69 Mark 14:54 Luk 22:55 yang mengatakan Petrus
‘duduk’?
Jawab:
Tidak, karena:
Ay 18b terjadi setelah penyangkalan pertama, sedangkan Mat 26:69
Mark 14:54 Luk 22:55 terjadi sebelum penyangkalan pertama. Jadi,
mungkin tadinya ia ‘duduk’, tetapi setelah penyangkalan pertama itu ia
menjadi gelisah dan lalu ‘berdiri’.
5)
Tentang ay 18b, Calvin berkata (hal 200) bahwa ini menunjukkan betapa
bodohnya Petrus. Baru saja ia jatuh dalam penyangkalan, sekarang ia berkumpul
dengan orang-orang jahat, tanpa memikirkan kemungkinan bahwa ia akan jatuh ke
dalam bahaya dan dosa yang sama.
Ay 19: “Maka mulailah Imam
Besar menanyai Yesus tentang murid-muridNya dan tentang ajaranNya”.
1)
Yang disebut imam besar di sini adalah Hanas.
Leon Morris (NICNT): “there is evidence that
men such as Annas who had once held the office of high priest were still called
by that title. This would be all the more likely in the case of Annas in that he
was in strictness still the legitimate high priest according to Jewish law”
(= ada bukti bahwa orang-orang seperti Hanas yang pernah memegang jabatan imam
besar tetap disebut dengan gelar itu. Lebih-lebih dalam kasus Hanas karena
secara ketat ia tetap merupakan imam besar yang sah menurut hukum Yahudi)
- hal 755.
2)
Penghakiman yang bertentangan dengan hukum.
Adam Clarke:
“But all this, with what follows, was
transacted by night, and this was contrary to established laws. For the Talmud
states, Sanhed. c. iv. s. 1, that - ‘Criminal processes can neither commences
nor terminates, but during the course of the day. If the person be acquitted,
the sentence may be pronounced during that day; but, if he be condemned, the
sentence cannot be pronounced till the next day. But no kind of judgment is to
be executed, either on the eve of the Sabbath, or the eve of any festival.’
Nevertheless, to the lasting infamy of this people, Christ was judicially
interrogated and condemned during the night; and on the night too of the
passover, or, according to others, on the eve of that feast”
(= Tetapi semua ini, dengan apa yang selanjutnya terjadi, dilakukan pada malam
hari, dan ini bertentangan dengan hukum yang telah ditetapkan. Karena Talmud
menyatakan, Sanhed, c. iv. s.1, bahwa - ‘Proses kriminil hanya boleh dimulai
atau diakhiri, pada pagi / siang hari. Jika orang itu dibebaskan, keputusannya
boleh diumumkan pada hari itu; tetapi, jika ia dihukum / dinyatakan bersalah,
keputusannya tidak boleh diumumkan sampai hari berikutnya. Dan tidak boleh ada
penghakiman yang dilaksanakan, pada malam Sabat, atau malam dari hari raya
apapun’. Sekalipun demikian, sehingga menjadi sesuatu yang memburukkan bangsa
ini secara kekal, Kristus diinterogasi / diperiksa dalam pengadilan dan dijatuhi
hukuman pada malam itu; dan itu terjadi pada Paskah malam, atau, menurut
orang-orang lain, pada malam Paskah)
- hal 643.
William Hendriksen: “No trial for life was
allowed during the night. Yet, Jesus was tried and condemned during the hours of
1-3 A. M. Friday” (= Tidak ada pengadilan
yang menentukan hidup atau matinya seseorang yang boleh dilakukan pada malam
hari. Tetapi Yesus diadili dan dijatuhi hukuman pada Jum’at pagi antara pk
1-3) - hal 395.
William Hendriksen: “In cases of capital
punishment, Jewish law did not permit the sentence to be pronounced until the
day after the accused had been convicted”
(= Dalam kasus-kasus hukuman mati, hukum Yahudi tidak mengijinkan hukuman
diumumkan sampai satu hari setelah tertuduh dinyatakan bersalah)
- hal 395-396.
Penerapan:
Di sini kita melihat orang-orang yang kalau sudah maunya melakukan
sesuatu (membunuh Yesus) maka ia melakukannya dengan cara apapun. Karena itu
hati-hati supaya saudara tidak terobsesi dengan apa yang harus saudara lakukan /
saudara capai, sehingga lalu melakukannya dengan cara apapun!
3)
‘tentang murid-muridNya dan tentang
ajaranNya’.
a)
Hendriksen mengatakan (hal 397) bahwa Hanas menanyai Yesus pertama-tama tentang
murid-muridNya dan baru tentang ajaranNya. Ini menunjukkan bahwa ia lebih
mempedulikan kesuksesan Yesus, yang berkenaan dengan jumlah pengikutNya (karena
ini yang menyebabkan mereka dengki - Yoh 12:19), dari pada benar tidaknya ajaran
Yesus.
William Hendriksen: “It is not at all
surprising that Annas questioned Jesus first of all concerning his disciples,
and then concerning his teaching. At least, the disciples are mentioned before
the teaching. This is exactly what one can expect from Annas! He was far more
interested in the ‘success’ of Jesus - how large was his following? - than
in the truthfulness or untruthfulness of that which he had been teaching. That
is ever the way of the world” (= Sama
sekali bukan merupakan sesuatu yang mengejutkan bahwa Hanas menanyai Yesus
pertama-tama mengenai murid-muridNya, dan lalu mengenai ajaranNya. Setidaknya,
murid-murid disebutkan sebelum ajaran. Ini memang persis merupakan apa yang
seseorang bisa harapkan dari Hanas! Ia jauh lebih tertarik kepada sukses dari
Yesus - berapa banyak pengikutNya? - dari pada kepada kebenaran atau
ketidakbenaran dari ajaranNya. Itu selalu merupakan jalan dunia ini)
- hal 397.
Hutcheson juga mengatakan (hal 380) bahwa para pemimpin gereja yang
brengsek seringkali ribut soal pengajaran seseorang, padahal yang mereka
persoalkan sebetulnya adalah murid-murid mereka yang ‘direbut’ oleh orang
itu. Jadi ribut soal ajaran tadi hanyalah penyamaran saja.
Misalnya:
para pendeta GKI marah / tidak senang kepada Bethany, tetapi waktu praktek
nggeblak dan bahasa Roh masuk ke GKI, para pendeta itu tenang-tenang saja. Jelas
bahwa yang mereka persoalkan sebetulnya bukanlah ajaran / praktek (karena mereka
memang tak peduli ajaran). Yang mereka persoalkan adalah jemaat yang direbut
oleh Bethany.
b)
Calvin berkata bahwa dalam ay 19 Yesus ditanyai seakan-akan Ia adalah seorang
nabi palsu / pengajar sesat, yang telah memecah gereja dan mengumpulkan
pengikut-pengikut untuk diriNya sendiri. Karena itu jangan heran kalau saudara
mengajarkan ajaran yang benar, tetapi toh dicap sebagai sesat, seperti
Hyper-Calvinisme, dan sebagainya.
Ay 20-21: “(20) Jawab Yesus
kepadanya: ‘Aku berbicara terus terang kepada dunia: Aku selalu mengajar di
rumah-rumah ibadat dan di Bait Allah, tempat semua orang Yahudi berkumpul; Aku
tidak pernah berbicara sembunyi-sembunyi. (21) Mengapakah engkau menanyai Aku?
Tanyailah mereka, yang telah mendengar apa yang Kukatakan kepada mereka;
sungguh, mereka tahu apa yang telah Kukatakan.’”.
1)
Hendriksen menambahkan bahwa pada waktu Yesus menjawab, Ia sama sekali tidak
menyinggung tentang pengikutNya karena Ia tidak mau membahayakan para muridNya
(bdk. ay 8-9). Ia menekankan apa yang seharusnya ditekankan yaitu tentang
ajaranNya. Jika ajaranNya benar, Ia berhak mengumpulkan murid.
2)
Tentang kata-kata ‘Aku tidak pernah berbicara sembunyi-sembunyi’, apa
maksudnya? Padahal kadang-kadang Ia mengajar hanya kepada para muridNya, seperti
yang terlihat dari Mat 13:10-13,34.
a)
Calvin mengatakan (hal 201) bahwa maksud Kristus di sini adalah Ia tidak
berbicara atau mengajar secara berbeda kepada murid-muridNya dan kepada orang
banyak. Bahan yang diajarkan sama.
Leon Morris (NICNT): “He does not mean that
He had nothing to say to His followers when they were apart from the crowds. All
four Gospels disprove this. What He means is that He did not have two kinds of
teaching, a harmless one for the general public and a very different one for the
secret revolutionaries” (= Ia tidak
memaksudkan bahwa Ia tidak pernah berkata apa-apa kepada para pengikutNya ketika
mereka sedang terpisah dari orang banyak. Keempat kitab Injil menentang ini. Apa
yang Ia maksudkan adalah bahwa Ia tidak mempunyai 2 jenis ajaran, ajaran yang
tidak berbahaya untuk umum dan ajaran yang sangat berbeda untuk para pemberontak
yang tersembunyi) - hal 756.
Ini berbeda sekali dengan apa yang dilakukan oleh Bambang Noorsena,
dan para nabi palsu lainnya, yang selalu menjadi semacam bunglon, dengan
menyesuaikan ajarannya dengan para pendengarnya. Kalau suatu agama / aliran /
pengajar harus menutup-nutupi sebagian ajarannya, maka pasti ada sesuatu yang
tidak beres dengan agama / aliran / pengajar tersebut.
Perlu juga diingat bahwa kalaupun Ia kadang-kadang mengajar dalam
kelompok kecil kepada para muridNya, tetapi tujuanNya adalah supaya mereka lalu
mengajarkan hal itu kepada orang banyak. Mat 10:27 - “Apa
yang Kukatakan kepadamu dalam gelap, katakanlah itu dalam terang; dan apa yang
dibisikkan ke telingamu, beritakanlah itu dari atas atap rumah”.
b)
Calvin beranggapan bahwa ay 20 ini tidak menunjukkan bahwa kalau negara
dikuasai oleh orang-orang yang anti kristen, dan orang-orang kristen terancam
nyawanya, mereka tetap harus memberitakan Firman Tuhan secara terbuka.
George Hutcheson setuju dengan Calvin dan berkata:
“his
meaning is, not to condemn men’s preaching of truth secretly in a time of
violent persecution” (= maksudNya
bukanlah mengecam orang-orang yang memberitakan kebe-naran dengan diam-diam pada
masa penganiayaan yang hebat)
- hal 380.
3)
Barclay mengatakan bahwa pada saat itu ada peraturan yang melarang untuk
menanyai seorang tertuduh sesuatu yang akan memberatkan dia. Seseorang tidak
akan dihukum oleh pengakuannya sendiri, tetapi harus oleh keterangan
saksi-saksi. Hanas melanggar peraturan ini dengan menanyai Yesus (ay 19).
Karena itu Yesus menjawab dengan kata-kata dalam ay 20-21. MaksudNya
adalah: ‘Buktikanlah kesalahanKu dengan cara yang sah, yaitu dengan
menggunakan saksi-saksi. Berhentilah menggunakan cara yang tidak sah, dengan
menanyai Aku’. Setelah Yesus mengucapkan kata-kata itu, seorang penjaga
menamparNya, dan berkata: ‘Begitukah jawabMu kepada Imam Besar?’ (ay 22).
Maksud dari kata-kata penjaga itu adalah: ‘Apakah Engkau mencoba untuk
mengajar imam besar bagaimana caranya memimpin suatu pengadilan?’. Yesus
menjawab dalam ay 23, dan maksudNya adalah: ‘Jika Aku mengatakan atau
mengajarkan sesuatu yang salah, harus dipanggil saksi-saksi. Jika Aku hanya
menyatakan hukum, mengapa engkau menamparKu untuk hal itu?’.
Barclay: “Jesus
never had any hope of justice. The self-interest of Annas and his colleagues had
been touched; and Jesus was condemned before he was tried. When a man is engaged
on an evil way, his only desire is to eliminate anyone who opposes him. If he
cannot do it by fair means, he is compelled to resort to foul”
(= Yesus tidak pernah mempunyai pengharapan tentang keadilan. Kepentingan
pribadi Hanas dan teman-teman sejawatnya telah disentuh; dan Yesus telah dihukum
sebelum Ia diadili. Pada waktu seseorang terlibat pada suatu jalan yang jahat,
satu-satunya keinginannya adalah melenyapkan siapapun yang menentangnya. Jika ia
tidak bisa melakukan hal itu dengan cara yang adil, ia terpaksa mengambil jalan
yang kotor) - hal 227.
4)
Calvin mengatakan (hal 202-203) bahwa ay 20-21 ini menunjukkan bahwa orang
kristen boleh membantah pada waktu mendapat perlakuan yang tidak benar, tetapi
hatinya harus bebas dari kebencian dan keinginan balas dendam.
Ay 22-23: “(22) Ketika Ia
mengatakan hal itu, seorang penjaga yang berdiri di situ, menampar mukaNya
sambil berkata: ‘Begitukah jawabMu kepada Imam Besar?’ (23) Jawab Yesus
kepadanya: ‘Jikalau kataKu itu salah, tunjukkanlah salahnya, tetapi jikalau
kataKu itu benar, mengapakah engkau menampar Aku?’”.
1)
Penjaga menampar Yesus (ay 22).
Hutcheson berkata (hal 382) bahwa tuan yang jahat seringkali
mempunyai pelayan yang jahat. Karena itu kalau saudara bekerja pada seseorang
yang jahat, waspadalah supaya saudara tidak menjadi jahat seperti dia!
2)
Sekalipun Yesus tidak membalas tamparan tersebut, tetapi kata-kataNya
menunjukkan suatu pembelaan. Ini menunjukkan bahwa:
a) Tidak salah bagi kita untuk membela nama baik kita
kalau difitnah.
Pulpit Commentary: “it is not wrong to
defend our innocence of good name” (=
tidak salah untuk membela ketidakbersalahan nama baik kita)
- hal 400.
b)
Dari sikap Yesus ini terlihat bahwa kata-kata Yesus dalam Mat 5:39 tidak
boleh diartikan secara hurufiah, karena Yesus sendiri tidak memberikan pipi
satunya untuk ditampar! Jadi artinya hanyalah ‘tidak boleh membalas’.
Ay 24: “Maka Hanas mengirim
Dia terbelenggu kepada Kayafas, Imam Besar itu”.
KJV
menterjemahkannya ke dalam past perfect tense.
KJV: ‘Now
Annas had sent him bound unto Caiaphas the high priest’ (= Hanas
telah mengirimkan Dia terbelenggu kepada Kayafas imam besar).
Calvin setuju
dengan terjemahan KJV ini.
Keberatan
terhadap terjemahan KJV tersebut:
Pulpit
Commentary mengatakan:
“If John had intended a
pluperfect sense to be given to the verb, why not use that tense? ... In other
cases the context clearly reveals the occasion of such a sense (see Matt. 16:5;
26:48)” [= Seandainya Yohanes memaksudkan
arti past perfect diberikan kepada kata kerja ini, mengapa ia tidak menggunakan
tense jenis itu? ... Dalam kasus-kasus yang lain kontextnya menyatakan secara
jelas mengapa harus digunakan arti seperti itu (lihat Mat 16:5; 26:48)]
- hal 387.
Mat 16:5 - “Pada
waktu murid-murid Yesus menyeberang danau, mereka lupa membawa roti”.
Mat 26:48 -
“Orang yang menyerahkan Dia telah
memberitahukan tanda ini kepada mereka: ‘Orang yang akan kucium, itulah
Dia, tangkaplah Dia.’”.
Kedua kata kerja
yang saya garis bawahi dalam ayat-ayat di atas, dalam bahasa Yunaninya ada dalam
bentuk aorist (past tense), tetapi kontextnya menunjukkan secara jelas
bahwa kata-kata itu harus diterjemahkan ke dalam past perfect tense.
Saya sendiri
berpendapat bahwa ay 24 ini harus diterjemahkan ke dalam past tense
biasa.
Ay 25-27: “(25) Simon
Petrus masih berdiri berdiang. Kata orang-orang di situ kepadanya:
‘Bukankah engkau juga seorang muridNya?’ (26) Ia menyangkalnya, katanya:
‘Bukan.’ Kata seorang hamba Imam Besar, seorang keluarga dari hamba yang
telinganya dipotong Petrus: ‘Bukankah engkau kulihat di taman itu bersama-sama
dengan Dia?’ (27) Maka Petrus menyangkalnya pula dan ketika itu berkokoklah
ayam”.
1)
Keempat versi penyangkalan Petrus.
Mat 26:69-75 - “(69)
Sementara itu Petrus duduk di luar di halaman. Maka datanglah seorang hamba
perempuan kepadanya, katanya: ‘Engkau juga selalu bersama-sama dengan
Yesus, orang Galilea itu.’ (70) Tetapi ia menyangkalnya di depan semua orang,
katanya: ‘Aku tidak tahu, apa yang engkau maksud.’ (71) Ketika ia pergi ke
pintu gerbang, seorang hamba lain melihat dia dan berkata kepada
orang-orang yang ada di situ: ‘Orang ini bersama-sama dengan Yesus, orang
Nazaret itu.’ (72) Dan ia menyangkalnya pula dengan bersumpah: ‘Aku tidak
kenal orang itu.’ (73) Tidak lama kemudian orang-orang yang ada di situ
datang kepada Petrus dan berkata: ‘Pasti engkau juga salah seorang dari
mereka, itu nyata dari bahasamu.’ (74) Maka mulailah Petrus mengutuk dan
bersumpah: ‘Aku tidak kenal orang itu.’ Dan pada saat itu berkokoklah ayam.
(75) Maka teringatlah Petrus akan apa yang dikatakan Yesus kepadanya: ‘Sebelum
ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali.’ Lalu ia pergi ke luar
dan menangis dengan sedihnya”.
Mark 14:66-72 - “(66)
Pada waktu itu Petrus masih ada di bawah, di halaman. Lalu datanglah seorang
hamba perempuan Imam Besar, (67) dan ketika perempuan itu melihat Petrus
sedang berdiang, ia menatap mukanya dan berkata: ‘Engkau juga selalu
bersama-sama dengan Yesus, orang Nazaret itu.’ (68) Tetapi ia menyangkalnya
dan berkata: ‘Aku tidak tahu dan tidak mengerti apa yang engkau maksud.’
Lalu ia pergi ke serambi muka (dan berkokoklah ayam). (69) Ketika hamba
perempuan itu melihat Petrus lagi, berkatalah ia pula kepada orang-orang
yang ada di situ: ‘Orang ini adalah salah seorang dari mereka.’ (70) Tetapi
Petrus menyangkalnya pula. Tidak lama kemudian orang-orang yang ada di situ
berkata juga kepada Petrus: ‘Engkau ini pasti salah seorang dari mereka,
apalagi engkau seorang Galilea!’ (71) Maka mulailah Petrus mengutuk dan
bersumpah: ‘Aku tidak kenal orang yang kamu sebut-sebut ini!’ (72) Dan pada
saat itu berkokoklah ayam untuk kedua kalinya. Maka teringatlah Petrus, bahwa
Yesus telah berkata kepadanya: ‘Sebelum ayam berkokok dua kali, engkau telah
menyangkal Aku tiga kali.’ Lalu menangislah ia tersedu-sedu”.
Luk 22:54-62 - “(54)
Lalu Yesus ditangkap dan dibawa dari tempat itu. Ia digiring ke rumah Imam
Besar. Dan Petrus mengikut dari jauh. (55) Di tengah-tengah halaman rumah itu
orang memasang api dan mereka duduk mengelilinginya. Petrus juga duduk di
tengah-tengah mereka. (56) Seorang hamba perempuan melihat dia duduk
dekat api; ia mengamat-amatinya lalu berkata: ‘Juga orang ini bersama-sama
dengan Dia.’ (57) Tetapi Petrus menyangkal, katanya: ‘Bukan, aku tidak kenal
Dia!’ (58) Tidak berapa lama kemudian seorang lain melihat dia lalu
berkata: ‘Engkau juga seorang dari mereka!’ Tetapi Petrus berkata: ‘Bukan,
aku tidak!’ (59) Dan kira-kira sejam kemudian seorang lain berkata
dengan tegas: ‘Sungguh, orang ini juga bersama-sama dengan Dia, sebab ia juga
orang Galilea.’ (60) Tetapi Petrus berkata: ‘Bukan, aku tidak tahu apa yang
engkau katakan.’ Seketika itu juga, sementara ia berkata, berkokoklah ayam.
(61) Lalu berpalinglah Tuhan memandang Petrus. Maka teringatlah Petrus bahwa
Tuhan telah berkata kepadanya: ‘Sebelum ayam berkokok pada hari ini, engkau
telah tiga kali menyangkal Aku.’ (62) Lalu ia pergi ke luar dan menangis
dengan sedihnya”.
Yoh 18:17-18,25-27 - “(17)
Maka kata hamba perempuan penjaga pintu kepada Petrus: ‘Bukankah engkau
juga murid orang itu?’ Jawab Petrus: ‘Bukan!’ (18) Sementara itu
hamba-hamba dan penjaga-penjaga Bait Allah telah memasang api arang, sebab hawa
dingin waktu itu, dan mereka berdiri berdiang di situ. Juga Petrus berdiri
berdiang bersama-sama dengan mereka. ... (25) Simon Petrus masih berdiri
berdiang. Kata orang-orang di situ kepadanya: ‘Bukankah engkau juga
seorang muridNya?’ (26) Ia menyangkalnya, katanya: ‘Bukan.’ Kata seorang
hamba Imam Besar, seorang keluarga dari hamba yang telinganya dipotong Petrus:
‘Bukankah engkau kulihat di taman itu bersama-sama dengan Dia?’ (27) Maka
Petrus menyangkalnya pula dan ketika itu berkokoklah ayam”.
2)
Di sini Yohanes menceritakan penyangkalan kedua dan ketiga. Jadi, dalam
penceritaan Yohanes penyangkalan pertama dipisahkan dengan penyang-kalan kedua
dan ketiga oleh cerita pemeriksaan terhadap Yesus. Sedangkan dalam ketiga Injil
yang lain, cerita tentang penyangkalan Petrus itu tidak diinterupsi oleh apapun.
Apakah ini merupakan suatu kontradiksi? Tidak, karena:
a)
Bahwa para penulis dari Matius, Markus, dan Lukas menceritakan kejadian itu
secara berturut-turut, tidak berarti bahwa tidak ada apapun yang terjadi di
antara penyangkalan-penyangkalan tersebut.
Leon Morris (NICNT): “The Synoptists finish
off their denial stories once they start. This means neither that there was nor
that there was not an interval between the denials. The Synoptists ought not to
be pressed as though they meant that the denials followed in quick sequence and
that nothing happened in between” (=
Penulis-penulis ketiga Injil yang lain, sekali mereka memulai cerita tentang
penyangkalan, menyelesaikan cerita itu. Ini bukan berarti bahwa di sana ada atau
tidak ada selingan di antara penyangkalan-penyangkalan itu. Penulis-penulis
ketiga Injil yang lain tidak boleh ditekan / dituntut seakan-akan mereka
memaksudkan bahwa penyangkalan-penyangkalan itu terjadi berturut-turut secara
cepat dan tidak ada apapun yang terjadi di antaranya)
- hal 751.
b)
Lebih-lebih karena dalam Injil Lukas ditunjukkan adanya selang waktu antara
penyangkalan pertama dan kedua (Luk 22:58a - ‘Tidak
berapa lama kemudian’),
dan demikian juga antara penyangkalan kedua dan ketiga (Luk 22:59a - ‘Dan
kira-kira sejam kemudian’).
3)
Dalam ay 25 kata ‘masih’ salah terjemahan karena kata ini sebetulnya sama sekali tidak ada.
Ini merupakan sesuatu yang perlu diperhatikan, karena ay 18b
mengatakan bahwa ‘Petrus berdiri
berdiang’, sehingga
kalau ay 25 mengatakan ia ‘masih
berdiri berdiang’ maka
seakan-akan ia masih ada di tempat yang sama. Padahal sebetulnya tidak demikian,
karena di antara penyangkalan pertama dan penyangkalan kedua, Petrus pindah
tempat (Mat 26:71 - ‘Ketika ia pergi
ke pintu gerbang’; Mark 15:68b
- ‘Lalu ia pergi ke serambi muka’;
kedua tempat ini tidak perlu terlalu dibedakan, karena baik ‘serambi
muka’ maupun ‘pintu gerbang’
letaknya di muka). Jadi ada 2 tempat berdiang, dan dalam ay 25 Petrus
berdiang di tempat yang berbeda dari tempat ia berdiang dalam ay 18 (‘Encyclopedia
of Bible Difficulties’, hal 340).
4)
Selain itu, ay 25 ini mengatakan ‘orang-orang’
(seharusnya ‘they’
/ ‘mereka’);
sedangkan Matius mengatakan ‘seorang hamba
lain (perempuan)’
(Mat 26:71), Markus mengatakan ‘hamba
perempuan itu’ (Mark 14:69)
yang kelihatannya menunjuk kepada hamba perempuan yang pertama menanyai Petrus,
tetapi Lukas mengatakan ‘seorang lain
(laki-laki)’
(Luk 22:58).
Ini bukan merupakan suatu kontradiksi, karena baik ‘hamba
lain’ dalam Matius, maupun ‘hamba
perempuan’ dalam Markus, tidak bertanya kepada Petrus, tetapi
berbicara kepada orang-orang yang ada di situ (Mat 26:71 Mark 14:69).
Ini menyebabkan ‘seorang lain
(laki-laki)’
yang diceritakan Lukas, dan beberapa orang (‘mereka’)
yang diceritakan Yohanes lalu menanyai Petrus.
Satu hal penting yang harus diperhatikan adalah bahwa dalam versi
Lukas, Petrus memberikan jawaban / penyangkalannya yang pertama kepada
seorang perempuan, tetapi yang kedua kepada seorang laki-laki.
Luk 22:56-58 - “(56)
Seorang hamba perempuan melihat dia duduk dekat api; ia mengamat-amatinya
lalu berkata: ‘Juga orang ini bersama-sama dengan Dia.’ (57) Tetapi Petrus
menyangkal, katanya: ‘Bukan, aku tidak kenal Dia!’ (58) Tidak berapa
lama kemudian seorang lain melihat dia lalu berkata: ‘Engkau juga
seorang dari mereka!’ Tetapi Petrus berkata: ‘Bukan, aku tidak!’”.
Kitab Suci Indonesia salah terjemahan!
KJV: ‘(56) But a certain maid beheld him as he sat by the
fire, and earnestly looked upon him, and said, This man was also with him. (57)
And he denied him, saying, Woman, I know him not. (58) And after a little
while another saw him, and said, Thou art also of them. And Peter said, Man,
I am not.’ [= (56) Tetapi seorang pelayan wanita melihat dia pada saat ia
duduk dekat api, dan memandangnya dengan sungguh-sungguh, dan berkata: ‘Orang
ini juga bersama-sama dengan Dia’. (57) Dan ia menyangkalNya, dengan berkata:
‘Perempuan, aku tidak mengenalNya. (58) Dan tidak berapa lama kemudian
seorang yang lain melihatnya, dan berkata: ‘Engkau juga seorang dari
mereka’. Dan Petrus berkata: ‘Bung, aku bukan seorang dari
mereka’.].
Jadi, penyangkalan kedua ini khususnya ditujukan kepada ‘seorang
lain (laki-laki)’
(Luk 22:58), dan karena itu
Petrus berkata ‘Man’
(= Bung).
5)
Tuduhan dan penyangkalan yang ke 3 juga diceritakan secara berbeda-beda.
Matius dan Markus mengatakan ‘orang-orang
yang ada di situ’ (Mat 26:73
Mark 14:70), tetapi Lukas mengatakan ‘seorang
lain’ (Luk 22:59), sedangkan Yohanes mengatakan ‘seorang
hamba imam besar, seorang keluarga dari hamba yang telinganya dipotong Petrus’ (Yoh 18:26).
Ini bukan kontradiksi, tetapi setiap penulis menuliskan secara
tidak lengkap, sehingga mereka saling melengkapi satu sama lain. Jadi sama
seperti tuduhan kedua, yang ketiga ini juga dilakukan oleh banyak orang.
6)
Komentar Calvin tentang penyangkalan-penyangkalan Petrus ini.
Calvin: “Peter
is introduced into the high priest’s hall; but it cost him very dear, for, as
soon as he sets his foot within it, he is constrained to deny Christ. When he
stumbles so shamefully at the first step, the foolishness of his boasting is
exposed. He had boasted that he would prove to be a valiant champion, and able
to meet death with firmness; and now, at the voice of a single maid, and that
voice unaccompanied by threatening, he is confounded and throws down his arms.
Such is the demonstration of the power of man. Certainly, all the strength that
appears to be in men is smoke, which a breath immediately drives away. When we
are out of the battle, we are too courageous; but experience shows that our
lofty talk is foolish and groundless; and, even when Satan makes no attacks, we
contrive for ourselves idle alarms which disturb us before the time. The voice
of a feeble woman terrified Peter: and what is the case with us? Do we not
continually tremble at the rustling of a falling leaf? A false appearance of
danger, which was still distant, made Peter tremble; and are we not every day
led away from Christ by childish absurdities? In short, our courage is of such a
nature, that, of its own accord, it gives way where there is no enemy; and thus
does God revenge the arrogance of men by reducing fierce minds to a state of
weakness. A man, filled not with fortitude but with wind, promises that he will
obtain an easy victory over the whole world; and yet, no sooner does he see the
shadow of a thistle, than he immediately trembles. Let us therefore learn not to
be brave in any other than the Lord” (=
Petrus dimasukkan ke dalam ruangan / aula imam besar; tetapi baginya itu mahal
harganya, karena begitu ia menginjakkan kakinya di sana, ia dipaksa untuk
menyangkal Kristus. Pada waktu ia tersandung dengan begitu memalukan pada
langkah pertama, kebodohan dari sesumbarnya terbuka. Ia telah mengeluarkan
sesumbar bahwa ia akan membuktikan diri sebagai pahlawan yang berani, dan mampu
untuk menghadapi kematian dengan keteguhan; dan sekarang, karena suara dari
seorang hamba perempuan, tanpa disertai dengan ancaman, ia bingung dan
menurunkan lengannya / menyerah. Begitulah pertunjukan dari kuasa manusia.
Jelas, semua kekuatan yang kelihatannya ada dalam diri manusia adalah asap, yang
bisa disingkirkan oleh suatu hembusan nafas. Pada waktu kita ada di luar
pertempuran, kita terlalu berani; tetapi pengalaman menunjukkan bahwa kata-kata
kita yang tinggi / sombong adalah bodoh dan tak berdasar; dan bahkan pada saat
Setan tidak menyerang, kita membuat untuk diri kita sendiri rasa takut yang tak
berdasar, yang mengganggu kita sebelum waktunya. Suara seorang perempuan yang
lemah menakutkan Petrus; dan bagaimana kasusnya dengan kita? Bukankah kita terus
menerus gemetar karena suara jatuhnya sebuah daun? Penampilan yang palsu dari
bahaya, yang masih jauh, membuat Petrus gemetar; dan bukankah kita setiap hari
diselewengkan dari Kristus oleh hal-hal menggelikan yang kekanak-kanakan?
Singkatnya, keberanian kita adalah bersifat sedemikian rupa, sehingga dari
persetujuannya sendiri, ia mengalah pada saat tidak ada musuh; dan demikianlah
Allah membalas kecongkakan manusia dengan mengurangi pikiran yang galak menjadi
suatu keadaan kelemahan. Seorang manusia tidak diisi / dipenuhi dengan ketabahan
tetapi dengan angin, menjanjikan bahwa ia akan mendapatkan kemenangan yang mudah
atas seluruh dunia; tetapi begitu ia melihat bayangan dari suatu tumbuhan
berduri, ia langsung gemetar. Karena itu hendaklah kita belajar untuk berani
tidak di dalam hal lain selain di dalam Tuhan)
- hal 199-200.
Calvin: “How
shocking the stupidity of Peter, who, after having denied his Master, not only
has no feeling of repentance, but hardens himself by the very indulgence he
takes in sinning! If each of them in his turn had asked him, he would not have
hesitated to deny his Master a thousand times. Such is the manner in which Satan
hurries along wretched men, after having degraded them. We must also attend to
the circumstances which is related by the other Evangelists, (Matth. 26:74; Mark
14:71,) that he began to curse and to swear, saying, that he did not know
Christ. Thus it happens to many persons every day. At first, the fault will not
be very great; next, it becomes habitual, and at length, after that conscience
had been laid asleep, he who has accustomed himself to despise God will think
nothing unlawful for him, but will dare to commit the greatest wickedness”
[= Alangkah mengejutkannya kebodohan Petrus, yang, setelah menyangkal Tuannya,
bukan hanya tidak mempunyai perasaan pertobatan, tetapi mengeraskan dirinya
sendiri oleh suatu penurutan hati / sikap menyerah yang ia bawa dalam melakukan
dosa! Seandainya setiap orang dari mereka bergantian menanyainya, ia tidak akan
ragu-ragu untuk menyangkal Tuannya 1000 x. Demikianlah caranya dalam mana Setan
mengajak cepat-cepat orang-orang yang buruk, setelah merendahkan mereka. Kita
juga harus memperhatikan fakta-fakta / detail-detail yang diceritakan oleh
penulis-penulis Injil yang lain (Mat 26:74 Mark 14:71), bahwa ia
mulai mengutuk dan bersumpah, sambil berkata bahwa ia tidak mengenal Kristus.
Demikianlah terjadi pada banyak orang setiap hari. Mula-mula kesalahan itu
tidaklah terlalu besar; selanjutnya itu menjadi kebiasaan, dan akhirnya, setelah
hati nurani telah tertidur, ia yang telah membiasakan dirinya menghina Allah
akan berpikir bahwa tidak ada apapun yang salah bagi dia, tetapi akan berani
melakukan kejahatan yang terbesar] - hal 203.
Dari komentar-komentar Calvin di atas ini terlihat jelas pandangan
Calvin tentang Total Depravity (= Kebejatan total). Kita memang adalah
begitu buruk, sehingga kita tidak boleh mempercayai diri kita sendiri. Kita
hanya boleh percaya dan bersandar kepada Tuhan.
7)
Komentar Pulpit Commentary tentang kejatuhan Petrus.
Pulpit Commentary: “The narrative is a
warning against relying too much upon religious feeling. Peter felt deeply and
warmly towards Christ; yet he fell. Many Christians think that they are secure
because the gospel touches their emotions. The counsel of Jesus himself must not
be forgotten: ‘Watch and pray, lest ye enter into temptation!’”
(= Cerita ini merupakan suatu peringatan supaya tidak terlalu bersandar pada
perasaan agamawi. Petrus mempunyai perasaan yang dalam dan hangat terhadap
Kristus; tetapi ia jatuh. Banyak orang kristen mengira bahwa mereka aman karena
injil menyentuh emosi mereka. Nasehat Yesus sendiri tidak boleh dilupakan:
‘Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan masuk / jatuh ke dalam
pencobaan!’) - hal 407.
Mungkin kata-kata ini harus diperhatikan khususnya oleh orang-orang
Kharismatik yang biasanya terlalu bersandar kepada emosinya sendiri. Mereka
mengira bahwa dengan mempunyai emosi seperti itu, mereka sudah betul-betul
percaya dan mengasihi Tuhan. Tetapi ini bukan monopoli golongan Kharismatik
saja, karena ada orang-orang Protestan yang juga demikian. Mereka pernah
menangis pada waktu menyadari dosa-dosanya, dan pada waktu tahu bahwa Yesus mati
untuk mereka, dan berdasarkan pengalaman emosional itu mereka menganggap diri
mereka pasti sudah kristen. Tetapi ini belum tentu benar, karena ‘tanah
berbatu’ menerima
firman dengan gembira (ada emosi) tetapi ternyata ‘tahan
sebentar saja’, dan
murtad pada waktu penindasan / penganiayaan datang (Mat 13:20-21).
Dari pada percaya / bersandar kepada emosi kita yang naik turun tak
menentu, kita sebaiknya percaya dan bersandar kepada Tuhan dengan banyak berdoa.
8)
Setelah penyangkalan ketiga, berkokoklah ayam (ay 27b).
Tentang ‘kokok ayam’, Barclay memberikan tafsiran sebagai
berikut:
“According
to Jewish ritual law, it was not lawful to keep cocks in the holy city, although
we cannot be sure whether that law was kept or not. Further, it is never
possible to be sure that a cock will crow. But the Romans had a certain
military practice. The night was divided into four watches - 6 p.m. to 9 p.m., 9
p.m. to 12 midnight, 12 midnight to 3 a.m., and 3 a.m. to 6 a.m. After the third
watch the guard was changed and to mark the changing of the guard there was a
trumpet call at 3 a.m. That trumpet call was called in latin gallicinium and in
Greek alektrophonia, which both mean cockcrow. It may well be that Jesus said to
Peter: ‘Before the trumpet sounds the cockcrow you will deny me three
times.’ Everyone in Jerusalem must have known that trumpet call at 3 a.m. When
sounded through the city that night Peter remembered”
(= Menurut hukum upacara Yahudi, tidak diperbolehkan untuk memelihara ayam di
kota kudus, sekalipun kami tidak bisa memastikan apakah hukum ini ditaati atau
tidak. Selanjutnya, tidak pernah mungkin untuk memastikan bahwa seekor ayam
akan berkokok. Tetapi orang-orang Romawi mempunyai suatu praktek militer
tertentu. Malam dibagi menjadi 4 periode penjagaan, yaitu pk 18.00 - pk 21.00,
pk 21.00 - pk 24.00, pk 24.00 - pk 3.00, pk 3.00 - pk 6.00. Setelah periode
penjagaan yang ketiga penjaga diganti dan untuk menandai pergantian penjaga itu
ada bunyi terompet pada pk 3.00 pagi. Bunyi terompet itu disebut dalam bahasa
Latin gallicinium, dan dalam
bahasa Yunani alektrophonia, yang
keduanya berarti ‘kokok ayam’. Mungkin sekali Yesus berkata kepada Petrus:
‘Sebelum terompet membunyikan ‘kokok ayam’ engkau akan menyangkalKu 3
x’. Setiap orang di Yerusalem pasti tahu bahwa terompet berbunyi pada pk 3.00
pagi. Pada saat terompet itu dibunyikan di seluruh kota malam itu, Petrus ingat)
- hal 229-230.
Komentar saya berkenaan dengan hal ini:
a)
Kata-kata yang saya garis-bawahi itu kelihatannya menunjukkan bahwa Barclay
tidak mempercayai bahwa segala sesuatu (termasuk kokok ayam) ada di tangan
Allah, dan bisa Ia gerakkan kemanapun Ia kehendaki. Bandingkan dengan komentar
Spurgeon di bawah, yang jelas mempercayai bahwa segala sesuatu ada di tangan
Allah, termasuk ayam dan kehendak dari ayam itu, dan Allah bisa menggerakkan
ayam itu untuk berkokok, kapanpun Allah menghendakinya. Jadi, bagi Allah tidak
ada yang tidak pasti, termasuk kokok ayam tersebut.
b) Tafsiran Barclay ini jelas bertentangan dengan 2 x
kokok ayam dalam:
· nubuat
Tuhan Yesus dalam Mark 14:30 - “Lalu
kata Yesus kepadanya: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada hari ini, malam
ini juga, sebelum ayam berkokok dua kali, engkau telah menyangkal Aku
tiga kali.’”.
· Mark 14:68-72
- “(68) Tetapi ia menyangkalnya dan
berkata: ‘Aku tidak tahu dan tidak mengerti apa yang engkau maksud.’ Lalu ia
pergi ke serambi muka [dan berkokoklah ayam]. (69) Ketika hamba perempuan
itu melihat Petrus lagi, berkatalah ia pula kepada orang-orang yang ada di situ:
‘Orang ini adalah salah seorang dari mereka.’ (70) Tetapi Petrus
menyangkalnya pula. Tidak lama kemudian orang-orang yang ada di situ berkata
juga kepada Petrus: ‘Engkau ini pasti salah seorang dari mereka, apalagi
engkau seorang Galilea!’ (71) Maka mulailah Petrus mengutuk dan bersumpah:
‘Aku tidak kenal orang yang kamu sebut-sebut ini!’ (72) Dan pada saat itu berkokoklah
ayam untuk kedua kalinya. Maka teringatlah Petrus, bahwa Yesus telah berkata
kepadanya: ‘Sebelum ayam berkokok dua kali, engkau telah menyangkal Aku
tiga kali.’ Lalu menangislah ia tersedu-sedu”.
Catatan:
Mark 14:72 mengatakan bahwa ini adalah kokok ayam yang kedua-kalinya,
tetapi kata-kata ‘untuk kedua kalinya’
dan ‘dua kali’
itu diperdebatkan keasliannya karena adanya perbedaan manuscript (lihat footnote
NIV). Demikian juga dengan kata-kata ‘dua
kali’ dalam Mark 14:30.
Tetapi A. T. Robertson mengatakan bahwa yang ada dalam Mark 14:30
dan Mark 14:68 (dalam tanda kurung tegak) itu tidak orisinil, tetapi yang
ada dalam Mark 14:72a dan Mark 14:72b itu asli.
Hendriksen bahkan beranggapan bahwa kata-kata yang ada dalam tanda
kurung tegak dalam Mark 14:68 itupun asli (‘The Gospel of Mark’,
hal 618-619). Tetapi kalau demikian, maka Petrus baru menyangkal 1 x, dan ayam
sudah berkokok. Apakah ini bertentangan dengan Mat 26:34 dimana Yesus
menubuatkan bahwa ayam baru berkokok setelah Petrus menyangkal 3 x? Hendriksen
mengatakan bahwa kata-kata dalam Mat 26:34 itu harus diartikan ‘Aku
berkata kepadamu, sesungguhnya malam ini, sebelum ayam berkokok, yaitu,
sebelum ayam berkokok 2x, engkau telah menyangkal Aku tiga kali’.
Bruce M. Metzger beranggapan bahwa kata-kata ‘dua kali’ dalam
Mark 14:30 itupun asli. Bagian paralelnya, yaitu Mat 26:34 Luk 22:34
Yoh 13:38, memang tidak mempunyai kata-kata itu, dan ini yang menyebab-kan
beberapa penyalin menghapuskan kata-kata itu dalam Mark 14:30.
Tentang kata-kata yang ada dalam tanda kurung tegak dalam Mark
14:68, Metzger ragu-ragu, karena ada kemungkinan penyalin menambahkan kata-kata
ini untuk menyesuaikan dengan Mark 14:30 dan Mark 14:72, tetapi juga
ada kemungkinan penyalin menghapuskan bagian ini untuk menyesuaikan dengan
cerita versi Matius, Lukas dan Yohanes.
Dan tentang kata-kata ‘untuk
kedua kalinya’ dan ‘dua
kali’ dalam Mark 14:72, Metzger menganggapnya sebagai asli. Adanya
manuscripts yang tidak mempunyai bagian ini disebabkan karena penyalin-penyalin
yang menghapuskannya untuk menyesuaikan dengan ketiga Injil yang lain.
Saya sendiri beranggapan bahwa kalau memang sebetulnya dalam
seluruh cerita ini hanya ada satu kokok ayam, maka adalah aneh bahwa tahu-tahu
dalam banyak manuscripts versi Markus bisa ditambahkan kata-kata ‘dua kali,
‘yang kedua kalinya’ dan sebagainya. Tetapi kalau sebetulnya kata-kata itu
ada, maka bisa saja beberapa penyalin menghapuskannya untuk menyesuaikan dengan
versi dari ketiga Injil yang lain. Jadi, untuk penambahan tidak ada alasan /
motivasi; tetapi untuk penghapusan, ada. Karena itu lebih masuk akal untuk
beranggapan bahwa kata-kata itu asli.
c)
Adanya gereja-gereja yang meletakkan ayam di puncak genteng gereja, konon
kabarnya berasal usul dari kokok ayam pada saat penyangkalan Petrus. Juga
tradisi mengatakan bahwa sejak saat itu Petrus selalu menangis kalau mendengar
kokok ayam.
Leon Morris (hal 760, footnote) menolak pandangan Barclay ini, dan
ia menganggap bahwa kokok ayam itu betul-betul adalah kokok ayam.
9)
Beberapa komentar bernada membela dari Barclay terhadap Petrus, yang menunjukkan
hal-hal positif dalam diri Petrus, sekalipun ia menyangkal Yesus tiga kali.
a)
Barclay: “The first thing to
remember about Peter is not his failure, but the courage which kept him near to
Jesus when everyone else had run away. His failure could have happened only to a
man of superlative courage. True, he failed; but he failed in a situation which
none of the other disciples even dared to face. ... We must remember how much
Peter loved Jesus. ... He loved Jesus so much that he could not leave him. True,
he failed; but he failed in circumstances which only a faithful lover of Jesus
would ever have encountered” (= Hal
pertama yang diingat tentang Petrus bukanlah kegagalannya, tetapi keberaniannya
yang membuatnya tetap dekat dengan Yesus pada saat setiap orang yang lain telah
lari meninggalkanNya. Kegagalannya hanya bisa terjadi pada seorang yang
mempunyai keberanian yang sangat baik. Memang ia gagal; tetapi ia gagal dalam
suatu situasi yang tak berani dihadapi oleh seorangpun dari murid-murid yang
lain. ... Kita harus ingat betapa besar kasih Petrus kepada Yesus. ... Ia begitu
mengasihi Yesus sehingga ia tidak bisa meninggalkannya. Memang ia gagal, tetapi
ia gagal dalam suatu keadaan yang bisa dialami / dihadapi hanya oleh seorang
pecinta Yesus yang setia)
- hal 230.
Catatan: Hal
yang perlu dipikirkan / diragukan tentang komentar Barclay tentang cinta Petrus
yang besar kepada Yesus adalah Yoh 21:15-17 dimana setelah bangkit dari orang
mati, Yesus menanyai Petrus sampai 3 x (jumlah yang sama dengan
penyangkalannya): ‘Apakah engkau mengasihi
Aku?’. Mungkin Petrus
mengikuti Yesus bukan karena cinta yang besar kepada Yesus, tetapi sekedar
karena ia sebagai seorang Sanguinis, menuruti impulse yang muncul dalam hatinya
tanpa terlalu banyak berpikir.
Tetapi kalau Petrus memang mengikuti Yesus karena kasihnya kepada
Yesus, maka memang itu menunjukkan adanya hal yang positif dalam dirinya, dan
kata-kata Barclay di atas bisa diterima. Petrus gagal dalam suatu situasi, yang
tidak berani dimasuki oleh orang lain.
Illustrasi:
orang menertawakan seorang yang ambruk karena tidak kuat mengangkat barbel
seberat 150 kg. Tetapi orang yang menenertawakan itu sendiri tidak mau / tidak
bisa mengangkat barbel seberat 75 kg sekalipun. Ini menunjukkan bahwa antara
yang jatuh dan yang berdiri belum tentu yang jatuh yang lebih jelek. Juga antara
yang menertawakan orang yang jatuh dan orang yang ditertawakan karena
kejatuhannya, belum tentu yang terakhir yang lebih jelek.
Satu hal yang ingin saya tekankan adalah: orang-orang yang
betul-betul berjuang dalam pelayanan dan ternyata jatuh / gagal, masih lebih
baik dari pada yang sama sekali tidak berjuang / sedikit berjuang dan berhasil.
Illustrasi:
Ada suatu artikel dalam Reader's Digest yang ditulis oleh seorang yang bernama
Laurence Shames, yang berbunyi sebagai berikut:
“John
Milton was a failure. In writing ‘Paradise Lost’, his aim was to ‘justify
the ways of God to men.’ Inevitably, he fell short and wrote only a monumental
poem. Beethoven, whose music was conceived to transcend fate, was a failure, as
was Socrates, whose ambition was to make people happy by making them reasonable
and just. The surest, noblest way to fail is to set one’s standards
titanically high. The flip side of that proposition also seems true. The surest
way to succeed is to keep one’s striving low. Many people, by external
standards, will be ‘successes.’ They will own homes, eat in better
restaurants, dress well and, in some instances, perform socially useful work.
Yet fewer people are putting themselves on the line, making as much of their
minds and talent as they might. Frequently, success is what people settle for
when they can’t think of something noble enough to be worth failing at”
(= John Milton adalah suatu kegagalan. Dalam menulis ‘Paradise Lost’ /
Firdaus yang hilang, tujuannya adalah ‘membenarkan jalan-jalan Allah kepada
manusia’. Secara tak terelakkan, ia gagal mencapainya dan hanya menulis syair
yang besar / penting. Beethoven, yang musiknya dianggap melampaui nasib, adalah
sebuah kegagalan, seperti halnya dengan Socrates, yang ambisinya adalah untuk
membuat orang-orang bahagia dengan menjadikan mereka waras dan adil / benar. Jalan
yang mulia yang paling pasti untuk gagal adalah menempatkan standard seseorang
sangat tinggi. Sisi yang lain / sebaliknya dari dalil itu juga kelihatannya
benar. Jalan yang paling pasti untuk sukses / berhasil adalah menjaga supaya
perjuangannya / apa yang ingin dicapai merupakan sesuatu yang rendah. Banyak
orang, dengan standard lahiriah / luar, kelihatan sukses. Mereka memiliki rumah,
makan di restoran yang lebih baik, berpakaian bagus, dan kadang-kadang melakukan
pekerjaan yang berguna bagi masyarakat. Tetapi lebih sedikit orang berterus
terang dengan diri mereka sendiri (?), melakukan sebanyak yang mereka bisa
lakukan dengan pikiran dan talenta mereka. Seringkali, sukses adalah apa yang
mau diterima oleh orang-orang, pada waktu mereka tidak bisa memikirkan sesuatu
yang cukup mulia yang layak untuk gagal dicapai).
Penerapan:
Mungkin banyak dari saudara yang merasa berhasil melakukan
pelayanan saudara dengan baik dan bertanggung jawab, karena saudara menempatkan
tujuan saudara terlalu rendah, sehingga saudara hanya mengambil sedikit
pelayanan yang tidak terlalu berarti. Orang-orang lain menempatkan tujuannya
begitu tinggi, sehingga mereka gagal dalam pelayanannya. Dan orang-orang
golongan pertama lalu mengkritik orang-orang dari golongan kedua dan menilai
mereka tidak / kurang serius dalam pelayanan dan sebagainya. Sebetulnya siapa
yang kurang serius?
b)
Barclay: “Things could not have
been easy for him. The story of his denial would soon get about, for people love
a malicious tale. It may well be, as legend has it, that people imitated the
crow of the cock when he passed. But Peter had the courage and the tenacity of
purpose to redeem himself, to start from failure and attain greatness”
(= Kehidupan tidak akan mudah baginya. Cerita tentang penyangkalannya akan
segera tersiar, karena orang-orang menyukai cerita yang jahat. Merupakan sesuatu
yang mungkin, seperti dongeng mengatakannya, bahwa orang-orang meniru kokok ayam
pada waktu ia lewat. Tetapi Petrus mempunyai keberanian dan kegigihan tujuan
untuk menebus dirinya sendiri, untuk mulai dari kegagalan dan mencapai
kebesaran) - hal 230-231.
c)
Barclay: “The essence of the
matter was that it was the real Peter who protested his loyalty in the upper
room; it was the real Peter who drew his lonely sword in the moonlight of the
garden; it was the real Peter who followed Jesus, because he could not allow his
Lord to go alone; it was not the real Peter who cracked beneath the tension and
denied his Lord. And that is just what Jesus could see. A tremendous thing about
Jesus is that beneath all our failures he sees the real man. He understands”
(= Inti dari persoalan adalah bahwa Petrus yang sejatilah yang memprotes
kesetiaannya di ruang atas; Petrus yang sejatilah yang menarik pedangnya dalam
cahaya bulan di taman; Petrus yang sejatilah yang mengikuti Yesus, karena ia
tidak bisa membiarkan Tuhannya pergi sendiri; bukan Petrus yang sejati yang
pecah / retak di bawah ketegangan dan menyangkal Tuhannya. Dan itulah persisnya
yang bisa dilihat oleh Yesus. Suatu hal yang besar / hebat sekali tentang Yesus
adalah bahwa di bawah semua kegagalan kita Ia melihat orang yang sejati. Ia
mengerti) - hal 231.
Kalau penilaian Barclay tentang ‘Petrus sejati’ itu ia pisahkan
dari pekerjaan Tuhan / Roh Kudus yang menguduskan Petrus, maka jelas bahwa
kata-kata Barclay ini salah dan bertentangan dengan ‘Total Depravity’
(= Kebejatan total).
Tetapi kalau di dalam ‘Petrus sejati’ itu ia mengikutsertakan
pekerjaan Tuhan / Roh Kudus dalam diri Petrus, maka mungkin kata-kata Barclay
ini sejalan dengan kata-kata Paulus dalam Ro 7:16-20 - “(16)
Jadi jika aku perbuat apa yang tidak aku kehendaki, aku menyetujui, bahwa hukum
Taurat itu baik. (17) Kalau demikian bukan aku lagi yang memperbuatnya,
tetapi dosa yang ada di dalam aku. (18) Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku,
yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak
memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik. (19) Sebab
bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa
yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat. (20) Jadi jika
aku berbuat apa yang tidak aku kehendaki, maka bukan lagi aku yang
memperbuatnya, tetapi dosa yang diam di dalam aku”.
Charles Hodge:
“This is not said as an exculpation,
but to exhibit the extent and power of indwelling sin, which it (?) is beyond
our own power, and beyond the power of the law, to eradicate or effectually
control. ... They are indeed my own acts, but not being performed with the full
and joyful purpose of the heart, are not to be regarded as a fair criterion of
character” (= Ini bukan diucapkan untuk
membersihkan diri sendiri dari kesalahan, tetapi untuk menunjukkan luasnya dan
kekuatan dari dosa di dalam kita, yang melampaui kekuatan kita sendiri, dan
melampaui kekuatan dari hukum Taurat, untuk menghapuskan atau mengontrolnya
secara effektif. ... Hal-hal itu memang merupakan tindakan-tindakanku sendiri,
tetapi karena tidak dilakukan dengan tujuan hati yang penuh dan sukacita, maka
hal-hal itu tidak boleh dianggap sebagai suatu testing yang jujur dari suatu
karakter) - ‘Romans’,
hal 231,234.
Ini memang merupakan suatu hal yang penting. Mengapa? Karena kita
cenderung menilai orang lain, dan bahkan kadang-kadang diri kita sendiri dengan
cara yang terlalu berat, yaitu dengan hanya menyoroti hal-hal jeleknya saja. Ini
merupakan penilaian yang tidak fair / jujur.
10)
Yohanes tidak menceritakan kesadaran Petrus dari dosanya.
Ini diceritakan oleh Matius dan Markus, yang mengatakan bahwa pada
saat ayam berkokok Petrus lalu teringat kata-kata Yesus.
Mat 26:74-75 - “Maka
mulailah Petrus mengutuk dan bersumpah: ‘Aku tidak kenal orang itu.’ Dan
pada saat itu berkokoklah ayam. Maka teringatlah Petrus akan apa yang dikatakan
Yesus kepadanya: ‘Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga
kali.’ Lalu ia pergi ke luar dan menangis dengan sedihnya”.
Mark 14:72 - “Dan pada
saat itu berkokoklah ayam untuk kedua kalinya. Maka teringatlah Petrus, bahwa
Yesus telah berkata kepadanya: ‘Sebelum ayam berkokok dua kali, engkau telah
menyangkal Aku tiga kali.’ Lalu menangislah ia tersedu-sedu”.
Tetapi Calvin mengatakan bahwa dalam Lukas, Petrus baru sadar pada
saat Yesus memandang kepadanya.
Luk 22:60-61 - “Tetapi
Petrus berkata: ‘Bukan, aku tidak tahu apa yang engkau katakan.’ Seketika
itu juga, sementara ia berkata, berkokoklah ayam. Lalu berpalinglah Tuhan
memandang Petrus. Maka teringatlah Petrus bahwa Tuhan telah berkata
kepadanya: ‘Sebelum ayam berkokok pada hari ini, engkau telah tiga kali
menyangkal Aku.’”.
Calvin: “Thus,
when any persons has once begun to fall through the suggestions of Satan, no
voice, no sign, no warning, will bring him back, until the Lord himself cast his
eyes upon him” (= Demikianlah pada saat
seseorang telah mulai jatuh melalui usul-usul dari Setan, tidak ada suara,
tanda, atau peringatan, yang akan membawanya kembali, sampai Tuhan sendiri
memandang kepadanya) - hal 204.
Charles Haddon Spurgeon: “When Peter first denied
his Master a cock crew. Peter must have heard that crowing, or he would not have
communicated the fact to the evangelists who recorded it. But though he
heard it, he was an example of those who have ears, but hear not. One would have
thought that the warning would have touched his conscience; but it did not; and
when the cock crowed a second time, after he had committed three denials, it
might not have awakened him from his dreadful sleep if a higher instrumentality
had not been used, namely, a look from the Lord Jesus”
(= Pada waktu Petrus pertama kalinya menyangkal Tuannya ayam berkokok. Petrus
pasti mendengar kokok itu, atau ia tidak akan menyampaikan fakta itu kepada penginjil-penginjil
yang mencatatnya. Tetapi sekalipun ia mendengarnya, ia merupakan contoh dari
mereka yang mempunyai telinga, tetapi tidak mendengar. Seseorang mengira bahwa
peringatan ini menyentuh hati nuraninya; tetapi ternyata itu tidak menyentuhnya;
dan pada waktu ayam berkokok untuk keduakalinya, setelah ia melakukan 3
penyangkalan, itu mungkin tidak membangunkannya dari tidurnya yang menakutkan,
seandainya alat pembantu yang lebih tinggi tidak digunakan, yaitu, pandangan
dari Tuhan Yesus) - ‘Spurgeon’s
Expository Encyclopedia’, vol 12, hal 22.
Catatan:
saya berpendapat kata-kata ‘the evangelists’ (= penginjil-penginjil)
itu salah, karena satu-satunya penginjil yang menuliskan kokok ayam yang
pertama, dan adanya 2 x kokok ayam, adalah Markus (Mark 14:30,68,72).
Mengomentari Luk 22:60-61, Charles Haddon Spurgeon berkata:
“God
has all things in his hands, he has servants everywhere, and the cock shall
crow, by the secret movement of his providence, just when God wills; and there
is, perhaps, as much of divine ordination about the crowing of a cock as about
the ascending of an emperor to his throne. Things are only little and great
according to their bearings; and God reckoned not the crowing bird to be a small
thing, since it was to bring a wanderer back to his Saviour, for, just as the
cock crew, ‘The Lord turned, and looked upon Peter.’ That was a different
look from the one which the girl had given him, but that look broke his heart”
[= Allah mempunyai / memegang segala sesuatu di tanganNya, Ia mempunyai pelayan
di mana-mana, dan ayam akan berkokok, oleh gerakan / dorongan rahasia dari
providensiaNya, persis pada saat Allah menghendakinya; dan di sana mungkin ada
pengaturan / penentuan ilahi yang sama banyaknya tentang berkokoknya seekor ayam
seperti tentang naiknya seorang kaisar ke tahtanya. Hal-hal hanya kecil dan
besar menurut hubungannya / sangkut pautnya / apa yang diakibatkannya; dan Allah
tidak menganggap berkokoknya burung / ayam sebagai hal yang kecil, karena itu
akan membawa orang yang menyimpang kembali kepada Juruselamatnya, karena, persis
pada saat ayam itu berkokok, ‘berpalinglah Tuhan memandang Petrus’. Ini
adalah pandangan yang berbeda dengan pandangan yang tadi telah diberikan seorang
perempuan kepadanya (Luk 22:56), tetapi pandangan itu menghancurkan
hatinya] - ‘Spurgeon’s
Expository Encyclopedia’, vol 12, hal 20.
-AMIN-
e-mail us at [email protected]