Eksposisi
Injil Yohanes
oleh: Pdt. Budi
Asali MDiv.
Yohanes 10:22-42
Ay 22-24:
1)
Ay 22: Yang dimaksud dengan hari raya Pentahbisan di sini adalah
Pentahbisan Bait Suci yang diperintahkan oleh Judas Maccabaeus pada tahun 165
SM. Ini dicatat dalam kitab Apocrypha, yaitu 1Makabe 1:59 4:52,59.
Pentahbisan ini lalu dirayakan setiap tahun.
Penerapan:
Karena itu kita boleh saja merayakan HUT gereja (apalagi Natal,
dsb), sekalipun tidak ada perintah dari Tuhan, asalkan motivasi dan cara
perayaannya benar.
Perlu diketahui bahwa orang Saksi Yehovah menentang perayaan hari
raya kristen, seperti Natal dsb, dengan alasan hal itu tidak diperintahkan oleh
Tuhan dalam Kitab Suci.
2)
Ay 23: Perayaan selalu dihadiri oleh banyak orang. Karena itu Yesus sendiri juga
hadir, dengan tujuan supaya bisa memberitakan Injil / Firman Tuhan kepada banyak
orang.
Penerapan:
Perayaan (HUT, Natal, Paskah, dsb) dimana banyak orang hadir, harus
kita gunakan untuk memberitakan Injil.
3)
Ay 24:
a) Ay 24a: Orang-orang Yahudi mengelilingi Yesus.
Tujuannya adalah:
· Supaya
Yesus tidak memberitakan Injil / Firman Tuhan kepada orang banyak.
Penerapan:
Setiap pemberitaan Injil / Firman Tuhan selalu ada tantangan /
halangan.
· Untuk
menangkap / membunuh Yesus.
b)
Ay 24b: Orang-orang Yahudi ini menyalahkan Yesus seakan-akan Yesus selalu
mengajar dengan samar-samar. Ini fitnah! Tetapi memang bukan merupakan sesuatu
yang aneh kalau pemberita Firman Tuhan difitnah.
1)
Ay 25:
a)
Ay 25a: Kalau dalam ay 24b orang-orang Yahudi itu menyalahkan Yesus atas
keragu-raguan mereka, maka dalam ay 25a ini Yesus membantah hal itu. Yesus
berkata: ‘Aku telah mengatakannya kepadamu, tetapi kamu tidak percaya’.
Jadi
jelas bahwa Yesuspun membantah tuduhan yang tidak benar!
Penerapan:
Kalau kita dituduh secara tidak benar, kita boleh membantahnya!
b)
Ay 25b: ‘pekerjaan-pekerjaan yang Kulakukan dalam nama BapaKu, itulah
yang memberikan kesaksian tentang Aku’.
· ‘dalam
nama Bapaku’.
Ini tidak boleh
ditafsirkan sekan-akan kalau Yesus melakukan mujijat / kesembuhan, Ia
melakukannya dengan berkata ‘dalam nama Bapa’. Ini tidak pernah Ia lakukan.
Jadi artinya ialah: Ia melakukan mujijat / kesembuhan sesuai dengan kehendak
Bapa / dengan otoritas Bapa, bahkan dalam suatu kerja sama dengan Bapa, dengan
tujuan untuk kemuliaan Bapa.
· Semua
pekerjaan ini tujuannya adalah untuk memberi kesaksian tentang Yesus
(membuktikan bahwa Yesus adalah Mesias / Allah).
Jadi dengan kata-kataNya
ini, Yesus menunjukkan kekeraskepalaan orang-orang Yahudi itu dengan makin
jelas, karena Ia bukan hanya telah mengajar mereka, tetapi juga membuktikan
kata-kataNya dengan pekerjaan-pekerjaanNya / mujijat-mujijatNya, tetapi mereka
tetap tidak percaya.
· Supaya
ada keseimbangan dalam pengertian Kitab Suci, maka orang yang membaca ay 25b
ini juga harus membaca ay 41! Dengan demikian terlihat bahwa tidak semua
orang bisa membuktikan ajaranNya dengan melakukan mujijat. Yesus bisa, tetapi
Yohanes Pembaptis tidak bisa! Ini perlu diketahui karena banyak orang
Kharismatik yang berpendapat bahwa orang kristen harus bisa melakukan mujijat
supaya orang banyak bisa percaya pada apa yang ia ajarkan.
Peter Masters, pada waktu berbicara tentang Dr. Paul Yonggi Cho dan
ajarannya, mengatakan:
“This
is his own explanation of how he arrived at his teaching on incubating prayer
answers and healing diseases. He tells us that he was driven to finding an
explanation of how Buddhist monks in Korea managed to perform better miracles
than those which his own Pentecostalist churches could perform. It worried him
greatly that many Koreans got healing through yoga meditation, and through
attending meetings of the Soka Gakkai, a Japanese Buddhist sect with twenty
millions members. According to Cho many deaf, dumb and blind people had
recovered their faculties through these religious groups. Cho was very jealous
of the success which these other religions had in attracting followers. He
wrote: ‘While Christianity has been in Japan for more than a hundred years,
with only half a percent of the population claiming to be Christians, Soka
Gakkai has millions of followers ... Without seeing miracles people cannot be
satisfied that God is powerful. It is you (Christians) who are responsible to
supply miracles for these people’” [=
Ini adalah penjelasannya sendiri tentang bagaimana ia sampai pada ajarannya
tentang mengerami jawaban-jawaban doa dan penyembuhan penyakit. Ia menceritakan
kepada kami bahwa ia didorong untuk menemukan penjelasan bagaimana
biarawan-biarawan Buddha di Korea berhasil mengadakan mujijat-mujijat yang lebih
baik dari mujijat-mujijat yang bisa diadakan oleh gereja-gereja Pentakostanya.
Merupakan hal yang sangat mencemaskan baginya bahwa banyak orang Korea yang
mendapatkan kesembuhan melalui meditasi yoga, dan melalui keghadiran mereka
dalam pertemuan-pertemuan Soka Gakkai, suatu sekte Buddha bangsa Jepang dengan
20 juta anggota. Menurut Cho banyak orang-orang tuli, bisu dan buta dipulihkan
pancainderanya melalui grup agama ini. Cho sangat cemburu / iri dengan
kesuksesan agama-agama lain ini dalam menarik pengikut. Ia menulis: ‘Sementara
kekristenan telah ada di Jepang selama lebih dari 100 tahun, dengan hanya
setengah persen dari jumlah penduduk mengaku sebagai orang kristen, Soka Gakkai
mempunyai jutaan pengikut .... Tanpa melihat mujijat-mujijat orang tidak bisa
percaya bahwa Allah itu berkuasa. Kamulah (orang-orang kristen) yang bertanggung
jawab untuk menyuplai mujijat untuk orang-orang ini’]
- ‘The Healing Epidemic’, hal 26-27.
Terhadap orang-orang yang mempunyai pandangan seperti itu, kita
bisa menjawab:
1. Yohanes Pembaptis juga tidak bisa melakukan mujijat
(ay 41).
2.
Sekalipun Yesus melakukan begitu banyak mujijat, tetapi pada saat Ia hidup di
dunia ini, tidak banyak orang yang bertobat dan mengikut Dia dengan
sungguh-sungguh.
3. Terhadap tuntutan / permintaan tanda:
a. Yesus sering tidak mengabulkan (Mat 12:38-42 Mat
16:1-4).
b. Paulus bahkan memberitakan salib, sekalipun itu merupakan
batu sandungan untuk orang Yahudi (1Kor 1:22-23).
4.
Paulus bukan memegahkan mujijat yang ia lakukan / alami, tetapi memegahkan
kelemahan / penderitaannya sebagai alasan menga-pa kuasa itu ada (2Kor 12:1-10).
John F. MacArthur, Jr. mengutip kata-kata dari Michael Green, yang
disebutnya sebagai orang yang ‘not
unfriendly to the Charismatic position’
(= bukannya tidak bersahabat terhadap posisi Kharismatik),
sebagai berikut:
“The
Charismatic were always out for power; they were elated by spiritual power, and
were always seeking short cuts to power. It is the same today. Paul’s reply is
to boast not of his power but of his weakness, through which alone the power of
Christ can shine. Paul knew about the marks of an apostle, in signs, and
wonders, and mighty deeds (2Cor 12:12) but he knew that the power of an apostle,
or of any other Christian, came from the patient endurance of suffering, such as
he had with his torn in the flesh, or the patient endurance of reviling and
hardship such as he was submitted to in the course of his missionary work (1Cor
4). The Charismatic had a theology of the resurrection and its power; they
needed to learn afresh the secret of the cross and its shame ... which yet
produced the power of God (1Cor 1:18)” [=
Orang Kharismatik selalu mencari kuasa; mereka gembira / berbesar hati oleh
kuasa rohani, dan selalu mencari jalan pintas menuju kuasa. Hal yang sama
terjadi pada masa ini. Jawaban Paulus adalah memegahkan diri bukan karena
kuasanya tetapi karena kelemahannya, yang merupakan satu-satunya jalan melalui
mana kuasa Kristus bisa bersinar. Paulus tahu tentang tanda-tanda / ciri-ciri
seorang rasul, dalam tanda-tanda, mujijat-mujijat, dan perbuatan-perbuatan ajaib
(2Kor 12:12) tetapi ia tahu bahwa kuasa seorang rasul, atau orang kristen
yang manapun juga, datang dari sikap bertahan yang sabar dalam penderitaan,
seperti yang ia miliki dengan duri dalam dagingnya, atau sikap bertahan yang
sabar terhadap caci maki dan kesukaran terhadap mana ia diserahkan dalam
perjalanan misionarisnya (1Kor 4). Orang Kharismatik mempunyai theologia
kebangkitan dan kuasanya; mereka perlu untuk mempelajari lagi rahasia dari salib
dan kehinaannya .... yang menghasilkan kuasa Allah (1Kor 1:18)]
- ‘The Charismatics’, hal 104. Ia mengutip bagian ini dari buku
karangan Michael Green yang berjudul ‘I believe in the Holy Spirit’,
hal 208.
2)
Ay 26:
Kalau dalam ay 25 Yesus menyerang kekeraskepalaan mereka yang
menyebabkan mereka tidak percaya, maka sekarang dalam ay 26 Yesus
menunjukkan alasan yang lebih tinggi yang menyebabkan mereka tidak percaya,
yaitu karena mereka bukan termasuk domba-domba Tuhan, dengan kata lain, mereka
bukan orang pilihan. Jadi, sekalipun mereka tidak percaya karena tidak
dipilih, mereka tetap disalahkan! Penetapan Tuhan tidak membuang tanggung
jawab manusia! Bdk. Luk 22:22.
3)
Ay 27:
Setelah mengatakan bahwa mereka tidak percaya karena mereka bukan
domba, Yesus mengatakan kontrasnya, yaitu: orang yang termasuk domba pasti akan
mendengar suaraNya dan mengikutiNya. Ini sesuai dengan ay 16 yang
menunjukkan bahwa orang pilihan pasti akan percaya. Bdk. juga dengan Kis 13:48
Ro 8:28-29.
4)
Ay 28-29:
a)
Bagian ini merupakan dasar / dukungan yang sangat kuat bagi doktrin Calvinisme /
Reformed yang mengatakan bahwa Keselamatan orang percaya tidak mungkin hilang
(point ke 5 dari TULIP - Perseverance of the Saints).
Perhatikan penjelasan dari bagian ini:
Orang yang percaya diberi hidup yang kekal oleh Yesus (ay
28a), dan ini berarti bahwa:
· Mereka
pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya (ay 28b)!
Doktrin Arminianism mengatakan bahwa orang yang percaya dan sudah
selamat bisa kehilangan keselamatannya dan binasa. Ini menunjukkan bahwa mereka
bukan diberi hidup yang kekal, tetapi hidup bersyarat. Tetapi
Kitab Suci tidak pernah mengajar seperti ini!
· Seorangpun
tidak akan merebut mereka dari tangan Yesus (ay 28c) dan tangan Bapa (ay 29b).
Ada sedikit perbedaan antara ay 28c yang mengatakan ‘tidak akan’ dan ay 29b
yang mengatakan ‘tidak dapat’.
Perhatikan bahwa yang menjadi alasan / dasar I doktrin ini bukanlah
kebaikan / kesetiaan / kekuatan orang kristen, tetapi kesetiaan / kekuatan
Tuhannya (Fil 1:6 2Tes 3:3 Yudas). Karena itu ada orang Reformed
yang tidak setuju dengan istilah Perseverance of the Saints (=
ketekunan orang-orang kudus), karena istilah ini menunjukkan ketekunan orang
kristennya (Catatan: mereka hanya tidak setuju istilahnya, bukan doktrinnya).
Leon Morris (NICNT): “It is one of the
precious things about the Christian faith that our continuance in eternal life
depends not on our feeble hold on Christ, but on His firm grip on us”
(= Ini merupakan salah satu dari hal-hal yang berharga tentang iman /
kepercayaan kristen dimana terus adanya kita dalam hidup kekal tergantung bukan
pada pegangan lemah kita pada Kristus, tetapi pada peganganNya yang teguh pada
kita).
b)
Bahwa tidak ada orang yang akan / dapat merebut kita dari tangan Yesus dan Bapa
tidak berarti bahwa:
· setan
tidak berusaha merebut. Setan pasti berusaha merebut, tetapi ia tidak akan bisa
merebut (bdk. Mat 24:24).
· hidup
kita akan enak terus. Bagian ini tidak menjanjikan kekebasan dari bencana /
kesukaran, tetapi menjanjikan bahwa kita akan tetap selamat sekalipun mengalami
banyak bencana / kesukaran.
· kita
boleh hidup santai / seenaknya dan tidak memperkuat iman kita.
Jaminan keselamatan tidak boleh menyebabkan kita hidup seenaknya!
Sebaliknya itu harus menyebabkan kita makin bersyukur dan begitu mengasihi Tuhan
sehingga mati-matian hidup untuk menyenangkan dan memuliakan Dia!
5)
Ay 30: ‘Aku dan Bapa adalah satu’.
a)
Satu dalam hal apa?
Ada penafsir-penafsir yang beranggapan bahwa ‘satu’ di sini
bukanlah satu dalam hal hakekat, tetapi hanya dalam hal tujuan, rencana,
pemikiran, kehendak, atau kuasa. Salah satu dari penafsir-penafsir itu adalah
Calvin, yang berkata:
“The
ancients made a wrong use of this passage to prove that Christ is (HOMOOUSIOS)
of the same essence with the Father. For Christ does not argue about the unity
of substance, but about the agreement which he has with the Father, so that
whatever is done by Christ will be confirmed by the power of his Father”
[= Orang-orang kuno menggunakan bagian ini secara salah untuk membuktikan bahwa
Kristus adalah (HOMOOUSIOS) dari zat / hakekat yang sama dengan Bapa. Karena
Kristus tidak berargumentasi mengenai kesatuan zat, tetapi tentang persetujuan /
permufakatan / yang ia miliki dengan Bapa, sehingga apapun yang dilakukan oleh
Kristus akan diteguhkan oleh kuasa BapaNya].
Ini dipakai oleh orang-orang Saksi Yehovah, yang dalam bukunya yang
berjudul ‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, hal 24, berkata:
“Mengenai
Yohanes 10:30, John Calvin (seorang penganut Tritunggal) mengatakan dalam
buku Commentary on the Gospel According to John: ‘Orang-orang zaman
dulu menyalahgunakan ayat ini untuk membuktikan bahwa Kristus adalah ... dari
zat yang sama dengan sang Bapa. Karena di sini Kristus tidak berbicara mengenai
persatuan dalam zat, tetapi mengenai kesepakatan antara dia dengan sang
Bapa’”.
Tetapi kebanyakan penafsir beranggapan bahwa ‘satu’ di sini
adalah dalam hal hakekat, atau setidaknya mencakup kesatuan hakekat.
William Hendriksen: “However, inasmuch as in
other passages it is clearly taught that the oneness is a matter not only of
outward operation but also (and basically) of inner essence, it is clear that
also here nothing less than this can have been meant”
[= Bagaimanapun, karena dalam bagian-bagian lain dengan jelas diajarkan bahwa
kesatuannya bukan hanya dalam operasi luar saja tetapi juga (dan secara dasari)
dalam hal hakekat di dalam, maka jelaslah bahwa di sini yang dimaksudkan tidak
kurang dari itu].
Ada beberapa hal yang secara jelas mendukung pandangan golongan
kedua ini, yaitu:
· Reaksi
dari orang-orang Yahudi terhadap kata-kata Yesus ini adalah: mereka mau merajam
Yesus (ay 31). Kalau Yesus sekedar memaksudkan kesatuan kehendak, pikiran,
atau kesatuan tujuan (seperti yang ditafsirkan oleh Saksi Yehovah), maka tidak
mungkin orang-orang Yahudi itu menjadi begitu marah sehingga mau merajam
Yesus.
· Waktu
Yesus bertanya mengapa mereka mau merajamNya (ay 32), mereka menjawab bahwa
mereka mau merajam Yesus karena Yesus, sekalipun hanya seorang manusia biasa, menyamakan
diriNya dengan Allah’ (ay 33). Perlu diketahui bahwa dalam Injil
Yohanes Yesus pernah 3 x mau dirajam, dan semua terjadi karena pengakuan Yesus
sebagai Allah (Yoh 5:17-18 8:58-59 10:30-33).
· Yesus
menjawab mereka dalam ay 34-38, dan dalam jawaban ini sama sekali tidak
terlihat bahwa Yesus menyangkal tuduhan bahwa Ia menyamakan diri dengan Allah.
Bahkan Yesus tetap mempertahankan kesatuanNya dengan Bapa tersebut.
· Andaikatapun
kita menganggap bahwa kesatuan dalam ay 30 ini adalah dalam hal kuasa,
karena ay 28-29 juga berbicara tentang kuasa (untuk menjaga domba), maka
tetap saja ini menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah. Mengapa? Karena kalau Ia
bisa satu dengan Bapa dalam hal kuasa, itu menunjukkan bahwa Ia juga maha kuasa
sama seperti Bapa, dan itu jelas menunjukkan bahwa Ia adalah Allah.
b)
Ay 30 ini merupakan ayat yang penting dalam menghadapi 2 ajaran sesat dalam hal
doktrin Allah Tritunggal, yaitu Arianism dan Sabelianism.
Dalam bahasa Yunani ay 30 berbunyi sebagai berikut:
EGO
KAI HO PATER EN
ESMEN
I and
the Father one we
are
Aku dan Bapa
satu kami adalah
Perhatikan bahwa sekalipun ada kata EN (one / satu), tetapi
digunakan bentuk jamak ESMEN (we are / kami adalah).
William Hendriksen: “It has been well said
that EN frees us from the charybdis of Arianism (which denies the unity of
essence), and ESMEN from the scylla of Sabellianism (which denies the diversity
of the persons)” [= telah dikatakan
dengan baik / benar bahwa EN membebaskan kita dari bahaya Arianisme (yang
menyangkal kesatuan hakekat), dan ESMEN dari bahaya Sabelianisme (yang
menyangkal perbedaan pribadi-pribadi)].
Catatan:
1.
Tentang Charybdis dan Scylla (dari Webster’s New World
Dictionary):
a.
Charybdis adalah nama pusaran air di pantai Sicilia, di depan batu karang
yang bernama Scylla. Ini menimbulkan kiasan / ungkapan ‘between
Scylla and Charybdis’ (= di antara Scylla dan Charybdis),
yang artinya ‘faced with a choice of two dangers’ (= dihadapkan pada
pemilihan terhadap dua bahaya).
b.
‘In classical mythology both Scylla and Charybdis were personified as
female monsters’ (= dalam mitologi klasik baik Scylla maupun Charybdis
dipersonifikasikan sebagai monster-monster perempuan).
2.
Arianisme adalah ajaran yang menyangkal kesatuan hakekat antara Yesus dengan
Bapa (dan ini yang akhirnya melahirkan Saksi Yehovah). Karena itu, kata Yunani
EN (one / satu) dalam Yoh 10:30 ini penting untuk menghadapi ajaran ini.
Kata EN ini jelas menunjukkan kesatuan hakekat antara Yesus dengan Bapa.
3.
Sabelianisme adalah ajaran yang menyangkal adanya lebih dari satu pribadi dalam
Allah Tritunggal. Mereka mengakui bahwa Allah Tritunggal mempunyai 3 perwujudan,
bukan 3 pribadi. Karena itu kata Yunani ESMEN (we are / kami adalah)
dalam Yoh 10:30 ini penting untuk menghadapi ajaran ini. Kata ESMEN ini
dengan jelas menunjukkan adanya lebih dari satu pribadi.
1)
Pengakuan Yesus bahwa diriNya satu dengan Bapa / Allah ini berarti menyetarakan
diri dengan Bapa / Allah (ay 33), dan ini mereka anggap sebagai penghujatan
/ penyesatan. Dengan demikian Yesus adalah penghujat / nabi palsu, yang memang
harus dihukum mati sesuai dengan Im 24:16 / Ul 13:5. Karena itulah maka
orang-orang Yahudi itu lalu mengambil batu untuk merajam Yesus.
2)
Sebetulnya di sini terjadi sesuatu yang menggelikan, karena tadinya mereka minta
Yesus mengajar dengan terus terang, supaya mereka tidak bimbang (ay 24). Tetapi
sekarang pada waktu Yesus mengajar dengan terus terang, mereka menjadi marah dan
mau merajam Yesus.
3)
Ay 32-33: Sebetulnya dari sini terlihat adanya suatu prinsip yang benar
yaitu: ‘sekalipun seseorang itu melakukan banyak perbuatan baik, tetapi kalau
ajarannya sesat, maka ia tetap adalah nabi palsu yang harus diserang!’.
Renungkan: bagaimana sikap saudara menghadapi Pendeta yang lemah lembut,
penuh kasih dan kesabaran, tetapi ajarannya sesat? Jangan tertipu oleh kehidupan
yang baik itu, karena kalau ajarannya sesat ia tetap adalah nabi palsu!
Disamping itu, kalau ajarannya sesat, tidak mungkin hidupnya betul-betul saleh.
Paling-paling itu hanya kesalehan lahiriah / kemunafikan saja.
4)
Ay 32:
a)
Yesus tidak takut terhadap mereka yang mau merajam Dia, dan Ia bahkan menyerang
tindakan mereka dengan pertanyaan. Biasanya, dalam suatu perdebatan, kalau lawan
debat kita menjadi marah, maka kita sebaiknya menghentikan perdebatan. Tetapi di
sini Yesus meneruskan perdebatan!
b)
Ini menunjukkan bahwa kita harus hidup baik, supaya pada waktu orang marah
terhadap kita karena ajaran / kepercayaan kita, maka kita bisa menggunakan
kebaikan kita sebagai ‘pelindung’.
1)
Jawaban Yesus dalam ay 34-38 terdiri dari 2 hal:
a) Ay 34-36:
· Ay
34b dikutip dari Maz 82:6.
· Yesus
berkata bahwa dalam Kitab Suci juga ada orang yang disebut dengan istilah
‘allah’, dan itu tidak dianggap penghujatan. Maksud Yesus bukanlah bahwa Ia
juga adalah ‘allah’ dalam arti yang sama. Dengan kata lain, Yesus tidak
menyejajarkan diriNya dengan hakim-hakim yang disebut ‘allah’ itu. Maksud
Yesus adalah: kalau mereka, yang adalah manusia biasa / hakim, bisa disebut
‘allah’ tanpa harus menghujat Allah, maka lebih-lebih Dia, yang adalah
Mesias. Pada waktu Ia menyebut diriNya sendiri ‘Anak Allah’, tentu itu bukan
penghujatan.
b)
Ay 37-38: Hal kedua yang Yesus tekankan adalah: mujijat-mujijat yang Ia lakukan
seharusnya membuat mereka mempercayai kata-kataNya.
Satu hal yang sangat penting untuk diperhatikan dari seluruh
jawaban Yesus ini adalah: terhadap kata-kata orang-orang Yahudi dalam ay 33
(bahwa Yesus menyamakan diri dengan Allah), Yesus tidak menyangkalnya!
Andai-kata dalam ay 30 Yesus memang tidak bermaksud untuk menyamakan
diriNya dengan Allah, maka dalam ay 34-38 Ia pasti akan berkata: ‘Siapa
yang menyamakan diri dengan Allah? Kamu salah mengerti kata-kataKu!’.
2)
Ay 35: ‘Kitab Suci tidak dapat dibatalkan’.
Ini menunjukkan bahwa Kitab Suci tidak mungkin salah (infallible
dan inerrant). Tentu saja yang dimaksud adalah Kitab Suci aslinya (autograph),
bukan manuscript / copy, apalagi yang sudah diterjemahkan.
3)
Satu hal yang harus diperhatikan adalah: dalam ay 36b Yesus berkata:
“karena Aku berkata: ‘Aku Anak Allah’”. Ini aneh! Mengapa Ia
tidak berkata: “karena Aku berkata: ‘Aku dan Bapa adalah satu’”?
Bukankah kata-kata ‘Aku dan Bapa adalah satu’ yang dipersoalkan di sini?
Juga dalam ay 38b, Yesus berkata: “Supaya kamu boleh mengetahui
dan mengerti, bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa”. Ini juga
aneh! Mengapa Ia tidak berkata: “Supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti,
bahwa Aku dan Bapa adalah satu”?
Jawabannya: jelas karena ketiga kalimat itu: yaitu:
· Aku
dan Bapa adalah satu (ay 30).
· Aku
adalah Anak Allah (ay 36b).
· Bapa
di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa (ay 38b bdk. Yoh 14:8-11).
maksudnya adalah sama! Semuanya menunjukkan bahwa Yesus adalah
Allah sendiri!
3)
‘dikuduskan oleh Bapa’ (ay 36).
Kalau kita berbicara tentang orang kristen dikuduskan, maka bisa
diartikan bahwa orang itu diubahkan dari keadaan berdosa menjadi kudus. Tetapi
pada waktu berbicara tentang Yesus dikuduskan, tentu bukan itu artinya. Artinya
adalah:
a) Yesus dijaga kekudusanNya, supaya tetap kudus.
b) Yesus dipisahkan untuk suatu tujuan tertentu.
4)
Ay 37-38:
Ini sejalan dengan ay 25. Jadi mujijat-mujijat yang Yesus
lakukan membuktikan bahwa Ia memang dari Allah, dan kata-kataNya memang benar.
Tetapi sekalipun hal ini benar untuk Yesus, kita tak boleh
menjadikan ini sebagai norma yang berlaku setiap saat. Bandingkan dengan:
· Ay
41: Yohanes Pembaptis tidak melakukan satu mujijatpun, tetapi kata-katanya /
ajarannya benar.
Penerapan:
Jangan menuntut mujijat baru mau percaya!
· Ul 13:1-3:
ada nabi yang melakukan tanda / mujijat, tetapi ajarannya salah / sesat. Ini
tetap adalah nabi palsu.
Penerapan:
Jangan langsung percaya pada waktu melihat mujijat!
5)
Ay 39:
a)
Ada yang menganggap ini sebagai mujijat, dan ada yang tidak. Memang tidak
diceritakan dengan jelas bagaimana Yesus bisa luput dari tangan orang-orang
Yahudi itu.
b)
Dalam ay 39 ini ada kata ‘tangan’, sama seperti dalam ay 28-29.
Ada penafsir yang menganggap bahwa Yohanes bermaksud untuk mengkontraskan antara
tangan Yesus / Bapa yang maha kuasa, yang tak mungkin gagal dalam melindungi
dombaNya, dengan tangan orang-orang Yahudi yang tidak berkuasa untuk menangkap
Yesus.
Penerapan:
Kalau ada ancaman dari tangan manusia di dalam saudara mengikut /
melayani Kristus, percayalah bahwa tangan Bapa berkuasa melindungi saudara!
Kalau ternyata bahwa tangan manusia bisa me-nyakiti / membunuh saudara, itu
tidak berarti bahwa tangan Bapa tidak berkuasa melindungi saudara. Saudara tetap
dilindungi dalam arti saudara tetap selamat. Apapun yang terjadi, sekalipun itu
tidak enak, hanya diijinkan oleh tangan Bapa kalau Ia menganggap bahwa hal itu
bisa membawa kebaikan bagi saudara.
Calvin: “This
reminds us that we are not exposed to the lawless passions of wicked men, which
God restrains by his bridle, whenever he thinks fit”
(= Ini mengingatkan kita bahwa kita tidak terbuka terhadap kebencian / kemarahan
yang tidak mempedulikan hukum dari orang-orang jahat, yang ditahan oleh Allah
dengan kekangNya, pada saat ia menganggapnya pantas)
- hal 422.
1)
Ay 40: Yesus meninggalkan orang-orang Yahudi di Yerusalem itu dan Ia pergi ke
seberang Yordan.
a)
Karena Yesus melihat bahwa orang-orang Yahudi di Yerusalem itu tegar tengkuk,
maka Ia lalu pergi ke tempat lain untuk melayani orang lain.
Penerapan:
Memang kadang-kadang kita harus terus bertekun dalam menghadapi
orang yang tegar tengkuk, tetapi kadang-kadang Tuhan menghendaki kita
meninggalkan mereka dan melayani orang lain. Tindakan ini tidak selalu bisa
disebut sebagai ‘tidak tekun’!
b)
Calvin: “And indeed this was a
dreadful vengeance of God, that, while the temple chosen by God was a den of
robbers (Jer 7:11; Mat 21:13) the Church of God was collected in a
despised place” [= Dan ini memang
merupakan pembalasan yang menakutkan dari Allah, yaitu, sementara Bait Suci yang
dipilih oleh Allah adalah sarang penyamun (Yer 7:11 Mat 21:13),
Gereja Allah dikumpulkan di tempat yang hina].
Penerapan:
Hal ini juga bisa terjadi pada jaman ini. Karena itu jangan
tergila-gila dengan suatu gereja, hanya karena gereja itu besar, megah, kaya,
dan banyak jemaatnya!
2)
Ay 41: Berbeda dengan Yesus yang bisa membuktikan dirinya dari Allah / kebenaran
ajaranNya dengan melakukan mujijat, Yohanes Pembaptis tidak bisa! Ini sesuai
dengan 1Kor 12:9-10 yang menunjukkan bahwa karunia mujijat tidak diberikan
kepada semua orang!
3)
Ay 40-42:
Terakhir kali rasul Yohanes menyebut tentang Yohanes Pembaptis
adalah dalam Yoh 5:36. Setelah itu ia tidak pernah menyebutnya lagi, karena
memang pelayanan Yohanes Pembaptis sudah selesai. Tetapi sekarang terlihat effek
/ buah pelayanan Yohanes Pembaptis, dimana orang-orang yang tadinya ia layani
dan ia ajar tentang Yesus, menjadi percaya kepada Yesus.
Penerapan:
Jangan kecewa / kecil hati / putus asa kalau pemberitaan Injil /
Firman Tuhan yang saudara lakukan tidak berbuah saat ini. Bisa saja buahnya baru
muncul setelah saudara mati!
-AMIN-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali