Pemahaman Alkitab
(Rungkut
Megah Raya, Blok D 16)
Jumat,
tanggal 19 Nopember 2010, pk 19.00
Pdt.
Budi Asali, M. Div.
(7064-1331
/ 6050-1331)
Pria sejati / maximal (8)
48)“Beberapa waktu yang
lalu, saya diundang menjadi salah seorang tamu di dalam acara talkshow Kristen.
Selama pertunjukkan saya mengatakan kepada pembawa acara dan asistennya bahwa
Tuhan menuntun saya untuk memerintahkan kaum pria untuk bertobat. Ada
selang waktu untuk beristirahat selama acara berlangsung. Pembawa acara
memiringkan badannya ke arah saya dan dengan corong mikrofon yang terpasang mati
ia berkata: ‘Tidak, tidak, tidak! Kita tidak memerintahkan orang
Kristen, tetapi mengundang orang yang berdosa.’ ‘Tidak, tidak,
tidak,’ saya memberikan respons balik dengan bisikan. ‘Kisah Para Rasul
17:30 mengatakan bahwa ‘Dengan tidak memandang lagi zaman kebodohan, maka
sekarang Allah memberitakan kepada manusia, bahwa di mana-mana semua mereka harus
bertobat.’ Ada kunci perbedaan antara memerintahkan dan mengundang.
Bila saya memberi undangan kepada Anda, Anda mempunyai kebebasan untuk
memilih. Anda bisa saja menerima atau menolak undangan saya itu. Tetapi, bila
saya memerintahkan Anda, Anda tidak punya pilihan. Anda harus mentaatinya atau
menolaknya. ... Di zaman modern ini, dalam mempsikologikan pekabaran Injil
di atas mimbar, kita sering ‘mengundang’ orang-orang untuk menerima Yesus.
Kita memberi mereka pilihan, dan mereka menolaknya”
(‘Kesempurnaan Seorang Pria’, hal 28).
Tanggapan
saya:
a)
Perhatikan kata-kata Edwin Louis Cole yang saya beri garis bawah ganda.
“Ada kunci perbedaan
antara memerintahkan dan mengundang. Bila saya memberi undangan kepada Anda,
Anda mempunyai kebebasan untuk memilih. Anda bisa saja menerima atau menolak
undangan saya itu. Tetapi, bila saya memerintahkan Anda, Anda tidak punya
pilihan. Anda harus mentaatinya atau menolaknya”.
Dari
kata-kata Edwin Louis Cole saya tidak mengerti perbedaannya. Mula-mula ia
mengatakan ada kunci perbedaan antara kedua hal itu, tetapi dalam penjabarannya
tidak terlihat perbedaan!
b)
Secara prinsip / arti tidak ada perbedaan antara ‘memerintahkan’ dan ‘mengundang’
seseorang untuk percaya kepada Yesus. Kalau Tuhan mengundang dan kita tidak
menerimanya, itu merupakan penghinaan, dan membuat murka Allah. Dan tidak ada
perbedaan antara ‘menolak
undangan’
dan ‘menolak
untuk mentaati suatu perintah’. Dalam persoalan ini kelihatannya ada 3 kelompok ayat:
1.
Ayat-ayat yang sekedar menunjukkan undangan.
Contoh:
Mat 11:28 - “Marilah kepadaKu,
semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu”.
2.
Ayat-ayat menunjukkan undangan tetapi mengandung suatu ‘paksaan’,
sehingga boleh dikatakan merupakan perintah.
Contoh:
Mat
22:1-14 - “(1) Lalu Yesus berbicara
pula dalam perumpamaan kepada mereka: (2) ‘Hal Kerajaan Sorga seumpama seorang
raja, yang mengadakan perjamuan kawin untuk anaknya. (3) Ia menyuruh
hamba-hambanya memanggil orang-orang yang telah diundang ke perjamuan kawin
itu, tetapi orang-orang itu tidak mau datang. (4) Ia menyuruh pula
hamba-hamba lain, pesannya: Katakanlah kepada orang-orang yang diundang itu:
Sesungguhnya hidangan, telah kusediakan, lembu-lembu jantan dan ternak piaraanku
telah disembelih; semuanya telah tersedia, datanglah ke perjamuan kawin ini.
(5) Tetapi orang-orang yang diundang itu tidak mengindahkannya; ada yang
pergi ke ladangnya, ada yang pergi mengurus usahanya, (6) dan yang lain
menangkap hamba-hambanya itu, menyiksanya dan membunuhnya. (7) Maka murkalah
raja itu, lalu menyuruh pasukannya ke sana untuk membinasakan pembunuh-pembunuh
itu dan membakar kota mereka. (8) Sesudah itu ia berkata kepada
hamba-hambanya: Perjamuan kawin telah tersedia, tetapi orang-orang yang
diundang tadi tidak layak untuk itu. (9) Sebab itu pergilah ke
persimpangan-persimpangan jalan dan undanglah setiap orang yang kamu jumpai
di sana ke perjamuan kawin itu. (10) Maka pergilah hamba-hamba itu dan mereka
mengumpulkan semua orang yang dijumpainya di jalan-jalan, orang-orang jahat
dan orang-orang baik, sehingga penuhlah ruangan perjamuan kawin itu dengan tamu.
(11) Ketika raja itu masuk untuk bertemu dengan tamu-tamu itu, ia melihat
seorang yang tidak berpakaian pesta. (12) Ia berkata kepadanya: Hai saudara,
bagaimana engkau masuk ke mari dengan tidak mengenakan pakaian pesta? Tetapi
orang itu diam saja. (13) Lalu kata raja itu kepada hamba-hambanya: Ikatlah kaki
dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap,
di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi. (14) Sebab banyak yang
dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih.’”.
Luk
14:15-24 - “(15) Mendengar itu
berkatalah seorang dari tamu-tamu itu kepada Yesus: ‘Berbahagialah orang yang
akan dijamu dalam Kerajaan Allah.’ (16) Tetapi Yesus berkata kepadanya: ‘Ada
seorang mengadakan perjamuan besar dan ia mengundang banyak orang. (17)
Menjelang perjamuan itu dimulai, ia menyuruh hambanya mengatakan kepada para
undangan: Marilah, sebab segala sesuatu sudah siap. (18) Tetapi
mereka bersama-sama meminta maaf. Yang pertama berkata kepadanya: Aku telah
membeli ladang dan aku harus pergi melihatnya; aku minta dimaafkan. (19) Yang
lain berkata: Aku telah membeli lima pasang lembu kebiri dan aku harus pergi
mencobanya; aku minta dimaafkan. (20) Yang lain lagi berkata: Aku baru kawin dan
karena itu aku tidak dapat datang. (21) Maka kembalilah hamba itu dan
menyampaikan semuanya itu kepada tuannya. Lalu murkalah tuan rumah itu
dan berkata kepada hambanya: Pergilah dengan segera ke segala jalan dan lorong
kota dan bawalah ke mari orang-orang miskin dan orang-orang cacat dan
orang-orang buta dan orang-orang lumpuh. (22) Kemudian hamba itu melaporkan:
Tuan, apa yang tuan perintahkan itu sudah dilaksanakan, tetapi sekalipun
demikian masih ada tempat. (23) Lalu kata tuan itu kepada hambanya: Pergilah ke
semua jalan dan lintasan dan paksalah orang-orang, yang ada di situ, masuk,
karena rumahku harus penuh. (24) Sebab Aku berkata kepadamu: Tidak ada
seorangpun dari orang-orang yang telah diundang itu akan menikmati jamuanKu.’”.
3.
Ayat-ayat yang betul-betul memerintahkan orang untuk percaya kepada
Yesus.
Kis 17:30
- “Dengan tidak memandang lagi zaman
kebodohan, maka sekarang Allah memberitakan kepada manusia, bahwa di mana-mana
semua mereka harus bertobat”.
Kis 16:31
- “Jawab
mereka: ‘Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat,
engkau dan seisi rumahmu.’”.
49) “Ketidaktaatan
menghancurkan kedamaian. Karena itu, tidak pernah ada roh ketidaktaatan yang
masuk ke dalam sorga. Hanya dengan satu roh ketidaktaatan, kedamaian akan
menjadi rusak berantakan. Hanya pernah terjadi sekali - Lucifer. Allah langsung
memaksa Lucifer angkat kaki dari sorga. Tidak akan pernah ada lagi”
(‘Kesempurnaan Seorang Pria’, hal 30).
Tanggapan
saya:
a) Lucifer bukan nama dari komandan setan. Ini sudah saya
bahas di no 26 di atas, dan tidak akan saya ulangi di sini.
b)
Istilah ‘roh ketidak-taatan’ itu muncul dari mana?
c)
Apakah ‘Lucifer’ yang ia bicarakan itu bisa merusak kedamaian dari
Allah?
50) “Yesus
menyatakan kelembutan-Nya dengan penuh kasih di dalam pesan-pesan-Nya,
karya-Nya, di dalam kesembuhan dan penghiburan, dan melalui kematian-Nya di atas
kayu salib. Tetapi, Yesus juga ingin mengusap dan membelai anak kecil, dan
merangkul mereka ke lengan-Nya dengan erat. Di sisi lain, Yesus juga
menunggangbalikkan meja-meja penukar uang dan orang-orang yang berdagang di
dalam Bait Allah. Dari hal ini kita bisa melihat suatu gambaran bahwa Yesus
adalah Anak Manusia, sekaligus juga
Anak Allah”
(‘Kesempurnaan Seorang Pria’, hal 51).
Tanggapan
saya:
Yang
mana yang menunjukkan Yesus sebagai Anak Manusia dan yang mana yang menunjukkan
Yesus sebagai Anak Allah? Kata-kata Edwin Louis Cole ini betul-betul gila,
karena baik kelembutanNya maupun kekerasan / ketegasanNya tidak menunjukkan
kemanusiaan (Anak Manusia) maupun
keilahianNya (Anak Allah)! Baik Yesus ditinjau sebagai Allah, ataupun sebagai
manusia, Ia tetap bisa melakukan kedua-duanya!
51) “Yesus
berkata di dalam Yohanes 10:10, ‘Pencuri datang hanya untuk mencuri dan
membunuh dan membinasakan.’ Televisi bertindak seperti seorang pencuri”
(‘Kesempurnaan Seorang Pria’, hal 117).
Tanggapan
saya:
a)
Coba baca Yoh 10:10 secara keseluruhan.
Yoh 10:10
- “Pencuri datang hanya untuk
mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka
mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan”.
Jelas
bahwa Yesus mengkontraskan pencuri itu dengan diriNya sendiri. Jadi, tidak
mungkin bahwa pencuri itu adalah televisi! Pencuri itu pastilah seorang nabi
palsu, atau seorang pelayan Tuhan yang tidak bertanggung jawab. Dan Edwin Louis
Cole adalah salah satu contohnya!
Untuk
menunjukkan bahwa penafsir-penafsir menghubungkan Yoh 10:10 dengan nabi-nabi
palsu, saya memberikan komentar beberapa penafsir tentang ayat itu.
Calvin:
“Not
without reason, therefore, does Christ testify that false teachers,
whatever may be the mildness and plausibility of their demeanour, always carry
about a deadly poison, that we may be more careful to drive them away from us” (= Karena
itu, bukan tanpa alasan Kristus menyaksikan bahwa guru-guru palsu,
bagaimanapun lembut / halus dan masuk akalnya sikap / kelakuan mereka, selalu
membawa racun yang mematikan, supaya kita bisa lebih hati-hati untuk mengusir
mereka dari kita).
Barnes’
Notes: “The thief has no other design in
coming but to plunder. So false teachers have no other end in view but to
enrich or aggrandize themselves” (= Pencuri
tidak mempunyai rancangan lain dalam kedatangannya kecuali untuk merampas /
menjarah. Demikian juga guru-guru palsu tidak mempunyai tujuan yang
kelihatan kecuali untuk memperkaya atau memperbesar kekayaan / memperluas
kekuasaan / meninggikan diri mereka sendiri).
Adam
Clarke: “Their doctrine is deadly; they are
not commissioned by Christ, and therefore they cannot profit the people. Their
character is well pointed out by the Prophet Ezekiel, Ezek 34:2, etc”
(= Doktrin mereka mematikan; mereka tidak ditugaskan /
diberi otoritas oleh Kristus, dan karena itu mereka tidak bisa memberi manfaat
kepada orang-orang. Karakter mereka ditunjukkan dengan baik oleh Nabi Yehezkiel,
Yeh 34:2-dst).
Bdk.
Yeh 34:1-6 - “(1) Lalu datanglah firman TUHAN
kepadaku: (2) ‘Hai anak manusia, bernubuatlah melawan gembala-gembala Israel,
bernubuatlah dan katakanlah kepada mereka, kepada gembala-gembala itu: Beginilah
firman Tuhan ALLAH: Celakalah gembala-gembala Israel, yang menggembalakan
dirinya sendiri! Bukankah domba-domba yang seharusnya digembalakan oleh
gembala-gembala itu? (3) Kamu menikmati susunya, dari bulunya kamu buat
pakaian, yang gemuk kamu sembelih, tetapi domba-domba itu sendiri tidak kamu
gembalakan. (4) Yang lemah tidak kamu kuatkan, yang sakit tidak kamu obati, yang
luka tidak kamu balut, yang tersesat tidak kamu bawa pulang, yang hilang tidak
kamu cari, melainkan kamu injak-injak mereka dengan kekerasan dan kekejaman.
(5) Dengan demikian mereka berserak, oleh karena gembala tidak ada, dan mereka
menjadi makanan bagi segala binatang di hutan. Domba-dombaKu berserak (6) dan
tersesat di semua gunung dan di semua bukit yang tinggi; ya, di seluruh tanah
itu domba-dombaKu berserak, tanpa seorangpun yang memperhatikan atau yang
mencarinya”.
Jadi,
kalau Edwin Louis Cole menafsirkan TV sebagai ‘pencuri’ dalam Yoh 10:10, itu
jelas merupakan kegilaan! Harus diakui bahwa TV memang bisa merugikan kalau
disalah-gunakan. Tetapi kalau mau mengajar tentang hal itu, jangan menggunakan
Yoh 10:10! Mungkin bisa menggunakan Kel 20:3, karena kalau TV diutamakan lebih
dari Tuhan, TV itu menjadi ‘allah lain’ dalam kehidupan kita.
52) “Berjuta
anak tanpa orang tua akan menjadi masalah, seperti yang telah dinubuatkan oleh
Yesaya: ‘penguasa mereka ialah anak-anak’.”
(‘Kesempurnaan Seorang Pria’, hal 139-140).
Tanggapan
saya:
Edwin
Louis Cole tidak menyebutkan dimana Yesaya mengatakan hal itu. Tetapi kata-kata ‘penguasa
mereka ialah anak-anak’
ada dalam Yes 3:12.
Yes
3:12 - “Adapun
umatKu, penguasa mereka ialah anak-anak, dan perempuan-perempuan
memerintah atasnya. Hai umatKu, pemimpin-pemimpinmu adalah penyesat, dan jalan
yang kamu tempuh mereka kacaukan!”.
KJV/RSV:
‘children are their oppressors’ (= anak-anak
adalah penindas-penindas mereka).
NIV:
‘Youths oppress my people’ (= Anak-anak muda
menindas umatKu / bangsaKu).
NASB:
‘Their oppressors are children’ (=
Penindas-penindas mereka adalah anak-anak).
Ini
lagi-lagi merupakan penggunaan ayat yang sama sekali tidak pada tempatnya!
Jamieson,
Fausset & Brown: “Oppressors
- literally, exactors; i.e., exacting princes (Isa 60:17). They who ought to be
protectors are exactors: as unqualified for rule as ‘children,’ as
effeminate as ‘women.’” [= Penindas-penindas -
secara hurufiah, pemeras-pemeras; yaitu pangeran-pangeran / raja-raja yang
memeras (Yes 60:17). Mereka yang seharusnya menjadi pelindung-pelindung adalah
pemeras-pemeras: sama tidak memenuhi syaratnya untuk memerintah seperti
‘anak-anak’, sama bersifat kewanitaannya seperti
‘perempuan-perempuan’].
Barnes’
Notes:
“‘As
for my people, children are their oppressors.’ This refers, doubtless, to
their civil rulers. They who ‘ought’ to have been their ‘protectors,’
oppressed them by grievous taxes and burdens. But whether this means that the
rulers of the people were ‘literally’ minors, or that they were so in
‘disposition and character,’ has been a question. ... Or it may mean that
the ‘character’ of the princes and rulers was that of inexperienced
children, unqualified for government”
(= ‘Berkenaan dengan bangsaKu, anak-anak adalah
penindas-penindas mereka’. Ini tak diragukan, menunjuk pada pemerintah /
penguasa-penguasa sipil mereka. Mereka yang seharusnya menjadi
pelindung-pelindung mereka, menindas mereka dengan pajak-pajak dan beban-beban
yang menyedihkan. Tetapi apakah ini berarti bahwa pemerintah /
penguasa-penguasa dari bangsa itu secara hurufiah adalah orang-orang yang belum
dewasa, atau bahwa mereka adalah demikian dalam kecondongan dan karakter, telah
menjadi suatu pertanyaan / persoalan. ... Atau itu bisa berarti bahwa karakter
dari pangeran-pangeran / raja-raja dan penguasa-penguasa adalah karakter dari
anak-anak yang tidak berpengalaman, tidak memenuhi syarat untuk pemerintahan).
Dari
penjelasan ini terlihat bahwa Yes 3:12 tak ada hubungannya dengan anak-anak yang
menjadi masalah karena tak ada orang tua. Ini sama sekali bukan nubuat tentang
hal itu. Ini merupakan penafsiran dari Edwin Louis Cole yang membengkokkan ayat
semaunya sendiri.
53) “Allah
menginginkan keadaan seperti kanak-kanak, tetapi Ia membenci kekanak-kanakan”
(‘Kesempurnaan Seorang Pria’, hal 140).
Tanggapan
saya:
a)
Apakah memang Allah membenci kekanak-kanakan? Mana dasar ayatnya?
b) Apakah memang Allah menginginkan keadaan seperti
kanak-kanak? Mari kita baca ayat di bawah ini.
1Kor
14:20 - “Saudara-saudara,
janganlah sama seperti anak-anak dalam pemikiranmu. Jadilah anak-anak
dalam kejahatan, tetapi orang dewasa dalam pemikiranmu!”.
Jadi,
tidak selalu Allah menginginkan keadaan seperti kanak-kanak! Dalam kejahatan
kita harus seperti kanak-kanak (Lit: ‘bayi’), tetapi dalam pemikiran /
pengertian kita justru tidak boleh seperti kanak-kanak, tetapi harus seperti
orang dewasa!
Dalam
hal pengertian, menurut saya, baik Edwin Louis Cole maupun tokoh-tokoh /
pengajar-pengajar dalam gerakan pria sejati / maximal ini, betul-betul seperti
bayi-bayi, bahkan seperti orang kafir!
54) “Salah
satu sifat umum kekanak-kanakan dalam diri pria masa kini adalah kecanduan
terhadap pornografi”
(‘Kesempurnaan Seorang Pria’, hal 140).
Tanggapan
saya:
Saya
tak bisa melihat bahwa ini kekanak-kanakan. Ini dosa!
55) “Setiap
pria mempunyai pilihan untuk menjadi seorang pria yang kekanak-kanakan, seorang
pria dewasa atau seorang pria perjanjian. Yesus bertanya, ‘Dengan apakah akan
Kuumpamakan orang-orang dari angkatan ini dan dengan apakah mereka itu sama?’
Kemudian Yesus menjawab sendiri pertanyaan itu, ‘Mereka itu seumpama anak-anak
yang duduk di pasar dan yang saling menyerukan: Kami meniup seruling bagimu,
tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak
menangis. Karena Yohanes Pembaptis datang, ia tidak makan roti dan tidak minum
anggur, dan kamu berkata: Ia kerasukan setan. Kemudian Anak Manusia datang, Ia
makan dan minum, dan kamu berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum,
sahabat pemungut cukai dan orang berdosa. Tetapi hikmat dibenarkan oleh semua
orang yang menerimanya’ (Luk 7:32-35). Dalam bahasa kontemporer, ‘Jika aku
tidak bermain menurut peraturanmu, kau akan mengambil bola dan pulang!’ Pria
yang sedang bertumbuh berkata kepada istrinya, ‘Ikuti cara saya.’
Kekanak-kanakan!”
(‘Kesempurnaan Seorang Pria’, hal 141-142).
Tanggapan
saya:
Ini
lagi-lagi penggunaan text secara out of context, dan sekaligus suatu penafsiran
yang ngawur tidak karuan! Luk 7:32-35 tidak ada hubungannya dengan orang yang
berkata ‘Jika aku tidak bermain menurut
peraturanmu, kau akan mengambil bola dan pulang!’.
Juga tidak ada hubungannya dengan pria yang menuntut istrinya mengikuti caranya.
Ini juga bukan kekanak-kanakan!
Lalu
apa arti dari Luk 7:32-35? Ini merupakan kata-kata Yesus terhadap orang-orang
yang menolak (ay 31-35).
a) Dalam ayat-ayat ini Yesus berbicara tentang orang-orang
Farisi dan ahli-ahli Taurat, yang menolak Yohanes Pembaptis maupun diriNya
sendiri.
b) Dalam ay 32 Yesus memberikan suatu perumpamaan.
Perumpamaan itu tentang dua grup anak, dimana grup pertama mengajak bermain tapi
grup kedua tidak mau.
1. Ay 32a: grup pertama mengajak bermain pesta-pestaan, tetapi grup
kedua tidak mau.
2. Ay 32b: grup pertama mengajak bermain tentang suatu perkabungan
(sesuatu yang kontras dengan suatu ajakan yang pertama ), tetapi grup kedua
lagi-lagi tidak mau .
Grup
kedua yang tidak responsive / tidak tanggap ini persis seperti orang-orang
Farisi dan ahli-ahli Taurat.
a. Pada waktu Yohanes Pembaptis datang, ia tidak makan dan tidak minum
(ay 33a). Artinya, Yohanes Pembaptis makan / minum hal-hal tertentu saja
(Luk 7:33 Mat 3:4). Tanggapan
orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat: ia kerasukan setan (ay 33b).
b. Pada waktu Yesus datang, Ia datang dengan cara yang kontras dengan
Yohanes Pembaptis. Ia makan dan minum (ay 34a). Artinya, Yesus makan dan minum
seperti orang biasa.
Tanggapan
orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat: Ia pelahap dan peminum, sahabat
pemungut cukai dan orang-orang berdosa (ay 34b
bdk. Luk 7:36-50, khususnya ay 39nya).
Jadi
memang Yohanes Pembaptis kontras dengan Yesus, tetapi para tokoh agama itu
menolak kedua-duanya. Hal apa yang bisa kita pelajari dari sini?
·
Hamba Tuhan / orang
kristen selalu serba salah.
Hidup
seperti Yohanes Pembaptis salah, hidup seperti Yesus (kontrasnya) juga salah.
Setiap orang kristen yang sungguh-sungguh (apalagi seorang hamba Tuhan), harus
‘siap untuk selalu disalahkan’! Kita harus belajar menulikan telinga kita
terhadap kritik-kritik yang tidak berdasar (ini tidak berarti bahwa kita harus
menolak seadanya kritik!).
Adam
Clarke: “Whatever measures the followers of
God may take, they will not escape the censure of the world: the best way is not
to be concerned at them”
(= Tindakan / langkah apapun yang dilakukan oleh
pengikut-pengikut Allah, mereka tidak akan lolos dari kritikan dunia: jalan /
cara yang terbaik adalah dengan tidak memperhatikan / mempedulikannya)
- hal 130.
·
Kalau seorang tidak
mau mendengar kebenaran Firman Tuhan, ia selalu bisa mendapatkan alasan.
Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat menolak Yohanes Pembaptis maupun Yesus
dengan alasan-alasan tadi (ay 33b,34b).
Contoh
alasan yang sering dipakai untuk menolak Firman Tuhan:
*
Khotbah terlalu
panjang atau terlalu pendek.
*
Khotbah terlalu
gampang atau terlalu sukar.
*
Khotbah terlalu lunak
atau terlalu keras.
*
Khotbah terlalu sukar
atau terlalu mudah.
*
dan sebagainya.
Pertanyaan
yang harus ditanyakan kepada orang-orang yang menolak Firman Tuhan dengan
berbagai alasan itu, adalah: sebetulnya, kamu itu rindu pada kebenaran Firman
Tuhan atau tidak?
Adam
Clarke: “There are some to whom every thing
is useful in leading them to God; others, to whom nothing is sufficient. Every
thing is good to an upright mind, every thing is bad to a vicious heart” (= Ada
orang-orang bagi siapa segala sesuatu berguna dalam membimbing mereka kepada
Allah; dan orang-orang lain bagi siapa tidak ada apapun yang cukup. Segala
sesuatu adalah baik bagi pikiran yang lurus, segala sesuatu adalah jelek bagi
hati yang jahat) -
hal 129.
·
Orang yang menolak
Yohanes Pembaptis, juga menolak Yesus.
Kalau
saudara menolak seorang hamba Tuhan yang benar, jangan terlalu berharap bahwa
saudara bisa mendapatkan berkat dari hamba Tuhan yang lain. Orang yang menolak
seorang hamba Tuhan, biasanya juga akan menolak semua hamba Tuhan yang lain.
56) “Dr.
Pearsall datang kepada seorang dokter dan menyatakan bahwa ia sedang sakit dan
membutuhkan perawatan. Selama enam bulan para dokter mengatakan kepadanya bahwa
ia tidak menderita sakit sampai akhirnya salah seorang
dokter setuju melakukan MRI untuk membuktikannya. Hasil pemeriksaan menunjukkan
adanya sebuah tumor, yang bisa menjadi kanker, di daerah panggul, tepat di tempat
yang dirasakan sakit oleh Dr. Pearsall. Ia percaya bahwa hatinya
mengatakan suatu hal yang tidak bisa dipahami oleh orang lain. Termasuk
dalam temuannya adalah keyakinannya bahwa hati berbicara lebih dulu daripada
pikiran dalam mengatakan kepada kita tentang tubuh kita, dan hidup kita. Hal
yang menarik! Dalam kandungan, hati dibentuk lebih dahulu sebelum otak.
Kita harus lebih banyak mendengarkan hati kita daripada pikiran kita, demikian
kata Dr. Pearsall. Ketika ia memberikan kuliah tentang topik ini, seorang
psikiater yang hadir dalam kuliah itu bercerita tentang pasiennya. Seorang gadis
berusia delapan tahun adalah penerima jantung transplantasi dari seorang donor
berusia sepuluh tahun yang juga adalah seorang anak gadis. Gadis donor itu
sebelumnya telah diperkosa dan dibunuh. Ibu dari gadis berusia delapan tahun itu
mulai berpikir keras ketika anak gadisnya itu menceritakan mimpi-mimpi yang ia
alami. Ibu itu membawa putrinya itu ke seorang psikiater untuk mengkonsultasikan
tentang masalah itu, dan mereka akhirnya memutuskan untuk melaporkan kepada
polisi perihal mimpi-mimpi anak gadis itu. Berdasarkan laporan itu, polisi
menangkap tetangga dari anak gadis yang diperkosa dan dibunuh itu. Gadis
penerima jantung transplantasi itu melukiskan secara terperinci tentang rumah di
mana pembunuhan itu terjadi, bentuk kamarnya, percakapan yang terjadi antara
korban dan pembunuh itu, dan semua gambaran yang diberikan oleh gadis itu tepat
dan benar sehingga akhirnya si tetangga itu dinyatakan sebagai pembunuh gadis
berusia sepuluh tahun itu. Coba pikirkan, seorang gadis berusia delapan tahun
penerima jantung transplantasi dari gadis donor berusia sepuluh tahun bisa
menceritakan secara terperinci tentang pembunuhan yang telah terjadi. Hati
(jantung menurut pengertian Bahasa Inggris) mengetahui semua yang terjadi. Hati
tetap hidup. Tubuh dan otak dari gadis donor itu telah tiada, tetapi hatinya
tetap hidup karena transplantasi itu dan semua ingatan tentang pembunuhan itu
tersimpan di dalam hatinya. ... Hati Dr. Pearsall berbicara kepada dirinya
bahwa ia menderita sakit, tetapi pikiran manusia tidak bisa memahami
pengetahuan yang berasal dari hati. Hati mengenal apa yang tidak dapat
dipahami oleh pikiran. Dalam hal inilah kita terlalu banyak
kehilangan. Mengapa? Karena kita terlalu banyak mendengar dengan pikiran kita
sehingga kita kehilangan apa yang dikatakan oleh hati kita”
(‘Kesempurnaan Seorang Pria’, hal 146-147,148).
Tanggapan
saya:
Lagi-lagi
ajaran gila tanpa dasar Alkitab, tetapi hanya didasarkan atas pengalaman
seseorang, dan pengalaman inipun dianalisa secara acak-acakan.
Ada
beberapa hal yang saya soroti:
a) Dr. Pearsall merasakan sakit di tempat tertentu dari
tubuhnya. Jadi jelas bahwa itu bukan urusan hati! Tetapi Edwin Louis Cole
mengatakan ‘hatinya
mengatakan’, ‘hati
Dr. Pearsall berbicara kepada dirinya ...’.
Ini omong kosong!
b) Orang ini mengacau-balaukan hati (heart) sebagai
pusat manusia, dan jantung (heart) sebagai organ tubuh! Dan ini terus ia
lakukan dalam buku ini hal 146-149.
Kalau
kata ‘heart’ (= hati) disoroti sebagai pusat dari manusia maka bisa
dikatakan bahwa ‘heart’ (= hati) itu bisa berpikir. Kata-kata ‘berpikir dalam hatinya’
sedikitnya muncul 2 x dalam Perjanjian Baru, yaitu dalam Mark 2:6 dan Luk 5:21.
Mark
2:6 - “Tetapi
di situ ada juga duduk beberapa ahli Taurat, mereka berpikir dalam hatinya:”.
Luk
5:21 - “Tetapi
ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi berpikir dalam hatinya:
‘Siapakah orang yang menghujat Allah ini? Siapa yang dapat mengampuni dosa
selain dari pada Allah sendiri?’”.
Tetapi
kalau kata ‘heart’ diartikan sebagai organ tubuh, yaitu jantung,
adalah mustahil jantung bisa berpikir!
c) Merupakan kegilaan dan bahkan kesesatan untuk mengatakan
bahwa hati gadis itu hidup terus karena ditransplantasikan ke gadis lain! Dan
apakah pengetahuan lain, seperti misalnya yang dipelajari di sekolah, juga
ditransfer ke gadis penerima jantung itu? Kalau demikian, ia bisa naik dua
tingkat / kelas dalam sekolahnya! Saya berpendapat ada kemungkinan-kemungkinan
penjelasan lain untuk cerita ini (kalau ceritanya memang benar):
1. Allah yang memberikan mimpi-mimpi itu untuk memberikan petunjuk.
2. Gadis yang mati itu tadinya kerasukan setan, dan setelah ia mati
setannya pindah ke gadis penerima jantung itu, dan mentransfer (sebagian)
pengetahuan gadis pertama. Ini mirip seperti kasus anak yang tahu tentang masa
lalunya, dan setelah diselidiki ternyata semua benar.
d) Apakah semua orang lain yang menerima transplantasi
jantung juga mendapat pengetahuan dari pendonornya? Kalau ya, mengapa tidak
pernah ada pemberitaan tentang hal itu, kecuali oleh Edwin Louis Cole? Dan kalau
memang kata-kata Cole ini benar, orang Kristen awam yang menerima jantung dari
seorang ahli theologia, bisa langsung mempunyai pengetahuan Alkitab yang hebat
(hanya pengetahuannya atau juga iman dan kekudusannya?). Kalau ini benar, kalau
saya mati, saya mau mendonorkan jantung saya, supaya pengetahuan Alkitab yang
telah saya dapatkan tidak hilang. Kalau bisa saya donorkan kepada tokoh-tokoh /
pengajar-pengajar dari gerakan pria sejati / maximal, supaya mereka mempunyai
pengertian Alkitab yang baik dan berhenti dari penyesatan yang mereka lakukan!
e) Mari kita soroti cerita tentang Lazarus dan orang kaya
dalam Luk 16:19-31.
1. Setelah mati dan masuk alam maut / neraka, orang kaya tetap ingat
bahwa ia mempunyai 5 saudara yang masih hidup, yang juga sama tidak berimannya
dengan dirinya sendiri pada saat ia masih hidup di dunia. Ini menyebabkan ia
minta supaya Lazarus dibangkitkan untuk memberitakan Injil kepada kelima
saudaranya itu.
Luk
16:27-28 - “(27)
Kata orang
itu: Kalau demikian, aku minta kepadamu, bapa, supaya engkau menyuruh dia ke
rumah ayahku, (28) sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingati
mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat
penderitaan ini”.
2. Abraham, yang pada saat itu juga sudah mati, juga tetap ingat bahwa
dalam kehidupan mereka, orang kaya itu hidup enak, sedangkan Lazarus hidup
menderita.
Luk 16:25
- “Tetapi
Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik
sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat
hiburan dan engkau sangat menderita”.
Apakah
sebelum mati mereka berdua mendonorkan jantungnya, sehingga setelah mati,
jantung mereka masih hidup di dunia, sehingga setelah mati mereka bisa mengingat
hal-hal itu? Tetapi saat itu adalah jaman primitif, sehingga jelas belum ada
transplantasi jantung. Lalu bagaimana mereka mendonorkan jantungnya?
f) Saya sangat meragukan bahwa dalam kandungan, hati (heart
- jantung) dibentuk lebih dulu dari otak! Tetapi ini merupakan urusan
kedokteran, bukan urusan theologia. Tetapi, kalaupun apa yang dikatakan Edwin
Louis Cole dalam hal ini benar, lalu apa hubungannya dengan seluruh cerita ini?
Apakah karena hati itu ada lebih dulu, lalu hati (heart - jantung) itu
bisa menyimpan pengetahuan lebih lama dari otak? Apa dasarnya beranggapan
seperti ini?
57) “Melanggar
satu perintah sama dengan melanggar semuanya. Tidak ada seorang
manusia pun yang dapat taat tanpa cacat kepada perintah-perintah itu, kebanyakan
kita sudah pernah melanggar perintah-perintah itu” (‘Kesempurnaan Seorang Pria’, hal 152).
Tanggapan saya:
a) Perhatikan kata ‘kebanyakan’
dalam kutipan dari kata-kata Edwin Louis Cole di atas. Kebanyakan? Alkitab
mengatakan ‘semua’. Yang dikecualikan hanya Yesus Kristus!
Pkh
7:20 - “Sesungguhnya,
di bumi tidak ada orang yang saleh: yang berbuat baik dan tak pernah berbuat
dosa!”.
Ro 3:23
- “Karena semua
orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah”.
b) Lagi-lagi Edwin Louis Cole mengajar tanpa dasar ayat.
Ayat yang mungkin ada dalam pikirannya adalah Yak 2:10-11.
Yak 2:10-11
- “(10) Sebab barangsiapa menuruti
seluruh hukum itu, tetapi mengabaikan satu bagian dari padanya, ia bersalah
terhadap seluruhnya. (11) Sebab Ia yang mengatakan: ‘Jangan berzinah’, Ia
mengatakan juga: ‘Jangan membunuh’. Jadi jika kamu tidak berzinah tetapi
membunuh, maka kamu menjadi pelanggar hukum juga”.
Tetapi
apa arti dari ayat ini? Apakah memang seperti yang dikatakan oleh Edwin Louis
Cole?
Calvin
memberikan komentar tentang ayat ini, yaitu tentang apa yang diajarkan dan yang
tidak diajarkan oleh ayat ini.
1. Ayat ini memaksudkan bahwa Allah tidak akan dihormati dengan
memperkecualikan ayat-ayat tertentu dari Alkitab.
2. Ayat ini memaksudkan bahwa Allah tidak mengijinkan kita untuk
memotong / membuang bagian-bagian Alkitab yang tidak / kurang menyenangkan bagi
kita.
3.
Ayat ini tidak berarti bahwa semua dosa itu sama berat.
4. Ayat ini tidak berarti bahwa orang yang bersalah terhadap satu hukum
harus dihukum setara dengan dia yang seluruh hidupnya berdosa dan jahat.
Calvin: “What
alone he means is, that God will not be honored with exceptions, nor will
he allow us to cut off from his law what is less pleasing to us. At the
first view, this sentence seems hard to some, as though the apostle
countenanced the paradox of the Stoics, which makes all sins equal, and as
though he asserted that he who offends in one thing ought to be punished
equally with him whose whole life has been sinful and wicked. But it is
evident from the context that no such thing entered into his mind. ... We
now, then, understand the design of James, that is, that if we cut off from
God’s law what is less agreeable to us, though in other parts we may be
obedient, yet we be come guilty of all, because in one particular thing we
violate the whole law. And though he accommodates what is said to the subject
in hand, it is yet taken from a general principle, - that God has prescribed
to us a rule of life, which it is not lawful for us to mutilate. For it is not
said of a part of the law, ‘This is the way, walk ye in it;’ nor does the
law promise a reward except to universal obedience”.
Catatan:
bagian ini tidak saya terjemahkan, karena intinya sudah saya berikan di atas.
58) “Catatan
firman Tuhan tentang Musa dalam perjalanannya menuju kepemimpinan atas Israel
mengatakan bahwa ia sakit sampai hampir mati. Istrinya, Zipora,
menyunatkan anak sulungnya, dan Musa menjadi sembuh, lalu melanjutkan
perjalanannya ”
(‘Kesempurnaan Seorang Pria’, hal 159).
“Adalah tanggung jawab Musa untuk
menyunatkan anaknya, namun ia gagal melakukan tanggung jawab itu. Mengapa?
Saya tidak tahu. Dari pengalaman praktis saya bisa membayangkan betapa sibuknya
dia dengan panggilan Allah di dalam hidupnya sehingga ia menyerahkan tanggung
jawabnya itu kepada istrinya untuk memperhatikan keluarganya. Istrinya,
Zipora, tidak memiliki kesamaan dalam hal didikan, warisan budaya atau
pengertian tentang Yehovah; oleh karena itu ketika ia dipaksa
melakukan tugas itu, ia marah. Dosa Musa karena mengabaikan aspek yang
terpenting dalam hidupnya ini - yaitu membapai - kemungkinan disebabkan
oleh keterikatannya dengan seorang Midian, yang terlalu baik kepada anaknya,
sementara Musa terlalu baik kepada perempuan itu”
(‘Kesempurnaan Seorang Pria’, hal 160).
Tanggapan saya:
a) Sekalipun mungkin, tetapi Alkitab tidak pernah mengatakan
/ menuliskan bahwa ‘Musa sakit sampai hampir mati’.
Alkitab hanya menuliskan bahwa Tuhan ‘berikhtiar
untuk membunuhnya’.
Alkitab juga tidak pernah menuliskan bahwa setelah penyunatan itu ‘Musa
menjadi sembuh’
(sekalipun ini mungkin saja). Alkitab hanya menuliskan ‘Lalu
TUHAN membiarkan Musa’.
Kel 4:24-26
- “(24) Tetapi di tengah jalan, di
suatu tempat bermalam, TUHAN bertemu dengan Musa dan berikhtiar untuk
membunuhnya. (25) Lalu Zipora mengambil pisau batu, dipotongnya kulit khatan
anaknya, kemudian disentuhnya dengan kulit itu kaki Musa sambil berkata:
‘Sesungguhnya engkau pengantin darah bagiku.’ (26) Lalu TUHAN membiarkan
Musa. ‘Pengantin darah,’ kata Zipora waktu itu, karena mengingat sunat
itu”.
Calvin
sendiri juga menganggap bahwa pernyataan bahwa Musa dihajar dengan penyakit yang
berat merupakan sesuatu yang terlalu berani.
Calvin: “Certain
Rabbins, then, are unwise in their conjecture, that Moses had provoked God’s
vengeance on this occasion against himself, because he took his wife and
children with him as being a useless charge, which would be likely to encumber
him. They pronounce also, too boldly, on the nature of his scourge, viz.,
that he was afflicted by a severe disease, which endangered his life. Be
it sufficient for us to know that he was terrified by the approach of certain
destruction, and that, at the same time, the cause of his affliction was shewn
him, so that he hastened to seek for a remedy”.
Catatan:
bagian ini tidak saya terjemahkan, karena intinya sudah saya berikan di atas.
b) ‘Anak sulungnya’?
Biarpun
tidak dikatakan secara explicit tetapi kelihatannya anak yang disunat oleh
Zipora itu bukan anak sulung tetapi anak kedua / bungsu.
Kel 2:21-22
- “(21) Musa bersedia tinggal di rumah
itu, lalu diberikan Rehuellah Zipora, anaknya, kepada Musa. (22) Perempuan itu
melahirkan seorang anak laki-laki, maka Musa menamainya Gersom, sebab katanya:
‘Aku telah menjadi seorang pendatang di negeri asing.’”.
Kel 4:20
- “Kemudian
Musa mengajak isteri dan anak-anaknya lelaki, lalu menaikkan mereka ke
atas keledai dan ia kembali ke tanah Mesir; dan tongkat Allah itu dipegangnya di
tangannya”.
Anak
sulung Musa adalah Gersom (Kel 2:22), dan dalam Kel 4:20 ia sudah mempunyai
anak-anak (bentuk jamak). Bdk. Kel 18:3-4 dan 1Taw 23:15 yang
mengatakan bahwa anak-anak Musa adalah Gersom dan Eliezer.
Kel
18:3-4 - “(3)
dan kedua anak laki-laki Zipora; yang seorang bernama Gersom, sebab kata
Musa: ‘Aku telah menjadi seorang pendatang di negeri asing,’ (4) dan yang
seorang lagi bernama Eliezer, sebab katanya: ‘Allah bapaku adalah
penolongku dan telah menyelamatkan aku dari pedang Firaun.’”.
1Taw
23:15 - “Anak-anak
Musa ialah Gersom dan Eliezer”.
Yang
disunat oleh Zipora dalam Kel 4:25 adalah ‘anak’nya (bentuk tunggal),
dan kelihatannya ini adalah anak yang kedua / bungsu.
Keil
& Delitzsch (tentang Kel 4:24-26):
“From
the word ‘her son,’ it is evident that Zipporah only circumcised one of the
two sons of Moses (v. 20); so that the other, not doubt the elder, had already
been circumcised in accordance with the law” [=
Dari kata ‘anaknya’, adalah jelas bahwa Zipora hanya menyunatkan satu dari
dua anak laki-laki dari Musa (ay 20); sehingga yang satunya, tak diragukan yang
lebih tua, telah disunat sesuai dengan hukum Taurat].
c) Dalam kutipan kedua (‘Kesempurnaan Seorang Pria’, hal
160) itu, mula-mula Edwin Louis Cole mengatakan ia tidak tahu mengapa Musa tidak
menyunatkan anaknya, tetapi mungkin karena kesibukannya, ia lalu melemparkan
tugas itu kepada istrinya. Tetapi pada bagian bawah dari kata-katanya (yang saya
beri garis bawah ganda) mengatakan bahwa penyebab tidak disunatnya anak itu
adalah: Zipora terlalu baik kepada anak itu, dan Musa terlalu baik kepada
Zipora. Ini dua hal yang bertentangan!
Menurut
saya adalah tidak mungkin Musa melalaikan penyunatan anak itu karena
kesibukannya. Penyunatan tidak membutuhkan banyak waktu, dan ia tidak harus
menyunat anak itu dengan tangannya sendiri, tetapi bisa menyuruh orang untuk
menyunatkan anak itu.
Ada
kemungkinan bahwa Musa dan / atau Zipora merasa kasihan kepada anak sulungnya,
yaitu Gersom, ketika ia disunat. Karena itu, anak kedua, yaitu Eliezer (Kel
18:4), ditunda penyunatannya.
Atau,
seperti dikatakan oleh Calvin, Musa tidak menyunatkan anaknya karena mertua /
istrinya tidak menyetujuinya, dan ia lebih ingin menyenangkan orang dari pada
Tuhan.
Calvin: “Be
it sufficient for us to know that he was terrified by the approach of certain
destruction, and that, at the same time, the cause of his affliction was shewn
him, so that he hastened to seek for a remedy. For, as we have just said, it
would never have otherwise occurred to himself or his wife to circumcise the
child to appease God’s wrath; and it will appear a little further on, that
God was, as it were, propitiated by this offering, since he withdrew his hand,
and took away the tokens of his wrath. I therefore unhesitatingly conclude,
that vengeance was declared against Moses for his negligence, which was
connected with still heavier sins; for he had not omitted his son’s
circumcision from forgetfulness, or ignorance, or carelessness only, but
because he was aware that it was disagreeable either to his wife or to his
father-in-law. Therefore, lest. his wife should quarrel with him, or his
father-in-law trouble him, he preferred to gratify them than to give occasion
for divisions, or enmity, or disturbance. In the meantime, however, for the
sake of the favour of men he neglected to obey God. This false dealing was no
light offense, since nothing is more intolerable than to defraud God of his
due obedience, in order to please men”.
Catatan:
bagian ini tidak saya terjemahkan, karena intinya sudah saya berikan di atas.
59) “Abraham
adalah bapa segala orang percaya di bumi ini. ... Pekerjaan-pekerjaan apa saja
yang Abraham turunkan kepada keturunannya? Pertama, ia dibenarkan karena iman;
kedua, ia taat memberikan persepuluhan; ketiga, ia menyelamatkan Lot; keempat,
ia memimpin keluarganya. Allah mengangkat Abraham sebagai pemimpin atas keluarga
sorgawi yang ada di atas bumi ini melalui kepemimpinannya atas keluarga
duniawinya”
(‘Kesempurnaan Seorang Pria’, hal 159-160).
Tanggapan saya:
a) Dari mana tahu-tahu muncul persepuluhan? Abraham memang
memberikan 1/10 hasil rampasan kepada Melkisedek (Kej 14:20), tetapi ini
tidak bisa dianggap sebagai ketaatan, karena pada saat itu hal itu belum
diwajibkan. Memberikan persembahan persepuluhan baru diwajibkan pada jaman Musa.
b) Penyelamatan Lot juga tidak pernah ditekankan oleh
Alkitab sebagai ketaatan Abraham.
c) Abraham memimpin keluarganya? Inipun tak pernah
ditekankan sebagai ketaatan Abraham. Perlu diingat bahwa Abraham melakukan
polygamy, karena mengambil Hagar menjadi istri / gundik, biarpun itu ia lakukan
atas saran dari Sarai.
d) Abraham tidak diangkat menjadi pemimpin atas keluarga
sorgawi yang ada di atas bumi melalui kepemimpinannya atas keluarga
duniawinya! Abraham disebut sebagai ‘bapa orang beriman’
bukan karena keberhasilannya memimpin keluarga duniawinya, tetapi karena
imannya!
Ro
4:9-13 - “(9)
Adakah ucapan bahagia ini hanya berlaku bagi orang bersunat saja atau juga bagi
orang tak bersunat? Sebab telah kami katakan, bahwa kepada Abraham iman
diperhitungkan sebagai kebenaran. (10) Dalam keadaan manakah hal itu
diperhitungkan? Sebelum atau sesudah ia disunat? Bukan sesudah disunat, tetapi
sebelumnya. (11) Dan tanda sunat itu diterimanya sebagai meterai kebenaran
berdasarkan iman yang ditunjukkannya, sebelum ia bersunat. Demikianlah ia
dapat menjadi bapa semua orang percaya yang tak bersunat, supaya kebenaran
diperhitungkan kepada mereka, (12) dan juga menjadi bapa orang-orang bersunat,
yaitu mereka yang bukan hanya bersunat, tetapi juga mengikuti jejak iman
Abraham, bapa leluhur kita, pada masa ia belum disunat. (13) Sebab bukan karena
hukum Taurat telah diberikan janji kepada Abraham dan keturunannya, bahwa ia
akan memiliki dunia, tetapi karena kebenaran, berdasarkan iman”.
Ro 4:16-25
- “(16) Karena itulah kebenaran berdasarkan
iman supaya merupakan kasih karunia, sehingga janji itu berlaku bagi semua
keturunan Abraham, bukan hanya bagi mereka yang hidup dari hukum Taurat, tetapi juga bagi mereka yang hidup
dari iman Abraham. Sebab Abraham adalah bapa kita semua, - (17) seperti
ada tertulis: ‘Engkau telah Kutetapkan menjadi bapa banyak bangsa’ - di
hadapan Allah yang kepadaNya ia percaya, yaitu Allah yang menghidupkan
orang mati dan yang menjadikan dengan firmanNya apa yang tidak ada menjadi ada.
(18) Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap
juga dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, menurut yang
telah difirmankan: ‘Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.’ (19) Imannya
tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat
lemah, karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah
tertutup. (20) Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena
ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah,
(21) dengan penuh keyakinan, bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa
yang telah Ia janjikan. (22) Karena itu hal ini diperhitungkan kepadanya sebagai
kebenaran. (23) Kata-kata ini, yaitu ‘hal ini diperhitungkan kepadanya,’
tidak ditulis untuk Abraham saja, (24) tetapi ditulis juga untuk kita; sebab
kepada kitapun Allah memperhitungkannya, karena kita percaya kepada Dia,
yang telah membangkitkan Yesus, Tuhan kita, dari antara orang mati, (25) yaitu
Yesus, yang telah diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena
pembenaran kita”.
60) “Pikirkan
pekerjaan-pekerjaan seorang ayah sejati, seorang anak Abraham yang sejati,
seorang anak Allah yang sejati. Pertama, sunatkan
anak laki-lakimu. Dalam Perjanjian Baru pekerjaan penyunatan anak ini (secara
rohani) sama dengan memastikan bahwa anak-anak Anda adalah orang-orang
Kristen yang sejati, yang lahir dari Roh Allah”
(‘Kesempurnaan Seorang Pria’, hal 161).
Tanggapan
saya:
a) Lagi-lagi ajaran tanpa dasar Alkitab. Mana dasar
Alkitabnya untuk mengatakan bahwa menyunatkan anak (secara rohani) merupakan
pekerjaan dari ayah saja (bukan dari ibu)?
b) Menyunatkan anak (secara rohani) adalah sama dengan
memastikan kekristenan anak? Rasanya lebih cocok kalau disamakan dengan
penginjilan terhadap anak.
c) Dan kalau mau mengikuti ajaran Edwin Louis Cole, itu
berarti kita hanya perlu memastikan bahwa anak laki-laki kita adalah
orang-orang Kristen sejati. Lalu bagaimana dengan anak-anak perempuan kita?
Dari
banyaknya bagian-bagian dimana ajaran-ajaran diberikan atau tanpa dasar
Alkitab sama sekali, atau dengan dasar Alkitab yang ditafsirkan secara kacau
balau, jelas bahwa adalah tidak mungkin / sukar untuk menyebut gerakan pria
sejati / maximal ini sebagai gerakan yang Alkitabiah!
Penerapan:
bagi semua saudara, belajarlah untuk hanya menerima ajaran yang mempunyai dasar
Alkitab yang ditafsirkan secara benar. Kalau ada orang mengajar tanpa dasar
Alkitab, atau menggunakan ayat Alkitab yang ditafsirkan secara kacau balau, tak
peduli siapa pengajar itu, jangan pedulikan ajarannya! Sebaliknya, siapapun
mengajar dengan menggunakan dasar Alkitab yang benar, terimalah ajarannya. Ini
merupakan suatu sikap meninggikan / menghormati otoritas dari Alkitab / Firman
Tuhan!
-bersambung-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali