KEBAKTIAN online

G. K. R. I. ‘GOLGOTA’

(Rungkut Megah Raya, blok D no 16)

 

Minggu, tgl 25 September 2022, pk 09.00

 

Pdt. Budi Asali, M. Div.

 

nasehat yang buruk

dan

tanggapan terhadapnya

 

RUT 1:6-22(1)

 

Rut 1:6-22 - “(6) Kemudian berkemaslah ia dengan kedua menantunya dan ia pulang dari daerah Moab, sebab di daerah Moab ia mendengar bahwa TUHAN telah memperhatikan umatNya dan memberikan makanan kepada mereka. (7) Maka berangkatlah ia dari tempat tinggalnya itu, bersama-sama dengan kedua menantunya. Ketika mereka sedang di jalan untuk pulang ke tanah Yehuda, (8) berkatalah Naomi kepada kedua menantunya itu: ‘Pergilah, pulanglah masing-masing ke rumah ibunya; TUHAN kiranya menunjukkan kasihNya kepadamu, seperti yang kamu tunjukkan kepada orang-orang yang telah mati itu dan kepadaku; (9) kiranya atas karunia TUHAN kamu mendapat tempat perlindungan, masing-masing di rumah suaminya.’ Lalu diciumnyalah mereka, tetapi mereka menangis dengan suara keras (10) dan berkata kepadanya: ‘Tidak, kami ikut dengan engkau pulang kepada bangsamu.’ (11) Tetapi Naomi berkata: ‘Pulanglah, anak-anakku, mengapakah kamu turut dengan aku? Bukankah tidak akan ada lagi anak laki-laki yang kulahirkan untuk dijadikan suamimu nanti? (12) Pulanglah, anak-anakku, pergilah, sebab sudah terlalu tua aku untuk bersuami. Seandainya pikirku: Ada harapan bagiku, dan sekalipun malam ini aku bersuami, bahkan sekalipun aku masih melahirkan anak laki-laki, (13) masakan kamu menanti sampai mereka dewasa? Masakan karena itu kamu harus menahan diri dan tidak bersuami? Janganlah kiranya demikian, anak-anakku, bukankah jauh lebih pahit yang aku alami dari pada kamu, sebab tangan TUHAN teracung terhadap aku?’ (14) Menangis pula mereka dengan suara keras, lalu Orpa mencium mertuanya itu minta diri, tetapi Rut tetap berpaut padanya. (15) Berkatalah Naomi: ‘Telah pulang iparmu kepada bangsanya dan kepada para allahnya; pulanglah mengikuti iparmu itu.’ (16) Tetapi kata Rut: ‘Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku; (17) di mana engkau mati, akupun mati di sana, dan di sanalah aku dikuburkan. Beginilah kiranya TUHAN menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jikalau sesuatu apapun memisahkan aku dari engkau, selain dari pada maut!’ (18) Ketika Naomi melihat, bahwa Rut berkeras untuk ikut bersama-sama dengan dia, berhentilah ia berkata-kata kepadanya. (19) Dan berjalanlah keduanya sampai mereka tiba di Betlehem. Ketika mereka masuk ke Betlehem, gemparlah seluruh kota itu karena mereka, dan perempuan-perempuan berkata: ‘Naomikah itu?’ (20) Tetapi ia berkata kepada mereka: ‘Janganlah sebutkan aku Naomi; sebutkanlah aku Mara, sebab Yang Mahakuasa telah melakukan banyak yang pahit kepadaku. (21) Dengan tangan yang penuh aku pergi, tetapi dengan tangan yang kosong TUHAN memulangkan aku. Mengapakah kamu menyebutkan aku Naomi, karena TUHAN telah naik saksi menentang aku dan Yang Mahakuasa telah mendatangkan malapetaka kepadaku.’ (22) Demikianlah Naomi pulang bersama-sama dengan Rut, perempuan Moab itu, menantunya, yang turut pulang dari daerah Moab. Dan sampailah mereka ke Betlehem pada permulaan musim menuai jelai.”.

 

I) Naomi memutuskan untuk pulang ke negerinya.

 

1) Keputusan untuk pulang ke Kanaan (ay 6).

 

The Biblical Illustrator: “Naomi’s crosses and losses she met within Moab made her soul to sit loose from that cursed country, and to long for Canaan - that blessed land of promise. God’s rod hath a voice (Mic 6:9), and now Naomi’s ear was open to hear the instruction of it (Job 36:8-10; Mic 2:10). It is a rich mercy when affliction brings us from worse to better, from Moab to Canaan, further off from sin and nearer to God.” [= Salib-salib dan kehilangan-kehilangan Naomi yang ia temui di Moab membuat jiwanya lepas / bebas dari negeri terkutuk itu, dan merindukan Kanaan - tanah / negeri perjanjian yang diberkati. Tongkat Allah mempunyai suara (Mikha 6:9), dan sekarang telinga Naomi terbuka untuk mendengar instruksi darinya (Ayub 36:8-10; Mikha 2:10). Merupakan suatu belas kasihan yang kaya pada waktu penderitaan membawa kita dari yang lebih buruk ke yang lebih baik, dari Moab ke Kanaan, menjauhi dosa dan mendekat kepada Allah.].

 

Mikha 6:9 - “Dengarlah, TUHAN berseru kepada kota: - adalah bijaksana untuk takut kepada namaNya - : ‘Dengarlah, hai suku bangsa dan orang kota!”.

KJV: “The LORD’S voice crieth unto the city, and the man of wisdom shall see thy name: hear ye the rod, and who hath appointed it.” [= Suara TUHAN berteriak kepada kota itu, dan orang yang mempunyai hikmat akan melihat namaMu: dengarlah tongkat, dan yang telah menetapkannya.].

NIV/ASV/NKJV/YLT juga menggunakan kata ‘the rod’ [= tongkat] sedangkan RSV/NASB tidak mempunyai kata itu.

 

Ayub 36:8-10 - “(8) Jikalau mereka dibelenggu dengan rantai, tertangkap dalam tali kesengsaraan, (9) maka Ia memperingatkan mereka kepada perbuatan mereka, dan kepada pelanggaran mereka, karena mereka berlaku congkak, (10) dan ia membukakan telinga mereka bagi ajaran, dan menyuruh mereka berbalik dari kejahatan.”.

 

Mikha 2:10 - “Bangkitlah dan pergilah, sebab ini bukan tempat perhentian bagimu! Oleh karena kenajisan maka kamu akan dibinasakan dengan kebinasaan yang tidak terpulihkan.”.

 

Bdk. Ibr 12:10-11 - “(10) Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusanNya. (11) Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya.”.

 

2) Keputusan / tindakan yang benar dengan motivasi yang salah.

Ay 6: “Kemudian berkemaslah ia dengan kedua menantunya dan ia pulang dari daerah Moab, sebab di daerah Moab ia mendengar bahwa TUHAN telah memperhatikan umatNya dan memberikan makanan kepada mereka.”.

 

The Bible Exposition Commentary: “Naomi’s decision was right, but her motive was wrong. She was still interested primarily in food, not in fellowship with God. You don’t hear her confessing her sins to God and asking Him to forgive her. She was returning to her land but not to her Lord.” [= Keputusan Naomi benar, tetapi motivasinya salah. Ia tetap memperhatikan / tertarik terutama pada makanan, bukan pada persekutuan dengan Allah. Kamu tidak mendengar ia mengakui dosa-dosanya kepada Allah dan memintaNya untuk mengampuninya. Ia kembali ke negerinya tetapi tidak kepada Tuhannya.].

 

3) Kelihatannya, mula-mula kedua menantunya ingin mengikutinya.

Ay 7a: “Maka berangkatlah ia dari tempat tinggalnya itu, bersama-sama dengan kedua menantunya.”.

 

Memang tidak terlalu jelas apakah mereka mengikuti untuk ikut ke Betlehem, atau sekedar mengantarkan Naomi sampai perbatasan Moab - Israel. Tetapi saya lebih condong pada yang pertama.

 

Bahwa kedua menantunya bisa begitu mengasihinya, menunjukkan bahwa Naomi adalah seorang mertua yang baik, dan merupakan teladan bagi mertua-mertua, khususnya dalam berpikir, bersikap, berkata, dsb, terhadap menantunya.

 

II) Nasehat Naomi kepada kedua menantunya.

 

Dalam hidup kita, kita pasti sering menerima nasihat dari orang lain. Kadang-kadang kita menerima nasihat yang baik, tetapi kadang-kadang kita menerima nasihat yang jelek. Dalam text khotbah hari ini kita melihat seseorang yang memberikan nasihat kepada orang lain.

 

1) Diri orang yang memberikan nasihat (Naomi).

 

a)  Naomi tetap percaya kepada TUHAN (Yahweh), sekalipun ia sudah lebih dari 10 tahun ada di negeri kafir.

Pada jaman itu ada suatu kepercayaan kafir yang mengatakan bahwa setiap dewa mempunyai wilayah kekuasaannya masing-masing (1Raja 20:23,28).

 

1Raja 20:23,28 - “(23) Pegawai-pegawai raja Aram berkata kepadanya: ‘Allah mereka ialah allah gunung; itulah sebabnya mereka lebih kuat dari pada kita. Tetapi apabila kita berperang melawan mereka di tanah rata, pastilah kita lebih kuat dari pada mereka. … (28) Maka tampillah abdi Allah dan berkata kepada raja Israel: ‘Beginilah firman TUHAN: Oleh karena orang Aram itu telah berkata: TUHAN ialah allah gunung dan bukan allah dataran, maka Aku akan menyerahkan seluruh tentara yang besar itu ke dalam tanganmu, supaya kamu tahu, bahwa Akulah TUHAN.’”.

 

Berdasarkan kepercayaan ini, seharusnya Moab adalah wilayah dari dewa yang bernama Kamos. Tetapi Naomi, yang sudah tinggal cukup lama (10 tahun) di wilayah Moab, tetap percaya bahwa TUHAN (Yahweh) berkuasa dimana-mana, termasuk di wilayah Moab (ay 8-9).

 

Ay 8-9: “(8) berkatalah Naomi kepada kedua menantunya itu: ‘Pergilah, pulanglah masing-masing ke rumah ibunya; TUHAN kiranya menunjukkan kasihNya kepadamu, seperti yang kamu tunjukkan kepada orang-orang yang telah mati itu dan kepadaku; (9) kiranya atas karunia TUHAN kamu mendapat tempat perlindungan, masing-masing di rumah suaminya.’ Lalu diciumnyalah mereka, tetapi mereka menangis dengan suara keras”.

 

Pulpit Commentary: “She assumes that her own Yahveh reigned in Moab as in Judah, and that all blessing descended from him. … He was the God not of the Hebrews only, but of the Gentiles likewise, and ruled and overruled in Moab.” [= Ia menganggap bahwa Yahwehnya bertakhta di Moab sama seperti di Yehuda, dan bahwa semua berkat turun dari Dia. … Ia adalah Allah, bukan dari orang Ibrani saja, tetapi juga dari orang-orang non Israel, dan memerintah dan berkuasa di Moab.] - hal 11.

 

b) Naomi tetap berani menggunakan nama ‘TUHAN’ (Yahweh) di tengah-tengah orang kafir (ay 8-9). Ia tidak menyebut ‘Kamos’ atau dengan sebutan umum Elohim [= Allah]. Ia menyebut Yahweh, sebutan khusus bagi Allah Israel, karena itu merupakan nama pribadi dari Allah Israel.

 

Catatan: dalam Perjanjian Lama, kata ‘TUHAN’ (semua huruf menggunakan huruf besar), berasal dari kata bahasa Ibrani Yahweh / Yehovah. Sedangkan kata ‘Tuhan’ (hanya huruf ‘T’nya yang huruf besar, huruf-huruf yang lain huruf kecil), berasal dari kata bahasa Ibrani AdonaY.

 

Penerapan: kalau saudara ada dalam kalangan kristen, saudara menggunakan nama Yesus, Tuhan Yesus, Tuhan Yesus Kristus dsb. Tetapi bagaimana kalau saudara ada dalam kalangan orang beragama lain? Bagaimana kalau saudara disuruh memimpin doa pada saat saudara berada dalam kumpulan orang-orang beragama lain? Beranikah saudara tetap menyebut ‘Tuhan Yesus Kris­tus’? Atau saudara menggantinya dengan sebutan umum ‘Allah’ atau seke­dar ‘Tuhan’?

 

Bdk. Mat 10:32-33 - “(32) Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan BapaKu yang di sorga. (33) Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan BapaKu yang di sorga.’”.

 

c)      Naomi percaya bahwa segala sesuatu terjadi karena tangan Tuhan!

Ay 8: “TUHAN kiranya menunjukkan kasihNya kepadamu,”.

Ay 9: “kiranya atas karunia Tuhan kamu mendapat tempat perlindungan, masing-masing di rumah suaminya.’”.

Ay 13: “... tangan Tuhan teracung terhadap aku?’”.

Ay 20: “... Yang Mahakuasa telah melakukan banyak yang pahit kepadaku.”.

Ay 21: “... dengan tangan yang kosong Tuhan memulangkan aku ... Tuhan telah naik saksi menentang aku dan Yang Mahakuasa telah mendatangkan malapetaka kepadaku.’”.

 

Jadi, ia tahu bahwa peristiwa dimana ia kematian suami dan kedua anaknya, lalu menjadi miskin dsb, pasti bukan terjadi secara kebetulan, tetapi dilakukan oleh Tuhan.

 

Dari sini jelas bahwa Naomi adalah ‘orang Reformed’! Ia percaya bahwa Tuhan adalah ‘First Cause’ [= Penyebab Pertama] dari segala sesuatu, dan tidak ada sesuatupun yang bisa terjadi di luar kehendak Tuhan.

 

Ini memang merupakan pandangan yang benar. Bandingkan dengan ay 6: Tuhan telah memperhatikan umatNya dan memberikan makanan kepada mereka.”.

 

Pulpit Commentary: “It is assumed in the tidings that the seasons and their products, and all beneficent influences in nature, belong to Yahveh.” [= Diasumsikan dalam kabar / berita itu bahwa musim-musim dan hasilnya, dan semua pengaruh-pengaruh alam yang menguntungkan, adalah milik Yahweh.] - hal 10.

 

Seorang penafsir lain dari Pulpit Commentary justru memberikan komentar yang salah tentang kata-kata Naomi dalam ay 20: “Naomi’s theology, as indicated in the expression, ‘the Almighty hath caused bitterness to me exceedingly,’ need not be to its minutest jot endorsed. God was not the only agent with whom she had had to do. Much of the bitterness of her lot may have been attributable to her husband or to herself, and perhaps to forefathers and foremothers. It is not fair to ascribe all the embittering element of things to God.” [= Theologia Naomi, seperti yang ditunjukkan dalam pernyataan ‘Yang Mahakuasa telah melakukan banyak yang pahit kepadaku / telah menyebabkan kepahitan yang sangat banyak kepadaku’, tidak perlu didukung / disetujui sampai hal yang terkecil. Allah bukan satu-satunya agen dengan siapa ia berurusan. Banyak kepahitan nasibnya yang bisa diakibatkan oleh suaminya atau oleh dirinya sendiri, dan mungkin oleh nenek moyangnya. Tidak adil untuk menganggap bahwa semua elemen yang pahit berasal dari Allah.] - hal 20.

 

Penafsir ini pasti tidak termasuk orang Reformed. Orang Reformed mengakui bahwa Allah menetapkan segala sesuatu, sampai hal-hal yang paling kecil / remeh, dan mengatur supaya semua rencanaNya terlaksana. Allah memang juga menggunakan ‘second causes’ [= penyebab-penyebab kedua] untuk melaksanakan rencanaNya, tetapi bagaimanapun juga, Allah adalah ‘First Cause’ [= Penyebab Pertama] dari segala sesuatu.

 

Pulpit Commentary: “Her recognition of God’s providence was right; was a sign of piety. She attributes all to the Almighty, to the Lord. … In a world over which God rules we should acknowledge his presence and reign in all human experiences. If trouble comes to us by means of natural laws, those laws are ordered by his wisdom. If by human agency, that agency is the result of the constitution with which he has endowed man. If as the result of our own action, he connects actions with their consequences. Therefore, let us reverently recognise his hand in all that happens to us!” [= Pengenalannya tentang providensia Allah adalah benar; dan ini merupakan tanda kesalehan. Ia menghubungkan semua dengan Yang Mahakuasa, dengan Tuhan. … Dalam dunia di atas mana Allah memerintah, kita harus mengakui kehadiran dan pemerintahanNya dalam semua pengalaman manusia. Jika kesukaran datang kepada kita melalui hukum-hukum alam, hukum-hukum itu diatur oleh hikmatNya. Jika itu datang melalui agen manusia, maka ke-agen-an itu merupakan akibat dari sistim / pembentukan dengan mana Ia telah memperlengkapi manusia. Jika itu datang sebagai akibat dari tindakan kita sendiri, Ia menghubungkan tindakan-tindakan dengan konsekwensi-konsekwensinya. Karena itu, marilah kita dengan hormat mengenali tanganNya dalam semua yang terjadi pada kita!] - hal 23.

 

Catatan: jangan merasa heran kalau kata-kata Pulpit Commentary saling bertentangan. Tadi ada komentar Arminian, sekarang ada komentar Reformed! Pulpit Commentary memang adalah suatu buku tafsiran yang ditulis oleh banyak penafsir.

 

Pulpit Commentary: “We talk of Providence when all goes well with us, when the harvest are ripened, and the fruits hang on the wall. But we must not limit Providence to the pleasant. The Lord ‘takes away’ as well as gives.” [= Kita berbicara tentang Providensia pada waktu semua berjalan baik dengan kita, pada waktu panen matang dan buah-buah bergantung di dinding. Tetapi kita tidak boleh membatasi Providensia pada hal-hal yang menyenangkan. Tuhan ‘mengambil’ maupun ‘memberi’.] - hal 28.

 

Ada banyak ayat Kitab Suci yang mendukung pandangan Reformed ini, seperti:

 

1.  Ayub 1:21 - “katanya: ‘Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!’”.

 

Waktu semua harta Ayub habis dirampok  dan kena sambaran petir, dan semua anak-anaknya mati karena badai yang merobohkan rumah mereka, Ayub berkata Tuhan yang mengambil’!

 

2.  Kej 45:5-9 - “(5) Tetapi sekarang, janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu. (6) Karena telah dua tahun ada kelaparan dalam negeri ini dan selama lima tahun lagi orang tidak akan membajak atau menuai. (7) Maka Allah telah menyuruh aku mendahului kamu untuk menjamin kelanjutan keturunanmu di bumi ini dan untuk memelihara hidupmu, sehingga sebagian besar dari padamu tertolong. (8) Jadi bukanlah kamu yang menyuruh aku ke sini, tetapi Allah; Dialah yang telah menempatkan aku sebagai bapa bagi Firaun dan tuan atas seluruh istananya dan sebagai kuasa atas seluruh tanah Mesir. (9) Segeralah kamu kembali kepada bapa dan katakanlah kepadanya: Beginilah kata Yusuf, anakmu: Allah telah menempatkan aku sebagai tuan atas seluruh Mesir; datanglah mendapatkan aku, janganlah tunggu-tunggu.”.

 

Kej 50:20 - Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.”.

 

Saudara-saudara Yusuf menjual Yusuf sehingga Yusuf menjadi budak di Mesir. Tetapi Yusuf menganggap bahwa Allahlah yang melakukan semua itu.

 

3.  Yoh 18:11 - “Kata Yesus kepada Petrus: ‘Sarungkan pedangmu itu; bukankah Aku harus minum cawan yang diberikan Bapa kepadaKu?’”.

 

Yesus menderita karena tindakan manusia, tetapi Ia menyebut semua itu sebagai cawan yang diberikan oleh Bapa kepadaNya.

 

Jadi, kesalahan Naomi bukanlah karena ia mempercayai bahwa Allah adalah ‘First Cause’ [= Penyebab Pertama] dari segala sesuatu, tetapi karena ia tidak percaya bahwa Tuhan melakukan semua itu untuk kebaikannya (Bdk. Ro 8:28 - “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.”).

 

Ketidak-percayaannya ini terlihat dari ay 13,20,21 dimana ia berkata bahwa:

 

a.  Hidupnya pahit dan karena itu ia tidak mau disebut ‘Naomi’, yang artinya adalah ‘menyenangkan’, dan ia minta disebut ‘Mara’, yang artinya adalah ‘pahit’.

 

The Bible Exposition Commentary: “Instead of making her better, the trials of life had made her bitter, which is the meaning of the word ‎mara.‎” [= Bukannya membuatnya lebih baik, pencobaan-pencobaan dari kehidupan telah membuat ia menjadi pahit, yang merupakan arti dari kata MARA.].

 

The Biblical Illustrator: “Naomi found that she had gained nothing by her wandering from God. There had been a famine in Judah. But ah, she had found a far worse famine in Moab. There every comfort had failed and every hope had departed. In no single point was her condition improved by her flight from Israel.” [= Naomi mendapati bahwa ia tidak mendapatkan apa-apa oleh pengembaraannya / penyimpangannya dari Allah. Tadi ada kelaparan di Yehuda. Tetapi ah, ia telah menemukan suatu kelaparan yang jauh lebih buruk di Moab. Di sana setiap penghiburan telah gagal dan setiap pengharapan telah hilang. Tidak ada satu halpun dalam mana kondisinya membaik oleh pelariannya dari Israel.].

 

b.  Tangan Tuhan teracung terhadap dia, dan Tuhan naik saksi menentang dia. Ini berarti bahwa ia menganggap Tuhan memusuhinya.

Matthew Poole mengatakan (hal 474) bahwa ungkapan yang digunakan oleh Naomi di sini merupakan istilah pengadilan, yang menunjuk kepada seseorang yang memberikan kesaksian menentang seseorang yang lain. Jadi, ini menunjukkan bahwa Naomi, dalam kepahitannya, menganggap bahwa Tuhan sendiri berbalik melawan dia, dan membawa dosa-dosanya ke dalam penghakiman.

 

c.  Ia memang percaya bahwa Tuhan itu adalah Allah yang maha kuasa (ay 21), tetapi kepercayaannya ini justru menyebabkan ia tidak punya harapan, karena ia beranggapan bahwa Allah yang mahakuasa itu menentang / memusuhi dia. Ia mempercayai kemaha-kuasaan Allah dengan cara yang salah!

 

Jadi, Naomi memang adalah orang yang rohani, tetapi ia tetap adalah orang berdosa yang lemah, dan pada saat itu ia sedang jatuh! Kelihatannya, ia bukan hanya tidak melakukan introspeksi / menyadari dosa-dosanya dan bertobat, tetapi bahkan sebaliknya, ia kelihatannya menyalahkan Allah, atau marah / merasa pahit kepada Allah, atas semua hal buruk yang menimpanya.

 

Pulpit Commentary: “Her interpretation of God’s providence was mistaken. ‘The Lord,’ said Naomi, ‘hath testified against me.’ Men frequently imagine that if God could prevent afflictions, and yet permits them, he cannot regard the afflicted in a favourable and friendly light. But this is not so. ‘Whom he loveth he chasteneth.’ The Book of Job warns us against misunderstanding the meaning of calamity. … How often is it true, as poet Cowper knew and sang - ‘Behind a frowning providence, God hides a smiling face!’” [= Penafsirannya tentang providensia Allah salah. ‘Tuhan’, kata Naomi, ‘telah bersaksi menentang aku’. Manusia sering membayangkan / mengkhayalkan bahwa jika Allah bisa mencegah penderitaan, tetapi mengijinkannya, Ia tidak menyenangi dan bersahabat dengan orang yang terkena penderitaan itu. Tetapi tidak demikian. ‘Ia menghajar barangsiapa yang dikasihiNya’ (Ibr 12:6). Kitab Ayub memperingatkan kita terhadap kesalah-mengertian tentang malapetaka / bencana. … Betapa sering merupakan sesuatu yang benar, seperti penyair Cowper mengetahui dan menyanyikannya - ‘Di balik providensia yang merengut / cemberut, Allah menyembunyikan wajah yang tersenyum!’] - hal 23.

 

2) Nasehat Naomi.

Ay 7b-9a: “(7b) Ketika mereka sedang di jalan untuk pulang ke tanah Yehuda, (8) berkatalah Naomi kepada kedua menantunya itu: ‘Pergilah, pulanglah masing-masing ke rumah ibunya; TUHAN kiranya menunjukkan kasihNya kepadamu, seperti yang kamu tunjukkan kepada orang-orang yang telah mati itu dan kepadaku; (9a) kiranya atas karunia TUHAN kamu mendapat tempat perlindungan, masing-masing di rumah suaminya.’”.

 

a)  Motivasi nasehat Naomi: baik atau buruk?

 

1.  Ada penafsir yang menganggap bahwa nasehat Naomi ini mempunyai motivasi yang buruk dan egois.

The Bible Exposition Commentary mengatakan bahwa kalau merupakan sesuatu yang benar bagi Naomi untuk pulang ke Betlehem dimana Allah yang benar disembah, maka juga merupakan sesuatu yang benar bagi kedua menantunya untuk ikut ke Betlehem bersama dia. Lalu mengapa Naomi justru mau pulang sendirian dan meninggalkan mereka? Ia menduga bahwa Naomi takut kalau kedua menantunya ikut ke Betlehem bersama dia, orang-orang Israel akan tahu bahwa di Moab kedua anaknya telah menikah dengan orang-orang Moab, yang adalah orang-orang kafir! Jadi, untuk menutupi dosa keluarganya, maka Naomi merasa lebih baik kedua menantunya tidak ikut ke Betlehem bersama dia.

 

2.  Nasehat Naomi ini diberikan dengan motivasi yang baik, yaitu demi kepen­tingan Orpa dan Rut (ay 8-13).

Ay 8-13: “(8) berkatalah Naomi kepada kedua menantunya itu: ‘Pergilah, pulanglah masing-masing ke rumah ibunya; TUHAN kiranya menunjukkan kasihNya kepadamu, seperti yang kamu tunjukkan kepada orang-orang yang telah mati itu dan kepadaku; (9) kiranya atas karunia TUHAN kamu mendapat tempat perlindungan, masing-masing di rumah suaminya.’ Lalu diciumnyalah mereka, tetapi mereka menangis dengan suara keras (10) dan berkata kepadanya: ‘Tidak, kami ikut dengan engkau pulang kepada bangsamu.’ (11) Tetapi Naomi berkata: ‘Pulanglah, anak-anakku, mengapakah kamu turut dengan aku? Bukankah tidak akan ada lagi anak laki-laki yang kulahirkan untuk dijadikan suamimu nanti? (12) Pulanglah, anak-anakku, pergilah, sebab sudah terlalu tua aku untuk bersuami. Seandainya pikirku: Ada harapan bagiku, dan sekalipun malam ini aku bersuami, bahkan sekalipun aku masih melahirkan anak laki-laki, (13) masakan kamu menanti sampai mereka dewasa? Masakan karena itu kamu harus menahan diri dan tidak bersuami? Janganlah kiranya demikian, anak-anakku, bukankah jauh lebih pahit yang aku alami dari pada kamu, sebab tangan TUHAN teracung terhadap aku?’”.

 

Naomi bukan orang yang egois. Sebetulnya, bagi dia, lebih enak kalau Rut dan Orpa ikut dengan dia, sehingga ia tidak usah sendirian. Tetapi, ia memberikan nasehat bagi kepentingan Rut dan Orpa, dan ia berdoa untuk mereka (ay 8-9).

Kata-kata ‘ke rumah ibunya’ (ay 8) tidak berarti bahwa ayah mereka sudah mati.

 

Bdk. Rut 2:11 - “Boas menjawab: ‘Telah dikabarkan orang kepadaku dengan lengkap segala sesuatu yang engkau lakukan kepada mertuamu sesudah suamimu mati, dan bagaimana engkau meninggalkan ibu bapamu dan tanah kelahiranmu serta pergi kepada suatu bangsa yang dahulu tidak engkau kenal.”.

 

b)      Nasehat Naomi ini mempunyai argumentasi yang kuat.

Ay 11-13: “(11) Tetapi Naomi berkata: ‘Pulanglah, anak-anakku, mengapakah kamu turut dengan aku? Bukankah tidak akan ada lagi anak laki-laki yang kulahirkan untuk dijadikan suamimu nanti? (12) Pulanglah, anak-anakku, pergilah, sebab sudah terlalu tua aku untuk bersuami. Seandainya pikirku: Ada harapan bagiku, dan sekalipun malam ini aku bersuami, bahkan sekalipun aku masih melahirkan anak laki-laki, (13) masakan kamu menanti sampai mereka dewasa? Masakan karena itu kamu harus menahan diri dan tidak bersuami? Janganlah kiranya demikian, anak-anakku, bukankah jauh lebih pahit yang aku alami dari pada kamu, sebab tangan TUHAN teracung terhadap aku?’”.

 

Terlihat dari text di atas ini, bahwa Naomi berkata bahwa:

 

1.  Ia tidak punya anak laki-laki lain. Seandainya ia mempunyai anak laki-laki lain, maka anak laki-laki itu harus mengawini Rut / Orpa untuk melahirkan keturunan bagi saudaranya.

 

Ul 25:5-9 - “(5) ‘Apabila orang-orang yang bersaudara tinggal bersama-sama dan seorang dari pada mereka mati dengan tidak meninggalkan anak laki-laki, maka janganlah isteri orang yang mati itu kawin dengan orang di luar lingkungan keluarganya; saudara suaminya haruslah menghampiri dia dan mengambil dia menjadi isterinya dan dengan demikian melakukan kewajiban perkawinan ipar. (6) Maka anak sulung yang nanti dilahirkan perempuan itu haruslah dianggap sebagai anak saudara yang sudah mati itu, supaya nama itu jangan terhapus dari antara orang Israel. (7) Tetapi jika orang itu tidak suka mengambil isteri saudaranya, maka haruslah isteri saudaranya itu pergi ke pintu gerbang menghadap para tua-tua serta berkata: Iparku menolak menegakkan nama saudaranya di antara orang Israel, ia tidak mau melakukan kewajiban perkawinan ipar dengan aku. (8) Kemudian para tua-tua kotanya haruslah memanggil orang itu dan berbicara dengan dia. Jika ia tetap berpendirian dengan mengatakan: Aku tidak suka mengambil dia sebagai isteri - (9) maka haruslah isteri saudaranya itu datang kepadanya di hadapan para tua-tua, menanggalkan kasut orang itu dari kakinya, meludahi mukanya sambil menyatakan: Beginilah harus dilakukan kepada orang yang tidak mau membangun keturunan saudaranya.”.

 

Tetapi ia tidak mempunyai anak laki-laki lain, dan ia sudah terlalu tua untuk bersuami lagi, dan kalaupun itu ia lakukan, akan terlalu lama bagi Rut dan Orpa untuk menunggu.

 

2.  Tuhan toh memusuhi dia (ay 13: “tangan TUHAN teracung terhadap aku?”), sehingga lebih baik Rut dan Orpa tidak mengikuti dia.

 

c)  Nasehat itu sendiri: baik atau buruk?

Lagi-lagi dalam hal ini ada 2 pandangan:

 

1.  Nasehat Naomi tidak seburuk kelihatannya.

Matthew Henry beranggapan bahwa tidak diragukan Naomi sebetulnya ingin kedua menantunya mengikuti dia dan Allah yang ia sembah, dan dengan demikian melepaskan mereka dari penyembahan berhala di Moab, dan membawa mereka pada penyembahan terhadap Yahweh. Tetapi ia tidak mau mereka memutuskan demikian karena dia, atau karena hubungan mereka dengannya, karena kalau demikian, ‘pertobatan’ mereka tidak punya nilai dan tak akan bertahan. Ia mau mereka memutuskan seperti itu, betul-betul karena itu merupakan keputusan mereka sendiri. Dengan kata lain, nasehatnya ini merupakan suatu ujian bagi kedua menantunya, supaya mereka memikirkan dulu harga yang harus mereka bayar dalam mengikuti Yahweh, dan mengambil keputusan yang betul-betul adalah keputusan mereka sendiri.

 

Saya sendiri sukar menerima penafsiran ini. Apapun motivasi mereka dalam mengikuti Naomi, tetap lebih baik bagi mereka untuk ikut dengan Naomi ke tempat dimana Yahweh disembah, karena dengan demikian secara logika lebih memungkinkan bagi mereka untuk percaya kepada Yahweh, dari pada untuk tetap tinggal di Moab, dan pasti akan tetap menyembah berhala!

 

2.  Nasehat Naomi ini, sekalipun diberikan dengan motivasi yang baik, dan mempunyai argumentasi yang kuat, tetap merupakan nasehat yang salah / buruk!

Mengapa? Karena yang dipikirkan dalam nasehat ini hanya­lah hal duniawi saja (suami, rumah, anak-anak), dan sama sekali tidak memikirkan hal rohani seperti iman mereka, hubungan mereka dengan Allah dsb.

 

Penerapan:

a.  Dalam dunia kita banyak menjumpai nasehat seperti ini, yaitu nasehat yang hanya memikirkan hal-hal duniawi dan sama sekali tak mempedulikan hal-hal yang bersifat rohani! Misalnya menasehati anak untuk menikah dengan orang kaya sekalipun kafir, atau menyuruh memilih pekerjaan yang gajinya besar padahal harus lembur pada hari Minggu, dsb.

b.  Selalu ada argumentasi untuk tindakan-tindakan yang salah. Karena itu harus selalu dipikirkan, apakah argumentasi itu sesuai dengan Alkitab / Firman Tuhan atau tidak!

 

Naomi adalah orang yang rohani, tetapi ia tetap adalah orang berdosa, dan pada saat itu ia sedang jatuh, sehingga nasehatnya hanya kelihatannya baik, tetapi sebetulnya salah sama sekali!

 

Penerapan: dalam kasus apapun, hati-hatilah dalam memberikan nasehat kepada seseorang. Pikirkan dulu apakah nasehat yang akan saudara berikan itu sesuai dengan Alkitab / Firman Tuhan atau tidak!

 

d)      Nasehat buruk itu disertai suatu doa yang tidak masuk akal.

Ay 7b-9a: “(7b) Ketika mereka sedang di jalan untuk pulang ke tanah Yehuda, (8) berkatalah Naomi kepada kedua menantunya itu: ‘Pergilah, pulanglah masing-masing ke rumah ibunya; TUHAN kiranya menunjukkan kasihNya kepadamu, seperti yang kamu tunjukkan kepada orang-orang yang telah mati itu dan kepadaku; (9a) kiranya atas karunia TUHAN kamu mendapat tempat perlindungan, masing-masing di rumah suaminya.’”.

 

Bagaimana mungkin Tuhan menunjukkan kasihNya kalau mereka pulang ke rumah ibu mereka dan dengan demikian juga kepada dewa mereka? Itu suatu doa yang tidak masuk akal.

 

 

-bersambung-

 

Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.

E-mail : [email protected]

e-mail us at [email protected]

http://golgothaministry.org

Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:

https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ

Channel Live Streaming Youtube :  bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali