(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)
Minggu, tgl 24 Juni 2012, pk 08.00
Pdt. Budi Asali, M. Div.
(HP: 7064-1331 / 6050-1331)
Yesus
gembala yang baik(3)
Yoh 10:11-15 - “(11)
Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi
domba-dombanya; (12) sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan yang
bukan pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang,
meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam dan
mencerai-beraikan domba-domba itu. (13) Ia lari karena ia seorang upahan dan
tidak memperhatikan domba-domba itu. (14) Akulah gembala yang baik dan Aku
mengenal domba-dombaKu dan domba-dombaKu mengenal Aku (15) sama seperti Bapa
mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawaKu bagi
domba-dombaKu”.
2)
Yesus / Allah adalah gembala yang baik.
Yoh
10:11,14 - “Akulah gembala yang baik”.
Maz
23:1 - “TUHAN adalah gembalaku, takkan
kekurangan aku”.
a)
Gembala yang baik mengenal / mengasihi dombanya.
Yoh 10:14-15
- “(14) Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-dombaKu
dan domba-dombaKu mengenal Aku (15) sama seperti Bapa mengenal Aku
dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawaKu bagi domba-dombaKu”.
William
Hendriksen (tentang Yoh 10:14-15): “Four
times in these two verses the verb ‘know’
(γινώσκω)
occurs. ... It is here a knowledge of experience and of loving fellowship.
Jesus acknowledges his own (as his true disciples); they acknowledge him (as
their Lord). Nothing could be more wonderful! Thus also the Father acknowledges
the Son; the Son acknowledges the Father”
[= Empat kali dalam dua ayat ini kata kerja ‘tahu / kenal’ (GINOSKO) muncul.
... Di sini itu adalah pengetahuan / pengenalan dari pengalaman dan dari
persekutuan yang penuh kasih. Yesus mengakui milikNya (sebagai
murid-muridNya yang sejati); mereka mengakui Dia (sebagai Tuhan mereka). Tak ada
yang bisa lebih indah! Demikian juga Bapa mengakui Anak; Anak mengakui Bapa]
- hal 113.
Barnes’
Notes (tentang Yoh 10:14-15):
“‘Know
my sheep.’ Know my people, or my church. The word ‘know’ here is used in
the sense of affectionate regard or love. It implies such a knowledge of their
wants, their dangers, and their characters, as to result in a deep interest in
their welfare. Thus the word ‘knoweth,’ in John 10:15, is in John 10:17
explained by the word ‘loveth.’ Jesus knows the hearts, the dangers, and the
wants of his people, and his kindness as their shepherd prompts him to defend
and aid them. ‘Am known of mine.’ That is, he is known and loved as their
Saviour and Friend. They have seen their sins, and dangers, and wants; they have
felt their need of a Saviour; they have come to him, and they have found him and
his doctrines to be such as they need, and they have loved him”
(= ‘Mengenal domba-dombaKu’. Mengenal umatKu, atau gerejaKu. Kata
‘mengenal / mengetahui’ di sini digunakan dalam arti ‘pandangan / anggapan
yang penuh kasih sayang’ atau ‘kasih’. Secara implicit itu menunjuk
pada pengenalan sedemikian rupa tentang kebutuhan mereka, bahaya mereka, dan
karakter mereka, sehingga menghasilkan suatu perhatian dalam kesejahteraan
mereka. Karena itu kata ‘mengenal’ dalam Yoh 10:15, dalam Yoh 10:17
dijelaskan dengan kata ‘mengasihi’. Yesus mengenal hati, bahaya dan
kebutuhan dari umatNya, dan kebaikanNya sebagai gembala mereka mendorong Dia
untuk mempertahankan dan membantu mereka. ‘Dikenal oleh milikKu /
domba-dombaKu’. Artinya, ia dikenal dan dikasihi sebagai Juruselamat dan
Sahabat mereka. Mereka telah melihat dosa-dosa, dan bahaya-bahaya, dan
kebutuhan-kebutuhan mereka; mereka telah merasakan kebutuhan mereka akan seorang
Juruselamat; mereka telah datang kepadaNya, dan mereka telah menemukan Dia dan
ajaran-ajaranNya seperti yang mereka butuhkan, dan mereka telah mengasihi Dia).
Arthur W. Pink:
“the
words ‘know’ and ‘foreknowledge’ when applied to God in the Scriptures,
have reference not simply to His prescience (i.e. His bare knowledge beforehand), but to His knowledge of approbation.
When God said to Israel, ‘You only have I known of all the families of the earth’ (Amos 3:2), it is
evident that He meant, ‘You only had I any favorable regard to.’ When we
read in Romans 11:2 ‘God hath not cast away His people (Israel) whom He foreknew,’
it is obvious that what was signified is, ‘God has not finally rejected that
people whom He has chosen as the objects of His love’
- cf. Deuteronomy 7:7, 8. In the same way (and it is the only possible way) are we to understand Matthew 7:23. In the Day of Judgment the Lord will say unto many, ‘I never
knew you’. Note, it is more than simply ‘I know you not’. His solemn
declaration will be, ‘I never knew
you’ - you were never the objects of My approbation. Contrast this with I know
(love) My sheep, and am known (loved) of Mine’ (John 10:14). The
‘sheep’, His elect, the ‘few’, He does
‘know’; but the reprobate, the non-elect, the ‘many’ He knows not
- no, not even before the foundation of the world did He know them - He
‘NEVER’ knew them!”
[= Kata-kata ‘tahu’ dan pra-pengetahuan’ pada waktu diterapkan kepada
Allah dalam Kitab Suci, berkenaan bukan hanya
dengan pra-pengetahuanNya (yaitu semata-mata pengetahuan-lebih-duluNya), tetapi
dengan pengetahuan dari penerimaanNya. Pada waktu Allah berkata kepada Israel, ‘Hanya kamu yang Kukenal dari
segala kaum di muka bumi’ (Amos 3:2), adalah jelas bahwa Ia memaksudkan,
‘Hanya kamu kepada siapa Aku mempunyai perhatian / kasih yang baik /
menyenangkan’. Pada waktu kita membaca dalam Ro 11:2 ‘Allah tidak
menolak umatNya (Israel) yang Ia ketahui lebih dulu’,
adalah jelas bahwa artinya adalah ‘Allah akhirnya tidak menolak bangsa itu
yang telah Ia pilih sebagai obyek kasihNya’ - Ul 7:7-8. Dengan cara yang sama
(dan ini adalah satu-satunya cara yang memungkinkan) kita harus mengerti Mat
7:23. Pada hari penghakiman Tuhan akan berkata kepada banyak orang, ‘Aku
tidak pernah mengenal kamu’. Perhatikan, itu adalah lebih dari
sekedar ‘Aku tidak kenal kamu’. PernyataanNya yang khidmat adalah,
‘Aku tidak pernah mengenal kamu’ - kamu tidak pernah menjadi obyek dari
penerimaanKu. Kontraskan ini dengan ‘Aku mengenal (mengasihi) domba-dombaKu,
dan dikenal (dikasihi) oleh milikKu’ (Yoh 10:14). ‘Domba-domba’,
orang-orang pilihanNya, ‘orang-orang yang sedikit’, Ia ‘tahu / kenal’;
tetapi orang-orang reprobate, orang-orang non pilihan, orang ‘banyak’, Ia
tidak tahu / kenal - tidak, bahkan tidak sebelum dunia diciptakan Ia mengenal
mereka - Ia tidak pernah mengenal
mereka!] - ‘The
Sovereignty of God’, hal 77-78 (AGES).
Amos 3:2 - “‘Hanya
kamu yang Kukenal dari segala kaum di muka bumi, sebab itu Aku akan
menghukum kamu karena segala kesalahanmu”.
Ro 11:2 - “Allah
tidak menolak umatNya yang dipilihNya. Ataukah kamu tidak tahu, apa yang
dikatakan Kitab Suci tentang Elia, waktu ia mengadukan Israel kepada Allah:”.
Ul 7:7-8 - “(7)
Bukan karena lebih banyak jumlahmu dari bangsa manapun juga, maka hati TUHAN
terpikat olehmu dan memilih kamu - bukankah kamu ini yang paling kecil dari
segala bangsa? - (8) tetapi karena TUHAN mengasihi kamu dan memegang sumpahNya
yang telah diikrarkanNya kepada nenek moyangmu, maka TUHAN telah membawa kamu
keluar dengan tangan yang kuat dan menebus engkau dari rumah perbudakan, dari
tangan Firaun, raja Mesir”.
Mat 7:23 - “Pada
waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak
pernah mengenal kamu! Enyahlah dari padaKu, kamu sekalian pembuat
kejahatan!’”.
Yoh 10:14 - “Akulah
gembala yang baik dan Aku mengenal domba-dombaKu dan domba-dombaKu mengenal
Aku”.
Catatan:
kutipan dari A. W. Pink ini tak ada dalam bukunya, tetapi ada dalam software
AGES. Dalam bukunya, seluruh pasal tentang ‘The
Sovereignty of God in Reprobation’ dihapuskan.
d)
Gembala yang baik menyerahkan nyawanya untuk domba-dombanya.
Yoh
10:11 - “Akulah gembala yang baik. Gembala
yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya;”.
1.
Perbedaan gembala biasa dan Yesus sebagai Gembala yang baik dalam hal
ini.
William
Hendriksen berkata bahwa karakter yang sangat indah dari gembala ini ditunjukkan
khususnya dalam hal ini, dimana Ia menyerahkan nyawaNya untuk domba-dombaNya.
Ini tak bisa diterapkan pada gembala biasa, tak peduli ia sebaik apa. Gembala
seperti itu mungkin meresikokan nyawanya dalam mempertahankan domba-dombanya
(bdk. 1Sam 17:34-36) tetapi ia tidak sungguh-sungguh menyerahkan nyawanya
sebagai korban sukarela. Juga dalam kehidupan biasa, kematian dari sang gembala
berarti hilangnya dan bahkan mungkin matinya domba-dombanya juga. Tetapi dalam
kasus Yesus sebagai gembala yang baik, penyerahan nyawaNya berarti kehidupan
untuk domba-dombaNya!
1Sam 17:34-36
- “(34) Tetapi Daud berkata kepada Saul: ‘Hambamu ini biasa
menggembalakan kambing domba ayahnya. Apabila datang singa atau beruang, yang
menerkam seekor domba dari kawanannya, (35) maka aku mengejarnya, menghajarnya
dan melepaskan domba itu dari mulutnya. Kemudian apabila ia berdiri menyerang
aku, maka aku menangkap janggutnya lalu menghajarnya dan membunuhnya. (36) Baik
singa maupun beruang telah dihajar oleh hambamu ini. Dan orang Filistin yang
tidak bersunat itu, ia akan sama seperti salah satu dari pada binatang itu,
karena ia telah mencemooh barisan dari pada Allah yang hidup.’”.
William
Hendriksen (tentang Yoh 10:11): “The
excellent character of this shepherd is shown especially in this, ‘The
good shepherd lays down his life for the sheep.’ In the sense in
which this is meant it cannot apply to an ordinary sheep-herder, no matter how
good he may be. Such a shepherd may, indeed, ‘risk’ his life in the
defence of his sheep (I Sam. 17:34–36), but he does not really ‘lay
down’ (τίθησι)
his life; i.e., he does not yield his life as a voluntary sacrifice. Also, in
ordinary life the death of the herder means loss and possible death for the
herd. In this case the death
of the shepherd means life (ζωή)
for the sheep!”
[= ] - hal 110.
Catatan:
ini tak saya terjemahkan karena intinya sudah saya berikan di atas.
2.
Ini menunjuk pada doktrin ‘Limited
Atonement’ (= Penebusan Terbatas).
William
Hendriksen (tentang Yoh 10:11): “The
good shepherd lays down his life ‘for
the benefit of’ the sheep, but the only way in which he can benefit the
sheep, saving them from everlasting destruction and imparting everlasting life
to them, is by dying ‘instead of’
them, as we learn from Matt. 20:28; Mark 10:45, where the preposition ἀντί
(‘instead of’, ‘in exchange
for’) is used. It is easy to see how by a very gradual transition ‘for
the benefit of’ or ‘in
behalf of’ may become ‘instead
of.’ ... It is for the
sheep - only for the sheep - that the good shepherd lays down his life.
The design of the atonement is definitely restricted. Jesus dies for those who
had been given to him by the Father, for the children of God, for true believers”
[= Gembala yang baik memberikan nyawaNya ‘untuk keuntungan dari’
domba-domba, tetapi satu-satunya cara dengan mana Ia bisa menguntungkan
domba-domba, menyelamatkan mereka dari kehancuran kekal dan memberikan kehidupan
kekal kepada mereka, adalah dengan mati ‘sebagai ganti’ mereka, seperti yang
kita pelajari dari Mat 20:28; Mark 10:45, dimana kata depan ἀντί
/ ANTI (‘sebagai ganti dari’, ‘dalam pertukaran untuk’) digunakan.
Adalah mudah untuk melihat bagaimana oleh suatu perubahan yang sangat
perlahan-lahan ‘untuk keuntungan dari’ atau ‘untuk kepentingan dari’
bisa menjadi ‘sebagai ganti dari’. ... Adalah untuk domba-domba - hanya
untuk domba-domba - bahwa sang gembala memberikan nyawaNya. Rancangan dari
penebusan pasti terbatas. Yesus mati untuk mereka yang telah diberikan kepadaNya
oleh Bapa, untuk anak-anak Allah, untuk orang-orang percaya yang sejati]
- hal 110-111.
Mat
20:28 - “sama seperti Anak Manusia
datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan
nyawaNya menjadi tebusan bagi (ANTI)
banyak orang.’”.
3.
Apa tanggapan yang seharusnya ada dalam diri kita berkenaan dengan hal
ini.
Calvin (tentang Yoh
10:12): “how
base and shameful is our indolence, if our life is more dear to us than the
salvation of the Church, which Christ preferred to his own life!”
(= alangkah jelek / hina dan memalukan kelambanan / kemalasan kita, jika hidup
kita lebih kita sayangi dari pada keselamatan dari Gereja, yang Kristus
dahulukan / utamakan dari hidupNya / nyawaNya sendiri).
Bdk.
Kis 20:28 - “Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah
yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang
diperolehNya dengan darah AnakNya
sendiri”.
Karena
Allah / Yesus mendapatkan jemaat / gereja dengan mencurahkan darahNya, maka ini
merupakan suatu argumentasi bagi orang Kristen / pemimpin-pemimpin gereja untuk
menggembalakan kawanan domba Allah!
Penerapan:
apakah saudara punya kepedulian terhadap kawanan domba Allah?
e)
Kematian Yesus yang adalah gembala, sudah dinubuatkan oleh Zakharia.
Zakh
13:7 - “‘Hai pedang, bangkitlah
terhadap gembalaKu, terhadap orang yang paling karib kepadaKu!’,
demikianlah firman TUHAN semesta alam. ‘Bunuhlah gembala, sehingga
domba-domba tercerai-berai! Aku akan mengenakan tanganKu terhadap yang lemah”.
Bdk.
Mat 26:31 - “Maka berkatalah Yesus
kepada mereka: ‘Malam ini kamu semua akan tergoncang imanmu karena Aku. Sebab
ada tertulis: Aku akan membunuh gembala dan kawanan domba itu akan
tercerai-berai”.
1.
“‘Hai pedang, bangkitlah
terhadap gembalaKu, ... ‘Bunuhlah gembala, sehingga domba-domba
tercerai-berai!” (Zakh 13:7).
Jamieson,
Fausset & Brown:
“‘Awake.
O sword, against my Shepherd ... smite the Shepherd, and the sheep shall be
scattered.’ Expounded by Christ as referring to Himself (Matt 26:31-32). What
is expressed by the prophet imperatively, ‘Smite,’ is expressed as an
assertion by the Lord in quoting it, ‘I will smite the Shepherd, and the sheep
of the flock shall be scattered abroad.’ For when God, ‘by his determinate
counsel,’ delivered up Jesus to be smitten, He Himself smote Him. Thus
Jesus’ form of quotation is the divine commentary on the prophecy. The act of
the sword, and of the guilty men who wielded it against Jesus, though they knew
it not, and are therefore responsible for the awful sin, is God’s act (Acts
2:23; 3:18; 4:28)” [=
‘Bangunlah, pedang, terhadap gembalaKu ... bunuhlah Gembala, dan domba-domba
akan tercerai berai’. Dijelaskan oleh Kristus sebagai menunjuk kepada diriNya
sendiri (Mat 26:31-32). Apa yang dinyatakan oleh sang nabi sebagai perintah,
‘Bunuhlah’, dinyatakan sebagai suatu penegasan oleh Tuhan pada waktu
mengutipnya, ‘Aku akan membunuh Gembala, dan domba-domba dari kawanan akan
tercerai berai secara luas’. Karena pada waktu Allah, ‘oleh rencana yang
telah ditentukanNya’, menyerahkan Yesus untuk dibunuh, Ia sendiri membunuhNya.
Jadi bentuk kutipan Yesus merupakan tafsiran ilahi tentang nubuat itu. Tindakan
dari pedang, dan tentang orang-orang yang bersalah yang memegang dan
menggunakannya terhadap Yesus, sekalipun mereka tidak mengetahuinya, dan karena
itu bertanggung jawab untuk dosa yang hebat, merupakan tindakan Allah (Kis 2:23;
3:18; 4:28)].
Kis 2:23 - “Dia
yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencanaNya, telah kamu salibkan
dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka”.
Kis 3:18 - “Tetapi
dengan jalan demikian Allah telah menggenapi apa yang telah difirmankanNya
dahulu dengan perantaraan nabi-nabiNya, yaitu bahwa Mesias yang diutusNya harus
menderita”.
Kis 4:28 - “untuk
melaksanakan segala sesuatu yang telah Engkau tentukan dari semula oleh kuasa
dan kehendakMu”.
Bdk. Yoh 18:11 - “Kata
Yesus kepada Petrus: ‘Sarungkan pedangmu itu; bukankah Aku harus minum
cawan yang diberikan Bapa kepadaKu?’”.
Calvin (tentang Zakh
13:7): “we
must especially notice, that it is a sure presage of the people’s ruin and
destruction when pastors are taken from them; for when God intends to keep us
safe, he employs this instrumentality, that is, he raises up faithful teachers,
who rule in his name; and he rules them by his Spirit, and fits them for their
rank and station: but when he strikes them, he not only forsakes the people, but
also shows that he is the avenger of wickedness, so that the people themselves
are destroyed. This is the import of the Prophet’s words. But this, as I have
already observed, was fulfilled in Christ; for he accommodated the passage to
himself when his disciples fled from him. Though they were but a small flock,
being very few in number, yet they were scattered and put to flight. In that
case then, as in a mirror, appeared how truly it had been said by Zechariah,
that the scattering is nigh when a pastor is smitten”
(= kita harus secara khusus memperhatikan, bahwa ini adalah suatu text yang
pasti tentang kehancuran bangsa / umat pada waktu pendeta / gembala diambil dari
mereka; karena pada waktu Allah bermaksud untuk menjaga kita tetap aman, Ia
menggunakan peralatan ini, yaitu, Ia membangkitkan / memunculkan guru-guru yang
setia, yang memerintah / mengepalai dalam namaNya; dan Ia memerintah /
mengepalai mereka oleh RohNya, dan menyesuaikan mereka untuk kedudukan dan
tempat kewajiban mereka: tetapi pada waktu Ia membunuh mereka, Ia bukan hanya
meninggalkan bangsa / umatNya, tetapi juga menunjukkan bahwa Ia adalah pembalas
dendam dari kejahatan, sehingga bangsa / umat itu sendiri dihancurkan. Ini
adalah arti dari kata-kata sang nabi. Tetapi ini, seperti sudah saya perhatikan
/ tinjau, digenapi dalam Kristus; karena menyesuaikan text itu dengan diriNya
sendiri pada waktu murid-muridNya lari dari Dia. Sekalipun mereka hanyalah suatu
kawanan yang kecil, karena jumlahnya sangat sedikit, tetapi mereka
dicerai-beraikan dan lari. Maka dalam kasus itu, seperti dalam sebuah cermin,
terlihat betapa secara benar telah dikatakan oleh Zakharia, bahwa
pencerai-beraian itu dekat pada waktu seorang pendeta / gembala dibunuh).
Matthew
Henry: “Of
the dispersion of the disciples thereupon: ‘Smite the Shepherd, and the sheep
shall be scattered.’ This our Lord Jesus himself declares to have been
fulfilled when ‘all his disciples were offended because of him’ in the night
wherein he was betrayed, Matt 26:31; Mark 14:27. They all ‘forsook him and
fled.’ The smiting of the Shepherd is the scattering of the sheep. They were
‘scattered every one to his own, and left him alone,’ John 16:32. Herein
they were like timorous sheep; yet the Shepherd thus provided for their safety,
for he said, ‘If you seek me, let these go their way.’”
(= Tentang penyebaran dari murid-murid oleh sebab hal itu: ‘Bunuhlah Gembala,
san domba-domba akan tercerai berai’. Ini Tuhan Yesus sendiri nyatakan sebagai
telah digenapi pada waktu ‘semua murid-muridNya kecewa karena Dia’ pada
malam dimana Ia dikhianati, Mat 26:31; Mark 14:27. Mereka semua
‘meninggalkan Dia dan lari’. Pembunuhan Gembala adalah pencerai-beraian
domba-domba. Mereka ‘tercerai berai masing-masing ke tempat / rumahnya
sendiri, dan meninggalkan Dia sendirian’, Yoh 16:32. Di sini mereka adalah
seperti domba-domba yang takut; tetapi Gembala karena itu sang Gembala
memelihara keamanan mereka, karena Ia berkata ‘Jika
Aku yang kamu cari, biarkanlah mereka ini pergi’).
Mat 26:31 - “Maka
berkatalah Yesus kepada mereka: ‘Malam ini kamu semua akan tergoncang imanmu
karena Aku. Sebab ada tertulis: Aku akan membunuh gembala dan kawanan domba itu
akan tercerai-berai”.
Mark 14:27 - “Lalu
Yesus berkata kepada mereka: ‘Kamu semua akan tergoncang imanmu. Sebab ada
tertulis: Aku akan memukul gembala dan domba-domba itu akan tercerai-berai”.
Yoh 16:32 - “Lihat,
saatnya datang, bahkan sudah datang, bahwa kamu diceraiberaikan masing-masing ke
tempatnya sendiri dan kamu meninggalkan Aku seorang diri. Namun Aku tidak
seorang diri, sebab Bapa menyertai Aku”.
Yoh 18:8-9 - “(8)
Jawab Yesus: ‘Telah Kukatakan kepadamu, Akulah Dia. Jika Aku yang kamu cari,
biarkanlah mereka ini pergi.’ (9) Demikian
hendaknya supaya genaplah firman yang telah dikatakanNya: ‘Dari mereka yang
Engkau serahkan kepadaKu, tidak seorangpun yang Kubiarkan binasa.’”.
2.
“Aku akan mengenakan tanganKu
terhadap yang lemah” (Zakh 13:7).
Matthew
Henry: “These
words, ‘I will turn my hand upon the little ones,’ may be understood either
as a threatening (as Christ suffered, so shall his disciples, they shall
‘drink of the cup that he drank of’ and be ‘baptized with the baptism that
he was baptized’ with) or as a promise that God would gather Christ’s
scattered disciples together again, and he should give them the meeting in
Galilee. Though the little ones among Christ’s soldiers may be dispersed, they
shall rally again; the lambs of his flock, though frightened by the beasts of
prey, shall recover themselves, shall be gathered in his arms and laid in his
bosom. Sometimes, when the sheep are scattered and lost in the wilderness, yet
the little ones, which, it was feared, would be a prey (Num 14:31), are brought
in, are brought home, and God turns his hand upon them” [= Kata-kata ini, ‘Aku akan mengenakan tanganKu terhadap yang lemah /
kecil’ bisa dimengerti atau sebagai suatu ancaman (sebagaimana Kristus
menderita, begitu juga murid-muridNya, mereka akan ‘meminum cawan yang Ia
minum’ dan ‘dibaptis dengan baptisan dengan mana Ia dibaptis’) atau
sebagai suatu janji bahwa Allah akan mengumpulkan kembali murid-murid
Kristus yang tercerai berai, dan Ia akan memberi mereka pertemuan di Galilea.
Sekalipun orang-orang yang kecil / lemah di antara tentara-tentara Kristus bisa
tersebar, mereka akan berkumpul lagi; anak-anak domba dari kawananNya, sekalipun
ditakuti oleh binatang-binatang pemangsa, akan memulihkan diri sendiri, akan
dikumpulkan dalam lenganNya dan diletakkan di dadaNya. Kadang-kadang, pada waktu
domba-domba tercerai berai dan hilang di padang gurun, tetapi anak-anak kecil,
yang ditakutkan akan menjadi mangsa (Bil 14:31), dibawa masuk, dibawa pulang,
dan Allah mengenakan tanganNya terhadap mereka].
Mark 10:38-39 - “(38)
Tetapi kata Yesus kepada mereka: ‘Kamu tidak tahu apa yang kamu minta.
Dapatkah kamu meminum cawan yang harus Kuminum dan dibaptis dengan baptisan
yang harus Kuterima?’ (39) Jawab mereka: ‘Kami dapat.’ Yesus berkata
kepada mereka: ‘Memang, kamu akan meminum cawan yang harus Kuminum dan akan
dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima”.
Adam
Clarke (tentang Mat 20:22): “Baptism among the Jews, as it was performed in the
coldest weather, and the persons were kept under water for some time, was used
not only to express death, but the most cruel kind of death” (= Baptisan di antara orang-orang Yahudi, karena itu dilaksanakan dalam
cuaca yang paling dingin, dan orang-orang dijaga untuk tetap di bawah air
untuk suatu waktu, digunakan bukan hanya untuk menyatakan kematian, tetapi
jenis kematian yang paling kejam).
Bil 14:29-35 - “(29)
Di padang gurun
ini bangkai-bangkaimu akan berhantaran, yakni semua orang di antara kamu yang
dicatat, semua tanpa terkecuali yang berumur dua puluh tahun ke atas, karena
kamu telah bersungut-sungut kepadaKu. (30) Bahwasanya kamu ini tidak akan masuk
ke negeri yang dengan mengangkat sumpah telah Kujanjikan akan Kuberi kamu diami,
kecuali Kaleb bin Yefune dan Yosua bin Nun! (31) Tentang anak-anakmu yang
telah kamu katakan: Mereka akan menjadi tawanan, merekalah yang akan Kubawa
masuk, supaya mereka mengenal negeri yang telah kamu hinakan itu. (32)
Tetapi mengenai kamu, bangkai-bangkaimu akan berhantaran di padang gurun ini,
(33) dan anak-anakmu akan mengembara sebagai penggembala di padang gurun empat
puluh tahun lamanya dan akan menanggung akibat ketidaksetiaan, sampai
bangkai-bangkaimu habis di padang gurun. (34) Sesuai dengan jumlah hari yang
kamu mengintai negeri itu, yakni empat puluh hari, satu hari dihitung satu
tahun, jadi empat puluh tahun lamanya kamu harus menanggung akibat kesalahanmu,
supaya kamu tahu rasanya, jika Aku berbalik dari padamu: (35) Aku, TUHAN, yang
berkata demikian. Sesungguhnya Aku akan melakukan semuanya itu kepada segenap
umat yang jahat ini yang telah bersepakat melawan Aku. Di padang gurun ini
mereka akan habis dan di sinilah mereka akan mati.’”.
Catatan: saya menganggap text ini tidak
cocok untuk digunakan dalam hal seperti ini.
Calvin (tentang Zakh 13:7):
“Some
consider that the little ones would be exposed to many evils, because the Lord
would ever hold his rod in his hand to chastise them. But the Prophet, I have no
doubt, meant what is far different, - that God would show mercy to them, when
the body of the people had been as it were torn into many parts. For all the
godly might have been wholly dejected when their shepherds were taken away, and
when the people were become like a straying flock. God then comes to their aid,
and testifies that his hand would be extended over the miserable and the poor
ones, who had been almost overwhelmed by a mass of evils. This passage is also
very serviceable to us in the present state of the Church: for we see how God
has lately cut off many pastors, so that what is called the Church is become
like a mutilated body. We also see that God often deprives of good and faithful
pastors those who have abused his truth, or with impious contempt rejected it.
We might then in this case be terrified and cast off all hope of salvation, were
we not to remember what Zechariah teaches us here, even that though the Church
were contemptible in the world, and though the faithful were few in number, and
all of them exposed to calamities, yet God’s hand will be over them, so as to
gather for himself again a Church from the torn members”
(= Beberapa / sebagian orang menganggap bahwa orang-orang / domba-domba yang
kecil akan terbuka terhadap banyak bencana, karena Tuhan akan selalu memegang
tongkatNya di tanganNya untuk menghajar mereka. Tetapi saya tidak meragukan
bahwa sang nabi memaksudkan apa yang sangat berbeda, - bahwa Allah akan
menunjukkan belas kasihan kepada mereka, pada waktu tubuh dari umat / bangsa itu
seakan-akan telah dicabik-cabik menjadi banyak bagian. Karena semua orang-orang
saleh bisa telah patah hati sepenuhnya pada waktu gembala mereka diambil, dan
pada waktu umat / bangsa itu menjadi seperti kawanan domba yang tersesat. Lalu
Allah datang menolong mereka, dan menyaksikan bahwa tanganNya akan diulurkan
kepada domba-domba yang menyedihkan dan malang, yang telah hampir diliputi oleh
bencana-bencana yang banyak sekali. Text ini juga sangat berguna bagi kita
dalam keadaan saat ini dari Gereja: karena kita melihat bagaimana Allah
belakangan telah membunuh banyak pendeta-pendeta, sehingga apa yang disebut
Gereja menjadi seperti tubuh yang dimutilasi. Kita juga melihat bahwa Allah
sering mencabut / menghilangkan pendeta-pendeta yang baik dan setia dari mereka
yang telah menyalah-gunakan kebenaranNya, atau dengan kejijikan yang jahat
menolaknya. Maka dalam kasus ini kita bisa menjadi takut dan membuang semua
pengharapan tentang keselamatan, seandainya kita tidak mengingat apa yang
Zakharia ajarkan kepada kita di sini, yaitu bahwa sekalipun Gereja dianggap
menjijikkan dalam dunia, dan sekalipun orang-orang yang beriman / setia sangat
sedikit jumlahnya, dan semua mereka terbuka terhadap bencana-bencana, tetapi
tangan Allah akan ada di atas mereka, untuk mengumpulkan kembali bagi diriNya
suatu Gereja dari anggota-anggota yang dicabik-cabik).
Adam
Clarke: “‘And
I will turn mine hand upon the little ones.’ I will take care of the little
flock, and preserve them from Jewish malice and Gentile persecution. And so this
little flock was most wondrously preserved, and has been increasing from year to
year from that time to the present day”
(= ‘Dan Aku akan mengenakan tanganKu terhadap orang-orang yang kecil /
lemah’. Aku akan memperhatikan / menjaga kawana yang kecil, dan memelihara /
melindungi mereka dari kejahatan orang-orang Yahudi dan penganiayaan orang-orang
non Yahudi. Dan demikianlah kawanan kecil ini dipelihara / dilindungi secara
paling ajaib, dan telah meningkat dari tahun ke tahun sejak saat itu sampai hari
ini).
Catatan: aneh juga orang Arminian ini bisa
memberi komentar seperti ini?
Kesimpulan: sekalipun secara teoretis pada saat gembala mati / dibunuh
maka domba-domba tercerai berai, tetapi dalam kasus Yesus dibunuh, domba-domba
yang tercerai berai semuanya dikumpulkan kembali, dan tak satupun yang hilang!
Ini jelas merupakan argumentasi untuk mendukung keselamatan yang tidak bisa
hilang!
3)
Yesus / Allah sebagai gembala yang baik versus ‘orang upahan’.
Yoh 10:11-13
- “(11) Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya
bagi domba-dombanya; (12) sedangkan seorang upahan yang bukan gembala,
dan yang bukan pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang,
meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam dan
mencerai-beraikan domba-domba itu. (13) Ia lari karena ia seorang upahan
dan tidak memperhatikan domba-domba itu”.
Calvin (tentang Yoh
10:12-13): “By
‘hirelings’ we are to
understand those who retain the pure doctrine, and who proclaim the truth, as
Paul says, to serve a purpose rather than from pure zeal. Though such persons do
not serve Christ faithfully, yet we ought to hear them; for Christ wished that the
Pharisees should be heard, because
they sat in Moses’ seat,
(Matthew 23:2;) and, in like manner, we ought to give such honor to the Gospel,
as not to shrink from its ministers, though they be not good men” [= Dengan ‘orang-orang upahan’ kita harus memaksudkan mereka yang
mempertahankan ajaran yang murni, dan yang memberitakan kebenaran, seperti
Paulus katakan, untuk melayani / mencapai suatu tujuan dan bukannya dari
semangat yang murni. Sekalipun orang-orang seperti itu tidak melayani Kristus
dengan setia, tetapi kita harus mendengarkan mereka; karena Kristus ingin bahwa
orang-orang Farisi didengar, karena mereka telah menduduki kursi Musa (Mat
23:2); dan, dengan cara yang sama, kita harus memberikan penghormatan seperti
itu kepada Injil, dan tidak mundur dari pelayan-pelayannya, sekalipun mereka
bukanlah orang-orang yang baik].
Mat
23:1-3 - “(1) Maka berkatalah Yesus
kepada orang banyak dan kepada murid-muridNya, kataNya: (2) ‘Ahli-ahli
Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. (3) Sebab itu
turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi
janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya
tetapi tidak melakukannya”.
Catatan:
tentu saja ajaran ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi ini harus didengar selama
mereka memberikan ajaran yang benar. Text ini harus diperhatikan
bersama-sama dengan text lain seperti Mat 16:6,12 - “(6)
Yesus berkata kepada mereka: ‘Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap ragi
orang Farisi dan Saduki.’ ... (12) Ketika itu barulah mereka mengerti
bahwa bukan maksudNya supaya mereka waspada terhadap ragi roti, melainkan
terhadap ajaran orang Farisi dan Saduki”.
Barnes’
Notes (tentang Yoh 10:12-13):
“The
word translated ‘hireling’ is often employed in a good sense; but here it
denotes one who is unfaithful to his trust; and especially those ministers who
preach only for support, and who are unwilling to encounter any danger or to
practice any self-denial for the welfare of the church of God. They are those
who have no boldness in the cause of their Master, but who, rather than lose
their reputation or place, would see the church corrupted and wasted by its
spiritual foes”
(= Kata yang diterjemahkan ‘orang upahan’ sering digunakan dalam arti yang
baik; tetapi di sini itu menunjukkan seseorang yang tidak setia pada hal yang
dipercayakan kepadanya; dan khususnya pendeta-pendeta / pelayan-pelayan itu,
yang berkhotbah hanya untuk sokongan, dan yang tidak mau menghadapi bahaya
apapun atau mempraktekkan penyangkalan diri apapun untuk kesejahteraan gereja
Allah. Mereka adalah orang-orang yang tidak mempunyai keberanian dalam perkara
dari Tuan mereka, tetapi yang, dari pada kehilangan reputasi atau tempat mereka,
lebih memilih untuk melihat gereja dirusak / dijadikan buruk dan dibuang-buang
oleh musuh-musuh rohaninya).
Kalau
Yesus mengecam orang-orang upahan, yang tidak mempunyai perhatian kepada
domba-domba itu, dan tak peduli pada keselamatan dari domba-domba itu, maka
jelas Ia sebagai Gembala yang baik akan mempunyai sifat yang kontras dengan
mereka yang Ia kecam. Kalau Ia rela menyerahkan nyawaNya untuk domba-dombaNya,
adalah sangat tidak masuk akal kalau Ia membiarkan mereka terhilang dengan
cara apapun!
-bersambung-
e-mail
us at [email protected]
http://golgothaministry.org