Kebaktian

G. K. R. I. ‘GOLGOTA’

(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)

Minggu, tgl 22 Juli 2012, pk 08.00

Pdt. Budi Asali, M. Div.

(HP: 7064-1331 / 6050-1331)

[email protected]

http://www.golgothaministry.org

 

Yesus gembala yang baik(6)

 

Yoh 10:27-29 - “(27) Domba-dombaKu mendengarkan suaraKu dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, (28) dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tanganKu. (29) BapaKu, yang memberikan mereka kepadaKu, lebih besar dari pada siapapun, dan seorangpun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa”.

 

III) Keamanan domba.

 

1)   Yoh 10:27-29 - “(27) Domba-dombaKu mendengarkan suaraKu dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, (28) dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tanganKu. (29) BapaKu, yang memberikan mereka kepadaKu, lebih besar dari pada siapapun, dan seorangpun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa”.

Catatan: penekanan tentang keamanan domba ada pada ay 28-29, tetapi saya tetap membahas ay 27, untuk melihat kontextnya.

 

a)   Ay 27: “Domba-dombaKu mendengarkan suaraKu dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku,”.

 

Adam Clarke (tentang Yoh 10:27): “‘My sheep hear my voice.’ But ye will not hear: - my sheep follow me; but ye will neither follow nor acknowledge me. Any person who reads without prejudice may easily see, that our Lord does not at all insinuate that these persons could not believe, because God had made it impossible to them but simply because they did not hear and follow Christ, which the whole of our blessed Lord’s discourse proves that they might have done. The sheep of Christ are not those who are included in any eternal decree, to the exclusion of others from the yearnings of the bowels of eternal mercy; but they are those who hear, believe in, follow, and obey the Saviour of the world (= ‘Domba-dombaKu mendengarkan suaraKu’. Tetapi kamu tidak mau mendengar: - domba-dombaKu mengikut Aku; tetapi kamu tidak mau mengikut ataupun mengakui Aku. Orang manapun yang membaca tanpa prasangka bisa dengan mudah melihat, bahwa Tuhan kita sama sekali tidak menunjukkan secara implicit bahwa orang-orang ini tidak bisa percaya, karena Allah telah membuatnya mustahil bagi mereka tetapi hanya karena mereka tidak mendengar dan mengikut Kristus, yang seluruh percakapan Tuhan kita buktikan bisa mereka lakukan. Domba-domba Kristus bukanlah mereka yang tercakup dalam ketetapan kekal manapun, dengan pengeluaran dari orang-orang lain dari kerinduan dari batin dari belas kasihan kekal; tetapi mereka adalah orang-orang yang mendengar, percaya kepada, mengikuti, dan mentaati sang Juruselamat dunia).

 

Tanggapan saya:

Adam Clarke menggunakan ayat sama sekali tidak cocok sehingga memunculkan ajaran seperti ini. Ayat ini tidak menjelaskan sama sekali apa sebabnya seseorang percaya atau tidak percaya kepada Kristus.

 

William Hendriksen (tentang Yoh 10:27): Very clearly, people cannot make themselves sheep (6:39,44; 10:29); sheep do not hear a voice unless that voice has gone forth first of all; and sheep do not follow unless the shepherd has first pushed them out of the fold and has gone on ahead of them (10:3,4). Again, it is because the good shepherd gives to the sheep everlasting life that they never perish and that no one snatches them out of his hand. The sheep are not passive. Indeed not! They listen; they follow. But the action results from the gift. They themselves are the gift of the Father to the Son. That thought is stressed in this very context (verse 29) [= Sangat jelas, orang-orang tidak bisa membuat diri mereka sendiri menjadi domba (6:39,44: 10:29); domba-domba tidak mendengar suara kecuali suara itu telah keluar lebih dulu; dan domba tidak mengikuti kecuali Gembala mendorong mereka keluar dari kandang dan berjalan di depan mereka (10:3,4). Juga adalah karena Gembala yang baik memberikan kepada domba-domba hidup yang kekal maka mereka tidak binasa dan tak seorangpun merebut mereka dari tanganNya. Domba-domba tidak pasif. Memang tidak! Mereka mendengar; mereka mengikut. Tetapi tindakan itu merupakan hasil / akibat dari pemberian / anugerah. Mereka sendiri adalah pemberian dari Bapa kepada Anak. Pemikiran itu ditekankan dalam kontext ini (ay 29)] - hal 122.

Yoh 6:39,44 - “(39) Dan Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikanNya kepadaKu jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman. ... (44) Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepadaKu, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman”.

Yoh 10:3-4 - “(3) Untuk dia penjaga membuka pintu dan domba-domba mendengarkan suaranya dan ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar. (4) Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya”.

Ay 29: BapaKu, yang memberikan mereka kepadaKu, lebih besar dari pada siapapun, dan seorangpun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa”.

 

Calvin (tentang Yoh 10:27): “‘My sheep hear my voice.’ He proves by an argument drawn from contraries, that they are not sheep, because they do not obey the Gospel. For God effectually calls all whom he has elected, so that the sheep of Christ are proved by their faith. And, indeed, the reason why the name of sheep is applied to believers is, that they surrender themselves to God, to be governed by the hand of the Chief Shepherd, and, laying aside the fierceness of their nature, become mild and teachable. It is no small consolation to faithful teachers, that, though the greater part of the world do not listen to Christ, yet he has his ‘sheep whom he knows, and by whom he is also known.’ Let them do their utmost to bring the whole world into the fold of Christ; but when they do not succeed according to their wish, let them be satisfied with this single consideration, that they who are sheep will be gathered by their agency [= ‘Domba-dombaKu mendengarkan suaraKu’. Ia membuktikan oleh suatu argumentasi yang ditarik / diambil dari kebalikannya, bahwa mereka bukanlah domba-domba, karena mereka tidak mentaati Injil (ay 26). Karena Allah secara efektif memanggil semua orang yang telah Ia pilih, sehingga domba-domba Kristus dibuktikan oleh iman mereka. Dan memang, alasan mengapa sebutan ‘domba’ diterapkan kepada orang-orang percaya, adalah bahwa mereka menyerahkan diri mereka sendiri kepada Allah, untuk diperintah oleh tangan dari sang Gembala Kepala, dan setelah menyingkirkan kebuasan dari sifat dasar mereka, mereka menjadi lembut dan bisa diajar. Bukanlah penghiburan yang kecil bagi guru-guru yang setia, bahwa sekalipun bagian yang lebih besar dari dunia tidak mendengar kepada Kristus, tetapi Ia mempunyai ‘domba-dombaNya yang Ia kenal dan oleh siapa Ia juga dikenal’. Hendaklah mereka melakukan yang sekuatnya untuk membawa seluruh dunia ke dalam kandang dari Kristus; tetapi pada waktu mereka tidak berhasil sesuai keinginan mereka, hendaklah mereka puas dengan satu pertimbangan ini, bahwa mereka yang adalah domba-domba akan dikumpulkan oleh perantaraan mereka].

 

b)   Ay 28-29: “(28) dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tanganKu. (29) BapaKu, yang memberikan mereka kepadaKu, lebih besar dari pada siapapun, dan seorangpun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa.”.

 

Ada beberapa kata-kata / istilah yang harus diperhatikan / ditekankan dari ayat ini, yaitu:

1.   Hidup yang kekal. Kalau keselamatan bisa hilang (kalau orangnya meninggalkan iman / murtad), maka ‘hidup’ yang diberikan pada saat seseorang percaya kepada Kristus itu bukanlah hidup yang kekal, tetapi hidup yang bersyarat. Ia hidup, asal meninggalkan iman / murtad.

2.   Pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya. Ini lagi-lagi suatu jaminan, yang luar biasa kuatnya.

3.   Seorangpun tidak akan merebut mereka dari tanganKu.

Ini pasti mencakup setan, atau nabi-nabi palsu yang merupakan alat setan, atau orang manapun yang digunakan oleh setan, untuk mendesak kita / memancing kita, sehingga kita meninggalkan iman / murtad. Kalau demikian, lalu bagaimana mungkin orang percaya yang sejati bisa meninggalkan iman / murtad?

4.      Seorangpun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa.

Seakan-akan tanganNya sendiri masih kurang kuat untuk menjaga orang-orang percaya, Ia menambahkan bahwa tangan Bapa juga menjaga sehingga tak ada yang bisa merebut dari tangan Bapa. Jadi, dua tangan Yang Mahakuasa menggenggam orang-orang percaya sehingga tidak mungkin ada yang bisa merebut orang percaya.

 

Adam Clarke: “‘They shall never perish.’ Why? Because they hear my voice, and follow me; therefore I know, I approve of and love them, and give them eternal life. They who continue to hear Christ’s voice, and to follow him, shall never perish. They give themselves up to God - believe so on Jesus that he lives in their hearts: God hath given unto them eternal life, and this life is in his Son; and he that hath the Son hath life, 1 John 5:11-12. Now it is evident that only those who have Christ living in and governing their souls, so that they possess the mind that was in him, are his sheep - are those that shall never perish, because they have this eternal life abiding in them: therefore to talk of a man’s being one of the elect - one that shall never perish - one who shall have eternal life - who shall never be plucked out of the hand of God, etc., while he lives in sin, has no Christ in his heart, has either never received or fallen away from the grace of God, is as contrary to common sense as it is to the nature and testimonies of the Most High. Final perseverance implies final faithfulness - he that endures to the end shall be saved - he that is faithful unto death shall have a crown of life. And will any man attempt to say that he who does not endure to the end, and is unfaithful, shall ever enter into life? (= ‘Mereka tidak akan pernah binasa’. Mengapa? Karena mereka mendengar suaraKu, dan mengikut Aku; karena itu Aku mengenal, Aku mengakui / menyetujui dan mengasihi mereka, dan memberikan mereka hidup yang kekal. Mereka yang terus menerus mendengar suara Yesus, dan mengikutiNya, tidak akan pernah binasa. Mereka memberikan diri mereka sendiri kepada Allah - percaya sedemikian rupa kepada Yesus sehingga Ia hidup dalam hati mereka: Allah telah memberikan kepada mereka hidup yang kekal, dan hidup itu ada di dalam AnakNya; dan ia yang mempunyai Anak mempunyai hidup, 1Yoh 5:11-12. Sekarang adalah jelas bahwa hanya mereka yang mempunyai Kristus hidup dalam jiwa mereka dan memerintahnya, sehingga mereka memiliki pikiran yang ada di dalam Dia, adalah domba-dombaNya - adalah mereka yang tidak akan pernah binasa, karena mereka mempunyai hidup yang kekal ini tinggal di dalam mereka: karena itu berbicara tentang seseorang yang adalah salah satu dari orang-orang pilihan - seseorang yang tak akan pernah binasa - seseorang yang akan mempunyai hidup yang kekal - yang tidak akan pernah direbut dari tangan Allah, dsb., sementara ia hidup dalam dosa, tidak mempunyai Kristus dalam hatinya, sebagai atau tidak pernah menerima atau jatuh dari kasih karunia Allah, sama bertentangannya dengan akal sehat seperti dengan sifat dan kesaksian dari Yang Mahatinggi. Ketekunan akhir secara implicit menunjuk pada kesetiaan akhir - ia yang bertahan / bertekun sampai akhir akan selamat - ia yang setia sampai mati akan mempunyai mahkota kehidupan. Dan akankah orang manapun mencoba untuk mengatakan bahwa ia yang tidak bertahan sampai akhir, dan yang tidak setia, akan pernah masuk ke dalam hidup?).

Catatan:

a.   Bagian yang saya beri garis bawah tunggal jelas-jelas merupakan penafsiran yang membengkokkan arti, karena ay 28 ini merupakan janji Kristus yang memberikan jaminan kepada domba-domba / orang-orang percaya, tetapi Adam Clarke membelokkan ke arah tanggung jawab dari orang Kristen / domba itu! Disamping itu, Calvinist tak pernah percaya bahwa orang pilihan bisa percaya lalu tak bertekun sampai akhir. Kalau percayanya sungguh-sungguh, pasti ia bertekun sampai akhir, tetapi Tuhan yang menolong dia untuk bisa bertekun sampai akhir.

b.   Tentang bagian yang saya beri garis bawah ganda, saya betul-betul tidak mengerti bagaimana bagian seperti ini tahu-tahu bisa muncul dalam penafsiran tentang ayat ini, karena bagian itu jelas membicarakan orang yang tidak percaya, yang sama sekali tidak dibicarakan oleh ayat ini!

 

Barclay (tentang Yoh 10:22-28): The words and deeds of Jesus were a continuous claim to be the Anointed One of God. But the great majority of the Jews had not accepted that claim. As we have seen, in Palestine the sheep knew their own shepherd’s special call and answered it; these were not of Jesus’ flock. In the Fourth Gospel, there is behind it all a doctrine of predestination: things were happening all the time as God meant them to happen. John is really saying that these Jews were predestined not to follow Jesus. Somehow or other the whole New Testament keeps two opposite ideas in balance - the fact that everything happens within the purpose of God and yet in such a way that human free will is responsible. These people had made themselves such that they were predestined not to accept Jesus; and yet, as John sees it, that does not make them any the less to be condemned. But though most did not accept Jesus, some did; and to them Jesus promised three things. (1) He promised ‘eternal life.’ He promised that if they accepted him as Master and Lord, if they became members of his flock, all the littleness of earthly life would be gone and they would know the splendour and the magnificence of the life of God. (2) He promised a ‘life that would know no end.’ Death would be not the end but the beginning; they would know the glory of indestructible life. (3) He promised a ‘life that was secure.’ Nothing could snatch them from his hand. This would not mean that they would be saved from sorrow, from suffering and from death; but that in the sorest moment and the darkest hour they would still be conscious of the everlasting arms underneath and about them. Even in a world crashing to disaster, they would know the serenity of God [= Kata-kata dan tindakan-tindakan Yesus adalah / merupakan suatu claim yang terus menerus sebagai Orang yang Diurapi dari / oleh Allah. Tetapi sebagian besar dari orang-orang Yahudi tidak menerima claim itu. Seperti yang telah kita lihat, di Palestina domba-domba mengenal panggilan khas dari gembala mereka sendiri dan menjawabnya; orang-orang ini bukanlah kawanan domba Yesus. Dalam Injil yang keempat, di sana di belakang itu semua ada doktrin tentang predestinasi: hal-hal terjadi selalu sebagaimana Allah memaksudkan mereka untuk terjadi. Yohanes sesungguhnya sedang mengatakan bahwa orang-orang Yahudi ini dipredestinasikan untuk tidak mengikut Yesus. Dengan satu atau lain cara seluruh Perjanjian Baru menjaga / memelihara dua gagasan yang berlawanan dengan seimbang - fakta bahwa segala sesuatu terjadi dalam rencana Allah tetapi dengan suatu cara sehingga kehendak bebas manusia bertanggung jawab. Orang-orang ini telah membuat diri mereka sendiri sedemikian rupa sehingga mereka dipredestinasikan untuk tidak menerima Tuhan; tetapi, sebagaimana Yohanes melihatnya, itu tidak membuat mereka tidak dihukum. Tetapi sekalipun kebanyakan tidak menerima Yesus, beberapa / sebagian menerimaNya; dan bagi mereka Yesus menjanjikan tiga hal. (1) Ia menjanjikan ‘hidup yang kekal’. Ia menjanjikan bahwa jika mereka menerimaNya sebagai Guru / Tuan dan Tuhan, jika mereka menjadi anggota-anggota dari kawanan dombaNya, semua keremehan dari kehidupan duniawi akan hilang dan mereka akan mengenal kemegahan dan keindahan dari kehidupan dari Allah. (2) Ia menjanjikan suatu ‘kehidupan yang tidak mengenal akhir’. Kematian bukanlah akhir tetapi permulaan; mereka akan mengenal kemuliaan dari kehidupan yang tidak bisa binasa. (3) Ia menjanjikan ‘kehidupan yang aman’. Tak ada apapun yang bisa merebut mereka dari tanganNya. Ini tidak berarti bahwa mereka akan diselamatkan dari kesedihan, dari penderitaan dan dari kematian; tetapi bahwa pada saat yang paling menyakitkan / menyedihkan dan saat yang paling gelap, mereka akan tetap sadar tentang lengan yang kekal di bawah dan di sekeliling mereka. Bahkan dalam suatu dunia yang hancur menjadi bencana, mereka akan tahu ketenangan / ketenteraman dari Allah] - hal 72-73.

Catatan: bahkan orang Liberal seperti Barclay tak bisa menghindari dorongan / arah dari text ini pada doktrin tentang predestinasi dan keselamatan yang tidak bisa hilang!

Hanya bagian yang saya garis-bawahi kelihatannya menunjuk pada ‘Conditional Election’ (= Pemilihan yang bersyarat), dan kalau memang demikian, itu salah.

 

William Hendriksen: That life is salvation full and free, ... And it never ends. The sheep shall certainly never perish; i.e., they shall never enter the state of wrath, the condition of being banished forever from the presence of the God of love. And no one shall snatch them out of my hand (symbolizing my power).’ Some commentators insist that when Jesus states, ‘They shall certainly never perish, and no one shall snatch them out of my hand,’ he does not really mean this. They are so sure that believers may, after all, be lost, that they are unwilling to do justice even to the plain sense of Scripture. But it must be borne in mind, as has been shown previously ... that in the Fourth Gospel the idea of predestination (and at times also its corollary: the perseverance of the saints, their being guarded by the power of God, so that they keep clinging to him to the very end) is constantly stressed (see 2:4; 4:34; 5:30; 6:37,39,44,64; 7:6,30; 8:20; 13:1; 18:37; 19:28). Hence, it is utterly futile to deny this or to seek refuge in a passage which, considered merely on the surface, may seem to be in conflict with this consistent teaching. Thus, 15:6 is often pressed into service by those who deny what John so clearly emphasizes; ... The basis of man’s salvation rests forever in God, not in man! That point is not grasped by those who teach that man is able, after all, to tear himself loose from the power of God. Thus, in essence, God is dethroned, and the comfort of the assurance of salvation is lost [= Kehidupan itu adalah keselamatan yang penuh dan cuma-cuma, ... Dan itu tidak pernah berakhir. Domba-domba pasti tidak akan pernah binasa; artinya mereka tidak akan pernah masuk ke dalam keadaan kemurkaan, keadaan dibuang selama-lamanya dari hadirat dari Allah dari kasih. Dan tak seorangpun akan merebut mereka dari tanganKu (menyimbolkan kuasaKu)’. Beberapa penafsir berkeras bahwa pada waktu Yesus menyatakan, ‘Mereka pasti tidak akan pernah binasa, dan tak seorangpun akan merebut mereka dari tanganKu’, Ia tidak sungguh-sungguh memaksudkan ini. Mereka begitu pasti bahwa orang-orang percaya bagaimanapun juga bisa terhilang, dan mereka tidak mau melakukan keadilan bahkan pada arti yang jelas dari Kitab Suci. Tetapi harus dicamkan, seperti telah ditunjukkan sebelumnya ... bahwa dalam Injil keempat gagasan tentang predestinasi (dan kadang-kadang juga akibatnya yang wajar: ketekunan orang-orang kudus, bahwa mereka dijaga oleh kuasa Allah, sehingga mereka terus berpegang erat-erat kepada Dia sampai akhir) ditekankan terus menerus (lihat 2:4; 4:34; 5:30; 6:37,39,44,64; 7:6,30; 8:20; 13:1; 18:37; 19:28). Jadi, merupakan sesuatu yang sama sekali sia-sia untuk menyangkal ini atau untuk mencari perlindungan dalam suatu text yang, dipertimbangkan semata-mata pada permukaannya, bisa kelihatan bertentangan dengan pengajaran yang konsisten ini. Demikianlah, 15:6 sering dipaksakan untuk kegunaan ini oleh mereka yang menyangkal apa yang Yohanes tekankan dengan begitu jelas; ... Dasar dari keselamatan manusia selama-lamanya berada pada Allah, bukan pada manusia! Point / pokok ini tidak dimengerti oleh mereka yang mengajarkan bahwa, bagaimanapun juga manusia bisa melepaskan dirinya sendiri dari kuasa Allah. Jadi, pada hakekatnya, Allah diturunkan dari takhta, dan penghiburan tentang keyakinan keselamatan hilang] - hal 123.

Catatan: Yoh 15:6 - Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar”.

Contoh dari penafsir yang dimaksudkan oleh Hendriksen adalah Lenski. Perhatikan tafsirannya di bawah ini.

 

Lenski: However weak the sheep are, under Jesus they are perfectly safe. Yet a believer may after all be lost (15:6). Our certainty of eternal salvation is not absolute. While no foe of ours is able to snatch us from our Shepherd’s hand, we ourselves may turn from him and may perish willfully of our own accord [= Bagaimanapun lemahnya adanya domba-domba itu, di bawah Yesus mereka aman secara sempurna. Tetapi bagaimanapun juga seorang percaya bisa terhilang (Yoh 15:6). Kepastian kita tentang keselamatan kekal tidaklah mutlak. Sementara tidak ada musuh kita yang bisa merebut kita dari tangan Gembala kita, kita sendiri bisa berpaling / berbalik dari Dia dan bisa binasa dengan sengaja dari kehendak kita sendiri].

Catatan: penggunaan Yoh 15:6 jelas merupakan sesuatu yang sangat tidak masuk akal, karena ‘ranting yang tidak tinggal di dalam Kristus / pokoknya’ jelas menunjuk kepada orang kristen KTP!

 

Calvin (tentang ay 28-29): “‘And they shall never perish.’ It is an inestimable fruit of faith, that Christ bids us be convinced of our security when we are brought by faith into his fold. But we must also observe on what foundation this certainty rests. It is because he will be a faithful guardian of our salvation, for he testifies that our salvation is in ‘his hand.’ And if this were not enough, he says that they will be safely guarded by the power of his Father. This is a remarkable passage, by which we are taught that the salvation of all the elect is not less certain than the power of God is invincible. Besides, Christ did not intend to throw this word foolishly into the air, but to give a promise which should remain deeply fixed in their minds; and, therefore, we infer that the statement of Christ is intended to show that the elect are absolutely certain of their salvation. We are surrounded, indeed, by powerful adversaries, and so great is our weakness, that we are every moment in imminent danger of death; but as He who ‘keeps what we have committed to him’ (2 Timothy 1:12) is greater or more powerful than all, we have no reason to tremble as if our life were in danger [= ‘Dan mereka tidak akan pernah binasa’. Ini adalah buah dari iman yang tak ternilai, bahwa Kristus meminta kita untuk yakin tentang keamanan kita pada saat kita dibawa oleh iman ke dalam kandangNya. Tetapi kita juga harus memperhatikan pada dasar apa kepastian ini berada. Itu adalah karena Ia mau menjadi seorang penjaga yang setia dari keselamatan kita, karena Ia menyaksikan bahwa keselamatan kita ada dalam ‘tanganNya’. Dan seandainya ini tidak cukup, Ia berkata bahwa mereka akan dijaga dengan aman oleh kuasa dari BapaNya (ay 29). Ini merupakan text yang luar biasa, oleh mana kita diajar bahwa keselamatan dari semua orang-orang pilihan sama pastinya dengan bahwa kuasa Allah adalah tak terkalahkan. Disamping, Kristus tidak bermaksud untuk melemparkan firman ini secara bodoh di udara, tetapi untuk memberikan suatu janji yang harus tetap dipancangkan secara mendalam dalam pikiran mereka; dan karena itu, kami menyimpulkan bahwa pernyataan Kristus ini dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa orang-orang pilihan pasti secara mutlak tentang keselamatan mereka. Kita memang dikelilingi oleh musuh-musuh yang kuat, dan begitu besar kelemahan kita, sehingga kita setiap saat ada di dekat bahaya kematian; tetapi karena Ia yang ‘memelihara apa yang telah kita percayakan kepadaNya’ (2Tim 1:12) lebih besar dan lebih berkuasa dari semua, kita tidak mempunyai alasan untuk gemetar seakan-akan kehidupan kita ada dalam bahaya].

2Tim 1:12 - “Itulah sebabnya aku menderita semuanya ini, tetapi aku tidak malu; karena aku tahu kepada siapa aku percaya dan aku yakin bahwa Dia berkuasa memeliharakan apa yang telah dipercayakanNya kepadaku hingga pada hari Tuhan.

 

Calvin: Hence, too, we infer how mad is the confidence of the Papists, which relies on free-will, on their own virtue, and on the merits of their works. Widely different is the manner in which Christ instructs his followers, to remember that, in this world, they may be said to be in the midst of a forest, surrounded by innumerable robbers, and are not only unarmed and exposed as a prey, but are aware that the cause of death is contained in themselves, so that, relying on the guardianship of God alone, they may walk without alarm. In short, our salvation is certain, because it is in the hand of God; for our faith is weak, and we are too prone to waver. But God, who has taken us under his protection, is sufficiently powerful to scatter, with his breath alone, all the forces of our adversaries. It is of great importance for us to turn our eye to this, that the fear of temptations may not dismay us; for Christ even intended to point out the way in which sheep are made to live at ease in the midst of wolves [= Jadi, kita juga menyimpulkan betapa gilanya keyakinan dari para pengikut Paus (orang Katolik), yang bersandar pada kehendak bebas, pada kebaikan mereka sendiri, dan pada jasa-jasa dari pekerjaan / perbuatan baik mereka. Sangat berbeda cara dengan mana Kristus mengajar para pengikutNya, untuk mengingat bahwa, dalam dunia ini, mereka bisa dikatakan berada di tengah-tengah suatu hutan, dikelilingi oleh perampok-perampok yang tak terhitung banyaknya, dan bukan hanya tidak bersenjata dan terbuka sebagai mangsa, tetapi sadar bahwa penyebab dari kematian ada dalam diri mereka sendiri, sehingga hanya dengan bersandar pada penjagaan dari Allah saja mereka bisa berjalan tanpa rasa takut. Singkatnya, keselamatan kita itu pasti, karena itu ada dalam tangan Allah; karena iman kita itu lemah, dan kita terlalu condong untuk ragu-ragu / goncang. Tetapi Allah, yang telah membawa kita ke bawah perlindunganNya, berkuasa secara cukup untuk mencerai-beraikan, dengan nafasNya saja, semua kekuatan-kekuatan dari musuh-musuh kita. Merupakan sesuatu yang sangat penting bagi kita untuk mengarahkan mata kita pada hal ini, supaya rasa takut dari pencobaan tidak mencemaskan kita; karena Kristus bahkan bermaksud untuk menunjukkan jalan / cara dalam mana domba-domba dibuat untuk hidup dengan tenang di tengah-tengah serigala].

Catatan: Katolik dalam hal ini tak beda dengan Arminianisme!

 

William Hendriksen: Viewing all the sheep as one flock, Jesus refers to them as ‘that which my Father has given me.’ On this gift of the Father to the Son see also 6:37,39,44. One holds on to a gift, especially if it be a gift from One so dear as is the Father to the Son. That explains verse 28: ‘no one shall snatch them out of my (the Son’s) hand.’ But it also explains verse 29: a father will certainly cherish and protect that which he, in incomprehensible love, has given to his son. Note also that in this case what the Father gave to the Son remains the possession of the Father (is now the possession of both). ... True believers are never lost. They are the objects of God’s very special care, which rests upon his Predestinating Love [= Memandang semua domba-domba sebagai satu kawanan, Yesus menunjuk kepada mereka sebagai ‘itu yang BapaKu telah berikan kepadaKu’. Tentang pemberian dari Bapa kepada Anak ini lihat juga 6:37,39,44. Seseorang memegang erat-erat suatu pemberian, khususnya jika itu adalah suatu pemberian dari seseorang yang begitu dikasihi seperti Bapa terhadap Anak. Itu menjelaskan ay 28: ‘tak seorangpun akan merebut mereka dari tanganKu (tangan Anak)’. Tetapi itu juga menjelaskan ay 29: seorang bapa pastilah akan menghargai dan melindungi apa yang ia, dalam kasih yang melampaui akal, telah berikan kepada anaknya. Perhatikan juga bahwa dalam kasus ini apa yang Bapa berikan kepada Anak tetap merupakan milik Bapa (sekarang menjadi milik dari keduanya). ... Orang-orang percaya yang sejati tidak pernah terhilang. Mereka adalah obyek dari pemeliharaan khusus dari Allah, yang berdasarkan pada KasihNya yang mempredestinasikan] - hal 124-125.

 

William Hendriksen: “‘No one is able to snatch.’ This ‘no one’ (think of the ‘wolf’ of 10:12) must be permitted to stand in all its absoluteness. Neither satan, nor the clever false prophet, nor the powerful persecutor, nor anyone else shall ever be able to snatch any sheep of the flock out of the hand of the Father! Cf. I Pet. 1:4,5 [= ‘Tak seorangpun bisa merebut’. Kata-kata ‘tak seorangpun’ ini (pikirkan tentang serigala dari 10:12) harus diijinkan untuk berdiri / berada dalam semua kemutlakannya. Tidak Iblis, atau nabi palsu yang pandai, atau penganiaya yang berkuasa, atau siapapun yang lain, akan pernah bisa merebut domba manapun dari kawanan dari tangan Bapa! Bdk. 1Pet 1:4,5] - hal 125.

1Pet 1:3-5 - “(3) Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmatNya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan, (4) untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga bagi kamu. (5) Yaitu kamu, yang dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu sementara kamu menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir”.

 

Barnes’ Notes: It would be impossible for any language to teach more explicitly that the saints will persevere (= Adalah mustahil bagi bahasa manapun untuk mengajar dengan lebih explicit bahwa orang-orang kudus akan bertekun).

 

3)   Janji dalam ay 28-29 dan persyaratan ‘asal tidak murtad / meninggalkan iman’.

Arminianisme mengaminkan janji dalam ay 28-29 ini, TETAPI memberikan syarat, yaitu asalkan domba / orang Kristen itu tidak murtad / meninggalkan iman! Lihat tafsiran Lenski di atas.

Biasanya terhadap argumentasi menggunakan ay 28-29 untuk menekankan doktrin ‘Perseverance of the Saints’ (= Ketekunan orang-orang kudus) ini, orang Arminian menjawab, memang tidak ada yang bisa merebut orang percaya dari tangan Bapa dan Anak, tetapi orang percaya itu bisa keluar sendiri dengan sukarela (karena kehendaknya sendiri) dari tangan Yesus maupun tangan Bapa yang menggenggamnya. Lucu sekali! Lalu apa alasannya yang menyebabkan orang percaya itu mau keluar? Kalau karena godaan setan, maka itu tetap berarti bahwa setan bisa merebut orang percaya dari tangan Yesus dan Bapa! Dan kalau itu benar, lalu apa artinya jaminan yang Yesus berikan di sini? Semua menjadi tidak ada harganya sedikitpun! Ini merupakan sesuatu yang harus dicamkan. Kalau semua janji Tuhan dalam Injil diberi persyaratan ‘asal orang percaya itu tidak mundur / murtad’, maka janji itu menjadi tidak ada harganya sama sekali.

 

Robert Louis Dabney: “I am well aware that the force of these and all similar passages has been met, by asserting that in all gospel promises there is a condition implied, viz: That they shall be fulfilled, provided the believer does not backslide, on his part, from his gospel privileges. But is this all which these seemingly precious words mean? Then they mean nothing. To him who knows his own heart, what is that promise of security worth, which offers him no certainty to secure him against his own weakness? ‘All his sufficiency is of God.’ See also Rom. 7:21. If his enjoyment of the promised grace is suspended upon his own perseverance in cleaving to it, then his apostasy is not a thing possible, or probable, but certain. There is no hope in the gospel” (= Saya sadar bahwa kekuatan dari text-text ini dan text-text yang serupa telah dijawab dengan menegaskan bahwa dalam semua janji-janji Injil secara implicit ada suatu syarat, yaitu: bahwa janji-janji itu akan digenapi, asal orang percaya itu tidak mundur, dari hak-hak injil. Tetapi apakah ini arti dari semua kata-kata yang berharga itu? Maka janji-janji itu tidak berharga apa-apa. Bagi dia yang mengenal hatinya sendiri, apa nilai dari janji keamanan itu, yang tidak menawarkan kepadanya kepastian untuk mengamankan dia terhadap kelemahannya sendiri? ‘Semua kecukupannya adalah dari Allah’. Lihat juga Ro 7:21. Jika kemungkinan menikmati kasih karunia yang dijanjikan itu tergantung pada ketekunannya dalam berpegang kepadanya, maka kemurtadannya bukan hanya mungkin terjadi, tetapi pasti terjadi. Maka tidak ada pengharapan dalam injil) - ‘Lectures in Systematic Theology’, hal 693-694.

Catatan:

2Kor 3:5b - “kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah”.

KJV: our sufficiency is of God (= kecukupan kami adalah dari Allah).

Ro 7:21 - “Demikianlah aku dapati hukum ini: jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku”.

 

Dabney lalu menambahkan: “And when such a condition is thrust into such a promise as that of Jno. 10:27: ‘None shall pluck them out of My hand,’ provided they do not choose to let themselves be plucked away; are we to suppose that Christ did not know that common Bible truth, that the only way any spiritual danger can assail any soul successfully, is by persuasion: that unless the adversary can get the consent of the believer’s free will, he cannot harm him? ... Surely Jesus knew this; and if this supposed condition is to be understood, then this precious promise would be but a worthless and pompous truism. ‘Your soul shall never be destroyed, unless in a given way,’ and that way, the only and the common way, in which souls are ever destroyed. ‘You shall never fall, as long as you stand up.’” (= Dan pada saat persyaratan seperti itu dimasukkan ke dalam suatu janji seperti Yoh 10:27: ‘seorangpun tidak akan merebut mereka dari tanganKu’, asalkan mereka tidak memilih untuk membiarkan diri mereka direbut; apakah kita menganggap bahwa Kristus tidak tahu akan kebenaran umum dari Alkitab, bahwa satu-satunya jalan melalui mana bahaya rohani bisa menyerang jiwa dengan sukses, adalah melalui bujukan: bahwa kecuali sang musuh / setan bisa mendapatkan persetujuan dari kehendak bebas orang percaya, ia tidak bisa menyakiti / merugikannya? ... Jelas Yesus mengetahui hal ini; dan jika syarat ini ada dalam janji itu, maka janji yang berharga itu menjadi tak berharga dan hanya merupakan suatu kebenaran yang dibesar-besarkan. ‘Jiwamu tidak akan pernah dihancurkan, kecuali dengan cara tertentu’, dan cara itu adalah satu-satunya cara dan merupakan cara yang umum, melalui mana jiwa-jiwa dihancurkan. ‘Engkau tidak akan pernah jatuh, selama engkau berdiri’) - ‘Lectures in Systematic Theology’, hal 694.

Catatan: ayat yang dimaksud sebetulnya bukan Yoh 10:27 tetapi Yoh 10:28.

 

Mungkin kata-kata Dabney ini agak sukar dimengerti oleh orang kristen yang tidak terbiasa dengan bahasa theologia. Karena itu saya mencoba untuk menjelaskannya dengan kata-kata saya sendiri di bawah ini.

Kejatuhan manusia selalu terjadi karena adanya bujukan setan yang lalu dituruti oleh manusia. Jadi ini merupakan jalan yang umum untuk jatuh, bahkan merupakan jalan satu-satunya untuk jatuh. Yesus sendiri pasti mengetahui hal ini. Dan karena itu Ia tidak mungkin memberikan janji sebagai berikut: ‘seorangpun tidak akan merebut mereka dari tanganKu, asalkan mereka tidak menyerah pada bujukan setan. Perkecualian yang Ia berikan justru merupakan jalan yang umum, atau bahkan jalan satu-satunya, bagi manusia untuk jatuh. Dengan memberikan perkecualian seperti ini, maka janji itu menjadi tidak ada harganya.

 

Saya ingin memberikan 2 Ilustrasi berkenaan dengan hal ini:

a)      Ada seseorang yang berlatih angkat besi dengan maksud mengikuti suatu kejuaraan angkat besi. Lalu ada seorang pelatih angkat besi yang melatihnya, dan memberinya jaminan sebagai berikut: ‘Saya menjamin engkau pasti menang, asalkan waktu mengangkat barbel, engkau bertekun sehingga barbel itu naik ke atas. Bukankah ini suatu lelucon? Semua lifter gagal dalam kejuaraan angkat besi, karena mereka tidak berhasil mengangkat barbelnya. Dengan demikian jaminan yang ia berikan merupakan jaminan yang kosong / tak ada harganya sama sekali.

b)      Ada seorang pelatih sirkus yang melatih orang untuk berjalan di atas tali. Dan ia memberikan jaminan kepada orang yang ia latih dengan kata-kata sebagai berikut: ‘Saya menjamin engkau pasti bisa sampai ke seberang, asal engkau tidak kehilangan keseimbanganmu. Semua orang tahu bahwa seorang yang berjalan di atas tali akan gagal sampai ke seberang kalau ia kehilangan keseimbangannya. Itu jalan yang umum yang menyebabkan seseorang tidak sampai ke seberang. Kalau pelatih itu memberikan jaminan, dengan hal itu sebagai perkecualian, maka jaminan yang ia berikan menjadi tidak ada harganya!

 

Demikian juga adanya perkecualian / persyaratan yang diberikan oleh orang Arminian terhadap janji-janji dari Injil, menyebabkan janji-janji Injil itu kosong dan tak berguna.

 

Dabney menambahkan lagi: “the promise in Jer. 32:40, ... most expressly engages God to preserve believers from this very thing - their own backsliding. Not only does He engage that He will not depart from them, but ‘He will put His fear in their heart, so that they shall not depart from Him.’ (= janji dalam Yer 32:40, ... dengan cara yang paling jelas mengikat Allah dengan janji untuk menjaga orang-orang percaya justru dari hal yang satu ini - kemunduran mereka sendiri. Ia bukan hanya berjanji bahwa Ia tidak akan meninggalkan mereka, tetapi ‘Ia akan menaruh rasa takutNya dalam hati mereka, sehingga mereka tidak akan meninggalkan Dia’) - ‘Lectures in Systematic Theology’, hal 694.

Yer 32:40 - “Aku akan mengikat perjanjian kekal dengan mereka, bahwa Aku tidak akan membelakangi mereka, melainkan akan berbuat baik kepada mereka; Aku akan menaruh takut kepadaKu ke dalam hati mereka, supaya mereka jangan menjauh dari padaKu.

 

Inilah ajaran Reformed! Allah bukan hanya berjanji untuk menyelamatkan, tetapi juga berjanji akan menolong mereka sedemikian rupa sehingga mereka tidak akan murtad!

 

Loraine Boettner: “The saints in heaven are happier but no more secure than are true believers here in this world” (= Orang-orang kudus di surga lebih bahagia, tetapi tidak lebih aman, dari pada orang-orang percaya yang sejati di sini di dunia ini) - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 183.

 

-AMIN-

 

e-mail us at [email protected]

http://golgothaministry.org