Kedaulatan/penetapan
Allah dan kebebasan/tanggung jawab manusia
oleh: Pdt. Budi Asali MDiv.
Kedaulatan
/ penetapan Allah
dan
kebebasan
/ tanggung jawab manusia
I. Kedaulatan Allah dan
penetapan Allah.
A. Bahwa Rencana Allah dan Providence of God berhubungan
dengan segala sesuatu menunjukkan bahwa Allah adalah Allah yang berdaulat secara
mutlak!
Kata 'berdaulat' dalam bahasa Inggris adalah 'sovereign',
yang berasal dari bahasa Latin superanus (super = above, over). Dan dalam
Kamus Webster diberikan definisi sebagai berikut tentang kata 'sovereign':
a.
Above or superior to all others; chief; greatest; supreme (=
Di atas atau lebih tinggi dari semua yang lain; pemimpin / kepala; terbesar;
tertinggi).
b. supreme in
power, rank, or authority (= tertinggi
dalam kuasa, tingkat, atau otoritas).
c. of or holding
the position of a ruler; royal; reigning (=
mempunyai atau memegang posisi sebagai pemerintah; raja; bertahta).
d. independent of
all others (= tidak tergantung pada semua
yang lain).
Karena itu kalau kita percaya bahwa Allah itu berdaulat, maka kita
juga harus percaya bahwa Ia menetapkan segala sesuatu, dan bahwa Ia melaksanakan
ketetapanNya itu tanpa tergantung pada siapapun dan apapun di luar diriNya!
Jelas adalah omong kosong kalau seseorang berbicara tentang kedaulatan Allah /
mengakui kedaulatan Allah, tetapi tidak mempercayai bahwa Rencana Allah dan Providence
of God itu mencakup segala sesuatu dalam arti kata yang mutlak!
Louis Berkhof:
"Reformed Theology stresses the
sovereignty of God in virtue of which He has sovereignly determined from all
eternity whatsoever will come to pass, and works His sovereign will in His
entire creation, both natural and spiritual, according to His predetermined
plan. It is in full agreement with Paul when he says that God 'worketh all
things after the counsel of His will' (Eph 1:11)" [=
Theologia Reformed menekankan kedaulatan Allah atas dasar mana Ia secara
berdaulat telah menentukan dari sejak kekekalan apapun yang akan terjadi, dan
mengerjakan kehendakNya yang berdaulat dalam seluruh ciptaanNya, baik yang
bersifat jasmani maupun rohani, menurut rencanaNya yang sudah ditentukan
sebelumnya. Ini sesuai dengan Paulus pada waktu ia berkata bahwa Allah
'mengerjakan segala sesuatu menurut keputusan kehendakNya' (Ef 1:11)]
- 'Systematic Theology', hal 100.
Charles Hodge:
"And as God is absolutely sovereign
and independent, all his purposes must be determined from within or according to
the counsel of his own will. They cannot be supposed to be contingent or
suspended on the action of his creatures, or upon anything out of Himself" (=
Dan karena Allah itu berdaulat dan tak tergantung secara mutlak, semua
rencanaNya harus ditentukan dari dalam atau menurut keputusan kehendakNya
sendiri. Mereka tidak bisa dianggap sebagai kebetulan atau tergantung pada
tindakan-tindakan dari makhluk-makhluk ciptaanNya, atau pada apapun di luar
diriNya sendiri) -
'Systematic Theology', vol II, hal 320.
William G. T. Shedd: "Whatever undecreed
must be by haphazard and accident. If sin does not occur by the Divine purpose
and permission, it occurs by chance. And if sin occurs by chance, the deity, as
in the ancient pagan theologies, is limited and hampered by it. He is not 'God
over all'. Dualism is introduced into the theory of the universe. Evil is an
independent and uncontrollable principle. God governs only in part. Sin with all
its effects is beyond his sway. This dualism God condemns as error, in his words
to Cyrus by Isaiah, 'I make peace and create evil'; and in the words of Proverbs
16:4, 'The Lord hath made all things for himself; yea, even the wicked for the
day of evil'" (= Apapun yang tidak
ditetapkan pasti ada karena kebetulan. Jika dosa tidak terjadi karena rencana
dan ijin ilahi, maka itu terjadi karena kebetulan. Dan jika dosa terjadi karena
kebetulan, keilahian, seperti dalam teologi kafir kuno, dibatasi dan dirintangi
olehnya. Ia bukanlah 'Allah atas segala sesuatu'. Dualisme dimasukkan ke dalam
teori alam semesta. Kejahatan merupakan suatu elemen hakiki yang tak tergantung
dan tak terkontrol. Allah memerintah hanya sebagian. Dosa dengan semua akibatnya
ada di luar kekuasaanNya. Dualisme seperti ini dikecam Allah sebagai salah,
dalam kata-kata Yesaya kepada Koresy, 'Aku membuat damai dan menciptakan
malapetaka / kejahatan'; dan dalam kata-kata dari Amsal 16:4, 'Tuhan telah
membuat segala sesuatu untuk diriNya sendiri; ya, bahkan orang jahat untuk hari
malapetaka') - 'Calvinism: Pure & Mixed', hal 36.
Catatan:
kata-kata Yesaya kepada Koresy itu diambil dari Yes 45:7 versi KJV. Demikian
juga Amsal 16:4 diambil dan diterjemahkan dari KJV.
R. C. Sproul:
"That God in some sense foreordains
whatever comes to pass is a necessary result of his sovereignty. ... everything
that happens must at least happen by his permission. If he permits something,
then he must decide to allow it. If He decides to allow something, then is a
sense he is foreordaining it. ... To say that God foreordains all that comes to
pass is simply to say that God is sovereign over his entire creation. If
something could come to pass apart from his sovereign permission, then that
which came to pass would frustrate his sovereignty. If God refused to permit
something to happen and it happened anyway, then whatever caused it to happen
would have more authority and power than God himself. If there is any part of
creation outside of God's sovereignty, then God is simply not sovereign. If God
is not sovereign, then God is not God. ... Without sovereignty God cannot be
God. If we reject divine sovereignty then we must embrace atheism" (=
Bahwa Allah dalam arti tertentu menentukan apapun yang akan terjadi merupakan
akibat yang harus ada dari kedaulatanNya. ... segala sesuatu yang terjadi
setidaknya harus terjadi karena ijinNya. Jika Ia mengijinkan sesuatu, maka Ia
pasti memutuskan untuk mengijinkannya. Jika Ia memutuskan untuk mengijinkan
sesuatu, maka dalam arti tertentu Ia menentukannya. ... Mengatakan bahwa Allah
menentukan segala sesuatu yang akan terjadi adalah sama dengan mengatakan bahwa
Allah itu berdaulat atas segala ciptaanNya. Jika ada sesuatu yang bisa terjadi
di luar ijinNya yang berdaulat, maka apa yang terjadi itu menghalangi
kedaulatanNya. Jika Allah menolak untuk mengijinkan sesuatu dan hal itu tetap
terjadi, maka apapun yang menyebabkan hal itu terjadi mempunyai otoritas dan
kuasa yang lebih besar dari Allah sendiri. Jika ada bagian dari ciptaan berada
di luar kedaulatan Allah, maka Allah itu tidak berdaulat. Jika Allah tidak
berdaulat, maka Allah itu bukanlah Allah. ... Tanpa kedaulatan Allah tidak bisa
menjadi / adalah Allah. Jika kita menolak kedaulatan ilahi, maka kita harus
mempercayai atheisme) - 'Chosen
By God', hal 26-27.
B. Rencana Allah mencakup segala sesuatu.
Dasar
dari pandangan ini:
1. Kemahatahuan Allah.
Bahwa Rencana Allah berhubungan dengan segala sesuatu, atau bahwa
Allah telah menetapkan segala sesuatu, juga bisa terlihat dari kemahatahuan
Allah.
a. Kemahatahuan Allah menunjukkan bahwa Ia menentukan segala
sesuatu.
Penjelasan: Bayangkan suatu saat (minus tak terhingga) dimana alam semesta,
malaikat, manusia, dsb belum diciptakan. Yang ada hanyalah Allah sendiri. Ini
adalah sesuatu yang alkitabiah, karena Alkitab jelas mengajarkan bahwa Allah
adalah Pencipta segala sesuatu (Kej 1 Yoh 1:1-3). Pada saat itu, karena Allah
itu maha tahu (1Sam 2:3 - "Karena TUHAN
itu Allah yang maha tahu"), maka Ia sudah mengetahui segala sesuatu (dalam arti kata yang
mutlak) yang akan terjadi, termasuk dosa. Semua yang Ia tahu akan terjadi itu,
pasti terjadi persis seperti yang Ia ketahui. Dengan kata lain, semua itu sudah tertentu
pada saat itu. Kalau sudah tertentu, pasti ada yang menentukan (karena tidak
mungkin hal-hal itu menentukan dirinya sendiri). Karena pada saat itu hanya ada
Allah sendiri, maka jelas bahwa Ialah yang menentukan semua itu.
L. Boettner:
o
"This fixity or certainty
could have had its ground in nothing outside of the divine Mind, for in eternity
nothing else existed" (= Ketertentuan
atau kepastian ini tidak bisa mempunyai dasar pada apapun di luar Pikiran ilahi,
karena dalam kekekalan tidak ada apapun yang lain yang ada)
- 'The Reformed Doctrine of Predestination', hal 45.
o
"Yet unless Arminianism
denies the foreknowledge of God, it stands defenseless before the logical
consistency of Calvinism; for foreknowledge implies certainty and certainty
implies foreordination" (= Kecuali
Arminianisme menyangkal / menolak pengetahuan lebih dulu dari Allah, ia tidak
mempunyai pertahanan di depan kekonsistenan yang logis dari Calvinisme; karena pengetahuan
lebih dulu secara tidak langsung menunjuk pada kepastian, dan kepastian secara
tidak langsung menunjuk pada penetapan lebih dulu)
- 'The Reformed Doctrine of Predestination', hal 44.
b. Dalam persoalan ini perlu saudara ketahui bahwa penentuan itu
terjadi bukan karena Allah sudah tahu. Mengapa? Karena 'menentukan karena sudah
tahu' tidak bisa disebut sebagai 'menentukan', karena kalau Allah sudah tahu
bahwa suatu hal akan terjadi, maka hal itu pasti akan terjadi. Lalu apa gunanya
ditentukan lagi?
c. Hubungan yang benar tentang kemahatahuan Allah dan penetapan
Allah adalah: Allah menetapkan, dan karena itu Ia tahu.
L. Boettner: "Foreordination in
general cannot rest on foreknowledge; for only that which is certain can be
foreknown, and only that which is predetermined can be certain" (=
Secara umum, penentuan lebih dulu tidak bisa didasarkan pada pengetahuan lebih
dulu; karena hanya apa yang tertentu yang bisa diketahui lebih dulu, dan hanya
apa yang ditentukan lebih dulu yang bisa tertentu)
- 'The Reformed Doctrine of Predestination', hal 99.
William G. T. Shedd: "The Divine decree is
the necessary condition of the Divine foreknowledge. If God does not first
decide what shall come to pass, he cannot know what will come to pass. An event
must be made certain, before it can be known as a certain event. ... So long as
anything remains undecreed, it is contingent and fortuitous. It may or may not
happen. In this state of things, there cannot be knowledge of any kind" (=
Ketetapan ilahi adalah syarat yang perlu dari pengetahuan lebih dulu dari Allah.
Jika Allah tidak lebih dulu menentukan apa yang akan terjadi, Ia tidak bisa
mengetahui apa yang akan terjadi. Suatu peristiwa / kejadian harus dipastikan,
sebelum peristiwa itu bisa diketahui sebagai peristiwa yang tertentu. ... Selama
sesuatu tidak ditetapkan, maka sesuatu itu bersifat tergantung / mungkin dan
kebetulan. Itu bisa terjadi atau tidak terjadi. Dalam keadaan demikian, tidak
bisa ada pengetahuan apapun tentang hal itu)
- 'Shedd's Dogmatic Theology', vol I, hal 396-397.
B. B. Warfield: "... God foreknows
only because He has pre-determined, and it is therefore also that He brings it
to pass; His foreknowledge, in other words, is at bottom a knowledge of His own
will" (= .. Alah mengetahui lebih dulu
hanya karena Ia telah menentukan lebih dulu, dan karena itu juga Ia
menyebabkannya terjadi; dengan kata lain, pengetahuan lebih dulu ini pada
hakekatnya adalah pengetahuan tentang kehendakNya sendiri)
- 'Biblical and Theological Studies', hal 281.
John Owen: "Out of this large
and boundless territory of things possible, God by his decree freely determineth
what shall come to pass, and makes them future which before were but possible.
After this decree, as they commonly speak, followeth, or together with it, as
others more exactly, taketh place, that prescience of God which they call
'visionis,' 'of vision,' whereby he infallibly seeth all things in their proper
causes, and how and when they shall some to pass" (=
Dari daerah yang besar dan tak terbatas dari hal-hal yang mungkin terjadi ini,
Allah dengan ketetapanNya secara bebas menentukan apa yang akan terjadi, dan
membuat mereka yang tadinya 'mungkin terjadi' menjadi 'akan datang'. Setelah
ketetapan ini, seperti yang pada umumnya mereka katakan, berikutnya, atau
bersama-sama dengan ketetapan itu, seperti orang lain katakan dengan lebih
tepat, terjadilah 'pengetahuan yang lebih dulu' dari Allah yang mereka sebut
VISIONIS, 'dari penglihatan', dengan mana Ia, secara tidak mungkin salah,
melihat segala sesuatu dalam penyebabnya yang tepat, dan bagaimana dan kapan
mereka akan terjadi) - 'The
Works of John Owen', vol 10, hal 23.
2. Allah tidak terbatas oleh waktu, atau Allah ada di atas waktu.
Satu hal lagi yang menunjukkan bahwa Rencana / ketetapan Allah itu
mencakup segala sesuatu, adalah bahwa Allah tidak terbatas oleh waktu, atau ada
di atas waktu.
L. Boettner:
"Much of the difficulty in regard to
the doctrine of Predestination is due to the finite character of our mind, which
can grasp only a few details at a time, and which understands only a part of the
relations between these. We are creatures of time, and often fail to take into
consideration the fact that God is not limited as we are. That which appears to
us as 'past,' 'present,' and 'future,' is all 'present' to His mind. It is as
eternal 'now.' He is 'the high and lofty One that inhabits eternity.' Is. 57:15.
'A thousand years in thy sight are but as yesterday when it is past, And as a
watch in the night,' Ps. 90:4. Hence the events which we see coming to pass in
time are only the events which He appointed and set before Him from eternity.
Time is a property of the finite creation and is objective to God. He is above
it and sees it, but is not conditioned by it. He is also independent of space,
which is another property of the finite creation. Just as He sees at one glance
a road leading from New York to San Francisco, while we see only a small portion
of it as we pass over it, so He sees all events in history, past, present, and
future at one glance. When we realize that the complete process of history is
before Him as an eternal 'now,' and that He is the Creator of all finite
existence, the doctrine of Predestination at least becomes an easier
doctrine" (= Banyak kesukaran
berkenaan dengan doktrin Predestinasi disebabkan oleh sifat terbatas dari
pikiran kita, yang hanya bisa menjangkau beberapa detail pada satu saat, dan
yang mengerti hanya sebagian dari hubungan antara detail-detail itu. Kita adalah
makhluk waktu, dan seringkali melupakan fakta bahwa Allah tidak terbatas seperti
kita. Apa yang kelihatan bagi kita sebagai 'lampau', 'sekarang', dan 'akan
datang', semuanya adalah 'sekarang' bagi pikiranNya. Itu adalah 'sekarang' yang
kekal. Ia adalah 'Yang tinggi dan mulia yang mendiami kekekalan' Yes 57:15.
'Seribu hari dalam pandanganMu adalah seperti kemarin, pada waktu itu berlalu,
dan seperti suatu giliran jaga pada malam hari' Maz 90:4. Karena itu
peristiwa-peristiwa yang kita lihat terjadi dalam waktu hanyalah merupakan
peristiwa-peristiwa yang telah Ia tetapkan dan tentukan di hadapanNya dari
kekekalan. Waktu adalah milik / sifat dari ciptaan yang terbatas dan terpisah
dari Allah. Ia ada diatasnya dan melihatnya, tetapi tidak dikuasai / diatur
olehnya. Ia juga tidak tergantung pada tempat, yang merupakan milik / sifat yang
lain dari ciptaan yang terbatas. Sama seperti ia melihat dalam sekali pandang
jalanan dari New York ke San Francisco, sementara kita melihat hanya sebagian
kecil darinya pada waktu kita melewatinya, demikian pula Ia melihat semua
peristiwa-peristiwa dalam sejarah, lampau, sekarang, dan yang akan datang dalam
satu kali pandang. Pada waktu kita menyadari bahwa proses lengkap dari sejarah
ada di depan-Nya sebagai 'sekarang' yang kekal, dan bahwa Ia adalah Pencipta
dari semua keberadaan yang terbatas, doktrin Predestinasi sedikitnya menjadi
doktrin yang lebih mudah) - 'The Reformed Doctrine of Predestination', hal
44-45.
Catatan: Yes
57:15 dan Maz 90:4 di atas dikutip dan diterjemahkan dari KJV.
William G. T. Shedd: "For the Divine mind,
there is, in reality, no future event, because all events are simultaneous,
owing to that peculiarity in the cognition of an eternal being whereby there is
no succession in it. All events thus being present to him are of course all of
them certain events" (= Untuk pikiran
ilahi, dalam kenyataannya tidak ada kejadian / peristiwa yang akan datang,
karena semua peristiwa / kejadian adalah serempak, berdasarkan kekhasan dalam
pemikiran / pengertian dari makhluk kekal untuk mana tidak ada urut-urutan di
dalamnya. Semua peristiwa 'bersifat present / sekarang' bagiNya dan karenanya
tentu saja semuanya merupakan peristiwa yang pasti)
- 'Shedd's Dogmatic Theology', vol I, hal 402.
3.
Dasar Kitab Suci:
a. Rencana Allah mencakup hal-hal yang remeh.
Mat
10:29-30 - "Bukankah burung pipit
dijual dua ekor seduit? Namun seekorpun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di
luar kehendak BapaMu. Dan kamu, rambut kepalamupun terhitung
semuanya".
Hal-hal yang remeh / kecil / tidak berarti seperti jatuhnya burung
pipit yang tidak berharga, atau rontoknya rambut kita, ternyata hanya bisa
terjadi kalau itu sesuai dengan kehendak / Rencana Allah.
Calvin:
"But anyone who has been taught by
Christ's lips that all the hairs of his head are numbered (Matt 10:30) will look
farther afield for a cause, and will consider that all events are governed by
God's secret plan" [= Tetapi
setiap orang yang telah diajar oleh bibir Kristus bahwa semua rambut kepalanya
terhitung (Mat 10:30) akan melihat lebih jauh untuk suatu penyebab, dan akan
menganggap bahwa semua kejadian diatur oleh rencana rahasia Allah]
- 'Institutes of the Christian Religion', Book I, Chapter XVI, no 2.
Calvin:
"... it is certain that not one drop
of rain falls without God's sure command" (=
... adalah pasti bahwa tidak satu titik hujanpun yang jatuh tanpa perintah yang
pasti dari Allah) -
'Institutes of the Christian Religion', Book I, Chapter XVI, no 5.
Kalau saudara merasa heran mengapa hal-hal yang kecil / remeh itu
juga ditetapkan oleh Allah, seakan-akan Allah itu kekurangan kerjaan (bahasa
Jawa: kengangguren), maka ingatlah bahwa:
o
kedaulatan yang mutlak
dari Allah tidak memungkinkan adanya hal yang bagaimanapun kecil dan remehnya
ada di luar Rencana / penetapan Allah.
o
semua hal-hal di dunia
/ alam semesta ini berhubungan satu dengan yang lain, sehingga hal kecil / remeh
bisa menimbulkan hal yang besar!
R. C. Sproul: "For want of a nail
the shoe was lost; for want of the shoe the horse was lost; for want of the
horse the rider was lost; for want of the rider the battle was lost; for want of
the battle the war was lost" [= Karena kekurangan sebuah paku maka
sebuah sepatu (kuda) hilang; karena kekurangan sebuah sepatu (kuda) maka seekor
kuda hilang; karena kekurangan seekor kuda maka seorang penunggang kuda hilang;
karena kekurangan seorang penunggang kuda maka sebuah pertempuran hilang
(kalah); karena kekurangan sebuah pertempuran maka peperangan hilang (kalah)]
- 'Chosen By God', hal 155.
Jadi, melalui illustrasi ini terlihat dengan jelas bahwa sebuah
paku, yang merupakan hal yang remeh / kecil, ternyata bisa menimbulkan kekalahan
dalam peperangan, yang jelas merupakan hal yang sangat besar! Karena itu jangan
heran kalau hal-hal yang kecil / remeh juga ditetapkan / direncanakan oleh
Allah.
L. Boettner: "The Pelagian denies
that God has a plan; the Arminian says that God has a general plan but not a
specific plan; but the Calvinist says that God has a specific plan which
embraces all events in all ages" (=
Orang yang menganut Pelagianisme menyangkal bahwa Allah mempunyai rencana; orang
Arminian berkata bahwa Allah mempunyai rencana yang umum tetapi bukan rencana
yang specific; tetapi orang Calvinist mengatakan bahwa Allah mempunyai rencana
yang specific yang mencakup semua peristiwa / kejadian dalam semua jaman)
- 'The Reformed Doctrine of Predestination', hal 22-23.
B. B. Warfield:
§
"the minutest occurrences are
as directly controlled by Him as the greatest (Matt. 10:29-30, Luke 12:7)" [=
Peristiwa-peristiwa / kejadian-kejadian yang terkecil dikontrol secara langsung
oleh Dia sama seperti peristiwa-peristiwa / kejadian-kejadian yang terbesar (Mat
10:29-30, Luk 12:7)] - 'Biblical
and Theological Studies', hal 296.
§
"Throughout the Old
Testament, behind the processes of nature, the march of history and the fortunes
of each individual life alike, there is steadily kept in view the governing hand
of God working out His preconceived plan - a plan broad enough to embrace the
whole universe of things, minute enough to concern itself with the smallest
details, and actualizing itself with inevitable certainty in every event that
comes to pass" (= Sepanjang Perjanjian
Lama, dibalik proses alam, gerakan dari sejarah dan nasib dari setiap kehidupan,
terus menerus ditunjukkan tangan pemerintahan Allah yang melaksanakan rencana
yang sudah direncanakanNya lebih dulu - suatu rencana yang cukup luas untuk
mencakup seluruh alam semesta, cukup kecil / seksama untuk memperhatikan
detail-detail yang terkecil, dan mewujudkan dirinya sendiri dengan kepastian
yang tidak dapat dihindarkan / dielakkan dalam setiap peristiwa / kejadian yang
terjadi) - 'Biblical and Theological Studies', hal 276.
§
"But, in the infinite wisdom
of the Lord of all the earth, each event falls with exact precision into its
proper place in the unfolding of His eternal plan; nothing, however small,
however strange, occurs without His ordering, or without its peculiar fitness
for its place in the working out of His purpose; and the end of all shall be the
manifestation of His glory, and the accumulation of His praise" (=
Tetapi, dalam hikmat yang tidak terbatas dari Tuhan seluruh bumi, setiap
peristiwa / kejadian jatuh dengan ketepatan yang tepat pada tempatnya dalam
pembukaan dari rencana kekalNya; tidak ada sesuatupun, betapapun kecilnya,
betapapun anehnya, terjadi tanpa pengaturan / perintahNya, atau tanpa
kecocokannya yang khusus untuk tempatnya dalam pelaksanaan RencanaNya; dan akhir
dari semua adalah akan diwujudkannya kemuliaanNya, dan pengumpulan pujian
bagiNya) - 'Biblical and Theological Studies', hal 285.
Charles Hodge: "As God works on a
definite plan in the external world, it is fair to infer that the same is true
in reference to the moral and spiritual world. To the eye of an uneducated man
the heavens are a chaos of stars. The astronomer sees order and system in this
confusion; all those bright and distant luminaries have their appointed places
and fixed orbits; all are so arranged that no one interferes with any other, but
each is directed according to one comprehensive and magnificent conception"
(= Sebagaimana Allah mengerjakan rencana
tertentu dalam dunia lahiriah / jasmani, adalah wajar untuk mengambil kesimpulan
bahwa hal itu juga benar berkenaan dengan dunia moral dan rohani. Bagi mata
seorang yang tidak berpendidikan langit merupakan bintang-bintang yang kacau.
Ahli perbintangan / ilmu falak melihat keteraturan dan sistim dalam kekacauan
ini; semua benda-benda bersinar yang terang dan jauh itu mempunyai tempat dan
orbit tetap yang ditetapkan; semua begitu diatur sehingga tidak satupun
mengganggu yang lain, tetapi masing-masing diarahkan menurut suatu konsep yang
luas dan besar / indah) - 'Systematic Theology', vol II hal 313.
b. Rencana Allah mencakup hal-hal yang bersifat kebetulan.
Kel 21:13
- "Tetapi jika pembunuhan itu tidak
disengaja, melainkan tangannya ditentukan Allah melakukan itu, maka Aku akan
menunjukkan bagimu suatu tempat, ke mana ia dapat lari".
Yang dimaksud dengan 'pembunuhan yang tidak disengaja' itu
dijelaskan / diberi contoh dalam Ul 19:4-5, yaitu orang yang pada waktu
mengayunkan kapak, lalu mata kapaknya terlepas dan mengenai orang lain sehingga
mati. Hal seperti ini kelihatannya 'kebetulan', tetapi toh Kel 21:13 itu
mengatakan bahwa hal itu bisa terjadi karena 'tangannya
ditentukan Allah melakukan itu'. Jadi, jelas bahwa hal-hal yang kelihatannya kebetulan sekalipun
hanya bisa terjadi kalau itu sesuai kehendak / Rencana Allah.
Ayat-ayat lain yang menunjukkan bahwa hal-hal yang kelihatan
sebagai 'kebetulan' juga ditetapkan dan diatur oleh Allah, adalah Amsal 16:33
1Raja-raja 22:34 1Sam 6:7-12.
c.
Rencana Allah mencakup dosa.
Bahwa
dalam Rencana Allah juga tercakup dosa bisa terlihat dari:
1. Rencana Allah tentang penebusan dosa oleh Kristus (1Pet
1:19-20 Kis 2:23 Kis 4:27-28) menunjukkan adanya Rencana / penentuan terjadinya
dosa, karena bahwa penebusan dosa sudah ditentukan, itu jelas menunjukkan bahwa:
§
dosa manusia yang akan
ditebus oleh Kristus itupun harus juga sudah ditentukan! Karena kalau tidak,
bisa-bisa penebusan dosa itu tidak terjadi.
§
pembunuhan /
penyaliban yang dilakukan terhadap Kristus, yang jelas merupakan suatu dosa yang
sangat hebat, bahkan mungkin paling hebat, jelas juga sudah ada dalam Rencana
Allah.
Kis 2:23 - "Dia yang
diserahkan Allah menurut maksud dan rencanaNya, telah kamu salibkan dan kamu
bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka".
Kis 4:27-28 - "Sebab
sesungguhnya telah berkumpul di dalam kota ini Herodes dan Pontius Pilatus
beserta bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa Israel melawan Yesus, HambaMu yang
kudus, yang Engkau urapi, untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah Engkau
tentukan dari semula oleh kuasa dan kehendakMu".
Charles Hodge: "The
crucifixion of Christ was beyond doubt foreordained of God. It was, however, the
greatest crime ever committed. It is therefore beyond all doubt the doctrine of
the Bible that sin is foreordained" (=
Penyaliban Kristus tidak diragukan lagi ditentukan lebih dulu oleh Allah. Tetapi
itu adalah tindakan kriminal terbesar yang pernah dilakukan. Karena itu tidak
perlu diragukan lagi bahwa dosa ditentukan lebih dulu merupakan doktrin / ajaran
dari Alkitab) - 'Systematic
Theology', vol I, hal 544.
Charles Hodge: "it is utterly
irrational to contend that God cannot foreordain sin, if He foreordained (as no
Christian doubts) the crucifixion of Christ" [=
adalah sama sekali tidak rasionil untuk berpendapat bahwa Allah tidak bisa
menentukan dosa, jika Ia menentukan (seperti yang tidak ada orang kristen yang
meragukan) penyaliban Kristus]
- 'Systematic Theology', vol I, hal 547.
2. Ayat-ayat seperti:
§
Daniel 11:36 - "Raja
itu akan berbuat sekehendak hati; ia akan meninggikan dan membesarkan dirinya
terhadap setiap allah. Juga terhadap Allah yang mengatasi segala allah ia akan
mengucapkan kata-kata yang tak senonoh sama sekali, dan ia akan beruntung sampai
akhir murka itu; sebab apa yang telah ditetapkan akan terjadi".
§
Luk 22:22 - "Sebab
Anak manusia memang akan pergi seperti yang telah ditetapkan, akan
tetapi, celakalah orang yang olehnya Ia diserahkan".
§
Kis 2:23 - "Dia
yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencanaNya, telah kamu salibkan
dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka".
§
Kis 4:27-28 - "Sebab
sesungguhnya telah berkumpul di dalam kota ini Herodes dan Pontius Pilatus
beserta bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa Israel melawan Yesus, HambaMu yang
kudus, yang Engkau urapi, untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah Engkau
tentukan dari semula oleh kuasa dan kehendakMu".
secara explicit / jelas menunjukkan bahwa Allah menetapkan /
merencanakan adanya dosa, karena ayat-ayat itu membicarakan dosa dan lalu
menggunakan istilah-istilah:
§
'ditetapkan'
(Daniel 11:36).
§
'ditetapkan'
(Luk 22:22).
§
'menurut maksud dan rencanaNya'
(Kis 2:23).
§
'segala sesuatu yang telah Engkau
tentukan dari semula oleh kuasa dan kehendakMu'
(Kis 4:28).
3. Dalam Kitab Suci sering ada nubuat tentang akan terjadinya suatu
dosa. Misalnya:
§
Kel 3:19 - penolakan
Firaun.
§
Mat 18:7 - munculnya
penyesatan.
§
Mat 24:5,10-12,24 -
munculnya nabi-nabi palsu, Mesias-mesias palsu, mujijat-mujijat palsu.
§
Mat 26:31,34 -
goncangnya iman murid-murid dan penyangkalan Petrus.
§
2Tim 3:1-5 2Tim 4:3-4
- dosa orang-orang pada akhir jaman.
§
dsb.
Padahal, kalau Tuhan menubuatkan tentang akan terjadinya suatu hal
tertentu, itu disebabkan karena Ia sudah lebih dulu menentukan terjadinya hal
itu. Ini terbukti dari:
a. Perbandingan Mat 26:24 dengan Luk 22:22.
Mat
26:24 - "Anak Manusia memang akan pergi
sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang
yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu
sekiranya ia tidak dilahirkan".
Luk 22:22 - "Sebab Anak
Manusia memang akan pergi seperti yang telah ditetapkan, akan tetapi,
celakalah orang yang olehnya Ia diserahkan".
Kedua ayat ini paralel dan sama-sama berbicara tentang
pengkhianatan Yudas, tetapi kalau Mat 26:24 mengatakan bahwa hal itu 'sesuai
dengan yang ada tertulis tentang Dia',
yang hanya menunjukkan bahwa hal itu terjadi karena sudah dinubuatkan, maka Luk
22:22 mengatakan bahwa hal itu terjadi 'seperti
yang telah ditetapkan',
yang menunjukkan bahwa hal itu terjadi karena sudah ditetapkan oleh Allah dalam
kekekalan.
b.
Perbandingan Kis 2:23 Kis 3:18 dan Kis 4:27-28.
Kis
2:23 - "Dia yang diserahkan Allah menurut
maksud dan rencanaNya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan
bangsa-bangsa durhaka".
Kis 3:18 - "Tetapi dengan
jalan demikian Allah telah menggenapi apa yang telah difirmankanNya dahulu
dengan perantaraan nabi-nabiNya, yaitu bahwa Mesias yang diutusNya harus
menderita".
Kis 4:27-28 - "Sebab
sesungguhnya telah berkumpul di dalam kota ini Herodes dan Pontius Pilatus
beserta bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa Israel melawan Yesus, HambaMu yang
kudus, yang Engkau urapi, untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah Engkau
tentukan dari semula oleh kuasa dan kehendakMu".
Semua ayat di atas ini berbicara tentang penderitaan / penyaliban
yang dialami oleh Kristus. Tetapi kalau Kis 3:18 mengatakan bahwa hal itu
terjadi 'mengge-napi apa yang telah
difirmankannya dahulu dengan perantaraan nabi-nabiNya',
yang hanya menunjukkan bahwa hal itu terjadi karena sudah dinubuatkan, maka Kis
2:23 mengatakan bahwa hal itu terjadi 'menurut
maksud dan rencanaNya'
dan Kis 4:28 mengatakan bahwa hal itu terjadi 'untuk
melaksanakan segala sesuatu yang telah Engkau tentukan dari semula oleh kuasa
dan kehendakMu', yang
jelas menunjukkan bahwa hal itu terjadi karena sudah ditentukan oleh Allah dalam
kekekalan.
c. Yes 46:10-11 - "yang memberitahukan
dari mulanya hal yang kemudian dan dari zaman purbakala apa yang belum
terlaksana, yang berkata: KeputusanKu akan sampai, dan segala kehendakKu
akan Kulaksanakan, yang memanggil burung buas dari timur, dan orang yang
melaksanakan putusanKu dari negeri yang jauh. Aku telah mengatakannya,
maka Aku hendak melangsungkannya, Aku telah merencana-kannya, maka Aku
hendak melaksanakannya".
Perhatikan bahwa dalam Yes 46:10a dikatakan bahwa Tuhan 'memberitahukan', tetapi dalam Yes 46:10b-11a dikatakan bahwa itu adalah 'keputusanKu', 'kehen-dakKu',
dan 'putusanKu'.
Selanjutnya Yes 46:11b terdiri dari 2 kalimat paralel yang sebetulnya
memaksudkan hal yang sama, tetapi kalimat pertama meng-gunakan istilah 'mengatakannya',
yang hanya menunjukkan nubuat Allah, sedangkan kalimat kedua menggunakan istilah
'merencanakannya',
yang jelas menunjuk pada rencana / ketetapan Allah.
d. Yer 4:28 - "Karena hal
ini bumi akan berkabung, dan langit di atas akan menjadi gelap, sebab Aku
telah mengatakannya, Aku telah merancangnya, Aku tidak akan
menyesalinya dan tidak akan mundur dari pada itu".
Ayat ini baru mengatakan 'Aku
telah mengatakannya' dan
lalu langsung menyambungnya dengan 'Aku
telah merancangnya'. Ini
jelas menunjukkan bahwa Tuhan mengatakan sesuatu kepada nabi-nabi (yang lalu
dinubuatkan oleh para nabi itu), karena Tuhan telah merancang / merencanakannya.
e. Amos 3:7 - "Sungguh,
Tuhan Allah tidak berbuat sesuatu tanpa menyatakan keputusanNya
kepada hamba-hambaNya, para nabi".
Ayat ini menunjukkan secara jelas bahwa apa yang dinyatakan oleh
Tuhan kepada pada nabi (dan lalu dinubuatkan oleh nabi-nabi itu) adalah
keputusanNya [NIV: his plan (= rencanaNya)].
f. Rat 2:17a - "TUHAN
telah menjalankan yang dirancangkanNya, Ia melaksanakan yang difirmankanNya".
Bagian akhir dari ayat ini mengatakan bahwa Tuhan melaksanakan yang
difirmankanNya / dinubuatkanNya; tetapi bagian awal dari ayat ini
mengatakan bahwa Tuhan menjalankan yang dirancangkanNya. Jelas bahwa apa
yang dinubuatkan adalah apa yang dahulu telah dirancangkanNya.
g. Rat 3:37 - "Siapa
berfirman, maka semuanya jadi? Bukankah Tuhan yang memerintahkannya?".
NIV: 'Who can speak and have
it happen if the Lord has not decreed it' (=
Siapa yang bisa berbicara dan membuatnya terjadi jika Tuhan tidak
menetapkannya?).
h. Yes 28:22b - "sebab
kudengar tentang kebinasaan yang sudah pasti yang datang dari Tuhan ALLAH
semesta alam atas seluruh negeri itu".
NIV: 'The Lord, the LORD
Almighty, has told me of the destruction decreed against the whole land' (=
Tuhan, TUHAN yang mahakuasa, telah memberitahu aku tentang kehancuran yang telah
ditetapkan terhadap seluruh negeri itu).
Ini jelas menunjukkan bahwa kehancuran yang oleh Tuhan
diberitahukan kepada Yesaya, dan lalu dinubuatkan oleh Yesaya, merupakan
ketetapan Allah (decree of God)
Jadi, dari seluruh penjelasan ini jelaslah bahwa kalau dalam Kitab
Suci dinubuatkan sesuatu, itu tidak sekedar berarti bahwa Allah hanya tahu lebih
dulu bahwa hal itu akan terjadi (foreknowledge) dan lalu memberitahukan
hal itu kepada manusia, tetapi itu berarti bahwa Allah sudah menetapkan lebih
dulu akan hal itu (foreordination) dan lalu memberitahukannya kepada
manusia (Catatan: karena itu tidak heran kalau nubuat tidak mungkin tidak
terjadi)! Dengan demikian jelas bahwa ayat-ayat diatas yang seakan-akan hanya
memberitahukan akan adanya dosa-dosa tertentu, sebetulnya menunjukkan bahwa
dosa-dosa tertentu itu sudah ditetapkan dan karenanya harus terjadi!
4. Penentuan dosa sejalan dengan doktrin-doktrin Reformed yang
lain, seperti:
§
Election
/ pemilihan (Ro 9:6-24 Ef 1:4,5,11 1Tes 5:9 2Tes 2:13 2Tim 1:9), karena dalam
doktrin tentang pemilihan itu dikatakan bahwa manusia dipilih untuk diselamatkan
dari dosa (Infralapsarianisme).
§
Reprobation
/ penentuan binasa (Amsal 16:4 Yoh 17:12 Ro 9:13, 17-18,21-22 1Pet 2:8 Yudas 4),
yang jelas mensyaratkan penetapan dosa dalam kehidupan orang-orang yang
ditentukan untuk binasa itu (Infralapsarianisme).
§
Infralapsarianisme
maupun Supralapsarianisme, yang sama-sama percaya adanya penetapan dosa.
Jika saudara adalah orang yang mengaku Reformed, tetapi tidak
percaya bahwa Allah menetapkan dosa, maka renungkanlah hal-hal di atas ini!
Ketidakpercayaan saudara akan penetapan dosa bertentangan dengan kepercayaan
saudara terhadap doktrin-doktrin Reformed yang lain di atas ini! Dan kalau
doktrin-doktrin yang lain ini juga tidak saudara percayai, maka saudara jelas
sama sekali bukan orang Reformed!
II. Kebebasan
/ tanggung jawab manusia.
A. Tanggung jawab manusia.
Adanya
Rencana / penetapan Allah dan Providence of God tidak membuang tanggung
jawab manusia! Yang saya maksud dengan 'tanggung jawab manusia' adalah:
1. Manusia tetap bertanggung jawab atau mempunyai kewajiban untuk
melakukan hal yang terbaik sesuai dengan Firman Tuhan.
C. H. Spurgeon: "Let the providence
of God do what it may, your business is to do what you can" (=
Biarlah providensia Allah melakukan apapun, urusanmu adalah melakukan apa yang
kamu bisa) - 'Spurgeon's Expository Encyclopedia', vol 7, hal 43.
Jadi, sekalipun ada penetapan Allah tentang saat kematian, kita
tetap perlu, dan bahkan harus, berusaha menjaga nyawa kita. Sekalipun ada
penetapan Allah tentang penyakit / kesehatan, kita tetap perlu, dan bahkan
harus, menjaga kesehatan kita. Sekalipun ada penetapan Allah tentang dosa, kita
tetap perlu, dan bahkan harus, berusaha menguduskan diri, menjauhi dosa, dan
melawan godaan setan.
2. Pada waktu manusia berbuat dosa, ia tetap bertanggung jawab
terhadap Allah akan dosanya itu, artinya ia tetap akan dihukum karena dosanya
itu. Memang dalam kasus orang yang sungguh - sungguh percaya kepada Kristus,
semua dosanya sudah dibayar oleh Kristus di atas kayu salib, sehingga ia tidak
lagi bisa dihukum (Ro 8:1), tetapi Allah tetap bisa menghajar / mendisiplin dia.
Karena itu jangan sembarangan berbuat dosa, apalagi dengan alasan bahwa dosa itu
sudah ditentukan oleh Allah!
B. Alasan-alasan yang menyebabkan manusia tetap mempunyai tanggung
jawab.
1. Kita harus hidup sesuai dengan kehendak Allah yang dinyatakan
kepada kita (yaitu Firman Tuhan / Kitab Suci), bukan berdasarkan kehendak /
rencana Allah yang tersembunyi / yang tidak kita ketahui.
Ul 29:29 - "Hal-hal
yang tersembunyi ialah bagi TUHAN, Allah kita, tetapi hal-hal yang
dinyatakan ialah bagi kita dan bagi anak-anak kita sampai
selama-lamanya, supaya kita melakukan segala perkataan hukum Taurat
ini".
Perhatikan bahwa ayat ini berkata bahwa:
Jadi, Rencana Allah yang tidak kita ketahui itu bukan untuk kita,
dan karenanya itu bukan pedoman hidup kita.
'Hal-hal yang dinyatakan' ini ialah hukum Taurat, atau Firman
Tuhan. Ini dikatakan 'bagi kita', dan karenanya inilah pedoman hidup kita.
Contoh:
a. Dalam persoalan keselamatan.
Tuhan
sudah menentukan / memilih orang-orang tertentu untuk selamat (Ef 1:4,5,11) dan
orang-orang tertentu untuk binasa / masuk neraka (Yoh 17:22 Ro 9:22), tetapi
kita tidak tahu siapa yang dipilih untuk selamat dan siapa yang dipilih untuk
binasa. Jadi itu adalah kehendak Allah yang tersembunyi dan tidak boleh kita
jadikan dasar / pedoman hidup kita, misalnya dengan berpikir / bersikap seperti
ini:
o
sekarang ini saya
tidak perlu percaya kepada Yesus. Kalau saya memang ditentukan selamat, nanti
saya pasti akan percaya dengan sendirinya.
o
mungkin orang itu
bukan orang pilihan, sehingga hanya membuang-buang waktu dan tenaga untuk
menginjili dia. Biarkan saja dia, kalau ternyata dia orang pilihan, toh nanti
dia akan percaya dengan sendirinya.
Sebaliknya, kita harus hidup berdasarkan Firman Tuhan (kehendak
Allah yang dinyatakan bagi kita), misalnya:
o
Kis 16:31 merupakan
perintah untuk percaya kepada Yesus. Jadi, apakah saya dipilih untuk selamat
atau binasa, itu tidak saya ketahui, dan karenanya bukan urusan saya dan bukan
pedoman hidup saya. Pedoman hidup saya adalah Firman Tuhan, dan Firman Tuhan
dalam Kis 16:31 menyuruh saya percaya kepada Yesus.
o
Mat 28:19-20 merupakan
perintah untuk memberitakan Injil kepada semua orang. Jadi pada waktu saya
bertemu dengan seseorang, bukanlah urusan saya apakah orang itu dipilih untuk
selamat atau binasa. Itu tidak saya ketahui dan karenanya bukan pedoman hidup
saya. Urusan saya adalah melakukan perintah Firman Tuhan dalam Mat 28:19, yaitu
menjadikan semua bangsa murid Yesus.
b. Dalam persoalan kematian / kesehatan.
Saya
terkena suatu penyakit. Dan saya lalu berpikir: 'Mungkin saya sudah ditetapkan
untuk mati, jadi percuma saya berusaha untuk sembuh'. Ini sikap yang salah!
Memang Tuhan sudah menentukan saat kematian saya (Maz 39:5-6 Mat 6:27), dan juga
apakah saya akan sembuh atau tidak, dan kalau Tuhan menentukan saya sembuh maka
saat kesembuhannya juga sudah ditentukan, dan semua ketentuan Allah itu pasti
terjadi. Tetapi persoalannya adalah: saya tidak tahu akan ketetapan Allah itu!
Itu merupakan 'hal yang tersembunyi'
bagi saya dan karena itu maka hal itu bukan pedoman hidup saya. Pedoman hidup
saya adalah Kitab Suci, dan Kitab Suci menyuruh saya mengasihi diri saya sendiri
(Mat 22:39 Ef 5:28-29). Karena itu saya harus berusaha untuk sembuh, selama saya
tidak mencari kesembuhan itu dengan jalan yang salah, misalnya dengan pergi ke
dukun.
c.
Dalam hal yang bersifat dosa.
Kalau ada orang yang berbuat jahat kepada saudara, dan saudara
digoda setan untuk membalasnya, maka saudara tidak boleh berpikir: 'Barangkali
saya ditentukan untuk membalas'. Faktanya adalah: saudara tidak mengetahui
ketentuan Allah dalam persoalan itu, lalu mengapa menebak-nebak apa yang tidak
saudara ketahui? Dan kalau menebak, mengapa tidak menebak sebaliknya? Karena hal
itu tidak diketahui, maka itu bukan pedoman hidup saudara. Pedoman hidup saudara
adalah apa yang dinyatakan kepada saudara dalam Kitab Suci, yaitu "Kasihilah
musuhmu" (Mat 5:44).
Kalau saudara mencari pasangan hidup, dan lalu jatuh cinta kepada
seseorang yang belum percaya kepada Kristus, maka jangan berpikir: 'Barangkali
saya ditentukan untuk kawin dengan orang kafir'. Pedoman hidup saudara adalah
Kitab Suci yang berkata: "Janganlah
kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak
percaya" (2Kor
6:14a).
Kalau saudara sudah menikah dan lalu tergoda oleh seorang wanita
lain, jangan berpikir: 'Mungkin saya ditentukan untuk berzinah'. Pedoman saudara
adalah Kitab Suci yang berkata: "Jangan
berzinah" (Kel
20:14).
2. Sekalipun Allah menentukan dan mengatur terjadinya dosa, tetapi
pada saat dosa itu terjadi, manusia melakukan dosa itu dengan kemauannya
sendiri! Ini menunjukkan bahwa kebebasan manusia tidak dibuang!
a. Dasar Kitab Suci:
o
Dalam Kel 7:3 Allah
berkata bahwa Ia akan mengeraskan hati Firaun, tetapi pada waktu ketetapan Allah
itu terlaksana, ternyata Firaun mengeraskan hatinya sendiri (Kel 7:13,22
8:15,19,32 9:7,34-35).
o
Dalam Ayub 1:21 Ayub
berkata bahwa 'Tuhan yang mengambil';
tetapi dalam Ayub 1:15,17 orang-orang Syeba dan Kasdim melakukan perampokan itu
dengan kemauan mereka sendiri.
o
Yes 10:5-7 - Asyur
adalah alat Tuhan untuk menghukum Israel, tetapi Asyur melakukan sendiri dengan
motivasi yang lain.
b. Salah satu pertanyaan yang paling sering keluar dalam persoalan
ini adalah: Jika Allah sudah menentukan dan mengatur segala sesuatu, bagaimana
mungkin manusia masih bisa mempunyai kebebasan, dan bahkan harus bertanggung
jawab atas dosanya?
Jawab:
1. Terus terang, tidak ada orang yang bisa mengharmoniskan 2 hal
yang kelihatannya bertentangan ini. Orang Reformed hanya melihat bahwa 2 hal itu
sama-sama diajarkan oleh Kitab Suci, tetapi Kitab Suci tidak pernah
mengharmoniskannya. Karena itu orang Reformed juga juga mengajarkan kedua hal
itu, tanpa mengharmoniskannya. Ini merupakan wujud kesetiaan dan ketundukan
kepada Kitab Suci, sekalipun Kitab Suci itu melampaui akal kita!
Dalam hal yang lain, kita juga melihat hal yang sama. Misalnya:
kita percaya bahwa Allah itu maha kasih dan mahatahu. Tetapi kita juga percaya
bahwa Allah menciptakan neraka dan orang tertentu yang Ia tahu bakal masuk ke
neraka. Kalau memang Ia maha kasih dan maha tahu, mengapa Ia tidak hanya
menciptakan orang yang akan masuk ke surga? Saya yakin tidak ada orang yang bisa
mengharmoniskan 2 hal itu, termasuk orang Arminian, tetapi toh semua orang
kristen percaya dan mengajarkan ke 2 hal itu, karena Kitab Suci memang jelas
mengajarkan kedua hal itu. Lalu mengapa dalam hal doktrin ini kita tidak mau
bersikap sama?
2. Perhatikan beberapa kutipan di bawah ini kerkenaan dengan
hubungan penentuan Allah dan kebebasan / tanggung jawab manusia.
L. Boettner: "But while the Bible
repeatedly teaches that this providential control is universal, powerful, wise,
and holy, it nowhere attempts to inform us how it is to be reconciled with man's
free agency" (= Tetapi sementara
Alkitab berulangkali mengajar bahwa penguasaan providence ini bersifat
universal, berkuasa, bijaksana, dan suci, Alkitab tidak pernah berusaha untuk
memberi informasi kepada kita tentang bagaimana hal itu bisa diperdamaikan /
diharmonis-kan dengan kebebasan manusia)
- 'The Reformed Doctrine of Predestination', hal 38.
L. Boettner: "Perhaps the
relationship between divine sovereignty and human freedom can best be summed up
in these words: God so presents the outside inducements that man acts in
accordance with his own nature, yet does exactly what God has planned for him to
do" (= Mungkin hubungan antara
kedaulatan ilahi dan kebebasan manusia bisa disimpulkan dengan cara terbaik
dengan kata-kata ini: Allah memberikan dorongan / bujukan dari luar sedemikian
rupa sehingga manusia bertindak sesuai dengan dirinya, tetapi melakukan secara
tepat apa yang Allah telah rencanakan baginya untuk dilakukan)
- 'The Reformed Doctrine of Predestination', hal 38.
C. H. Spurgeon: "man, acting
according to the device of his own heart, is nevertheless overruled by that
sovereign and wise legislation ... How these two things are true I cannot tell.
... I am not sure that in heaven we shall be able to know where the free agency
of man and the sovereignty of God meet, but both are great truths. God has
predestinated everything yet man is responsible" (=
manusia, bertindak sesuka hatinya, bagaimanapun dikalahkan / dikuasai oleh
pemerintahan yang berdaulat dan bijaksana ... Bagaimana dua hal ini bisa benar
saya tidak bisa mengatakan. ... Saya tidak yakin bahwa di surga kita akan bisa
mengetahui dimana tindakan bebas manusia dan kedaulatan Allah bertemu, tetapi
keduanya adalah kebenaran yang besar. Allah telah mempredestinasikan segala
sesuatu tetapi manusia bertanggungjawab) - 'Spurgeon's Expository Encyclopedia', vol 7, hal
10.
C. H. Spurgeon: (tentang tentara yang tidak mematahkan kaki Kristus tetapi
menusukNya dengan tombak - Yoh 19:33-34)
"They acted of their own free will, and yet at the same time they
fulfilled the eternal counsel of God. Shall we never be able to drive into men's
mind the truth that predestination and free agency are both facts? Men sin as
freely as birds fly in the air, and they are altogether responsible for their
sin; and yet everything is ordained and foreseen of God. The foreordination of
God in no degree interferes with the responsibility of man. I have often been
asked by persons to reconcile the two truths. My only reply is - They need no
reconciliation, for they never fell out. Why should I try to reconcile two
friends? Prove to me that the two truths do not agree. In that request I have
set you a task as difficult as that which you propose to me. These two facts are
parallel lines; I cannot make them unite, but you cannot make them cross each
other" (= Mereka bertindak dengan kehendak bebas mereka, tetapi pada
saat yang sama mereka menggenapi rencana yang kekal dari Allah. Apakah kita
tidak akan pernah bisa menancapkan ke dalam pikiran manusia kebenaran bahwa
predestinasi dan kebebasan agen / manusia dua-duanya merupakan fakta? Manusia
berbuat dosa sebebas burung-burung yang terbang di udara, dan mereka semuanya
bertanggung jawab untuk dosa mereka; tetapi segala sesuatu ditetapkan dan
dilihat lebih dulu oleh Allah. Penetapan lebih dulu dari Allah sama sekali tidak
mengganggu tanggung jawab manusia. Saya sering ditanya oleh orang-orang untuk
mendamai-kan dua kebenaran ini. Jawaban saya hanyalah - Mereka tidak membutuhkan
pendamaian, karena mereka tidak pernah bertengkar. Mengapa saya harus
mendamaikan 2 orang sahabat? Buktikan kepada saya bahwa dua kebenaran itu tidak
setuju / cocok. Dalam permintaan itu saya telah memberimu suatu tugas yang sama
sukarnya seperti yang kaukemukakan kepada saya. Kedua fakta ini adalah
garis-garis yang paralel; saya tidak bisa membuat mereka bersatu, tetapi engkau
tidak bisa membuat mereka bersilangan)
-
'A Treasury of Spurgeon on The Life and Work of Our Lord, vol VI - The
Passion and Death of Our Lord', hal 670-671.
A. W. Pink: "Two things are
beyond dispute: God is sovereign, man is responsible. ... To emphasize the
sovereignty of God, without also main-taining the accountability of the
creature, tends to fatalism; to be so concerned in maintaining the
responsibility of man, as to lose sight of the sovereignty of God, is to exalt
the creature and dishonour the Creator" (= Dua hal tidak perlu
diperdebatkan: Allah itu berdaulat, manusia itu bertanggung jawab. ...
Menekankan kedaulatan Allah, tanpa juga memelihara pertanggungan jawab dari
makhluk ciptaan, cenderung kepada fatalisme; terlalu memperhatikan pemeliharaan
tanggung jawab manusia, sehingga tidak mengindahkan kedaulatan Allah, sama
dengan meninggikan makhluk ciptaan dan merendahkan sang Pencipta) - 'The Sovereignty of God', hal 9.
A. W. Pink melanjutkan: "We
are enjoined to take 'no thought for the morrow' (Matt 6:34), yet 'if any
provide not for his own, and specially for those of his own house, he hath
denied the faith, and is worse than an infidel' (1Tim 5:8). No sheep of Christ's
flock can perish (John 10:28,29), yet the Christian is bidden to make his
'calling and election sure' (2Peter 1:10). ... These things are not
contradictions, but comple-mentaries: the one balances the other. Thus, the
Scriptures set forth both the sovereignty of God and the responsibility of
man" [= Kita dilarang untuk
'menguatirkan hari esok' (Mat 6:34), tetapi 'jika ada seorang yang tidak
memeliharakan sanak saudaranya, apalagi seisi rumahnya, orang itu murtad dan
lebih buruk dari orang yang tidak beriman' (1Tim 5:8). Tidak ada domba Kristus
yang bisa binasa (Yoh 10:28-29), tetapi orang kristen diperintahkan untuk
membuat 'panggilan dan pilihannya teguh' (2Pet 1:10). .. Hal-hal ini tidaklah
bertentangan tetapi saling melengkapi: yang satu menyeimbangkan yang lain.
Demikian Kitab Suci menyatakan kedaulatan Allah dan tanggung jawab manusia]
- 'The Sovereignty of God', hal 11.
Charles Hodge: "God can
control the free acts of rational creatures without destroying either their
liberty or their responsibility" (= Allah
bisa mengontrol tindakan-tindakan bebas dari makhluk-makhluk rasionil tanpa
menghancurkan kebebasan ataupun tanggung jawab mereka)
- 'Systematic Theology', vol II, hal 332.
Saya berpendapat bahwa bagian yang harus diperhatikan dalam
kata-kata Charles Hodge ini adalah 'God
can' (= Allah bisa).
Kalau saya membuat sebuah film, maka saya akan menyusun naskah,
dimana setiap pemain sudah ditentukan harus bertindak apa atau berkata apa.
Tetapi sedikit atau banyak selalu ada kebebasan bagi para pemain. Kalau saya
tidak memberikan kebebasan sama sekali, maka para pemain itu akan menjadi robot,
yang tidak lagi mempunyai kebebasan apapun.
Tetapi Allah berbeda dengan saya atau dengan manusia lain. Allah
bisa menentukan dan mengontrol segala sesuatu sampai detail-detail
yang sekecil-kecilnya, tanpa menghancurkan kebebasan manusia! Bagaimana Ia bisa
melakukan hal itu, merupakan suatu mystery bagi kita, tetapi yang jelas Kitab
Suci menunjukkan bahwa Allah memang menentukan dan menguasai segala sesuatu,
tetapi manusia tetap mempunyai kebebasan.
3. Jika penentuan lebih dulu dari Allah itu bertentangan
dengan kebebasan manusia, maka perlu saudara ketahui bahwa pengetahuan lebih
dulu dari Allah, yang jelas harus dipercaya oleh semua orang kristen, juga
bertentangan dengan kebebasan manusia. Bukankah kalau Allah tahu bahwa hari ini
saudara akan berbuat ini atau itu, maka hal itu pasti terjadi? Lalu dimana
kebebasan saudara?
L. Boettner: "The Arminian
objection against foreordination bears with equal force against the
foreknowledge of God. What God foreknows must, in the very nature of the
case, be as fixed and certain as what is foreordained; and if one is
inconsistent with the free agency of man, the other is also. Foreordination
renders the events certain, while foreknowledge presupposes that they are
certain" (= Keberatan Arminian
terhadap penentuan lebih dulu mengandung / menghasilkan kekuatan yang sama
terhadap pengetahuan lebih dulu dari Allah. Apa yang Allah ketahui lebih dulu
pastilah sama tertentunya dan pastinya seperti apa yang ditentukan lebih dulu;
dan jika yang satu tidak konsisten dengan keagenan bebas manusia, yang lain juga
demikian. Penentuan lebih dulu membuat peristiwa-peristiwa pasti / tertentu,
sedangkan pengetahuan lebih dulu mensyaratkan bahwa mereka itu pasti / tertentu)
- 'The Reformed Doctrine of Predestination', hal 42.
Karena itu, kalau ada orang Arminian yang menggunakan hal ini untuk
menyerang doktrin Reformed ini, maka serangannya ini, bisa menjadi boomerang
bagi doktrin mereka sendiri!
4. Kebebasan manusia juga ditentukan oleh Allah.
Pada waktu Allah menentukan terjadinya tindakan tertentu dari
seorang manusia, maka perlu saudara ingat bahwa Allah menentukan segala-galanya,
dan itu berarti bahwa Allah juga menentukan bahwa orang itu akan melakukan
tindakan itu secara bebas.
Saya ingin memberikan sebuah illustrasi sebagai berikut: misalnya
ada suatu pertandingan sepakbola yang disiarkan di TV, dan saya lalu merekam
pertandingan itu menggunakan video cassette. Proses perekaman ini saya
analogikan dengan penentuan Allah. Sekarang video itu saya putar dan saya
tunjukkan kepada banyak orang. Apa yang akan terlihat semua-nya sudah tertentu,
yaitu persis seperti isi video itu. Tetapi semua orang yang menonton video itu
tidak melihat bahwa para pemain sepak bola itu kehilangan kebebasannya. Mereka
tetap bermain dan menendang bola dengan kemauannya sendiri. Mengapa? Karena
kebebasan mereka juga ikut ditentukan dalam video itu.
c. Tetap adanya kebebasan manusia ini, menyebabkan manusia tetap
mempunyai tanggung jawab, dan ini menyebabkan dalam theologia Reformed
manusia tetap berbeda dengan robot / wayang. Ini juga menyebabkan Calvinisme
/ Reformed berbeda dengan Fatalisme maupun dengan Hyper-Calvinisme.
Orang yang menuduh bahwa ajaran saya ini adalah Hyper-Calvinisme
mempunyai 2 kemungkinan:
o
atau mereka adalah
orang yang tidak mengerti baik tentang Calvinisme maupun Hyper-Calvinisme.
o
atau mereka adalah
pemfitnah!
Untuk bisa mengerti apa itu Hyper-Calvinisme, saya akan memberikan
sebuah kutipan di bawah ini.
Edwin H. Palmer: "Hyper-Calvinism.
Diametrically opposite to the Arminian is the hyper-Calvinist. He looks at both
sets of facts - the sovereignty of God and the freedom of man - and, like the
Arminian, says he cannot reconcile the two apparently contradictory forces. Like
the Arminian, he solves the problem in a rationalistic way by denying one side
of the problem. Whereas the Arminian denies the sovereignty of God, the
hyper-Calvinist denies the responsibility of man. He sees the clear Biblical
statements concerning God's foreordination and holds firmly to that. But being
logically unable to reconcile it with man's responsibility, he denies the
latter. Thus the Arminian and the hyper-Calvinist, although poles apart, are
really very close together in their rationalism" (= Hyper-Calvinisme.
Bertentangan frontal dengan orang Arminian adalah orang yang hyper-Calvinist. Ia
melihat pada kedua fakta - kedaulatan Allah dan kebebasan manusia - dan, seperti
orang Arminian, ia mengatakan bahwa ia tidak dapat mendamaikan kedua kekuatan
yang tampaknya bertentangan itu. Seperti orang Arminian, ia memecahkan problem
itu dengan cara yang logis dengan menyangkal satu sisi dari problem itu.
Sementara orang Arminian menyangkal kedaulatan Allah, maka penganut Hyper
Calvinisme meninggalkan fakta tanggung jawab manusia. Ia melihat pernyataan yang
jelas dari Alkitab mengenai penentuan lebih dulu dari Allah dan memegang hal itu
dengan teguh. Tetapi karena tidak mampu mendamaikannya secara logis dengan
tanggung jawab manusia, ia menyangkal tanggung jawab manusia itu. Jadi orang
Arminian dan orang hyper-Calvinist, sekalipun merupakan kutub-kutub yang
bertentangan, sebetulnya sangat dekat dalam cara berpikirnya)
- 'The Five Points of Calvinism', hal 84.
Tetapi seperti saudara sudah lihat, sekalipun saya percaya dan mengajarkan kedaulatan Allah / penentuan Allah, tetapi saya tidak mengajarkan untuk hidup secara apatis / acuh tak acuh dan tak bertanggung jawab! Sebaliknya saya menekankan kedua fakta yaitu kedaulatan Allah dan kebebasan / tanggung jawab manusia. Ini bukan Hyper Calvinisme tetapi ini adalah Calvinisme / Reformed yang sesungguhnya. Semua ajaran yang berbeda dengan ini bukan Calvinisme / Reformed; itu paling banter cuma Semi Calvinisme / Semi Reformed!
-AMIN-
e-mail us at [email protected]