Eksposisi
Wahyu kepada Yohanes
oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.
Wahyu 1:1-3
Ay 1:
“Inilah
wahyu Yesus Kristus, yang dikaruniakan Allah kepadaNya, supaya ditunjukkanNya
kepada hamba-hambaNya apa yang harus segera terjadi. Dan oleh malaikatNya yang
diutusNya, Ia telah menyatakannya kepada hambaNya Yohanes”.
1) ‘wahyu Yesus
Kristus’ / ‘the revelation of Jesus Christ’ (ay 1).
a)
‘wahyu’ / ‘revelation’.
Kata ‘revelation’
/ ‘wahyu’ dalam bahasa Yunani adalah APOKALUPSIS. APO = away from /
jauh dari; KALUPSIS = a veiling / tudung / selubung. Ini menunjuk pada
tindakan membukakan sesuatu yang tadinya tersembunyi (uncovering),
misalnya membuka kain / terpal yang tadinya menutupi patung.
Leon Morris
(Tyndale): “The making known what a
man could not find out for himself” (= Pemberitahuan apa yang manusia
tidak bisa mengetahui untuk dirinya sendiri) - hal 45.
G. R.
Beasley - Murray: “It can signify
the act of unveiling, or the object which is uncovered” (= Ini bisa
berarti tindakan membukakan, atau obyek yang dibukakan) - hal 50.
George Eldon
Ladd: “in the New Testament it
usually has a distinctly religious connotation, designating the supernatural
revelation of divine truths unknown to men and incapable of being discovered by
them (Rom. 16:25; Gal. 1:12)” [= dalam Perjanjian Baru biasanya
kata ini mempunyai arti agamawi yang berbeda, menunjukkan suatu wahyu /
penyataan dari kebenaran ilahi yang tidak diketahui oleh manusia dan tidak dapat
ditemukan oleh mereka (Ro 16:25 Gal 1:12)] - hal 19.
Dari arti dari
kata APOKALUPSIS ini maka bisa didapatkan 2 hal:
· Pada
masa lalu Allah menutup / belum membukakan kebenaran ini.
Bdk. Amsal 25:2
- ‘kemuliaan Allah ialah merahasiakan sesuatu’.
· Lalu
Allah membukakan kebenaran yang tertutup itu.
Tanpa ini
manusia akan terus ada dalam keadaan tidak tahu.
James B. Ramsey
mengatakan bahwa istilah ‘revelation’ / wahyu / penyataan dalam ay 1
ini menunjukkan bahwa Kitab Wahyu bisa dimengerti, dan karenanya harus
dipelajari.
b)
‘Yesus Kristus’ / ‘of Jesus Christ’.
Kata-kata ‘of
Jesus Christ’ bisa diartikan dengan 2 cara:
· ‘dari
Yesus Kristus’.
Kalau dipilih
arti pertama ini, maka Yesus Kristus adalah ‘author / revealer’
(= pengarang / yang menyatakan) kitab ini.
Ini adalah
pandangan pada umumnya, yang boleh dikatakan dianut oleh semua penafsir. Tetapi
Hoeksema keberatan dengan pandangan ini. Ia lebih setuju dengan pandangan kedua
di bawah.
· ‘tentang
Yesus Kristus’.
Kalau dipilih
arti kedua ini, maka Yesus Kristus adalah apa yang dinyatakan dalam kitab ini.
Hoeksema
memilih pandangan kedua ini dengan alasan:
* dalam
Kitab Suci istilah ‘revelation of Jesus Christ’ biasanya, bahkan
mungkin selalu, mempunyai arti ini. Misalnya: 1Kor 1:7 2Tes 1:7
1Pet 1:7 2Kor 12:1. Dalam 2Kor 12:1 memang dimungkinkan
arti pertama, tetapi arti kedua bukannya mustahil.
* dalam
ay 1 itu dikatakan bahwa Allah mengaruniakan wahyu Yesus Kristus kepada
Yesus. Jadi yang menyatakan / pengarang kitab ini bukan Yesus tetapi Allah.
* ini
sesuai dengan apa yang ada dalam Kitab Wahyu ini: suatu wahyu yang menyatakan
Yesus Kristus kepada kita.
* seluruh
Kitab Suci obyeknya adalah Kristus.
John Stott
setuju dengan Hoeksema.
Knox Chamblin
menerima arti pertama, tetapi menambahkan bahwa mungkin arti ke 2 juga
tercakup, karena misalnya Wah 1:12-13 jelas menyatakan Yesus Kristus. Jadi,
Yesus menyatakan Kitab Wahyu, dan Yesus dinyatakan oleh Kitab Wahyu. Beberapa
penafsir lain, seperti Homer Hailey dan Beasley-Murray juga menggabungkan kedua
arti ini.
2) ‘yang
dikaruniakan Allah kepadaNya’ (ay 1).
Ini menunjukkan
bahwa Allah Bapa memberi firman kepada Yesus, dan lalu Yesus memberikannya
kepada manusia (bdk. Yoh 7:16 Yoh 12:49 Yoh 14:10b
Yoh 17:7-8).
Kristus
menerima wahyu dari Allah, karena Kristus ditinjau sebagai manusia, sekalipun
pemberian wahyu ini terjadi setelah pemuliaan Kristus.
3) ‘supaya
ditunjukkanNya kepada hamba-hambaNya’ (ay 1).
a)
Kata ‘servants’ (= pelayan-pelayan) dalam terjemahan KJV/RSV/NIV
kurang kuat, karena seharusnya adalah ‘slaves’ (= hamba-hamba).
b)
Kata ‘hamba’ ini tidak menunjuk hanya kepada golongan kristen tertentu
seperti rasul, pendeta, dsb, tetapi semua orang yang percaya (bdk. Ef 6:6).
Karena itu
selalulah ingat bahwa saudara adalah ‘hamba Allah’.
c)
Ay 1 ini mengatakan ‘hamba-hambaNya’ mungkin untuk menekankan ketaatan
dan pelayanan, yang memang merupakan tugas seorang hamba terhadap tuannya. Orang
yang taat dan melayani ini yang mengalami penderitaan dan penganiayaan, dan yang
paling membutuhkan Kitab Wahyu ini, dan juga paling akan mendapatkan berkat dari
kitab Wahyu ini. Karena itu, kalau saudara bukanlah orang yang taat kepada Tuhan
dan melayani Tuhan, maka jangan terlalu heran kalau saudara bukan saja tidak
terlalu mendapat berkat dari Kitab Wahyu ini, dan bahkan tidak terlalu bisa
mengerti Kitab Wahyu ini.
4) ‘apa yang
harus segera terjadi’ (ay 1 bdk. 22:6).
2 hal yang
perlu disoroti dari bagian ini:
a)
‘harus’.
Herman
Hoeksema: “It is good for us to
know, as we look about us in the world, that the things that take place must
come to pass. This must expresses the necessity of all events of this
present time from a two-fold aspect. First of all, it points us to the eternal
and perfect and all-wise counsel of the Almighty as the ultimate reason and
ground of this necessity. All things are but the unfolding of the eternal good
pleasure of the Most High. They are, indeed, determined. All things are
determined, large and small, good and evil. But they are determined not by cruel
fate or blind force, but by the counsel of the all-wise Creator of all things”
(= Adalah baik bagi kita untuk tahu, pada saat kita melihat sekitar kita dalam
dunia ini, bahwa hal-hal yang terjadi harus terjadi. Kata ‘harus’ ini
menyatakan keharusan dari semua peristiwa jaman sekarang ini dari 2 aspek.
Pertama-tama, itu menunjuk pada rencana yang kekal dan sempurna dan bijaksana
dari Yang Mahakuasa sebagai alasan dan dasar yang terakhir dari keharusan ini.
Segala sesuatu hanya merupakan pembukaan / penyingkapan dari keinginan baik yang
kekal dari Yang Mahatinggi. Mereka memang ditentukan. Segala sesuatu ditentukan,
besar dan kecil, baik dan jahat. Tetapi mereka ditentukan bukan oleh nasib /
takdir yang kejam atau kekuatan yang buta, tetapi oleh rencana dari Pencipta
yang bijaksana dari segala sesuatu) - hal 8.
Pulpit
Commentary: “Must (DEI); because
God has so decreed. This Divine ‘must’ is frequent in the Gospel (3:14,30;
9:4; 10:16; 12:34; 20:9)” [= Harus (DEI); karena Allah telah menetapkan
demikian. Ke’harus’an ilahi ini sering ada dalam Injil (3:14,30; 9:4; 10:16;
12:34; 20:9)] - hal 2.
Catatan: yang
dimaksud dengan ‘the Gospel’ / ‘Injil’ dalam kutipan di atas ini
adalah Injil Yohanes.
Geoffrey B.
Wilson, waktu menggunakan kata ‘must’ (= harus) dalam bagian ini,
lalu memberikan keterangan dalam kurung terhadap kata ‘must’ ini, dan
keterangan itu berbunyi ‘of divine necessity’ (= dari keharusan
ilahi). Ia lalu berkata:
“Christians
may never regard history as a random and meaningless succession of events,
because they know that whatever happens must serve to advance the divine plan of
salvation” (= Orang-orang kristen tidak
pernah boleh menganggap sejarah sebagai rentetan peristiwa-peristiwa yang
sembarangan dan tak berarti, karena mereka tahu bahwa apapun yang terjadi harus
menolong / bermanfaat untuk memajukan / melanjutkan rencana ilahi tentang
keselamatan) - hal 15.
Penerapan:
Renungkan
segala kekacauan di negara kita pada tahun 1997-1998 ini, seperti krisis
ekonomi, penjarahan / kerusuhan masal, pergantian Presiden, dsb. Semua itu
bukanlah sekedar peristiwa-peristiwa yang terjadi secara kebetulan atau
sembarangan dan tak punya arah! Semua ini merupakan Rencana Allah dan pekerjaan
Allah / Providence of God (bdk. Amos 3:6 - “Adakah sangkakala ditiup
di suatu kota, dan orang-orang tidak gemetar? Adakah terjadi malapetaka di suatu
kota, dan TUHAN tidak melakukannya?”; Maz 75:7-8 - “Sebab bukan dari
timur atau dari barat dan bukan dari padang gurun datangnya peninggian itu,
tetapi Allah adalah Hakim: direndahkanNya yang satu dan ditinggikanNya yang
lain”.). Dan karena itu semua itu pasti berguna untuk kita dan pasti
memajukan rencana Allah tentang keselamatan! Karena itu janganlah memandang
semua ini dengan rasa takut, pesimis, kuatir, putus asa, dsb, tetapi pandanglah
semua itu dengan iman, pengharapan dan sukacita!
b)
‘segera’.
Ada macam-macam
penafsiran tentang kata ‘segera’ ini.
· Golongan
Preterist sangat menekankan kata ‘segera’ ini, dan mereka mengartikan bahwa
seluruh Kitab Wahyu harus digenapi pada saat yang dekat dengan penulisan Kitab
Wahyu.
Tetapi Herman
Hoeksema menolak penafsiran ini dengan berkata:
“This
expression cannot be used to sustain the view that practically the entire
contents of the Book of Revelation must be considered as being fulfilled with
the destruction of the Roman Empire” (=
Ungkapan ini tidak dapat dipakai untuk mendukung pandangan yang mengatakan bahwa
secara praktis seluruh isi Kitab Wahyu harus dianggap digenapi dengan kehancuran
kekaisaran Romawi).
Perlu diingat
bahwa dalam Kitab Suci ‘segera’ tidak selalu bisa diartikan ‘segera’
dari sudut pandang kita. Misalnya:
* Banyak
ayat yang menunjukkan bahwa Yesus akan segera datang, seperti 1Pet 4:7
Wah 3:11 Wah 22:7,12. Tiga ayat yang terakhir ini menggunakan kata Yunani
yang sama dengan yang diterjemahkan ‘segera’ dalam Wah 1:1 ini. Tetapi,
hampir 20 abad telah berlalu dan Tuhan Yesus belum datang keduakalinya.
* Kata
‘segera’ / ‘shortly’ (ay 1) juga digunakan dalam Ro 16:20
- “Semoga Allah, sumber damai sejahtera, segera akan menghancurkan
Iblis di bawah kakimu”, tetapi apa yang dikatakan dalam Ro 16:20 itu
tidak terjadi dengan segera, bahkan belum terjadi sampai saat ini.
· Ada
yang menafsirkan bahwa ‘shortly’ artinya adalah quickly (=
dengan cepat) atau suddenly (= dengan tiba-tiba).
Terjemahan ini
memang memungkinkan karena di sini digunakan kata bahasa Yunani TACHEOS, yang
dalam suatu kamus Yunani - Inggris diterjemahkan ‘quickly’ (= dengan
cepat), ‘at once’ (= segera / seketika itu juga), ‘soon’
(= segera).
Ada penafsir
yang memilih terjemahan ‘quickly’ (= dengan cepat), dan lalu
mengatakan bahwa pada saat yang tepat (ini bisa terjadi ribuan tahun setelah
saat penulisan Kitab Wahyu, jadi ini tidak segera terjadi), penggenapan
dimulai, dan pada saat itu maka peristiwa-peristiwa yang merupakan penggenapan
Kitab Wahyu itu akan terjadi berturut-turut secara cepat. Jadi maksudnya
penggenapan itu bukannya terjadi satu, lalu menunggu ratusan tahun lagi baru
terjadi penggenapan yang kedua dst, tetapi peristiwa-peristiwa penggenapan itu
terjadi susul menyusul secara cepat.
Keberatan
terhadap penafsiran ini: Sekalipun
penafsiran ini bisa membereskan kata ‘shortly’ / ‘segera’ dalam
ay 1, tetapi tidak bisa membereskan kata-kata ‘waktunya sudah dekat’
dalam ay 3.
· Robert
H. Mounce (NICNT): “The most
satisfying solution is to take the word in a straightforward sense, remembering
that in the prophetic outlook the end is always imminent” (= Penyelesaian
yang paling memuaskan adalah mengambil kata itu apa adanya, mengingat bahwa
dalam pandangan nubuatan, akhir itu selalu dekat) - hal 65.
· ‘apa
yang harus segera terjadi’ (ay 1) dan ‘waktunya sudah dekat’ (ay 3) bisa
diartikan bahwa penggenapan Kitab Wahyu ini akan mulai terjadi dalam
waktu dekat. Jadi, penggenapan-penggenapan yang awal akan segera terjadi (dekat
dengan saat penulisan Kitab Wahyu), tetapi penggenapan selanjutnya bisa terjadi
lama setelah itu.
· Penafsir
lain menghubungkan dengan 2Pet 3:8 yang berbunyi: “Akan tetapi,
saudara-saudaraku yang kekasih, yang satu ini tidak boleh kamu lupakan, yaitu,
bahwa di hadapan Tuhan satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama
seperti satu hari”.
A. T.
Robertson: “It is a relative term
to be judged in the light of 2Pet. 3:8 according to God’s clock, not
ours” (= Ini adalah istilah yang relatif dinilai dalam terang 2Pet 3:8
menurut jam / waktu Allah, bukan jam / waktu kita) - hal 283.
Keberatan
terhadap penafsiran ini: apakah penerima
surat Wahyu juga melihatnya dari sudut pandang Tuhan sesuai 2Pet 3:8?
Jawaban
terhadap keberatan ini: dalam bagian lain
dalam Kitab Suci juga sering dikatakan bahwa Yesus akan segera datang kembali,
dan semua harus ditafsirkan menggunakan 2Pet 3:8 (baca 2Pet 3:3-8!!). Kalau
penerima Wahyu tidak melihatnya seperti itu, itu kesalahan mereka sendiri.
5)
‘Dan oleh malaikatNya yang diutusNya, Ia telah menyatakannya kepada
hambaNya Yohanes’ (ay 1).
a)
‘oleh malaikatNya yang diutusNya’.
Kristus
menggunakan malaikat untuk memberikan wahyu ini kepada Yohanes (bdk. 22:6).
Kitab Wahyu dimulai (1:17-20) dan diakhiri oleh Kristus sendiri (22:12-16),
tetapi bagian utama diberikan melalui seorang malaikat. Malaikat ini tidak
diceritakan sampai 17:1,7,15 (bdk. 19:9 21:9 22:1,6,9).
Malaikat itu
memberikan penglihatan-penglihatan kepada Yohanes (bdk. 22:6). Karena itu dalam
ay 2 akhir dikatakan ‘segala sesuatu yang telah dilihatnya’. Tidak diketahui
seberapa banyak yang dimengerti oleh Yohanes sendiri tentang penglihatan itu,
karena memang pada waktu seorang nabi memberikan suatu nubuat, ia hanya menjadi
juru bicara dari Tuhan, sehingga belum tentu ia mengerti sepenuhnya apa yang ia
katakan (bdk. 1Pet 1:10-12 - nabi-nabi itu menyelidiki dan meneliti nubuat
mereka sendiri, dan ini jelas menunjukkan ada ketidakmengertian tentang apa yang
mereka nubuatkan).
Pemberian suatu
seri penglihatan oleh malaikat kepada rasul Yohanes yang lalu dituliskan menjadi
Kitab Wahyu, menunjukkan bahwa dalam penulisan Kitab Wahyu ini ada lebih sedikit
elemen manusia dibandingkan dengan kitab-kitab lain dalam Kitab Suci, seperti
surat-surat yang penulisannya melalui pemikiran manusia!
James B.
Ramsey: “In this book there is less
of the human element than in any other book of Scripture. Its revelations are
not first passed through a human mind, and moulded by its habits of thinking and
forms of speech to the degree that the apostolic epistles are. It is a simple
report of the divine words or the divine symbols which he heard and saw”
(= Dalam kitab ini ada lebih sedikit elemen manusia dari pada dalam kitab lain
manapun dalam Kitab Suci. Pewahyuannya tidak melewati pikiran manusia lebih
dulu, dan dibentuk oleh kebiasaan-kebiasaan berpikirnya dan bentuk ucapan,
sampai pada tingkatan yang ada dalam surat-surat rasul-rasul. Ini adalah sekedar
suatu laporan tentang kata-kata ilahi atau simbol-simbol ilahi yang ia dengar
dan lihat) - hal 35.
Catatan:
tetapi awas! Ini tidak berarti bahwa Kitab Wahyu mempunyai otoritas lebih tinggi
dari pada bagian lain dari Kitab Suci, atau mempunyai tingkat kebenaran yang
lebih tinggi dari bagian Kitab Suci yang lain!
James B. Ramsey
langsung melanjutkan:
“And
perhaps more than any other book of the New Testament does this bear upon its
very face the signature of its divine author. No man, with any tolerable
knowledge of the powers of the human mind, and the productions of genius in
different nations and ages, can deliberately and candidly read this book, in
connection with the other Scriptures, and then admit the possibility of its mere
human origin” (= Dan mungkin Kitab Wahyu
ini mengandung pada wajahnya tanda tangan dari pengarang ilahinya, lebih dari
kitab lain manapun dari Perjanjian Baru. Tidak seorangpun, dengan pengetahuan
yang cukup baik tentang pikiran manusia dan hasil-hasil kecerdasan pikiran dalam
bermacam-macam bangsa dan jaman, bisa secara hati-hati dan jujur membaca kitab
ini, dalam hubungannya dengan bagian Kitab Suci yang lain, dan lalu mengakui
kemungkinan bahwa kitab ini berasal-usul hanya dari manusia)
- hal 35.
b)
‘menyatakannya’.
RSV: ‘made
it known’ (= menyatakannya). Memang bisa diterjemahkan seperti ini,
seperti dalam Kis 25:27.
KJV / Lit: ‘signified’
(= menandakan / menyatakan dengan tanda / simbol).
Kata Yunani
yang digunakan adalah ESEMANEN, yang berasal dari kata Yunani SEMANEIN yang
berarti ‘to signify’ (= menandakan / menyatakan dengan tanda /
simbol). Sedangkan kata bendanya adalah SEMEIA, yang berarti ‘signs’
(= tanda-tanda). Karena itu jangan heran kalau hampir seluruh Kitab Wahyu ini
dipenuhi dengan simbol.
Herman
Hoeksema: “... He signified it.
This means that He cast it into the form of signs and symbols derived from our
earthly life and experience. ... It seems to imply that the form in which Christ
imparted this revelation to His servant John differs from the form in which
Christ Himself received from God. Christ is heavenly, the Lord of heaven, the
resurrected Lord in glory. He is able to receive the revelation of heavenly
things directly, in heavenly form. But we are still earthly, in our humiliated
body. And we cannot receive the revelation of heavenly things in other than
earthly form, signs and symbols” (= ... Ia menyatakannya dengan tanda. Ini
berarti bahwa Ia membuatnya ke dalam bentuk dari tanda-tanda dan simbol-simbol
yang diambil dari hidup dan pengalaman duniawi kita. ... Kelihatannya ini
menunjukkan bahwa bentuk dalam mana Kristus memberikan wahyu ini kepada hambaNya
Yohanes berbeda dengan bentuk dalam mana Kristus sendiri menerimanya dari Allah.
Kristus bersifat surgawi, Tuhan dari surga, Tuhan yang bangkit dalam kemuliaan.
Ia bisa menerima wahyu dari hal-hal surgawi secara langsung, dalam bentuk
surgawi. Tetapi kita tetap bersifat duniawi, dalam tubuh kita yang hina. Dan
kita tidak dapat menerima wahyu dari hal-hal surgawi dalam bentuk lain selain
bentuk duniawi, tanda-tanda dan simbol-simbol) - hal 11.
Saya
berpendapat bahwa ini merupakan suatu pukulan yang berat bagi golongan Futurist
yang selalu ingin menghurufiahkan Kitab Wahyu ini.
c)
‘hambaNya Yohanes’ (ay 1).
· ‘Yohanes’
di sini (ay 1,4,9) pada umumnya dianggap sebagai rasul Yohanes, sekalipun juga
banyak yang menolak hal ini. Tetapi hal ini tidak terlalu penting dalam
penafsiran kitab Wahyu ini.
· Wah 1:1-3
menyatakan Yohanes sebagai orang ke 3, padahal dalam Wah 1:9-dstnya Yohanes
menyatakan diri sebagai orang pertama (‘aku’), dan menurut Gregg ini
menunjukkan adanya seorang lain (penjaga surat) yang mungkin menambahkan bagian
ini sebagai pengantar singkat dan sebagai dukungan (Catatan: hal yang mirip
dengan ini terjadi dalam Yoh 21:24). Tetapi Gregg mengatakan bahwa tidak
semua penafsir setuju hal ini, ada yang menganggap bahwa Wah 1:1-3 tetap
ditulis oleh Yohanes sendiri.
Catatan:
Tunggal
Jamak
Orang pertama
I (= saya)
We (= kami)
Orang kedua
You (= kamu) You (= kamu)
Orang ketiga
He / She (= dia) They (= mereka).
Ay 2: “Yohanes
telah bersaksi tentang firman Allah dan tentang kesaksian yang diberikan oleh
Yesus Kristus, yaitu segala sesuatu yang telah dilihatnya”.
1) ‘Yohanes telah
bersaksi’ (ay 2).
· Nanti
dalam ay 19 terlihat bahwa ia disuruh menuliskan kesaksian itu.
· Ay
2 ini ada dalam bentuk aorist / past tense (= waktu lampau). Ini
tidak menunjuk pada suatu peristiwa di masa lampau dimana Yohanes bersaksi
tentang Yesus sehingga lalu dibuang ke pulau Patmos. Lalu bagaimana? Mungkin
Yohanes menulis pendahuluan (Wah 1:1-3) setelah ia menyelesaikan
bukunya. Karena itu ia menuliskan ini dalam past tense (= waktu lampau).
2) ‘tentang
firman Allah’.
Kata
‘firman’ (LOGOS) ini bisa menunjuk kepada Yesus (seperti dalam Yoh 1:1,14),
tetapi juga bisa menunjuk kepada kata-kata Allah. Adam Clarke memilih yang ke 2.
3) ‘kesaksian
yang diberikan oleh Yesus Kristus’ (ay 2).
NASB/NIV: ‘the
testimony of Jesus Christ’ (= kesaksian Yesus Kristus).
Sama seperti
dalam kasus ‘wahyu Yesus Kristus’ (the revelation of Jesus Christ)
dalam ay 1 di atas, maka ‘kesaksian Yesus Kristus’ ini bisa diartikan
‘kesaksian tentang Yesus Kristus’ atau ‘kesaksian dari Yesus
Kristus’. Kalau dalam kasus ‘wahyu Yesus Kristus’ dalam ay 1 Hoeksema
memilih arti ‘wahyu tentang Yesus Kristus’, maka dalam ay 2 ini ia
memilih arti ‘kesaksian dari Yesus Kristus’. Alasannya, kontex ay 2
ini menuntut arti itu. Karena Yesus setelah menerima wahyu dari Bapa, lalu
memberikan kesaksian itu kepada Yohanes. Jadi harus diartikan ‘dari Yesus
Kristus’.
Tetapi Steve
Gregg menganggap ini artinya adalah ‘kesaksian tentang Yesus’.
4) ‘yaitu segala
sesuatu yang telah dilihatnya’ (ay 2).
Wahyu ini
memang diberikan melalui penglihatan-penglihatan, yang dilihat oleh Yohanes.
Kata-kata
‘segala sesuatu’ menunjukkan bahwa tidak ada yang ia lihat yang tidak ia
saksikan / tuliskan, sedangkan kata-kata ‘yang telah dilihatnya’ menunjukkan
bahwa ia tidak menambahi kesaksiannya dengan hal-hal yang tidak ia lihat. Memang
Firman Tuhan tidak boleh dikurangi ataupun ditambahi (Ul 4:2 Ul 12:32
Amsal 30:6 Mat 5:19 Wah 22:18-19).
Penerapan:
Kita tidak
boleh membuang bagian Kitab Suci yang bertentangan dengan hidup, kepercayaan,
dan ajaran kita. Ingat bahwa seharusnya hidup, kepercayaan, dan ajaran kitalah
yang disesuaikan dengan Kitab Suci, dan bukan Kitab Sucinya yang disensor
sehingga menjadi sesuai dengan hidup, kepercayaan dan ajaran kita.
Illustrasi:
Ada cerita tentang seorang pemanah ulung yang sampai ke suatu desa. Di sana
ia melihat banyak pohon yang digambari dengan lingkaran-lingkaran untuk sasaran
panah, dengan sebatang anak panah yang menancap persis di tengah-tengah
lingkaran-lingkaran itu. Ia heran karena semua anak panah itu menancap persis di
tengah-tengah, suatu hal yang ia sendiri, sebagai seorang pemanah ulung, tidak
bisa melakukannya. Setelah bertanya-tanya, ia akhirnya bertemu dengan orang yang
melakukan semua itu. Ia bertanya: bagai-mana kamu bisa memanah semua sasaran itu
dengan begitu tepat? Jawab orang itu: Oh itu mudah, aku memanah dulu, baru
menggambar lingkaran-lingkaran di sekeliling anak panah itu.
Ini memang
menggelikan, tetapi ada banyak orang menggunakan Kitab Suci seperti pemanah itu
menggunakan sasaran. Seharusnya Kitab Suci adalah standard, dan kalau hidup kita
meleset dari standard itu, maka hidup kita yang mesti disesuaikan dengan
standard itu. Tetapi orang-orang tertentu mengubah standardnya, dengan mengubah
atau membuang bagian-bagian tertentu dari Kitab Suci sehingga menjadi sesuai
dengan hidup, kepercayaan dan ajaran mereka.
Kita juga tidak
boleh menambahi Kitab Suci dengan ajaran-ajaran yang tidak ada dasar Kitab
Sucinya, tetapi hanya didasarkan pada logika, pengalaman, perasaan, illustrasi,
dsb.
Ay 3: “Berbahagialah
ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan yang
menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat”.
1)
“Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata
nubuat ini, dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya” (ay 3).
a)
Arti dari kata ‘berbahagia’.
Kata
‘berbahagialah’ / ‘blessed’ (= diberkatilah) di sini sama dengan
kata yang digunakan dalam ucapan bahagia dalam Mat 5:3-12. Jadi,
‘berbahagia’ / ‘diberkatilah’ di sini juga tidak menunjuk pada perasaan
bahagia / sukacita (bdk. Mat 5:4), keadaan kaya (bdk. Luk 6:20,24), sehat /
sembuh dari sakit, dsb. Tetapi maksudnya Allah menganggap orang itu berbahagia /
diberkati.
b)
Ini merupakan yang pertama dari seri 7 berkat yang ada dalam Kitab Wahyu (1:3
14:13 16:15 19:9 20:6 22:7 22:14).
c)
Janji berkat bagi para pembaca Kitab Wahyu ini ada pada awal Kitab Wahyu, yaitu
dalam 1:3 ini, dan lalu diulang pada akhir Kitab Wahyu, yaitu dalam 22:7. Jadi
seluruh Kitab Wahyu diapit oleh 2 janji berkat bagi mereka yang membaca dan
mentaatinya.
d)
Janji berkat ini diperuntukkan bagi mereka yang membaca dan mentaati Kitab Wahyu
ini.
Herman
Hoeksema: “As long as we
contemplate the things of this present time, the things that come to pass in
this world, from a mere earthly, human, historic viewpoint, there is nothing but
darkness and hopeless misery. For ‘vanity of vanities, all is vanity’ is
true of the whole of present existence. ... The world is not improving though it
is developing in a cultural sense. It is plainly getting worse. ... But
‘blessed are they that hear and keep the words of this prophecy’ even now,
even in the midst of this present darkness and death and hopelessness. For if we
may look at these same things in the light of this ‘revelation of Jesus
Christ,’ and live in the expectation of His coming, there is peace and hope
and joy. Then we will be of good cheer, for we know that He has overcome the
world” (= Selama kita merenungkan hal-hal dari waktu sekarang ini, hal-hal
yang terjadi di dunia ini, semata-mata dari sudut pandang duniawi, manusia, dan
sejarah, maka tidak ada apapun selain kegelapan dan kesengsaraan tanpa harapan.
Karena ‘kesia-siaan dari kesia-siaan, segala sesuatu adalah sia-sia’ adalah
benar tentang seluruh keberadaan saat ini. ... Dunia ini tidak membaik sekalipun
dunia ini berkembang dalam arti kebudayaan. Dunia ini jelas bertambah jelek. ...
Tetapi ‘berbahagialah mereka yang mendengar dan memelihara kata-kata nubuat
ini’ bahkan pada saat ini, bahkan di tengah-tengah kegelapan dan kematian dan
keadaan tanpa harapan sekarang ini. Karena jika kita bisa melihat pada hal-hal
yang sama dalam terang dari ‘wahyu Yesus Kristus’ ini, dan hidup dalam
pengharapan akan kedatanganNya, ada damai dan harapan dan sukacita. Maka kita
akan bergembira, karena kita tahu bahwa Ia telah mengalahkan dunia) - hal
14.
e)
Janji berkat bagi orang yang membaca dan mentaati Kitab Wahyu ini menunjukkan
bahwa Kitab Wahyu ini bisa dimengerti.
Pulpit
Commentary: “And if the words are
to be kept, they can be understood. We have no right to set aside the Revelation
as an insoluble puzzle” (= Dan jika kata-kata kitab ini harus dipelihara /
ditaati, mereka bisa dimengerti. Kita tidak mempunyai hak untuk mengesampingkan
Kitab Wahyu sebagai suatu teka-teki yang tidak dapat dipecahkan) - hal 3.
Barnes’
Notes: “It may be inferred from
this verse, that it is possible so to understand this book, as that it may
convey useful instruction. This is the only book in the Bible of which a special
blessing is pronounced on him who reads it; but assuredly a blessing would not
be pronounced on the perusal of a book which is entirely unintelligible. While,
therefore, there may be many obscurities in this book, it is also to be assumed
that it may be so far understood as to be useful to Christians, in supporting
their faith, and giving them elevated views of the final triumph of religion,
and of the glory of the world to come” (= Bisa ditarik kesimpulan dari
ayat ini, bahwa adalah mungkin untuk mengerti kitab ini sedemikian rupa,
sehingga kitab ini memberikan informasi yang berguna. Ini adalah satu-satunya
kitab dalam Alkitab tentang mana suatu berkat yang khusus dinyatakan bagi dia
yang membacanya; tetapi jelas bahwa suatu berkat tidak akan dinyatakan pada
pembacaan suatu kitab yang sama sekali tidak bisa dimengerti. Karena itu,
sementara ada banyak hal yang kabur / tidak jelas dalam kitab ini, juga harus
dianggap bahwa kitab ini bisa dimengerti sedemikian jauhnya sehingga berguna
untuk orang-orang kristen, dalam menopang iman mereka, dan memberi mereka
pandangan-pandangan yang tinggi tentang kemenangan akhir dari agama, dan tentang
kemuliaan dari dunia yang akan datang) - hal 1542.
Dalam persoalan
mengerti Kitab Wahyu, James B. Ramsey berkata bahwa dalam kitab Wahyu sering
terjadi Mat 11:25 dimana Allah menyembunyikan arti terhadap orang pandai /
bijak, tetapi membukakannya bagi anak kecil / bayi.
James B.
Ramsey: “It must however be here
observed that what has often been found true in regard to other things of the
kingdom of God, has happened here; that while these things have been hid from
the wise and prudent, they have been revealed unto babes. God has made foolish
the wisdom of men, and amply rewarded the faith and diligence of the humble and
earnest believer. Where the pride of human learning has stumbled, and where the
strength of human reason and the cravings of a vain curiosity have been baffled,
and have turned from it as useless, because they could not understand it, the
humble and simple-hearted believer has found the richest encouragements of faith
and hope” (= Tetapi harus diperhatikan bahwa apa yang sering didapati
sebagai hal yang benar berkenaan dengan hal-hal lain dalam kerajaan Allah, telah
terjadi di sini; yaitu bahwa sementara hal-hal ini disembunyikan dari orang
berhikmat dan bijaksana, mereka dinyatakan kepada bayi-bayi. Allah telah membuat
hikmat manusia menjadi bodoh, dan memberikan banyak upah pada kesetiaan dan
kerajinan dari orang percaya yang rendah hati dan sungguh-sungguh. Dimana
kesombongan pengetahuan manusia telah tersandung, dan dimana kekuatan dari akal
manusia dan keinginan dari rasa ingin tahu yang sia-sia telah dibuat menjadi
bingung, dan telah berpaling dari kitab ini sebagai sia-sia, karena mereka tidak
bisa mengertinya, orang yang rendah hati dan orang percaya yang berhati
sederhana telah menemukan dorongan / pengobaran iman dan pengharapan yang
terkaya) - hal 29.
Bdk. Mat 11:25
1Kor 1:25-29.
Karena itu,
kalau saudara mau mengerti Kitab Wahyu ini, janganlah mempelajarinya dengan
sikap sombong, atau sekedar rasa ingin tahu yang sia-sia, atau dengan sikap acuh
tak acuh. Tetapi pelajarilah dengan rendah hati (ini harus diwujudkan dengan
banyak berdoa), rajin, tekun, dan sungguh-sungguh.
f)
Sekalipun memang Kitab Suci menjanjikan berkat bagi pembacaan Firman Tuhan
secara umum / bagian manapun dari Kitab Suci (bdk. Maz 19:12 Luk 11:28),
tetapi hanya Kitab Wahyu yang mempunyai janji berkat secara khusus seperti ini.
Ini menunjukkan 2 hal, yaitu:
· Kitab
Wahyu ini mempunyai kepentingan khusus / istimewa, dan juga menjanjikan berkat
yang istimewa bagi pembacanya.
· sebaliknya
ini juga memperingatkan bahwa orang yang mengabaikan Kitab Wahyu ini akan
mendapat kerugian khusus / istimewa juga.
James B.
Ramsey: “Such a benediction is
attached to no other book of Scripture. It is indeed true in regard to every
part of God’s Word, that they are blessed who read and keep it; but such a
special declaration as this prefixed to this book only, indicates a special
importance attached to it, and a special kind or degree of blessing to be
secured by its devout study, or at the very least a gracious warning against
some special danger of neglect, and of spiritual injury arising therefrom”
(= Berkat seperti ini tidak dicantumkan dalam kitab lain manapun dalam Kitab
Suci. Hal itu memang benar berkenaan dengan setiap bagian Firman Allah, bahwa
mereka yang membaca dan memeliharanya diberkati; tetapi pernyataan khusus
seperti yang hanya diletakkan di depan kitab ini, menunjukkan suatu kepentingan
khusus yang dilekatkan padanya, dan suatu jenis atau tingkat berkat yang khusus
pasti didapatkan dengan mempelajarinya dengan sungguh-sungguh, atau sedikitnya
ada suatu peringatan yang baik / murah hati tentang suatu bahaya khusus dari
pengabaian kitab ini, dan tentang kerugian / luka rohani yang muncul dari
pengabaian itu) - hal 26.
g)
Pembacaan di depan umum / dalam kebaktian.
Wah 1:3 - “Berbahagialah
ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat
ini”.
Ini menunjukkan
bahwa yang dimaksudkan adalah pembacaan oleh satu orang di muka umum, misalnya
dalam kebaktian. Dalam abad-abad awal dari kekristenan, pembacaan Kitab Suci
dalam Kebaktian adalah sesuatu yang sangat penting. Ireneaus bahkan mengatakan
bahwa pada abad-abad awal itu ada jabatan ‘pembaca Kitab Suci’ dalam gereja.
Ayat-ayat yang
melandasi praktek pembacaan Kitab Suci dalam Kebaktian adalah Kel 24:7
Neh 8:4-dst Luk 4:16 Kis 13:15 (‘pembacaan dari
hukum Taurat dan kitab nabi-nabi’; ini jelas menunjukkan sedikitnya 2 text!)
Kis 15:21 Kol 4:16 1Tes 5:27.
Bahwa ada janji
berkat bagi yang membaca dan mendengar pembacaan Kitab Wahyu dalam kebaktian,
menunjukkan bahwa Yohanes menganggap Kitab Wahyu ini sebagai Kitab Suci / Firman
Tuhan.
Tetapi bagi
orang yang menggunakan bagian ini untuk mengharuskan pembacaan Kitab Suci
dalam kebaktian, maka:
· perlu
diingat bahwa ayat-ayat di atas tidak mengharuskan adanya pembacaan Kitab Suci
(selain pembacaan Kitab Suci sebelum khotbah) dalam kebaktian.
· perlu
diketahui bahwa ada perbedaan besar antara abad-abad awal dari kekristenan dan
jaman sekarang. Pada abad-abad awal Kitab Suci ditulis / disalin dengan tangan,
jadi jumlahnya sedikit dan harganya mahal. Disamping itu, pada jaman itu, banyak
orang kristen yang buta huruf / tidak bisa membaca! Karena itu pembacaan Kitab
Suci di gereja adalah sesuatu yang sangat penting. Tetapi pada jaman sekarang
Kitab Suci bisa didapat dengan mudah, dan orang yang buta huruf sudah sangat
jarang, sehingga pembacaan Kitab Suci di gereja tidak terlalu perlu (kecuali
pembacaan bagian yang akan dikhotbahkan).
Tentu saja
berkat yang dijanjikan dalam Wah 1:3 ini juga berlaku untuk pembacaan pribadi.
h)
‘menuruti’ (ay 3).
Literal: ‘keep’
(= menyimpan / memelihara).
Ini mencakup
menyimpannya dalam hati dan mentaatinya. Bdk. Yoh 13:17! Yak 1:22.
Tidak ada
berkat bagi orang yang hanya membaca / mendengarnya tetapi tidak mentaatinya!
Sebaliknya ada kerugian bagi orang seperti itu, karena orang yang tahu /
mengerti, kalau ia melanggar maka hukumannya lebih berat (bdk. Luk 12:47-48).
2) Ay 3: ‘kata-kata
nubuat’.
Jadi Kitab
Wahyu ini disebut sebagai ‘kata-kata nubuat’ (bdk. 22:7,10,18,19).
3) Ay 3: ‘waktunya
sudah dekat’.
Ini menunjukkan
bahwa ‘waktu ditetapkan oleh Tuhan’ (bdk. Maz 39:5-6 Mat 6:27
Gal 4:4 Yoh 2:4 7:6,8,30 8:20 12:23 13:1
17:1 Kis 1:7 Mat 8:29 Wah 12:12).
Mengomentari
Yoh 2:4 dimana Yesus berkata ‘SaatKu belum tiba’, William Hendriksen
berkata:
“The
words, ‘My hour has not yet come,’ clearly indicate Christ’s consciousness
of the fact that he was accomplishing a task entrusted to him by the Father,
every detail of which had been definitely marked off in the eternal decree, so
that for each act there was a stipulated moment”
(= kata-kata ‘saat / waktuKu belum tiba’ secara jelas menunjukkan kesadaran
Yesus terhadap fakta bahwa Ia sedang mengerjakan suatu tugas yang dipercayakan
kepadaNya oleh Bapa, yang mana setiap bagiannya telah ditandai dengan pasti
dalam ketetapan kekal, sehingga untuk setiap tindakan ada waktu yang telah
ditentukan).
Ia lalu
melanjutkan:
“Jesus
knew that all his deeds had been predetermined as to the exact hour of their
occurence” (= Yesus tahu bahwa semua
tindakanNya telah ditentukan lebih dulu berkenaan dengan saat yang tepat
terjadinya hal itu).
Penerapan:
Kalau saudara
menginginkan sesuatu tetapi belum bisa terkabul, maka sadarilah bahwa waktu
Tuhan belum sampai, dan bahkan mungkin itu bahkan sama sekali bukan kehendak
Tuhan. Betapapun baiknya keinginan saudara, percayalah bahwa kehendak Tuhan itu
lebih baik.
Sebaliknya,
kalau saudara mendapat sesuatu yang belum saudara inginkan saat ini (misalnya
istri menjadi hamil di saat krisis ekonomi!), maka percayalah juga bahwa itu
sudah waktu Tuhan, dan waktu Tuhan pasti lebih baik dari waktu saudara!
-AMIN-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali