Pembahasan
Seminar Suhento Liauw tentang Eskatologi
Tgl
1 Juni 2012
Dalam
seminar itu Suhento Liauw mengajarkan hal-hal ini:
1)
Seminar berhubungan dengan pengetahuan / pikiran, kalau KKR hanya dengan
perasaan. Karena itu dia buat seminar, bukan KKR.
Tanggapan
Budi Asali:
Omong
kosong, semua tergantung siapa yang berkhotbah dalam seminar atau KKR itu. Kalau
yang berkhotbah memang adalah orang-orang yang senang mengobarkan emosi, baik
KKR ataupun seminar akan berhubungan dengan perasaan saja. Sebaliknya kalau yang
berkhotbah adalah orang-orang yang memang menekankan pendidikan dan pengajaran,
maka baik KKR maupun seminar akan berhubungan dengan pikiran dan memberikan
pengetahuan.
2)
Kalau ada free will - harus ada pilihan, berbuat dosa atau berbuat baik.
Tanggapan
Budi Asali:
Jawaban
tentang kebodohan ini tidak saya berikan di sini karena ini berhubungan dengan
debat tanggal 24 Agustus 2012 antara Esra + saya vs Steven Liauw + partnernya.
Saya tak mau tunjukkan ‘senjata’ saya sebelum debat tanggal 24 Agustus itu
terlaksana.
3)
Ia percaya komandan setan namanya Lucifer.
Tanggapan
Budi Asali:
Ini
memang kesalahan yang umum, tetapi salah.
Kata
/ nama ‘Lucifer’
muncul dalam terjemahan KJV dalam Yes 14:12 (dalam Kitab Suci Indonesia
diterjemahkan ‘Bintang
Timur’),
dan kalau saudara membaca kontextnya jelas bahwa istilah ini menunjuk kepada raja
Babel,
bukan kepada komandan setan.
Yes
14:4,12,22,23 - “(4) maka engkau akan memperdengarkan
ejekan ini tentang raja Babel, dan berkata: ‘Wah, sudah berakhir si penindas sudah berakhir orang
lalim! ... (12) ‘Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur, putera Fajar, engkau sudah dipecahkan dan
jatuh ke bumi, hai yang mengalahkan bangsa-bangsa! ... (22) ‘Aku akan bangkit
melawan mereka,’ demikianlah firman TUHAN semesta alam, ‘Aku akan
melenyapkan nama Babel dan sisanya, anak cucu dan anak
cicitnya,’ demikianlah firman TUHAN. (23) ‘Aku akan membuat Babel menjadi milik landak dan menjadi air rawa-rawa, dan
kota itu akan Kusapu bersih dan Kupunahkan,’ demikianlah firman TUHAN semesta
alam”.
Yes
14:12 (KJV): ‘How art thou fallen from
heaven, O Lucifer, son of the morning! how art thou cut down to the ground, which didst weaken the
nations!’.
Calvin
(tentang Yes 14:12): “The
exposition of this passage, which some have given, as if it referred to Satan,
has arisen from ignorance; for the context plainly shows that these statements
must be understood in reference to the king of the Babylonians. But when
passages of Scripture are taken at random, and no attention is paid to the
context, we need not wonder that mistake of this kind frequently arise. Yet it
was an instance of very gross ignorance, to imagine that Lucifer was the king of
devils, and that the Prophet gave him this name. But as these inventions have no
probability whatever, let us pass by them as useless fables” (= Exposisi yang diberikan oleh beberapa orang tentang text ini,
seakan-akan text ini menunjuk kepada setan / berkenaan dengan setan, muncul /
timbul dari ketidaktahuan; karena kontex secara jelas menunjukkan bahwa
pernyataan-pernyataan ini harus dimengerti dalam hubungannya dengan raja Babel.
Tetapi pada waktu bagian-bagian Kitab Suci diambil secara sembarangan, dan
kontex tidak diperhatikan, kita tidak perlu heran bahwa kesalahan seperti ini
muncul / timbul. Tetapi itu merupakan contoh dari ketidaktahuan yang sangat
hebat, untuk membayangkan bahwa Lucifer adalah raja dari setan-setan, dan bahwa
sang nabi memberikan dia nama ini. Tetapi karena penemuan-penemuan ini tidak
mempunyai kemungkinan apapun, marilah kita mengabaikan mereka sebagai dongeng /
cerita bohong yang tidak ada gunanya) - hal
442.
Adam
Clarke (tantang Yes 14:12): “And although the context speaks explicitly concerning
Nebuchadnezzar, yet this has been, I know not why, applied to the chief of the
fallen angels, who is most incongruously denominated Lucifer, (the bringer of
light!) an epithet as common to him as those of Satan and Devil. That the Holy
Spirit by his prophets should call this arch-enemy of God and man the
light-bringer, would be strange indeed. But the truth is, the text speaks
nothing at all concerning Satan nor his fall, nor the occasion of that fall,
which many divines have with great confidence deduced from this text. O how
necessary it is to understand the literal meaning of Scripture, that
preposterous comments may be prevented!” [= Dan
sekalipun kontexnya berbicara secara explicit tentang Nebukadnezar, tetapi entah
mengapa kontex ini telah diterapkan kepada kepala dari malaikat-malaikat yang
jatuh, yang secara sangat tidak pantas disebut / dinamakan Lucifer (pembawa
terang!), suatu julukan yang sama umumnya bagi dia, seperti Iblis dan Setan.
Bahwa Roh Kudus oleh nabiNya menyebut musuh utama dari Allah dan manusia sebagai
pembawa terang, betul-betul merupakan hal yang sangat aneh. Tetapi kebenarannya
adalah, text ini tidak berbicara sama sekali tentang Setan maupun kejatuhannya,
ataupun saat / alasan kejatuhan itu, yang dengan keyakinan yang besar telah
disimpulkan dari text ini oleh banyak ahli theologia. O alangkah pentingnya
untuk mengerti arti hurufiah dari Kitab Suci, supaya komentar-komentar yang
gila-gilaan / tidak masuk akal bisa dicegah!] - hal 82.
4)
Waktu Nuh keluar dari bahtera, lalu beri persembahan kepada Allah, dan
Allah mencium baunya dan lalu ‘menjadi bahagia’!
Tanggapan
Budi Asali:
a)
Dari mana gerangan omong kosong itu? Dalam Kitab Suci saya tak ada!
Kej
8:20-22 - “(20) Lalu Nuh mendirikan mezbah bagi
TUHAN; dari segala binatang yang tidak haram dan dari segala burung yang tidak
haram diambilnyalah beberapa ekor, lalu ia mempersembahkan korban bakaran di
atas mezbah itu. (21) Ketika TUHAN mencium persembahan yang harum itu,
berfirmanlah TUHAN dalam hatiNya: ‘Aku takkan mengutuk bumi ini lagi
karena manusia, sekalipun yang ditimbulkan hatinya adalah jahat dari sejak
kecilnya, dan Aku takkan membinasakan lagi segala yang hidup seperti yang telah
Kulakukan. (22) Selama bumi masih ada, takkan berhenti-henti musim menabur dan
menuai, dingin dan panas, kemarau dan hujan, siang dan malam.’”.
b) Kalau Allah ‘menjadi bahagia’, berarti tadinya
tidak bahagia?
5)
Darah di ambang pintu (tulah ke 10) diberikan di atas, kiri dan kanan,
membentuk salib! Juga ular tembaga ditaruh di atas tiang, supaya tidak melorot
diberi kayu horizontal, dan lagi-lagi membentuk salib!
Tanggapan
Budi Asali:
Tafsiran
kampungan dan menambahi Alkitab (bertentangan dengan Sola Scriptura)!
Kel 12:7
- “Kemudian dari darahnya
haruslah diambil sedikit dan dibubuhkan pada kedua tiang pintu dan pada
ambang atas, pada rumah-rumah di mana orang memakannya.”.
Memang
ada kata-kata ‘kedua tiang pintu’, berarti di kiri dan kanan, lalu ada
‘ambang atas’, berarti di atas, tetapi kalau tidak ada ‘di bawah’,
bagaimana bisa membentuk salib???
Lalu
tentang peristiwa ular tembaga, mari kita lihat ceritanya dalam Alkitab.
Bil
21:4-9 - “(4) Setelah mereka berangkat dari gunung
Hor, berjalan ke arah Laut Teberau untuk mengelilingi tanah Edom, maka bangsa
itu tidak dapat lagi menahan hati di tengah jalan. (5) Lalu mereka berkata-kata
melawan Allah dan Musa: ‘Mengapa kamu memimpin kami keluar dari Mesir? Supaya
kami mati di padang gurun ini? Sebab di sini tidak ada roti dan tidak ada air,
dan akan makanan hambar ini kami telah muak.’ (6) Lalu TUHAN menyuruh
ular-ular tedung ke antara bangsa itu, yang memagut mereka, sehingga banyak dari
orang Israel yang mati. (7) Kemudian datanglah bangsa itu mendapatkan Musa dan
berkata: ‘Kami telah berdosa, sebab kami berkata-kata melawan TUHAN dan
engkau; berdoalah kepada TUHAN, supaya dijauhkanNya ular-ular ini dari pada
kami.’ Lalu Musa berdoa untuk bangsa itu. (8) Maka berfirmanlah TUHAN
kepada Musa: ‘Buatlah ular tedung dan taruhlah itu pada sebuah tiang; maka
setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup.’ (9) Lalu
Musa membuat ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang; maka jika seseorang
dipagut ular, dan ia memandang kepada ular tembaga itu, tetaplah ia hidup”.
Dimana
gerangan ada kata-kata ‘supaya tidak melorot lalu diberi kayu horizontal’?
Lagi mengigau, Pak Suhento?
Hal
lain yang harus diketahui adalah: sebetulnya kita tidak tahu bagaimana bentuk
salib Kristus. Kata ‘salib’ dalam bahasa Yunani adalah STAUROS, dan
sebetulnya berarti ‘an upright pole’
(= tiang tegak). Dan salib yang paling awal memang hanya berbentuk satu tiang
tegak. Karena itu tak perlu merasa heran kalau Saksi Yehuwa menggunakan tiang
tegak sebagai salib Kristus. Tetapi memang belakangan muncul variasi-variasi
bentuk salib, sehingga ada yang berbentuk X, Y, T, dan juga seperti salib yang
kita kenal. Lalu yang mana yang merupakan salib yang digunakan untuk Yesus?
Satu-satunya alasan untuk memilih salib yang paling umum adalah karena dikatakan
bahwa di atas kepala Yesus dituliskan kata-kata ‘Yesus dari Nazaret, raja
orang Yahudi’. Kalau salib berbentuk X, Y, atau T, dimana tulisan itu mau
diletakkan? Jadi, dipilih salib yang kita kenal itu. Tetapi ini argumentasi yang
sangat lemah, karena untuk salib yang manapun, bisa diberi tulisan, menggunakan
papan yang diikat dengan tali. Apalagi salib yang berbentuk tiang tegak, tentu
tak ada masalah dengan pemberian tulisan itu.
Kesimpulan:
bahwa salib Yesus dikatakan berbentuk seperti yang sekarang kita kenal,
merupakan sesuatu yang sangat tidak pasti!
6)
Baptisan harus selam, kalau tidak seperti Kain yang beri persembahan
hasil bumi dan bukan binatang. Kata Yunani BAPTIZO artinya dicelup / direndam.
Jadi, orang yang dibaptis percik sama saja dengan belum dibaptis!
Tanggapan
Budi Asali:
Dalam
seminar itu mula-mula ia mengatakan baptisan itu bukan merupakan sesuatu yang
hakiki untuk keselamatan, tetapi anehnya pada waktu menekankan keharusan
baptisan selam, ia mengatakan bahwa orang yang menggunakan baptisan
percik adalah seperti Kain, yang bukannya mempersembahkan binatang tetapi
mempersembahkan tanaman. Bukankah ia menjadikannya sebagai sesuatu yang bersifat
hakiki / mutlak untuk keselamatan? Ia secara bodoh mengajarkan sesuatu yang
bertentangan dengan ajarannya di bagian depan.
Kata
Yunani BAPTIZO memang bisa berarti ‘celup’ atau ‘rendam’, tetapi tidak
harus berarti seperti itu! Akan saya buktikan dari penggunaan kata itu dalam
Alkitab sendiri.
1.
Mark 7:4 - “dan
kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu
membersihkan dirinya. Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal
mencuci (BAPTISMOUS)
cawan, kendi dan perkakas-perkakas tembaga”.
KJV:
‘And when they come from the market,
except they wash, they eat not. And many other things there be, which they have
received to hold, as the washing of cups, and pots, brasen vessels, and of
tables’ (= Dan pada waktu mereka pulang dari pasar, kecuali
mereka mencuci, mereka tidak makan. Dan banyak hal-hal lain yang mereka terima
untuk dipegang, seperti pencucian cawan, belanga / panci, bejana / tempat dari
tembaga, dan meja-meja).
Kata-kata
‘and of tables’ (= dan meja-meja) tidak ada dalam
terjemahan-terjemahan yang lain, tetapi footnote NIV memberikan keterangan bahwa
ada beberapa manuscripts yang kuno yang memberikan kata-kata itu.
Kalau
kata-kata itu memang orisinil, maka itu makin jelas membuktikan bahwa
pembaptisan / pencucian dalam ayat ini tidak dilakukan dengan merendam, karena
bagaimana mungkin orang merendam meja? Berapa besarnya bak cuci yang dibutuhkan?
Jauh lebih masuk akal, bahwa pencucian dilakukan dengan mencurahkan air ke benda
yang akan dicuci tersebut. Dan kalau kata-kata itu tidak orisinil, tetap aneh
bahwa orang mencuci belanga, dsb dengan cara merendam. Biasanya orang mencuci
barang-barang itu dengan mencurahkan air ke benda tersebut.
2.
Luk 11:38 - “Orang
Farisi itu melihat hal itu dan ia heran, karena Yesus tidak mencuci (EBAPTISTHE)
tanganNya sebelum makan”.
Orang
mencuci tangan tidak harus merendam tangannya dalam air, tetapi bisa dengan
mencurahkan air pada tangan. Jadi jelas bahwa ‘baptis’ di sini tidak harus
berarti ‘celup / selam’.
3. 1Kor
10:2 - ‘dibaptis dalam awan dan dalam
laut’.
Kata
Yunaninya adalah EBAPTISANTO.
Dua
hal yang harus diperhatikan:
a.
Orang Israel berjalan di tempat kering (Kel 14:22). Yang terendam
air adalah orang Mesir!
b.
Awan tidak ada di atas mereka, tetapi di belakang mereka (Kel 14:19-20).
Juga awan itu tujuannya untuk memimpin / melindungi Israel; itu bukan awan untuk
memberi hujan. Kalau toh awan itu memberi hujan, itu lebih cocok dengan baptisan
percik, bukan selam.
Jadi
jelas bahwa orang Israel tidak direndam / diselam dalam awan dan dalam laut!
Barnes’
Notes: “This
passage is a very important one to prove that the word baptism does not
necessarily mean entire immersion in water. It is perfectly clear that neither
the cloud nor the waters touched them”
(= Text ini adalah text yang sangat penting untuk membuktikan bahwa kata
baptisan tidak harus berarti penyelaman seluruhnya di dalam air. Adalah sangat
jelas bahwa baik awan maupun air tidak menyentuh mereka).
4.
Ibr 9:10 - “karena
semuanya itu, di samping makanan minuman dan pelbagai macam pembasuhan (BAPTISMOIS),
hanyalah peraturan-peraturan untuk hidup insani, yang hanya berlaku sampai
tibanya waktu pembaharuan”.
Catatan:
ada edisi Kitab Suci Indonesia yang mengatakan ‘pelbagai macam persembahan’.
Ini salah cetak, dan dalam edisi yang baru sudah diperbaiki.
Terjemahan
Lama: ‘berbagai-bagai basuhan’.
NASB:
various washings (= bermacam-macam
pembasuhan).
NIV:
various ceremonial washings (=
bermacam-macam pembasuhan yang bersifat upacara keagamaan).
RSV:
various ablutions (= bermacam-macam
pembersihan / pencucian).
KJV:
divers washings (= bermacam-macam
pembasuhan).
Kata
Yunaninya adalah BAPTISMOIS. Jadi terjemahan hurufiahnya adalah
‘bermacam-macam baptisan’.
Kalau
kita memperhatikan kontex dari Ibr 9 itu, maka pasti Ibr 9:10 ini menunjuk pada
‘pemercikan’ dalam Ibr 9:13,19,21. Karena itu jelas bahwa di
sini kata ‘baptis’ tidak diartikan selam / celup, tetapi percik.
Argumentasi-argumentasi
lain bahwa bahwa baptisan tidak harus dilakukan dengan selam, tetapi boleh
dengan percik, adalah:
a) Ada
banyak kasus dimana rasanya tidak mungkin dilakukan baptisan selam.
Dalam
Kitab Suci ada banyak contoh dimana baptisan tidak dilakukan di sungai. Juga
tidak diceritakan adanya kolam yang memungkinkan baptisan selam (Kis 2:41
Kis 9:18 Kis 10:47-48
Kis 16:33). Kis 16:33 adalah contoh yang paling kuat untuk
menunjukkan bahwa baptisan tidak dilakukan dengan penyelaman karena hal itu
terjadi di dalam penjara!
Charles
Hodge, seorang ahli theologia Reformed dan pendukung baptisan percik, berkata:
“In
Acts 2:41, three thousand persons are said to have been baptized at Jerusalem
apparently in one day at the season of Pentecost in June; and in Acts
4:4, the same rite is necessarily implied in respect to five thousand more. ...
There is in summer no running stream in the vicinity of Jerusalem, except
the mere rill of Siloam of a few rods in length; and the city is and was
supplied with water from its cistern and public reservoirs. From neither of
these sources could a supply have been well obtained for the immersion of eight
thousand persons. The same scarcity of water forbade the use of private baths as
a general custom” [= Dalam Kis 2:41, dikatakan bahwa 3000 orang dibaptiskan di
Yerusalem, dan itu jelas terjadi dalam satu hari pada musim Pentakosta di
bulan Juni; dan dalam Kis 4:4, secara tidak langsung bisa dipastikan bahwa
upacara yang sama dilakukan terhadap 5000 orang lebih. ... Pada musim panas,
tidak ada sungai mengalir di Yerusalem dan sekitarnya, kecuali sungai kecil dari
Siloam yang panjangnya beberapa rod (NB: 1 rod = 5 meter); dan kota itu, baik
sekarang maupun dulu, disuplai dengan air dari bak / tangki air dan waduk /
kolam air milik / untuk umum. Tidak ada dari sumber-sumber ini yang bisa
menyuplai air untuk menyelam 8000 orang. Kelangkaan air yang sama melarang
penggunaan bak mandi pribadi sebagai suatu kebiasaan umum]
- ‘Systematic Theology’, vol III,
hal 534.
Catatan:
Kis 4:4 seharusnya ‘menjadi 5000 orang’, bukan ‘bertambah dengan 5000
orang’.
Charles
Hodge lalu menambahkan sebagai berikut:
“The
baptismal fonts still found among the ruins of the most ancient Greek churches
in Palestine, as at Tekoa and Gophna, and going back apparently to very early
times, are not large enough to admit of baptism of adult persons by immersion,
and were obviously never intended for that use”
(= Bak-bak untuk membaptis yang ditemukan di antara reruntuhan dari
gereja-gereja Yunani kuno di Palestina, seperti di Tekoa dan Gophna, dan jelas
berasal dari waktu yang sangat awal, tidak cukup besar untuk baptisan orang
dewasa dengan cara penyelaman, dan jelas tidak pernah dimaksudkan untuk
penggunaan seperti itu) - ‘Systematic
Theology’, vol III, hal 534.
Sekarang
mari kita melihat baptisan sida-sida dalam Kis 8:26-40. Apakah ini adalah
baptisan selam? Ada 2 hal yang perlu diperhatikan dari bagian ini:
1.
Kis 8:36 - ‘ada air’.
Yunani:
TI HUDOR [a certain water / some water
(= air tertentu / sedikit air)]. Jadi ini menunjuk pada sedikit air, sehingga
tidak memungkinkan baptisan selam.
Charles
Hodge: “He
was travelling through a desert part of the country towards Gaza, when Philip
joined him, ‘And as they went on their way they came unto a certain water (EPI
TI HUDOR, to some water)’.There is no known stream in that region of
sufficient depth to allow of the immersion of a man”
[= Ia sedang bepergian melalui bagian padang pasir dari negara itu menuju Gaza,
ketika Filipus bergabung dengannya, ‘Dan ketika mereka melanjutkan perjalanan
mereka mereka sampai pada air tertentu (EPI TI HUDOR, kepada sedikit air)’. Di
daerah itu tidak diketahui adanya sungai dengan kedalaman yang cukup untuk
memungkinkan penyelaman seorang manusia] -
‘Systematic Theology’, vol III, hal 535.
2.
Kis 8:38-39 berkata ‘turun
ke dalam air ... keluar dari air’.
Apakah
ini menunjuk pada baptisan selam? Seperti pada baptisan Yesus, istilah ini bisa
diartikan 2 macam, yaitu:
a. Sida-sida
itu betul-betul terendam total, lalu keluar dari air.
b. Sida-sida
itu turun ke dalam air yang hanya sampai pada lutut atau mata kakinya, lalu
keluar dari air.
Untuk
mengetahui yang mana yang benar dari 2 kemungkinan ini, bacalah Kis 8:38-39
itu sekali lagi. Perhatikan bahwa di situ dikatakan: “dan
keduanya turun ke dalam air, baik Filipus maupun sida-sida itu,
dan Filipus membaptis dia. Dan setelah mereka keluar dari air, ...”.
Kalau
istilah ‘turun ke dalam air’ dan ‘keluar dari air’ diartikan sebagai
baptisan selam, itu menunjukkan bahwa Filipus, sebagai orang yang membaptis,
juga ikut diselam! Ini jelas tidak mungkin. Jadi dari 2 kemungkinan di atas,
yang benar adalah kemungkinan kedua. Ini juga cocok dengan point pertama di atas
yang menunjukkan bahwa air di situ cuma sedikit, sehingga tidak memungkinkan
baptisan selam.
b)
Hal-hal lain yang mendukung baptisan percik:
1.
Penekanan arti baptisan adalah sebagai simbol penyucian / purification. Padahal dalam Kitab Suci purification selalu disimbolkan dengan percikan:
a. Kel 24:8
- Kitab Suci Indonesia salah terjemahan, karena kata ‘menyiramkannya’ seharusnya adalah ‘memercikkannya’.
NIV: ‘sprinkled’ (= memercikkan).
b. Kel 29:16,21
- Kitab Suci Indonesia salah terjemahan, karena kata ‘kausiramkan’
seharusnya adalah ‘percikkanlah’ [NIV: ‘sprinkle’
(= percikkanlah)].
c. Im 7:14
- Kitab Suci Indonesia salah terjemahan, karena kata ‘menyiramkan’
seharusnya adalah ‘memercikkan’ [NIV: ‘sprinkles’
(= memercikkan)].
d. Im
14:7,51 - ‘memercik’.
e. Im
16:14 - ‘memercikannya’.
f.
Bil 8:7 - ‘percikkanlah’.
g. Bil
19:18 - ‘memercikkannya’.
h. Yes 52:15
(NIV) - ‘He will sprinkle many
nations’ (= Ia akan memerciki banyak bangsa).
i.
Ibr 9:13 - ‘percikan’.
j.
Ibr 9:19,21 - ‘memerciki’ dan ‘dipercikinya’.
k. Ibr 10:22
- Kitab Suci Indonesia salah terjemahan, karena kata ‘telah dibersihkan’
seharusnya adalah ‘telah diperciki’ [NIV: ‘sprinkled
to cleanse’ (= diperciki untuk membersihkan)].
l.
Ibr 12:24 - ‘darah pemercikan’.
2.
Luk 3:16 - ‘Aku membaptis kamu dengan air’ (I
baptize you with water).
Kata
‘with water’ / ‘dengan
air’ (Yunani: HUDATI) ini tidak cocok diartikan sebagai selam, karena kita
tidak berkata ‘aku menyelam kamu dengan air’ tetapi kita berkata
‘aku menyelam kamu di dalam air’. Tetapi kalau baptisan itu adalah
percik / tuang, maka kata-kata ‘dengan air’ itu cocok.
Mat 3:11
memang menggunakan kata Yunani EN, tetapi kata EN bukan hanya bisa diartikan
sebagai in (= di dalam), tetapi juga
sebagai with (= dengan).
Kesimpulan:
baptisan selam bukan satu-satunya baptisan yang sah. Karena itu kalau saudara
sudah dibaptis dengan baptisan percik atau tuang, jangan percaya kepada
orang-orang bodoh yang mengharuskan saudara dibaptis ulang dengan baptisan
selam. Ingat bahwa pada waktu saudara dibaptis ulang, saudara menghina
baptisan yang pertama!
7)
Nama / sebutan Perjamuan Kudus salah, seharusnya Perjamuan Tuhan. Istilah
Perjamuan Kudus kita dapat dari Katolik. Perjamuan itu tidak bisa menguduskan,
jadi nama itu salah.
Tanggapan
Budi Asali:
Saya
setuju saja kalau digunakan istilah ‘Perjamuan Tuhan’, karena istilah itu
memang ada dalam Alkitab (1Kor 10:21 1Kor
11:20). Tetapi istilah ‘Perjamuan Kudus’ juga tak masalah, karena itu hanya
soal istilah. Bahwa itu didapatkan dari Katolik merupakan omong kosong, yang tak
akan bisa ia buktikan. Dan siapa gerangan orang bodoh yang mempercayai bahwa
Perjamuan Kudus itu menguduskan? Itu merupakan fitnahan terhadap orang-orang
yang menggunakan istilah ‘Perjamuan Kudus’.
8)
Ia tahu cara penggunaan Urim dan Tumim, dan menjelaskannya.
Tanggapan
Budi Asali:
Tak
ada penafsir yang tahu dengan pasti tentang hal itu. Jangankan cara
menggunakannya, bahkan bagaimana bentuk dari Urim dan Tumimpun tidak ada yang
tahu. Entah Suhento Liauw belajar dari mimpi atau bagaimana?
Kel
28:30 - “Dan di dalam tutup dada pernyataan
keputusan itu haruslah kautaruh Urim dan Tumim; haruslah itu di atas
jantung Harun, apabila ia masuk menghadap TUHAN, dan Harun harus tetap membawa
keputusan bagi orang Israel di atas jantungnya, di hadapan TUHAN”.
Adam
Clarke (tentang Kel 28:30):
“‘Thou shalt put in the breastplate of judgment
the Urim and the Thummim.’ What these were
has, I believe, never yet been discovered. 1. They are nowhere described. 2.
There is no direction given to Moses or any other how to make them. ...
6. That God was often consulted by Urim and Thummim, is sufficiently evident
from several Scriptures; but how or in what manner he was thus consulted
appears in none”.
Apa
yang dikatakan oleh Bil 27:21 tidaklah menunjukkan cara penggunaan
Urim dan Tumim.
Bil 27:21
- “Ia harus berdiri di depan imam Eleazar,
supaya Eleazar menanyakan keputusan Urim bagi dia di hadapan TUHAN; atas
titahnya mereka akan keluar dan atas titahnya mereka akan masuk, ia beserta
semua orang Israel, segenap umat itu.’”.
9)
Ia percaya bahasa Roh, nubuat, mimpi dari Tuhan, malaikat datang beri
petunjuk firman, karunia lakukan mujijat / kesembuhan; semua ini tak ada lagi.
1Kor 13:8 ditafsirkan menunjuk pada selesainya penulisan Kitab Suci. Ia membahas
kata Yunani TON TELEION dalam ayat itu dan ia mengartikannya sebagai ‘the
perfect thing’.
Tanggapan
Budi Asali:
Sepanjang
saya tahu, tak ada satupun Kitab Suci bahasa Inggris yang menterjemahkan ‘the perfect thing’.
KJV:
‘But when that which is perfect
is come, then that which is in part shall be done away’.
RSV:
‘but when the perfect comes, the
imperfect will pass away’.
NIV:
‘but when perfection comes, the
imperfect disappears’.
NASB:
‘but when the perfect comes, the
partial will be done away’.
ASV:
‘but when that which is perfect
is come, that which is in part shall be done away’.
NKJV:
‘But when that which is perfect
has come, then that which is in part will be done away’.
Dan
sekalipun memang ada penafsir-penafsir yang menafsirkan bahwa ini menunjuk pada
selesainya penulisan Alkitab, tetapi hanya sangat sedikit penafsir yang menafsir
seperti itu. Pada umumnya para penafsir mengatakan bahwa ini menunjuk pada saat
kita masuk surga / pada kedatangan Kristus yang keduakalinya.
1Kor 13:8-10
- “(8) Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan
berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap. (9) Sebab pengetahuan
kita tidak lengkap dan nubuat kita tidak sempurna. (10) Tetapi jika yang
sempurna tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap”.
Kalau
kata-kata ‘jika yang sempurna tiba’
(ay 10) dianggap menunjuk pada saat Alkitab lengkap, bagaimana mungkin pada saat
itu pengetahuan akan lenyap? Bukankah dengan lengkapnya Alkitab, pengetahuan
bukan saja tidak lenyap, tetapi makin bertambah?
Tetapi
kalau diartikan menunjuk pada kedatangan Kristus yang keduakalinya, maka itu
memang memungkinkan, karena pengetahuan pada saat itu pastilah sangat berbeda
dengan pengetahuan kita di dunia ini. Jadi pengetahuan yang sekarang ini, yang
tidak lengkap / tidak sempurna, akan lenyap, digantikan oleh pengetahuan yang
sempurna / lengkap, yang sama sekali baru.
Adam
Clarke (tentang 1Kor 13:10):
“‘But when that which is perfect.’ The
state of eternal blessedness; then that which is in part - that which is
imperfect, shall be done away; the imperfect as well as the probationary state
shall cease for ever”.
10)
Mulai saat Yesus mati sampai Kitab Suci selesai ditulis rasul-rasul jadi
Standard kebenaran.
Tanggapan
Budi Asali:
Kok
Petrus bisa salah, dalam Kis 10 dan Gal 2?
Kis 10:13-15,34-35
- “(13)
Kedengaranlah olehnya suatu suara yang berkata: ‘Bangunlah, hai Petrus,
sembelihlah dan makanlah!’ (14) Tetapi Petrus menjawab: ‘Tidak, Tuhan,
tidak, sebab aku belum pernah makan sesuatu yang haram dan yang tidak tahir.’
(15) Kedengaran pula untuk kedua kalinya suara yang berkata kepadanya: ‘Apa
yang dinyatakan halal oleh Allah, tidak boleh engkau nyatakan haram.’ ... (34)
Lalu mulailah Petrus berbicara, katanya: ‘Sesungguhnya aku telah mengerti,
bahwa Allah tidak membedakan orang. (35) Setiap orang dari bangsa manapun yang
takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepadaNya”.
Gal
2:11-14 - “(11) Tetapi waktu Kefas datang ke
Antiokhia, aku berterang-terang menentangnya, sebab ia salah. (12) Karena
sebelum beberapa orang dari kalangan Yakobus datang, ia makan sehidangan dengan
saudara-saudara yang tidak bersunat, tetapi setelah mereka datang, ia
mengundurkan diri dan menjauhi mereka karena takut akan saudara-saudara yang
bersunat. (13) Dan orang-orang Yahudi yang lainpun turut berlaku munafik dengan
dia, sehingga Barnabas sendiri turut terseret oleh kemunafikan mereka. (14)
Tetapi waktu kulihat, bahwa kelakuan mereka itu tidak sesuai dengan kebenaran
Injil, aku berkata kepada Kefas di
hadapan mereka semua: ‘Jika engkau, seorang Yahudi, hidup secara kafir dan
bukan secara Yahudi, bagaimanakah engkau dapat memaksa saudara-saudara yang
tidak bersunat untuk hidup secara Yahudi?’”.
Dan
Yohanes bisa salah dengan menyembah malaikat?
Wah
19:10 - “Maka tersungkurlah aku di depan kakinya
untuk menyembah dia, tetapi ia berkata kepadaku: ‘Janganlah berbuat demikian!
Aku adalah hamba, sama dengan engkau dan saudara-saudaramu, yang memiliki
kesaksian Yesus. Sembahlah Allah! Karena kesaksian Yesus adalah roh
nubuat.’”.
Wah
22:8-9 - “(8) Dan aku, Yohanes, akulah yang telah
mendengar dan melihat semuanya itu. Dan setelah aku mendengar dan melihatnya,
aku tersungkur di depan kaki malaikat, yang telah menunjukkan semuanya itu
kepadaku, untuk menyembahnya. (9) Tetapi ia berkata kepadaku: ‘Jangan berbuat
demikian! Aku adalah hamba, sama seperti engkau dan saudara-saudaramu, para nabi
dan semua mereka yang menuruti segala perkataan kitab ini. Sembahlah
Allah!’”.
11)
Mat 11:13-14 - “(13) Sebab
semua nabi dan kitab Taurat bernubuat hingga tampilnya Yohanes (14) dan - jika
kamu mau menerimanya - ialah Elia yang akan datang itu.”.
Ini
ditafsirkan, jika kamu mau menerima, ia adalah Elia, jika tidak mau terima ia
adalah Yohanes Pembaptis!
Tanggapan
Budi Asali:
Ini
ajaran sinting, dan merupakan penafsiran ‘liar’, yang tidak membutuhkan
tanggapan.
12)
Karena mau gerejanya steril, Suhento Liauw selalu khotbah sendiri.
Tanggapan
Budi Asali:
Lucu
sekali. Kalau dia yang khotbah pasti steril? Jadi ajarannya Suhento Liauw itu
inerrant / infallible? Dan bagaimana kalau dia mati? Anaknya sendiri steril atau
tidak? Apa mungkin dua orang punya theologia yang persis sama?
13)
Kata ‘Katolik’ dalam 12 Pengakuan Iman Rasuli (Indonesia
diterjemahkan ‘AM’), disamakan dengan gereja Katolik!
Tanggapan
Budi Asali:
Kata
yang sama belum tentu artinya sama, dan kalau artinya sama belum tentu menunjuk
pada hal yang sama.
Kata
‘Katolik’ memang artinya ‘am’ atau ‘universal’. Jadi kata-kata dalam
12 Pengakuan Iman Rasuli versi bahasa Inggris, ‘the Holy Catholic Church’
(Gereja Katolik yang kudus / Gereja yang kudus dan am), tidak salah. Ini
menunjuk pada Gereja yang tak kelihatan, atau gereja universal, yaitu semua
orang percaya di seluruh dunia dan sepanjang jaman.
Encyclopedia Britannica 2010 dengan entry ‘Catholic’:
“(from
Greek katholikos,
‘universal’), the characteristic that, according to ecclesiastical writers
since the 2nd century, distinguished the Christian Church at large from local
communities or from heretical and schismatic sects. A notable exposition of the
term as it had developed during the first three centuries of Christianity was
given by St. Cyril
of Jerusalem in his Catecheses
(348): the church is called catholic on the ground of its worldwide
extension, its doctrinal completeness, its adaptation to the needs of men of
every kind, and its moral and spiritual perfection. The theory that what has
been universally taught or practiced is true was first fully developed by St. Augustine
in his controversy with the Donatists (a North African heretical Christian sect)
concerning the nature of the church and its ministry. It received classic
expression in a paragraph by St. Vincent
of Lérins in his Commonitoria
(434), from which is derived the formula: ‘What all men have at all times and
everywhere believed must be regarded as true.’ St. Vincent maintained that the
true faith was that which the church professed throughout the world in agreement
with antiquity and the consensus of distinguished theological opinion in former
generations. Thus, the term catholic tended to acquire the sense of orthodox.
Some confusion in the use of the term has been inevitable, because various
groups that have been condemned by the Roman Catholic Church as heretical or
schismatic never retreated from their own claim to catholicity. Not only
the Roman Catholic Church but also the Eastern Orthodox Church, the Anglican
Church, and a variety of national and other churches claim to be members of the
holy catholic church, as do most of the major Protestant churches”.
Tetapi
istilah ‘Katolik’ juga digunakan oleh Gereja Roma Katolik, mungkin karena
mereka menganggap mereka adalah satu-satunya gereja universal. Itu sebetulnya
merupakan suatu penggunaan yang kontradiksi, karena ‘Roma’ merupakan sebutan
yang bersifat lokal, sedangkan ‘Katolik’ sebutan yang bersifat universal.
Bahwa
mereka menggunakan kata itu secara salah, itu urusan mereka. Tetapi kalau
Suhento Liauw melarang / menyalahkan orang Kristen menggunakan kata itu,
merupakan suatu kebodohan! Mengapa? Karena gereja-gereja yang dikecam oleh
Gereja Roma Katolik sebagai gereja sesat, termasuk gereja Protestan, juga mengclaim istilah itu bagi gereja mereka, karena mereka menganggap
gereja merekalah yang benar.
14)Serang
predestinasi dan katakan neraka bukan dicipta untuk manusia tetapi untuk setan.
Mat
25:41 - “Dan
Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiriNya: Enyahlah dari
hadapanKu, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang
telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya.”.
Tanggapan
Budi Asali:
Jawaban
tentang kebodohan ini tidak saya berikan di sini karena ini berhubungan dengan
debat tanggal 24 Agustus 2012 antara Esra + saya vs Steven Liauw + partnernya.
Saya tak mau tunjukkan ‘senjata’ saya sebelum debat tanggal 24 Agustus itu
terlaksana.
15)
Dalam kebaktian tak boleh ada pemberkatan pada akhir kebaktian.
Pemberkatan ada pada jaman keimaman Harun, jaman sekarang semua orang Kristen
adalah imam, jadi tak boleh ada satu memberkati yang lain. Pemberkatan nikah itu
salah, seharusnya peneguhan nikah.
Tanggapan
Budi Asali:
Ajaran
ini betul-betul gila, dan tak sulit untuk membantahnya / menghancurkannya.
a)
Dalam jaman Perjanjian Lama, yang memberkati adalah imam besar,
tetapi berkat itu sebetulnya jelas bukan datang dari imam besar itu sendiri,
tetapi dari Tuhan. Jadi, imam besar itu hanyalah alat Tuhan.
Bil 6:22-27
- “(22) TUHAN berfirman kepada Musa: (23)
‘Berbicaralah kepada Harun dan anak-anaknya: Beginilah harus kamu memberkati
orang Israel, katakanlah kepada mereka: (24) TUHAN memberkati engkau dan
melindungi engkau; (25) TUHAN menyinari engkau dengan wajahNya dan memberi
engkau kasih karunia; (26) TUHAN menghadapkan wajahNya kepadamu dan memberi
engkau damai sejahtera. (27) Demikianlah harus mereka meletakkan namaKu atas
orang Israel, maka Aku akan memberkati mereka.’”.
Lalu
mengapa dalam Perjanjian Baru, pendeta tak boleh jadi alat Tuhan untuk
memberikan berkat dalam kebaktian?
b)
Kalau karena dalam jaman Perjanjian Baru semua orang Kristen adalah imam,
dan karena itu tak boleh orang Kristen yang satu memberkati orang Kristen yang
lain, maka ingat bahwa dalam jaman Perjanjian Lama imam punya tugas mengajar
Firman Tuhan.
Mal
2:1-7 - “(1) Maka sekarang, kepada kamulah tertuju
perintah ini, hai para imam! (2) Jika kamu tidak mendengarkan, dan jika
kamu tidak memberi perhatian untuk menghormati namaKu, firman TUHAN semesta
alam, maka Aku akan mengirimkan kutuk ke antaramu dan akan membuat
berkat-berkatmu menjadi kutuk, dan Aku telah membuatnya menjadi kutuk, sebab
kamu ini tidak memperhatikan. (3) Sesungguhnya, Aku akan mematahkan lenganmu dan
akan melemparkan kotoran ke mukamu, yakni kotoran korban dari hari-hari rayamu,
dan orang akan menyeret kamu ke kotoran itu. (4) Maka kamu akan sadar, bahwa
Kukirimkan perintah ini kepadamu, supaya perjanjianKu dengan Lewi tetap
dipegang, firman TUHAN semesta alam. (5) PerjanjianKu dengan dia pada satu pihak
ialah kehidupan dan sejahtera dan itu Kuberikan kepadanya - pada pihak lain
ketakutan - dan ia takut kepadaKu dan gentar terhadap namaKu. (6) Pengajaran
yang benar ada dalam mulutnya dan kecurangan tidak terdapat pada bibirnya. Dalam
damai sejahtera dan kejujuran ia mengikuti Aku dan banyak orang dibuatnya
berbalik dari pada kesalahan. (7) Sebab bibir seorang imam memelihara
pengetahuan dan orang mencari pengajaran dari mulutnya, sebab dialah utusan
TUHAN semesta alam”.
Kalau
karena dalam jaman Perjanjian Baru semua orang Kristen adalah imam, dan karena
itu tak boleh orang Kristen yang satu memberkati orang Kristen yang lain, maka
konsekwensinya adalah: orang Kristen yang satu juga tak boleh mengajar Firman
Tuhan kepada orang Kristen yang lain! Semua orang Kristen harus menjadi pengajar
Firman Tuhan, dan lalu siapa pendengarnya?
c) Bandingkan juga dengan ayat-ayat ini:
·
Ro 12:14 - “Berkatilah siapa yang menganiaya kamu, berkatilah dan
jangan mengutuk!”.
·
1Kor 4:12 - “kami melakukan pekerjaan tangan yang berat. Kalau kami dimaki, kami
memberkati; kalau kami dianiaya, kami sabar;”.
·
Ibr 7:7 - “Memang tidak dapat disangkal, bahwa yang lebih rendah diberkati
oleh yang lebih tinggi”.
16)Nama Allah yang
benar bukan YAHWEH tetapi YEHOVAH. Alasan: karena dalam manuscript tertua yang
gunakan huruf hidup (MT) namanya disebutkan YEHOVAH.
Tanggapan
Budi Asali:
Ini
lucu karena MT bukan manuscript! Dalam manuscript tak ada huruf hidup! Memang
YAHWEHpun belum tentu benar, tetapi YEHOVAH pasti salah, karena huruf
hidupnya dipinjam dari Adonay (dan
mungkin juga dari ELOHIM).
Saya
akan memberi kutipan dari buiku saya sendiri tentang Yahweh-isme, yang berbunyi
sebagai berikut:
Bagaimana
dengan pengucapan ‘Jehovah’ / ‘Yehovah’?
Di
atas sudah saya jelaskan bahwa setiap kali bertemu dengan nama YHWH, mereka
membacanya ADONAY (= Tuhan). Lalu pada suatu saat, ada orang-orang yang
memasukkan bunyi huruf-huruf hidup dari kata ADONAY, yaitu A - O - A ke
sela-sela dari YHWH itu, sehingga didapatkan YAHOWAH, dan seorang dosen saya
mengatakan bahwa dalam aksen Jerman (entah dari mana kok tahu-tahu ada aksen
Jerman), ini lalu berubah menjadi YEHOWAH atau YEHOVAH. Pulpit Commentary dalam
tafsirannya tentang Im 24:11 mengatakan bahwa perubahan YAHOWAH menjadi YEHOWAH
itu disebabkan karena: “the laws of the Hebrew language
required the first a to be changed into e, and hence the name Jehovah” (=
hukum-hukum dari bahasa Ibrani mengharuskan huruf a yang pertama untuk diubah
menjadi huruf e, dan karena itu menjadi Jehovah) - hal 383.
Catatan: perlu diketahui bahwa dalam bahasa
Ibrani, huruf V dan W adalah sama.
The New Bible Dictionary (dengan topik ‘God, names of’): “YHWH was considered too sacred to pronounce; so ADONAY
(my Lord) was substituted in reading, and the vowels of this word were combined
with the consonants YHWH to give ‘Jehovah’, a form first attested at the
beginning of the 12th century AD”
[= YHWH dianggap terlalu keramat untuk diucapkan; maka ADONAY (Tuhanku)
dijadikan pengganti dalam pembacaan, dan huruf-huruf hidup dari kata ini
dikombinasikan dengan huruf-huruf mati YHWH untuk memberikan ‘Jehovah’,
suatu bentuk yang pertama-tama ditegaskan pada permulaan abad ke 12 M.] - hal
478.
Nelson’s
Bible Dictionary (dengan topik ‘God, Names of’): “The divine name Yahweh is usually translated Lord in English
versions of the Bible, because it became a practice in late Old Testament
Judaism not to pronounce the sacred name YHWH, but to say instead ‘my Lord’
(Adonai) - a practice still used today in the synagogue. When the vowels of
Adonai were attached to the consonants YHWH in the medieval period, the word
Jehovah resulted” [= Nama ilahi
‘Yahweh’ biasanya diterjemahkan ‘Lord’ (= Tuhan) dalam
versi-versi Alkitab bahasa Inggris, karena menjadi suatu praktek dalam Yudaisme
Perjanjian Lama belakangan, untuk tidak mengucapkan nama keramat / kudus YHWH,
tetapi mengatakan ‘Tuhanku’ (ADONAY) sebagai gantinya - suatu praktek yang
masih digunakan jaman ini dalam sinagog. Pada waktu huruf-huruf hidup dari
ADONAY diberikan pada huruf-huruf mati YHWH pada jaman abad pertengahan, kata
Yehovah dihasilkan].
a D o N a Y
¯
¯
¯
Y H
W H ®
YaHoWaH ® YeHoWaH / YeHoVaH
Encyclopedia
Britannica memberikan penjelasan yang agak berbeda. Encyclopedia Britannica
mengatakan bahwa bunyi huruf-huruf hidup yang dimasukkan di sela-sela YHWH itu
diambil bukan hanya dari kata ADONAY (= Tuhan), tetapi juga dari kata ELOHIM (=
Allah). Dari kata yang pertama didapatkan A - O - A dan dari kata yang kedua
didapatkan E - O - I. Penggabungannya dimasukkan ke sela-sela YHWH. Untuk bunyi
huruf hidup pertama, yang diambil adalah E, untuk yang kedua diambil O, dan
untuk yang ketiga diambil A. Jadi, muncul YEHOWAH / YEHOVAH.
Encyclopedia
Britannica 2007: “The Masoretes,
who from about the 6th to the 10th century worked to
reproduce the original text of the Hebrew Bible, replaced the vowels of the name
YHWH with the vowel signs of the Hebrew words Adonai or Elohim. Thus, the
artificial name Jehovah (YeHoWaH) came into being” [= Para
ahli Taurat Yahudi, yang dari kira-kira abad ke 6 sampai abad ke 10 bekerja
untuk mereproduksi text orisinil dari Alkitab Ibrani, menggantikan huruf-huruf
hidup dari nama YHWH dengan tanda-tanda huruf-huruf hidup dari kata-kata Ibrani
Adonai atau Elohim. Maka, nama buatan YEHOVAH (YeHoWaH) tercipta].
a D o N a Y
¯
¯
¯
Y H
W H ®
YeHoWaH / YeHoVaH
e L o H i M
Louis Berkhof rupanya juga sependapat, karena ia berkata:
“And therefore in reading the
Scriptures they substituted for it either ’Adonai or ’Elohim; and the
Masoretes, while leaving the consonants intact, attached to them the vowels
of one of these names, usually those of ’Adonai” [= Dan karena itu dalam membaca Kitab Suci mereka
(orang-orang Yahudi) menggantikannya atau dengan ADONAY atau ELOHIM; dan
ahli-ahli Taurat Yahudi, sementara mereka membiarkan huruf-huruf mati itu utuh,
melekatkan kepada huruf-huruf mati itu huruf-huruf hidup dari salah satu dari
nama-nama ini, biasanya huruf-huruf hidup dari ADONAY] - ‘Systematic
Theology’, hal 49.
Dari
penjelasan ini bisa dinyatakan bahwa penyebutan YEHOVAH (atau dalam bahasa
Inggris ‘Jehovah’), sebenarnya pasti salah, karena bunyi huruf
hidupnya diambil dari kata ADONAY, atau dari ADONAY dan ELOHIM.
17)
Ia percaya semua bayi yang mati masuk surga. Dasar Alkitab yang ia
berikan adalah 1Raja 14:13 - “Seluruh
Israel akan meratapi dia dan menguburkan dia, sebab hanya dialah dari pada
keluarga Yerobeam yang akan mendapat kubur, sebab di antara keluarga Yerobeam
hanya padanyalah terdapat sesuatu yang baik di mata TUHAN, Allah Israel.”.
Ia
berkata anak Yerobeam ini belum akil balik / dewasa dan karena itu Tuhan
menemukan adanya sesuatu yang baik dalam dirinya (ia belum punya dosa dari
dirinya sendiri).
Tanggapan
Budi Asali:
Sangat
lucu, jadi dosa asal tak membuat Allah murka kepada seseorang. Kalau begitu
mengapa bayi bisa mati? Juga anak Yerobeam itu bukan bayi / anak kecil. Kata
Ibrani yang digunakan adalah NAAR, yang bisa berarti ‘boy’
(= anak laki-laki) ataupun ‘youth’
(= pemuda). Karena itu anak itu sudah pasti punya dosa dari dirinya sendiri.
Kalau dikatakan Allah mendapati sesuatu yang baik dalam dirinya maka itu pasti
menunjukkan anak itu sudah beriman, karena tanpa iman tidak mungkin seseorang
bisa memperkenan Tuhan.
Ibr
11:6a
- “Tetapi
tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah.”.
Mungkin
karena ia beriman maka ia tidak setuju dengan penyembahan berhala yang dilakukan
oleh ayahnya (Yerobeam), dan itulah hal yang baik yang ada pada anak itu. Adanya
hal yang baik ini pasti juga merupakan hasil pekerjaan Tuhan dan kasih
karuniaNya dalam diri anak itu, sehingga sekalipun ia dilahirkan dalam keluarga
yang brengsek, ia sendiri bisa beriman dan mempunyai kesalehan, sehingga bisa
memperkenan Tuhan.
18)
Dalam pengajaran, Suhento Liauw ini sering memfitnah orang:
a)
Ia menunjukkan foto di koran, ada 4 orang, themanya kira-kira penyatuan /
penyamaan Kristen dengan Katolik. Lalu berkata: yang ini James Ryadi (memang
benar), yang ini Stephen Tong (ngawur, itu pasti bukan Stephen Tong). Lalu di
koran itu ditulis nama Sekolah Tinggi Theologia Reformed Injili Indonesia.
Tanggapan
Budi Asali:
Ini
saya protes dalam acara tanya jawab dan saya jelaskan: yang satu memang James
Ryadi, yang satu lagi Yakub Susabda, tetapi tak ada Stephen Tong, itu fitnah!
Dia agak malu, lalu bilang kalau fotonya kabur jadi mirip Stephen Tong. Padahal
fotonya nggak mirip sama sekali dengan Stephen Tong! Dan kalau memang tidak
tahu, lebih baik jangan omong tentang kejelekan orang lain, atau itu harus
dianggap sebagai fitnah!
b)
Calvin / Calvinist ada jejak darah, dalam persoalan kematian Servetus.
Lucu, yang menghukum mati Servetus bukan Calvin, tetapi pengadilan! Orang gila
ini senang memfitnah!
Tanggapan
Budi Asali:
Ini
fitnahan yang lazim dalam kalangan Arminian! Entah mereka tidak tahu sejarahnya
atau pura-pura tidak tahu, itu bukan urusan saya. Tetapi siapapun mau bicara
tentang kejelakan orang, ia harus tahu bahwa apa yang ia bicarakan itu pasti
benar. Kalau tidak, itu merupakan FITNAH!
Perlu
diketahui beberapa hal dalam persoalan penghukuman mati terhadap Servetus dengan
dibakar pada jaman Calvin:
1.
Servetus dihukum mati bukan karena dia anti Calvinisme, tetapi karena ia
bukan saja tak percaya pada doktrin Allah Tritunggal, tetapi lebih dari itu, ia
menghujatnya mati-matian dengan mengatakan hal itu sebagai ‘monster berkepala
tiga’ dsb sehingga menimbulkan kemarahan dari semua orang Kristen dan
bahkan Katolik di seluruh dunia.
2.
Calvin memang yang melaporkan dia kepada pemerintah / polisi pada waktu
ia secara berani mati muncul di Geneva. Tetapi yang menangkap, mengadili,
menjatuhkan hukuman mati dengan dibakar, dan melaksanakan hukuman mati itu
adalah pemerintah / pengadilan.
3.
Calvin justru memintakan keringanan supaya hukuman itu diubah dari
dibakar menjadi pemenggalan, tetapi permintaan Calvin ditolak oleh pengadilan.
Semua
cerita ini ada dalam buku sejarah dari Philip Schaff (orang ini ahli sejarah,
dan ia bukan Calvinist), dan itu bisa saya buktikan.
Philip
Schaff: “if
we consider Calvin’s course in the light of the sixteenth century, we must
come to the conclusion that he acted his part from a strict sense of duty and in
harmony with the public law and dominant sentiment of his age, which justified
the death penalty for heresy and blasphemy, and abhorred toleration as involving
indifference to truth Even Servetus admitted the principle under which he
suffered; for he said, that incorrigible obstinacy and malice deserved death
before God and men”
- ‘History
of the Christian Church’, vol VIII, hal 690.
Philip
Schaff: “Calvin
never changed his views or regretted his conduct towards Servetus. Nine years
after his execution he justified it in self-defence against the reproaches of
Baudouin (1562), saying: ‘Servetus suffered the penalty due to his heresies,
but was it by my will? Certainly his arrogance destroyed him not less than his
impiety. And what crime was it of mine if our Council, at my exhortation,
indeed, but in conformity with the opinion of several Churches, took vengeance
on his execrable blasphemies? Let Baudouin abuse me as long as he will, provided
that, by the judgment of Melanchthon, posterity owes me a debt of gratitude for
having purged the Church of so pernicious a monster.’” - ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 690-691.
Philip
Schaff: “Let
us remember also that it was not simply a case of fundamental heresy, but of
horrid blasphemy, with which he had to deal. If he was mistaken, if he
misunderstood the real opinions of Servetus, that was an error of judgment, and
an error which all the Catholics and Protestants of that age shared” - ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 691.
Philip
Schaff: “It
is not surprising that this book gave great offence to Catholics and Protestants
alike, and appeared to them blasphemous. Servetus calls the Trinitarians
tritheists and atheists. He frivolously asked such questions as whether God had
a spiritual wife or was without sex. He calls the three gods of the Trinitarians
a deception of the devil, yea (in his later writings), a three-headed monster”
- ‘History
of the Christian Church’, vol VIII, hal 718-719.
Philip
Schaff: “Servetus
charges the Reformed Christians of Geneva that they had a gospel without a God,
without true faith, without good works; and that instead of the true God they
worshipped a three-headed Cerberus” - ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 731.
Catatan:
Cerberus = anjing berkepala tiga yang menjaga Hades dalam mitologi Romawi dan
Yunani (Webster’s New World Dictionary, College Edition).
Philip
Schaff: “He
calls all Trinitarians ‘tritheists’ and ‘atheists.’
They
have not one absolute God, but a three-parted, collective, composite God - that
is, an unthinkable, impossible God, which is no God at all. They worship three
idols of the demons, - a three-headed monster, like the Cerberus of the Greek
mythology. One of their gods is unbegotten, the second is begotten, the third
proceeding. One died, the other two did not die. Why is not the Spirit begotten,
and the Son proceeding? By distinguishing the Trinity in the abstract from the
three persons separately considered, they have even four gods. The Talmud and
the Koran, he thinks, are right in opposing such nonsense and blasphemy”
- ‘History
of the Christian Church’, vol VIII, hal 741-742.
Philip
Schaff: “Shortly
after the publication of the ‘Restitution,’ the fact was made known to the
Roman Catholic authorities at Lyons through Guillaume Trie, a native of Lyons
and a convert from Romanism, residing at that time in Geneva. He corresponded
with a cousin at Lyons, by the name of Arneys, a zealous Romanist, who tried to
reconvert him to his religion, and reproached the Church of Geneva with the want
of discipline. On the 26th of February, 1553, he wrote to Arneys that in Geneva
vice and blasphemy were punished, while in France a dangerous heretic was
tolerated, who deserved to be burned by Roman Catholics as well as Protestants,
who blasphemed the holy Trinity, called Jesus Christ an idol, and the baptism of
infants a diabolic invention. He gave his name as Michael Servetus, who called
himself at present Villeneuve, a practising physician at Vienne. In confirmation
he sent the first leaf of the ‘Restitution,’ and named the printer Balthasar
Arnoullet at Vienne. This letter, and two others of Trie which followed, look
very much as if they had been dictated or inspired by Calvin. Servetus held him
responsible. But Calvin denied the imputation as a calumny. At the same time he
speaks rather lightly of it, and thinks that it would not have been dishonorable
to denounce so dangerous a heretic to the proper authorities. He also frankly
acknowledges that he caused his arrest at Geneva. He could see no material
difference in principle between doing the same thing, indirectly, at Vienne and,
directly, at Geneva. He simply denies that he was the originator of the papal
trial and of the letter of Trie; but he does not deny that he furnished material
for evidence, which was quite well known and publicly made use of in the trial
where Servetus’s letters to Calvin are mentioned as pieces justificatives.
There can be no doubt that Trie, who describes himself as a comparatively
unlettered man, got his information about Servetus and his book from Calvin, or
his colleagues, either directly from conversation, or from pulpit denunciations.
We must acquit Calvin of direct agency, but we cannot free him of indirect
agency in this denunciation. Calvin’s indirect agency, in the first, and his
direct agency in the second arrest of Servetus admit of no proper justification,
and are due to an excess of zeal for orthodoxy”
- ‘History
of the Christian Church’, vol VIII, hal 757-759.
Philip
Schaff: “The
final responsibility of the condemnation, therefore, rests with the Council of
Geneva, which would probably have acted otherwise, if it had not been strongly
influenced by the judgment of the Swiss Churches and the government of Bern. Calvin
conducted the theological part of the examination of the trial, but had no
direct influence upon the result. His theory was that the Church may
convict and denounce the heretic theologically, but that his
condemnation and punishment is the exclusive function of the State,
and that it is one of its most sacred duties to punish attacks made on the
Divine majesty. ‘From the time Servetus was convicted
of his heresy,’ says Calvin, ‘I have not uttered a word about his
punishment, as all honest men will bear witness; and I challenge even the
malignant to deny it if they can.’ One
thing only he did: he expressed the wish for a mitigation of his punishment. And
this humane sentiment is almost the only good thing that can be recorded to his
honor in this painful trial”
- ‘History
of the Christian Church’, vol VIII, hal 767-768.
Philip
Schaff: “...
the wish of Calvin to substitute the sword for the fire was overruled” (= ... keinginan Calvin untuk menggantikan api dengan pedang
ditolak) - ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 781-782.
Philip
Schaff: “The
severest charge against him is blasphemy. Bullinger remarked to a Pole that if
Satan himself should come out of hell, he could use no more blasphemous language
against the Trinity than this Spaniard;
and Peter Martyr, who was present, assented and said that such a living son of
the devil ought not to be tolerated anywhere. We cannot even now read some of
his sentences against the doctrine of the Trinity without a shudder. Servetus
lacked reverence and a decent regard for the most sacred feelings and
convictions of those who differed from him” - ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 781-788.
19)
Kesan yang didapat adalah: ia anggap dan nyatakan gerejanya sebagai
‘the only true church’, dan anjurkan orang pindah ke gerejanya! Katolik,
Kharismatik, Calvinist, tokoh-tokoh reformasi (Martin Luther, Calvin, dsb),
semua digempur.
Tanggapan
Budi Asali:
Saya
menganggap semua orang yang menganggap gerejanya sebagai ‘the only true
church’, sebagai orang-orang sesat. Saksi Yehuwa mempunyai pandangan seperti
itu, dan Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh juga mempunyai kepercayaan seperti
itu, dan itu saya anggap sebagai salah satu bukti kesesatan mereka.
Saya
sering mengecam banyak pendeta dan gereja sebagai sesat, tetapi saya tidak
pernah punya anggapan / pemikiran / kepercayaan bahwa gereja saya adalah ‘the
only true church’!
-o0o-
e-mail us at [email protected]
Url/alamat website : http://golgothaministry.org atau
http://www.golgothaministry.org