Eksposisi
Injil Yohanes
oleh: Pdt. Budi Asali MDiv.
Yohanes 14:25-31
‘Semuanya ini
Kukatakan kepadamu, selagi Aku bersama-sama dengan kamu’.
Hendriksen
menganggap bahwa ini bukan hanya mencakup pengajaran Yesus pada malam itu saja
tetapi seluruh pengajaran Yesus sampai saat itu. Tetapi Leon Morris (NICNT) dan
Pulpit Commentary menganggap bahwa ini hanya mencakup ajaran Yesus pada malam
itu saja. Saya lebih condong pada pandangan Hendriksen.
1)
‘tetapi’.
Kata Yunani yang dipakai di sini adalah DE, yang sekalipun bisa
berarti ‘tetapi’, tetapi di sini menurut Hendriksen harus diterjemahkan ‘moreover’
(= lebih lagi), supaya tidak mengkontraskan akan ajaran Yesus dalam ay 25
dengan pekerjaan / pengajaran Roh Kudus dalam ay 26.
Penafsir-penafsir yang lain tidak mempersoalkan hal ini.
2)
‘Penghibur’.
Kata Yunani yang dipakai adalah PARAKLETOS, dan hal ini sudah
dibahas dalam pembahasan Yoh 14:16, dan karenanya tidak diulang di sini.
3)
‘Roh Kudus’
Ia disebut ‘Kudus’ karena:
a) Ia sendiri memang kudus.
b) Ia bekerja menguduskan orang di dalam siapa Ia ada /
tinggal.
4)
‘yang akan diutus oleh Bapa dalam namaKu’.
a) Roh Kudus diutus bukan hanya oleh Bapa tetapi juga
oleh Anak.
Hendriksen membandingkan ini dengan Yoh 15:26 (‘Penghibur
yang akan Kuutus dari Bapa’), dan lalu berkata:
“Does
not this historical effusion imply that also the eternal, super-historical
procession of the Spirit must be viewed as an act in which the Father and the
Son co-operate?” (= Apakah pencurahan
yang bersifat sejarah ini tidak menunjukkan secara tidak langsung bahwa
pengeluaran yang bersifat kekal dan mengatasi sejarah dari Roh juga harus
dipandang sebagai suatu tindakan dalam mana Bapa dan Anak bekerja sama?)
- hal 286.
Leon Morris (NICNT): “This verse shows Him to
be closely related to both the Father and the Son. He is to be sent by the
Father, but in the name of the Son. In 15:26 He is sent by the Son from the
Father. Probably no great difference should be put between these. We have
noticed a tendency in John to vary statements a little when they are repeated.
What he is saying in both places is that the Spirit’s mission derives
exclusively neither from the Father nor the Son. It comes from both”
(= Ayat ini menunjukkan bahwa Ia berhubungan erat dengan baik Bapa maupun Anak.
Ia diutus oleh Bapa, tetapi dalam nama Anak. Dalam 15:26 Ia diutus oleh Anak
dari Bapa. Mungkin tidak ada perbedaan besar diantara dua pernyataan ini. Kita
telah memperhatikan kecenderungan dalam Yohanes untuk agak mengubah pernyataan
pada waktu pernyataan itu diulangi. Apa yang ia maksudkan dikedua tempat itu
adalah bahwa misi dari Roh tidak didapatkan dari Bapa saja atau dari Anak saja.
Itu datang dari keduanya)
- hal 656.
b) ‘dalam namaKu’.
Ada beberapa penafsiran tentang kata-kata ini:
· karena
permintaanKu (bdk. 14:16).
· karena
Aku.
· sebagai
wakilKu.
· berhubungan
dengan keselamatan yang Aku kerjakan.
(Thomas Whitelaw, hal 310).
5)
‘Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan
kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu’.
a)
Apakah Roh Kudus mengajarkan ajaran-ajaran baru yang belum pernah diajarkan oleh
Yesus?
1.
Ada penafsir yang mengatakan bahwa kalimat ini menunjukkan bahwa Roh Kudus tidak
akan memberikan ajaran yang baru.
Calvin: “But
observe what are ‘all these things’ which he promises that the Spirit will
teach. He will suggest, he says, or bring to your remembrance, ‘all that I
have said’. Hence it follows, that he will not be a builder of new
revelations. By this single word we may refute all the inventions which Satan
has brought into the Church from the beginning, under the pretence of the
Spirit. ... But the spirit that introduces any doctrine or invention apart from
the Gospel is a deceiving spirit, and not the Spirit of Christ”
(= Tetapi perhatikan apa ‘segala sesuatu’ yang Ia janjikan akan diajarkan
oleh Roh. Ia berkata bahwa Roh itu akan mengusulkan, atau mengingatkan ‘semua
yang telah Kukatakan kepadamu’. Karena itu Ia bukanlah seorang pembangun wahyu
yang baru. Dengan satu kata ini kita bisa membantah semua penemuan yang telah
dibawa oleh Setan ke dalam Gereja sejak semula, dibawah penyamaran Roh. ...
Tetapi Roh yang memperkenalkan ajaran atau penemuan terpisah dari Injil adalah
roh penipu, dan bukan Roh Kristus)
- hal 101.
Pulpit Commentary: “This sacred training
will not teach specifically new truths, because the germinant form of all
spiritual truth had been communicated by Christ; ... nor is it to be such an
intensification or addition to things already said as to contradict the teaching
of the Lord; but the Holy Spirit will bring to the remembrance of the apostles
all that the living Logos had spoken” (=
Pendidikan / pengarahan yang kudus ini tidak akan mengajarkan secara khusus
kebenaran-kebenaran yang baru, karena tunas dari semua kebenaran rohani telah
diberikan oleh Kristus; ... juga itu tidak akan merupakan penguatan atau
penambahan pada hal-hal yang telah dikatakan sehingga menentang ajaran Tuhan;
tetapi Roh Kudus akan mengingatkan rasul-rasul semua yang telah diucapkan oleh
Firman hidup) - hal 229.
George Hutcheson menggunakan Yoh 15:15 (‘Aku telah
memberitahukan kepadamu segala sesuatu yang Kudengar dari BapaKu’)
untuk mengatakan bahwa ajaran Yesus sudah lengkap, dan dengan demikian Roh Kudus
tidak akan mengajarkan hal-hal yang baru.
Tetapi bagaimana dengan 1Kor 7:12,25,40? Hutcheson mengatakan
bahwa kata-kata ‘bukan Tuhan’ dsb dalam ayat-ayat ini menunjukkan bahwa
ajaran itu tidak ada dalam Taurat Musa, bukannya bahwa itu tidak pernah
diajarkan oleh Yesus. Tetapi saya berpendapat bahwa tafsiran Hutcheson ini
meragukan, karena ajaran itu memang tidak ada dalam ajaran Yesus, dan penafsiran
umum tentang kata-kata Paulus ini adalah: itu tidak ada dalam ajaran Yesus.
2.
Ada juga penafsir yang beranggapan sebaliknya. Roh Kudus akan mengajarkan
hal-hal yang baru, yang tidak / belum diajarkan oleh Kristus.
Pulpit Commentary: “He has a double office:
(1) teaching new truth; (2) bringing old truth to remembrance”
[= Ia mempunyai tugas ganda: (1) mengajarkan kebenaran yang baru; (2)
mengingatkan kebenaran yang lama]
- hal 235.
William Hendriksen: “This includes certain
things which Jesus had not specifically taught during the days of his
humiliation, having omitted them for a very wise reason (see on 16:12)”
[= Ini mencakup hal-hal tertentu yang tidak pernah diajarkan secara khusus oleh
Yesus selama masa perendahanNya, dimana Ia membuang / menyingkirkan hal-hal itu
untuk alasan yang bijaksana (lihat pada / tentang 16:12)]
- hal 286.
Yoh 16:12-15 - “Masih
banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat
menanggungnya. Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin
kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diriNya
sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengarNya itulah yang akan dikatakanNya
dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang. Ia akan memuliakan
Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimaNya dari padaKu.
Segala sesuatu yang Bapa punya, adalah Aku punya; sebab itu Aku berkata: Ia akan
memberitakan kepadamu apa yang diterimaNya dari padaKu”.
Yoh 16:12-15 ini, dan juga 1Kor 7:12,25,40, kelihatannya
menunjukkan bahwa Roh Kudus mengajarkan hal-hal baru yang belum pernah diajarkan
oleh Yesus. Juga rasanya sukar untuk mengatakan bahwa surat-surat dalam
Perjanjian Baru sama sekali tidak mengajarkan hal-hal baru yang belum pernah
diajarkan oleh Yesus. Mungkin dalam pembahasan tentang Yoh 16:12-15 nanti,
hal ini akan bisa dijawab dengan lebih jelas.
b)
Clarke mengatakan bahwa ay 26 yang mengatakan bahwa Roh Kudus akan
mengingatkan mereka akan ajaran Kristus merupakan janji yang digenapi pada waktu
Tuhan memberi mereka pengilhaman pada waktu mereka menuliskan Kitab Suci,
sehingga mereka ingat dengan benar.
c)
Setelah berakhirnya jaman rasul-rasul, maka tidak boleh lagi ada ajaran baru.
Hutcheson menekankan kata ‘segala sesuatu’ dari kata-kata
‘akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu’, dan lalu mengatakan bahwa
karena Roh Kudus mengajarkan segala sesuatu kepada para rasul (nanti
digenapi dalam penulisan Kitab Suci), maka setelah itu tidak boleh ada lagi
wahyu yang baru.
d) Karena Roh Kudus mengajar, maka orang kristen harus
terus belajar.
William Barclay: “To the end of the day
the Christian must be a learner, for to the end of the day the Holy Spirit will
be leading him deeper and deeper into the truth of God. There is never any
excuse in the Christian faith for the shut mind. The Christian who feels that he
has nothing more to learn is the Christian who has not even begun to understand
what the doctrine of the Holy Spirit means”
(= Sampai akhir jaman orang Kristen harus belajar, karena sampai akhir jaman Roh
Kudus akan memimpinnya makin lama makin dalam ke dalam kebenaran Allah. Tidak
pernah ada alasan dalam iman Kristen untuk pikiran yang tertutup. Orang Kristen
yang merasa bahwa tidak ada lagi yang harus dipelajari adalah orang Kristen yang
belum mulai mengerti apa artinya doktrin tentang Roh Kudus)
- hal 170.
1)
Apakah damai (sejahtera) itu?
Kata ‘damai’ bisa diartikan beberapa hal:
a) Damai dengan Allah (Ro 5:1).
Leon Morris (NICNT): “It is worth noting that
in the Bible ‘peace’ is given a wider and deeper meaning than in other Greek
writings. For the Greeks (as for us) peace was essentially negative, the absence
of war. But for the Hebrews it meant positive blessing, especially a right
relationship with God” [= Adalah
bermanfaat untuk memperhatikan bahwa dalam Alkitab ‘damai’ diberikan arti
yang lebih lebar dan lebih dalam dari pada dalam tulisan-tulisan Yunani lainnya.
Untuk orang Yunani (seperti untuk kita) damai secara hakiki adalah negatif,
tidak adanya perang. Tetapi untuk orang Ibrani itu berarti berkat positif,
khususnya hubungan yang benar dengan Allah] - hal 658.
b) Damai dengan sesama (Ef 2:11-18).
c) Damai dalam hati.
Yang Yesus maksudkan dengan ‘damai’ dalam ay 27 ini adalah
dalam arti ke 3 ini. Ini terlihat dengan jelas dari kata-kata ‘Janganlah
gelisah dan gentar hatimu’ pada akhir ay 27 ini.
Tetapi perlu diingat bahwa ketiga jenis damai ini berhubungan satu
sama lain. Orang yang tidak damai dengan sesama tidak bisa damai dengan Allah
(bdk. Mat 5:23-24 1Yoh 4:20-21). Dan orang yang tidak damai
dengan Allah tidak akan mempunyai damai dalam hati.
2)
Apakah ay 27 ini tetap berhubungan dengan Roh Kudus?
Banyak penafsir yang membahas ayat ini tanpa menghubungkannya
dengan Roh Kudus, tetapi ada penafsir yang mengatakan bahwa damai itu diberikan
oleh Yesus melalui kehadiran Roh Kudus dalam diri seseorang.
Leon Morris (NICNT): “... the peace that
Jesus gives men is the natural result of the presence within them of the Holy
Spirit, of whom Jesus has been speaking. Peace is Jesus’ bequest to His
disciples” (= ... damai yang Yesus
berikan kepada manusia adalah akibat alamiah dari kehadiran Roh Kudus di dalam
mereka, tentang siapa Yesus telah berbicara. Damai adalah warisan / pusaka Yesus
bagi murid-muridNya) -
hal 657.
Bandingkan dengan Gal 5:22 yang mengatakan bahwa ‘damai’
adalah buah Roh Kudus.
Tetapi perlu juga diingat bahwa Roh Kudus tidak memberikan damai
tanpa peduli bagaimana saudara hidup. Karena Ia berfungsi memimpin saudara pada
kebenaran, maka kalau saudara hidup benar, Ia memberi damai, tetapi kalau
saudara hidup berdosa, apalagi secara sadar dan dengan sikap tegar tengkuk, maka
Ia justru akan mencabut damai itu, dan memberikan kegelisahan, kesumpekan dsb
dalam hati saudara, sampai saudara bertobat dari dosa saudara.
3)
‘apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu’.
William Hendriksen: “The world may give
outward pleasure, physical rest and enjoyment, honor, wealth, but never that
inner assurance which is the reflection of the smile of God in the heart of his
child” (= Dunia mungkin memberi
kesenangan lahiriah / luar, ketenangan dan penikmatan secara jasmani,
kehormatan, kekayaan, tetapi tidak pernah bisa memberikan keyakinan di dalam
yang merupakan pantulan dari senyum dari Allah dalam hati anakNya)
- hal 287.
4)
‘Janganlah gelisah dan gentar hatimu’.
a)
Kata-kata ini pasti berhubungan dengan penangkapan dan pembunuhan / penyaliban
terhadap Yesus. Pada saat seperti itu sekalipun, adalah sesuatu yang
memungkinkan untuk bisa mempunyai damai (bdk. Yoh 16:33).
Leon Morris (NICNT): “... the peace of which
He speaks is not dependent on any outward circumstances, as any peace the world
can give must necessarily be” (= ...
damai tentang mana Ia berbicara tidak tergantung pada keadaan luar apapun,
sedangkan damai yang dunia bisa berikan selalu demikian)
- hal 658.
b)
Kalimat ini kelihatannya menunjukkan bahwa, untuk para murid, damai dalam
ay 27 ini tidak berhubungan dengan Roh Kudus, karena pada saat Yesus
ditangkap dan disalibkan, pencurahan Roh Kudus (hari Pentakosta) belum terjadi.
1)
‘Kamu telah mendengar bahwa Aku telah
berkata kepadamu’.
Ini
menunjuk pada ay 3,18-19.
2)
‘Aku pergi, tetapi Aku datang kembali
kepadamu’.
Kata-kata ‘Aku pergi’ jelas menunjuk kepada kematianNya di kayu
salib, tetapi kata-kata ‘Aku datang kembali kepadamu’ lagi-lagi ditafsirkan
secara berbeda. Ada yang menganggap ini menunjuk pada kebangkitanNya dari antara
orang mati (Clarke, hal 625), dan para penafsir lain pada umumnya beranggapan
bahwa ini menunjuk pada kedatanganNya melalui Roh Kudus pada hari Pentakosta.
Saya lebih setuju dengan pandangan ke 2.
3)
‘Sekiranya kamu mengasihi Aku, kamu tentu
akan bersukacita karena Aku pergi kepada BapaKu’.
Calvin berkata bahwa tidak diragukan lagi para murid itu memang
mengasihi Yesus, tetapi kasih mereka tidaklah seperti yang seharusnya karena
kasih mereka bercampur dengan perasaan daging sehingga mereka tidak bisa
berpisah dengan Dia secara jasmani. Andaikata mereka mengasihiNya secara rohani,
tidak ada yang lebih menyenangkan bagi mereka dari pada kalau Kristus kembali
kepada Bapa.
William Hendriksen: “In their thoughts and
meditations the disciples had been concentrating too much on themselves. Had
they loved him sufficiently, they would have realized that this departure would
bring glory to him! Seeing this, they would have rejoiced”
(= Dalam pemikiran dan meditasi mereka, para murid telah berkonsentrasi terlalu
banyak pada diri mereka sendiri. Andaikata mereka mengasihi Dia secara cukup,
mereka akan menyadari bahwa kepergian ini akan membawa kemuliaan bagiNya!
Melihat hal ini mereka akan bersukacita)
- hal 288.
Penerapan:
· kalau
sesuatu itu tidak menyenangkan saudara, tetapi menyenangkan dan memuliakan
Tuhan, apakah saudara akan bersukacita karena hal itu?
· William
Barclay memberikan penerapan lain dengan mengatakan bahwa jika kita betul-betul
mengerti kebenaran iman Kristen, maka kita juga akan bersukacita bila orang yang
kita kasihi pergi kepada Allah (mati dalam Kristus). Ini tidak berarti bahwa
kita tidak mengalami kesedihan sama sekali, tetapi dalam kesedihan itu kita
tetap bersukacita karena orang yang kita kasihi itu telah bebas dari segala
penderitaan dan pergi ke tempat yang lebih baik.
4)
‘sebab Bapa lebih besar dari pada Aku’.
Arianisme menggunakan bagian ini untuk mengajarkan ajaran sesatnya
(yang belakangan menjadi Saksi Yehovah) bahwa Kristus betul-betul lebih rendah
dari pada Bapa, dan karenanya merupakan Allah yang ‘inferior’ (=
lebih rendah) dari Bapa. Kesesatan seperti ini muncul karena mereka kurang
memperhatikan ayat-ayat lain yang menunjukkan keilahian Yesus.
Beberapa penafsiran tentang hal ini:
a)
Anak lebih rendah dari Bapa dalam urut-urutan dalam Pribadi ilahi.
Bapa sebagai Pribadi pertama memperanakkan Anak (Pribadi kedua)
secara kekal (eternal generation).
b)
Anak lebih rendah dari Bapa karena Ia disoroti sebagai Pengantara yang diutus
oleh Bapa (bdk. Yoh 13:16 - “Aku
berkata kepadamu: Sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada
tuannya, ataupun seorang utusan dari pada dia yang mengutusnya”).
c)
Anak lebih rendah dari Bapa karena disoroti sebagai manusia atau sebagai Allah
yang merendahkan diri sebagai manusia.
Matthew Poole mengatakan bahwa inilah arti yang benar, karena Yoh
14:28 ini diberikan sebagai alasan mengapa mereka harus bersukacita pada waktu
Yesus pergi kepada Bapa. Dalam keadaanNya pada saat itu, Yesus dihina, dicobai
oleh Setan, dan bahkan akan dianiaya / dibunuh. Tetapi kalau Ia sudah pergi
kepada Bapa, Ia tidak akan mengalami semua itu tetapi kembali dimuliakan. Karena
itulah para murid seharusnya bersukacita atas kepergianNya.
Adam Clarke:
“he is repeatedly speaking of his
Divine and of his human nature. Of the former he says, I and the father are one,
chap. 10:30; and of the latter he states, with the same truth, The Father is
greater than I” (= Ia berulang-ulang
berbicara tentang hakekat ilahi dan hakekat manusiaNya. Tentang yang pertama Ia
berkata: ‘Aku dan Bapa adalah satu’, pasal 10:30; dan tentang yang terakhir
Ia menyatakan, dengan kebenaran yang sama, ‘Bapa lebih besar dari pada Aku’)
- hal 625.
William Hendriksen: “as the only-begotten
Son he was fully equal to the Father as to essence (10:30), nevertheless, as the
Mediator between God and man, himself man, he was inferior”
[= sebagai satu-satunya Anak yang diperanakkan Ia sepenuhnya setara dengan Bapa
dalam hal hakekat (10:30), tetapi sebagai Pengantara antara Allah dan manusia,
yang juga adalah manusia, Ia lebih rendah
(dari Bapa)]
- hal 288.
Pengakuan Iman Athanasius No 31: “Equal to the
Father is respect to his divinity, less than the Father in respect to his
humanity” (= Setara dengan Sang Bapa
dalam hal keilahianNya, lebih rendah dari Sang Bapa dalam hal kemanusiaanNya)
- A. A. Hodge, ‘Outlines of Theology’, hal
117-118.
1)
Ini mirip dengan 13:19.
2)
Seringkali Kristus mengajar seakan-akan kepada orang tuli, karena mereka tidak
bisa mengerti. Tetapi nanti pada waktu apa yang Ia ajarkan itu tergenapi maka
mereka akan mengerti. Contoh lain: Yoh 2:19-22.
1)
‘Tidak banyak lagi Aku berkata-kata dengan
kamu’.
Calvin: “By
this word he intended to fix the attention of the disciples on himself, and to
impress his doctrine more deeply on their minds; for abundance generally takes
away the appetite, and we desire more eagerly what we have not in our
possession, and delight more in the enjoyment of that which is speedily to be
taken from us. ... Although Christ does not cease to teach us during the whole
course of our life, yet this statement may be applied to our use; for, since the
course of our life is short, we ought to embrace the present opportunity”
(= Dengan perkataan ini Ia bermaksud supaya para murid memusatkan perhatian
kepada diriNya sendiri, dan untuk mencamkan ajaranNya dengan lebih dalam di
dalam pikiran mereka; karena kelimpahan biasanya menyingkirkan nafsu makan, dan
kita menginginkan dengan lebih sungguh-sungguh apa yang tidak kita punyai, dan
lebih ingin menikmati apa yang segera akan diambil dari kita. ... Sekalipun
Kristus tidak berhenti untuk mengajar kita sepanjang hidup kita, tetapi
per-nyataan ini bisa diaplikasikan bagi kita; karena, karena hidup kita ini
pendek, kita harus menggunakan kesempatan saat ini) - hal 104.
Penerapan:
Apakah saudara menggunakan kesempatan belajar Firman Tuhan dengan
sebaik-baiknya?
2)
‘sebab penguasa dunia ini datang’.
KJV/NIV: ‘the prince of this world’ (= pangeran dunia
ini).
RSV: ‘the ruler of this world’ (= pemerintah dunia ini).
NASB: ‘the ruler of the world’ (= pemerintah dunia).
Bdk. Luk 22:53b - ‘Tetapi
inilah saat kamu, dan inilah kuasa kegelapan itu’.
a) Siapakah ‘penguasa dunia’ di sini?
Calvin (dan boleh dikatakan semua penafsir lainnya) berkata bahwa
‘penguasa dunia’ menunjuk kepada setan. Calvin melanjutkan dengan berkata
bahwa setan disebut demikian bukan karena ia mempunyai kerajaan yang terpisah
dari Allah, tetapi karena Allah mengijinkan ia menguasai dunia ini.
b)
Gelar setan ini menunjukkan bahwa semua orang yang belum dilahirbarukan oleh Roh
Kudus adalah hamba dari setan.
Calvin: “whatever
may be the pride of men, they are the slaves of the devil, till they are
regenerated by the Spirit of Christ; for under the term ‘world’ is here
included the whole human race” (= apapun
kesombongan / kebanggaan manusia, mereka adalah hamba dari setan, sampai mereka
dilahirbarukan oleh Roh Kristus; karena di bawah istilah ‘dunia’ tercakup
seluruh umat manusia) -
hal 104.
c)
Yang sedang datang adalah Yudas Iskariot, tentara Romawi, anggota-anggota
Sanhedrin dsb, tetapi Yesus berkata bahwa setanlah yang sedang datang, karena
orang-orang itu diilhami oleh setan.
William Hendriksen: “Jesus was aware of the
footsteps of Judas, Roman soldiers, temple-police, members of the Sanhedrin, all
of them inspired by Satan” (= Yesus
menyadari akan langkah-langkah dari Yudas, tentara Romawi, penjaga Bait Allah,
anggota-anggota Sanhedrin, semua itu diilhami oleh setan)
- hal 289.
Leon Morris (NICNT): “In the coming of Judas
and the soldiers Jesus saw the coming of the evil one. He was especially active
in the crucifixion. There the forces of good and evil were engaged”
(= Dalam kedatangan Yudas dan para tentara, Yesus melihat kedatangan dari si
jahat / setan. Ia khususnya sangat aktif dalam penyaliban. Di situ
kekuatan-kekuatan dari kebaikan dan kejahatan ikut campur)
- hal 659.
3)
‘dan ia tidak berkuasa sedikitpun atas
diriKu’.
Terjemahan hurufiahnya adalah seperti terjemahan KJV dan NASB.
KJV: ‘and hath nothing in me’ (= dan tidak mempunyai
apa-apa dalam Aku).
NASB: ‘he has nothing in Me’ (= tidak mempunyai apa-apa
dalam Aku).
Arti bagian ini:
a) Setan tidak mempunyai apa-apa dalam Kristus, karena Kristus suci
sehingga dalam Dia tidak ada apapun yang menyebabkan Ia layak mati.
b) Kristus mati bukan karena Ia lemah / kalah oleh Setan. Ini cocok
dengan terjemahan RSV dan Kitab Suci Indonesia.
William Barclay: “He went to his death in
the certainty, not of defeat, but of conquest”
(= Ia menuju kematianNya dalam kepastian, bukan tentang kekalahan, tetapi
tentang kemenangan) - hal 171.
Penerapan:
Kalau saudara sedang menuju kematian, bisakah saudara mempunyai
sikap yang sama?
1)
‘Tetapi supaya dunia tahu, bahwa Aku
mengasihi Bapa dan bahwa Aku melakukan segala sesuatu seperti yang diperintahkan
Bapa kepadaKu’.
Calvin: “It
was God who appointed his Son to be the Propitiator, and who determined that the
sins of the world should be expiated by his death. In order to accomplish this,
he permitted Satan, for a short time, to treat him with scorn; as if he had
gained a victory over him. Christ, therefore, does not resist Satan, in order
that he may obey the decree of his Father, and may thus offer his obedience as
the ransom of our righteousness” (=
Allahlah yang menetapkan AnakNya untuk menjadi Pendamai, dan yang menentukan
bahwa dosa-dosa dunia harus ditebus oleh kematianNya. Untuk mencapai hal ini, Ia
mengijinkan setan, untuk waktu yang singkat, menghinaNya; seakan-akan ia telah
mendapatkan kemenangan atasNya. Karena itu Kristus tidak melawan setan, supaya
Ia bisa mentaati ketetapan BapaNya, dan dengan demikian bisa mempersembahkan
ketaatanNya sebagai tebusan kebenaran kita)
- hal 106.
2)
‘Bangunlah, marilah kita pergi dari
sini’.
Ada 2 pandangan tentang kalimat ini.
a)
Ada yang mengatakan bahwa kalimat ini menunjukkan bahwa Kristus mengajak para
murid pindah ke tempat lain, dan Yesus dan para murid betul-betul meninggalkan
tempat itu segera setelah Yesus mengucapkan kata-kata ini. Jadi, Yoh
15-17 diucapkan Yesus bukan lagi di tempat itu.
Problem dengan pandangan ini adalah bahwa Yesus dan para murid baru
meninggalkan tempat itu pada Yoh 18:1.
b) Yesus dan para murid tidak segera meninggalkan
tempat itu.
Hendriksen mengatakan bahwa sering terjadi kita berkata: ‘Ayo
berangkat’, tetapi tetap masih berbicara lagi selama 10 menit baru betul-betul
berangkat. Dan selama 10 menit itu, Yesus bisa mengajarkan / mengucapkan Yoh 15-17.
Selain itu tidak tertutup kemungkinan bahwa ada bagian-bagian dari Injil Yohanes
yang disusun secara tidak chronologis, tetapi menurut topik. Jadi Yoh 15
mungkin saja sudah dikatakan lebih dulu.
Tasker (Tyndale): “The words ‘Arise, let
us go hence’ do not necessarily indicate that the upper room was left at that
moment. As C. H. Dodd has recently pointed out, the verb AGOMEN, translated
‘let us go’, implies in normal Greek usage, ‘let us go to meet the
advancing enemy’; and to bring out this sense this sentence should be
construed with what has preceded it in verse 30 and 31. He would therefore
paraphrase the passage, ‘the ruler of this world is coming. He has no claim
upon Me; but to show the world that I love the Father, and do exactly as He
commands, up, let us march to meet him’. Jesus is here giving expression to
His spiritual determination to meet the prince of this world, not as a matter of
compulsion, but as a voluntary action reflecting His obedience to God’s
command and His desire to express His love. No physical movement from the upper
room at this moment is implied” (=
Kata-kata ‘Bangunlah, marilah kita pergi dari sini’ tidak harus menunjukkan
bahwa kamar atas itu ditinggalkan pada saat itu. Seperti dijelaskan oleh C. H.
Dodd baru-baru ini, kata kerja AGOMEN, yang diterjemahkan ‘marilah kita
pergi’, dalam penggunaan normal bahasa Yunani berarti ‘marilah kita pergi
untuk menemui musuh yang mendekat’; dan untuk mengeluarkan arti ini kalimat
ini harus ditafsirkan dengan apa yang mendahuluinya dalam ay 30 dan 31. Karena
itu ia menuliskan text ini dengan kata-kata sendiri sebagai berikut:
‘pemerintah dunia ini sedang datang. Ia tidak mempunyai tuntutan terhadap Aku;
tetapi untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Aku mengasihi Bapa, dan melakukan
persis seperti yang Ia perintahkan, bangunlah, marilah kita menemuinya’. Di
sini Yesus sedang memberikan pernyataan tentang ketetapan hatiNya secara rohani
untuk menemui pangeran dunia ini, bukan dengan terpaksa, tetapi sebagai tindakan
suka-rela yang menunjukkan ketaatanNya pada perintah Allah dan keinginanNya
untuk menyatakan kasihNya. Tidak dimaksudkan ada gerakan fisik dari kamar atas
pada saat ini) - hal
169-170.
Tasker (Tyndale): “It is because the words
‘Arise, let us go hence’ have been construed as a separate sentence instead
of being taken as the apodosis of the previous sentence, that the readers of the
English Bible have been given the impression that an immediate withdrawal from
the upper room is indicated at this point”
(= Karena kata-kata ‘Bangunlah, marilah kita pergi dari sini’ telah
ditafsirkan sebagai kalimat terpisah dan bukannya diambil sebagai anak kalimat
yang merupakan kesimpulan atau akibat dari kalimat yang mendahuluinya, sehingga
para pembaca Alkitab bahasa Inggris telah diberi suatu kesan bahwa pada titik
ini dinyatakan suatu penarikan diri secara langsung / segera dari kamar atas)
- hal 170.
Catatan:
dalam Kitab Suci bahasa Inggris kata-kata ‘Arise, let us go hence’ (=
Bangunlah, marilah kita pergi dari sini) merupakan kalimat baru, tetapi dalam
Kitab Suci bahasa Indonesia bagian ini merupakan sambungan dari kalimat
sebelumnya. Tetapi TB2-LAI meniru Kitab Suci bahasa Inggris dengan memisahkan
bagian ini menjadi suatu kalimat baru. Menurut tafsiran Tasker / C. H. Dodd ini
maka Kitab Suci Indonesia (TB1-LAI) lebih benar. Adanya kata ‘supaya’ dalam
ay 31a, menyebabkan kalimat dalam ay 31 ini menjadi kalimat yang terpotong
/ tak selesai, kalau bagian terakhir dipisahkan menjadi kalimat baru. Dalam
TB2-LAI (juga dalam NIV) kata ‘supaya’ itu dibuang, padahal kata ini memang
ada dalam bahasa Yunaninya (ada kata HINA).
-AMIN-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali