Baptisan
selam atau non selam?
Steven
Liauw VS Budi Asali
6) Baptisan harus selam,
kalau tidak seperti Kain yang beri persembahan hasil bumi dan bukan binatang.
Kata Yunani BAPTIZO artinya dicelup / direndam. Jadi, orang yang dibaptis percik
sama saja dengan belum dibaptis! (ajaran Suhento Liauw dalam seminar Eskatologi
di Surabaya, tanggal 1 Juni 2012)
Tanggapan Budi Asali:
Dalam seminar itu mula-mula
ia mengatakan baptisan itu bukan merupakan sesuatu yang hakiki untuk
keselamatan, tetapi anehnya pada waktu menekankan keharusan baptisan selam, ia
mengatakan bahwa orang yang menggunakan baptisan percik adalah seperti Kain,
yang bukannya mempersembahkan binatang tetapi mempersembahkan tanaman. Bukankah
ia menjadikannya sebagai sesuatu yang bersifat hakiki / mutlak untuk
keselamatan? Ia secara bodoh mengajarkan sesuatu yang bertentangan dengan
ajarannya di bagian depan.
Ajaran Baptis dari dulu
adalah bahwa baptisan tidak menyelamatkan. Tetapi kaum Baptis serius menanggapi
perintah Tuhan untuk membaptiskan! Bukan memercikkan atau menuangkan, atau
mengibarkan bendera atas, atau mengelap badannya, atau yang lainnya! Dr. Suhento
Liauw telah membuat jelas di awal bahwa baptisan tidak menyelamatkan. Lalu dia
membandingkan baptisan percik dengan Kain yang mengubah binatang menjadi
tanaman. Oleh Budi Asali ini dilihat sebagai pertentangan, karena Kain tidak
selamat.
Tanggapan balik Budi Asali:
Tidak, pada awalnya Suhento Liauw mengatakan bahwa Kain salah dalam
memberi persembahan, karena bukan binatang. Habel yang benar, beri binatang,
jadi ada darah. Jadi, kesalahan Kain sifatnya hakiki!
Lalu Suhento Liauw memutlakkan baptisan selam, dan menyamakan dengan
tindakan Kain, berarti ia menjadikan cara / mode baptisan sebagai sesuatu yang
hakiki!
Baik Suhento Liauw, maupun Dji Ji Liong, maupun anda saat ini, tak
bisa mengharmoniskan hal itu. Kalian berusaha menyimpangkannya! Jangan harap
lakukan hal seperti itu dalam debat tanggal 24 Agustus nanti!
Ini karena dia melihat
analoginya terletak pada kondisi keselamatannya. Padahal dalam suatu
perbandingan akan dua hal, tidak semua aspek dibandingkan. Nah, apa yang sama
antara baptisan percik dengan korban Kain? 1. Keduanya semestinya menggambarkan
keselamatan. Baptisan menggambarkan kematian dan kebangkitan bersama Yesus (Roma
6:3-4). Korban domba (binatang) menggambarkan pengorbanan Yesus. 2. Keduanya
menyelewengkan gambaran ini. Pemercikan tidak menggambarkan mati dan bangkit
bersama Yesus. Tanaman yang dikorbankan Kain juga tidak menggambarkan Yesus
Kristus. Inilah letak persamaannya, dan inilah aspek yang diperbandingkan oleh
Dr. Suhento Liauw. Sayang sekali, perjudice Budi Asali membuat dia gagal melihat
hal ini. Bukannya dia menafsirkan pengajaran Dr. Suhento Liauw berdasarkan
pernyataannya yang awal, dia malah mencari kesalahan. Dengan asumsi dan teknik
yang sama inilah banyak kritik “menemukan” pertentangan dalam Alkitab.
Tetapi kalau kita tidak berprasangka, kita bisa mengharmonisasikannya.
Tanggapan balik Budi Asali:
Ro 6:3-4 sama sekali tak berurusan dengan baptisan, apalagi selam,
percik atau apapun! Baca kalimat dari ayat itu baik-baik!
Ro 6:3-4 - “(3) Atau tidak
tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis
dalam kematianNya? (4) Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama
dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah
dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan
hidup dalam hidup yang baru”.
Merupakan suatu penafsiran yang
dipaksakan kalau ada orang yang menganggap ayat ini sebagai ayat yang mendukung
baptisan selam. Ayat ini hanya memaksudkan bahwa baptisan (tentu saja harus
didahului dengan iman yang sejati kepada Kristus) mempersatukan kita dengan
Kristus, sehingga kita mati dengan Dia, dikubur dengan Dia, dan bangkit dengan
Dia.
Charles
Hodge: “The
reference is not to the mode of baptism, but to its effect. Our baptism unites
us to Christ, so that we died with him, and rose with him”
(= Ini tidak menunjuk pada cara baptisan, tetapi akibat / hasilnya. Baptisan
kita mempersatukan kita dengan Kristus, sehingga kita mati dengan Dia, dan
bangkit dengan Dia) - ‘Romans’,
hal 300.
Tafsiran
anda tentang text ini gugur, dan dengan demikian gugur juga seluruh kata-kata
anda di atas.
Tak
ada prejudice (= prasangka) dari pihak saya. Bahkan dalam seminar itu ada juga
seorang pemuda yang bertanya tentang hal yang sama. Dia juga prejudice? Kok bisa
2 orang kebetulan punya prejudice yang sama? Saya percaya, yang punya prejudice
itu adalah anda! Pertanyaan kami berdua sangat logis, dan sah, dan seharusnya
dijawab. Mengapa Suhento Liauw menghindari pertanyaannya dengan membahas panjang
lebar tentang baptisan selam? Kalau memang seminar itu ada rekamannya,
dengarkan!
Andaikata baptisan percik memang salah, dan selam adalah satu-satunya yang benar, saya tanya: kalau seseorang, karena yakin bahwa percik sudah cukup, dan tidak diselam, tetapi ia percaya Yesus dengan sungguh-sungguh dan dengan benar, ia selamat atau tidak??
Kata Yunani BAPTIZO memang
bisa berarti ‘celup’ atau ‘rendam’, tetapi tidak harus berarti seperti
itu! Akan saya buktikan dari penggunaan kata itu dalam Alkitab sendiri.
1. Mark 7:4 - “dan
kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu
membersihkan dirinya. Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal
mencuci (BAPTISMOUS) cawan, kendi dan perkakas-perkakas tembaga”.
KJV: ‘And
when they come from the market, except they wash, they eat not. And many other
things there be, which they have received to hold, as the washing of cups, and
pots, brasen vessels, and of tables’ (= Dan pada waktu mereka
pulang dari pasar, kecuali mereka mencuci, mereka tidak makan. Dan banyak
hal-hal lain yang mereka terima untuk dipegang, seperti pencucian cawan, belanga
/ panci, bejana / tempat dari tembaga, dan meja-meja).
Kata-kata ‘and
of tables’ (= dan meja-meja) tidak ada dalam terjemahan-terjemahan yang lain,
tetapi footnote NIV memberikan keterangan bahwa ada beberapa manuscripts yang
kuno yang memberikan kata-kata itu.
Kalau kata-kata itu memang
orisinil, maka itu makin jelas membuktikan bahwa pembaptisan / pencucian dalam
ayat ini tidak dilakukan dengan merendam, karena bagaimana mungkin orang
merendam meja? Berapa besarnya bak cuci yang dibutuhkan? Jauh lebih masuk akal,
bahwa pencucian dilakukan dengan mencurahkan air ke benda yang akan dicuci
tersebut. Dan kalau kata-kata itu tidak orisinil, tetap aneh bahwa orang mencuci
belanga, dsb dengan cara merendam. Biasanya orang mencuci barang-barang itu
dengan mencurahkan air ke benda tersebut.
2. Luk 11:38 - “Orang
Farisi itu melihat hal itu dan ia heran, karena Yesus tidak mencuci (EBAPTISTHE) tanganNya
sebelum makan”.
Orang mencuci tangan tidak
harus merendam tangannya dalam air, tetapi bisa dengan mencurahkan air pada
tangan. Jadi jelas bahwa ‘baptis’ di sini tidak harus berarti ‘celup /
selam’.
3. 1Kor 10:2 - ‘dibaptis
dalam awan dan dalam laut’.
Kata Yunaninya adalah
EBAPTISANTO. Dua hal yang harus diperhatikan:
a. Orang Israel berjalan di
tempat kering (Kel 14:22). Yang terendam air adalah orang Mesir!
b. Awan tidak ada di atas
mereka, tetapi di belakang mereka (Kel 14:19-20). Juga awan itu tujuannya untuk
memimpin / melindungi Israel; itu bukan awan untuk memberi hujan. Kalau toh awan
itu memberi hujan, itu lebih cocok dengan baptisan percik, bukan selam. Jadi
jelas bahwa orang Israel tidak direndam / diselam dalam awan dan dalam laut!
Barnes’ Notes: “This passage is a very important one to prove that the word baptism
does not necessarily mean entire immersion in water. It is perfectly clear that
neither the cloud nor the waters touched them” (= Text ini adalah text yang sangat penting untuk membuktikan bahwa
kata baptisan tidak harus berarti penyelaman seluruhnya di dalam air. Adalah
sangat jelas bahwa baik awan maupun air tidak menyentuh mereka).
4. Ibr 9:10 - “karena
semuanya itu, di samping makanan minuman dan pelbagai macam pembasuhan (BAPTISMOIS),
hanyalah peraturan-peraturan untuk hidup insani, yang hanya berlaku sampai
tibanya waktu pembaharuan”.
Catatan: ada edisi Kitab
Suci Indonesia yang mengatakan ‘pelbagai macam
persembahan’. Ini salah cetak, dan dalam edisi yang baru sudah diperbaiki.
Terjemahan Lama:
‘berbagai-bagai basuhan’.
NASB: various
washings (= bermacam-macam pembasuhan).
NIV: various
ceremonial washings (= bermacam-macam pembasuhan yang bersifat
upacara keagamaan).
RSV:
various
ablutions (= bermacam-macam pembersihan / pencucian).
KJV:
divers
washings (= bermacam-macam pembasuhan).
Kata
Yunaninya adalah BAPTISMOIS.
Jadi terjemahan hurufiahnya adalah ‘bermacam-macam baptisan’.
Kalau kita memperhatikan
kontex dari Ibr 9 itu, maka pasti Ibr 9:10 ini menunjuk pada ‘pemercikan’
dalam Ibr 9:13,19,21. Karena itu jelas bahwa di sini kata ‘baptis’ tidak
diartikan selam / celup, tetapi percik.
Untuk membuktikan makna baptizo sebenarnya tidak terlalu sulit bagi mereka yang terbuka
pikirannya, bukan sekedar mempertahankan praktek gerejanya. Baiklah, saya akan
kutipkan saja dari lexicon (kamus). Kita mulai dengan lexicon Liddell and Scott.
Mengapa Liddell and Scott? Karena Liddell and Scott adalah lexicon Yunani
klasik. Artinya, tidak seperti banyak lexicon lain yang bersifat religius (dan
oleh karena itu berpotensi terdapat bias karena sebagian ditulis oleh pendukung
'pemercikan'), Liddell and Scott (disingkat LS), terutama mengkaji arti kata
Yunani secara sekuler. Memang PB mereka masukkan juga dalam pertimbangan, tetapi
mereka melihat secara luas ke tulisan-tulisan Yunani klasik. Lexicon ini
memberitahu kita apa arti
baptizo bagi orang di jalanan Yunani pada zaman Yesus.
Dalam Bibleworks, LS
memberikan definisi berikut:
“βαπτίζω, f. Att. ιῶ, to dip in or under water; metaph., βεβαπτισμένοι
soaked in wine, Plat.; ὀφλήμασι
βεβ.
over head and ears in debt, Plut. 2. to baptize, τινά N.T.:-Pass., βαπτίζεσθαι
εἰς μετάνοιαν,
εἰς ἄφεσιν
ἁμαρτιῶν Ib.:-Med. to get oneself baptized, Ib. Hence βάπτισμα”
Catatan: komputer saya kelihatannya tak
punya font yang tepat sehingga muncul kotak2.
LS hanya memberikan dua
poin. Poin nomor 2-nya tidak banyak menolong untuk kita, karena sekedar
memberitahu bahwa kata ini muncul juga dalam PB, dan diterjemahkan “to
baptize.” Namun yang ingin kita tahu adalah arti literal dari baptizo. Orang-orang berbahasa
Yunani di zaman Yesus, ketika membaca kata baptizo, apakah yang mereka tangkap? LS
hanya memberikan satu: Arti literal dari baptizo bagi orang Yunani adalah: “to
dip” (mencelupkan).
Ada pengertian metafor,
itu jelas. Semua kata dalam bahasa apapun bisa dipakai secara figuratif. LS
memberi contoh dalam tulisan Plato (tercelup dalam anggur) dan Plutarch
(terbenam dalam hutang).Dalam Perjanjian Baru, LS memberikan sekedar “to
baptize,” yang tidak lebih dari transliterasi. Jadi,orang-orang di zaman Yesus
yang berbahasa Yunani, ketika mendengarkan kata “baptizo,” mengerti kata itu
sebagai “to dip,” atau “to immerse” (mencelupkan, membenamkan,
menyelamkan).
Tanggapan balik Budi Asali:
Saya punya kamus / lexicon Liddell dan Scott, dan kamus itu menurut
saya relatif cukup tipis, dan khususnya pemberian arti juga sangat ringkas.
Dalam kata BAPTIZO, pemberian arti dalam kamus LS itu hanya 6 baris!
Saya sangat sering mengutip dari buku kutipan-kutipan dalam bahasa
Inggris dan lalu menterjemahkannya menggunakan Kamus. Kalau kamus tipis yang
digunakan, biasanya hanya arti-arti yang umum yang diberikan. Tetapi kamus
tebal, seperti Webster, maka arti-arti yang tidak umumpun juga diberikan.
Jadi, mengingat Kamus LS itu tipis, jelas ia tidak memberikan semua
arti dari BAPTIZO, tetapi memberikan arti utama saja dari BAPTIZO.
Tetapi dalam Lexicon dari Walter Bauer (hal 131), yang jauh lebih
lengkap dari kamus LS, ia memberikan penjelasan / arti tentang kata BAPTIZO
dalam kira-kira 152 baris (hal
131-132), lebih dari 1 halaman penuh!
Di sana diberikan arti lain selain ‘immersion’ (pencelupan), yaitu
‘wash’ (mencuci). Juga dihubungkan dengan ‘Jewish ritual washing’
(pencucian ritual Yahudi), dan diberi contoh ayat seperti yang saya gunakan,
yaitu Mark 7:4 dan Luk 11:38.
Anda mengatakan bahwa Kamus LS itu sekuler??? Terus terang saya baru tahu sekarang. Tetapi saya bertanya-tanya
‘kalau sekuler mengapa pada point ke 2 ia menghubungkan dengan Perjanjian
Baru’?
Saya berpendapat, mengingat kita sedang membicarakan sesuatu yang rohani, dan bukan sekuler, justru adalah sangat
tidak tepat untuk menggunakan kamus sekuler!
Contoh: kamus Inggris - Indonesia karangan John M. Echols dan Hassan
Shadily, jelas adalah kamus sekuler. Kalau kita mencari arti dari kata yang rohani, seperti ‘grace’, dalam
kamus itu, apa yang kita dapatkan? ‘gaya yang lemah gemulai, keanggunan,
keapikan’, lalu ‘perpanjangan waktu’, lalu ‘doa kecil’. Bagus sekali
bukan? Tak ada arti ‘kasih karunia’ sama sekali!
Cari lagi kata ‘gracious’ dalam kamus itu, dan arti yang
diberikan adalah ‘sangat ramah’. Hebat sekali!
Sekarang kembali pada Ibr 9:10 itu. Di situ jelas digunakan kata
Yunani BAPTISMOIS. Jadi terjemahan hurufiahnya adalah ‘bermacam-macam
baptisan’. Kalau BAPTIZO memang harus berarti ‘pencelupan’ /
‘perendaman’, mengapa di sini tak ada satu versi Alkitabpun yang
menterjemahkan demikian? Kitab Suci Indonesia menterjemahkan ‘pembasuhan’,
dan Kitab Suci bahasa Inggris menterjemahkan ‘washings’ (= pencucian /
pembasuhan), atau ‘ablutions’ (= pembersihan / pencucian)!
Mau bukti lebih banyak lagi dari buku tafsiran, lexicon, dictionary,
encyclopedia?
James
Strong, A Concise Dictionary: wash.
(Libronix).
Barclay
M. Newman, Jr. (A Concise Greek - English Dictionary of the New Testament): baptize, wash.
Vincent (tentang Mark 7:4):
“In Classical Greek the primary meaning is "to immerse."
Thus, Polybius (i., 51, 6), describing a naval battle of the Romans and
Carthaginians, says, "They SANK ebaptizon
many
of the shiPs." Josephus ("Jewish War," iv., 3, 3),
says of the crowds which flocked into Jerusalem at the time of the siege,
"They OVERWHELMED ebaptisan
the
city." In a metaphorical sense Plato uses it of drunkenness: DROWNED
in drink (bebaptismenoi,
"Symposium," 176); of a youth OVERWHELMED baptizomenon with the argument of his adversary ("Euthydemus," 277). In
the Septuagint the verb occurs four times: Isa 21:4, "Terror hath
frighted me." Septuagint, "Iniquity baptizes me" baptizei; 2 Kings 5:15, of Naaman's DIPPING himself in the Jordan
river. ebaptisato;
Jdt 12:7, Judith WASHING herself ebaptizeto
at
the fountain; Ecclus 31:25, being BAPTIZED baptizomenos
from
a dead body. The New Testament use of the word to denote submersion for a
religious purpose, may
be traced back to the Levitical washings. See Lev 11:32 (of vessels); Lev
11:40 (of clothes); Num 8:6-7 (sprinkling with purifying water); Ex
30:19,21 (of washing hands and feet). The word appears to have been at that
time the technical term for such washings (compare Luke 11:38; Heb
9:10; Mark 7:4), and could not therefore have been limited to the
meaning of "immerse." Thus, the washing of pots and vessels for
ceremonial purification could not have been by plunging them in water, which
would have rendered impure the whole body of purifying water. The word may be
taken in the sense of washing or sprinkling.
"The Teaching of the Apostles" (see the notes at Matt 10:10)
throws light on the elastic interpretation of the term, in its directions for
baptism. "Baptize-in living (i.e., running) water. But if thou hast not
living water, baptize in other water; and if thou canst not in cold, then in
warm. But if thou hast neither, pour
water upon the head thrice
into the name of the Father, and of the Son, and of the Holy Spirit"
(Chapter VII)”
(= ).
Easton’s Bible Dictionary
(tentang ‘baptism’): “The
words "baptize" and "baptism" are simply Greek words
transferred into English. This was necessarily done by the translators of the
Scriptures, for no literal translation could properly express all that is
implied in them. The
mode of baptism can in no way be determined from the Greek word rendered
"baptize." Baptists say that it means "to dip," and nothing
else. That is an incorrect view of the meaning of the word.
It means both (1) to dip a thing into an element or liquid, and (2) to put an element or liquid over or on it. Nothing
therefore as to the mode of baptism can be concluded from the mere word used. The word has a wide latitude of meaning, not only in the New
Testament, but also in the LXX. Version of the Old Testament, where it is used
of the
ablutions and baptisms required by the Mosaic law. These were effected by
immersion, and by
affusion and sprinkling;
and the same word, "washings" (Heb 9:10,13,19,21) or
"baptisms," designates them all.
In the New Testament there cannot be found a single well-authenticated instance
of the occurrence of the word where it necessarily means immersion. Moreover,
none of the instances of baptism recorded in the Acts of the Apostles (2:38-41;
8:26-39; 9:17,18; 22:12-16; 10:44-48; 16:32-34) favours the idea that it was
by dipping the person baptized, or by immersion, while in some of them such a mode was highly improbable. The gospel and its ordinances are designed for the whole world,
and it cannot be supposed that a form for the administration of baptism would
have been prescribed which
would in any place (as in a tropical country or in polar regions) or under any
circumstances be inapplicable or injurious or impossible.
Baptism and the Lord's Supper are the two symbolical ordinances of the New
Testament. The Supper represents the work of Christ, and Baptism the work of the
Spirit. As
in the Supper a small amount of bread and wine used in this ordinance exhibits
in symbol the great work of Christ, so in Baptism the work of the Holy Spirit is
fully seen in the water poured or sprinkled on the person in the name of the
Father, Son, and Holy Ghost. That which is essential in baptism is only "washing with
water," no mode being specified and none being necessary or essential to
the symbolism of the ordinance. The
apostles of our Lord were baptized with the Holy Ghost (Matt 3:11) by his
coming upon them (Acts 1:8). The fire also with which they were baptized
sat upon them. The extraordinary event of Pentecost was explained by Peter as a
fulfilment of the ancient promise that the Spirit would be poured out in the
last days (2:17). He uses also with the same reference the expression
shed forth as descriptive of the baptism of the Spirit (33). In the
Pentecostal baptism "the apostles were not dipped into the Spirit, nor
plunged into the Spirit; but the Spirit was shed forth, poured out, fell on them
(11:15), came upon them, sat on them." That was a real and true baptism. We are warranted from such
language to conclude that in like manner when water is poured out, falls, comes
upon or rests upon a person when this ordinance is administered, that person is
baptized. Baptism
is therefore, in view of all these arguments "rightly administered by
pouring or sprinkling water upon the person."”
(= ).
Catatan: satu hal ingin
saya tekankan dari kutipan di atas ini. Murid-murid Yesus dibaptis dengan Roh
Kudus. Dengan cara bagaimana? Direndam dengan Roh Kudus? Nonsense! Roh Kudus
dalam bentuk seperti nyala api hinggap di atas mereka (Kis 2:3) dan Roh Kudus turun
ke atas orang-orang percaya, dan itu oleh Petrus dianggap sama seperti waktu
Roh Kudus turun ke atas mereka (Kis 11:15).
Kis 11:15 - “Dan ketika aku
mulai berbicara, turunlah Roh Kudus ke atas mereka, sama seperti dahulu ke atas kita”.
McClintock and Strong
Encyclopedia (tentang ‘baptism’):
“Baptism. A rite of purification or initiation, in which water is
used; one of the sacraments (q.v.) of the Christian Church. The word baptism
is simply an Anglicized form of the Greek baptismo/$,
a verbal noun from bapti/zw
(likewise
Anglicized "baptize"), and this, again, is a derivative from ba/ptw,
the predominant signification of which latter is to whelm
or "dye," Lat. tingo. Not
being a verb implying motion, bapti/zw is properly followed in Greek by the preposition e)n,
denoting the means or method (with the
"instrumental dative"), which has unfortunately, in the Auth. Engl.
Vers., often been rendered by the ambiguous particle "in," whereas it
really (in this connection) signifies only with
or by, or at most merely
designates the locality where the act is performed. The derivative verb and noun
are sometimes used with reference to ordinary lustration, and occasionally with
respect to merely secular acts; also in a figurative sense. In certain cases it
is followed by the preposition ei)$, with the meaning "to," "for," or
"unto," as pointing out the design
of the act, especially in phrases (comp. pisteu/ein ei)$) expressive of the covenant or relation of which this rite was the
seal. (In Mark 1:9, the ei)$ depends upon h@lqen preceding; and in Mark 14:20, there is a constructio
praegnans by which some other verb of motion is to be supplied before the
preposition.) On these and other applications of the Greek word, see Robinson's Lex. of the N. T. s.v.; where, however (as in some other Lexicons),
the statement that the primary force of the verb is "to dip, immerse,"
etc., is not sustained by its actual usage and grammatical construction. This
would always require e)n, "into," after it; which occurs in 15 examples only out
of the exhaustive list (175) adduced by Dr. Conant (Meaning and Use of Baptizein, N. Y. 1860); and a closer and more
critical examination will show that it is only the context and association of
the word that in any case put this
signification upon it, and it is therefore a mere gloss or inference to assign
this as the proper sense of the term. The significations "plunge,"
"submerge," etc., are here strictly derived, as cognates, from the more general and primitive one of
that complete envelopment with a liquid which a thorough wetting, saturation, or
dyeing usually implies. In like manner, Dr. E. Beecher (in a series of articles
first published in the Am. Bib. Repos. during
1840 and 1841) has mistaken the allied or inferential signification of
purification for the primitive sense of the word, whereas it is only the
result expected or attendant in the act of washing. See further below. As
preliminary to the theological discussion of this subject, it will be proper
here to discuss, more fully than can be conveniently done elsewhere, the
classical and Biblical uses of the word, and some subordinate topics, reserving
the controverted points for later consideration. I. Philological Usage of the
Word bapti/zein.
—
1. By Classical Writers. — No
instance occurs in these writers of the use of ba/ptisma, and only one in a very late author (Antyllus) of the use of its
equivalent baptismo/$;
but the verb occurs frequently, especially in the later writers. It is used to
designate: (1.) The washing of an object
by dipping it into water, or any other
fluid, or quasi-fluid, for any purpose whatever: as ba/ptison seauto\n ei)$ qa/lassan, "bathe yourself by going into the sea" (Plut. Maor.
p. 166 A.); bapti/zein
to\n Dio/nuson pro\$ th\n qa/lattan (Ibid. p. 914). (2.) The
plunging or sinking of an object: as Ou)de\
ga\r toi=$ a)kolu/mboi$ bapti/zesqai sumbai/nei cu/lwn tro\pon e)pipola/zousi,
where bapti/zesqai,
in the sense of "submersed," is contrasted with e)pipola/zousi, in the sense of "float;" e)n
u%dasi gene/sqai th\n porei/an sune/bh, me/xri o)mfalou= baptizome/nwn,
being in water up to the navel (Strabo, Geogr. xiv, p. 667); mo/li$ e%w$ tw=n mastw=n o%i pezoi\ baptizo/menoi die/bainon (Polyb. in). So Pindar says (Pyth.
2:145), a)ba/ptisto/$
ei)mi, fello\$ w%$, where the cork of the fisherman is. styled unbaptized, in contrast
with the net which sinks into the water. From this, by metonomy of cause for
effect, is derived the sense to drown,
as e)ba/ptis) ei)$ to\n oi@non, "I whelmed him in the wine" (Julian AEgypt. Anacreont.).
(3.) The
covering over of any object by the flowing or pouring of a fluid on it; and metaphorically (in the passive), the being overwhelmed or oppressed: thus the Pseudo-Aristotle speaks of
places full of bulrushes and sea-weeds, which, when the tide is at the ebb, are
not baptized (i. e. covered by the water), but at full tide are flooded over (Mirabil.
Auscult. § 137, p. 50, in Westermann's edit. of the Script.
Rer. Mir. Gr.); Diodorus Siculus (bk. 1) speaks of land animals being
destroyed by the river overtaking them (diafqei/retai baptizo/mena); Plato and Athenaeus describe men in a state of ebriety as
baptized (Sympos. p. 176 B.; and Deipnos.v.);
and the former says the same of a youth overwhelmed with sophistry (Euthyd.
277 D.); Plutarch denounces the forcing of knowledge on children beyond what
they can receive as a process by which the soul is baptized (De
Lib. educ.); and he speaks of men as baptized by debts (Galbae,
c. 21); Diodorus Siculus speaks of
baptizing people with tears (bk. 1, c., 3); and Libanius says, "He who
hardly bears what he now bears, would be baptized by a little addition" (Epist.
310), and "I am one of those baptized by that great wave" (Ep.
25). (4.) The
complete drenching of an object, whether by aspersion
or immersion; as )Asko\$ bapti/zh|, du=nai de\ toi ou) qe/mi$ e)sti,
"As a bladder thou shalt be washed (i. e. by the waves breaking over thee),
but thou canst not go down" (Orac.
Sibyll. de Athenis, ap. Plutarch, Thesei).
From this it appears that in classical usage bapti/zein is not fixed to any special mode of applying the baptizing element
to the object baptized; all that is implied by the term is, that the former is
closely in contact with the latter, or that the latter is wholly in the former.
2. By the Septuagint. — Here the
word occurs only four times, viz. 2 Kings 5:14: "And Naaman went
down and baptized himself (e)bapti/sato) seven times in the river Jordan," where the original Hebrew
is lB)f=y!w^,
from lb^f*, to dip, plunge,
immerse; Isa 21:4,6 Iniquity baptizes me" (h(
a)nomi/a me bapti/zei),
where the word is plainly used in the sense of overwhelm,
answering to the Hebrews tu^B*,
to come upon suddenly, to
terrify; Jdt 12:7, "She went out by night . . . and baptized
herself (e)bapti/zeto)
at the fountain;" and Ecclus 31:30, [Ecclus 1:34], "He
who is baptized from a corpse" (baptizome/no$ a)po\ nekrou=), etc. In these last two instances the word merely denotes washed,
without indicating any special mode by which this was done, though in the former
the circumstances of the case make it improbable that the act described was that
of bathing (comp. Num 19:19). In the Greek, then, of the Sept., bapti/zein
signifies
to plunge, to bathe, or to overwhelm. It
is never used to describe the act of one who dips another object into a fluid,
or the case of one who is dipped by another. 3. In the New Testament. — Confining our notice here simply to the
philology of the subject, the instances of this usage may be classified thus:
(1.) The verb or noun alone, or
with the object baptized merely: as baptisqh=nai,
Matt 3:13,14; baptisqei/$,
Mark 16:16; bapti/zwn,
Mark 1:4; bapti/swntai,
7:4; bapti/cei$,
John 1:25; e)ba/ptisa,
1 Cor 1:14, etc.; ba/ptisma
au)tou=,
Matt 3:7; e^n
ba/ptisma,
Eph 4:5; ba/ptisma,
Col 2:12; 1 Peter 3:21, etc.; baptismou\$ pothri/wn, Mark 7:4,8; baptismw=n didaxh=$, Heb 6:2; diafo/roi$ baptismoi=$, 9:10. (2.) With addition of
the element of baptism: as e)n u%dati, Mark 1:8, etc.; e)n pneu/mati a(gi/w| kai\ puri/, Matt 3:11, etc.; u%dati, Luke 3:16, etc. The force of e)n
in
such formulse has by some been pressed, as if it indicated that the object of
baptism was in the element of baptism; but by most the e)n is regarded as merely the nota
dativi, so that e)n u%dati means no more than the simple u%dati, as the e)n ploi/w| of Matt 14:13, means no more than the ploi/w|
of
Mark 6:32. (See Matthiae, sec. 401, obs. 2; Kuhner, sec. 585, Anm. 2.)
Only in one instance does the accusative appear in the N. T., Mark 1:9,
where we have ei)$
to\n )Iorda/nhn, and this can hardly be regarded as a real exception to the
ordinary usage of the N. T., because ei)$ here is local rather than instrumental. In connection with this may
be noticed the phrases katabai/nein ei)$ to\ u%dwr, and a)pobai/nein e)k or a)po\ tou= u%dato$. According to some, these decisively prove that the party baptized,
as well as the baptizer, went down into the water, and came up out
of it. But, on the other hand, it is contended that the phrases do not
necessarily imply more than that they went to (i. e. to the margin of) the water
and returned thence. (3.) With
specification of the end or purpose for which the baptism is effected. This
is usually indicated by ei)$: as bapti/zonte$ ei)$ to\ o&noma, Matt 28:19, and frequently; e)bapti/sqhmen
ei)$ Xristo/n . . . ei)$ to\n qa/naton au)tou=, Rom 6:3, al.; ei)$ to\n Mwush=n e)bapti/sqhsan, 1 Cor 10:3; ei)$ e%n sw=ma e)bapti/sqhmen, 12:13; baptisqh/tw e%kasto$ . . . ei)$ a&fesin a(martiw=n,
Acts 2:38, etc. In these cases ei)$ retains its proper significancy, as indicating the terminus
ad quem, and tropically, that for which,
or with a view to which the thing is done, modified according as this
is a person or a thing. Thus, to be baptized for Moses, means to be baptized
with a view to following or being subject to the rule of Moses; to be baptized
for Christ means to be baptized with a view to becoming a true follower of
Christ; to be baptized for his death means to be baptized with a view to the
enjoyment of the benefits of his death; to be baptized for the remission of sins
means to be baptized with a view to receiving this; to be baptized for the name
of any one means to be baptized with a view to the realization of all that the
meaning of this name implies, etc. In one passage Paul uses u(pe\r
to
express the end or design of baptism, baptizo/menoi u(pe\r tw=n nekrw=n, 1 Cor 15:29; but here the involved idea of substitution
justifies the use of the preposition. Instead of a preposition, the genitive
of object is sometimes used, as ba/ptisma
metanoi/a$ Luke
3:3,
al.= ba/ptisma
ei)$ metanoi/an,
the baptism which has metanoi/a as its end and purpose. (4.) With
specification of the ground or basis on which the baptism rests. This is
expressed by the use of e)n in the phrases e)n o)no/mati ti/no$, and once by the use of e)pi/ with the dative, Acts 2:38: "to be baptized on the name
of Christ, i. e. so that the baptism is grounded on the confession of his
name" (Winer, p. 469). Some regard these formulae as identical in meaning
with those in which ei)$ is used with o&noma, but the more exact scholars view them as distinct. The two
last-mentioned usages are peculiar to the N. T., and arise directly from the new
significancy which its writers attached to baptism as a rite. II. Non-ritual
Baptisms mentioned in the N. T. — These are: 1. The baptism of utensils
and articles of furniture, Mark 7:4,8. 2. The baptism of persons,
Mark 7:3,4; Luke 11:38, etc. These are the only instances in which the
verb or noun is used in a strictly literal sense in the N. T. and there may be
some doubt as to whether the last instance should not be remanded to the head of
ritual baptisms. These
instances are chiefly valuable as bearing on the question of the mode of baptism; they show that no special mode is indicated by the
mere use of the word baptize, for the washing of cups, of couches, and of
persons is accomplished in a different manner in each case: in the first by
dipping, or immersing, or rinsing, or pouring, or simply wiping with a wet
cloth; in the second by aspersion and wiping; and in the third by plunging or
stepping into the bath.
3. Baptism of affliction, Mark
10:38,39; Luke 12:50. In both these passages our Lord refers to his
impending sufferings as a baptism which he had to undergo. Chrysostom, and some
others of the fathers, understand this objectively, as referring to the
purgation which his sufferings were to effect (see the passages in Suicer, Thes. s.v. ba/ptisma, 1:7); but this does not seem to be the idea of the speaker. Our
Lord rather means that his sufferings were to come on him as a mighty
overwhelming torrent (see Kuinol on Matt 20:22,23; Blomfield, ibid.).
Some interpreters suppose there is an allusion in this language to submersion as
essential to baptism (see Olshausen in loc.;
Meyer on Mark 10:38); but nothing more seems to be implied than simply
the being overwhelmed in a figurative sense, according to what we have seen to
be' a common use of the word by the classical writers. 4. Baptism
with the Spirit, Matt 3:11; Mark 1:8; Luke 3:16; John 1:33; Acts 1:5;
11:16; 1 Cor 12:13. In the first of these passages it is said of our Lord
that he shall baptize with the Holy Spirit and with fire. Whether this be taken
as a hendiadys = the Spirit as fire, or as pointing out two distinct baptisms,
the one by the Spirit, the other by fire; and whether, on the latter assumption,
the baptism by fire means the destruction by Christ of his enemies, or the
miraculous endowment of his apostles, it does not concern us at present to
inquire. Respecting the intent of baptism by the Spirit, there can be little
room for doubt or difference of opinion; it is obviously a figurative mode of
describing the agency of the Divine Spirit given through and by Christ, both in
conferring miraculous endowments and in purifying and sanctifying the heart of
man. By this Spirit the disciples were baptized on the day of Pentecost, when
"there appeared unto them cloven tongues of fire, and it sat upon each of
them; and they were all filled with the Holy Ghost, and they began to speak with
tongues as the Spirit gave them utterance" (Acts 2:3,4); by this
Spirit men are saved when they are "born again of water and of the
Spirit" (John 3:5); when they receive "the washing of
regeneration and renewing of the Holy Ghost" (Titus 3:5); and when
there is the putting away from them of the filth of the flesh, and they have the
answer of a good conscience toward God (1 Peter 3:21); and by this Spirit
believers are baptized for one body, when through his gracious agency they
receive that Spirit, and those impulses by which they I are led to realize their
unity in Christ Jesus (1 Cor 12:11). Some refer to the Spirit's baptism also, the apostle's expression, e^n
ba/ptisma,
Eph 4:5; but the common and more probable opinion is that the reference
here is to ritual baptism as the outward sign of that inner unity which the ei)$
Ku/rio$ and
the mi/a
pi/sti$ secure
and produce (see Alford, Ellicott, Meyer, Matthies, etc. etc. in loc.). In this figurative use of the term "baptism" the
tertium comparationis is found by some
in the Spirit's being viewed as the element in which the believer is made to live, and in which he receives the
transforming influence; while others find it in the biblical representation of
the Spirit as coming upon men, as poured upon them (Isa 32:15; Zech 12:10;
Joel 2:28; Acts 2:17), and as sprinkled on them like clean water (Ezek
36:25). 5.
Baptism for Moses. — In 1 Cor 10:2, the apostle says of the
Israelites, "And they all received baptism ('the middle voice is selected
to express a receptive sense,' Meyer)
for Moses (ei)$
to\n Mwush=n e)bapti/santo) in (or by, e)n) the cloud, and in (or by) the sea." In the Syr. ei)$
r.
M. is translated "by the hand of Moses;" and this is followed by Beza
and others. Some render una cum Mose;
others, aupiciis Mosis; others, in
Mose, i. e. "sub ministerio et ductu Mosis" (Calvin), etc. But all
these interpretations are precluded by the proper meaning of ei)$. and the fixed significance of the phrase bapti/zein
ei=$ in
the N. T. The only rendering that can be admitted is "for Moses," i.
e. with a view to him, in reference to him, in respect of him. "They were
baptized for Moses. i. e. they became bound to fidelity and obedience, and were
accepted into the covenant which God then made with the people through
Moses" (Ruckert in loc.; see also
Meyer and Alford on the passage).”
(= ).
Nelson’s Bible Dictionary
(tentang ‘baptism’): “The
Form of Baptism. The final major issue is the method or form of baptism-whether by
immersion, pouring, or sprinkling. On this issue, Christian groups organize into
two major camps-those which insist upon the exclusive use of immersion, and
those which permit and practice other forms. The immersionist position-This
group insists that immersion is the only valid form of baptism. One of their
strongest arguments revolves around the Greek word for baptism in the New
Testament. Its predominant meaning is "to immerse" or "to
dip," implying that the candidate was plunged beneath the water. But there
are also other arguments that strongly suggest that immersion was the form of
baptism used in the early church. The Didache,
a manual of Christian instruction written in
A.D. 110-120, stated that immersion should be used generally and
that other forms of baptism should be used only when immersion was not possible.
In addition, the circumstances involved in some of the biblical descriptions of
baptism imply immersion. Thus, John the Baptist was baptizing in Aenon near
Salim, "because there was much water there" (John 3:23). Jesus
apparently went down into the water to be baptized by John (Matt 3:16).
The Ethiopian said, "See, here is water. What hinders me from being
baptized?" (Acts 8:36). The symbolism involved in baptism also seems
to argue that immersion was the biblical mode, according to those groups that
practice immersion exclusively. Rom 6:4-6 identifies baptism with the
believer's death (and burial) to sin and resurrection to new life, as well as
the death and resurrection of Christ. Only immersion adequately depicts this
meaning, according to the immersionist position. The
pluralistic position -
Holders of this view believe that immersion, pouring, and sprinkling are all
appropriate forms of baptism. They point out that the Greek word for baptism in
the New Testament is sometimes ambiguous in its usage. While its most common
meaning in classical Greek was to dip, to plunge, or to immerse, it also carried
other meanings as well. Thus, the question cannot be resolved upon linguistic
grounds. These groups also argue from inference that immersion must not
have been the exclusive method used in New Testament times. For example, could John have been physically capable of immersing all
the persons who came to him for baptism? Did the Philippian jailer leave his
jail to be baptized? If not, how would he have been immersed? Was enough water
for immersion brought to Cornelius' house? Or, did the apostle Paul leave the
place where Ananias found him in order to be immersed? Those groups that use
sprinkling or pouring also point out that immersion may not be the best form for
showing what baptism really means. They see the major meaning of baptism as
purification. They point out that the various cleansing ceremonies in the Old
Testament were performed by a variety of means-immersion, pouring, and
sprinkling (Mark 7:4; Heb 9:10). Others note the close association
between baptism and the outpouring of the Holy Spirit, which was from above.
Thus, in their view, true baptism requires the symbolism of pouring rather than
immersion”
(= ).
Fausset’s Bible Dictionary
(tentang ‘baptism’): “Figuratively,
death is called a "baptism" (Matt 20:22; Mark 10:38; Luke 12:50).
The
Greek word does not necessarily mean immersion of the whole body: compare Mark
7:3-4; Luke 11:38; Heb 9:10)”
(= ).
TIDAK ADA SATU LEXICON-pun
yang memberikan arti “to sprinkle” (memercik) kepada kata
baptizo.
Tanggapan balik Budi Asali:
Lucu sekali, siapa pernah bilang bahwa kata BAPTIZO bisa berarti
‘memercik’? Saya tak pernah punya pikiran seperti itu. Saya hanya menekankan
bahwa sekalipun arti utama dari BAPTIZO adalah ‘menyelam, merendam,
mencelup’, tetapi juga ada arti lain, seperti ‘mencuci’, yang tidak harus
dilakukan dengan merendam / mencelup!
Tetapi bagaimana kalau rumus anda di atas saya terapkan kembali
kepada anda di sini? Anda berkata boleh menafsir sesuatu yang tak ada dalam
textv Alkitab, asal textnya tidak menentang hal itu. Sekarang lexicon tak
memberi arti ‘sprinkle’ tetapi kan juga tak mengatakan bahwa BAPTIZO artinya
bukan ‘sprinkle’??? Berdasarkan rumus anda sendiri, itu sah-sah saja,
bukan????
Seorang anggota jemaat
kami pernah jalan-jalan ke Yunani. Dia bertanya di situ kepada orang lokal, apa
kata yang dipakai untuk mengindikasikan penyelaman. Jawabannya adalah: baptizo. Kalau untuk pemercikan? Rantizo. Sebenarnya ini hal yang
bisa dikonfirmasi langsung ke kedutaan Yunani hari ini!
Tanggapan balik Budi Asali:
Hmmm, dia bertanya secara salah, atau setidaknya bertanya secara
kurang lengkap. Seharusnya setelah tanya itu, ia tanya lagi, apakah itu
adalah satu-satunya arti dari
BAPTIZO, dan tidak ada arti lain?
Kalau jawabannya tetap ‘ya’ maka, atau orang itu bodoh, atau Alkitab salah.
Mau yang mana? Soalnya Alkitab, seperti sudah saya beri 4 contohnya, pernah
menggunakan kata BAPTIZO bukan dalam arti ‘menyelam / merendam / mencelup’!
Kalau anda mengatakan orang Yunani semua pinter Yunani, pikirkan
apakah orang Indonesia semua pinter bahasa Indonesia? Apakah semua orang Amerika
pinter bahasa Inggris? Mereka sering berkata “He don’t ...”, “I don’t
know nothing”, “Long time no see”, dsb!!! Kedutaan Yunani pasti sama saja!
Kalau Budi Asali tidak mau
percaya kepada saya, kedutaan Yunani, ataupun Liddell dan Scott, mungkin dia mau
percaya kepada Calvin, salah satu panutannya. Calvin berkata, “The word
baptize, signifies to immerse; and the rite of immersion was observed by the
ancient church.” (Institutes of Christian Religion, book iv, ch. 15).
Terjemahan: “Kata membaptis berarti menyelamkan; dan ritus
penyelaman dilakukan oleh
gereja mula-mula.”
Tanggapan balik Budi Asali:
Hmmm, saya bukan menjadikan Calvin panutan saya sebagaimana anda dan
orang-orang di gereja anda menjadikan Suhento Liauw panutan kalian! Baca
buku-buku saya, atau tanyakan kepada jemaat saya, dan anda akan tahu bahwa saya
sering tidak setuju dan bahkan menyalahkan Calvin. Memang dalam doktrin-doktrin
besar, seperti predestinasi dsb, kalau saya tak setuju dengan dia, saya tidak
bisa dan tidak boleh menyebut diri saya sebagai Calvinist. Tetapi kalau hanya
penafsiran tentang hal kecil-kecil, saya sering tidak setuju dengan dia, dan
saya tetap adalah Calvinist!
Juga anda tidak menunjukkan bahwa sebelum kalimat itu Calvin
mengatakan bahwa baptisan boleh dilakukan dengan cara apapun, dalam arti tidak
harus selam (sekalipun ia menganggap bahwa BAPTIZO artinya menyelam / merendam).
Calvin: “But whether the person being baptized should be
wholly immersed, and whether thrice or once, whether he should only be sprinkled
with poured water - these details are of no importance, but ought to be optional
to churches according to the diversity of countries. Yet the word ‘baptize’
means to immerse, and it is clear that the rite of immersion was observed in the
ancient church” (= ) - ‘Institutes of the Christian
Religion’, book IV, ch 15, no 19.
Apakah ia tidak konsisten dalam hal ini? Tidak. Dia tahu /
menganggap bahwa baptisan hanya simbol. Kalau simbol maka tak harus dilakukan
persis seperti yang disimbolkan. Karena baptisan merupakan simbol / tanda
penyucian dosa, maka dengan percikpun boleh. Sebaliknya kalau kalian mau persis,
maka seharusnya kalian bukan hanya menyelam orang, karena kalau demikian hanya
bagian luar yang bersih. Apa gunanya hanya bagian luarnya yang bersih, tetapi
dalamnya tidak? Kan seperti kecaman Yesus terhadap ahli-ahli Taurat dan
orang-orang Farisi bahwa mereka seperti kuburan yang luarnya bersih tetapi
dalamnya penuh dengan tulang yang membusuk! Jadi, kalian juga harus memasukkan
air ke mulutnya, atau beri obat urus-urus / garam Inggris, dan juga melakukan
‘colon hydro therapy’ (pembersihan usus dengan air melalui dubur) kepadanya!
Juga mengapa tuntutan
‘harus persis’ tidak diterapkan pada Perjamuan Kudus / Perjamuan Tuhan?
Bukankah Perjamuan Kudus menyimbolkan tubuh Kristus yang dihancurkan dan darah
Kristus yang dicurahkan? Saya tanya, bagaimana anda membuat roti jadi
kecil-kecil? Dengan pisau? Itu salah! Kristus dihancurkan tubuhnya dengan
cambuk Romawi! Jadi, kalau ‘mau persis’, hancurkan rotinya dengan cambuk
Romawi, lalu gunakan dalam Perjamuan Kudus, itu baru cocok! Juga darah Kristus
dicurahkan dengan cambuk Romawi, paku-paku, dan tombak. Jadi kalau mau
Perjamuan Kudus, jangan botol anggur dituangkan. Itu salah dan tidak
Alkitabiah! Botol anggur harus dicambuki dengan cambuk Romawi, lalu dipaku,
lalu ditusuk tombak! Hehehe, pasti heboh Perjamuan Tuhan, yang kalian lakukan!
Jelas bukan, bahwa kalau cuma / tanda / simbol, tak perlu dan bahkan tak mungkin semuanya dibuat persis! Kalau semua dibuat persis, akan menjadi lelucon, atau lebih tepat, kegilaan
Juga, apakah Calvin memang menganggap bahwa satu-satunya arti dari
BAPTIZO adalah merendam / mencelup? Kelihatannya tidak, karena dalam tafsirannya
tentang Luk 11:38 ia berkata sebagai berikut:
Calvin: “God had prescribed in his Law certain kinds of washings, that by means of them he might train his people usefully to the
consideration of true purity. The Jews, not satisfied with this moderate portion
had added many other washings, and more especially, that no person should
partake of food till he had been washed with the water of purification,
as Mark relates more minutely, (7:3,4,) and as is also evident from John, (2:6.)”.
Jadi, baik dalam Luk 11:38 maupun Mark 7:4 (ini 2 dari 4 ayat yang
saya gunakan di atas) Calvin mengartikan BAPTIZO sebagai ‘washing’ (= pembasuhan / pencucian)!
Luther: “The term
baptism, is a Greek word. It may be rendered a dipping, when we dip something in water,
that it may be entirely covered with water. And though the custom be quite
abolished among the generality (for neither do they entirely dip children, but
only sprinkle them with a little water,) nevertheless they ought to be wholly
immersed, and presently to be drawn out again; for the etymology of the word
seems to require it” (dalam karyanya De Sacramento Baptismi dikutip dari karya Dr. Du Veil
tentang Kis. 8:38).
Terjemahan: “Istilah baptisan, adalah kata Yunani. Ia dapat diterjemahkan suatu pencelupan, [seperti] ketika kita
mencelupkan sesuatu ke dalam air, sehingga seluruhnya tertutup oleh air. Dan
walaupun kebiasaan ini sudah hampir hilang pada umumnya (karena mereka tidak
mencelupkan anak-anak sepenuhnya, tetapi hanya memercik mereka dengan sedikit
air,) namun mereka seharusnya sepenuhnya diselamkan, dan segera ditarik keluar
lagi; karena etimologi kata ini kelihatannya mengharuskan demikian.”
Beza: “Christ commanded
us to be baptized; by which word it is certain immersion is signified . . . .
Nor does baptizein
signify
to wash, except by consequence: for it properly signifies to immerse . . . To be
baptized in water, signifies no other than to be immersed in water, which is the
external ceremony of baptism” (Epistola II. ad Thom. Tilium, [apud Spanhem.
Dub. Evang. Pars iii. Dub. 24] Annotat. in Marc. vii. 4. Acts xix. 3; Matt. Iii.
11., dikutip dalam Abraham Booth, Paedobaptism Examined, vol 1. hal. 42).
Terjemahan: “Kristus memerintahkan kita untuk dibaptis; dengan kata ini sudah
pasti penyelaman yang dimaksudkan . . . . Dan baptizein tidak berarti mencuci, kecuali
sebagai konsekuensi [dari penyelaman]: karena tepatnya dia berarti menyelamkan .
. . Dibaptis dalam air berarti tidak lain dari diselamkan di dalam air, yang
adalah seremoni eksternal baptisan.”
Tanggapan balik Budi Asali:
Kalau Calvin saja saya tak setujui dalam hal ini, apalagi Luther dan
Beza
Ingat bahwa Luther,
Calvin, Beza, hidup di zaman ketika semua orang di Universitas harus belajar
Yunani! Jadi, mereka ini orang-orang yang sangat kenal bahasa Yunani, bukan
seperti banyak spekulan hari ini. Lebih lanjut lagi, mereka bukanlah orang
Baptis! Mereka tidak punya incentif untuk mendukung posisi Baptis. Justru karena
itulah kesaksian mereka semakin berharga! Para reformator ini, dalam praktek
bergereja mereka, memang melakukan pemercikan. Tetapi mereka tidak membenarkan
tindakan mereka atas dasar arti kata baptizo.” Mereka satu suara bersaksi
bahwa “baptizo” berarti “menyelamkan, mencelupkan” dan tidak berarti
“memercik.” Kiranya anak cucu rohani mereka mau sejujur mereka!
Tanggapan balik Budi Asali:
Mereka mengerti Yunani, ya? Tetapi ingat bahwa penyelidikan tentang
bahasa Yunani terus berkembang dan dimunculkan hukum-hukum bahasa Yunani dsb
yang belum ada pada saat itu. Ini menyebabkan mereka sering salah menafsir dalam
ayat-ayat yang berhubungan dengan hukum-hukum yang baru keluar setelah jaman
mereka! Saya bisa memberikan contohnya kalau anda minta, khususnya dari Calvin
(karena saya banyak gunakan buku2nya, sedangkan saya jarang menggunakan
buku-buku Luther, apalagi Beza), tetapi saya kira ini menyimpang terlalu jauh.
Tak usah repot-repot mengutip kata-kata siapapun dalam hal ini,
karena saya lebih percaya Alkitab / Firman Tuhan dari pada kata-kata orang
manapun, termasuk Calvin! Dan Alkitab menggunakan BAPTIZO, sedikitnya 4 x, dalam
arti ‘bukan selam’!
Hmm, mereka anda anggap jujur ya???? Saya akan pegang kata-kata anda
ini! Ini berlaku untuk kata-kata / pengajaran mereka yang lain???
Anda sok jujur, dan menganjurkan para Calvinist untuk jujur.
Sekarang saya mau jujur saja dengan anda: saya tidak menganggap anda, maupun Suhento Liauw, sebagai orang
jujur! Kalian pendusta dan pemfitnah! Dan saya
sudah membuktikannya! Anda senang dengan kejujuran saya? Atau anda menghendaki
saya berdusta dan bersikap munafik?
Para reformator ini
kelihatannya membenarkan praktek pemercikan mereka karena mayoritas orang di
zaman mereka melakukannya, dan mereka tidak menggangap mempertahankan cara
“baptisan” sebagai sesuatu yang penting. Di poin ini, saya tidak setuju
dengan mereka, karena Tuhan memerintahkan untuk “membaptis,” sehingga kalau
kita tidak“membaptis,”melainkan “memercik,” itu berarti kita belum
melakukan perintah Tuhan.
Tanggapan balik Budi Asali:
Nonsense! Tuhan memang memerintahkan untuk membaptis, tetapi tidak
ada petunjuk apapun bahwa Ia mengharuskan itu dilakukan dengan selam! Juga
BAPTIZO artinya bukan hanya ‘selam’!
Selain para reformator,
ada saksi-saksi lain: bapa-bapa gereja. Epistle of Barnabas menggambarkan
baptisan sebagai turun ke dalam, lalu keluar lagi dari air. Shepherd of Hermas,
dengan bahasa yang figuratif yang tinggi, menggambarkan baptisan sebagai batu
yang menggelinding masuk air (dia pakai batu dalam konteks batu sebagai
pembangun gereja). Clemens dari Alexandria menggambarkan baptisan seperti lahir
dari air, seperti kelahiran dari seorang ibu. Irenaeus menggambarkan baptisan
seperti Naaman yang mencelupkan diri ke sungai Yordan (semua di atas dari Norman
Fox, The
Rise and Use of Pouring and Sprinkling for Baptism, dicetak ulang oleh Vance
Publications, 2001, hal. 487).
Tanggapan balik Budi Asali:
Tradisi maupun bapa-bapa gereja bukan tolok untuk kebenaran!
Di gereja Katolik ,
penyelaman dilakukan hingga abad ke-13. Oleh sebab itu, Thomas Aquinas, yang
hidup di pertengahan abad 13, masih berkata: “It is safer to baptize by
immersion, because this is the common practice.” (dikutip oleh H. Harvey, Dale's Theory of Baptism, hal. 158, dicetak ulang
oleh Vance Publication 2001).
Tanggapan balik Budi Asali:
Hmmm, mengutip hanya sebagian! Licik sekali. Ini kata-kata
lengkapnya.
Schaff: “Thomas Aquinas (d. 1274) says, that although it
may be safer to baptize by immersion, yet pouring and sprinkling are also
allowable” [= Thomas
Aquinas (mati tahun 1274) berkata, bahwa sekalipun adalah lebih aman untuk
membaptis dengan penyelaman, tetapi penuangan dan pemercikan juga diijinkan] - ‘History of the Christian Church’, vol II, hal 250
(footnote).
Sebagai tambahan saya beri satu kutipan lagi.
Schaff: “In Ireland aspersion seems to have been
practiced very early along with immersion. ‘Trine immersion, with the
alternative of aspersion, is ordered in the earliest extant Irish Baptismal
Office, in the composition of which, however, Roman influence is strongly
marked.’ F. E. Warren, The Liturgy and Ritual of the CeItic Church, Oxford
(Clarendon Press), 1881, p. 65” [= Di
Irlandia pemercikan kelihatannya telah dipraktekkan sangat awal bersama-sama
dengan penyelaman. ‘Tiga kali pencelupan / penyelaman, dengan
alternatif pemercikan, diperintahkan dalam sisa yang paling awal dari Kantor
Baptisan orang Irlandia, tetapi yang dalam penyusunannya pengaruh Roma sangat
terlihat jejaknya’. F. E. Warren, The Liturgy and Ritual of the
CeItic Church, Oxford (Clarendon Press), 1881, p. 65] - ‘History of the
Christian Church’, vol II, hal 250 (footnote).
Brunner, seorang
sejarahwan Katolik, menulis tentang sejarah Roma Katolik: “Seribu tiga ratus
tahun, baptisan biasanya dan rutinnya adalah penyelaman seseorang di bawah air,
dan hanya dalam kasus luar biasa pemercikan atau penuangan dengan air; yang
terakhir ini (percik dan tuang), lebih lanjut, diperdebatkan sebagai suatu cara
baptisan; ya bahkan dilarang.” (Ibid.) Perubahan Gereja Roma dari selam kepada
percik bukan karena mereka mendapatkan arti baru dari kata baptizo, tetapi karena theolog
Roma percaya Gereja punya kuasa untuk mengubah bentuk sakramen. Gereja-gereja
Yunani, hingga hari ini menolak pemercikan! Kalau Katolik di Barat, yang
menggunakan Latin, lambat laun bergeser, gereja-gereja yang berbahasa Yunani
(contoh Ortodoks Yunani), hingga hari ini menolak pemercikan, dan tidak
mengakuinya sebagai baptisan. Menurut mereka kata baptizo tidak mengizinkan pemercikan! Saya rasa gereja-gereja yang
berbahasa Yunani ini jauh lebih tahu arti bahasa mereka sendiri.
Tanggapan balik Budi Asali:
Saya tanya: kamus apapun, komentar penafsir manapun, termasuk
Calvin, dibandingkan dengan Alkitab sendiri dalam menggunakan kata itu, yang
mana yang lebih kuat??? Jawab ini, Steven! Jadi, ayat-ayat yang saya gunakan,
itu jauh lebih menentukan dari pada semua yang lain.
Juga kalau dikatakan bahwa gereja Katolik melakukan baptisan selam
sampai 1300 tahun, saya sangat meragukan. Ada bukti? Kata-kata Thomas Aquinas
bukan bukti. Memangnya dia Paus?
Dan bahwa Didache yang ditulis pada abad ke 2 sudah menyetujui baptisan non
selam, menunjukkan betapa tak masuk akalnya kalau baptisan hanya dilakukan
dengan selam sampai 1300 tahun. Nanti di bawah bisa dilihat bahwa pada jaman
Cyprian (abad ke 3 sudah ada baptisan non selam. Dan pada waktu hal itu
diserang, Cyprian menulis untuk mempertahankan / membela baptisan non selam itu
(Schaff, vol II, hal 249-250).
Saya
akan beri kutipan dari ‘Catechism of the Catholic Church’ yang dikeluarkan
tahun 1992, yang pada point 1239 berbunyi sebagai berikut: “The essential rite of the sacrament
follows: Baptism properly speaking. It signifies and actually brings about death
to sin and entry into the life of the Most Holy Trinity through configuration to
the Paschal mystery of Christ. Baptism is performed in the most expressive way
by triple immersion in the baptismal water. However, from ancient times it
has also been able to be conferred by pouring the water three times over the
candidate's head”.
Saya hanya terjemahkan bagian yang saya garis-bawahi: “Tetapi, dari
jaman kuno itu juga telah bisa diberikan dengan penuangan air tiga kali
atas kepala sang kandidat / calon (orang yang akan dibaptis)”.
Bahwa kata-kata ‘dari jaman kuno’ menunjuk pada tahun 1300,
menurut saya adalah mustahil!
Schaff: “The
‘Teaching of the Twelve Apostles’ (ch. 7,) enjoins baptism, after
catechetical instruction, in these words: ‘Baptize into the name of the
Father, and of the Son, and of the Holy Ghost in living (running) water. But
if thou hast not living water, baptize into other water; and if thou canst not
in cold, then in warm. But if thou hast neither, pour
water upon the head thrice, into the name of the Father, Son, and
Holy Ghost’ (Matt 28:19)” [= The Teaching of the Twelve Apostles (ch 7)
memerintahkan baptisan, setelah pengajaran katekisasi, dengan kata-kata ini:
‘Baptislah dalam nama dari Bapa, dan dari Anak, dan dari Roh Kudus di /
dalam air hidup (mengalir). Tetapi jika engkau tak punya air hidup, baptislah ke
dalam air yang lain; dan jika engkau tidak bisa dalam air dingin, maka dalam air
panas. Tetapi jika engkau tak punya yang manapun, Tuangkanlah air ke atas kepala tiga kali, dalam nama dari
Bapa, Anak, dan Roh Kudus (Mat 28:19)] - ‘History of the
Christian Church’, vol II, hal 247.
Encyclopedia Britannica 2009
(dengan entry ‘didache’): “the
oldest surviving Christian church order, probably written in Egypt or Syria in
the 2nd century.” (= hukum / pengaturan tertua yang masih ada dari
gereja Kristen, mungkin ditulis di Mesir atau Syria pada abad ke 2).
Jadi, ‘DIDACHE’ atau ‘The Teaching of the Twelve Apostles’ yang sudah ada pada abad ke 2, sudah mengijinkan baptisan tuang / non selam
Dalam kalimat terakhir anda
mengatakan “Gereja-gereja Yunani, hingga hari ini menolak pemercikan! Kalau
Katolik di Barat, yang menggunakan Latin, lambat laun bergeser, gereja-gereja
yang berbahasa Yunani (contoh Ortodoks Yunani), hingga hari ini menolak
pemercikan, dan tidak mengakuinya sebagai baptisan. Menurut mereka kata baptizo tidak mengizinkan
pemercikan! Saya rasa gereja-gereja yang berbahasa Yunani ini jauh lebih tahu arti
bahasa mereka sendiri”.
Anda pakai kata ‘rasa’? Anehnya di bawah pada waktu
saya mengatakan ‘rasanya’, anda berkata ‘jangan pakai rasa’! Usiamu baru
30an dan anda sudah pikun? Baca ayat-ayat ini!
Ro
2:1 - “Karena
itu, hai manusia, siapapun juga engkau, yang menghakimi orang lain, engkau
sendiri tidak bebas dari salah. Sebab, dalam menghakimi orang lain, engkau
menghakimi dirimu sendiri, karena engkau yang menghakimi orang lain, melakukan
hal-hal yang sama”.
Mat 7:1-5
- “(1) ‘Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. (2) Karena
dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan
ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu. (3) Mengapakah
engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak
engkau ketahui? (4) Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah
aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu.
(5) Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan
melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.’”.
Ingat bahwa pada waktu Romawi menundukkan Yunani, justru
bahasa Yunani menjadi bahasa umum dari orang-orang Romawi dan lalu otomatis di
seluruh kekaisaran Romawi. Jadi, jangan anggap orang Yunani sebagai yang paling
mengerti bahasa Yunani!
Juga
jangan pikir bahwa orang yang lebih mengerti bahasa asli Alkitab, pasti lebih
bagus pengertiannya. Sekalipun saya tidak meremehkan bahas asli, tetapi saya
yakin bahwa sekalipun seseorang menguasai bahasa asli Alkitab, tak ada jaminan
sama sekali bahwa ia bisa mengerti isi Alkitab dengan baik! Mengapa? Karena
bahasa asli bukan satu-satunya faktor yang dibutuhkan untuk mengerti Alkitab!
Buktinya orang-orang Yahudi (ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi) pada jaman
Yesus mengerti bahasa asli Alkitab, baik Ibrani, Aram, Yunani, tetapi bagaimana
pengertian mereka? Mereka sesat, menolak Yesus, dan bahkan membunuh Dia!
Bagaimana dengan ayat-ayat
yang dikutip oleh Budi Asali?
1. Markus 7:4 “... hal mencuci cawan, kendi
dan perkakas-perkakas tembaga dan meja-meja” (saya
memang percaya kata
“meja-meja” ada pada orisinal, karena saya percaya Textus Receptus adalah
teks
yang dipelihara).
LAI menerjemahkan baptismois (yang sebenarnya berbeda dari
baptizo,
namun cognate/satu akar) dengan mencuci di sini. Beza mengatakan (kutipan di
atas) bahwa baptizo tidak berarti “mencuci” kecuali sebagai
konsekuensi dari suatu penyelaman/pencelupan. Lexicon Thayer setuju, dan dalam
definisinya tentang baptizo:
“1.
properly, to dip repeatedly, to immerge, submerge (of vessels sunk, Polybius 1, 51, 6; 8, 8, 4; of animals,
Diodorus 1, 36). 2. to
cleanse by dipping or submerging, to wash, to make clean with water.”
Setelah
memberikan arti utama baptizo sebagai
“menyelamkan,” Thayer memberikan arti kedua: membersihkan dengan cara
mencelupkan atau menaruh di dalam air. Jadi jelas, bahwa baptizo
berarti menyelamkan, tetapi dalam konteks bisa berarti mencuci,
tetapi tetap mempertahankan arti utamanya: mencelupkan/memasukkan ke dalam air.
Dalam hal ini Thayer setuju dengan Beza. Dengan kata lain, baptizo
tidak bisa berarti “mencuci dengan cara dipercik” atau “mencuci dengan
cara dilap,” tetapi “mencuci dengan memasukkan ke dalam air / mencelup.”
Tanggapan balik Budi Asali:
Mengatakan BAPTISMOIS berbeda dengan BAPTIZO sama dengan mengatakan
bahwa dalam bahasa Inggris kata ‘go’ berbeda dengan ‘going’! Jangan
mengada-ada, seakan-akan saya orang tolol! Beda bagaimanapun tak masalah, yang
penting kata dasarnya sama!
Perhatikan baik-baik point ke 2 yang saya garis-bawahi itu. Dalam
point 2 itu ia memberikan 3 arti. Yang anda bicarakan itu hanya arti pertama.
Arti kedua (to wash) dan arti ketiga (to make clean with water) tak ia katakan dengan
mencelupnya!
Mencuci tangan dengan mencelup? Kelihatannya anda tidak membaca
(atau pura-pura tidak membaca) tanggapan balik saya terhadap murid anda yang
bernama Dji Ji Liong itu. Saya kutipkan di sini untuk anda.
Lagi2 logikanya,
org yg hrs hemat air tentu tak mencuci tangan dg merendam. Disamping itu,
William Barclay, yg jago dlm urusan tradisi, latar belakang dsb, mengatakan sbb
dlm tafsirannya ttg Mark 7:1-4 (yg juga membicarakan ttg cuci tangan yg sama spt
dlm Luk 11:38): “There were definite and rigid rules for
the washing of hands. Note that this hand-washing was not in the interests of hygienic purity; it was ceremonial
cleanness which was at stake. Before every meal, and between each of the
courses, the hands had to be washed, and they had to be washed in a certain way.
The hands, to begin with, had to be free of any coating of sand or mortar or
gravel or any such substance. The water for washing had to be kept in special
large stone jars, so that it itself was clean in the ceremonial sense and so
that it might be certain that it had been used for no other purpose, and that
nothing had fallen into it or had been mixed with it. First, the hands were
held with finger tips pointing upwards;
water was poured over them and had to
run at least down to the wrist; the minimum amount of water was one
quarter of a log, which is equal to one and a half egg-shells full of water.
While the hands were still wet each hand had to be cleansed with the fist of the
other. That is what the phrase about using the fist means; the fist of one hand
was rubbed into the palm and against the surface of the other. This meant that
at this stage the hands were wet with water; but that water was now unclean
because it had touched unclean hands. So, next,
the hands had to be held with finger tips pointing downwards and water had to be
poured over them in such a way that it began at the wrists and ran off at the
finger tips. After all that had been done the hands were clean”.
Ngerti bahasa
Inggris, nak? Kalau tidak, tanya kakek gurumu, ya nak? Atau baca tanggapan Pdt
Esra thdp tulisanmu, yg juga memberikan kutipan dari William Barclay, tetapi dlm
versi Indonesia. Dan asal tahu saja, nak, Barclay ini jago dlm urusan tradisi
dan kebudayaan pd jaman itu di tempat itu! Dan ia mengatakan bahwa tradisi cuci
tangan ini airnya dicurahkan, bukan tangannya direndamkan ke dalam air, nak!
Lebih cocok dg baptis tuang, nak, tidak cocok dg baptis selam.
Demi pembaca yang tidak mengerti bahasa Inggris, saya jelaskan saja
dengan kata-kata saya, apa yang Barclay katakan di atas (bagian yang penting
saja).
Tradisi cuci tangan, yang bersifat ritual, dari orang-orang Yahudi
pada saat itu adalah: air diletakkan dalam guci batu yang besar yang khusus.
Dalam mencuci tangan, tangan harus diposisikan dengan jari-jari menghadap ke
atas, lalu air dituangkan ke
atasnya, dan harus mengalir sedikit sampai ke pergelangan tangan. Setelah itu
tangan diposisikan dengan jari-jari menghadap ke bawah, dan air dituangkan
dari pergelangan sampai mengalir ke
ujung jari-jari tangan.
Anda tak mau percaya kata-kata Barclay, Steven? Memang, dia bisa
saja salah, sekalipun dia jago dalam urusan tradisi. Tetapi saya punya ayat
Alkitab untuk mendukung pandangan / kata-katanya berkenaan dengan tradisi
‘cuci tangan’ ini.
2Raja 3:11 - “Tetapi bertanyalah Yosafat: ‘Tidak adakah di
sini seorang nabi TUHAN, supaya dengan perantaraannya kita meminta petunjuk
TUHAN?’ Lalu salah seorang pegawai raja Israel menjawab, katanya: ‘Di
sini ada Elisa bin Safat, yang dahulu melayani Elia.’”.
Terjemahan Indonesia menuliskan ‘melayani’. Ini salah
terjemahan; bandingkan dengan terjemahan KJV (atau pilih versi bahasa Inggris
yang lain sesuka anda).
KJV: ‘Here is
Elisha the son of Shaphat, which poured
water on the hands of Elijah’ (= Di sini ada Elisa bin Safat, yang dulu menuangkan
air pada tangan Elia).
Ini Firman Tuhan, Steven,
bukan lagi kata-kata Barclay, dan jelas-jelas menunjukkan tradisi cuci tangan
pada saat itu! Ini memang berbeda dengan tradisi cuci tangan dalam Mark 7:4,
karena yang ini adalah tradisi cuci tangan biasa (bukan ritual). Mereka
menuangkan air, bukan merendam tangan di dalam air! Masih mau ditolak???? Kalau
masih ditolak, kamu menolak Firman Tuhan, bukan menolak aku!
Jamieson, Fausset
& Brown (tentang 2Raja 3:11): “Which poured water on the hands
of Elijah - i.e., was his servant - this being one of the common offices of a
servant; for the custom is not
to plunge
one’s hands into a basin, but to hold them out, so that a servant may pour
water on the hands of his master” (= Yang menuangkan air pada
tangan Elia - yaitu, adalah pelayannya - ini mereka salah satu dari kewajiban
umum dari seorang pelayan; karena kebiasaan
/ tradisinya bukanlah mencelupkan
tangan seseorang ke dalam sebuah baskom, tetapi mengulurkan mereka / tangan itu,
sehingga seorang pelayan bisa menuangkan air pada tangan dari
tuannya).
Kita bertanya, adakah
sesuatu di ayat ini yang membuat arti literal “menyelamkan” atau “mencuci
dengan cara memasukkan ke dalam air” tidak mungkin? Tidak ada! Cawan, kendi,
dan perkakas, dan bahkan meja, bisa saja dimasukkan ke dalam air. Tidak ada yang
tidak mungkin di sini. Mencuci cawan, kendi, dan perkakas dengan cara mencelup
sama sekali bukan hal yang luar biasa. Tukang siomai saja sering melakukannya!
Saya sering melihat seorang tukang siomai mencuci piring dan perabot-perabotnya
dengan cara memasukkan benda-benda itu ke dalam ember yang penuh berisi air.
Tanggapan balik Budi Asali:
Omong kosong! Text harus diartikan bukan sekedar dari kata-kata text
itu, tetapi juga berdasarkan tradisi mencuci pada jaman itu! Kalau menafsirkan
tanpa peduli tradisi saat itu, ya payah! Saat ini saya bicara tentang mencuci
tangan, bukan barang-barang lain dalam Mark 7:4.
Sekarang bagaimana dengan mencuci barang-barang lain dalam Mark 7:4?
Tentu saja, semua penjaja makanan yang pakai rombong, punya hanya seember air
yang dibawa kemana-mana dan jarang diganti. Sehingga dalam mencuci apapun,
mereka memasukkan barang itu (piring, sendok, garpu) ke ember itu; apakah
menjadi bersih atau makin kotor, mereka tak peduli. Lain halnya kalau orang
mencuci di rumah. Hanya orang bodoh yang mencuci banyak piring, gelas, sendok
dan garpu, lalu mencelupkannya satu per satu dalam seember besar air. Baru
dipakai untuk satu piring saja, seluruh air dalam ember sudah menjadi kotor, dan
harus diganti. Yang waras adalah menuangkan sedikit demi sedikit, sehingga
menjaga kebersihan air dalam ember!
Ah, mungkin anda bertanya,
bagaimana dengan meja? Patut dicamkan bahwa kata meja di sini bukan
seperti meja kita hari ini yang tingginya semeter lebih. Kata Yunaninya adalah kline
(dasar kata “recline” dalam Inggris), dan lebih seperti
tempat pembaringan, di tempat lain diterjemahkan tempat tidur. Tetapi juga bukan
tempat tidur besar King Size misalnya! Ini adalah tempat tidur portable, yang
bisa dibawa-bawa oleh satu orang. “Maka dibawa oranglah kepada-Nya seorang
lumpuh yang terbaring di tempat tidurnya (kline)”
(Mat. 9:2). “Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu (kline)
dan pulanglah ke rumahmu!” (Mat. 9:6). “Lalu datanglah beberapa orang
mengusung seorang lumpuh di atas tempat tidur (kline)”
(Luk. 5:18). Kata ini memang bisa juga diterjemahkan meja, karena cara
makan orang Yahudi pada waktu itu adalah dengan berbaring pada sisi mereka.
Jadi, adat istiadat yang sangat berbeda. Meja atau tempat tidur ini mirip
suatu “usungan” karenanya rupanya mudah dibawa ke manamana. Apakah tidak
mungkin untuk menyelamkan kline
ini?
Jauh dari tidak mungkin, ini mungkin sekali. Dan karena teks sudah
memberitahu kita bahwa ada “penyelaman meja,” maka baiklah kita percaya!
Tanggapan balik Budi Asali:
Hmmm, dalam Bible Works 7 kata KLINE dalam Mat 9:2 itu bisa
diartikan ‘bed’ (= ranjang), dan bisa juga ‘couch’ (= semacam dipan).
Jangan dipukul rata semua artinya jadi sama!
Yang dipakai oleh orang lumpuh dalam Mat 9 itu tentu saja ‘bed’,
tetapi yang dibicarakan dalam ayat yang kita persoalkan adalah ‘couch’ /
semacam dipan itu. Dan tradisi mereka dalam duduk makan, khususnya pada Paskah,
adalah recline (bersandar, setengah duduk, setengah berbaring) pada dipan itu.
Karena digunakan untuk banyak orang, tidak mungkin dipan itu begitu kecil
sehingga bisa dicuci dengan direndam! Bahkan dipan manapun tidak mungkin dicuci
dengan direndam! Jangan extrim! Lama-lama anda mengatakan bahwa pesawat terbang,
kapal, kapal selampun bisa dicuci dengan direndam. Tentu saja bisa, kalau
mencucinya di laut!
Kata-kata anda yang terakhir, yang saya garis-bawahi, saya kutip
ulang. “Dan karena teks sudah memberitahu kita bahwa ada “penyelaman
meja,” maka baiklah kita percaya!”.
Cara argumentasi anda lucu sekali. Text memberitahu kita bahwa ada penyelaman
meja? Textnya tidak memberitahu demikian, kecuali ‘asumsi anda bahwa
BAPTIZO itu berarti selam’, dimasukkan ke dalam text! Ini adalah EISEGESIS,
bukan EXEGESIS!
Perhatikan kata-kata anda di atas yang saya beri garis bawah ganda.
Bagus anda peduli dengan tradisi makan mereka, dan saya setuju dengan anda dalam
hal ini. Tetapi persoalannya, apakah anda juga setuju dengan tradisi mereka
dalam mencuci tangan yang sudah saya kutipkan dari Barclay di atas, lebih-lebih
karena di sana saya sudah menambahkan ayat Firman Tuhan yaitu 2Raja 3:11???
Sepertinya
kaum pemercikan agak terbalik logikanya. Mestinya mereka mencari bagaimana kata baptizo dipakai secara umum pada waktu penulisan PB.
Lihat saja karya-karya klasik Yunani, semuanya memakai baptizo
sebagai pencelupan/penyelaman, baik literal maupun figuratif.
Jadi ketika ada ayat yang berkata “pen-baptisan” cawan, kendi, tembaga, dan
meja, sebaiknya kita terima kata-kata itu, bukannya malah mau mendefinisikan
ulang baptizo.
Tanggapan balik Budi Asali:
Tak ada siappun yang mendefiniskan ulang kata itu. Artinya memang
bisa mencelup, bisa juga mencuci. Dan kalau mencuci tak harus direndam!
Sebagai
ilustrasi: kalau misalnya di koran suatu hari kita membaca judul: “Mobil
tercelup di sungai Ciliwung.” Nah, mobil bukanlah sesuatu yang biasanya
dicelup. Tetapi, membaca headline itu, apakah kita jadi meragukan arti kata “tercelup”? Perlukan
kita mengganti definisi “celup” dengan “mencuci”? Tentu tidak. Mengapa?
Karena arti kata “celup” sudah tidak diragukan lagi. Jadi, walaupun mobil
tidak biasa dicelup, headline itu justru mengungkapkan sesuatu yang luar biasa,
tetapi nyata.
Tanggapan balik Budi Asali:
Hmm, saya turuti saya kegilaan anda. Kalau anda membaca surat kabar
yang mengatakan ‘mobil tercelup di sungai Ciliwung’, apakah anda
artikan terendam total, atau terendam sebagian? Saya tak tahu
kedalaman sungai tersebut, tetapi mungkinkah merendam total sebuah mobil?
Kalau bisa, bagaimana kalau beritanya berbunyi ‘bis tercelup di sungai
Ciliwung’? Kalau masih bisa terendam total, bagaimana kalau ‘pesawat
terbang tercelup di sungai Ciliwung’?
Pada waktu suatu kata mempunyai beberapa (lebih dari satu) arti,
tentu harus dipilih mana arti yang paling benar. Kata ‘heart’ artinya bisa
‘jantung’, bisa ‘hati’. Kalau ‘broken heart’, tentu diartikan
‘patah hati’, tetapi kalau ‘heart attack’ tentu harus diartikan
‘serangan jantung’! Apakah ini dianggap sebagai ‘mendefinisikan
ulang’ kata ‘heart’??
Bagi
orang-orang Yunani yang membaca Perjanjian Baru di abad pertama, arti baptizo
tidak diragukan lagi, yaitu “mencelup, menyelamkan,
membenamkan.”
Tanggapan balik Budi Asali:
Nonsense, karena kalau demikian Mark 7:4 dan Luk 11:38 itu tak bakal
ada dalam Alkitab. Juga dua ayat lain yang saya gunakan, karena dalam ke 4 ayat
tersebut BAPTIZO tidak berarti ‘merendam’.
Tak perlu orang-orang Yunani, semua orang dalam kekaisaran Romawi
bisa bahasa Yunani. Para penulis Perjanjian Baru adalah orang-orang Yahudi
(kecuali Lukas), tetapi mereka menulis dalam bahasa Yunani! Dan mereka tahu
bahwa BAPTIZO tidak hanya berarti ‘celup / rendam’ karena kalau tidak,
mereka tak akan menggunakan kata itu dalam ayat-ayat seperti Mark 7:4, Luk
11:38, 1Kor 10:2, Ibr 9:10.
Saya
bisa mengutip banyak sekali otoritas bahasa tentang hal ini, tetapi kesaksian
Calvin, Luther, dan Beza, yang adalah kaum pemercik!, cukuplah. Kita tidak perlu
tidak percaya bahwa orang-orang Yahudi yang superstitious,
dan sangat terikat oleh berbagai kebiasaan dan adat, merendam kline
(meja/usungan) mereka. Apakah kita perlu mencari definisi lain
dari kata “telan,” karena sulit dipercaya bahwa ikan menelan Yunus? Ataukah
kita percaya kata Alkitab?
Tanggapan balik Budi Asali:
Kalau setiap orang yang anda kutip, bobot dari kutipannya 1 kg, anda
boleh cari berapa orangpun bobotnya tak akan terlalu besar. Tetapi saya
menggunakan ayat-ayat Alkitab, dan itu masing-masing bobotnya 100 ton!
Yang jelas dalam mem‘baptis’ tangan, saya sudah memberikan dasar
yang kelewat jelas bagi orang-orang yang tidak tegar tengkuk, bahwa itu artinya
bukan merendam!
Hmm, ‘menelan Yunus?’. Bagaimana kalau kalimatnya begini,
“Karena terbukti kalah dalam argumentasi, Steven Liauw harus menelan
kembali kata-kata yang telah ia ucapkan”??? Apakah artinya anda betul-betul menelan
tulisan anda bersama kertas dimana anda menuliskan argumentasi itu??? O maaf,
saya mendefinsikan ulang kata ‘menelan’!
2. Lukas 11:38 “Orang
Farisi itu melihat hal itu dan ia heran, karena Yesus tidak mencuci tangan-Nya
sebelum makan.” Komentar Budi Asali: “Orang mencuci tangan tidak harus
merendam tangannya dalam air, tetapi bisa dengan mencurahkan air pada tangan.
Jadi jelas bahwa ‘baptis’ di sini tidak harus berarti ‘celup / selam'.”
Dalam argumentasinya, Budi Asali malah menjadikan kata “mencuci”
dalam bahasa Indonesia sebagai standar untuk menentukan arti baptizo.
Ini jelas salah, dan adalah logika yang terbalik. “Mencuci” dalam
bahasa Indonesia memang tidak harus celup, tetapi baptizo
haruslah
mengandung makna itu. Sekali lagi, kutipan Beza pantas diulang: “. . . Dan baptizein tidak berarti mencuci,
kecuali sebagai konsekuensi [dari penyelaman]: karena benarnya dia berarti
menyelamkan”
Tanggapan balik Budi Asali:
Ini sama dengan Mark 7:4, dan sudah saya jelaskan di atas. Itu cukup
bagi orang yang tidak tegar tengkuk. Saya tak peduli Beza ngomong apa, kalau
kata-katanya tak sesuai dengan Alkitab!
3. 1 Korintus 10:2
“mereka semua telah dibaptis dalam awan dan dalam laut.”
Justru lebih tidak mungkin
lagi diartikan “mereka dipercik dalam awan dan dalam laut” atau “mereka dituang dalam awan dan dalam laut.” Kita mengerti kata baptizo
di sini dalam pengertian figuratifnya. Ini sering juga dipakai
dalam Yunani klasik. Orang dikatakan terbaptis
dalam hutang. Atau terbaptis dalam
kesedihan. Ini pemakaian figuratif, tetapi tetap terjangkar kepada arti
literalnya: penyelaman/pencelupan. Jadi artinya: orang itu terbenam / terliputi
oleh hutang, kesedihan, dll. Orang Israel ketika melewati laut Merah dikatakan
“dibaptis dalam awan dan dalam laut.” Ini cocok sekali dimengerti: mereka terliputi
dalam awan dan dalam laut! Membaca Firman Tuhan harus hati-hati! Tidak dikatakan
mereka dibaptis dalam air laut,
tetapi dalam laut saja! Mereka melalui tanah kering waktu itu, tidak ada airnya,
tetapi tetap melalui lautnya! Di kiri dan kanan mereka ada air laut Merah, di
atas kepala mereka ada awan, suatu gambaran yang sangat jelas bahwa mereka
“terliputi dalam awan dan dalam laut!” Sekali lagi kita lihat bahwa
pemakaian Alkitab cocok dengan pemakaian seluruh karya Yunani klasik, bahwa baptizo
artinya “celup/selam/benam.”
Tanggapan balik Budi Asali:
Siapa yang mengartikan mereka ‘dipercik’? Penekanan saya hanya
bahwa BAPTIZO tidak harus selam! Saya tidak pernah mengatakan artinya menjadi
‘percik’!
Hmmm, sekarang anda sendiri mengganti arti dari BAPTIZO menjadi
‘terliputi’! Lucu sekali! Anda ‘mendefinisikan ulang’ kata itu?????
Dari tadi anda gunakan ‘celup, rendam’! Kalau seseorang dicelup
/ direndam di dalam air, bisakah ia sama sekali tidak tersentuh oleh air itu?
Mustahil bukan? Definisi ‘celup’ (dalam air) ya orangnya harus basah kuyup!
Tetapi bangsa Israel dalam 1Kor 10:2 ini sama sekali tidak tersentuh baik oleh
air maupun oleh laut!
Kalau anda katakan membaca Firman Tuhan harus hati-hati, karena tak
dikatakan ‘air laut’, tetapi hanya ‘laut’, maka saya juga bisa katakan,
bahwa tak dikatakan ‘dasar laut’, tetapi hanya ‘laut’!
Anda selalu ribut soal definisi, arti kata dan sebagainya. Sekarang
telan kembali itu, Steven! Mana ada ‘direndam’ tetapi ‘tak tersentuh’?
Awan di atas mereka? Anda mengubah Alkitab, Steven!
Kel 14:19-20 - “(19) Kemudian bergeraklah Malaikat Allah, yang
tadinya berjalan di depan tentara Israel, lalu berjalan di belakang mereka; dan tiang
awan itu bergerak dari depan mereka, lalu berdiri di
belakang mereka. (20) Demikianlah tiang itu berdiri di
antara tentara orang Mesir dan tentara orang Israel; dan oleh
karena awan itu menimbulkan kegelapan, maka malam itu lewat, sehingga yang
satu tidak dapat mendekati yang lain, semalam-malaman itu”.
Ayatnya mengatakan ‘dalam awan DAN dalam laut’. Awan di depan
lalu pindah ke belakang mereka, jadi tak menyentuh, apalagi merendam mereka!
Laut juga tak menyentuh, apalagi merendam mereka. Dasar laut menyentuh mereka,
tetapi jelas tak merendam mereka!
Saya kutip ulang kata-kata Barnes.
Barnes’ Notes: “This
passage is a very important one to prove that the word baptism does not
necessarily mean entire immersion in water. It is perfectly clear that neither
the cloud nor the waters touched them” (=
Text ini adalah text yang sangat penting untuk membuktikan bahwa kata
‘baptisan’ tidak harus berarti penyelaman seluruhnya di dalam air. Adalah
sangat jelas bahwa baik awan maupun air tidak menyentuh mereka).
4.
Ibr. 9:10 “karena semuanya itu, di samping makanan minuman dan pelbagai macam
pembasuhan. . “
Saya
sungguh tidak melihat bagaimana ayat ini bertentangan dengan kesaksian yang
hampir universal bahwa baptizo berarti
suatu penyelaman, atau “pembasuhan berdasarkan penyelaman.” Tidak ada di
ayat ini yang mengharuskan arti lain. Budi Asali berkata, “pasti Ibr 9:10 ini
menunjuk pada ‘pemercikan’ dalam Ibr 9:13,19,21.” Padahal tidak ada yang
PASTI dalam penarikan kesimpulannya itu. Malah sudah jelas, berdasarkan arti
dari baptizo,
bahwa Ibrani 9:10 PASTI tidak merujuk kepada rantizo
di
9:13, 19, dan 21. 1) Kata Yunani yang dipakai berbeda. 2) Tidak ada lexicon yang
memberikan “to sprinkle” sebagai arti dari baptizo.
3) Tidak pernah ada satu pun pemakaian baptizo
dalam
karya Yunani sekuler yang berarti “memercik.” 4) Ada banyak pembasuhan dalam
Hukum Taurat yang tidak ada kaitannya dengan “pemercikan” darah, misalnya:
“Kemudian haruslah imam mencuci pakaiannya dan membasuh tubuhnya dengan air,
sesudah itu masuk ke tempat perkemahan, dan imam itu najis sampai matahari
terbenam.” (Bil. 19:7) Sehingga heran sekali, berdasarkan logika apakah bahwa baptismois
di ayat 10 “pasti” mengacu kepada rantizo
di
ayat 13, 19, dan 21, padahal arti kedua kata ini sama sekali berbeda?
Tanggapan balik Budi Asali:
Cara argumentasi seperti ini sebetulnya sudah sama dengan memfitnah,
karena saya tak pernah mengatakan bahwa BAPTIZO artinya adalah ‘to sprinkle’
(= memercik)!!! Dimana saya katakan itu???
Anda tidak melihat, karena anda tak peduli dengan kontextnya. Anda
hanya terpancang dengan kata BAPTIZO yang anda anggap hanya punya satu arti
yaitu ‘menyelam / merendam’. Sekarang mari kita perhatikan kontextnya.
Ibr 9:8-15 - “(8) Dengan ini Roh Kudus menyatakan, bahwa jalan ke
tempat yang kudus itu belum terbuka, selama kemah yang pertama itu masih ada.
(9) Itu adalah kiasan masa
sekarang. Sesuai dengan itu dipersembahkan korban dan persembahan yang tidak
dapat menyempurnakan mereka yang mempersembahkannya menurut hati nurani mereka,
(10) karena semuanya itu, di samping makanan minuman dan pelbagai macam pembasuhan (Yunani: BAPTISMOIS), hanyalah peraturan-peraturan
untuk hidup insani, yang hanya
berlaku sampai tibanya waktu pembaharuan. (11) Tetapi Kristus telah datang sebagai Imam Besar untuk hal-hal yang
baik yang akan datang: Ia telah melintasi kemah yang lebih besar dan yang lebih
sempurna, yang bukan dibuat oleh tangan manusia, --artinya yang tidak termasuk
ciptaan ini, -- (12) dan Ia telah masuk satu kali untuk selama-lamanya ke dalam
tempat yang kudus bukan dengan membawa darah domba jantan dan darah anak lembu,
tetapi dengan membawa darah-Nya sendiri. Dan dengan itu Ia telah mendapat
kelepasan yang kekal. (13) Sebab, jika darah domba jantan dan
darah lembu jantan dan percikan abu lembu muda menguduskan mereka yang najis, sehingga mereka disucikan
secara lahiriah, (14) betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal
telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak
bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang
sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup. (15)
Karena itu Ia adalah Pengantara dari suatu perjanjian yang baru, supaya
mereka yang telah terpanggil dapat menerima bagian kekal yang dijanjikan, sebab
Ia telah mati untuk menebus pelanggaran-pelanggara yang telah dilakukan selama
perjanjian yang pertama”.
Ay 10nya berbicara tentang ‘pelbagai macam pembasuhan (baptisan)’,
yang jelas menunjuk pada suatu penyucian. Dan itu dikatakan hanya berlaku sampai
tiba masa pembaharuan (ay 10). Masa pembaharuan itu pasti menunjuk kepada
kedatangan dan pengorbanan Kristus, yang dibicarakan dalam ay 11-12. Dan dalam
ay 12 sudah dikontraskan antara darah domba dengan darah Kristus. Lalu ay 13
kembali membicarakan apa yang tadi dibicarakan dalam ay 10, dan ay 13 mengatakan
‘tentang darah domba jantan dan darah lembu jantan dan percikan abu lembu muda
menguduskan mereka yang najis’. Ini bicara tentang pemercikan yang menyucikan.
Jadi, bagaimana ini bisa tidak menunjuk pada apa yang tadi dikatakan dalam ay
10??
Sekali lagi, saya tidak mengatakan bahwa BAPTIZO artinya memercik.
Tetapi kata BAPTISMOIS dalam ay 10 jelas menunjuk pada pemercikan yang
dibicarakan dalam ay 13. Point saya hanya satu: BAPTIZO tidak harus berarti
‘menyelam / merendam’.
Bahwa anda mengharuskan BAPTIZO berarti merendam memberikan anda beban
lebih besar dari pada saya. Saya hanya butuh satu ayat yang menunjukkan bahwa
BAPTIZO digunakan bukan dalam arti merendam. Dan saya memberikan 4 ayat.
Kalaupun ada 1 atau 2 atau 3 yang bisa anda gugurkan, tetap ada yang benar,
yang memastikan bahwa Alkitab tidak selalu menggunakan BAPTIZO dalam arti
‘menyelam / merendam’. Anda hanya menang, kalau anda bisa membuktikan
tanpa keraguan tentang ke 4 ayat saya, bahwa semuanya berarti ‘merendam’.
Dan saya sangat tidak percaya bahwa anda berhasil melakukan itu! Jika anda
gagal dalam satu ayat saja, maka saya yang menang!
Argumentasi-argumentasi lain
bahwa bahwa baptisan tidak harus dilakukan dengan selam, tetapi boleh dengan
percik, adalah:
Para
pendukung pemercikan berkata bahwa baptizo tidak
harus berarti menyelamkan, tetapi bisa juga arti-arti lain. Tetapi dengan
argumentasi ini, sebenarnya mereka telah membuat kata “baptizo” tidak
memiliki arti yang jelas. Jadi, menurut mereka apakah baptizo?
Menyelam sekaligus memercik, sekaligus menuang, sekaligus mencuci. Jika ada
gereja hari ini yang mulai melakukan “baptisan” dengan cara mengelap badan
yang bersangkutan, mungkin itu akan masuk juga ke dalam arti baptizo!
Tidak ada paralelnya di bahasa mana pun di dunia, bahwa satu kata berarti
sekaligus “mencelupkan,” sekaligus “memercik,” sekaligus “menuang.”
Sungguh ini adalah kekonyolan.
a) Ada banyak kasus dimana
rasanya tidak mungkin dilakukan baptisan selam.
Jangan pakai rasa! Tidak
ada kasus dalam Kitab Suci yang mustahil
Tanggapan balik Budi Asali
Tidak ada yang mustahil? Ya, jadi non selam juga tidak mustahil,
bukan?
Anda sendiri di atas pakai kata ‘rasa’, bung!
Hmm, kata-kata anda sama seperti yang digunakan Dji Ji Liong! Ia
mengatakan “Jangan pakai rasa-rasa, dong Pak ?..........(bagaimana mungkin Bapak membangun
doktrin/pengajaran dengan perasaan?)”.
Saya kutip saja jawaban saya kepada dia dalam hal ini.
Dlm
berargumentasi, kdg2 memang ada argumentasi yg tidak bisa dipastikan 100 %,
tetapi 95 % atau 99 %, dan kalau aku menggunakan argumentasi yg spt itu, aku
secara jujur menggunakan kata ‘rasanya’ atau kata yg sejenis dg kata itu.
Kalau cuma yakin 99 % mengapa dipakai? Semua org berargumentasi dg cara itu,
nak! Dan dlm beragumentasi ttg ‘ketidak-harusan’ menggunakan baptisan selam,
aku menggunakan beberapa / banyak argumentasi yg aku yakin 99 % ini, shg
beberapa dr argumentasi yg meyakinkannya cuma 99 %, pd waktu digabungkan,
menjadi mustahil utk salah! Ngerti, nak? Kata2mu yg tahu2 lari kpd
‘perasaan’ cuma membuktikan ketololanmu!
Dalam Kitab Suci ada banyak
contoh dimana baptisan tidak dilakukan di sungai. Juga tidak diceritakan adanya
kolam yang memungkinkan baptisan selam (Kis 2:41 Kis 9:18 Kis 10:47- 48 Kis
16:33). Kis 16:33 adalah contoh yang paling kuat untuk menunjukkan bahwa
baptisan tidak dilakukan dengan penyelaman karena hal itu terjadi di dalam
penjara!
Charles Hodge, seorang ahli
theologia Reformed dan pendukung baptisan percik, berkata:
“In Acts 2:41, three thousand persons are said to have been baptized
at Jerusalem apparently in one day at the season of Pentecost in June; and in
Acts 4:4, the same rite is necessarily implied in respect to five thousand more.
... There is in summer no running stream in the vicinity of Jerusalem, except
the mere rill of Siloam of a few rods in length; and the city is and was
supplied with water from its cistern and public reservoirs. From neither of
these sources could a supply have been well obtained for the immersion of eight
thousand persons. The same scarcity of water forbade the use of private baths as
a general custom” [=
Dalam Kis 2:41, dikatakan bahwa 3000 orang dibaptiskan di Yerusalem, dan itu
jelas terjadi dalam satu hari pada musim Pentakosta di bulan Juni; dan dalam Kis
4:4, secara tidak langsung bisa dipastikan bahwa upacara yang sama dilakukan
terhadap 5000 orang lebih. ... Pada musim panas, tidak ada sungai mengalir di
Yerusalem dan sekitarnya, kecuali sungai kecil dari Siloam yang panjangnya
beberapa rod (NB: 1 rod = 5 meter); dan kota itu, baik sekarang maupun dulu,
disuplai dengan air dari bak / tangki air dan waduk / kolam air milik / untuk
umum. Tidak ada dari sumber-sumber ini yang bisa menyuplai air untuk menyelam
8000 orang. Kelangkaan air yang sama melarang penggunaan bak mandi pribadi
sebagai suatu kebiasaan umum] - ‘Systematic Theology’,
vol III, hal 534.
Catatan: Kis 4:4 seharusnya
‘menjadi 5000 orang’, bukan ‘bertambah dengan 5000 orang’.
Charles
Hodge lalu menambahkan sebagai berikut: “The
baptismal fonts still found among the ruins of the most ancient Greek churches
in Palestine, as at Tekoa and Gophna, and going back apparently to very early
times, are not large enough to admit of baptism of adult persons by immersion,
and were obviously never intended for that use” (=
Bak-bak untuk membaptis yang ditemukan di antara reruntuhan dari gereja-gereja
Yunani kuno di Palestina, seperti di Tekoa dan Gophna, dan jelas berasal dari
waktu yang sangat awal, tidak cukup besar untuk baptisan orang dewasa dengan
cara penyelaman, dan jelas tidak pernah dimaksudkan untuk penggunaan seperti
itu) - ‘Systematic Theology’, vol III, hal 534.
Benarkah
pada hari Pentakosta tidak mungkin dilakukan “pencelupan” / “penyelaman”
kepada 3000 orang? Apakah Hodge atau Budi Asali ada di sana? Bukankah baik Hodge
maupun Asali tidak bisa 100% memastikan bahwa tidak ada cara untuk
“menyelamkan” orang di hari Pentakosta? Jadi, bahwa tidak ada cukup air,
semuanya hanyalah spekulasi! Apakah kita perlu meragukan arti literal dari
sebuah kata, hanya karena kata itu dipakai dalam suatu situasi yang bagi pikiran
kita sulit? Pemakaian Yunani atas kata baptizo
sudah
terdokumentasi dengan jelas, dan semuanya mengacu kepada menyelamkan.
Satu-satunya alasan untuk mencari definisi lain untuk kata ini adalah karena
alasan doktrinal, yaitu untuk membenarkan pemercikan!
Tanggapan balik Budi Asali:
Hari Pentakosta itu bulan Juni, dan itu musim panas! Sehingga air
yang sudah jarang menjadi makin jarang. Itu yang Hodge maksudkan! Bukankah dalam
berargumentasi anda juga menggunakan logika? Dalam musim panas di daerah seperti
itu, bagaimana bisa ada air yang berlimpah-limpah? Anda mengatakan saya dan
Hodge tidak bisa yakin 100 % tentang kepastian tak ada cukup air untuk menyelam
orang dewasa. Sekarang saya balik. Anda bisa yakin 100 % bahwa disana, pada masa
/ musim panas seperti itu, ada air yang cukup untuk merendam orang dewasa? Kalau
ya, apa dasar keyakinannya? Asal yakin? O pasti karena anda anggap kata BAPTIZO
artinya hanya bisa satu, yaitu ‘merendam’. Dari tadi argumentasi / senjata
anda cuma satu itu saja. Kasihan deh lu! Tetapi saya sudah hancurkan
argumentasimu yang mengatakan bahwa artinya harus ‘merendam’!
Tidak, pengertian doktrinal tidak menyebabkan kami melakukan
EISEGESIS! Pengertian tentang keadaan disana pada musim panas, lalu jumlah orang
yang begitu banyak, orang Kristen sebagai orang-orang yang dimusuhi oleh Yahudi
maupun Romawi, dan khususnya arti yang BAPTIZO yang tidak harus ‘merendam’!
Bukan definisi lain, tetapi memang arti lain selain ‘merendam’
itu ada, dan sudah saya buktikan di atas!
Kita telah melihat
sebelumnya bahwa baptisan percik baru mulai menjadi trend sekitar abad ke- 13. Tetapi kapankah tercatat
tentang pemercikan/penuangan pertama? Dalam tulisan-tulisan para “Bapa
Gereja,” acuan kepada pemercikan/penuangan muncul pertama di tulisan Cyprian
(pertengahan abad ke-3 M). Dalam surat Cyprian kepada Magnus, ia berkata: “You
have also inquired, dearest son, what I think concerning those who, in sickness
and debility, have laid hold on the grace of God, whether they are to be
regarded as Christians in regular standing, seeing they have not been immersed
in the water of salvation, but it has merely been poured upon them. So
far as my poor ability comprehends the matter, I consider that in the
sacraments which pertain to salvation, when the case is one of strict
necessity and God grants his indulgence, divine simpler methods confer the whole
benefit upon believers. And it should not disturb any that the sick are only
sprinkled or poured upon, since the Holy Scriptures says [Here he quotes Ezekiel
xxxvi, 25: 'Then will I sprinkle clean water upon you,' and certain passages in
Numbers about the sprinkling of the water of purification]. Whence it appears
that the sprinkling of water has equal efficacy with the full bath of
salvation.” (Norman Fox, “The Rise of the Use of Pouring and Sprinkling for
Baptism” The Baptist Review 4 (Oct-Dec 1882), hal. 486, reprinted by Vance
Publication, 2001)
Terjemahan: “Kamu juga
telah bertanya, anakku, apa yang saya pikir tentang mereka yang, dalam kesakitan
dan kelumpuhan, telah mendapat kasih karunia Allah, apakah mereka dapat dianggap
Kristen sebagaimana yang lain, karena mereka tidak diselamkan ke dalam air
keselamatan, tetapi hanyalah dituangkan ke atas mereka. Sejauh kemampuan
saya yang buruk dapat memahami masalah ini, saya menganggap bahwa dalam sakramen
yang berhubungan dengan keselamatan, ketika kasusnya adalah terpaksa dan
Allah mengizinkan, metode ilahi yang lebih sederhana memberikan benefit yang
penuh kepada orang-orang percaya.Dan janganlah orang sakit itu cemas karena
hanya dipercik atau dituangkan air, karena Kitab Suci berkata, [Di sini dia
mengutip Yehezkiel 36:25: 'Aku akan mencurahkan kepadamu air jernih,' dan
perikop tertentu dalam Bilangan tentang pemercikan air pentahiran]. Dari sana
kelihatannya pemercikan air memiliki manfaat yang sama dengan mandi keselamatan
yang sepenuhnya.”
Ada beberapa poin yang
memimpin kepada kesimpulan yang kuat dalam kutipan Cyprian ini:
1. Mengingat bahwa surat
Cyprian ini ditulis sekitar tahun 250, jadi hanya 150 tahun terpisah dari Rasul
terakhir, Yohanes, Cyprian kemungkinan besar kenal dengan orang-orang yang ayahnya pernah
bertemu para Rasul dan melihat para Rasul membaptis.
Tanggapan balik Budi Asali:
Anda mengatakan ‘Kita telah melihat sebelumnya bahwa baptisan
percik baru mulai menjadi trend sekitar abad ke- 13’. Itu
sudah saya hancurkan!
‘Kemungkinan besar’?? Jangan pakai ‘kemungkinan’ sekalipun
‘besar’, Liauw! Hehehe, lucu sekali. Anda melarang saya pakai ‘rasa’
tetapi anda sendir pakai ‘rasa’, dan sekarang anda pakai ‘kemungkinan’!
‘Kemungkinan’, sekalipun besar, tetap adalah ‘kemungkinan’! Makan
kata-katamu sendiri!
Kalau ‘kemungkinan’ anda benar, bukankah ini justru bisa
menyebabkan Cyprian, yang tahu kalau rasul-rasul (setidaknya ada yang pernah)
membaptis dengan percik, lalu ia mengijinkan percik?
2. Bahwa pada tahun 250 M,
muncul pertanyaan, apakah sah seseorang dipercik, mengindikasikan bahwa para
Rasul tidak pernah memercik! Apalagi para hari Pentakosta! Kalau para Rasul
memercik pada hari Pentakosta, pertanyaan yang dijawab oleh Cyprian ini tidak
mungkin akan muncul! Siapakah yang akan meragukan pemercikan jika para Rasul
memang memercik? Tidak ada!
Tanggapan balik Budi Asali:
Penganalisaan yang terlalu dangkal! Mengapa tidak mungkin orang itu
bertanya? Apakah tidak mungkin bahwa pada saat itu sudah ada pro kontra tentang
percik atau tuang atau selam, dan orang itu tidak mengerti tentang yang mana
yang benar, sehingga lalu bertanya kepada Cyprian? Dan kalau dilihat dari
kata-kata Schaff di bawah, maka terlihat dengan jelas bahwa itu memang kasusnya!
3. Cyprian memang dalam surat
ini menyetujui pemercikan (yang adalah kesalahan), tetapi perhatikan bagaimana
dia menjawabnya: a) dengan keraguan; dia tidak pasti benar; dia menggunakan
bahasa yang rendah hati: 'so far as my poor ability comprehends'; b) dengan
mengacu kepada Perjanjian Lama, mengutip Yehezkiel dan Bilangan; c) Tidak
sama sekali mengutip Perjanjian Baru. Jadi, terlihat bahwa Cyprian sama
sekali tidak menyangsikan bahwa dalam Perjanjian Baru, baptisan adalah
penyelaman. Cyprian yang fasih Yunani memang tidak mungkin meragukan poin
ini! Tetapi sayang sekali, belum ada Hodge pada zaman Cyprian, untuk
mengingatkan Cyprian bahwa di Yerusalem tidak ada cukup air untuk membaptis 3000
orang, sehingga mereka perlu dipercik! Kalau begitu, Cyprian bisa lebih lega
menjawab pertanyaan tersebut!
Tanggapan balik Budi Asali:
Saya tak tahu bagaimana anda menggunakan bahasa. Tetapi dari sudut
saya, itu sama sekali bukan keraguan, tetapi hanya menunjukkan kerendahan
hatinya. Dan bahwa Cyprian meragukan kata-katanya jelas merupakan omong kosong,
yang terlihat dari kata-kata Schaff di bawah ini.
Schaff: “Baptism
by pouring water from a shell or vessel or from the hand on the head of the
candidate very early occurs also and was probably considered equivalent to
immersion. The Didache allows
pouring in cases of scarcity of water. But afterwards this mode was applied only
to infirm or sick persons; hence called clinical baptism. The validity of
this baptism was even doubted by many in the third century; and Cyprian
wrote in its defence, taking the ground that the
mode of application of water was a matter of minor importance, provided that
faith was present in the recipient and ministrant.
According to ecclesiastical law clinical baptism at least incapacitated for the
clerical office” (=) - ‘History of the
Christian Church’, vol II, hal 249-250.
Saya beri terjemahan bebas dan untuk yang penting saja:
Baptisan dengan penuangan juga sudah terjadi pada masa yang sangat
awal, dan mungkin dianggap sama seperti penyelaman. Didache (ditulis abad ke 2)
mengijinkan penuangan dalam kasus jarang ada air. Tetapi belakangan cara ini
hanya digunakan untuk orang sakit. Keabsahan dari baptisan tuang ini diragukan
oleh banyak orang pada abad ke 3, dan Cyprian
menulis sebuah tulisan untuk membela baptisan tuang ini, dan sebagai dasar ia mengatakan bahwa cara pemberian air adalah
persoalan remeh, asal iman ada dalam diri orang yang dibaptis maupun yang
membaptis.
Sekarang saya tanya: Cyprian ragu-ragu bahwa baptisan non
selam itu boleh? Nonsense! Dia yakin itu boleh, dan karena itu ia
menulis pembelaan terhadap baptisan tuang / percik / non selam. Ia
meremehkan cara pemberian air dalam baptisan, asal yang dibaptis dan yang
membaptis beriman!
Kata-kata yang anda kutip entah dari buku mana itu, sebetulnya
merupakan sebagian dari tulisan Cyprian tentang kontroversi ini.
Untuk lebih meyakinkan lagi, kita pelajari saja bagaimana tulisan
Cyprian yang membela baptisan percik / tuang tersebut! Saya juga tak mengutip
seluruh surat tentang hal ini, tetapi hanya yang penting-penting saja, tetapi
kutipan saya lebih lengkap dari kutipan anda.
Cyprian: “To
Magnus, on Baptizing the Novatians, and Those Who
Obtain Grace on a Sick-Bed.
....
12.
You have asked also, dearest son, what I thought of those who obtain God’s
grace in sickness and weakness, whether they are to be accounted legitimate
Christians, for that they are not to be washed, but sprinkled, with the saving
water. In this point, my diffidence and modesty prejudges none, so as to prevent any from feeling what he thinks
right, and from doing what he feels to be right.
As far as my poor understanding conceives it, I think that the divine benefits
can in no respect be mutilated and weakened; nor can anything less occur in that
case, where, with full and entire faith both of the giver and receiver, is
accepted what is drawn from the divine gifts. For in the sacrament of salvation
the contagion of sins is not in such wise washed away, as the filth of the skin
and of the body is washed away in the carnal and ordinary washing, as that there
should be need of saltpetre and other appliances also, and a bath and a basin
wherewith this vile body must be washed and purified. Otherwise is the breast of
the believer washed; otherwise is the mind of man purified by the merit of
faith. In the sacraments of salvation, when necessity compels, and God bestows
His mercy, the divine methods confer the whole benefit on believers; nor ought
it to trouble any one that sick people seem to be sprinkled or affused, when
they obtain the Lord’s grace, when Holy
Scripture speaks by the mouth of the prophet Ezekiel, and says, ‘Then will I
sprinkle clean water upon you, and ye shall be clean: from alI your filthiness
and from all your idols will I cleanse you. And I will give you a new heart, and
a new spirit will I put within you.’ Also in Numbers: ‘And the man that shall be unclean until the evening shall
be purified on the third day, and on the seventh day shall be clean: but if he
shall not be purified on the third day, on the seventh day he shall not be
clean. And that soul shall be cut off from Israel: because the water of
sprinkling hath not been sprinkled upon him.’ And again: ‘And the Lord spake unto Moses saying, Take the Levites from
among the children of Israel, and cleanse them. And thus shalt thou do unto
them, to cleanse them: thou shall sprinkle them with the water of
purification.’ And again: ‘The water of
sprinkling is a purification.’ Whence
it appears that the sprinkling also of water prevails equally with the washing
of salvation; and that when this is done in the Church, where the faith both of
receiver and giver is sound, all things hold and may be consummated and
perfected by the majesty of the Lord and by the truth of faith. 13. But,
moreover, in respect of some calling those who have obtained the peace of Christ
by the saving water and by legitimate faith, not Christians, but Clinics, I do
not find whence they take up this name, unless perhaps, having read more, and of
a more recondite kind, they have taken these Clinics from Hippocrates or
Soranus. ... if any one think that those have gained nothing by having only
been sprinkled with the saving water, but that they are still empty and void,
let them not be deceived, so as if they escape the evil of their sickness, and
get well, they should seek to be baptized. ... 15. But if any one is moved
by this, that some of those who are baptized in sickness are still tempted by
unclean spirits, let him know that the obstinate wickedness of the devil
prevails even up to the saving water, but that in baptism it loses all the
poison of his wickedness. An instance of this we see in the king Pharaoh, who,
having struggled long, and delayed in his perfidy, could resist and prevail
until he came to the water; but when he had come thither, he was both conquered
and destroyed. And
that that sea was a sacrament of baptism,
the blessed Apostle Paul declares, saying,
‘Brethren, I would not have you ignorant how that all our fathers were under
the cloud, and all passed through the sea, and were all baptized unto Moses in
the cloud and in the sea;’ and he added, saying, ‘Now all these things were
our examples.’ ... 16. This, finally, in very
fact also we experience, that those who are baptized by urgent necessity in
sickness, and obtain grace, are free from the unclean spirit wherewith they
were previously moved, and live in the Church in praise and honour, and day by
day make more and more advance in the increase of heavenly grace by the growth
of their faith. And, on the other hand, some of those who are baptized in health, if
subsequently they begin to sin, are shaken by the return of the unclean spirit,
so that it is manifest that the devil is driven out in baptism by the faith of
the believer, and returns if the faith afterwards shall fail.
... 17. I have replied, dearest son, to your letter, so far as my poor ability
prevailed; and I have shown, as far as I could, what I think; prescribing to no
one, so as to prevent any prelate from determining what he thinks right, as he
shall give an account of his own doings to the Lord, according to what the blessed Apostle Paul in
his Epistle to the Romans writes and says: ‘Every one of us shall give account
for himself: let us not therefore judge one another.’
I bid you, dearest son, ever heartily farewell” (= ) - ‘Ante-Nicene Father’, Epistle 75
(dari PC Study Bible 5).
Kesimpulan / ringkasan dari
kutipan-kutipan panjang yang saya beri tanpa terjemahan itu:
Pada jaman itu memang
kebanyakan mempraktekkan baptisan selam, tetapi lalu muncul problem, karena
bagaimana membaptis orang sakit, yang bahkan tak bisa bangun dari ranjangnya,
dengan baptisan selam? Lalu orang membaptis orang-orang sakit itu dengan
percik / tuang. Tetapi muncul orang-orang hyper-critical, yang
mempermasalahkan, apakah itu sah atau tidak! (Catatan: orang-orang hyper-critical
seperti ini banyak juga jaman sekarang, termasuk orang-orang dari GBIA
Graphe!) Dan Magnus, yang kelihatannya adalah anak dari Cyprian, menanyakan
itu kepada Cyprian. Dan Cyprian lalu membuat tulisan ini, yang membela
baptisan percik / tuang / non selam ini!
Dan dalam bagian ‘Elucidation’ dari tulisan Cyprian ini (no XX), dikatakan sebagai berikut: “St. Cyprian seems to be the earliest apologist for sprinkling” (= Santo Cyprian kelihatannya adalah apologist yang paling awal tentang percik/ baptisan percik)
Tidak mengutip Perjanjian
Baru, heh? Pertama, mengutip Perjanjian Lama sama sekali tak ada salahnya, dan
menurut saya, ayat dalam Yehezkiel, maupun Bilangan, memang tepat. Kedua ia
memang mengutip Perjanjian Baru, cuma bagian itu tidak anda kutip
(dengan sengaja? untuk bohongi orang?). Atau penulis buku yang anda kutip itu
yang kurang ajar sehingga hanya mengutip sebagian saja? Lihat bagian yang saya
beri garis bawah ganda dan warnai merah, itu beberapa kutipan dari Paulus [1Kor 10:1-6 (catatan: ini text yang saya
pakai juga untuk mendukung baptisan percik / tunga / non selam!!!); Roma 14:12-13] dan juga bagian-bagian,
yang biarpun bukan kutipan kata per kata, tetapi jelas diambil dari
kitab-kitab Injil (Mat 12:43-45)! Itu dari Perjanjian Lama atau dari Perjanjian Baru???? Jadi,
bagaimana tentang kata-kata anda yang saya kutip ulang di sini “Tidak sama sekali mengutip
Perjanjian Baru. Jadi, terlihat bahwa Cyprian sama sekali tidak menyangsikan
bahwa dalam Perjanjian Baru, baptisan adalah penyelaman. Cyprian yang
fasih Yunani memang tidak mungkin meragukan poin ini!”????
Telan itu kembali, Steven!! Mengutip sebagian, lalu menyimpulkan?? Hmmm,
persis seperti yang sering dilakukan oleh Saksi-Saksi Yehuwa!
Bahkan seandainya Cyprian tidak mengutip Perjanjian Baru, kata-kata anda tak masuk akal. Cyprian, katakanlah membela baptisan percik hanya dengan menggunakan Perjanjian Lama, tetapi seperti anda katakan, ia yakin bahwa Perjanjian Baru memerintahkan baptisan selam. Bukankah lucu? Jadi ia menabrakkan Perjanjian Lama dengan Perjanjian Baru? Anda mencoba memamerkan logika anda, yang sebetulnya tidak ada
Cyprian lahir di Carthage, Tunisia, Afrika Utara, dan menjadi uskup
di sana 2 tahun setelah baptisannya (yang terjadi pada tahun 245-246 M.) -
Schaff vol II, hal 843,845.
Jadi, dari mana ia tahu apapun tentang Yerusalem, bahwa di sana
kurang air dsb? O, pasti dia pernah ikut tour ke Yerusalem naik pesawat! Hehehe.
Kalau dia naik unta, pasti dia sudah mati di tengah jalan jauh sebelum mencapai
Yerusalem! O ada kemungkinan lain.
Mungkin ia dapat penglihatan atau mimpi tentang Yerusalem! Karena Schaff
mengatakan (hal 843) bahwa ‘he believed,
like Tertullian and others, in visions and dreams’ (= ia percaya, seperti
Tertullian dan yang lain-lain, pada penglihatan dan mimpi)!
Hodge hidup dalam jaman yang jauh lebih modern (abad 19), sehingga
jauh lebih memungkinkan baginya untuk betul-betul mengunjungi Israel, atau
belajar dengan benar tentang Israel dari orang-orang yang pernah kesana, dari
pada Cyprian yang hidup pada abad ke 3!
Jadi, Hodge dibandingkan dengan Cyprian, saya tak ragu-ragu
sedikitpun (tak pakai ‘rasa’ di sini), Hodge pasti lebih bagus dan lebih
sehat, dalam pengertian ataupun kepercayaan!
Apalagi dalam hal baptisan, mereka berdua ternyata sepakat, bahwa
baptisan percik / non selam memang diijinkan. Jadi, seandainya Hodge hidup pada
jaman itu, ia tak perlu memberitahu apapun kepada Cyprian berkenaan dengan hal
itu. Sebaliknya, mereka akan saling menguatkan, dan mereka mungkin sekali akan membicarakan betapa
tololnya, dan tidak Alkitabiahnya, orang-orang
yang memutlakkan baptisan selam!
4. Bahwa Cyprian menganggap
baptisan sebagai bagian dari keselamatan, sakramen yang berhubungan dengan
keselamatan. Ini adalah kesesatan. Tetapi ini memperlihatkan bahwa asal muasal
munculnya praktek pemercikan adalah menyimpangnya makna baptisan. Ketika
baptisan dianggap menyelamatkan, maka bayi pun harus dibaptis. Orang sakit pun
harus dibaptis. Dan karena mereka tidak bisa dibaptis, maka dipercik pun
jadilah!
Tanggapan balik Budi Asali:
Hmmm, mengapa bayi tak bisa diselam? Mengapa orang sakit tidak bisa
diselam? Kalau mereka punya keyakinan bahwa selam itu merupakan keharusan
mutlak, maka mereka tak akan mengubah hal itu! Bayi tak akan mati karena diselam
selama 1-2 detik, demikian juga dengan orang tua atau orang sakit.
Musa tak menyunat anak keduanya, mungkin karena kasihan karena anak
pertama menderita karena penyunatan. Tetapi kelalaian itu menyebabkan Tuhan
hampir membunuh dia (Kel 4). Apakah ia, atau istrinya, lalu mengubah keharusan
mutlak ‘memotong kulit khatan’ menjadi ‘menggunting kuku’nya?
Apalagi kalau itu dianggap menyelamatkan, maka pasti tak akan ada
yang berani mengganti!
Bukankah aneh, kalau Cyprian, yang percaya bahwa baptisan itu
menyelamatkan, tetap mengubah baptisan dari selam menjadi percik, kecuali ia
diyakinkan oleh Alkitab, bahwa hal itu memang diijinkan?
Juga, bisakah anda beri bukti dari buku sejarah yang cukup
berotoritas bahwa ajaran sesat itu yang menyebabkan munculnya baptisan percik?
Anda cuma ngomong tanpa bukti! Saya, sebaliknya, melalui kutipan dari tulisan
Cyprian itu, dengan pasti bisa mengatakan, bahwa problem mula-mula adalah
bagaimana membaptis orang sakit, yang sudah percaya tetapi belum dibaptis,
dengan baptisan selam? Memang Cyprian percaya hal yang sesat, bahwa baptisan
menyelamatkan. Tetapi kalau kita sekarang ini punya kepercayaan yang benar,
yaitu hanya iman yang menyelamatkan, apakah kita tidak membaptis orang sekarat,
yang sudah percaya, tetapi belum dibaptis???? Bukan untuk menyelamatkan dia,
karena dia sudah selamat. Tetapi sebagai ketaatan terhadap perintah Tuhan. Lalu
bagaimana anda membaptis orang sekarat itu? Tetap dengan selam?
Saya ingin tambahi satu kutipan dari buku sejarah Schaff.
Schaff: “Prof. Norman Fox and other Baptist writers,
think that ‘neither infant baptism nor the use of pouring and sprinkling for
baptism would ever have been thought of but for the superstitious idea that
baptism was necessary to salvation.’ But this idea prevailed among the
fathers and in the Greek church fully as much as in the Roman, while it is
rejected in most Protestant churches where sprinkling is practiced” [= Prof. Norman Fox and penulis-penulis Baptis
yang lain, berpikir / menganggap bahwa ‘baptisan bayi ataupun penggunaan
penuangan dan pemercikan untuk baptisan tidak akan pernah dipikirkan kecuali
karena gagasan / kepercayaan yang bersifat takhyul bahwa baptisan adalah perlu
untuk keselamatan’. Tetapi gagasan / kepercayaan ini berlaku di antara
bapa-bapa (gereja) dan dalam Gereja Yunani sepenuhnya sama banyaknya seperti
dalam gereja Roma, sedangkan itu ditolak dalam kebanyakan gereja-gereja
Protestan dimana pemercikan dipraktekkan] - ‘History of the
Christian Church’, vol II, hal 250-251 (footnote).
Tadi di atas anda mengatakan gereja-gereja Yunani mempraktekkan
selam, tetapi mereka percaya baptisan perlu untuk keselamatan. Juga di Gereja
Roma Katolik, menurut anda selam dipraktekkan sampai tahun 1300, padahal mereka
juga percaya baptisan perlu untuk keselamatan. Sebaliknya, dalam gereja-gereja
Protestan, pandangan itu ditolak tetapi orang Protestan (kecuali yang
‘exentrik’) pada umumnya mempraktekkan pemercikan!
Jadi, tuduhan anda ngawur total, bukan? Itu bukan saja tuduhan yang
ngawur, tetapi juga fitnahan. Tak heran, kalian bapa dan anak memang punya
nature yang suka memfitnah, dan dengan demikian kalian pasti jadi alat favorit
dari setan!
Mengenai pernyataan Hodge
bahwa ditemukan bak baptisan yang tidak bisa dipakai untuk pencelupan, ini saya
ragukan, karena Hodge tidak menyertakan gambarnya (atau ada?): 1) entah
memang itu bukan bak baptisan; 2) atau sebenarnya memang cukup untuk
mencelupkan. Dalam gerejagereja Baptis, tidak jarang baptisan dilakukan
menggunakan kolam mainan anak-anak, yang airnya selutut orang dewasa. Si petobat
duduk di kolam mainan itu, lalu dia dibaringkan. Sebaliknya, saya punya buku
berjudul Archaeology of Baptism (382 halaman), yang mendokumentasikan
bukti-bukti Arkeologi tentang baptisan, termasuk foto-foto bak-bak baptisan
ataupun lukisan konsep baptisan! Dari hasil penelitian Arkeologi, tidak dapat
diragukan bahwa gerejagereja mula-mula mempraktekkan baptisan, bukan
pemercikan!Apalagi menyinggung gereja-gereja Yunani! Gereja-gereja Yunani hingga
hari ini murni mempraktekkan penyelaman, dan mereka tidak mau menerima
pemercikan sebagai baptisan! Ini karena
mereka mengerti bahasa
mereka sendiri.
Tanggapan balik Budi Asali:
Hodge menulis Systematic Theology dan buku tafsiran, bukan komik
bergambar!
Anda mengatakan ‘entah’ tetapi lalu mengatakan ‘atau
sebenarnya memang cukup untuk mencelupkan’. Hehehe. ‘Entah’ berarti tak
tahu, tetapi menebak-nebak!
Kalau Hodge katakan ‘tidak cukup’, saya yakin ahli theologia ini
tidak begitu bodoh / gila, sehingga mengatakan ‘tidak cukup’ padahal maksud
sebenarnya ‘cukup’! Anda sendiri sekarang mendefinisikan ulang suatu kata
sehingga berlawanan dengan arti sebenarnya! Kalau ‘tidak cukup’ bisa berarti
‘cukup’, lalu mesti menjelaskan bagaimana untuk betul-betul menyatakan
‘tidak cukup’? Harus berkata ‘tiiiiiiiidaaaaaak cukup’???? Atau,
haruskah ia berkata ‘tidak cukup, ya artinya tidak cukup, goblog!’. Lucunya,
anda salahkan saya mengartikan kata BAPTIZO, sebagai ‘mencuci’, padahal ada
kamus yang memang mengatakan demikian! Yang mana yang gila?
Persetan dengan praktek gereja Baptis. Pasti tak sama dengan apa
yang Hodge katakan.
Foto-foto itu dari tahun berapa dan dimana? Tanpa penjelasan!
Mungkin dari abad ke 20? Dan di Jakarta, di gereja yang namanya GRAPHE????
Lukisan? Hmmm, seperti Leonardo Da Vinci dalam melukis secara tolol
Perjamuan Kudus yang Yesus lakukan dengan murid-muridNya?
Hasil penelitian arkeologi yang mana?
O ya? Gereja Yunani yang mana? Anda pernah ke sana dan meneliti
setiap gereja yang ada?
Anda percaya foto, lukisan, gereja Yunani, omongan orang, dsb,
tetapi saya percaya Alkitab, yang sudah saya buktikan di atas.
Mengenai kasus pembaptisan
keluarga Kornelius, sama sekali tidak ada kesulitan. Mengingat bahwa arti
umum dan literal dari baptizo adalah menyelamkan, para
pendukung pemercikan haruslah mampu membuktikan bahwa penyelaman tidak bisa
dilakukan. Ini tidak dapat mereka lakukan. Apalagi dalam kasus kepala penjara
Filipi, Alkitab tidak mengatakan bahwa baptisan terjadi dalam penjara! (Apakah
Budi Asali menambahi Alkitab di sini?) Malahan konteks memberitahu kita bahwa
Paulus tidak lagi dalam penjara, tetapi sudah diberi keleluasaan oleh kepala
penjara. Sekali lagi, pendukung pemercikan harus bisa membuktikan bahwa 100%
tidak bisa dilakukan penyelaman, barulah mereka bisa memakai perikop ini. Jelas
mereka tidak bisa membuktikan hal tersebut. Kaum Baptis hanya perlu memberikan
satu alternatif yang mungkin: misalnya, bisa saja mereka turun ke sungai kecil
di dekat rumah kepala penjara, bisa saja ada bak di dalam penjara, bisa saja ada
bak di rumah kepala penjara, dll. Dengan adanya satu saja alternatif yang
MUNGKIN terjadi, sudah gugur argumen para pemercik di sini.
Tanggapan balik Budi Asali:
O sekarang anda katakan arti umum! Apa maksudnya? Jadi ada arti
khusus? Saya tak perlu membuktikan bahwa dalam kasus Kornelius tidak mungkin
dilakukan penyelaman. Saya membuktikan melalui penggunaan Alkitab terhadap kata
Yunani BAPTIZO, yang sudah saya lakukan di atas.
Dalam baptisan di penjara, lagi-lagi anda memberikan jawaban yang
kurang lebih sama dengan Dji Ji Liong. Saya jadi ragu-ragu apakah Dji Ji Liong
itu memang ada dan memang memberikan sanggahan itu, atau anda yang jadi Dji Ji
Liong???
Saya kutip saja jawaban saya kepada Dji Ji Liong.
Kis
16:29-34 - “(29) Kepala
penjara itu menyuruh membawa suluh, lalu berlari masuk dan dengan gemetar
tersungkurlah ia di depan Paulus dan Silas. (30) Ia mengantar mereka ke luar, sambil berkata: "Tuan-tuan, apakah
yang harus aku perbuat, supaya aku selamat?" (31) Jawab mereka:
"Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau
dan seisi rumahmu." (32) Lalu mereka memberitakan firman Tuhan kepadanya dan
kepada semua orang yang ada di rumahnya. (33) Pada jam itu juga kepala penjara
itu membawa mereka dan membasuh bilur mereka. Seketika itu juga ia dan
keluarganya memberi diri dibaptis. (34) Lalu
ia membawa
mereka ke rumahnya
dan menghidangkan makanan kepada mereka. Dan ia sangat bergembira, bahwa ia dan
seisi rumahnya telah menjadi percaya kepada Allah”.
Saya
kutip buku saya sendiri ttg Kisah Rasul:
“Baptisan dilakukan di dalam penjara. Memang ay 30 mengatakan
mereka ‘keluar’, tetapi mereka baru betul-betul keluar dari penjara dalam
ay 34, sehingga kata ‘keluar’ dalam ay 30 mungkin sekedar
berarti bahwa mereka pergi dari penjara bagian dalam (bdk. ay 24), ke
penjara bagian luar dimana lebih banyak cahaya dan udara segar. Karena
penjara tidak mempunyai kolam, di sini hampir pasti tidak digunakan baptisan
selam. Dari sini terlihat dengan jelas bahwa baptisan selam bukanlah
satu-satunya cara membaptis yang benar!”.
Sekarang saya
bahas kata2mu lagi. Coba perhatikan text di atas pd bagian yg saya cetak miring.
Ay 31 itu tentu tak bisa diartikan bahwa kalau kepala penjara percaya maka ia
selamat dan seisi rumahnya juga selamat. Juga tak bisa diartikan bahwa kalau ia
percaya dan selamat, maka seisi rumahnya dijanjikan utk juga percaya dan
selamat. Tetapi maksudnya ia hrs percaya maka ia selamat, seisi rumahnya juga
harus percaya maka mereka juga selamat. Krn itu ia tak mau hanya ia yg mendengar
injil, tetapi ia mengajak seisi rumahnya utk juga ikut mendengar injil dr
Paulus.
Sekarang ay 32,
nak! Kamu katakan ini sudah ada di rumah kepala penjara? Dasar goblok! Kata2 ‘yg
ada di rumahnya’ tidak menunjuk pd tempat dimana mrk berada, tetapi menjelaskan kata ‘semua
orang’ (jadi, maksudnya ‘seluruh keluarganya’).
Bible
Knowledge Commentary:
“The words ‘and your
household’ mean those members of his house”.
Catatan: yang tulis buku tafsiran ini adalah John Walvoord! Embahnya
dispensationalist modern!
Jadi, pemberitaan
injil dilakukan masih di dlm penjara. Lalu mrk dibaptis, juga masih di dlm
penjara. Setelah semua selesai, maka dlm ay 34 mereka keluar dari penjara dan
pergi ke rumah kepala penjara, dan makan disana
Tafsiranmu, nak,
yg bilang dlm ay 33, mrk pergi ke kolam atau sungai, lalu kembali ke rumah
kepala penjara, kamu dpt dr ayat mana? Alkitab mbahmu ada ayat spt itu???
Alangkah alkitabiahnya, betul2 cocok dg nama ‘alkitabiah’ dr GBIA!!
Justru terbalik.
Anda yang harus membuktikan bahwa memang dilakukan baptisan selam dalam setiap
peristiwa! Seperti sudah saya katakan, sekarang saya ulang lagi. Beberapa contoh
yang ‘rasanya’ tidak mungkin (99 % tidak mungkin) dilakukan selam, pada
waktu semua itu digabungkan, secara praktis membuat pasti bahwa ada yang bukan
selam. Dan satu contoh sudah lebih dari cukup.
Sekarang
mari kita melihat baptisan sida-sida dalam Kis 8:26-40. Apakah ini adalah
baptisan selam? Ada 2 hal yang perlu diperhatikan dari bagian ini:
1.
Kis 8:36 - ‘ada air’.
Yunani:
TI HUDOR [a certain water / some water (=
air tertentu / sedikit air)]. Jadi ini menunjuk pada sedikit air, sehingga tidak
memungkinkan baptisan selam.
Charles
Hodge: “He was travelling through a desert part of the country towards
Gaza, when Philip joined him, ‘And as they went on their way they came unto a
certain water (EPI TI HUDOR, to some water)’.There is no known stream in that
region of sufficient depth to allow of the immersion of a man” [=
Ia sedang bepergian melalui bagian padang pasir dari negara itu menuju Gaza,
ketika Filipus bergabung dengannya, ‘Dan ketika mereka melanjutkan perjalanan
mereka mereka sampai pada air tertentu (EPI TI HUDOR, kepada sedikit air)’. Di
daerah itu tidak diketahui adanya sungai dengan kedalaman yang cukup untuk
memungkinkan penyelaman seorang manusia] -
‘Systematic
Theology’, vol III, hal 535.
Wow, benarkah Hodge bisa
memastikan bahwa tidak ada air dekat situ yang dapat dipakai sebagai tempat
baptisan? Apakah Hodge pernah mensurvei setiap jengkal tanah antara Palestina
dan Etiopia? Kalau pun pernah, pastilah sia-sia! Karena selama ribuan tahun
antara kisah Filipus dan Hodge, topografi sungai bisa jadi sudah berubah total!
Dalam lebih dari 1000 tahun, sungai besar pun sudah bisa hilang. Ini argumen
yang sungguh tidak berbobot. Sebaliknya, penggunaan
kata baptizo dalam masyarakat Yunani sebagai
“menyelamkan,” seharusnya membuat kita percaya kata-kata Alkitab. Lagipula, kalau memang sida-sida
dipercik, kenapa perlu ambil air dari sungai kecil yang kotor? Padahal beberapa
tetes dari persediaan air minum bersih saja sudah mencukupi!
Tanggapan balik Budi Asali:
Hmmm, mengapa kata-kata saya tentang TI HUDOR (sedikit air) tidak
ditanggapi? Ini Firman Tuhan! Dan anda abaikan begitu saja? Saya lihat anda tak
punya senjata lain apapun selain mengatakan bahwa BAPTIZO harus berarti menyelam
/ merendam. Arti itu sudah tidak mungkin digunakan di sini pada waktu hanya ada
sedikit air.
Kata-kata Hodge, saya tak tahu ia dasarkan pada apa, tetapi kalau ia
mengatakan, pasti ia tidak sembarangan. Dan kata-katanya sesuai dengan kata-kata
TI HUDOR itu! Jadi, persetan dengan topography yang berubah dsb, yang anda
sendiri juga tak bisa pastikan! Topography padang pasir tak akan berubah
banyak, kecuali ada banjir Nuh di antara jaman itu dan jamannya Hodge!
Dan bagaimana anda tahu kalau Hodge mengetahui daerah itu pada jaman
sekarang, dan bukannya pada jaman dulu? Ia bisa membaca banyak buku-buku
berkenaan dengan hal itu, yang ditulis oleh orang-orang pada jaman itu, sehingga
topographynya adalah dari jaman itu!
Hehehe, lagi-lagi argumentasi yang sama dengan Dji Ji Liong! Air
minum? Siapa yang bilang dia bawa? Dia bisa bawa semangka, air jeruk,
buah-buahan yang banyak airnya dan sebagainya, tetapi tak bisa gunakan air
semangka dsb untuk membaptis bukan? Kalaupun dia bawa air minum, itu sangat dia
butuhkan, dan bisa saja ia tahu di dekat sana ada sedikit air yang cukup untuk
membaptis, sehingga untuk apa mengorbankan air minumnya?
Air sungai yang kotor? Siapa yang bicara tentang air sungai yang
kotor? Tahu dari mana kalau itu sungai dan kotor? Baik Alkitab maupun saya atau
Hodge tak pernah katakan itu. Anda sendiri berkhayal untuk bohongi orang? Kita
tak tahu air yang sedikit itu berupa apa, jadi tak usah berspekulasi. Yang jelas
ada sedikit air. Dan andaikatapun kotor, tetap lebih baik pakai air itu dari
pada mengorbankan air minum yang sangat penting di padang pasir (itu kalau dia
tak bawa semangka dsb!).
2. Kis 8:38-39 berkata ‘turun
ke dalam air ... keluar dari air’.
Apakah ini menunjuk pada
baptisan selam? Seperti pada baptisan Yesus, istilah ini bisa diartikan 2 macam,
yaitu:
a. Sida-sida itu betul-betul
terendam total, lalu keluar dari air.
b. Sida-sida itu turun ke
dalam air yang hanya sampai pada lutut atau mata kakinya, lalu keluar dari air.
Bagaimana dengan
alternatif ketiga: Sida-sida turun ke dalam air yang sampai ke perut/dada?
Apakah ini tidak mungkin?
Tanggapan balik Budi Asali:
Poinnya anda tak mengerti. Anda betul-betul payah! Cuma 2
alternatif, atau terendam total, atau terendam sebagian. Sampai dada, atau
leher, atau mata kaki, atau lutut, itu tetap sebagian.
Untuk mengetahui yang mana
yang benar dari 2 kemungkinan ini, bacalah Kis 8:38-39 itu sekali lagi.
Perhatikan bahwa di situ dikatakan: “dan keduanya turun ke
dalam air, baik Filipus maupun sida-sida itu, dan Filipus membaptis dia. Dan
setelah mereka keluar dari air, ...”.
Kalau istilah ‘turun ke
dalam air’ dan ‘keluar dari air’ diartikan sebagai baptisan selam, itu
menunjukkan bahwa Filipus, sebagai orang yang membaptis, juga ikut diselam! Ini
jelas tidak mungkin. Jadi dari 2 kemungkinan di atas, yang benar adalah
kemungkinan kedua. Ini juga cocok dengan point pertama di atas yang menunjukkan
bahwa air di situ cuma sedikit, sehingga tidak memungkinkan baptisan selam.
Keduanya turun ke dalam
air! Hal yang sangat tidak perlu dilakukan hanya untuk melakukan pemercikan!
Setelah turun ke dalam air, barulah Filipus membaptis sida-sida, yaitu
mencelupkan dia. Lalu keduanya keluar lagi dari air itu! Kaum Baptis tidak
mengatakan bahwa di ayat ini “turun ke dalam air” itu adalah baptisannya!
Turun ke dalam air itu memungkinkan Filipus membaptis sida-sida! Setelah
“turun ke air” barulah sida-sida dibaptis. Lalu mereka kedua keluar dari
air. Yang ditekankan kaum Baptis adalah: kalau memang ini pemercikan, sama
sekali tidak perlu turun ke air (biar hanya semata kaki pun), cukup diambil
sedikit, jauh lebih praktis. Faktanya, gereja-gereja pemercik hari ini sama
sekali tidak mencari sungai untuk melakukan pemercikan mereka! Dan mereka tidak
turun ke air untuk melakukan pemercikan!
Tanggapan balik Budi Asali:
Anda tak tahu apapun tentang sikon tempat itu bagaimana bentuknya
kedalamannya dsb, tetapi berani komentar! Bisa karena tradisinya memang keduanya
masuk ke air, bisa juga sikonnya mengharuskan keduanya turun ke air. Misalnya,
air ada dalam lubang yang cukup dalam (2 meter), tetapi ketinggian air hanya 50
cm. Kalau hanya sida-sida yang masuk, bagaimana Filipus menjangkau kepala
sida-sida itu? Pakai galah?
Anda tak menjawab argumentasi saya, seperti yang biasa anda lakukan
(jangan mimpi melakukan itu dalam debat nanti kalau tidak mau saya sikat habis.
Saya tak mau ada argumentasi saya yang tidak dijawab). Kedua orang itu disatukan
sebagai subyek dengan hanya satu predikat / kata kerja, sehingga kalau yang satu
terendam, yang lain juga harus terendam.
Untuk lebih jelasnya saya kutipkan lagi kata-kata saya kepada Dji Ji
Liong.
Lukas,
sebagai penulis kitab Kisah Rasul, secara menekankan, menggabungkan
Filipus dan sida-sida sebagai subyek, dan menggunakan hanya satu kata kerja
untuk subyek gabungan itu. Mari kita perhatikan textnya sekali lagi.
Ay 38-39a:
(38) Lalu orang Etiopia itu menyuruh menghentikan kereta itu, dan keduanya
turun ke dalam air, baik Filipus maupun sida-sida itu, dan
Filipus membaptis dia. (39a) Dan setelah mereka keluar dari air, ...”.
Keterangan:
a)
Untuk kata kerja ‘turun’ subyeknya digabungkan, yaitu ‘keduanya’.
Lalu ditekankan lagi dengan kata-kata ‘baik Filipus maupun sida-sida itu’.
b)
Untuk kata kerja ‘keluar’, subyeknya digabungkan lagi, yaitu
‘mereka’.
Karena itu, kalau kata-kata
‘turun ke dalam air’ diartikan sebagai ‘terendam di bawah permukaan air’
untuk sida-sida (yang menunjukkan baptisan selam), maka itu juga harus
berlaku untuk Filipus.
Dan kalau kata-kata ‘keluar dari
air’ diartikan ‘keluar dari bawah permukaan air’ untuk sida-sida (yang
menunjukkan baptisan selam), maka lagi-lagi itu juga harus berlaku untuk
Filipus.
Dan ini jelas tidak mungkin!
Bagaimana mungkin yang dibaptis direndam di bawah air bersama-sama dengan yang
membaptis?
Lenski: “Those who make
the words ‘they both went down EIS, into, the water’ a part of the baptismal
act in order to obtain immersion by means of EIS To HUDOR, ‘into the water,’ prove too much: Philip went
down under the water as well as the eunuch” (= Mereka yang membuat kata-kata ‘keduanya turun ke dalam EIS, ke
dalam, air’ sebagian dari tindakan baptisan untuk mendapatkan baptisan selam
dengan cara EIS TO HUDOR, ‘ke dalam air’, membuktikan terlalu banyak:
Filipus maupun sida-sida turun ke bawah air / permukaan air) - hal 347.
Lenski: “The difficulty
lies in AMPHOTEROI, ‘both,’ Luke even adding: ‘both Philip and the
eunuch.’ To be sure, EIS and EK are correlatives; as far as the one takes
‘into,’ so far the other takes ‘out of.’ But these prepositions apply to
‘both Philip and the eunuch.’ Take your choice: ‘to’ the water,
‘from’ the water; or stepping ‘into’ and again stepping ‘out of’ the
water; or ‘down under’ the water and again ‘up from under’ the water.
Total immersion if you prefer, but for ‘both.’ Not we but Luke combine
them” (= Kesukarannya
terletak dalam AMPHOTEROI,
‘keduanya’, dan Lukas bahkan menambahkan ‘baik Filipus maupun sida-sida
itu’. Memang EIS dan EK berhubungan; kalau yang satu diartikan ‘ke dalam’
maka yang lain diartikan ‘keluar dari’. Tetapi kata-kata depan ini
berlaku untuk Filipus maupun sida-sida. Tentukan pilihanmu: ‘ke’ air,
‘dari’ air; atau melangkah ‘ke dalam’ dan lalu melangkah ‘keluar
dari’ air; atau ‘turun ke bawah’ air dan lalu ‘naik dari bawah’ air.
Engkau boleh memilih perendaman total, tetapi untuk ‘keduanya’. Bukan kami,
tetapi Lukas, menggabungkan mereka) - hal 347.
b)
Hal-hal lain yang mendukung baptisan percik:
1.
Penekanan arti baptisan adalah sebagai simbol penyucian / purification.
Padahal dalam Kitab Suci purification selalu
disimbolkan dengan percikan:
a.
Kel 24:8 - Kitab Suci Indonesia salah terjemahan, karena kata
‘menyiramkannya’ seharusnya adalah ‘memercikkannya’. NIV: ‘sprinkled’
(= memercikkan).
b.
Kel 29:16,21 - Kitab Suci Indonesia salah terjemahan, karena kata
‘kausiramkan’ seharusnya adalah ‘percikkanlah’ [NIV: ‘sprinkle’
(=
percikkanlah)].
c.
Im 7:14 - Kitab Suci Indonesia salah terjemahan, karena kata ‘menyiramkan’
seharusnya adalah ‘memercikkan’ [NIV: ‘sprinkles’
(= memercikkan)].
d.
Im 14:7,51 - ‘memercik’.
e.
Im 16:14 - ‘memercikannya’.
f.
Bil 8:7 - ‘percikkanlah’.
g.
Bil 19:18 - ‘memercikkannya’.
h.
Yes 52:15 (NIV) - ‘He will sprinkle many nations’ (=
Ia akan memerciki banyak
bangsa).
i.
Ibr 9:13 - ‘percikan’.
j.
Ibr 9:19,21 - ‘memerciki’ dan ‘dipercikinya’.
k.
Ibr 10:22 - Kitab Suci Indonesia salah terjemahan, karena kata ‘telah
dibersihkan’
seharusnya
adalah ‘telah diperciki’ [NIV: ‘sprinkled to cleanse’ (=
diperciki untuk
membersihkan)].
l.
Ibr 12:24 - ‘darah pemercikan’.
Salah, baptisan adalah
tanda pertobatan (Mat. 3:11), dan gambaran identifikasi dengan kematian,
penguburan, dan kebangkitan Yesus (Roma 6:3-4)! Bagaimanakah pemercikan
menggambarkan kematian, penguburan dan kebangkitan Yesus? Sama sekali tidak
bisa.
Tanggapan balik Budi Asali:
Baptisan tanda pertobatannya? Bukan tanda dari pengampunan /
pembersihan dosa karena pertobatan itu? Lalu mengapa harus menggunakan air, yang
secara umum memang fungsinya adalah sebagai pembersih?
Ro 6:3-4 sudah saya jelaskan di depan. Silahkan dilihat lagi.
2.
Luk 3:16 - ‘Aku membaptis kamu dengan air’ (I
baptize you with water).
Kata
‘with
water’ / ‘dengan air’ (Yunani: HUDATI) ini tidak cocok diartikan
sebagai selam, karena kita tidak berkata ‘aku menyelam kamu dengan air’
tetapi kita berkata ‘aku menyelam kamu di dalam air’. Tetapi kalau baptisan
itu adalah percik / tuang, maka katakata ‘dengan air’ itu cocok. Mat 3:11
memang menggunakan kata Yunani EN, tetapi kata EN bukan hanya bisa diartikan
sebagai in
(= di dalam), tetapi juga sebagai with
(=
dengan).
Lukas 3:16 sangat bisa
sekali diterjemahkan: I baptize you in water! (di dalam air!) Entah memang
penguasaan Yunani Budi Asali sangat kurang, atau dia pura-pura tidak tahu. Hudati
adalah bentuk datif dari kata benda hudor.
Bentuk datif ini dalam konteks Lukas 3;16 bisa diterjemahkan instrumentatif
(dengan air) atau secara locative
(dalam air).
Tanggapan balik Budi Asali:
Anda mungkin pinter bahasa Yunani tetapi bodoh dalam melihat
kontext. Masalah anda, anda sangat sering beri komentar tentang ayat, tanpa
menuliskan ayatnya, apalagi kontextnya.
Saya ingin ingatkan, saya tak mau ini terjadi dalam acara debat. Kalau mau gunakan ayat, harus tunjukkan dan bacakan ayatnya!
Luk 3:16 - “Yohanes menjawab dan berkata kepada
semua orang itu: ‘Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia yang lebih berkuasa
dari padaku akan datang dan membuka tali kasutNyapun aku tidak layak. Ia akan
membaptis kamu dengan Roh Kudus dan dengan api”.
Dalam ayat ini, Yohanes Pembaptis jelas mengkontraskan dirinya dengan Yesus, dan apa
yang Ia lakukan dengan apa yang akan Yesus lakukan.
Apa yang ia lakukan? Membaptis dengan air. Apa yang Yesus akan lakukan? Membaptis dengan Roh Kudus
dan dengan api. Ini cocok.
Tetapi tafsiran anda: apa yang ia lakukan? Membaptis di dalam air. Apa
yang Yesus akan lakukan? Membaptis dengan Roh Kudus dan dengan api. Ini sama sekali tak cocok!
Yang ada dalam bentuk / kasus datif bukan hanya air (HUDATI), tetapi
juga ‘Roh Kudus’ (PNEUMATI HAGIOI) dan ‘api’ (PURI). Kalau ‘air’
dianggap sebagai locative (bersifat sebagai tempat), itu bukan hanya aneh
(karena ‘air’ bukanlah tempat), tetapi itu juga mengharuskan kontrasnya,
yaitu ‘Roh Kudus’ dan ‘api’, juga dianggap sebagai locative, sehingga
menjadi ‘membaptis dalam Roh Kudus dan dalam api’, yang
merupakan suatu kegilaan!
Sebaliknya, kalau semua dianggap instrumentatif (bersifat sebagai
alat), maka semua cocok. Jadi yang benar adalah Yohanes Pembaptis membaptis dengan air, sedangkan kontrasnya, Yesus membaptis dengan Roh Kudus dan dengan api.
Dalam
Matius 3:11, digunakan preposisi en,
yang diakui bisa diartikan in. Tetapi, pembaca lupa diberitahu bahwa primary
meaning dari en adalah
“di dalam.” Dalam KJV, en diterjemahkan
“in” sebanyak 1874 kali, dan diterjemahkan “with” hanya 134 kali. Jadi,
membaptis en hudati, sebenarnya jauh lebih kuat diterjemahkan
“di dalam air” daripada “dengan air” karena pemakaian en
primernya
adalah “dalam” bukan “dengan.”
Tanggapan balik Budi Asali:
Luk 3:16 paralel dengan Mat 3:11. Karena itu kalau di atas saya
sudah membuktikan bahwa Luk 3:16 itu harus diterjemahkan ‘with’, maka pasti
yang Mat 3:11 juga harus demikian! Kalau tidak maka kedua ayat itu akan
bertentangan!
Baik dalam Mat 3:11 maupun dalam Luk 3:16, semua Alkitab bahasa
Inggris yang saya tahu menterjemahkan dengan ‘with’ (dengan)!!! Mereka salah
semua dan penterjemahnya goblog semua????
Argumentasi anda tak punya kekuatan sama sekali. Kalau karena 1874 x
diambil arti utamanya, apakah itu berarti selalu harus pakai arti utama?
Berarti yang 134 x itu juga salah semua? Lucu sekali! Itu menjadikan ‘in’
bukan sebagai arti utama tetapi sebagai arti satu-satunya!
Saya tanya: kata Yunani PNEUMA arti utamanya apa? ‘Roh’ bukan?
Hitung sendiri berapa kali diterjemahkan ‘roh’. Tetapi dalam 1Yoh 4:1-3,
sekalipun memang diterjemahkan ‘roh’, tetapi artinya apa? Artinya adalah
‘pengajar (firman)’!
1Yoh 4:1-3 - “(1) Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah
percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka
berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi
palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia. (2) Demikianlah kita
mengenal Roh Allah: setiap roh yang mengaku, bahwa Yesus Kristus telah
datang sebagai manusia, berasal dari Allah, (3) dan setiap roh, yang
tidak mengaku Yesus, tidak berasal dari Allah. Roh itu adalah roh
antikristus dan tentang dia telah kamu dengar, bahwa ia akan datang dan sekarang
ini ia sudah ada di dalam dunia”.
Jadi, sekalipun 99 % diterjemahkan sebagai ‘roh’ dan juga
diartikan sebagai ‘roh’ tetapi ada tempat dimana diartikan sebagai
‘pengajar’. Kontext menuntut hal itu!
Lagipula, ada kasus Markus
1:9, “...dan Ia dibaptis di sungai Yordan oleh Yohanes” yang memakai
preposisi eis ton Iordanen (di dalam Yordan). Preposisi eis
berarti di dalam, dan tidak bisa diterjemahkan dengan!
Tanggapan balik Budi Asali:
Anda
licik sekali dalam berargumentasi! Ayat tak ditulis, sehingga seakan-akan ayat
ini paralel dengan Luk 3:16 dan Mat 3:11???? Mari kita lihat ayatnya.
Mark
1:9 - “Pada waktu itu
datanglah Yesus dari Nazaret di tanah Galilea, dan Ia dibaptis di sungai Yordan oleh Yohanes”.
Sekarang terlihat bahwa ini ayat yang sangat berbeda, dan bukan
paralel dengan Mat 3:11 dan Luk 3:16 di atas.
Perbedaan
yang lain, ayat ini tidak menggunakan kata ‘air’. Yang ada adalah ‘S.
Yordan’ (the Jordan)!
Lalu
anda katakan di sini digunakan kata Yunani EIS, yang artinya ‘di dalam’.
Nanti dulu, jangan terlalu cepat! Menterjemahkan kata depan selalu sukar, karena
susunan kalimat yang berbeda dalam bahasa yang berbeda. Saya setuju EIS
artinya ‘in’, tetapi apa artinya ‘in’ dalam bahasa Indonesia?
Sekalipun bisa, tetapi tidak harus berarti ‘di dalam’ atau ‘dalam’.
Misalnya, ‘I believe in Jesus Christ’, artinya ‘Aku percaya kepada
Yesus Kristus’. Kalau ‘I live in Surabaya’, artinya ‘Aku tinggal di
Surabaya’.
Dalam
Mark 1:9, saya beranggapan kata depan dalam bahasa Indonesia yang harus dipilih
adalah ‘di’, bukan ‘dalam’. Dan Kitab Suci Indonesia memang
menterjemahkan ‘di’!
Kesimpulan: baptisan selam bukan satu-satunya baptisan yang sah.
Karena itu kalau saudara sudah dibaptis dengan baptisan percik atau tuang,
jangan percaya kepada orang-orang bodoh yang mengharuskan saudara dibaptis
ulang dengan baptisan selam. Ingat bahwa pada waktu saudara dibaptis ulang,
saudara menghina baptisan yang pertama!
Kesimpulan: Orang yang
dipercik belum dibaptis. Jadi, maukah anda menaati perintah Tuhan untuk
dibaptis, ataukah anda mau mencari lagi alasan lain untuk membenarkan tradisi
yang tidak alkitabiah? Masih banyak argumen lain untuk melakukan penyelaman
daripada pemercikan. Misalnya Yohanes 3:23, dll. Lagipula, pemercikan hanyalah
setengah kesalahan. Kesalahan yang lebih fatal adalah “baptis” bayi.
Tanggapan balik Budi Asali:
Yoh 3:23 - “Akan tetapi Yohanespun membaptis juga di Ainon,
dekat Salim, sebab di situ banyak air,
dan orang-orang datang ke situ untuk dibaptis”.
Memang dalam ayat ini, dikatakan ‘banyak air’, maka banyak orang
menafsirkan bahwa di sini terjadi baptisan selam. Tetapi ingat, tak ada kata
apapun yang menyatakan secara explicit bahwa itu memang penyelaman! Jadi,
paling-paling anda bisa berkata ‘rasanya’ itu adalah baptisan selam. Tetapi
anda sendiri mengatakan ‘jangan pakai rasa’, masakan sekarang mau anda
langgar sendiri????
Juga, kalau anda menemukan satu atau beberapa kasus dalam Alkitab
dimana memang digunakan baptisan selam, itu tak ada artinya. Karena anda
memutlakkan / mengharuskan penyelaman, maka anda harus membuktikan bahwa setiap
kasus baptisan dalam Alkitab, adalah baptisan selam! Silahkan kuliah lagi sampai
dapat S4 atau S5, sampai janggut anda sampai di lutut, supaya bisa membuktikan
hal itu! Hehehe.
Baptisan bayi? Hehe, saya tak takut debat tentang hal ini, tetapi
ini menyimpang terlalu jauh. Tetapi saya beri kutipan sedikit.
Encyclopedia Britannica 2009 (tentang
‘baptism’): “Most
of those baptized in the early church were converts from Greco-Roman paganism
and therefore were adults. Both the
New Testament and the Church Fathers of the 2nd century make it clear that the
gift of salvation belongs to children,
however. Tertullian
seems to have been the first to object to infant Baptism, suggesting
that by the 2nd century it was already a common practice.
It remained the accepted method of receiving members in the Eastern
and Western churches, except in the case of adult converts.”.
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali