Pemahaman Alkitab

G. K. R. I. ‘GOLGOTA’

(Jl. Dinoyo 19b, lantai 3)

Jum’at, tgl 24 Oktober 2008, pk 19.00

Pdt. Budi Asali, M. Div.

(HP: 7064-1331 / 6050-1331)

 

Sida-sida Etiopia(1)

 

Kis 8:26-40 - “(26) Kemudian berkatalah seorang malaikat Tuhan kepada Filipus, katanya: ‘Bangunlah dan berangkatlah ke sebelah selatan, menurut jalan yang turun dari Yerusalem ke Gaza.’ Jalan itu jalan yang sunyi. (27) Lalu berangkatlah Filipus. Adalah seorang Etiopia, seorang sida-sida, pembesar dan kepala perbendaharaan Sri Kandake, ratu negeri Etiopia, yang pergi ke Yerusalem untuk beribadah. (28) Sekarang orang itu sedang dalam perjalanan pulang dan duduk dalam keretanya sambil membaca kitab nabi Yesaya. (29) Lalu kata Roh kepada Filipus: ‘Pergilah ke situ dan dekatilah kereta itu!’ (30) Filipus segera ke situ dan mendengar sida-sida itu sedang membaca kitab nabi Yesaya. Kata Filipus: ‘Mengertikah tuan apa yang tuan baca itu?’ (31) Jawabnya: ‘Bagaimanakah aku dapat mengerti, kalau tidak ada yang membimbing aku?’ Lalu ia meminta Filipus naik dan duduk di sampingnya. (32) Nas yang dibacanya itu berbunyi seperti berikut: Seperti seekor domba Ia dibawa ke pembantaian; dan seperti anak domba yang kelu di depan orang yang menggunting bulunya, demikianlah Ia tidak membuka mulutNya. (33) Dalam kehinaanNya berlangsunglah hukumanNya; siapakah yang akan menceriterakan asal-usulNya? Sebab nyawaNya diambil dari bumi. (34) Maka kata sida-sida itu kepada Filipus: ‘Aku bertanya kepadamu, tentang siapakah nabi berkata demikian? Tentang dirinya sendiri atau tentang orang lain?’ (35) Maka mulailah Filipus berbicara dan bertolak dari nas itu ia memberitakan Injil Yesus kepadanya. (36) Mereka melanjutkan perjalanan mereka, dan tiba di suatu tempat yang ada air. Lalu kata sida-sida itu: ‘Lihat, di situ ada air; apakah halangannya, jika aku dibaptis?’ (37) [Sahut Filipus: ‘Jika tuan percaya dengan segenap hati, boleh.’ Jawabnya: ‘Aku percaya, bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah.’] (38) Lalu orang Etiopia itu menyuruh menghentikan kereta itu, dan keduanya turun ke dalam air, baik Filipus maupun sida-sida itu, dan Filipus membaptis dia. (39) Dan setelah mereka keluar dari air, Roh Tuhan tiba-tiba melarikan Filipus dan sida-sida itu tidak melihatnya lagi. Ia meneruskan perjalanannya dengan sukacita. (40) Tetapi ternyata Filipus ada di Asdod. Ia berjalan melalui daerah itu dan memberitakan Injil di semua kota sampai ia tiba di Kaisarea”.

 

Ay 26: “Kemudian berkatalah seorang malaikat Tuhan kepada Filipus, katanya: ‘Bangunlah dan berangkatlah ke sebelah selatan, menurut jalan yang turun dari Yerusalem ke Gaza.’ Jalan itu jalan yang sunyi”.

 

Tuhan memberi petunjuk kepada Filipus untuk pergi ke sebelah selatan, ke jalan yang turun dari Yerusalem ke Gaza.

Selanjutnya, dikatakan dalam Kitab Suci Indonesia bahwa ‘Jalan itu adalah jalan yang sunyi’.

KJV: ‘which is desert’ (= yang adalah padang pasir).

RSV: ‘This is a desert road’ (= Ini adalah jalan padang pasir).

 

Matthew Henry mengatakan bahwa Filipus tidak akan pernah memikirkan untuk pergi ke sana, karena sangat kecil kemungkinan untuk mendapatkan pelayanan di sana. Tetapi Tuhan mengutusnya ke sana. Kadang-kadang Allah membuka pintu kesempatan bagi pelayan-pelayanNya di tempat-tempat yang rasanya tidak memungkinkan untuk melayani.

 

Ay 27: “Lalu berangkatlah Filipus. Adalah seorang Etiopia, seorang sida-sida, pembesar dan kepala perbendaharaan Sri Kandake, ratu negeri Etiopia, yang pergi ke Yerusalem untuk beribadah”.

 

1)   Betul-betul hebat bahwa Filipus taat kepada Allah tanpa bertanya tentang apa yang akan ia lakukan di sana. Kalau saudara menjadi Filipus, maukah saudara taat seperti itu?

 

2)         ‘Seorang Etiopia’.

Lenski: “He was an Ethiopian, a black man! AITHIOPS, from AITHO, ‘to burn,’ and OPS, ‘countenance,’ points to race and nationality and not merely to residence. Thus the idea of his being a Jew who had risen to great power in Ethiopia is at once excluded” (= Ia adalah seorang Etiopia, seorang negro! AITHIOPS, dari AITHO, ‘membakar’, dan OPS, ‘wajah’, menunjuk pada ras dan kebangsaan dan bukan semata-mata pada tempat tinggal. Maka gagasan bahwa ia adalah orang Yahudi yang mempunyai kedudukan tinggi di Etiopia segera dibuang) - hal 337.

 

3)         Ia adalah ‘seorang sida-sida’.

 

Adam Clarke: “The term eunuch was given to persons in authority at court, to whom its literal meaning did not apply. Potiphar was probably an eunuch only as to his office; for he was a married man. See Gen 37:36; 39:1. And it is likely that this Ethiopian was of the same sort” (= Istilah ‘sida-sida’ diberikan kepada orang-orang yang mempunyai otoritas di istana, kepada siapa arti hurufiahnya tidak bisa diterapkan. Potifar mungkin adalah seorang sida-sida hanya berkenaan dengan jabatannya; karena ia adalah orang yang menikah. Lihat Kej 37:36; 39:1. Dan adalah mungkin bahwa orang Etiopia ini adalah dari jenis yang sama).

Catatan: J. A. Alexander mengatakan bahwa dalam LXX, Potifar disebut sebagai sida-sida dalam Kej 37:36 dan Kej 39:1.

 

Adam Clarke (tentang Mat 19:12): “‘Eunuchs.’ Eunouchos, from euneen echein, ‘to have the care of the bed or bedchamber;’ this being the principal employment of eunuchs in the eastern countries, particularly in the apartments of queens and princesses” (= ‘Sida-sida’. Eunouchos, dari euneen echein, ‘mempunyai tugas untuk memelihara ranjang atau kamar tidur’; ini merupakan pekerjaan utama dari sida-sida di negara-negara Timur, khususnya dalam apartemen dari ratu-ratu dan putri-putri).

 

J. A. Alexander: “‘Eunuch’ originally means a chamberlain, and is so translated here by Tyndale and Cranmer. Its secondary meaning is derived from the oriental practice of employing emasculated men as guardians of the harem” (= ‘Sida-sida’ mula-mula berarti bendahara / pengurus rumah tangga raja, dan diterjemahkan demikian oleh Tyndale dan Cranmer. Arti sekundernya didapatkan dari praktek Timur untuk mempekerjakan orang-orang yang dikebiri sebagai penjaga-penjaga dari harem) - hal 342.

 

Lenski: “This man was a eunuch, which must be taken in the literal and not in the official sense, since his official position is described in the following” (= Orang ini adalah seorang sida-sida, yang harus diartikan secara hurufiah dan bukan dalam arti jabatan, karena posisi jabatannya digambarkan dalam kata-kata berikutnya) - hal 337.

Dengan kata-kata ini Lenski memaksudkan bahwa sida-sida ini betul-betul adalah orang yang dikebiri.

 

4)         Ia adalah seorang ‘pembesar, kepala perbendaharaan Sri Kandake, ratu negeri Etiopia’.

Jadi, orang ini mempunyai kedudukan tinggi.

 

5)         Ia ‘pergi ke Yerusalem untuk beribadah’.

 

a)   Ia adalah seorang semi proselit.

 

Lenski: “When Luke adds that the eunuch had come to Jerusalem to worship ... he informs us that this Gentile was a proselyte of the gate. ... No eunuch could be more than a proselyte of the gate, since because of his mutilation he was debarred from entering the inner Temple courts (Deut. 23:1). Yet read the great and special promises of the Lord to godly eunuchs as recorded in Isa. 56:4,5” [= Pada waktu Lukas menambahkan bahwa sida-sida ini telah datang ke Yerusalem untuk beribadah ... ia memberi informasi kepada kita bahwa orang non Yahudi ini adalah seorang proselit pintu gerbang. ... Tak ada sida-sida yang bisa lebih dari seorang proselit pintu gerbang / setengah proselit, karena pengebirian dirinya menyebabkan ia dilarang untuk masuk halaman dalam di Bait Allah (Ul 23:1). Tetapi baca janji-janji besar dan khusus dari Tuhan kepada sida-sida yang saleh seperti yang dicatat dalam Yes 56:4-5] - hal 338-339.

 

Ul 23:1 - “‘Orang yang hancur buah pelirnya atau yang terpotong kemaluannya, janganlah masuk jemaah TUHAN”.

 

Yes 56:4-5 - “(4) Sebab beginilah firman TUHAN: ‘Kepada orang-orang kebiri yang memelihara hari-hari SabatKu dan yang memilih apa yang Kukehendaki dan yang berpegang kepada perjanjianKu, (5) kepada mereka akan Kuberikan dalam rumahKu dan di lingkungan tembok-tembok kediamanKu suatu tanda peringatan dan nama - itu lebih baik dari pada anak-anak lelaki dan perempuan -, suatu nama abadi yang tidak akan lenyap akan Kuberikan kepada mereka”.

 

Dan dalam Kitab Suci memang ada sida-sida yang saleh / taat kepada Tuhan.

Yer 38:7-13 - “(7) Tetapi ketika didengar Ebed-Melekh, orang Etiopia itu - ia seorang sida-sida yang tinggal di istana raja - bahwa Yeremia telah dimasukkan ke dalam perigi - pada waktu itu raja sedang duduk di pintu gerbang Benyamin - (8) maka keluarlah Ebed-Melekh dari istana raja itu, lalu berkata kepada raja: (9) ‘Ya tuanku raja, perbuatan orang-orang ini jahat dalam segala apa yang mereka lakukan terhadap nabi Yeremia, yakni memasukkan dia ke dalam perigi; ia akan mati kelaparan di tempat itu! Sebab tidak ada lagi roti di kota.’ (10) Lalu raja memberi perintah kepada Ebed-Melekh, orang Etiopia itu, katanya: ‘Bawalah tiga orang dari sini dan angkatlah nabi Yeremia dari perigi itu sebelum ia mati!’ (11) Ebed-Melekh membawa orang-orang itu dan masuk ke istana raja, ke gudang pakaian di tempat perbendaharaan; dari sana ia mengambil pakaian yang buruk-buruk dan pakaian yang robek-robek, lalu menurunkannya dengan tali kepada Yeremia di perigi itu. (12) Berserulah Ebed-Melekh, orang Etiopia itu, kepada Yeremia: ‘Taruhlah pakaian yang buruk-buruk dan robek-robek itu di bawah ketiakmu sebagai ganjal tali!’ Yeremiapun berbuat demikian. (13) Kemudian mereka menarik dan mengangkat Yeremia dengan tali dari perigi itu. Demikianlah Yeremia tinggal di pelataran penjagaan itu”.

Yer 39:16-18 - “(16) ‘Pergilah kepada Ebed-Melekh, orang Etiopia itu dan katakanlah kepadanya: Beginilah firman TUHAN semesta alam, Allah Israel: Sesungguhnya, firmanKu terhadap kota ini akan Kulaksanakan untuk kemalangan dan bukan untuk kebaikannya, dan semuanya itu akan terjadi di depan matamu pada waktu itu juga. (17) Pada waktu itu juga, demikianlah firman TUHAN, Aku akan melepaskan engkau, dan engkau tidak akan diserahkan ke dalam tangan orang-orang yang kautakuti, (18) tetapi dengan pasti Aku akan meluputkan engkau: engkau tidak akan rebah oleh pedang; nyawamu akan menjadi jarahan bagimu, sebab engkau percaya kepadaKu, demikianlah firman TUHAN.’.

 

b)   Kepergiannya ke Yerusalem menunjukkan bahwa ia mempunyai kesungguhan dan pembaktian.

Lenski: “The sincerity and the devotion of this proselyte are evident when we note that he undertook a journey of some 200 miles that was difficult at best and not without danger in order to visit Jerusalem and the Temple although he was debarred from entering beyond the court of the Gentiles” (= Ketulusan / kesungguhan dan pembaktian dari proselit ini nyata pada waktu ia melakukan perjalanan sekitar 200 mil yang sedikitnya sukar, dan bukan tanpa bahaya, supaya bisa mengunjungi Yerusalem dan Bait Allah sekalipun ia dilarang untuk masuk melebihi halaman untuk orang non Yahudi) - hal 339.

 

c)   Bagaimana orang Etiopia ini bisa mempercayai agama Yahudi?

Adam Clarke: “‘Had come to Jerusalem for to worship.’ Which is a proof that he was a worshipper of the God of Israel; but how came he acquainted with the Jewish religion? ... In 1Kings 10:1, etc., we have the account of the visit paid to Solomon by the queen of Sheba, the person to whom our Lord refers, Matt 12:42, and Luke 11:31. It has been long credited by the Abyssinians that this queen, who by some is called Balkis, by others Maqueda, was not only instructed by Solomon in the Jewish religion, but also established it in her own empire on her return; that she had a son by Solomon named Menilek, who succeeded her in the kingdom; and, from that time until the present, they have preserved the Jewish religion” (= ‘Telah datang ke Yerusalem untuk beribadah’. Yang merupakan bukti bahwa ia adalah seorang penyembah dari Allah Israel; tetapi bagaimana ia bisa mengenal agama Yahudi? ... Dalam 1Raja 10:1 dst, kita mempunyai cerita tentang kunjungan kepada Salomo oleh ratu Sheba, orang yang ditunjuk oleh Tuhan kita, Mat 12:42, dan Luk 11:31. Telah lama dipercaya oleh orang-orang Abysinia bahwa ratu ini, yang oleh sebagian orang disebut Balkis, dan oleh yang lain Maqueda, bukan hanya diajar oleh Salomo dalam agama Yahudi, tetapi juga menegakkannya di kerajaannya sendiri setelah ia pulang; dan bahwa ia mempunyai seorang anak laki-laki dari Salomo bernama Menilek, yang menggantikannya dalam kerajaannya; dan sejak saat itu sampai sekarang, mereka telah memelihara agama Yahudi).

Catatan: saya tidak tahu sejauh mana cerita ini bisa dipercaya.

 

d)   Pertobatan dari orang Etiopia ini menggenapi janji / nubuat dalam Firman Tuhan.

 

Matthew Henry: We have here the story of the conversion of an Ethiopian eunuch to the faith of Christ, by whom, we have reason to think, the knowledge of Christ was sent into that country where he lived, and that scripture fulfilled, Ethiopia shall soon stretch out her hands (one of the first of the nations) unto God, Ps 68:31 [= Di sini kita mempunyai cerita tentang pertobatan dari sida-sida Etiopia pada iman kepada Kristus, oleh siapa, kita mempunyai alasan untuk berpikir / menganggap, bahwa pengenalan tentang Kristus dikirim ke negeri dimana ia tinggal, dan bahwa ayat Kitab Suci itu digenapi, Etiopia bersegera mengulurkan tangannya (salah satu yang pertama dari bangsa-bangsa) kepada Allah, Maz 68:32].

 

Maz 68:31-32 - “(31) Hardiklah binatang-binatang di teberau, kawanan orang-orang kuat, penguasa-penguasa bangsa-bangsa! Injaklah mereka yang mengejar perak; serakkanlah bangsa-bangsa yang suka berperang! (32) Dari Mesir orang membawa barang-barang tembaga, Etiopia bersegera mengulurkan tangannya kepada Allah”.

 

e)   Orang Etiopia ini adalah orang non Yahudi pertama yang menjadi orang Kristen.

 

Lenski: “The unnamed Ethiopian eunuch is the first Gentile converted to the Christian faith. He was, indeed, not a pagan but a proselyte of the gate and thus, however, still regarded as a Gentile by all Jews” (= Sida-sida Etiopia yang tidak diberi nama ini adalah orang non Yahudi pertama yang bertobat / pindah agama kepada iman Kristen. Ia memang bukanlah seorang kafir, tetapi seorang proselit pintu gerbang, dan dengan demikian, bagaimanapun, tetap dianggap sebagai orang non Yahudi oleh semua orang-orang Yahudi) - hal 335.

 

Catatan: jelas ada suatu kemiripan yang luar biasa antara sida-sida Etiopia ini dengan Kornelius. Mereka sama-sama adalah proselit pintu gerbang, yang lalu diinjili, dan lalu percaya kepada Kristus.

 

Ay 28: “Sekarang orang itu sedang dalam perjalanan pulang dan duduk dalam keretanya sambil membaca kitab nabi Yesaya”.

 

Matthew Henry: He finds him reading in his Bible, as he sat in his chariot (v. 28): ... Those that are diligent in searching the scriptures are in a fair way to improve in knowledge; for to him that hath shall be given [= Ia mendapatinya sedang membaca Alkitabnya, pada waktu ia duduk di keretanya (ay 28): ... Mereka yang rajin dalam mencari Kitab Suci ada di jalan yang baik untuk meningkatkan pengetahuan; karena kepada mereka yang mempunyai akan diberikan].

 

Ay 29-30: “(29) Lalu kata Roh kepada Filipus: ‘Pergilah ke situ dan dekatilah kereta itu!’ (30) Filipus segera ke situ dan mendengar sida-sida itu sedang membaca kitab nabi Yesaya. Kata Filipus: ‘Mengertikah tuan apa yang tuan baca itu?’”.

 

1)   Tadi Filipus telah mentaati Tuhan, dan sekarang ia mendapat pimpinan / petunjuk lagi, dan ia mentaatinya lagi.

 

2)   Pertanyaan Filipus merupakan pertanyaan yang penting, dan menunjukkan bahwa pada waktu kita mendengar Firman Tuhan, kita perlu mengertinya.

Bdk. Mat 13:51 - “Mengertikah kamu semuanya itu?’ Mereka menjawab: ‘Ya, kami mengerti.’”.

 

Bdk. 1Kor 14:16-17 - “(16) Sebab, jika engkau mengucap syukur dengan rohmu saja, bagaimanakah orang biasa yang hadir sebagai pendengar dapat mengatakan ‘amin’ atas pengucapan syukurmu? Bukankah ia tidak tahu apa yang engkau katakan? (17) Sebab sekalipun pengucapan syukurmu itu sangat baik, tetapi orang lain tidak dibangun olehnya”.

 

Ay 31: “Jawabnya: ‘Bagaimanakah aku dapat mengerti, kalau tidak ada yang membimbing aku?’ Lalu ia meminta Filipus naik dan duduk di sampingnya”.

 

1)         Sida-sida ini tetap membaca Kitab Suci sekalipun ia tidak mengertinya.

 

Matthew Henry: Observe, He read the scripture, though there were many things in it which he did not understand. Though there are many things in the scriptures which are dark and hard to be understood, nay, which are often misunderstood, yet we must not therefore throw them by, but study them for the sake of those things that are easy, which is the likeliest way to come by degrees to the understanding of those things that are difficult (= Perhatikan, Ia membaca Kitab Suci, sekalipun ada banyak hal di dalamnya yang tidak ia mengerti. Sekalipun ada banyak hal dalam Kitab Suci yang gelap dan sukar untuk dimengerti, bahkan yang sering disalah-mengerti, tetapi kita tidak boleh membuangnya karenanya, tetapi mempelajarinya demi hal-hal yang mudah, yang merupakan jalan yang paling memungkinkan untuk datang secara bertahap pada pengertian tentang hal-hal yang sukar).

 

2)   Kerendahan hati sida-sida ini ditunjukkan oleh pengakuannya dan kemauannya untuk diajar oleh Filipus.

 

Calvin: “‘How should I?’ Most excellent modesty of the eunuch, who doth not only permit Philip who was one of the common sort, to question with him, but doth also willingly confess his ignorance. And surely we must never hope that he will ever show himself apt to be taught who is puffed up with the confidence of his own wit. Hereby it cometh to pass that the reading of the Scriptures doth profit so few at this day, because we can scarce find one amongst a hundred who submitteth himself willingly to learn. For whilst all men almost are ashamed to be ignorant of that whereof they are ignorant, every man had rather proudly nourish his ignorance than seem to be scholar to other men” (= ‘Bagaimana aku dapat ...?’ Kerendahan hati yang paling hebat dari sida-sida, yang bukan hanya mengijinkan Filipus yang adalah orang biasa menanyainya, tetapi juga mau mengakui ketidak-mengertiannya. Dan pasti kita tidak pernah boleh berharap bahwa seseorang akan pernah menunjukkan dirinya sendiri cocok untuk diajar kalau ia sombong dengan keyakinan akan kepandaiannya sendiri. Karena itu pembacaan Kitab Suci memberi manfaat begitu sedikit orang pada jaman ini, karena kita hampir tak bisa menemukan satu orang dari seratus yang menundukkan dirinya dengan rela untuk belajar. Karena sementara semua orang merasa malu untuk ketidak-tahuan mereka, setiap orang lebih memilih untuk dengan bangga memelihara ketidak-tahuan mereka dari pada kelihatan menjadi murid dari orang lain).

 

Calvin: “the eunuch submitteth himself humbly to Philip that by him he may be taught. ... Frantic men require inspirations and revelations from heaven, and, in the mean season, they contemn the minister of God, by whose hand they ought to be governed. Other some, which trust too much to their own wit, will vouchsafe to hear no man, and they will read no commentaries. ... And here we must remember, that the Scripture is not only given us, but that interpreters and teachers are also added, to be helps to us. For this cause the Lord sent rather Philip than an angel to the eunuch. For to what end served this circuit, that God calleth Philip by the voice of the angel, and sendeth not the angel himself forthwith, save only because he would accustom us to hear men?” (= sida-sida itu menundukkan dirinya dengan rendah hati kepada Filipus supaya oleh dia ia bisa diajar. ... Orang-orang gila menghendaki pengilhaman dan wahyu dari surga, dan sementara itu mereka merendahkan / meremehkan pelayan Allah, oleh tangan siapa mereka harus diperintah / dikuasai. Beberapa orang lain, yang terlalu mempercayai kepandaian mereka sendiri, tak akan bersedia mendengarkan manusia, dan mereka tidak mau membaca buku-buku tafsiran. ... Dan di sini kita harus ingat, bahwa bukan hanya Kitab Suci yang diberikan kepada kita, tetapi bahwa penafsir-penafsir dan guru-guru juga ditambahkan, untuk menjadi penolong-penolong bagi kita. Karena itu Tuhan mengutus Filipus, dan bukannya malaikat, kepada sida-sida itu. Karena apa tujuannya jalan memutar ini, bahwa Allah memanggil Filipus dengan suara malaikat, dan tidak langsung mengutus malaikat itu sendiri, kecuali hanya karena Ia mau membiasakan kita untuk mendengar manusia?).

 

Matthew Henry: He invited Philip to come up and sit with him; ... Note, In order to our right understanding of the scripture, it is requisite we should have some one to guide us; some good books, and some good men, but, above all, the Spirit of grace, to lead us into all truth (= Ia mengundang Filipus untuk naik dan duduk dengan dia; ... Perhatikan, supaya bisa mengerti Kitab Suci dengan benar, adalah perlu untuk mempunyai seseorang untuk membimbing kita; buku-buku yang baik, dan orang-orang yang baik, tetapi di atas semuanya, Roh kasih karunia, untuk membimbing kita pada seluruh kebenaran).

 

3)         Jangan mengextrimkan kata-kata dari sida-sida itu.

 

Adam Clarke: “‘How can I, except some man should guide me?’ This is no proof that ‘the Scriptures cannot be understood without an authorized interpreter,’ as some of the papistical writers assert. How could the eunuch know anything of the Gospel dispensation, to which this scripture referred? That dispensation had not yet been proclaimed to him; he knew nothing about Jesus. But where that dispensation has been published, where the four Gospels and the apostolic epistles are at hand, everything relative to the salvation of the soul may be clearly apprehended by any simple, upright person. There are difficulties, it is true, in different parts of the sacred writings, which neither the pope nor his conclave can solve; and several which even the more enlightened Protestant cannot remove; but these difficulties do not refer to matters in which the salvation of the soul is immediately concerned” (= ‘Bagaimanakah aku dapat mengerti, kalau tidak ada yang membimbing aku?’. Ini bukan bukti bahwa ‘Kitab Suci tidak dapat dimengerti tanpa seorang penafsir yang mempunyai otoritas’, seperti yang ditegaskan oleh sebagian penulis-penulis Katolik. Bagaimana sida-sida itu bisa tahu apapun tentang jaman Injil, pada mana bagian Kitab Suci ini menunjuk? Jaman itu belum diberitakan kepadanya; ia tidak mengetahui apapun tentang Yesus. Tetapi dimana jaman itu telah diberitakan, dimana keempat Injil dan surat-surat rasuli sudah ada, segala sesuatu yang berhubungan dengan keselamatan jiwa bisa dimengerti dengan jelas oleh orang yang sederhana dan jujur. Memang benar bahwa ada kesukaran-kesukaran, dalam berbagai-bagai bagian dari tulisan-tulisan kudus, yang tak bisa dipecahkan baik Paus maupun pertemuan kardinalnya; dan beberapa kesukaran yang bahkan tak bisa disingkirkan oleh orang Protestan yang paling diterangi; tetapi kesukaran-kesukaran ini tidak menunjuk pada hal-hal yang berhubungan langsung dengan keselamatan jiwa).

 

-bersambung-


e-mail us at [email protected]