Pemahaman
Alkitab
(Jl. Dinoyo
19b, lantai 3)
Jumat, tanggal
19 Maret 2010, pk 19.00
Pdt. Budi Asali, M. Div.
(7064-1331 /
6050-1331)
Kemurtadan
dan keselamatan Salomo (2)
c)
Apakah Salomo akhirnya bertobat dari dosa-dosanya ini? 1Raja 11 ini
ditutup dengan cerita tentang kematian Salomo, tanpa menceritakan sedikitpun
tentang pertobatannya.
1.
Pandangan Adam Clarke.
Salomo
tidak pernah bertobat sampai akhir hidupnya, dan ia binasa dalam dosanya (tidak
diselamatkan).
Adam
Clarke: “This dismal account
has a more dismal close still; for, in the same place in which we are informed
of his apostasy, we are informed of his death, without the slightest intimation
that he ever repented and turned to God” [= Cerita
yang menyedihkan ini mempunyai penutup yang lebih menyedihkan; karena di tempat
yang sama (pasal
yang sama) dimana kita
diberi informasi tentang kemurtadannya, kita juga diberi informasi tentang
kematiannya, tanpa petunjuk sedikitpun bahwa ia pernah bertobat dan berbalik
kepada Allah]
- hal 433.
Adam
Clarke: “It is true that what
is wanting in fact is supplied by conjecture; for it is firmly believed that
‘he did repent, and wrote the book of Ecclesiastes after his conversion, which
is a decided proof of his repentance.’” (= Memang
benar bahwa apa yang dalam faktanya tidak ada disuplai oleh suatu dugaan; karena
dipercaya secara teguh bahwa ‘ia memang bertobat, dan menuliskan kitab
Pengkhotbah setelah pertobatannya, yang merupakan suatu bukti yang nyata / pasti
tentang pertobatannya’) - hal
433.
Adam
Clarke: “I am sorry I cannot
strengthen this opinion; of which I find not the shadow of a proof” (= Saya
minta maaf bahwa saya tidak bisa menguatkan pandangan ini; tentang mana saya
tidak bisa menemukan bayangan dari bukti) - hal
433.
Clarke
lalu memberikan beberapa hal untuk menentang pandangan tersebut:
a.
Kitab Pengkhotbah sekalipun berbicara tentang banyak kesia-siaan tetapi
sama sekali tidak berbicara tentang kesia-siaan dari penyembahan berhala, yang
merupakan dosa / kemurtadan Salomo.
b.
Kitab Pengkhotbah tidak menggunakan kata-kata dari orang yang bertobat
dari dosa yang hebat / kejatuhan yang dalam, karena sama sekali tidak ada
pengakuan dosa di dalamnya dan sama sekali berbeda dengan Maz 51, yang merupakan
doa pengakuan dosa dari Daud.
c.
Diragukan bahwa Salomo menulis kitab Pengkhotbah, karena dalam beberapa
bagian terlihat bahwa itu berasal dari jaman sesudah Salomo (Clarke, hal 434).
d.
Terhadap pandangan yang mengatakan bahwa Salomo merupakan type dari
Kristus dan karena itu ia pasti selamat, Clarke mengatakan:
·
ia tidak menganggap Salomo sebagai
type dari Kristus.
·
seandainya ia memang type dari
Salomo, itu tidak membuktikan pertobatan / keselamatannya, karena ular tembaga
yang jelas merupakan type dari Kristus (Yoh 3:14-15), akhirnya dihancurkan
karena disembah (2Raja 18:4).
Adam
Clarke: “Typical persons and
typical things may perish as well as others; the antitype alone will infallibly
remain” (= Orang-orang atau hal-hal / benda-benda
yang merupakan type bisa binasa seperti yang lain; hanya anti typenya saja yang
tertinggal secara mutlak) - hal 434.
Adam
Clarke: “there seems every
evidence that he died in his sins. ... there is not a single testimony in the
Old or New Testament that intimates he died in a safe state” (=
kelihatannya ada setiap bukti bahwa ia mati dalam dosa-dosanya. ... tidak ada
satupun kesaksian dalam Perjanjian Lama atau Perjanjian Baru yang menunjukkan
bahwa ia mati dalam keadaan selamat) - hal
434.
Adam
Clarke: “That awful
denunciation of Divine justice stands point blank in the way of all contrary
suppositions: ‘If thou forsake the Lord, he will cast thee off for ever,’
1Chron. 28:9. He did forsake the Lord; and he forsook him in his very last days;
and there is no evidence that he ever again clave to him” (= Ancaman
yang mengerikan dari keadilan Ilahi berada secara langsung di jalan dari semua
anggapan yang bertentangan: ‘Jika engkau meninggalkan Dia maka Ia akan
membuang engkau untuk selamanya’, 1Taw 28:9. Ia memang meninggalkan Tuhan; dan
Ia meninggalkannya pada hari-hari terakhirnya; dan tidak ada bukti bahwa ia
pernah berpegang kepadaNya lagi) - hal
434.
1Taw 28:9
(kata-kata Daud) - “Dan engkau, anakku Salomo, kenallah Allahnya ayahmu dan
beribadahlah kepadaNya dengan tulus ikhlas dan dengan rela hati, sebab TUHAN
menyelidiki segala hati dan mengerti segala niat dan cita-cita. Jika engkau
mencari Dia, maka Ia berkenan ditemui olehmu, tetapi jika engkau meninggalkan
Dia maka Ia akan membuang engkau untuk selamanya”.
Adam
Clarke: “Reader, let him that
standeth take heed lest he fall; not only foully but finally. Certainly,
unconditional final perseverance will find little support in the case of
Solomon. He was once most incontrovertibly in grace. He lost that grace and
sinned most grievously against God. He was found in this state in his old age.
He died, as far as the Scripture informs us, without repentance. Even the
doubtfulness in which the bare letter of the Scripture leaves the eternal state
of this man, is a blast of lightning to the syren song of ‘Once in grace, and
still in grace;’ ‘Once a child, and a child for ever.’” (= Pembaca,
siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan
jatuh; bukan hanya jatuh secara buruk, tetapi jatuh pada akhirnya / sampai
akhir. Jelas bahwa ketekunan akhir yang tidak bersyarat tidak menemukan dukungan
dalam kasus Salomo. Bahwa ia pernah berada dalam kasih karunia merupakan sesuatu
yang tidak dapat dibantah. Ia kehilangan kasih karunia itu dan berdosa secara
sangat menyedihkan terhadap Allah. Ia didapati
dalam keadaan ini pada masa tuanya. Ia mati, sejauh yang Kitab Suci informasikan
kepada kita, tanpa pertobatan. Bahkan keragu-raguan dimana huruf-huruf telanjang
dari Kitab Suci menyerahkan keadaan kekal dari orang ini, merupakan suatu
ledakan petir bagi nyanyian ... (?) ‘Sekali dalam kasih karunia, dan tetap
dalam kasih karunia’; ‘Sekali seorang anak, dan seorang anak
selama-lamanya’.) - hal 434.
Catatan:
saya tidak bisa menemukan arti dari kata ‘syren’,
bahkan tidak dalam Webster’s
New World Dictionary.
Alasan
lain yang dipakai untuk menunjukkan bahwa Salomo tidak bertobat adalah:
seandainya ia bertobat, ia pasti akan menghancurkan kuil-kuil yang ia bangun,
tetapi kenyataannya semua itu masih ada setelah kematiannya.
2Raja 23:13
- “Bukit-bukit pengorbanan yang ada di sebelah timur Yerusalem di sebelah
selatan bukit Kebusukan dan yang didirikan oleh Salomo, raja Israel, untuk
Asytoret, dewa kejijikan sembahan orang Sidon, dan untuk Kamos, dewa kejijikan
sembahan Moab, dan untuk Milkom, dewa kekejian sembahan orang Amon, dinajiskan
oleh raja”.
Matthew
Poole (hal 768) menafsirkan ini bukan sebagai apa yang didirikan oleh Salomo,
karena itu sudah dihancurkan pada saat ia bertobat, tetapi lalu diatasnya
didirikan lagi oleh orang lain, di tempat yang sama, dan untuk penggunaan yang
sama, sehingga disebut dengan nama Salomo.
Catatan:
Memang di antara jaman Salomo dan jaman Yosia yang melakukan apa yang tertulis
dalam 2Raja 23:13 ini, ada jaman Yehu, yang menghancurkan semua berhala,
kecuali anak lembu yang dibuat oleh Yerobeam (2Raja 10:26-29). Maka adalah
aneh kalau bukit-bukit yang didirikan oleh Salomo belum dihancurkan dan bertahan
sampai jaman Yosia.
2.
Penafsir-penafsir lain kelihatannya tidak ada yang setuju dengan Adam
Clarke. Hampir semua beranggapan bahwa Salomo bertobat dan diselamatkan.
Matthew
Poole menganggap Salomo bertobat dan diselamatkan. Alasannya:
a.
Matthew Poole: “We read nothing of the repentance of Adam,
Noah, after his drunkenness, Lot, Samson, Asa, &c.; shall we therefore
conclude they were all damned? The silence of the Scripture is a very weak
argument in matters of history” (= Kita tidak
pernah membaca tentang pertobatan Adam, Nuh, setelah ia mabuk, Lot, Simson, Asa,
dsb; apakah karena itu kita akan menyimpulkan bahwa mereka semua dihukum?
Diamnya Kitab Suci merupakan suatu argumentasi yang lemah dalam
persoalan-persoalan sejarah) - hal 682.
b.
Poole menambahkan bahwa kalau ia bertobat, dan Kitab Suci tidak
menceritakan sehingga ada keraguan tentang nasib akhirnya, maka itu menjadi
sesuatu yang membuat takut orang-orang kristen sehingga tidak sembarangan
berbuat dosa.
c.
Bahwa ia bertobat bisa terlihat secara implicit dari bagian setelah
Salomo mati, dimana jalannya dan jalan Daud digabungkan menjadi satu sebagai
teladan.
2Taw 11:17
- “Demikianlah mereka memperkokoh kerajaan Yehuda dan memperkuat
pemerintahan Rehabeam bin Salomo selama tiga tahun, karena selama tiga tahun mereka
hidup mengikuti jejak Daud dan Salomo”.
d.
Kitab Pengkhotbah yang ditulis oleh Salomo setelah pertobatannya,
menunjukkan pertobatan tersebut.
Pulpit
Commentary: “We need not attempt to solve the purely speculative question
as to whether he ever recovered from his fall; his later writings suggest at
least the hope that it was so” (= Kita tidak
perlu mencoba untuk menyelesaikan pertanyaan yang sepenuhnya bersifat spekulasi
berkenaan dengan apakah ia pernah pulih dari kejatuhannya; tulisan-tulisannya
pada masa belakangan sedikitnya menunjukkan harapan bahwa ia memang pulih /
bertobat) - hal 231.
Keil
& Delitzsch: “Whether Solomon turned to the Lord again with all his heart,
a question widely discussed by the older commentators ... cannot be ascertained
from the Scriptures. If the Preacher (Koheleth) is traceable to Solomon so far
as the leading thoughts are concerned, we should find in this fact an evidence
of his conversion, or at least a proof that at the close of his life Solomon
discovered the vanity of all earthly possessions and aims, and declared the fear
of God to be the only abiding good, with which a man stand before the judgment
of God” (= Apakah Salomo berbalik kepada Tuhan
lagi dengan segenap hatinya, suatu pertanyaan yang didiskusikan secara meluas
oleh penafsir-penafsir kuno ... tidak bisa dipastikan dari Kitab Suci. Jika
kitab Pengkhotbah bisa ditelusuri jejaknya sampai kepada Salomo sejauh
pokok-pokok utamanya yang dipersoalkan, kita harus mendapatkan dalam fakta ini
suatu bukti dari pertobatannya, atau sedikitnya suatu bukti bahwa pada akhir
hidupnya Salomo menemukan kesia-siaan dari semua milik dan tujuan duniawi, dan
menyatakan rasa takut kepada Allah sebagai satu-satunya hal baik yang menetap,
dengan mana seseorang berdiri di hadapan penghakiman Allah) - hal
182,183.
Catatan:
terhadap argumentasi Clarke di atas yang mengatakan bahwa dalam kitab
Pengkhotbah tidak disebutkan tentang kesia-siaan dari penyembahan berhala, dan
juga tidak ada pengakuan dosa / permintaan ampun, saya menjawab sebagai berikut:
·
penjahat yang bertobat di kayu
salib juga tidak diceritakan bahwa ia mengaku dosa, minta ampun dan sebagainya.
Tetapi tetap ia dianggap betul-betul bertobat!
·
pertobatan dari pemungut cukai (Luk 18:13),
yang juga tidak membicarakan korupsi / penindasan yang ia lakukan, tetapi ia toh
diampuni / dibenarkan.
·
Maz 51 itu sendiri, yang
merupakan doa pengakuan dosa raja Daud, sama sekali tidak menyinggung tentang
perzinahan (dengan Batsyeba) dan pembunuhan (terhadap Uria) yang ia lakukan.
Catatan:
perlu diketahui bahwa Maz 51:1-2 dalam Kitab Suci Indonesia, yang memang
membicarakan perzinahannya dengan Batsyeba, sebetulnya tidak termasuk dalam
Kitab Suci. Itu mungkin hanya merupakan catatan tambahan dari ahli Taurat yang
menyalin manuscript / naskah. Dalam Kitab Suci bahasa Inggris bagian-bagian
seperti itu selalu diletakkan di headnote (catatan kepala).
·
kitab Pengkhotbah memang bukan
merupakan suatu doa pengakuan dosa seperti Maz 51. Tetapi dari isinya kita bisa
melihat sikap hati Salomo.
Catatan
tambahan:
Dimulai oleh Martin Luther, dan banyak orang yang lalu mengikutinya, ada banyak
penafsir yang menentang pandangan bahwa kitab Pengkhotbah ditulis oleh Salomo.
Matthew
Poole: “And therefore we have
reason to conclude that Solomon did repent, and was saved” (= Dan
karena itu kita mempunyai alasan untuk menyimpulkan
bahwa Salomo memang bertobat, dan diselamatkan) - hal 682.
Tetapi
bagaimana tentang kata-kata Daud dalam 1Taw 28:9 - “Dan engkau, anakku
Salomo, kenallah Allahnya ayahmu dan beribadahlah kepadaNya dengan tulus ikhlas
dan dengan rela hati, sebab TUHAN menyelidiki segala hati dan mengerti segala
niat dan cita-cita. Jika engkau mencari Dia, maka Ia berkenan ditemui olehmu,
tetapi jika engkau meninggalkan Dia maka Ia akan membuang engkau untuk
selamanya”?
Mungkin
Daud sengaja memperkeras kata-katanya, untuk membuat Salomo lebih
sungguh-sungguh dalam mengikut Tuhan. Kata-kata ‘jika
engkau meninggalkan Dia’ oleh Matthew Poole ditafsirkan sebagai suatu
kemurtadan total. Saya menganggap ayat ini bukan sebagai problem, karena memang
sekalipun Kitab Suci di satu sisi memberikan jaminan keselamatan bagi orang
kristen yang sejati, tetapi di sisi lain Kitab Suci juga memberikan ayat-ayat
yang menuntut orang kristen yang sejati itu hidup secara bertanggung jawab.
Misalnya:
Yeh 18:24
- “Jikalau orang benar berbalik dari kebenarannya dan melakukan kecurangan
seperti segala kekejian yang dilakukan oleh orang fasik - apakah ia akan hidup?
Segala kebenaran yang dilakukannya tidak akan diingat-ingat lagi. Ia harus mati
karena ia berobah setia dan karena dosa yang dilakukannya”.
Yeh 33:13
- “Kalau Aku berfirman kepada orang benar: Engkau pasti hidup! - tetapi ia
mengandalkan kebenarannya dan ia berbuat curang, segala perbuatan-perbuatan
kebenarannya tidak akan diperhitungkan, dan ia harus mati dalam kecurangan yang
diperbuatnya”.
Mat
10:22 - “Dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena namaKu; tetapi orang
yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat”.
Mat
24:13 - “Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan
selamat”.
Kol 1:23
- “Sebab itu kamu harus bertekun dalam iman, tetap teguh dan tidak
bergoncang, dan jangan mau digeser dari pengharapan Injil, yang telah kamu
dengar dan yang telah dikabarkan di seluruh alam di bawah langit, dan yang aku
ini, Paulus, telah menjadi pelayannya”.
Ibr
2:1 - “Karena itu harus lebih teliti kita memperhatikan apa yang telah kita
dengar, supaya kita jangan hanyut dibawa arus”.
Ibr
3:14 - “Karena kita telah beroleh bagian di dalam Kristus, asal saja
kita teguh berpegang sampai kepada akhirnya pada keyakinan iman kita yang semula”.
Ibr
6:11-12 - “(11) Tetapi kami ingin, supaya kamu masing-masing menunjukkan
kesungguhan yang sama untuk menjadikan pengharapanmu suatu milik yang pasti,
sampai pada akhirnya, (12) agar kamu jangan menjadi lamban, tetapi menjadi
penurut-penurut mereka yang oleh iman dan kesabaran mendapat bagian dalam apa
yang dijanjikan Allah”.
Ibr
10:38-39 - “(38) Tetapi orangKu yang benar akan hidup oleh iman, dan apabila
ia mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan kepadanya.’ (39) Tetapi kita
bukanlah orang-orang yang mengundurkan diri dan binasa, tetapi orang-orang yang
percaya dan yang beroleh hidup”.
2Pet
2:20-22 - “(20) Sebab jika mereka, oleh pengenalan mereka akan Tuhan dan
Juruselamat kita, Yesus Kristus, telah melepaskan diri dari kecemaran-kecemaran
dunia, tetapi terlibat lagi di dalamnya, maka akhirnya keadaan mereka lebih
buruk dari pada yang semula. (21) Karena itu bagi mereka adalah lebih baik, jika
mereka tidak pernah mengenal Jalan Kebenaran dari pada mengenalnya, tetapi
kemudian berbalik dari perintah kudus yang disampaikan kepada mereka. (22) Bagi
mereka cocok apa yang dikatakan peribahasa yang benar ini: ‘Anjing kembali
lagi ke muntahnya, dan babi yang mandi kembali lagi ke kubangannya.’”.
Wah 2:10b
- “Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu
mahkota kehidupan”.
3.
Saya ingin menambahkan satu hal lagi berkenaan dengan ‘pertobatan
Salomo’.
Kalau
seseorang harus bertobat dari setiap dosanya sebelum kematiannya dan baru ia
diselamatkan, maka:
a.
Hanya sangat sedikit orang percaya yang selamat. Pikirkan, ada berapa
orang bisa / sempat bertobat dan mengaku setiap dosanya sebelum kematiannya? Dan
kalau ada yang menjawab bahwa itu hanya berlaku untuk dosa-dosa yang besar /
berat saja, seperti penyembahan berhala yang dilakukan oleh Salomo, maka saya
menjawab: dimana letak batasannya antara dosa besar dan dosa kecil? Kalau dusta
termasuk dosa kecil, bagaimana dengan mencuri, merampok, menculik, membunuh,
berzinah, dan sebagainya. Yang mana yang masuk dosa kecil, dan yang mana dosa
besar? Pertanyaan ini tidak mungkin bisa dijawab.
b.
Ini berbau ajaran sesat ‘salvation
by works’ (= keselamatan oleh perbuatan baik).
5)
Pembahasan tentang text-text yang mendukung keselamatan Salomo.
a)
2Sam 7:12-16 (kata-kata Tuhan melalui nabi Natan kepada Daud) - “(12)
Apabila umurmu sudah genap dan engkau telah mendapat perhentian bersama-sama
dengan nenek moyangmu, maka Aku akan membangkitkan keturunanmu yang kemudian,
anak kandungmu, dan Aku akan mengokohkan kerajaannya. (13) Dialah yang akan
mendirikan rumah bagi namaKu (ini jelas menunjuk kepada Salomo)
dan Aku akan mengokohkan takhta kerajaannya untuk selama-lamanya. (14) Aku akan
menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi anakKu. Apabila ia melakukan kesalahan,
maka Aku akan menghukum dia dengan rotan yang dipakai orang dan dengan pukulan
yang diberikan anak-anak manusia. (15) Tetapi kasih setiaKu tidak akan hilang
dari padanya, seperti yang Kuhilangkan dari pada Saul, yang telah Kujauhkan dari
hadapanmu. (16) Keluarga dan kerajaanmu akan kokoh untuk selama-lamanya di
hadapanKu, takhtamu akan kokoh untuk selama-lamanya.’”.
Kata-kata
‘kasih setiaKu’ diterjemahkan berbeda-beda:
KJV:
‘my mercy’ (= belas kasihanKu).
RSV:
‘my steadfast love’ (= kasih setiaKu).
NIV:
‘my love’ (= kasihKu).
NASB:
‘My lovingkindness’ (= kebaikan dari kasihKu).
Dalam
tafsirannya tentang bagian ini Adam Clarke berkata: “he shall have
affliction, but his government shall not be utterly subverted. But this has a
higher meaning. ... His house shall be a lasting house, and he shall die in the
throne of Israel, his children succeeding him; and the spiritual seed, Christ,
possessing and ruling in that throne to the end of time. The family of Saul
became totally extinct; the family of David remained till the incarnation”
(= ia akan mendapatkan penderitaan, tetapi
pemerintahannya tidak akan ditumbangkan sepenuhnya. Tetapi bagian ini mempunyai
arti yang lebih tinggi. ... Keluarganya akan ada selama-lamanya, dan ia akan
mati di takhta Israel, keturunannya menggantikannya; dan benih / keturunan
rohani, Kristus, memiliki dan memerintah di takhta itu sampai akhir jaman.
Keluarga Saul punah secara total; keluarga Daud tetap ada sampai inkarnasi)
- hal 325.
Saya
berpendapat bahwa ia menghindari kata-kata dari text ini, dan menujukannya hanya
untuk keadaan jasmani dari Salomo, dan menerapkannya secara penuh untuk Yesus
Kristus.
Memang
dalam text tersebut ada bagian-bagian yang ditujukan kepada Kristus, tetapi
bagian yang saya garis bawahi dari text itu tidak mungkin ditujukan kepada
Kristus, karena berbicara tentang ‘kesalahan’ dan ‘hukuman Tuhan
baginya’. Itu hanya bisa diterapkan / ditujukan kepada Salomo.
Tentang
hal ini Clarke (hal 327) mengatakan bahwa kata-kata ‘to commit iniquity’
(= melakukan kesalahan) bisa diterjemahkan ‘to suffer for iniquity’
(= menderita untuk kesalahan). Juga ia berpendapat bahwa kata ‘iniquity’
(= kesalahan) bisa diterjemahkan ‘punishment’ (= hukuman). Jadi, ia
lalu mengubah kata-kata ‘if he commit iniquity’ (= jika ia melakukan
kesalahan) menjadi ‘even in his suffering for iniquity’ (= bahkan
dalam penderitaannya untuk kesalahan).
Juga
kata-kata ‘Aku akan menghukum dia dengan rotan yang dipakai orang dan
dengan pukulan yang diberikan anak-anak manusia’ diartikan oleh Clarke
sebagai menunjuk kepada penderitaan Kristus dalam memikul dosa / hukuman kita
(bdk. Yes 53:4-5). Dengan demikian, menurut Clarke, bagian ini cocok untuk
Mesias.
Adam
Clarke: “As
to the third and greatest difficulty, that also may be removed by a more just
translation of 2 Sam 7:14; for the Hebrew words do not properly signify what
they are now made to speak. ... It is also certain that a verb, which in the
active voice signifies ‘to commit iniquity,’ may, in the passive signify
‘to suffer for iniquity;’ and hence, it is that nouns from such verbs
sometimes signify ‘iniquity,’ sometimes ‘punishment.’ ... The way
being thus made clear, we are now prepared for abolishing our translation,
‘if he commit iniquity;’ and also for adopting the true one, even ‘in
his suffering for iniquity.’ The Messiah, who is thus the person possibly
here spoken of, will be made still more manifest from the whole verse thus
translated: I will be his father, and he shall be my son: EVEN IN HIS
SUFFERING FOR INIQUITY, I shall chasten him with the rod of men (with the rod
due to men), and with the stripes (due to) the children of ADAM. And this
construction is well supported by Isa 53:4-5: He hath carried OUR SORROWS,
(i.e., the sorrows due to us and which we must otherwise have suffered,) he
was wounded for our transgressions, he was bruised for our iniquities: the
chastisement of our peace was upon him; and with his stripes we are healed”.
Catatan:
bagian ini tidak saya terjemahkan karena intinya
sudah saya berikan di atas.
Adam
Clarke: “if the Messiah be the
person here meant, as suffering innocently for the sins of others, Solomon
cannot be” (= jika sang Mesias adalah orang yang
dimaksudkan di sini, yang menderita secara tak bersalah untuk dosa-dosa
orang-orang lain, maka tentu bukan Salomo yang dimaksud) - hal
327.
Keberatan
terhadap terjemahannya ini:
1.
Sepanjang yang saya ketahui terjemahan ini tidak didukung oleh terjemahan
Kitab Suci manapun, bahkan tidak oleh Living Bible ataupun Good News Bible. Juga
sepanjang yang saya ketahui, tak seorang penafsirpun menafsirkan seperti
tafsiran Adam Clarke ini.
2.
Terjemahan seperti itu sangat tidak cocok dengan kontext, yang
mengkontraskan Salomo (yang sekalipun berdosa, tetapi tidak ditinggalkan oleh
Tuhan) dengan Saul (yang ditinggalkan Tuhan karena berdosa).
3.
Terjemahan itu tidak cocok dengan ayat-ayat paralelnya dalam Maz 89:31-33
- “(31) Jika anak-anaknya meninggalkan TauratKu dan mereka tidak hidup
menurut hukumKu, (32) jika ketetapanKu mereka langgar dan tidak berpegang pada
perintah-perintahKu, (33) maka Aku akan membalas pelanggaran mereka dengan
gada, dan kesalahan mereka dengan pukulan-pukulan”.
Catatan:
bahwa kedua text ini memang paralel bisa terlihat kalau kita membaca Maz 89:21-38,
yang nanti akan kita lihat di bawah.
Kata-kata
yang saya garis-bawahi, biarpun artinya sama dengan kata-kata ‘Apabila
ia melakukan kesalahan’ dalam 2Sam 7:14, tetapi menggunakan kata-kata
yang berbeda, dan di sini tidak mungkin bisa diterjemahkan seperti terjemahan
Adam Clarke di atas.
Adam
Clarke menambahkan lagi: “Many have applied these verses and their
parallels to support the doctrine of unconditional final perseverance; but with
it the text has nothing to do; and were we to press it, because of the
anititype, Solomon, the doctrine would most evidently be ruined, for there is
neither proof nor evidence of Solomon’s salvation” (= Banyak
orang yang menerapkan ayat-ayat ini dan ayat-ayat paralelnya untuk mendukung
doktrin dari ketekunan akhir yang tak bersyarat; tetapi text itu tidak mempunyai
hubungan dengan doktrin itu; dan seandainya kita mau memaksakannya, karena anti
typenya, Salomo, doktrin ini justru akan hancur, karena tidak ada bukti dari
keselamatan Salomo) - hal 325.
Keil
& Delitzsch: “It is very obvious, from all the separate details of this
promise, that it related primarily to Solomon, and had a certain fulfilment in
him and his reign. ... But in his old age Solomon sinned against the Lord by
falling into idolatry; and as a punishment for this, after his death his kingdom
was rent from his son, not indeed entirely, as one portion was still preserved
to the family for David’s sake (1Kings 11:9 sqq.). Thus the Lord punished
him with rods of men, but did not withdraw from him His grace” [=
Adalah sangat jelas, dari semua detail-detail yang terpisah dari janji ini,
bahwa itu secara terutama berhubungan dengan Salomo, dan mempunyai penggenapan
tertentu dalam dia dan pemerintahannya. ... Tetapi pada masa tuanya Salomo
berdosa terhadap Tuhan dengan jatuh ke dalam penyembahan berhala; dan sebagai
hukuman untuk ini, setelah kematiannya kerajaannya disobek dari anaknya, memang
tidak seluruhnya, karena satu bagian masih ada pada keluarga tersebut demi Daud
(1Raja 11:9-dst). Demikianlah Tuhan menghukumnya dengan rotan dari manusia,
tetapi tidak menarik kasih karuniaNya darinya] - hal 346.
Kelihatannya
Keil & Delitzsch ini menganggap bahwa kata-kata ‘kasih setiaKu tidak
akan hilang dari padanya’ hanya menunjuk pada fakta bahwa Salomo tetap
menjadi raja sampai mati, dan demikian juga dengan keturunannya sampai jaman
Yesus berinkarnasi. Tetapi saya berpendapat bahwa kata-kata itu tidak mungkin
hanya mempunyai arti jasmani / duniawi saja. Adalah aneh untuk mengatakan bahwa
Tuhan tidak menjauhkan kasih / kasih setiaNya dari Salomo, tetapi Salomo masuk
neraka.
Matthew
Henry: “The
revolt of the ten tribes from the house of David was their correction for
iniquity, but the constant adherence of the other two to that family, which was
a competent support of the royal dignity, perpetuated the mercy of God to the
seed of David, according to this promise; though that family was cut short, yet
it was not cut off, as the house of Saul was. Never any other family swayed the
sceptre of Judah than that of David. This is that covenant of royalty
celebrated (Ps 89:3, &c.) as typical of the covenant of redemption and grace”
[= Pemberontakan dari 10 suku dari keluarga Daud
merupakan koreksi untuk kesalahan mereka, tetapi kesetiaan yang konstan dari 2
suku yang lain pada keluarga itu, yang merupakan
dukungan yang cukup dari kewibawaan kerajaan, mengabadikan belas kasihan Allah
kepada benih / keturunan Daud, sesuai dengan janji ini; sekalipun keluarga itu
dipotong pendek tetapi tidak dipunahkan seperti keluarga Saul. Tidak ada
keluarga lain memegang tongkat kerajaan Yehuda selain keluarga Daud. Ini
adalah perjanjian kerajaan yang dirayakan / diproklamirkan (Maz 89:4-dst)
sebagai suatu type dari perjanjian penebusan dan kasih karunia].
Matthew
Henry: “The
supposition of committing iniquity cannot indeed be applied to the Messiah
himself, but it is applicable (and very comfortable) to his spiritual seed. True
believers have their infirmities, for which they may expect to be corrected, but
they shall not be cast off. Every transgression in the covenant will not throw
us out of covenant” [= Pengandaian tentang
melakukan kesalahan memang tidak bisa diterapkan kepada sang Mesias sendiri,
tetapi itu bisa diterapkan (dan sangat memuaskan) bagi benih / keturunan
rohaninya. Orang-orang percaya yang sejati mempunyai kelemahan-kelemahan
mereka, untuk mana mereka bisa berharap untuk dikoreksi, tetapi mereka tidak
akan dibuang. Setiap pelanggaran dalam perjanjian tidak akan melemparkan kita
keluar dari perjanjian].
b)
1Taw 17:11-15 - “(11) Apabila umurmu sudah genap untuk pergi
mengikuti nenek moyangmu, maka Aku akan membangkitkan keturunanmu yang kemudian,
salah seorang anakmu sendiri, dan Aku akan mengokohkan kerajaannya. (12) Dialah
yang akan mendirikan rumah bagiKu dan Aku akan mengokohkan takhtanya untuk
selama-lamanya. (13) Aku akan menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi anakKu.
Tetapi kasih setiaKu tidak akan Kuhilangkan dari padanya seperti yang
Kuhilangkan dari pada orang yang mendahului engkau. (14) Dan Aku akan menegakkan
dia dalam rumahKu dan dalam kerajaanKu untuk selama-lamanya dan takhtanya akan
kokoh untuk selama-lamanya.’ (15) Tepat seperti perkataan ini dan tepat
seperti penglihatan ini Natan berbicara kepada Daud”.
Jamieson,
Fausset & Brown: “‘I
will not take my mercy away from him, as I took it.’ My procedure in dealing
with him will be different from my disposal of Saul. Should his misconduct call
for personal chastisement, I shall spare his family. If I see it necessary to
withdraw my favour and help for a time, it will be a corrective discipline, only
to reform and restore, not to destroy. On this passage some have founded an
argument for Solomon’s repentance and return to God” (= ‘Aku
tidak akan mengambil belas kasihanKu dari dia, seperti Aku mengambilnya ...’.
CaraKu dalam menanganinya akan berbeda dengan pembuanganKu terhadap Saul. Jika
perbuatan jahatnya memerlukan hajaran pribadi, Aku akan menyelamatkan
keluarganya. Jika Aku menganggap perlu untuk menarik kebaikan dan pertolonganKu
untuk sementara waktu, itu akan merupakan suatu disiplin yang bersifat
memperbaiki, hanya untuk mereformasi dan memulihkan, bukan untuk menghancurkan. Berdasarkan
text ini beberapa orang telah menemukan suatu argumentasi untuk pertobatan dan
kembalinya Salomo kepada Allah).
-bersambung-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali