oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.
Wahyu
1:17-20
Ay 17-18:
“Ketika
aku melihat Dia, tersungkurlah aku di depan kakiNya sama seperti orang yang
mati; tetapi Ia meletakkan tangan kananNya di atasku, lalu berkata: ‘Jangan
takut! Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir, dan Yang Hidup. Aku telah mati,
namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya dan Aku memegang segala kunci
maut dan kerajaan maut”.
1) ‘Ketika aku melihat Dia, tersungkurlah aku di depan kakiNya sama
seperti orang yang mati’.
a)
Berkat yang menyebabkan ketakutan.
Rasul
Yohanes melihat Yesus dalam kemuliaan. Seharusnya semua itu menimbulkan
sukacita, syukur, dan pujian. Tetapi ternyata ia menjadi takut. Kita juga sering
seperti itu dimana kita salah mengerti tentang apa yang terjadi pada kita / di
sekitar kita sehingga kita menjadi takut, padahal semua itu membawa berkat bagi
kita, dan sebetulnya tidak perlu kita takuti.
Dalam
suatu buku Saat Teduh diceritakan suatu cerita sebagai berikut:
“The
story is told of a lone survivor of a shipwreck who was thrown upon an
uninhabited island. After a while he built for himself a rude shelter in which
he placed the few precious possessions he had managed to save from the ship.
Being a Christian he prayed most earnestly for deliverance, and anxiously
scanned the horizon to hail any ship that might come in that direction. One day,
upon returning from a hunt for food, he was horrified to find his campsite in
flames. All that he had salvaged was disappearing in the smoke! Disaster had
struck, or so it appeared. However, that which seemed to have transpired for the
worst was in reality for his gain. While to his limited vision such a cruel blow
was inexplicable, to God’s infinite wisdom his loss was for the best, and
actually resulted in the very thing for which he had been praying most earnestly
- for the very next day a ship arrived! ‘We saw your smoke signal,’ the
captain said! The Christian recognized then that even his seeming calamity had
been God directed”
(= Ada suatu cerita tentang seseorang yang merupakan satu-satunya orang yang
selamat dari suatu kapal yang karam yang terdampar di suatu pulau yang tidak
berpenghuni. Setelah beberapa waktu ia membangun tempat berlindung untuk dirinya
sendiri dan di sana ia menempatkan beberapa barang-barang berharga yang berhasil
ia selamatkan dari kapal itu. Sebagai seorang kristen ia berdoa dengan
sungguh-sungguh untuk pembebasan, dan ia selalu mengawasi kaki langit untuk
memanggil kapal yang datang ke arah tersebut. Suatu hari, pada waktu kembali
dari mencari makan, ia terkejut karena mendapati bahwa perkemahannya terbakar.
Semua barang-barang yang ia selamatkan habis terbakar! Bencana telah menimpa,
atau begitulah kelihatannya. Tetapi hal yang terjadi yang kelihatannya sangat
buruk itu sebetulnya menguntungkan dia. Sementara bagi pandangannya yang
terbatas pukulan yang kejam itu tidak bisa dijelaskan, bagi hikmat Allah yang
tak terbatas kerugiannya adalah untuk kebaikannya, dan betul-betul menghasilkan
hal untuk mana ia telah berdoa dengan sungguh-sungguh - karena para hari
berikutnya sebuah kapal tiba! ‘Kami melihat tanda asapmu’ kata kaptennya!
Lalu orang kristen itu menyadari bahwa bahkan hal yang baginya terlihat sebagai
bencana telah diarahkan oleh Allah) - ‘Bread for Each Day’, July 30.
James B.
Ramsey: “Our fears often, nay,
generally arise from our misconception of the nature of those means and
influences and processes of spiritual discipline and outward providence by which
He is working out our salvation. ... Where, indeed, is the child of God who has
not fainted in heart and sunk in anxious fears, and wept bitterly over
dispensations of God toward him, which he afterwards found out were only the
instruments of good and the messengers of grace to his soul? Remember this, ye
fearful saints! It is only your own misconceptions, your ignorance and
imperfection that give to the events you dread the aspect of terror. Did you
understand them, you would see cause to rejoice. ... Away, then, with your
fears. You are afraid of your own mercies” (= Rasa takut kita sering,
bahkan pada umumnya timbul dari kesalah-mengertian tentang sifat dari cara dan
pengaruh dan proses dari disiplin rohani dan providence lahiriah dengan mana Ia
sedang mengerjakan keselamatan kita. Dimana ada anak Allah yang tidak pernah
kecil hati dan tenggelam dalam rasa takut yang bersifat kuatir, dan menangis
dengan pahit tentang pengaturan Allah terhadapnya, yang belakangan mendapatkan
bahwa hal-hal itu hanyalah alat-alat kebaikan dan utusan kasih karunia bagi
jiwanya? Ingatlah ini hai kamu orang-orang kudus yang takut! Hanyalah
kesalah-mengertianmu sendiri, ketidak-tahuanmu dan ketidak-sempurnaanmu yang
memberikan kepada peristiwa-peristiwa yang engkau takuti pemandangan yang
menakutkan. Andaikata engkau mengerti peristiwa-peristiwa itu, engkau akan
melihat alasan untuk bersukacita. Jadi, singkirkanlah rasa takutmu. Engkau takut
pada hal-hal yang diberikan Allah karena Ia berbelaskasihan kepadamu) - hal
63.
Contoh:
1.
Murid-murid menjadi ketakutan dan putus asa
pada saat Yesus ditangkap dan dibunuh melalui salib, padahal ini adalah
peristiwa yang merupakan berkat bagi mereka (dan juga bagi saudara) karena tanpa
peristiwa ini tidak ada pengampunan dosa ataupun keselamatan.
2.
Dalam Kej 42:36 Yakub menjadi putus asa
dan berkata: ‘Aku inilah yang menanggung segala-galanya’. Ini salah
terjemahan.
NIV: ‘Everything
is against me’ (= Segala sesuatu menentang aku).
KJV/NASB: ‘all
these things are against me’ (= Semua hal ini menentang aku).
Adam Clarke
mengomentari bagian ini dengan berkata:
“All
these things are against me, said poor desponding Jacob; whereas, instead of
being against him, all these things were for him”
(= Semua hal-hal ini menentang aku, kata Yakub yang putus asa; padahal semua
hal-hal itu bukannya menentang dia, tetapi untuk dia).
Ingat, Tuhan
tidak pernah dan tidak akan pernah bekerja menentang seorang anakNya yang
sungguh-sungguh. Sebaliknya Ia selalu bekerja untuk dia! Bdk. Ro 8:28
(KJV): “... all things work together for good to them that love
God” (= ... segala sesuatu bekerja bersama-sama untuk kebaikan bagi
mereka yang mengasihi Allah).
Pulpit
Commentary mengomentari kata-kata Yakub ini dengan berkata:
· “So
God’s providences are often misinterpreted by his saints”
(= Demikianlah providensia Allah sering disalahmengerti / disalah-tafsirkan oleh
orang-orang kudusNya).
· “How
often the believer says, ‘All these things are against me.’ when he is
already close upon that very stream of events which will carry him out of his
distress into the midst of plenty, peace, and joy of a healed heart in its
recovered blessedness” (= Betapa sering
orang percaya berkata: ‘Semua hal ini menentang aku’ pada saat ia sudah
dekat dengan aliran peristiwa-peristiwa yang akan membawanya keluar dari
kesukaran / penderitaan ke tengah-tengah kelimpahan, damai dan sukacita dari
hati yang disembuhkan dalam keberkatan yang dipulihkan).
Memang, pada
saat itu Yakub sebetulnya sudah dekat sekali dengan kebahagiaan yang luar biasa
dimana ia bertemu kembali dengan Yusuf, dan semua yang ia alami ini mengarahkan
ia kepada pertemuan yang berbahagia itu, tetapi pada saat ini ia justru menjadi
putus asa.
Bagi kita,
karena kita mengetahui Kej 43-dst, maka kita bisa melihat betapa bodohnya
Yakub. Tetapi bagi Yakubnya sendiri pada saat itu, segalanya terlihat gelap
gulita, sehingga ia menjadi putus asa.
Penerapan:
Kalau saudara
adalah anak Allah, dan saat ini segalanya gelap gulita bagi saudara, jangan
putus asa seperti Yakub. Percayalah bahwa Allah mengarahkan semua itu pada
kebaikan saudara, dan mungkin sekali, sama seperti Yakub, saudara sudah dekat
sekali dengan saat yang akan sangat membahagiakan saudara!
b)
Rasul Yohanes ‘nggeblak’ / ‘slain of / by the Spirit’ /
‘tumbang dalam Roh’?
Apakah rebahnya
rasul Yohanes mendukung praktek ‘nggeblak’ dalam kalangan Kharismatik? Perlu
diingat bahwa rasul Yohanes tersungkur seperti orang mati, saking takutnya
melihat Yesus dengan kemuliaanNya.
Leon
Morris (Tyndale): “the
physical effects of the tremendous vision” (= akibat fisik dari penglihatan yang hebat / dahsyat
itu) - hal 54.
Ini terlihat
jelas dari kata-kata ‘Jangan takut’ yang diucapkan oleh Yesus
kepadanya pada akhir dari Wah 1:17. Dalam Kitab Suci memang sering terjadi
peristiwa dimana orang yang mendapat penglihatan tentang Tuhan sendiri lalu
menjadi begitu takut, bahkan kadang-kadang jatuh pingsan saking takutnya (bdk.
Kel 19:16-25 Kel 20:18-21 Hak 6:22-23 Hak
13:20-22 1Raja 19:12-13 Yes 6:1-5 Luk 1:11-13,26-30,65
Luk 2:8-10 Mat 17:6 Mat 28:1-5 Mark 16:4-8
Luk 24:4-5 Wah 22:8). Ini tentu tidak sama dengan orang yang
‘tumbang / rebah di dalam Roh’ dalam kalangan Kharismatik, dimana orangnya
rebah / jatuh pingsan tanpa mendapat penglihatan apa-apa.
2) “tetapi Ia meletakkan tangan kananNya di atasku, lalu berkata:
‘Jangan takut! Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir, dan Yang Hidup. Aku telah
mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya dan Aku memegang segala
kunci maut dan kerajaan maut”.
a) “tetapi Ia meletakkan tangan kananNya di atasku, lalu berkata:
‘Jangan takut!”.
· Kita
yang adalah orang percaya tidak perlu takut pada kehadiranNya!
· William
Barclay:
“..
there is also something lovely. When the seer fell in awed terror before the
vision of the Risen Christ, the Christ stretched out his right hand and placed
it on him and bade him not to be afraid. The hand of Christ is strong enough to
uphold the heavens and gentle enough to wipe away our tears”
(= ... di sini juga ada sesuatu yang bagus / indah. Pada saat sang pelihat jatuh
ketakutan di hadapan penglihatan dari Kristus yang telah bangkit, Kristus
mengulurkan tangan kananNya dan meletakkannya padanya dan memintanya untuk tidak
takut. Tangan Kristus cukup kuat untuk me-nahan / menopang langit dan cukup
lembut untuk menghapus air mata kita) - hal 50.
· dalam
kata-kataNya selanjutnya Tuhan memberikan alasan-alasan mengapa kita tidak perlu
takut.
b)
‘Aku
adalah Yang Awal dan Yang Akhir’.
‘Aku
adalah yang awal’ seharusnya adalah ‘I
am the first’
(= Aku adalah yang pertama). Dengan kata-kata ini Yesus mengclaim diriNya sebagai
Allah, yang ada dari selama-lamanya sampai selama-lamanya.
Pulpit
Commentary: “Here the Lord Jesus identifies himself with the
living God who spake by the prophets. There cannot be two firsts! He who is the
First is Jehovah, Lord of hosts. Jesus is the First. Therefore Jesus is the one
living and true God” (= Di sini Tuhan Yesus mengidentikkan diriNya dengan
Allah yang hidup yang berbicara oleh nabi-nabi. Tidak mungkin ada dua ‘yang
pertama’! Ia yang pertama adalah Yehovah, Tuhan semesta alam. Yesus adalah
yang pertama. Karena itu Yesus adalah Allah yang hidup dan benar)
- hal 16.
Penerapan:
· Bagian
ini bisa saudara gunakan kalau saudara menghadapi orang-orang Saksi Yehovah.
Mengapa? Karena mereka beranggapan bahwa Yesus hanyalah ‘allah kecil’, yang
merupakan ciptaan pertama dari Yahweh / Yehovah. Kalau pandangan mereka ini
benar, maka hanya Yahweh / Yehovah sendiri sajalah yang berhak berkata:
‘I am the first’
(= Aku adalah yang pertama), dan di sini Yesus seharusnya berkata: ‘I
am the second’
(= Aku adalah yang kedua). Tetapi ternyata Yesus tidak berkata demikian. Ia
berkata: ‘I am the first’ (= Aku adalah yang pertama).,
dan ini membuktikan bahwa Ia betul-betul adalah Allah sendiri.
· Bahwa
Yesus adalah Allah, merupakan alasan pertama mengapa kita tidak boleh takut.
Ingat baik-baik, Juruselamat dan Gembala kita itu adalah Allah sendiri! Apa yang
harus / perlu kita takuti?
c) ‘dan Yang Hidup. Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai
selama-lamanya’.
Bahwa
Yesus sudah mati, tetapi bangkit kembali, merupakan alasan kedua mengapa kita
yang percaya kepada Yesus tidak boleh takut. Paling banter kita mati, tetapi
sama seperti Yesus, kitapun akan bangkit. Juga ditinjau secara rohani, kematian
dan kebangkitan Yesus membereskan semua dosa kita. Jadi lagi-lagi menyebabkan
kita tidak boleh takut.
d)
‘Aku
memegang segala kunci maut dan kerajaan maut’.
Kematian
/ maut dan kerajaan maut / HADES mempunyai pintu gerbang (Maz 9:14b
Maz 107:18b Yes 38:10), dan Kristus memegang kuncinya!
‘Kunci’
merupakan simbol dari kuasa dan otoritas. Jadi kalau dikatakan bahwa Kristus
memegang kunci ‘maut’ / ‘death’ (= kematian), maka itu
menunjukkan bahwa saat kematian setiap orang ada dalam tangan dan penguasaan
Kristus.
James B.
Ramsey: “Not a soul can pass from
this world to the next, except just at the time and in the circumstances which
He ordains” (= Tidak ada satu jiwapun bisa berpindah dari dunia ini ke
dunia yang akan datang, kecuali hanya pada saat dan dalam keadaan yang Ia
tentukan) - hal 67.
Bdk. Mat
10:28-30 - “Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh
tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia
yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka. Bukankah
burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun seekorpun dari padanya tidak akan
jatuh ke bumi di luar kehendak BapaMu. Dan kamu, rambut kepalamupun terhitung
semuanya”.
Dilihat dari ay 28nya
kelihatannya sekalipun manusia bisa membunuh kita, kita tetap tidak boleh takut,
karena mereka tidak bisa membunuh jiwa. Tetapi dilihat dari ay 29-30nya,
terlihat bahwa sebetulnya membunuh tubuh kitapun orang-orang itu tidak bisa,
kecuali kalau Tuhan memang menghendaki kematian kita. Ini semua menyebabkan kita
tidak boleh takut kepada siapapun!
Tetapi
apa artinya ‘Kristus memegang kunci kerajaan maut’?
· ‘kerajaan
maut’ diterjemahkan ‘hell’ (= neraka) oleh KJV. Kitab Suci bahasa
Inggris yang lain tetap menggunakan kata Yunani HADES.
· macam-macam
penafsiran tentang HADES.
* Adam
Clarke: HADES menunjuk bukan pada neraka atau tempat penantian, tetapi pada
kubur.
* Homer
Hailey:
“Death
claims the body, which returns to the dust; and Hades claims the spirit, which,
after death, is in the realm of the unseen” (= Kematian menuntut tubuh, yang kembali kepada
debu; dan HADES menuntut roh, yang setelah kematian berada dalam dunia dari yang
tak kelihatan) - hal 113.
* William
Hendriksen: “It is evident that the term ‘Hades’ as used here
cannot mean hell or the grave. It signifies the state of disembodied existence.
It refers to the state of death which results when life ceases and when body and
soul separate. Thus Hades always follows death (Rev. 6:8)”
[= Jelaslah bahwa istilah HADES seperti yang digunakan di sini tidak bisa
berarti neraka atau kuburan. Itu berarti keadaan dari keberadaan tanpa tubuh.
Itu menunjuk pada ‘keadaan kematian’ yang diakibatkan dari kehidupan yang
berhenti dan pada waktu tubuh dan jiwa berpisah. Demikianlah HADES selalu
mengikuti kematian (Wah 6:8)]
- hal 57.
Bahwa kunci
maut / kematian maupun Hades
dipegang oleh Yesus merupakan alasan ketiga mengapa kita tidak boleh takut.
Ay 19:
“Karena
itu tuliskanlah apa yang telah kaulihat, baik yang terjadi sekarang maupun
yang akan terjadi sesudah ini”.
1)
Pembetulan terjemahan.
Terjemahan
Indonesia agak kacau, karena adanya kata-kata ‘baik’ dan ‘maupun’.
KJV:
‘Write the things which thou hast seen, and the things which are, and the
things which shall be hereafter’ (= Tuliskanlah hal-hal yang telah
kaulihat, dan hal-hal yang ada sekarang, dan hal-hal yang akan ada setelah ini).
NIV:
‘Write, therefore, what you have seen, what is now and what will take place
later’ (= Karena itu, tuliskanlah apa yang telah kaulihat, apa yang ada
sekarang dan apa yang akan terjadi setelahnya).
RSV
dan NASB menterjemahkan seperti KJV dan NIV.
Ayat
ini menunjukkan bahwa rasul Yohanes disuruh untuk menuliskan apa yang telah
dilihatnya (lampau), apa yang sedang dilihatnya (sekarang), dan apa yang akan
dilihatnya (akan datang).
2)
Pertentangan tentang ay 19 ini.
Ada
orang-orang yang menafsirkan bahwa ‘apa yang telah kaulihat’ (lampau)
menunjuk pada Wah 1; ‘apa yang ada sekarang’ (sekarang) menunjuk pada
Wah 2-3; dan ‘apa yang akan terjadi setelah ini’ (akan datang) menunjuk
pada Wah 4-dst.
Tetapi
ada yang menentang penafsiran ini, karena mereka tidak mau menimbulkan kesan
bahwa Wah 2-3 harus terjadi dahulu dan baru setelah itu Wah 4-dst.
Tetapi
saya berpendapat bahwa ay 19 ini hanya memberikan chronology penglihatan,
bukan chronology penggenapan / terjadinya penglihatan itu. Jadi, sekalipun rasul
Yohanes mendapat penglihatan tentang Wah 2-3 lebih dulu dari Wah 4-dst,
tetapi dalam penggenapannya / terjadinya penglihatan itu bisa saja ada hal-hal
dalam Wah 4-dst yang terjadi lebih dulu dari hal-hal dalam Wah 2-3.
Ay 20:
“Dan
rahasia ketujuh bintang yang telah kaulihat pada tangan kananKu dan ketujuh kaki
dian emas itu: ketujuh bintang itu ialah malaikat ketujuh jemaat dan ketujuh
kaki dian itu ialah ketujuh jemaat.’”.
1) ‘rahasia’.
Homer
Hailey: “In the New Testament the word ‘mystery’
describes the purpose and plan of God for human redemption, formulated in His
own mind after the counsel of His will, closely guarded by Himself and neither
known nor understood by man until revealed and made known by the Lord”
(= Dalam Perjanjian Baru kata ‘misteri’ menggambarkan rencana Allah untuk
penebusan umat manusia, dirumuskan dalam pikiranNya menurut rencana kehendakNya,
dijaga dengan teliti olehNya sendiri dan tidak diketahui ataupun dimengerti oleh
manusia sampai hal itu dinyatakan dan diberitahukan oleh Tuhan)
- hal 114.
2) ‘Tujuh
bintang’ menunjuk kepada ‘malaikat ke tujuh jemaat’.
Tetapi apa yang
dimaksud dengan ‘malaikat jemaat / gereja’ itu? Ada bermacam-macam
penafsiran yaitu:
a)
Orang yang dikirim kepada Yohanes untuk mengetahui keadaannya.
b)
Karakter rohani, keadaan batin dari gereja.
c)
Malaikat penjaga gereja.
Tetapi dalam
Wah 2:1,8,12,18 Wah 3:1,7,14 dikatakan bahwa rasul Yohanes
diperintahkan untuk menulis surat kepada ‘malaikat jemaat / gereja’ itu, dan
karena itu tidak masuk akal kalau ini menunjuk kepada malaikat. Keberatan ini
juga bisa diterapkan pada penafsiran pertama dan kedua di atas.
d)
Pimpinan gereja, khususnya pemberita Firman Tuhan dalam gereja.
Perlu diingat
bahwa baik kata bahasa Ibrani MALAKH maupun kata bahasa Yunani ANGGELOS bisa
diartikan ‘angel / malaikat’ atau ‘messenger / utusan’.
Misalnya: Mal 3:1 kata MALAKH diterjemahkan ‘utusan’ dan ditujukan
kepada Yohanes Pembaptis.
Herman
Hoeksema: “... the minister of the Word of God. They are called
‘angels’ simply because they are God’s servants and messengers. And they
are symbolized in stars, not because the churches receive their light only and
absolutely from them, but because it is the Lord’s good pleasure to enlighten
and instruct His church in the world through their ministry. Through them
especially it pleases Christ to preach and to preserve His Word”
(= ... pelayan Firman Allah. Mereka disebut ‘malaikat’ karena mereka adalah
pelayan dan utusan Allah. Dan mereka disimbolkan dengan bintang, bukan karena
gereja-gereja menerima terang mereka hanya dari mereka secara mutlak, tetapi
karena merupakan kesenangan Tuhan untuk menerangi dan mengajar gerejaNya dalam
dunia melalui pelayanan mereka. Merupakan sesuatu yang memperkenan Kristus untuk
mengkhotbahkan dan memelihara FirmanNya khususnya melalui mereka)
- hal 41-42.
Saya memegang
penafsiran yang terakhir (d).
3) Tujuh bintang itu
ada pada tangan Kristus (bdk. 2:1).
a) Herman Hoeksema:“you
cannot separate these ‘stars’ from Christ. He holds them in His right hand.
Without Him they are nothing. Unless Christ Himself works through them, they
cannot function. Only when Christ, as the Chief Prophet, speaks His Word, can
there be preaching”
(= engkau tidak dapat memisahkan ‘bintang-bintang’ ini dari Kristus. Ia
memegang mereka di tangan kananNya. Tanpa Dia, mereka bukan apa-apa. Kecuali
Kristus sendiri bekerja melalui mereka, mereka tidak dapat berfungsi. Hanya pada
waktu Kristus, sebagai Kepala Nabi, menyampai-kan FirmanNya, maka di sana bisa
ada suatu khotbah)
- hal 42.
Penerapan:
Karena
itu banyaklah berdoa untuk hamba Tuhan / pendeta / pengkhotbah, baik dalam
persiapan mereka maupun dalam penyampaian Firman yang mereka lakukan, supaya
Tuhan betul-betul memakai mereka untuk menyampaikan FirmanNya.
b) Pulpit Commentary: “In
his right hand seven stars, holding those who have the place of responsi-bility
in his Church, in the place of security, honour, and renown. The over-seers of
the Churches are Christ’s special care” (= Dalam tangan kananNya ada ketujuh bintang, memegang mereka yang
mempunyai tempat tanggung jawab dalam gerejaNya dalam tempat aman, terhormat,
dan terkenal. Penilik / pengawas / penatua gereja merupakan perhatian khusus
dari Kristus) - hal 16.
Penerapan:
Kata-kata ini
mungkin menyenangkan untuk saudara yang adalah seorang penatua / penilik jemaat
/ majelis. Tetapi ingat bahwa harus ada timbal baliknya. Majelis / penilik
jemaat / penatua juga harus ikut Kristus dan melayani Kristus dengan
sungguh-sungguh!
-AMIN-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali