oleh:
Pdt. Budi Asali MDiv.
Ay 5: “tetapi sekarang Aku pergi
kepada Dia yang telah mengutus Aku, dan tiada seorangpun di antara kamu yang
bertanya kepadaKu: Ke mana Engkau pergi?”.
1)
‘Sekarang Aku pergi kepada Dia yang telah
mengutus Aku’.
Selama ini mereka enak, karena semua serangan / permusuhan
ditujukan kepada Kristus. Tetapi mulai kepergian Kristus maka hidup mereka akan
berubah, karena serangan para musuh Kristus akan ditujukan kepada mereka.
Kata-kata Kristus yang menunjukkan bahwa Ia pergi kepada Bapa / ke
surga, ditujukan sebagai suatu penghiburan bagi mereka, karena ini menunjukkan
bahwa sekalipun secara jasmani Ia tidak ada lagi dalam dunia ini, tetapi Ia
tetap memegang otoritas tertinggi, dan bisa melindungi mereka dengan kuasaNya.
Penerapan:
Kalau suatu kali semua orang kristen dianiaya habis-habisan, dan
kelihatannya dunia betul-betul menang atas orang kristen, ingatlah bahwa
sebetulnya Yesus tetap menguasai dan mengontrol segala sesuatu.
2)
‘tiada seorangpun di antara kamu yang
bertanya kepadaKu: Kemana Engkau pergi?’.
a)
Kelihatannya tuduhan ini tidak berdasar, karena para murid itu pernah menanyakan
hal itu. Petrus menanyakan itu dalam 13:36, dan Tomas menanyakan hal yang mirip
dengan itu dalam 14:5. Lalu mengapa ada tuduhan bahwa mereka tidak bertanya
kemana Ia akan pergi? Ada bermacam-macam jawaban:
· Calvin
berkata tetap ada tuduhan seperti ini karena sekalipun mereka bertanya tetapi
mereka tidak menjadi percaya.
· Clarke
mengatakan bahwa tadi mereka memang bertanya, tetapi sekarang tidak, karena hati
mereka sedih.
· Leon
Morris mengatakan bahwa Petrus tidak serius dengan pertanyaannya.
· Ada
juga yang mengatakan bahwa mereka bertanya tanpa mempedulikan kemuliaanNya,
tetapi hanya demi diri mereka sendiri. Saya condong pada pandangan terakhir ini.
b) Bagian ini menunjukkan bahwa murid-murid tenggelam
dalam kesedihan.
Barnes’ Notes:
“They gave themselves up to grief,
instead of inquiring why he was about to leave them. Had they made the
inquiry, he was ready to answer them, and to comfort them. When we are
afflicted, we should not yield ourselves to excessive grief. We should inquire
why it is that God thus tries us; and we should never doubt that if we come to
him, and spread out our sorrows before him, he will give us consolation”
(= Mereka menyerahkan diri mereka sendiri pada kesedihan, dan bukannya bertanya
mengapa Ia akan meninggalkan mereka. Andaikata mereka menanyakan hal itu, Ia
siap untuk menjawab mereka dan menghibur mereka. Pada waktu kita sedih /
menderita, kita tidak boleh menyerahkan diri kita sendiri pada kesedihan yang
berlebihan. Kita harus bertanya mengapa Allah menguji kita seperti itu; dan kita
tidak boleh meragukan bahwa jika kita datang kepadaNya, dan membeberkan
kesedihan kita di hadapanNya, Ia akan memberikan penghiburan kepada kita)
- hal 341.
Catatan:
· penafsir
ini agak membelokkan ayat yang ditafsirkan, karena dalam ay 5 itu Yesus berkata:
‘tiada seorangpun di antara kamu yang bertanya kepadaKu: Kemana Engkau
pergi?’, tetapi ia mengubahnya menjadi ‘mengapa Engkau akan
meninggalkan kami?’.
· penafsir
ini berkata bahwa kalau kita sedih atau menderita kita tidak boleh menyerahkan
diri kita pada kesedihan tetapi harus bertanya kepada Tuhan dan datang kepada
Tuhan untuk menceritakan seluruh persoalan kita dan Tuhan pasti akan menghibur
kita. Ini memang ada benarnya, tetapi juga perlu diingat bahwa ada saat-saat
dimana pada waktu kita bertanya / berdoa, Tuhan bungkam seribu bahasa, seperti
yang sering dialami oleh Daud (terbukti dari mazmur-mazmurnya), dan oleh Ayub,
dan juga pasti dialami oleh banyak orang kristen lain.
Ay 6-7: “Tetapi karena Aku
mengatakan hal itu kepadamu, sebab itu hatimu berdukacita. Namun benar yang
Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab
jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi
jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu”.
1)
‘Tetapi karena Aku mengatakan hal itu
kepadamu, sebab itu hatimu berdukacita’
(ay 6).
Mereka sedih karena mereka beranggapan bahwa kepergian Yesus itu
merugikan mereka.
2)
‘Namun benar yang Kukatakan ini
kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi’ (ay 7).
a)
Kata ‘namun’ di awal ay 7 ini mengkontraskan ay 6 dengan ay 7. Dalam pandangan
para murid merupakan hal yang merugikan kalau Yesus pergi, namun Yesus
mempunyai pandangan yang bertentangan. Menurut Yesus adalah lebih berguna bagi
mereka kalau Ia pergi.
Barnes’ Notes (hal 342) membahas pertanyaan: mengapa lebih baik
kalau Kristus pergi?
· Setelah
Yesus mati, bangkit dan naik ke surga, maka Roh Kudus akan datang dan memimpin
mereka sedemikian rupa sehingga mereka mengerti secara lebih penuh / lengkap
tentang maksud kedatangan Kristus dari pada pada saat Yesus ada bersama mereka.
· Pada
saat hidup di dunia, Yesus (sebagai manusia) hanya bisa berada di satu tempat
pada satu saat, tetapi pada waktu Roh Kudus datang, Ia maha ada dan bisa
menerapkan pekerjaan penebusan Kristus di seluruh dunia.
Barnes’ Notes:
“The departure of the Lord Jesus was to
the apostles a source of deep affliction. But had they seen the whole case, they
would not have been thus afflicted. So God often takes away from us one blessing
that he may bestow a greater. All affliction, if received in a proper manner, is
of this description” (= Kepergian Tuhan
Yesus merupakan sumber kesedihan yang dalam bagi rasul-rasul. Tetapi andaikata
mereka melihat seluruh kasus, mereka tidak akan sesedih itu. Demikianlah Allah
mengambil dari kita satu berkat supaya Ia bisa memberikan berkat yang lebih
besar. Semua penderitaan / kesedihan, jika diterima dengan cara yang benar,
adalah seperti penggambaran ini)
- hal 342.
Leon Morris (NICNT): “The expression ‘It is
expedient for you’ should be noted. To the disciples the departure of Jesus
seemed disastrous: actually it was for their profit”
(= Ungkapan ‘Adalah lebih berguna bagi kamu’ harus diperhatikan. Bagi
murid-murid kepergian Yesus kelihatan sebagai bencana: tetapi sebetulnya itu
adalah untuk keuntungan mereka)
- hal 696.
Dengan adanya janji Tuhan dalam Ro 8:28, jelas bahwa hal ini
juga berlaku untuk setiap orang kristen yang sejati. Kalau kita mengalami
hal-hal yang kelihatan sebagai bencana, kita harus tetap percaya bahwa Tuhan
membiarkan semua itu terjadi untuk kebaikan kita.
b)
Banyak penafsir menghubungkan kata-kata Yesus dalam ay 7 ini dengan
kata-kata Kayafas dalam Yoh 11:50 - ‘Lebih
berguna bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita dari pada seluruh bangsa
binasa’.
Leon Morris (NICNT): “The word ‘It is
expedient’ is the same as that used by Caiaphas (11:50), and we may profitably
reflect that this is the supreme illustration of the way God takes the acts of
wicked men and uses them to effect His purpose. Caiaphas thought the crucifixion
expedient. So it was, but in a way and for a reason that he could not guess”
[= Kata-kata ‘Adalah lebih berguna’ adalah kata-kata yang sama seperti yang
digunakan oleh Kayafas (11:50), dan kita bisa memikirkannya secara menguntungkan
bahwa ini merupakan ilustrasi tertinggi tentang cara Allah menerima
tindakan-tindakan dari manusia yang jahat dan menggunakan mereka untuk
menjalankan rencanaNya. Kayafas berpikir bahwa penyaliban itu berguna. Itu
memang berguna, tetapi dengan cara dan untuk alasan yang tidak bisa ia
perkirakan] - hal 696.
John G. Mitchell: “‘It is expedient for
you that I go away.’ Caiaphas used the same word when he said, ‘It is
expedient for us, that one man should die for the people, and that the whole
nation perish not’ (11:50). An antagonistic, vile, jealous high priest
unknowingly cooperated with the purpose of God. The time is going to come when
God will make the wrath of man to praise Him (Psalm 76:10)”
[= ‘Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi’. Kayafas menggunakan
kata yang sama pada waktu ia berkata: ‘Lebih berguna bagimu, jika satu orang
mati untuk bangsa kita dari pada seluruh bangsa binasa’ (11:50). Seorang imam
besar yang bersikap bermusuhan, jahat, cemburu / iri hati secara tak disadarinya
bekerja sama dengan rencana Allah. Waktunya akan datang pada waktu Allah akan
membuat kemarahan manusia memuji Dia (Maz 76:11)] - hal 304-305.
Catatan: Maz 76:11a
- “Sesungguhnya panas hati manusia akan
menjadi syukur bagiMu”.
Psalm 76:10a (KJV): ‘Surely the wrath of man shall
praise thee’ (= Sesungguhnya kemarahan manusia akan memuji Engkau).
RSV dan NASB menterjemahkan seperti KJV / Kitab Suci Indonesia,
tetapi NIV menterjemahkannya secara berbeda.
Psalm 76:10a (NIV): ‘Surely your wrath against men brings
you praise’ (= Sesungguhnya kemarahanMu terhadap manusia akan membawa
pujian bagiMu).
Menurut saya terjemahan NIV salah, dan saya akan memberikan
komentar Calvin tentang Maz 76:11 ini, yang berbunyi sebagai berikut:
“although
at first the rage of the enemies of God and his Church may throw all things into
confusion, and, as it were, envelop them in darkness, yet all will at length
redound to his praise; for the issue will make it manifest, that whatever they
may contrive and attempt, they cannot in any degree prevail against him”
(= sekalipun mula-mula kemarahan dari musuh-musuh Allah dan Gereja bisa
mengacaubalaukan segala sesuatu, dan seakan-akan membungkusnya dalam kegelapan,
tetapi semua pada akhirnya akan mengakibatkan pujian bagiNya; karena hasilnya
akan membuat jelas bahwa apapun yang mereka buat / rancang dan usahakan, mereka
sedikitpun tidak bisa menang terhadap Dia)
- hal 201.
Penerapan:
Karena itu kalau saudara adalah seorang anak Tuhan, dan saudara
tahu akan adanya orang-orang jahat yang merancangkan / mengusahakan sesuatu yang
jahat terhadap saudara, maka janganlah takut! Tetaplah lakukan yang terbaik, dan
percayalah bahwa sekalipun mula-mula mereka bisa mengacau-balaukan segala
sesuatu, tetapi pada akhirnya semua akan membawa kemuliaan bagi Tuhan dan pasti
berguna untuk kebaikan saudara sendiri.
3)
‘Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur
itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia
kepadamu’.
Mengapa Roh Kudus tidak bisa datang kalau Kristus tidak pergi lebih
dulu?
a) Itu merupakan ketetapan Allah.
Calvin: “here
we must not put the question, ‘Could not Christ have drawn down the Holy
Spirit while he dwelt on earth?’ For Christ takes for granted all that has
been decreed by the Father” (= di sini
kita tidak boleh bertanya: ‘Bisakah Kristus menurunkan Roh Kudus sementara Ia
tinggal di bumi?’. Karena Kristus menganggap bahwa semua yang telah ditetapkan
oleh Bapa adalah benar) -
hal 137.
b)
Roh Kudus datang dengan tujuan menerapkan penebusan Kristus dalam hati manusia.
Tetapi kalau Kristus belum pergi, berarti Kristus belum mati untuk menebus dosa
manusia, maka tentu saja Roh Kudus tidak mungkin menerapkan penebusan yang belum
ada itu. Karena itu Ia tidak mungkin datang sebelum Kristus pergi (melalui
salib).
William Hendriksen: “Jesus does not explain
why the Spirit cannot come unless the Son departs from the earth and returns to
his home above. Suggestions which probably point in the right direction are
these: the Son’s going away is a departure via the cross. By his going away he
merits redemption for his people. Now the Holy Spirit is the one whose special
task it is to apply the saving merits of Christ to the hearts and lives of
believers (Rom. 8; Gal. 4:4-6). But the Spirit cannot apply these merits when
there are no merits to apply. Hence, unless Jesus goes away, the Spirit cannot
come ” [= Yesus tidak menjelaskan mengapa
Roh Kudus tidak bisa datang kecuali Anak meninggalkan dunia ini dan kembali ke
rumahNya di atas. Saran-saran yang mungkin menunjuk ke arah yang benar adalah
ini: kepergian Anak adalah kepergian melalui salib. Oleh kepergianNya Ia berhak
mendapatkan penebusan untuk umatNya. Roh Kudus mempunyai tugas khusus untuk
menerapkan jasa / manfaat penyelamatan Kristus pada hati dan kehidupan
orang-orang percaya (Ro 8; Gal 4:4-6). Tetapi Roh Kudus tidak bisa
menerapkan jasa / manfaat ini pada waktu di sana tidak ada jasa / manfaat untuk
diterapkan. Jadi, kecuali Yesus pergi, Roh Kudus tidak bisa datang]
- hal 323.
4)
‘jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia
kepadamu’.
Thomas Whitelaw: “The pronouns ‘I’
and ‘Him’ applied in these verses to Christ and the Spirit show that the
personality of the one is distinct from the personality of the other”
(= Kata ganti orang ‘Aku’ dan ‘Dia’ yang digunakan dalam ayat-ayat ini
terhadap Kristus dan Roh Kudus menunjukkan bahwa kepribadian yang satu berbeda
dengan kepribadian yang lain) - hal 337.
Ay 8: “Dan kalau Ia datang,
Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman”.
1)
Calvin mengatakan bahwa ay 8-11 adalah ayat-ayat yang kabur penafsirannya.
2)
Di sini Calvin berkata bahwa pekerjaan Roh Kudus bukan hanya memimpin, menyokong
dan melindungi para murid saja, tetapi juga akan memberikan kuasa kepada para
murid itu sehingga pemberitaan firman yang mereka lakukan akan ‘menginsyafkan
dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman’.
Penerapan:
Orang kristen yang baik harus memperhatikan pertahanan (seperti
berdoa, belajar Firman Tuhan, menghindari pencobaan) maupun penyerangan (seperti
melayani, memberitakan Injil), dan Roh Kudus membantu kita dalam kedua hal ini.
3)
Kristus mengatakan ini supaya para murid melihat hebatnya karunia Roh Kudus yang
akan diberikan kepada mereka. Juga, supaya mereka melihat bahwa sekalipun dunia
membenci dan menganiaya mereka, tetapi melalui pekerjaan Roh Kudus mereka bisa
mempertobatkan dunia. Pada waktu dunia membenci dan memusuhi kita, maka secara
alamiah kita juga ingin membalas. Tetapi jelas bukan itu sikap yang Tuhan
kehendaki dari kita. Kita harus mengampuni, mengasihi mereka, dan tetap berusaha
memberitakan Injil kepada mereka, supaya mereka bisa diselamatkan. Dan Roh Kudus
membantu kita dalam hal ini.
4)
Roh Kudus sebagai Penyadar dosa.
Leon Morris (NICNT): “We have already had the
thought of the Spirit as a Helper and Advocate (14:16f.,26;15:26f.). Now we have
the additional thought that He is a Prosecutor, convicting sinful men of being
in the wrong” [= Kita sudah mendapatkan
pemikiran tentang Roh Kudus sebagai Penolong dan Pengacara (14:16-dst, 26;
15:26-dst). Sekarang kita mendapatkan pemikiran tambahan bahwa Ia adalah seorang
Penuntut, menyadarkan manusia berdosa bahwa mereka salah]
- hal 695.
Leon Morris (NICNT): “Apart from the Holy
Spirit men do not really know the truth about sin or righteousness or
judgment” (= Terpisah dari Roh Kudus
manusia tidak benar-benar mengetahui kebenaran tentang dosa atau kebenaran atau
penghakiman) - hal
697-698.
5)
Perlu diketahui bahwa kalau dikatakan bahwa Roh Kudus akan menginsyafkan dunia
akan dosa, kebenaran dan penghakiman, itu tidak berarti bahwa seluruh dunia akan
bertobat. Perhatikan kata-kata Hendriksen di bawah ini.
William Hendriksen: “He will publicly expose
its guilt and call it to repentance. He will convict it with respect to three
particulars: sin and righteousness and judgment. The result of this operation of
the Spirit is not indicated here. From Acts 2:22-41; 7:51-57; 9:1-6; 1Cor.
14:24; 2Cor. 2:15,16; Tit. 1:13, we learn that in some cases the result will be
conversion; in others, hardening and everlasting punishment”
(= Ia akan menyingkapkan kesalahannya secara umum / di depan umum dan
memanggilnya untuk bertobat. Ia akan menyadarkannya berkenaan dengan tiga fakta:
dosa dan kebenaran dan penghakiman. Hasil dari pekerjaan Roh Kudus ini tidak
ditunjukkan / dinyatakan di sini. Dari Kis 2:22-41; 7:51-57; 9:1-6; 1Kor 14:24;
2Kor 2:15,16; Tit 1:13, kita mempelajari bahwa dalam beberapa kasus
hasilnya adalah pertobatan; dalam kasus-kasus yang lain, pengerasan hati dan
hukuman kekal) - hal 325.
Pulpit (hal 301) mengatakan hal yang serupa dengan yang dikatakan
Hendriksen di sini.
Adam Clarke:
“He will demonstrate these matters so
clearly as to leave no doubt on the minds of those who are simple of heart; and
so fully as to confound and shut the mouths of those who are gainsayers”
(= Ia akan mendemonstrasikan hal-hal ini secara begitu jelas sehingga tidak akan
meninggalkan keraguan dalam pikiran orang yang jujur hatinya; dan dengan begitu
lengkap sehingga membingungkan / mengalahkan dan membungkam mulut mereka yang
suka menyangkal) - hal 639.
Ay 9: “akan dosa, karena mereka
tetap tidak percaya kepadaKu”.
Ada 2 penafsiran
tentang bagian ini:
1)
Hendriksen mengatakan bagian ini menunjukkan bahwa hakekat dari dosa adalah
ketidakpercayaan kepada Kristus.
Bdk. Kis 2:23,36 3:13-15 4:10. Semua ayat-ayat ini
menunjukkan bahwa dalam pemberitaan Injil kepada orang-orang Yahudi, Petrus
menekankan penolakan dan pembunuhan yang mereka lakukan terhadap Yesus. Bdk.
juga Zakh 12:10.
Barnes mempunyai pandangan yang serupa.
Barnes’ Notes:
“the particular sin of which men are
here said to be convinced, is that of rejecting the Lord Jesus. This is placed
first, and is deemed the sin of chief magnitude, as it is the principal one of
which men are guilty. This was particularly true of the Jews, who had rejected
him and crucified him. ... Throughout the New Testament this is regarded as the
sin that is pre-eminently offensive to God, and which, if unrepented of, will
certainly lead to perdition, Mark 16:16; John 3:36”
(= dosa khusus tentang mana manusia dikatakan akan diyakinkan, adalah dosa
menolak Tuhan Yesus. Ini dinomersatukan, dan dianggap sebagai dosa terbesar,
karena ini adalah dosa utama / pokok terhadap mana manusia bersalah. Ini
khususnya benar tentang orang Yahudi, yang telah menolakNya dan menyalibkanNya.
... Dalam sepanjang Perjanjian Baru ini dianggap sebagai dosa yang paling
menyakitkan hati Allah, dan jika kita tidak bertobat darinya, pasti akan membawa
kita pada kehancuran / hukuman / neraka, Mark 16:16; Yoh 3:36)
- hal 342.
Ini jelas menunjukkan Yesus sebagai satu-satunya jalan ke surga.
Karena itu janganlah menolak Dia, dan kalau saudara sudah menerimaNya, rajinlah
memberitakan Injil kepada orang-orang yang belum percaya kepadaNya.
2)
Ada juga yang menafsirkan bahwa ketidakpercayaan kepada Kristus itu merupakan
bukti yang menyolok bahwa dunia itu berdosa.
Ay 10: “akan kebenaran,
karena Aku akan pergi kepada Bapa dan kamu tidak melihat Aku lagi”.
Hendriksen
berkata bahwa sebentar lagi Kristus akan ditangkap, diadili, dan dianggap tidak
benar, dan dihukum mati. Tetapi Ia akan bangkit dan naik ke surga, dan semua itu
membuktikan bahwa Ia adalah Orang Benar.
William
Hendriksen: “He,
the very One whom the world had branded as unrighteous, would by means of his
victorious going to the Father be marked as the Righteous One ... Thus, the
world would be convicted with respect to righteousness”
(= Ia, Orang yang dicap oleh dunia sebagai tidak benar, oleh kepergianNya kepada
Bapa yang penuh kemenangan, akan dinyatakan sebagai Orang Benar ... Demikianlah
dunia akan disadarkan / diinsyafkan berkenaan dengan kebenaran)
- hal 326.
Calvin:
“Next to the conviction of sin, this is
the second step, that the Spirit should convince the world what true
righteousness is; namely, that Christ, by his ascension to heaven, has
established the kingdom of life, and now sits at the right hand of the Father,
to confirm true righteousness” (= Setelah
penginsyafan / penyadaran dosa, ini adalah langkah kedua, bahwa Roh Kudus harus
meyakinkan dunia apa kebenaran sejati itu; yaitu, bahwa Kristus, oleh
kenaikanNya ke surga, telah menegakkan kerajaan kehidupan, dan sekarang duduk di
sebelah kanan Bapa, untuk meneguhkan kebenaran yang sejati)
- hal 141.
Ay 11: “akan penghakiman, karena
penguasa dunia ini telah dihukum”.
Kata-kata
‘telah dihukum’ dalam bahasa Yunaninya menggunakan ‘perfect tense’.
Thomas
Whitelaw: “The
perfect tense shows that for Satan judgment is already an accomplished fact.
From this flows the inference that all who adhere to him will eventually share
in his doom, as all who by faith are united to Christ will be made partakers of
His righteousness” (= Perfect tense
yang digunakan menunjukkan bahwa untuk Setan / Iblis penghakiman itu merupakan
fakta yang sudah selesai (bdk.
Yoh 12:31). Dari sini muncul kesimpulan
bahwa semua yang setia / taat kepadanya pada akhirnya akan mengambil bagian
dalam hukumannya, seperti semua yang oleh iman dipersatukan dengan Kristus akan
mengambil bagian dalam kebenaranNya)
- hal 339.
Bdk. Yoh 12:31
- “Sekarang berlangsung penghakiman atas
dunia ini; sekarang juga penguasa dunia ini akan dilemparkan keluar”.
Catatan:
· Saya
tidak terlalu mengerti dengan kata-katanya yang menunjukkan bahwa penghakiman
untuk setan merupakan fakta yang sudah selesai. Kalau ditinjau dari sudut Yoh 12:31
itu sendiri, maka itu sama sekali tidak menunjukkan bahwa penghakiman terhadap
setan merupakan fakta yang sudah selesai (lihat penafsiran tentang Yoh 12:31 ini
dalam buku Yohanes
12:20-36). Mungkin dalam Yoh 16:11 ini digunakan perfect tense,
hanya untuk menunjukkan bahwa itu merupakan hal yang pasti akan terjadi.
· Bagian
akhir dari kutipan di atas cukup jelas. Karena setan pasti akan dihukum, maka
semua yang setia dan taat kepadanya juga akan dihukum. Jangan beranggapan bahwa
orang yang setia dan taat kepada setan haruslah merupakan orang yang sangat
jahat, seperti pelacur, pembunuh, pemerkosa, pembakar gereja, dan sebagainya.
Asal saudara tidak percaya kepada Kristus dengan sungguh-sungguh maka saudara
adalah orang yang setia dan taat kepada setan, dan karenanya akan dihukum
bersama-sama dengan setan. Sebaliknya kalau saudara percaya kepada Yesus,
saudara akan diampuni, dibenarkan, dijadikan anak Allah, dan pasti masuk surga.
Ay 12: “Masih banyak hal
yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya”.
1)
Apa yang belum bisa mereka tanggung?
a) Pandangan Roma Katolik.
Calvin: “Now
arises a question, What were those things which the apostles were not yet able
to learn? The Papists, for the purpose of putting forward their inventions as
the oracles of God, wickedly abuse this passage. ‘Christ,’ they tell us,
‘promised to the apostles new revelations; and, therefore, we must not abide
solely by Scripture, for something beyond Scripture is here promised by him to
his followers’” (= Sekarang timbul
suatu pertanyaan: Hal-hal apa yang belum dapat dipelajari oleh rasul-rasul itu?
Orang Katolik, dengan tujuan untuk mengemukakan penemuan-penemuan mereka sebagai
sabda Allah, secara jahat menyalah-gunakan text ini. Mereka berkata: ‘Kristus
menjanjikan rasul-rasul itu wahyu yang baru; dan karena itu kita tidak boleh
mematuhi Kitab Suci semata-mata, karena sesuatu yang di luar Kitab Suci
dijanjikan di sini kepada para pengikutNya’)
- hal 142.
Kalau kata-kata Calvin ini benar, maka itu menunjukkan bahwa Roma
Katolik mempercayai bahwa yang dimaksud dengan hal-hal yang belum dapat mereka
tanggung adalah sesuatu di luar Kitab Suci (di luar Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru). Ini jelas merupakan penafsiran yang tidak berdasar, karena
pada saat Yesus mengucapkan kata-kata ini, yang ada barulah Perjanjian Lama,
sedangkan Perjanjian Baru belum ada. Karena itu, bisa saja yang dimaksud oleh
Yesus adalah Perjanjian Baru. Tetapi bagaimanapun itulah penafsiran Roma Katolik
tentang bagian ini. Dan memang ajaran Roma Katolik banyak yang tidak mempunyai
dasar Kitab Suci karena didasarkan atas sesuatu di luar Kitab Suci, seperti
kitab Apocrypha / Deutrokanonika, tulisan bapa-bapa gereja, keputusan sidang
gereja, dan kata-kata Paus. Contoh ajaran mereka yang tidak mempunyai dasar
Kitab Suci:
· Maria
yang dikatakan suci murni, dan doa yang ditujukan kepada Maria.
· Maria
yang katanya bangkit dari antara orang mati dan lalu naik dengan tubuh
jasmaninya ke surga, seperti apa yang dialami oleh Kristus.
· api
pencucian.
· pastor
/ hamba Tuhan tidak boleh menikah.
· dan
sebagainya.
Bandingkan semua ini dengan ‘SOLA SCRIPTURA’ [= only
Scripture (= hanya Kitab Suci)] yang merupakan semboyan reformasi.
b) Tafsiran Barnes dan Clarke.
Barnes’ Notes:
“Probably he refers here to the great
changes which were to take place in the Jewish system: the abolition of
sacrifices and the priesthood, the change of the Sabbath, the rejection of the
Jewish nation, etc. For these doctrines they were not prepared; but they would,
in due time, be taught them by the Holy Spirit”
(= Mungkin di sini Ia menunjuk pada perubahan-perubahan besar yang akan terjadi
dalam sistim Yahudi: penghapusan korban-korban dan keimaman, perubahan
Sabat, penolakan bangsa Yahudi, dan sebagainya. Untuk doktrin-doktrin
ini mereka belum siap; tetapi pada waktu yang tepat mereka akan diajar tentang
hal-hal itu oleh Roh Kudus) - hal 343.
Jadi ada 4 hal yang ditekankan oleh Barnes, yaitu:
· penghapusan
korban. Pada jaman Perjanjian Lama setiap orang yang berbuat dosa harus
menyembelih korban. Ini dihapuskan setelah Yesus mati dan bangkit.
· penghapusan
imam. Pada jaman Perjanjian Lama memang ada imam, tetapi pada jaman Perjanjian
Baru Yesuslah yang menjadi satu-satunya Imam bagi kita, dan tidak boleh lagi ada
imam manusia biasa. Roma Katolik, dan juga gereja Orthodox Syria, masih
mempunyai imam, dan ini jelas salah.
· perubahan
Sabat dari Sabtu menjadi Minggu. Memang ini tidak pernah dinyatakan secara
explicit, tetapi kita melihat bahwa setelah kebangkitan Yesus, orang kristen
abad pertama selalu bertemu pada hari minggu / hari pertama (Yoh 20:19 Kis
20:7 1Kor 16:2). Disamping itu, Kebangkitan Yesus dan hari Pentakosta /
turunnya Roh Kudus, juga terjadi pada hari Minggu. Juga perlu dipikirkan dari
mana orang kristen tahu-tahu bisa berbakti pada hari Minggu? Perubahan ini pasti
terjadi sejak jaman rasul-rasul pada abad pertama. Ini semua memberikan dasar
yang kuat untuk berbakti pada hari Minggu.
· penolakan
bangsa Yahudi. Dalam Perjanjian Lama, bangsa Yahudi adalah bangsa pilihan,
tetapi dalam Perjanjian Baru gerejalah orang pilihan Allah (1Pet 2:9).
Semua ini tidak pernah diajarkan oleh Yesus kepada murid-muridNya.
Adam Clarke:
“Dr. Lightfoot supposes that the things
which the apostles could not bear now were such as these: 1. The
institution of the Christian Sabbath, and the abolition of the Jewish. 2. The
rejection of the whole Jewish nation, at the very time in which they expected to
be set up and established for ever. 3. The entire change of the whole
Mosaic Dispensation, and the bringing the Gentiles into the Church of God”
(= Dr. Lightfoot beranggapan bahwa hal-hal yang tidak bisa ditanggung oleh
rasul-rasul itu sekarang adalah hal-hal ini: 1. Pengadaan Sabat kristen dan
penghapusan Sabat Yahudi. 2. Penolakan seluruh bangsa Yahudi, justru pada
saat dimana mereka mengharapkannya untuk didirikan dan diteguhkan
selama-lamanya. 3. Seluruh perubahan dari sistim Musa dan dibawa masuknya
orang-orang non Yahudi kedalam Gereja Allah)
- hal 633.
Memang Petrus baru mengerti tentang penerimaan orang-orang non
Yahudi dalam Kis 10:34-35 yang berbunyi: “Lalu mulailah Petrus berbicara, katanya: ‘Sesungguhnya aku telah
mengerti, bahwa Allah tidak membedakan orang. Setiap orang dari bangsa manapun
yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepadaNya’”.
Sedangkan orang Yahudi kristen yang lain baru mengerti hal itu
dalam Kis 11:18b dimana mereka berkata: “Jadi
kepada bangsa-bangsa lain juga Allah mengaruniakan pertobatan yang memimpin
kepada hidup”.
2)
Mengapa mereka belum dapat menanggungnya pada saat itu?
Hendriksen mengatakan bahwa rasul-rasul belum dapat menanggungnya
karena:
a) Penebusan Kristus belum terjadi.
b) Roh Kudus belum diberikan kepada mereka.
3)
Ajaran yang akan diberikan oleh Roh Kudus itu berasal dari Kristus, dan karena
itu tidak mungkin bertentangan dengan ajaran Yesus selama ini.
William Hendriksen: “When Jesus now states,
‘I have yet many things to say to you,’ he clearly shows that the later
revelation (which was going to be deposited in written form in Acts, the
epistles, and the book of Revelation) was his own work. Hence, it is a great
error to speak about Paul’s Gospel as being opposed to Christ’s Gospel! The
later revelation, moreover, does not contain truths that are ‘brand-new.’ On
the contrary, springing from the same source, it is the same old truth,
gloriously clarified and amplified” [=
Pada waktu Yesus menyatakan: ‘Masih banyak hal yang harus Kukatakan
kepadamu’, Ia dengan jelas menunjukkan bahwa wahyu yang belakangan itu (yang
akan diberikan dalam bentuk tulisan dalam Kisah Rasul, surat-surat, dan kitab
Wahyu) adalah pekerjaanNya sendiri. Jadi, merupakan suatu kesalahan yang
besar untuk mengatakan bahwa Injilnya Paulus bertentangan dengan Injilnya
Kristus! Selanjutnya, wahyu yang belakangan ini tidak mengandung
kebenaran-kebenaran yang ‘sama sekali baru’. Sebaliknya, muncul dari sumber
yang sama, itu merupakan kebenaran lama yang sama, dijelaskan dan dikuatkan]
- hal 328.
Ay 13: “Tetapi apabila Ia
datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran;
sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diriNya sendiri, tetapi segala sesuatu
yang didengarNya itulah yang akan dikatakanNya dan Ia akan memberitakan kepadamu
hal-hal yang akan datang”.
1)
‘Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh
Kebenaran’.
William Hendriksen: “Though the word for
‘Spirit’ is neuter in the original, the pronoun which refers to this Spirit
is masculine. Hence, it is clear that the Spirit is thought of as a person”
(= Sekalipun kata untuk ‘Roh’ dalam bahasa aslinya ada dalam bentuk netral,
tetapi kata ganti orang yang menunjuk kepada Roh ini ada dalam bentuk laki-laki.
Jadi jelaslah bahwa Roh Kudus dianggap sebagai seorang pribadi)
- hal 328.
2)
‘Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh
kebenaran’.
a) Komentar sesat William Barclay.
William Barclay: “It is the proof that
there is no end to God’s revelation. One of the mistakes men sometimes make is
to identify God’s revelation solely with the Bible. That would be to say that
since about A.D. 120, when the latest book in the New Testament was written, God
has ceased to speak. But God’s Spirit is always active; he is always revealing
himself. It is true that his supreme and unsurpassable revelation came in Jesus;
but Jesus is not just a figure in a book, he is a living person and in him
God’s revelation goes on. God is still leading us into greater realization of
what Jesus means. He is not a God who spoke up to A.D. 120 and is now silent. He
is still revealing his truth to men” (=
Ini merupakan bukti bahwa tidak ada akhir dari wahyu Allah. Salah satu kesalahan
yang kadang-kadang dibuat oleh manusia adalah menyamakan wahyu Allah dengan
Alkitab saja. Itu sama dengan mengatakan bahwa sejak kira-kira tahun 120 M.,
pada waktu kitab terakhir dalam Perjanjian Baru ditulis, Allah telah berhenti
berbicara. Tetapi Roh Allah selalu aktif; Ia selalu menyatakan diriNya sendiri.
Memang benar bahwa wahyuNya yang tertinggi dan yang tak terlampaui datang dalam
Yesus; tetapi Yesus bukanlah sekedar seorang tokoh dalam sebuah buku, Ia adalah
seorang Pribadi yang hidup dan dalam Dia wahyu Allah terus berlanjut. Allah
tetap memimpin kita pada kesadaran / pengertian yang lebih besar tentang apa
yang Yesus maksudkan. Ia bukanlah suatu Allah yang berbicara sampai tahun 120 M.
dan sekarang diam. Ia tetap menyatakan kebenaranNya kepada manusia) - hal 195.
Catatan:
· Ini
menunjukkan kesesatan William Barclay. Kalau kata-katanya ini benar, ini
memungkinkan munculnya Kitab Suci jilid 2!
· Sekalipun
tidak ada wahyu yang baru, itu tidak berarti Allah berhenti bicara. Dia
berbicara melalui Kitab Suci / FirmanNya! Kalau tidak, untuk apa Ia menuliskan
Kitab Suci?
William Barclay: “God’s revelation to
men is a revelation of all truth. It is quite wrong to think of it as confined
to what we might call theological truth. The theologians and the preachers are
not the only people who are inspired. When a poet delivers to men a great
message in words which defy time, he is inspired. When H. F. Lyte wrote the
words of ‘Abide with me’ he had no feeling of composing them; he wrote them
as to dictation. A great musician is inspired. Handel, telling of how he wrote
‘The Hallelujah Chorus’, said: ‘I saw the heavens opened, and the Great
White God sitting on the throne.’ When a scientist discovers something which
will help the world’s toil and make life better for men, when a surgeon
discovers a new technique which will save men’s lives and ease their pain,
when someone discovers a new treatment which will bring life and hope to
suffering humanity, that is a revelation from God. All truth is God’s truth,
and the revelation of all truth is the work of the Holy Spirit”
(= Wahyu Allah kepada manusia adalah pewahyuan dari semua kebenaran. Adalah
salah untuk menganggapnya dibatasi oleh apa yang kita sebut kebenaran teologia.
Para ahli teologia dan pengkhotbah bukanlah satu-satunya kelompok manusia yang
diilhami. Pada waktu H. F. Lyte menuliskan kata-kata dari lagu ‘Tinggal
Sertaku’ ia tidak merasakan bahwa ia sedang menggubahnya; ia menuliskannya
sebagai suatu pendiktean. Seorang musisi yang besar juga diilhami. Pada waktu
Handel menceritakan bagaimana ia menuliskan ‘The Hallelujah Chorus’, ia
berkata: ‘Saya melihat surga / langit terbuka, dan Allah yang putih dan besar
duduk di atas takhta’. Pada waktu seorang ilmuwan menemukan sesuatu yang akan
menolong pekerjaan dunia dan membuat hidup menjadi lebih baik bagi manusia, pada
waktu seorang ahli bedah menemukan tehnik yang baru yang akan menyelamatkan
nyawa manusia dan meredakan rasa sakit mereka, pada waktu seseorang menemukan
cara pengobatan yang baru yang akan membawa kehidupan dan pengharapan kepada
manusia yang menderita, itu adalah wahyu dari Allah. Semua kebenaran adalah
kebenaran dari Allah, dan pewahyuan dari semua kebenaran adalah pekerjaan Roh
Kudus) - hal 195.
Catatan:
· Barclay
kelihatannya mengacaubalaukan antara revelation / wahyu, inspiration
/ ilham, illumination / pencerahan dan pimpinan / pertolongan dari Allah,
dan ini merupakan ciri khas dari pandangan Liberal.
· Wahyu adalah berita yang didapat langsung dari Allah karena
memang tidak bisa ditemukan oleh manusia itu sendiri tanpa pewahyuan.
Sedangkan ilham adalah pekerjaan Roh Kudus yang menguasai dan memimpin para
penulis Kitab Suci, dengan cara sedemikian rupa sehingga sekalipun
kepribadian, pengalaman, dan pemikiran mereka dipakai, tetapi mereka tetap
menuliskan Kitab Suci persis seperti yang dikehendakiNya tanpa kesalahan
sedikitpun. Tidak semua penulis Kitab Suci mendapatkan beritanya melalui
pewahyuan (bdk. Luk 1:3 yang menunjukkan bahwa Lukas mendapatkan melalui
penyelidikan), tetapi semua penulis Kitab Suci mendapatkan ilham dalam
penulisannya. Kedua hal ini (wahyu dan ilham) sudah tidak ada saat ini; jadi
ahli theologia maupun pendeta tidak mendapat wahyu ataupun ilham. Yang mereka
bisa dapatkan adalah pencerahan dari Roh Kudus, yang menyebabkan mereka
bisa mengerti Kitab Suci dengan benar. Pada waktu mereka menyusun apa yang sudah
mereka mengerti dari Kitab Suci itu menjadi suatu pelajaran / khotbah, maka
mereka mendapat pimpinan dari Roh Kudus. Penyair, pelukis, dokter dsb,
juga bisa mendapatkan pimpinan dan pertolongan Allah sehingga bisa menemukan
hal-hal yang berguna bagi manusia. Ini termasuk dalam Common Grace (=
kasih karunia yang bersifat umum) sehingga bisa diterima oleh orang kafir
sekalipun.
b) Komentar Calvin.
Calvin: “That
very Spirit had led them into all truth, when they committed to writing the
substance of their doctrine. Whoever imagines that anything must be added to
their doctrine, as if it were imperfect and but half-finished, not only accuses
the apostles of dishonesty, but blasphemes against the Spirit. If the
doctrines which they committed to writing had proceeded from mere learners or
persons imperfectly taught, an addition to it would not be superfluous; but now
that their writings may be regarded as perpetual records of that revelation
which was promised and given to them, nothing can be added to them without doing
grievous injury to the Holy Spirit” (=
Roh itu telah memimpin mereka kepada seluruh kebenaran, pada waktu mereka
menuliskan ajaran mereka. Siapapun yang membayangkan bahwa ada sesuatu yang
harus ditambahkan pada ajaran mereka, seakan-akan itu belum sempurna dan baru
setengah-selesai, bukan hanya menuduh rasul-rasul itu sebagai tidak jujur,
tetapi juga menghujat Roh Kudus. Jika ajaran yang mereka tulis keluar
dari orang yang baru belajar atau orang yang diajar secara tidak lengkap, maka
suatu penambahan terhadapnya tidaklah berlebihan; tetapi sekarang bahwa tulisan
mereka bisa dianggap sebagai catatan kekal dari wahyu yang dijanjikan dan
diberikan kepada mereka, tidak ada apapun yang bisa ditambahkan kepadanya tanpa
menyakiti Roh Kudus) - hal 143.
Catatan:
Saya setuju dengan penekanan Calvin yang menyatakan bahwa Kitab Suci tidak boleh
ditambahi lagi dengan apapun, tetapi kata-kata ‘menghujat Roh Kudus’ menurut
saya terlalu keras. Ini tidak mungkin diartikan sebagai ‘menghujat Roh
Kudus’ dalam arti yang diberikan oleh Mat 12:31-32, tetapi paling-paling
diartikan sebagai ‘menghina Roh Kudus’.
c)
William Hendriksen menekankan kata ‘seluruh’,
dan berkata sebagai berikut:
“He
never stresses one point of doctrine at the expense of all the others. He leads
into all the truth” (= Ia tidak pernah
menekankan suatu doktrin dengan mengorbankan semua doktrin yang lain. Ia
memimpin ke dalam seluruh / semua kebenaran) - hal 328.
Contoh yang salah:
· Saksi
Yehovah, yang menekankan kasih Allah sambil mengorbankan keadilan Allah, dengan
mengatakan bahwa tidak ada neraka karena Allah tidak akan tega menghukum manusia
selama-lamanya.
· orang
yang terobsesi oleh penginjilan, sehingga melupakan pengajaran; atau sebaliknya.
· orang
Arminian yang menekankan kebebasan dan tanggung jawab manusia dengan
mengorbankan kedaulatan Allah, atau sebaliknya, orang Hyper-Calvinist yang
menekankan kedaulatan Allah dengan mengorbankan tanggung jawab manusia.
3)
‘sebab Ia tidak akan berkata-kata dari
diriNya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengarNya itulah yang akan
dikatakanNya’.
Bandingkan dengan ay 15b: ‘Ia
akan memberitakan kepadamu apa yang diterimaNya dari padaKu’.
Leon Morris (NICNT): “we should notice that
the attempt of some scholars to ‘go back to the original Jesus’ and by-pass
the teaching of the apostles is shown by our Lord Himself to be misguided. The
same source lies behind both” (= kita
harus memperhatikan bahwa usaha dari sebagian ahli theologia untuk ‘kembali
kepada Yesus yang orisinil’ dan mengabaikan pengajaran rasul-rasul ditunjukkan
oleh Tuhan sendiri sebagai salah arah. Sumber yang sama terletak di belakang
keduanya) - hal 700.
Mungkin kata-kata ini diberikan untuk menentang orang-orang
Liberal, yang beranggapan bahwa ‘Yesus yang sebenarnya’ (Yesus yang
orisinil, Yesus sejarah / the historical Jesus) tidaklah seperti yang
digambarkan dalam ajaran rasul-rasul. Karena itu sambil mengabaikan ajaran
rasul-rasul (surat-surat dalam Perjanjian Baru), entah berdasarkan apa dan
bagaimana caranya, mereka berusaha untuk menggambarkan bagaimana Yesus yang
sebenarnya itu. Ini jelas merupakan kegilaan / kesesatan, tetapi banyak dijumpai
dalam gereja-gereja Liberal jaman sekarang. Sebagai contohnya dalam majalah
‘PENUNTUN’ vol 2, No 6, Januari - Maret 1996 (ini adalah majalah
terbitan GKI Jawa Barat), ada artikel yang berjudul ‘Keselamatan
dalam pandangan Yesus’, tulisan dari Pdt. Jahja Sunarya, S.Th. Saya
akan mengutip beberapa kalimat dari artikel itu yang berhubungan dengan ‘Yesus
sejarah’:
· “Pada
kesempatan ini kita akan mencoba mengenal potret Yesus yang lain, yaitu Yesus
sejarah: Yesus yang tidak persis sama dengan Yesus yang digambarkan
oleh para penulis Injil-injil. Dan secara khusus tulisan ini akan menyoroti
pandangan Yesus sejarah itu tentang keselamatan”
- hal 180.
· “...
Yesus sejarah. Mereka berusaha menemukan kembali gambaran dan pengajaran
Yesus yang tidak dipengaruhi pandangan para penulis Injil. ... Injil
bukan catatan sejarah tetapi sebuah ungkapan iman yang kaya dengan tafsiran dan
muatan dogmatis. Tetapi seorang ahli bernama W. Panenberg menegaskan bahwa
pemahaman yang sehat tentang Yesus haruslah didasarkan pada kenyataan sejarah.
Harapan untuk menemukan data yang fundamental dan cukup memadai masih terbuka” - hal 181.
· “para
peneliti sepakat bahwa Yesus sejarah tidak melihat diri-Nya sebagai Mesias yang
dinanti-nantikan itu. Bahkan disepakati bahwa Ia juga tidak berbicara
perihal penghakiman pada akhir jaman saat mana Anak Manusia / Messias itu
bertindak sebagai hakim”
- hal 185.
· “Istilah
‘Yesus sejarah’ (bahasa Inggris memakai dua istilah, ‘The Historical
Jesus’ dan ‘The Jesus of History’ yang keduanya kini sudah tidak dibedakan
lagi) mengacu kepada manusia Yesus dari Nazaret yang direkonstruksi menurut
kaidah-kaidah ilmu sejarah berdasarkan sumber-sumber yang luas, baik berupa
sastra-sastra di dalam maupun di luar kanon Kitab Suci gereja, maupun
temuan-temuan arkaelogis; atau pun seperti John P. Meier, berdasarkan hanya
sumber-sumber kanonik” - hal 188.
Kalau saudara membaca kutipan-kutipan di atas ini mungkin saudara
bertanya-tanya: ‘Bagaimana kira-kira pandangan mereka tentang Kitab Suci?’.
Maka kutipan di bawah ini, dari artikel yang sama, akan menjawab keingintahuan
saudara:
“Jelas,
betapa berartinya peranan penulis dalam menampilkan Yesus. Jika demikian, apakah
tidak mungkin penulis telah menambahi atau mengurangi, bahkan keliru dalam
menafsirkan / mengerti, pengajaran Yesus? Jawabnya tentu saja mungkin.
Sebab ternyata injil yang tertua, yaitu injil karangan Markus, ditulis sekitar
tahun 60. Itu berarti injil ini ditulis setelah sekitar tahun 30 (tigapuluh)
saat peristiwa Yesus terjadi. Kita dapat membayangkan kesulitan Markus ketika
menyusun Injilnya. Ia harus memilah-milah kisah-kisah lisan yang ada dan
ingatan-ingatan yang tidak beraturan untuk menyajikannya dalam wujud tulisan
yang memiliki alur logika yang jelas dan teratur”
- hal 181.
Sekarang kita kembali kepada bagian Injil Yohanes yang sedang kita
bahas.
Leon Morris (NICNT): “This expression will
indicate His harmony with Them. He is not originating something radically new,
but leading men in accordance with the teaching already given from the Father
and the Son” [= Pernyataan ini
menunjukkan keharmonisanNya (Roh Kudus) dengan Mereka (Bapa dan Anak). Ia tidak
memulai sesuatu yang baru secara radikal, tetapi memimpin manusia sesuai dengan
ajaran yang telah diberikan dari Bapa dan Anak] - hal 700.
Pulpit Commentary: “This is an error into
which Christians of different Churches and different tendencies have fallen - an
error sometimes designated as ‘mysticism.’ Good men have often looked to the
enlightenment of the Spirit for a manifestation of new truth. ... The Spirit
does ‘not speak from himself;’ this is not his office. The truth is embodied
in revelation, in the Law, the Gospel, especially in the Lord Jesus, who is
‘the Truth.’ If men turn away from the revelation and look to the Spirit
alone for illumination, they will mistake their own tastes and prejudices for
the truth of God” (= Ini merupakan suatu
kesalahan ke dalam mana orang-orang kristen dari gereja-gereja yang berbeda dan
kecenderungan yang berbeda telah jatuh - suatu kesalahan yang kadang-kadang
dinamakan sebagai ‘mystisisme’. Orang-orang yang saleh / baik sering
mengharapkan pada penerangan Roh Kudus untuk suatu manifestasi dari kebenaran
yang baru. ... Roh Kudus ‘tidak berkata-kata dari diriNya sendiri’; ini
bukanlah tugasNya. Kebenaran diwujudkan dalam pewahyuan, dalam Taurat, Injil,
dan khususnya dalam Tuhan Yesus, yang adalah ‘kebenaran’. Jika manusia
berpaling dari wahyu dan berharap kepada Roh Kudus saja untuk pencerahan, mereka
akan menyalah-artikan / menyalah-tafsirkan perasaan dan prasangka mereka sendiri
sebagai kebenaran Allah) - hal 320.
Saya berpendapat bahwa sebagian orang-orang Kharismatik /
Pentakosta, yang mengabaikan Kitab Suci dan berusaha mendapatkan pimpinan
langsung dari Roh Kudus (Rhema, suara Tuhan / Tuhan bicara, penglihatan, nubuat,
dsb.) termasuk dalam ‘mystisisme’ yang dikatakan oleh Pulpit Commentary di
atas ini.
Saya bukannya tidak percaya bahwa Tuhan bisa memberi penglihatan
dsb., dan saya tidak menentang hal-hal itu selama semua itu dicheck dengan Kitab
Suci / Firman Tuhan. Tetapi jika hal-hal itu dicari sambil mengabaikan Kitab
Suci / Firman Tuhan, maka itu bisa menyebabkan kesesatan.
4)
‘Ia akan memberitahukan kepadamu hal-hal
yang akan datang’.
Menurut Hendriksen, ini terlihat dari kitab Wahyu. Tetapi
Hendriksen menambahkan sebagai berikut:
“Of
course, when the Spirit declares the things that are to come, he does not begin
to enumerate a long list of specific, day-by-day occurrences, but he predicts
the underlying principles” (= Tentu saja,
pada waktu Roh Kudus menyatakan hal-hal yang akan datang, Ia tidak mulai dengan
menyebutkan satu per satu suatu daftar dari kejadian-kejadian hari demi hari,
tetapi meramalkan prinsip-prinsip pokoknya) - hal 329.
Karena itu hati-hatilah dengan orang yang menafsirkan kitab Wahyu
sedemikian rupa seakan-akan setiap detail dari masa yang akan datang
telah dinubuatkan secara terperinci.
1)
‘Ia akan memuliakan Aku’.
a) Pekerjaan Roh Kudus bersifat Kristocentris.
Leon Morris (NICNT): “The work of the Spirit
is Christocentric. He will draw attention not to Himself but to Christ. He will
glorify Christ” (= Pekerjaan Roh Kudus
bersifat Kristosentris / berpusatkan Kristus. Ia akan menarik perhatian bukan
kepada diriNya sendiri, tetapi kepada Kristus. Ia akan memuliakan Kristus)
- hal 701.
Penerapan:
Orang yang mengatakan bahwa dirinya dipenuhi Roh Kudus tetapi tidak
pernah memberitakan Injil / berusaha membawa orang kepada Kristus, jelas sedang
mengeluarkan omong kosong. Demikian juga kalau ia terus menerus meninggikan Roh
Kudusnya dan bukan Kristusnya. Meninggikan Roh Kudus sebetulnya tidak salah,
karena Ia juga adalah Allah sendiri. Tetapi kalau seseorang hanya
meninggikan Roh Kudus tetapi tidak meninggikan Kristus, orang itu pasti tidak
dipenuhi oleh Roh Kudus, dan mungkin bahkan sama sekali tidak memiliki Roh
Kudus.
b)
Kita tidak boleh menggunakan Roh Kudus sebagai kedok untuk menentang Kristus
ataupun ajaranNya.
Calvin: “Christ
now reminds them that the Spirit will not come to erect any new kingdom, but
rather to confirm the glory which has been given to him by the Father. For many
foolishly imagine that Christ taught only so as to lay down the first lessons,
and then send the disciples to a higher school. In this way they make the Gospel
to be of no greater value than the Law, of which it is said that it was a
schoolmaster of the ancient people (Gal. 3:24). This error is followed by
another equally intolerable, that having bid adieu to Christ, as if his reign
were terminated, and he were now nothing at all, they substitute the Spirit in
his place. ... If Scripture is quoted against the Pope, he maintains that we
ought not to confine ourselves to it, because the Spirit is come, and has
carried us above Scripture by many additions. ... Thus, by a false pretence of
the Spirit, the world was bewitched to depart from the simple purity of Christ;
for as soon as the Spirit is separated from the word of Christ, the door is open
to all kinds of delusions and impostures. A similar method of deceiving has been
attempted, in the present age, by many fanatics. The written doctrines appeared
to them to be literal, and, therefore, they chose to contrive a new theology
that would consist of revelations” [=
Sekarang Kristus mengingatkan mereka bahwa Roh Kudus tidak akan datang untuk
mendirikan kerajaan yang baru, tetapi sebaliknya meneguhkan kemuliaan yang telah
diberikan kepadaNya oleh Bapa. Karena banyak yang membayangkan secara bodoh
bahwa Kristus mengajar hanya untuk meletakkan pelajaran-pelajaran pertama, dan
lalu mengutus murid-murid ke sekolah yang lebih tinggi. Dengan cara ini mereka
membuat Injil tidak lebih besar nilainya dari pada Taurat, karena tentang Taurat
dikatakan bahwa itu merupakan penuntun bagi orang kuno (Gal 3:24). Kesalahan ini
diikuti oleh kesalahan yang lain yang sama tidak bisa ditoleransinya, yaitu,
setelah mengucapkan selamat tinggal kepada Kristus, seakan-akan pemerintahanNya
sudah berakhir, dan sekarang Ia sama sekali bukan apa-apa, dan mereka
menggantikan Roh Kudus di tempatNya. ... Jika Kitab Suci dikutip menentang Paus,
ia mempertahankan bahwa kita tidak boleh membatasi diri kita pada Kitab Suci,
karena Roh Kudus sudah datang, dan telah membawa kita di atas Kitab Suci dengan
banyak penambahan-penambahan. ... Demikianlah, dengan kedok palsu Roh Kudus,
dunia disihir untuk menyimpang dari kemurnian yang sederhana dari Kristus;
karena, begitu Roh Kudus dipisahkan dari firman Kristus, pintu terbuka bagi
semua jenis khayalan dan penipuan. Metode penipuan yang mirip telah dicoba pada
jaman ini oleh banyak orang fanatik. Doktrin tertulis terlihat bagi mereka
sebagai hurufiah, dan karena itu mereka memilih untuk menyusun teologia yang
baru yang terdiri dari wahyu-wahyu]
- hal 145-146.
2)
‘sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa
yang diterimaNya dari padaKu’.
NASB: ‘for He shall take of Mine, and shall disclose it to
you’ (= karena Ia akan mengambil milikKu, dan akan menyingkapkannya
kepadamu).
NIV: ‘by taking from what is mine and making it known to
you’ (= dengan mengambil dari apa yang adalah milikKu dan
memberitahukannya kepadamu).
Calvin menafsirkan bahwa ini menunjuk pada penerapan penebusan
Kristus oleh Roh Kudus kepada kita.
William Hendriksen: “He will take that which
is Christ’s - the very substance of his teaching regarding the purpose of
redemption, manner of salvation, etc. - and will enlarge on it. Whatever Christ
has done, is doing, will do (for the Church) is the theme of the Holy Spirit’s
teaching” [= Ia akan mengambil apa yang
adalah milik Kristus - inti dari ajaranNya mengenai tujuan penebusan, cara
keselamatan, dsb. - dan akan memperluasnya / membicarakannya dengan lebih
lengkap / terperinci. Apapun yang Kristus telah lakukan, sedang lakukan, akan
lakukan (untuk Gereja) adalah thema dari pengajaran Roh Kudus]
- hal 329.
1)
‘Segala sesuatu yang Bapa punya, adalah
Aku punya’.
Adam Clarke:
“If Christ had not been equal to God,
could he have said this without blasphemy?”
(= Seandainya Kristus tidak setara dengan Allah, bisakah Ia mengatakan hal ini
tanpa menghujat?) - hal
633.
2)
Ay 15b mengulang ay 13b, dan sudah dibahas di atas.
-AMIN-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali