Pemahaman Alkitab

G. K. R. I. ‘GOLGOTA’

(Rungkut Megah Raya, Blok D 16)

Jumat, tanggal 12 Nopember 2010, pk 19.00

Pdt. Budi Asali, M. Div.

(7064-1331 / 6050-1331)

[email protected]

Pria sejati / maximal (7)

35)      Dia mengakui bahwa Dia hanya melakukan apa yang dilihatNya dilakukan oleh Bapa, dengan begitu Dia tidak merasa tertekan karena harus bertindak dengan kekuatanNya sendiri. Dia ditopang oleh kekuatan sorgawi dalam segala hal yang dilakukanNya (Yohanes 5:19-20)” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 286).

Dia mengatakan bahwa Dia hanya melakukan hal-hal yang dilihatNya dilakukan oleh Bapa (Yohanes 5:19). Jadi, berdasarkan prinsip itu kita juga harus melakukan hal-hal yang kita lihat telah dilaksanakan oleh Kristus (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 71).

 

Tanggapan saya:

 

a)   Jadi Yesus cuma bisa meniru Bapa? Ini jelas merupakan penafsiran sesat tentang Yoh 5:19.

Yoh 5:19 - “Maka Yesus menjawab mereka, kataNya: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diriNya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak.

 

Untuk menunjukkan hal itu saya akan membahas ayat ini potong per potong.

 

1. ‘Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diriNya sendiri’ (ay 19b  bdk. ay 30a: ‘Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diriKu sendiri’).

Ayat ini dipakai oleh Arius / Arianisme (dan juga menjadi ayat dasar dari ajaran Saksi Yehuwa / Unitarianisme) untuk mengatakan bahwa Yesus lebih rendah dari Bapa, karena Ia tidak bisa melakukan apapun dari diriNya sendiri.

Tetapi sebetulnya ayat ini sama sekali tidak menunjukkan ketidakmampuan Yesus! Dalam kontex dimana Yesus menunjukkan diriNya seba­gai Anak Allah, dan menyetarakan diriNya dengan Allah (ay 17-18), tidak mungkin tahu-tahu Ia justru menunjukkan ketidak-mampuanNya.

Yoh 5:17-18 - “(17) Tetapi Ia berkata kepada mereka: ‘BapaKu bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga.’ (18) Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuhNya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah BapaNya sendiri dan dengan demikian menyamakan diriNya dengan Allah.

Kata-kata ‘menyamakan diriNya’ seharusnya adalah ‘membuat diriNya setara’.

 

Kalau demikian, apa arti / maksud kata-kata Yesus dalam Yoh 5:19? Kata-kata Yesus ini bertujuan untuk menekankan kesatuan yang tidak terpisahkan antara Yesus dengan Bapa, yang menyebabkan Yesus tidak bisa melakukan apapun terpisah dari Bapa. Dan jelas bahwa, kebalikannya juga berlaku, yaitu, Bapapun tidak bisa melakukan apapun terpisah dari Yesus!

 

Jadi, Yesus dan Bapa tidak bisa bekerja sendiri-sendiri. Sebaliknya, pekerjaan Yesus adalah pekerjaan Bapa, dan pekerjaan Bapa adalah pekerjaan Yesus.

Dengan demikian, kata-kata Yesus ini menjawab serangan mereka bahwa Yesus melanggar Sabat dan menghujat Allah (ay 18). Kalau Yesus bisa melanggar Sabat dan menghujat Allah, maka itu berarti Ia bisa melakukan sesuatu terpisah dari Bapa. Tetapi Yesus tidak bisa melakukan sesuatu terpisah dari Bapa, dan karena itu jelas bahwa Ia tidak bisa melanggar Sabat maupun menghujat Allah.

 

2. ‘Jikalau Ia tidak melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang diker­jakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak’ (ay 19c).

Bagian ini tidak berarti seakan-akan Yesus itu cuma bisa meniru BapaNya! Tetapi kelihatannya arti itu yang diambil oleh Edwin Louis Cole.

Kalau Yoh 5:19 itu diartikan bahwa Yesus cuma bisa meniru apa yang Bapa lakukan, bagaimana mungkin Yesus mencipta alam semesta? Kapan Yesus pernah melihat Bapa melakukan hal itu, lalu menirunya? Lalu pada waktu Yesus berinkarnasi, lalu menderita dan mati untuk menebus dosa kita, kapan Dia melihat Bapa melakukan hal itu, lalu menirunya? Bapa bahkan tidak bisa mati, karena berbeda dengan Yesus / Anak, Bapa tidak pernah berinkarnasi menjadi manusia.

 

Tentang bagian ini, Leon Morris (NICNT) mengutip kata-kata seo­rang yang bernama Westcott, yang memberikan komentar yang indah sebagai berikut:

“The things that the Father does that the Son does, too, not in imitation, but in virtue of His sameness of nature” (= Hal-hal yang dilakukan oleh Bapa juga dilakukan oleh Anak, bukan dalam peniruan, tetapi berdasarkan kesamaan hakekatNya) - hal 313.

 

W. G. T. Shedd: “In these passages the doctrine is taught that while each person is so distinct from the others that he can speak of himself as doing acts that are peculiar to himself and not to the others, yet the distinctness is not so great as to make him another Being who does the acts a]f’ e]autou (= of himself) exclusively and apart from the others” [= Dalam text-text ini doktrin diajarkan bahwa sementara setiap pribadi berbeda (distinct) dari pribadi-pribadi yang lain sehingga Ia bisa berbicara tentang diriNya sendiri sebagai melakukan tindakan-tindakan yang khas bagi diriNya sendiri dan tidak bagi pribadi-pribadi yang lain, tetapi perbedaan (distinctness) itu tidaklah begitu besar sehingga membuatNya seorang Makhluk lain yang melakukan tindakan-tindakan itu a]f’ e]autou (= dari diriNya sendiri) secara exklusif dan terpisah dari pribadi-pribadi yang lain] - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol III, hal 133.

 

b)   Edwin Louis Cole mengatakan ‘berdasarkan prinsip itu kita juga harus melakukan hal-hal yang kita lihat telah dilaksanakan oleh Kristus’.

 

1. Prinsipnya sudah salah, maka jelas pada waktu diterapkan, juga jadi salah.

 

2. Seandainya Yesus memang meniru Bapa, apa alasannya sehingga hal itu harus berlaku untuk kita, dan kita lalu harus meniru Yesus? Sekalipun Yesus dikatakan merupakan teladan kita (Yoh 13:14-15), tetapi itu tidak berarti bahwa apapun yang Yesus lakukan atau tidak lakukan, harus kita teladani. Ada yang tidak perlu, ada yang tidak bisa, dan ada yang bahkan tidak boleh, kita teladani!

Misalnya:

a. Yesus disunat.

b. Yesus berpuasa 40 hari 40 malam; Yesus tidak menikah.

c. Yesus melakukan mujijat, membangkitkan orang mati dan sebagainya.

d. Yesus mati disalib menebus dosa kita.

Kalau mau mendapatkan ajaran / penafsiran yang benar, maka kita harus membandingkan apa yang Yesus lakukan atau tidak lakukan dengan seluruh Alkitab, untuk menentukan hal-hal mana yang harus kita teladani, dan hal-hal mana yang tidak perlu / tidak boleh kita teladani.

 

c)   Sekarang mari kita perhatikan kutipan pertama di atas, yang untuk jelasnya, saya kutip ulang di sini.

“Dia mengakui bahwa Dia hanya melakukan apa yang dilihatNya dilakukan oleh Bapa, dengan begitu Dia tidak merasa tertekan karena harus bertindak dengan kekuatanNya sendiri. Dia ditopang oleh kekuatan sorgawi dalam segala hal yang dilakukanNya (Yohanes 5:19-20)” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 286).

 

Ada 2 hal yang perlu diperhatikan:

 

1. Apa hubungannya ‘peniruan’ dengan ‘kekuatan untuk melakukan peniruan’ tersebut?

Boleh dikatakan bahwa Edwin Louis Cole berkata: Karena Yesus hanya meniru Bapa, maka Ia tak harus merasa tertekan karena harus bertindak dengan kekuatanNya sendiri. Ia ditopang oleh kekuatan surgawi. Apa urusannya ‘meniru’ dengan ‘kekuatan untuk melakukan’? Kelihatannya orang ini memang tidak punya logika!

 

2. Yesus tertekan kalau harus bertindak dengan kekuatanNya sendiri? Kalau demikian Ia pasti bukan Allah! Kalau Dia adalah Allah, Ia pasti maha kuasa. Lalu bagaimana mungkin Ia tertekan karena harus bertindak dengan kekuatanNya sendiri?

 

36)      Setelah mengutip Mat 7:29 - “sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat mereka”, Edwin Louis Cole lalu berkata: “Kuasa ini muncul dari pengenalanNya akan diriNya sendiri, tujuanNya dalam hidup ini dan dari identitas diri yang diterimaNya secara sempurna” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 286-287).

 

Tanggapan saya:

 

Apa dasarnya untuk mengatakan bahwa adanya kuasa dalam ajaran Yesus terjadi karena pengenalanNya akan diriNya sendiri, dan dari identitas diri yang diterimaNya dengan sempurna?? Lagi-lagi ajaran tanpa dasar Alkitab secuilpun!

 

37)      “Elia seharusnya belajar dari seorang nabi lain yang hidup berabad-abad kemudian. Nabi ini mengajarkan bahwa Allah tidak akan menyangkal umat-Nya dalam kelemahan mereka. ‘Tetapi sekalipun pada waktu kita ini demikian lemah sehingga tidak beriman, Ia tetap setia dan menolong kita, karena Ia tidak dapat menyangkal kita yang merupakan bagian dari diri-Nya sendiri dan janji-janji-Nya kepada kita akan selalu dilaksanakan-Nya’ (2 Timotius 2:13, Alkitab versi Firman Allah yang Hidup)” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 289).

 

Tanggapan saya:

 

a)      Yang menuliskan 2Tim 2:13 adalah Paulus. Ia adalah rasul, bukan nabi.

 

b)   2Tim 2:13 - “jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diriNya.’”.

Edwin Louis Cole mengambil terjemahan dari FAYH / LB yang justru kacau. Alkitab bahasa Inggris pada umumnya menggunakan kata ‘faithless’, yang menurut saya di sini harus diartikan ‘tidak setia’, bukan ‘tidak beriman’, karena dikontraskan dengan sikap Allah yang ‘setia / faithful’. Dan bagian belakang dari ayat ini dalam FAYH / LB (bagian yang saya beri garis bawah ganda dalam kutipan di atas), betul-betul kacau.

 

c)   Kalau Allah setia kepada orang-orang yang tidak beriman, maka bagaimana mungkin orang yang tidak beriman bisa dimasukkan neraka?

 

38)      Abraham mengambil keputusan yang salah dan seluruh dunia harus menanggung akibatnya. Ketika pada usia delapan puluh tahun ia masih juga belum dikaruniai anak, akhirnya ia menyetujui usul Sarah untuk mendapatkan anak dari budak perempuannya, Hagar. Ia lalu menghamili Hagar, dan lahirlah Ismael. Ketika menyadari kesalahannya Abraham lalu memutuskan untuk melangkah secara benar dengan percaya bahwa Allah akan membuat Sarah mengandung seorang anak. Allah yang setia itu kemudian memberi mereka Ishak, si anak perjanjian (Kej 15:18). Namun, penyelewengan iman Abraham yang dilakukannya dengan cara mengambil keputusan menurut daging dan bukan menurut roh telah menimbulkan permusuhan yang berlarut-larut hingga sekarang, antara keturunan Sarah dengan keturunan Hagar - bangsa Yahudi dengan bangsa Arab (Kej 16:11-12)” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 303).

 

Tanggapan saya:

 

a)   Edwin Louis Cole lagi-lagi sangat ceroboh dan tidak akurat dalam data-data Alkitab. Ia mengatakan bahwa peristiwa itu terjadi pada saat Abraham berusia 80 tahun. Padahal Alkitab mengatakan bahwa Abraham mendapat anak Ismael dari Hagar pada usia 86 tahun.

Kej 16:16 - “Abram berumur delapan puluh enam tahun, ketika Hagar melahirkan Ismael baginya”.

Jadi, waktu ia memperistri (menjadikan gundik) Hagar, usianya sekitar 85 tahun.

 

Juga kalau dilihat dari ayat-ayat di bawah ini, jelas saat itu usia Abraham 85 tahun.

Kej 12:4 - “Lalu pergilah Abram seperti yang difirmankan TUHAN kepadanya, dan Lotpun ikut bersama-sama dengan dia; Abram berumur tujuh puluh lima tahun, ketika ia berangkat dari Haran.

Kej 16:3 - “Jadi Sarai, isteri Abram itu, mengambil Hagar, hambanya, orang Mesir itu, - yakni ketika Abram telah sepuluh tahun tinggal di tanah Kanaan -, lalu memberikannya kepada Abram, suaminya, untuk menjadi isterinya.

 

Kelihatannya ini hanya hal kecil, tetapi ini menunjukkan betapa cerobohnya Edwin Louis Cole dalam menggunakan Alkitab. Kalau dalam hal seperti itu, yang jelas-jelas ada dalam Alkitab, ia sudah salah, apalagi dalam penafsiran ayat-ayat!

 

b)   Kata-kata “Ketika menyadari kesalahannya Abraham lalu memutuskan untuk melangkah secara benar dengan percaya bahwa Allah akan membuat Sarah mengandung seorang anak” itu muncul dari Alkitab sebelah mana?

 

c)   Edwin Louis Cole mengajar bahwa dosa Abraham juga mempunyai akibat yang harus ditanggung oleh seluruh dunia. Apa dasar Alkitabnya? Alkitab mengatakan hanya dosa Adam, yang adalah manusia pertama, yang mempunyai akibat untuk seluruh dunia, dan itupun hanya dosa pertama Adam, bukan dosa-dosanya yang lain setelah itu.

 

Ro 5:12-19 - “(12) Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa. (13) Sebab sebelum hukum Taurat ada, telah ada dosa di dunia. Tetapi dosa itu tidak diperhitungkan kalau tidak ada hukum Taurat. (14) Sungguhpun demikian maut telah berkuasa dari zaman Adam sampai kepada zaman Musa juga atas mereka, yang tidak berbuat dosa dengan cara yang sama seperti yang telah dibuat oleh Adam, yang adalah gambaran Dia yang akan datang. (15) Tetapi karunia Allah tidaklah sama dengan pelanggaran Adam. Sebab, jika karena pelanggaran satu orang semua orang telah jatuh di dalam kuasa maut, jauh lebih besar lagi kasih karunia Allah dan karuniaNya, yang dilimpahkanNya atas semua orang karena satu orang, yaitu Yesus Kristus. (16) Dan kasih karunia tidak berimbangan dengan dosa satu orang. Sebab penghakiman atas satu pelanggaran itu telah mengakibatkan penghukuman, tetapi penganugerahan karunia atas banyak pelanggaran itu mengakibatkan pembenaran. (17) Sebab, jika oleh dosa satu orang, maut telah berkuasa oleh satu orang itu, maka lebih benar lagi mereka, yang telah menerima kelimpahan kasih karunia dan anugerah kebenaran, akan hidup dan berkuasa oleh karena satu orang itu, yaitu Yesus Kristus. (18) Sebab itu, sama seperti oleh satu pelanggaran semua orang beroleh penghukuman, demikian pula oleh satu perbuatan kebenaran semua orang beroleh pembenaran untuk hidup. (19) Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi orang benar”.

 

1Kor 15:21-22 - “(21) Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia. (22) Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus”.

 

Disamping itu dosa Adam dan akibatnya dikontraskan oleh Alkitab dengan perbuatan kebenaran Yesus dan akibatnya, yang menetralisirnya. Kalau dosa Abraham juga punya akibat universal, lalu apa kontrasnya dan apa yang menetralisirnya?

 

d)   Kalau di bagian atas kutipan di atas Edwin Louis Cole mengatakan bahwa dosa Abraham mempunyai akibat yang ditanggung oleh seluruh dunia, adalah aneh, bahwa dalam memberi contoh di bawah ia hanya memberikan contoh permusuhan antara bangsa Yahudi dan bangsa Arab. Ini bukan sesuatu yang bersifat universal, tetapi lokal!

 

39)      “Dalam kedamaian ada perhentian yang berasal dari Allah (Ibrani 4:9). Perhentian ini akan mengalahkan kekhawatiran yang ada” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 304).

Ibr 4:9 - “Jadi masih tersedia suatu hari perhentian, hari ketujuh, bagi umat Allah”.

 

Tanggapan saya:

 

Edwin Louis Cole menerapkan ayat ini untuk damai yang kita alami / dapatkan di dunia ini, padahal ayat ini bicara tentang perhentian di surga!

 

Ibr 4:1-11 - “(1) Sebab itu, baiklah kita waspada, supaya jangan ada seorang di antara kamu yang dianggap ketinggalan, sekalipun janji akan masuk ke dalam perhentianNya masih berlaku. (2) Karena kepada kita diberitakan juga kabar kesukaan sama seperti kepada mereka, tetapi firman pemberitaan itu tidak berguna bagi mereka, karena tidak bertumbuh bersama-sama oleh iman dengan mereka yang mendengarnya. (3) Sebab kita yang beriman, akan masuk ke tempat perhentian seperti yang Ia katakan: ‘Sehingga Aku bersumpah dalam murkaKu: Mereka takkan masuk ke tempat perhentianKu,’ sekalipun pekerjaanNya sudah selesai sejak dunia dijadikan. (4) Sebab tentang hari ketujuh pernah dikatakan di dalam suatu nas: ‘Dan Allah berhenti pada hari ketujuh dari segala pekerjaanNya.’ (5) Dan dalam nas itu kita baca: ‘Mereka takkan masuk ke tempat perhentianKu.’ (6) Jadi sudah jelas, bahwa ada sejumlah orang akan masuk ke tempat perhentian itu, sedangkan mereka yang kepadanya lebih dahulu diberitakan kabar kesukaan itu, tidak masuk karena ketidaktaatan mereka. (7) Sebab itu Ia menetapkan pula suatu hari, yaitu ‘hari ini’, ketika Ia setelah sekian lama berfirman dengan perantaraan Daud seperti dikatakan di atas: ‘Pada hari ini, jika kamu mendengar suaraNya, janganlah keraskan hatimu!’ (8) Sebab, andaikata Yosua telah membawa mereka masuk ke tempat perhentian, pasti Allah tidak akan berkata-kata kemudian tentang suatu hari lain. (9) Jadi masih tersedia suatu hari perhentian, hari ketujuh, bagi umat Allah. (10) Sebab barangsiapa telah masuk ke tempat perhentianNya, ia sendiri telah berhenti dari segala pekerjaannya, sama seperti Allah berhenti dari pekerjaanNya. (11) Karena itu baiklah kita berusaha untuk masuk ke dalam perhentian itu, supaya jangan seorangpun jatuh karena mengikuti contoh ketidaktaatan itu juga”.

 

Dalam text ini terlihat bahwa baik hari ke 7 (Sabat), yang disebut hari perhentian, maupun Kanaan (yang disebut tempat perhentian), merupakan type dari surga / istirahat di surga (bdk. Wah 14:13). Tetapi Edwin Louis Cole menerapkan Ibr 4:9 untuk kehidupan di dunia.

 

Wah 14:13 - “Dan aku mendengar suara dari sorga berkata: Tuliskan: ‘Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan, sejak sekarang ini.’ ‘Sungguh,’ kata Roh, ‘supaya mereka boleh beristirahat dari jerih lelah mereka, karena segala perbuatan mereka menyertai mereka.’”.

 

40)      “Dalam kedamaian ada perasaan telah menemukan sesuatu melalui Allah (Lukas 17:21). Ini akan mengakhiri pengembaraan jiwa kita” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 304).

 

Tanggapan saya:

Luk 17:20-21 - “(20) Atas pertanyaan orang-orang Farisi, apabila (kapan) Kerajaan Allah akan datang, Yesus menjawab, kataNya: ‘Kerajaan Allah datang tanpa tanda-tanda lahiriah, (21) juga orang tidak dapat mengatakan: Lihat, ia ada di sini atau ia ada di sana! Sebab sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara kamu.’”.

 

Betul-betul gila menggunakan text seperti ini untuk pernyataannya! Sama sekali tidak ada hubungannya. Calvin mengatakan bahwa text ini menekankan bahwa kita tidak boleh mencari kerajaan Allah dengan mata lahiriah kita, karena kerajaan Allah ini bukanlah bersifat daging atau duniawi, dan yang disebut kerajaan Allah bukan lain adalah pembaharuan di dalam dan bersifat rohani dari jiwa kita. Karena itu hal itu harus dicari di dalam diri kita.

 

Calvin (tentang Luk 17:20-21): “He means, that they are greatly mistaken who seek with the eyes of the flesh the kingdom of God, which is in no respect carnal or earthly, for it is nothing else than the inward and spiritual renewal of the soul. From the nature of the kingdom itself he shows that they are altogether in the wrong, who look around here or there, in order to observe visible marks. ‘That restoration of the Church,’ he tells us, ‘which God has promised, must be looked for within; for, by quickening his elect into a heavenly newness of life, he establishes his kingdom within them.’ And thus he indirectly reproves the stupidity of the Pharisees, because they aimed at nothing but what was earthly and fading”.

Catatan: saya tak memberi terjemahannya, karena intinya sudah saya berikan di atas.

 

41)      “Allah tidak menciptakan kekacauan (1 Korintus 14:33). Dia justru menyediakan damai sejahtera melalui Yesus Kristus” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 304).

 

Tanggapan saya:

 

1Kor 14:33 berbicara tentang kekacauan dalam kebaktian / pertemuan ibadah, bukan kekacauan yang dimaksudkan oleh Edwin Louis Cole!

 

1Kor 14:26-40 - “(26) Jadi bagaimana sekarang, saudara-saudara? Bilamana kamu berkumpul, hendaklah tiap-tiap orang mempersembahkan sesuatu: yang seorang mazmur, yang lain pengajaran, atau penyataan Allah, atau karunia bahasa roh, atau karunia untuk menafsirkan bahasa roh, tetapi semuanya itu harus dipergunakan untuk membangun. (27) Jika ada yang berkata-kata dengan bahasa roh, biarlah dua atau sebanyak-banyaknya tiga orang, seorang demi seorang, dan harus ada seorang lain untuk menafsirkannya. (28) Jika tidak ada orang yang dapat menafsirkannya, hendaklah mereka berdiam diri dalam pertemuan Jemaat dan hanya boleh berkata-kata kepada dirinya sendiri dan kepada Allah. (29) Tentang nabi-nabi - baiklah dua atau tiga orang di antaranya berkata-kata dan yang lain menanggapi apa yang mereka katakan. (30) Tetapi jika seorang lain yang duduk di situ mendapat penyataan, maka yang pertama itu harus berdiam diri. (31) Sebab kamu semua boleh bernubuat seorang demi seorang, sehingga kamu semua dapat belajar dan beroleh kekuatan. (32) Karunia nabi takluk kepada nabi-nabi. (33) Sebab Allah tidak menghendaki kekacauan, tetapi damai sejahtera. (34) Sama seperti dalam semua Jemaat orang-orang kudus, perempuan-perempuan harus berdiam diri dalam pertemuan-pertemuan Jemaat. Sebab mereka tidak diperbolehkan untuk berbicara. Mereka harus menundukkan diri, seperti yang dikatakan juga oleh hukum Taurat. (35) Jika mereka ingin mengetahui sesuatu, baiklah mereka menanyakannya kepada suaminya di rumah. Sebab tidak sopan bagi perempuan untuk berbicara dalam pertemuan Jemaat. (36) Atau adakah firman Allah mulai dari kamu? Atau hanya kepada kamu sajakah firman itu telah datang? (37) Jika seorang menganggap dirinya nabi atau orang yang mendapat karunia rohani, ia harus sadar, bahwa apa yang kukatakan kepadamu adalah perintah Tuhan. (38) Tetapi jika ia tidak mengindahkannya, janganlah kamu mengindahkan dia. (39) Karena itu, saudara-saudaraku, usahakanlah dirimu untuk memperoleh karunia untuk bernubuat dan janganlah melarang orang yang berkata-kata dengan bahasa roh. (40) Tetapi segala sesuatu harus berlangsung dengan sopan dan teratur.

 

Dalam hal-hal ini Edwin Louis Cole tak terlalu berbeda dengan para Saksi Yehuwa yang menggunakan text ini untuk menyerang doktrin Allah Tritunggal yang mereka anggap sebagai suatu kekacauan, dan juga dengan Pdt. Jusuf B. S. yang menggunakan text ini untuk menyerang doktrin tentang predestinasi, yang ia anggap sebagai suatu kekacauan. Semua orang-orang ini tidak mengerti bagaimana menafsirkan ayat itu sesuai dengan kontextnya. Kontextnya tidak membicarakan kekacauan dalam hati orang berdosa, ataupun kekacauan suatu ajaran, tetapi kekacauan dalam suatu ibadah!

 

42)      Setelah menceritakan tentang raja Asa yang tidak menghancurkan ‘bukit-bukit pengorbanan’ / tempat-tempat tinggi, yang akhirnya menimbulkan kembali penyembahan berhala, Edwin Louis Cole lalu berkata sebagai berikut:

“‘Tempat-tempat tinggi’ dalam pikiran kaum pria adalah pikiran-pikiran yang tersembunyi, berupa benteng-benteng nostalgia, sentimen pribadi, dan khayalan-khayalan yang kadang-kadang dijadikan tempat menyepi untuk memuaskan hawa nafsu manusia mereka.” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 317).

 

Tanggapan saya:

 

Ini lagi-lagi merupakan pengalegorian / perohanian yang tidak pada tempatnya. Kalau hal ini diterapkan pada raja Asa sendiri, lalu artinya jadi bagaimana? Jadi, raja Asa punya khayalan-khayalan untuk memuaskan nafsunya?

 

43)      “Biasakanlah membasuh pikiran Anda dengan air firman Allah (Efesus 5:26)” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 318).

 

Tanggapan saya:

 

a)   Mengapa diterjemahkan ‘air firman Allah’? Dari terjemahan Kitab Suci bahasa Inggris yang mana?

Ef 5:26 - “untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman”. Ini jelas salah terjemahan.

KJV: ‘the washing of water by the word’ (= pembasuhan air oleh firman).

RSV/NASB: ‘the washing of water with the word’ (= pembasuhan air dengan firman).

NIV: ‘the washing with water through the word’ (= pembasuhan dengan air melalui firman).

Catatan: kata Yunani yang digunakan adalah EN, yang memang bisa diterjemahkan macam-macam, tetapi tidak ada yang menterjemahkan bagian ini menjadi ‘air firman Allah’, dan rasanya memang tidak mungkin diterjemahkan seperti itu.

 

b)      Apa arti Ef 5:26 ini?

Saya sendiri mengikuti pandangan Calvin yang menganggap ‘air’ di sini berbeda dengan ‘firman’. ‘Air’ menunjuk pada baptisan. Ini tidak berarti bahwa Calvin mempercayai kalau baptisan bisa mengampuni dosa. Calvin sendiri mengingatkan bahwa ayat di atas itu menunjukkan bahwa yang menyucikan dan memandikan / membasuh adalah Allah sendiri (perhatikan kata ‘Ia’ dalam ayat itu), bukan baptisannya / airnya. Sedangkan kata ‘firman’ ditambahkan karena firman merupakan meterai dari sakramen, dan tanpa firman maka sakramen tidak ada gunanya.

 

Calvin (tentang Ef 5:26): “‘Washing it with the washing of water.’ Having mentioned the inward and hidden sanctification, he now adds the outward symbol, by which it is visibly confirmed; as if he had said, that a pledge of that sanctification is held out to us by baptism. Here it is necessary to guard against unsound interpretation, lest the wicked superstition of men, as has frequently happened, change a sacrament into an idol. When Paul says that we are washed by baptism, his meaning is, that God employs it for declaring to us that we are washed, and at the same time performs what it represents. If the truth - or, which is the same thing, the exhibition of the truth - were not connected with baptism, it would be improper to say that baptism is the washing of the soul. At the same time, we must beware of ascribing to the sign, or to the minister, what belongs to God alone. We must not imagine that washing is performed by the minister, or that water cleanses the pollutions of the soul, which nothing but the blood of Christ can accomplish. In short, we must beware of giving any portion of our confidence to the element or to man; for the true and proper use of the sacrament is to lead us directly to Christ, and to place all our dependence upon him. Others again suppose that too much importance is given to the sign, by saying that baptism is the washing of the soul. Under the influence of this fear, they labor exceedingly to lessen the force of the eulogium which is here pronounced on baptism. But they are manifestly wrong; for, in the first place, the apostle does not say that it is the sign which washes, but declares it to be exclusively the work of God. It is God who washes, and the honor of performing it cannot lawfully be taken from its Author and given to the sign. But there is no absurdity in saying that God employs a sign as the outward means. Not that the power of God is limited by the sign, but this assistance is accommodated to the weakness of our capacity. Some are offended at this view, imagining that it takes from the Holy Spirit a work which is peculiarly his own, and which is everywhere ascribed to him in Scripture. But they are mistaken; for God acts by the sign in such a manner, that its whole efficacy depends upon his Spirit. Nothing more is attributed to the sign than to be an inferior organ, utterly useless in itself, except so far as it derives its power from another source. ... ‘In the word.’ This is very far from being a superfluous addition; for, if the word is taken away, the whole power of the sacraments is gone. What else are the sacraments but seals of the word? This single consideration will drive away superstition. How comes it that superstitious men are confounded by signs, but because their minds are not directed to the ‘Word,’ which would lead them to God? Certainly, when we look to anything else than to the word, there is nothing sound, nothing pure; but one absurdity springs out of another, till at length the signs, which were appointed by God for the salvation of men, become profane, and degenerate into gross idolatry. The only difference, therefore, between the sacraments of the godly and the contrivances of unbelievers, is found in the Word. By the ‘Word’ is here meant the promise, which explains the value and use of the signs. Hence it appears, that the Papists do not at all observe the signs in a proper manner. They boast indeed, of having ‘the Word,’ but appear to regard it as a sort of enchantment; for they mutter it in an unknown tongue; as if it were addressed to dead matter, and not to men. No explanation of the mystery is made to the people; and in this respect, were there no other, the sacrament begins to be nothing more than the dead element of water. ‘In the word’ is equivalent to ‘By the word.’ (= ).

Catatan: lagi-lagi saya tidak menterjemahkan, karena intinya sudah saya berikan di atas.

 

c)   Untuk kata ‘menyucikannya’ dalam Ef 5:26 itu, KJV/RSV/NIV/NASB/ASV/NKJV menterjemahkan ‘cleanse’ (= membersihkan). Dari kata yang digunakan, maupun dari kontextnya, jelas bahwa Ef 5:26 itu berbicara tentang penyucian diri kita dari dosa. Tetapi Edwin Louis Cole menerapkan Ef 5:26 dalam arti pengudusan pikiran. Ini lagi-lagi tidak cocok!

KJV: ‘That he might sanctify and cleanse it with the washing of water by the word’.

RSV: ‘that he might sanctify her, having cleansed her by the washing of water with the word’.

NIV: ‘to make her holy, cleansing her by the washing with water through the word’.

NASB: ‘so that He might sanctify her, having cleansed her by the washing of water with the word’.

ASV: ‘that he might sanctify it, having cleansed it by the washing of water with the word’.

NKJV: ‘that He might sanctify and cleanse her with the washing of water by the word’.

 

Tuhan memakai firmanNya untuk membersihkan kita, dalam arti menguduskan kita. Tetapi untuk membersihkan kita dari dosa yang sudah kita lakukan, Ia tidak pernah menggunakan firman. Untuk itu darah Kristuslah yang Ia gunakan (Mat 26:28  Ef 1:7  Ibr 9:12,14  Ibr 9:22-25  1Pet 1:18-19  1Yoh 1:7  Wah 1:5  Wah 7:14).

 

d)   Dari pada menggunakan ayat seperti Ef 5:26, bukankah jauh lebih baik menggunakan ayat-ayat seperti Yoh 15:3  Yoh 17:17?

Yoh 15:3 - “Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu”.

Yoh 17:17 - “Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firmanMu adalah kebenaran”.

 

44)      “Raja Daud adalah ayah yang buruk bagi Adonia, namun merupakan ayah yang menakjubkan bagi Salomo. Alkitab mencatat, ‘Selama hidup Adonia ayahnya belum pernah menegur dia’ (1Raja-raja 1:6). Tidak ada koreksi dan teguran dari ayahnya telah menghancurkan Adonia” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 342).

 

Tanggapan saya:

 

a)   Ini merupakan pengutipan sebagian ayat yang menyebabkan artinya menjadi lain dari yang seharusnya.

1Raja 1:5-6 - “(5) Lalu Adonia, anak Hagit, meninggikan diri dengan berkata: ‘Aku ini mau menjadi raja.’ Ia melengkapi dirinya dengan kereta-kereta dan orang-orang berkuda serta lima puluh orang yang berlari di depannya. (6) Selama hidup Adonia ayahnya belum pernah menegor dia dengan ucapan: ‘Mengapa engkau berbuat begitu?’ Iapun sangat elok perawakannya dan dia adalah anak pertama sesudah Absalom”.

Kalau dilihat dari text ini, Daud hanya dinyatakan tidak pernah menegur Adonia dalam hal ia meninggikan diri dengan mengatakan ‘Aku ini mau menjadi raja’. Sama sekali tidak berarti Daud tak pernah menegur Adonia dalam segala hal.

 

b)   Dari pada menggunakan ayat yang dikutip sebagian seperti itu, jauh lebih baik kalau ia menggunakan ayat-ayat seperti:

·         Amsal 29:15 - “Tongkat dan teguran mendatangkan hikmat, tetapi anak yang dibiarkan mempermalukan ibunya”.

·         Amsal 29:17 - “Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketenteraman kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu”.

·         Amsal 22:6 - “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu”.

Catatan: ‘mendidik’ pasti mencakup ‘menegur’.

 

45)      Manusia terlahir dari daging dan tidak memiliki kodrat ilahi melalui kelahiran alami. Itulah sebabnya Yesus mengatakan kepada Nikodemus bahwa ia harus dilahirkan kembali (Yohanes 3:3). Dia mengajarkan bahwa Allah adalah Roh, dan oleh karena itu untuk dapat menerima kodrat Allah, kita harus dilahirkan dari RohNya sebagaimana kita dilahirkan dari daging. Ketika Roh Kristus masuk ke dalam kehidupan seorang manusia, terjadilah suatu ‘kelahiran’, karena dengan cara itu manusia dibuat hidup di dalam Roh” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 72).

 

“Dalam kemanusiaanNya, Dia mengambil bagian dalam kedagingan kita; dan oleh RohNya kita mengambil bagian dalam keilahianNya, sehingga kita menjadi kebenaran Allah di dalam Kristus Yesus (2Petrus 1:4)” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 73).

 

Tanggapan saya:

 

Untuk dapat menerima kodrat Allah? Mengambil bagian dalam keilahianNya? Ini mustahil bisa terjadi. Tetapi lalu bagaimana dengan 2Pet 1:4 yang digunakan oleh Edwin Louis Cole? Mari kita membaca dan membahas ayat itu.

 

2Pet 1:4 - “Dengan jalan itu Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi, dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia”.

Kitab Suci Indonesia: ‘kodrat ilahi’.

KJV/RSV/NIV/NASB: ‘divine nature’ (= hakekat / sifat ilahi).

 

Calvin: But the word ‘nature’ is not here essence but quality. The Manicheans formerly dreamt that we are a part of God, and that after having run the race of life we shall at length revert to our original. There are also at this day fanatics who imagine that we thus pass over into the nature of God, so that his swallows up our nature. Thus they explain what Paul says, that God will be all in all (1 Corinthians 15:28,) and in the same sense they take this passage. But such a delirium as this never entered the minds of the holy Apostles; they only intended to say that when divested of all the vices of the flesh, we shall be partakers of divine and blessed immortality and glory, so as to be as it were one with God as far as our capacities will allow [= Tetapi kata ‘nature’ di sini bukanlah ‘hakekat’ tetapi ‘kwalitet’. Para Manichean dahulu bermimpi bahwa kita adalah sebagian dari Allah, dan bahwa setelah menyelesaikan kehidupan kita akhirnya kembali pada keadaan orisinil kita. Pada saat ini juga ada orang-orang fanatik yang membayangkan / mengkhayalkan bahwa kita akan melewati / melampaui ke dalam hakekat / sifat dari Allah, sehingga sifat / hakekatNya menelan sifat / hakekat kita. Maka mereka menjelaskan apa yang Paulus katakan, bahwa Allah akan menjadi semua dalam semua (1Kor 15:28), dan dalam arti yang sama mereka mengartikan text ini. Tetapi kegilaan seperti ini tidak pernah memasuki pikiran-pikiran dari Rasul-rasul yang kudus; mereka hanya bermaksud untuk mengatakan bahwa pada waktu dibebaskan / dilepaskan dari semua sifat buruk / jahat dari daging, kita akan menjadi pengambil bagian dari ketidak-bisa-binasaan dan kemuliaan yang ilahi dan diberkati, sehingga seakan-akan menjadi satu dengan Allah sejauh diijinkan oleh kapasitas kita].

Catatan: Webster’s New World Dictionary mengatakan bahwa Manicheism merupakan suatu filsafat yang bersifat agama yang diajarkan pada abad ke 3-7 M. oleh seorang Persia bernama Manes atau Manicheus dan murid-muridnya.

1Kor 15:28 - “Tetapi kalau segala sesuatu telah ditaklukkan di bawah Kristus, maka Ia sendiri sebagai Anak akan menaklukkan diriNya di bawah Dia, yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawahNya, supaya Allah menjadi semua di dalam semua.

 

Calvin: “we, disregarding empty speculations, ought to be satisfied with this one thing, - that the image of God in holiness and righteousness is restored to us for this end, that we may at length be partakers of eternal life and glory as far as it will be necessary for our complete felicity” (= kita, mengabaikan spekulasi yang kosong, harus puas dengan satu hal ini, - bahwa gambar Allah dalam kekudusan dan kebenaran dipulihkan bagi kita untuk tujuan ini, supaya kita akhirnya bisa menjadi pengambil bagian dari kehidupan dan kemuliaan kekal sejauh itu perlu untuk kebahagiaan lengkap / sempurna kita).

 

Barnes’ Notes: “it cannot be taken in so literal a sense as to mean that we can ever partake of the divine ‘essence,’ or that we shall be ‘absorbed’ into the divine nature so as to lose our individuality. ... It is in the nature of the case impossible. There must be forever an essential difference between a created and an uncreated mind. ... The reference then, in this place, must be to the ‘moral’ nature of God; and the meaning is, that they who are renewed become participants of the same ‘moral’ nature; that is, of the same views, feelings, thoughts, purposes, principles of action. Their nature as they are born, is sinful, and prone to evil (Eph. 2:3), their nature as they are born again, becomes like that of God. They are made LIKE God; and this resemblance will increase more and more forever, until in a much higher sense than can be true in this world, they may be said to have become ‘partakers of the divine nature.’” [= ini tidak bisa diambil dalam arti begitu hurufiah sehingga berarti bahwa kita bisa mengambil bagian dari ‘hakekat’ ilahi, atau bahwa kita akan ‘dihisap’ ke dalam hakekat ilahi sehingga kehilangan keindividuan kita. ... Kasus itu merupakan sesuatu yang mustahil. Pasti akan ada untuk selama-lamanya perbedaan antara pikiran yang dicipta dan yang tidak dicipta. ... Jadi, kata-kata di tempat ini harus menunjuk pada sifat ‘moral’ dari Allah; dan artinya adalah bahwa mereka yang diperbaharui menjadi pengambil bagian dari sifat ‘moral’ yang sama; yaitu, dari pandangan, perasaan, pemikiran, tujuan, prinsip tindakan yang sama. Sifat mereka pada waktu dilahirkan adalah berdosa dan condong pada dosa (Ef 2:3), sifat mereka pada waktu dilahirkan kembali, menjadi serupa dengan sifat Allah. Mereka dibuat menjadi SEPERTI Allah; dan kemiripan ini akan makin meningkat selama-lamanya, sampai dalam arti yang jauh lebih tinggi dari yang ada dalam dunia ini, mereka dikatakan telah menjadi ‘pengambil bagian dari sifat ilahi’].

 

46)      “Campbell berbicara dari Surat Paulus yang Pertama kepada jemaat di Korintus, pasal kesepuluh, mulai dari ayat keenam sampai ayat kesepuluh. ... Inilah kelima alasan yang sudah tercatat di dalam firman Tuhan perihal mengapa bangsa Israel gagal mencapai Tanah Perjanjian.

Berbuat jahat

Menyembah berhala

Berbuat cabul / berzina

Mencobai Tuhan

Bersungut-sungut

Ketika saya mencoba untuk memperhatikan daftar kelima alasan yang dikemukakan oleh Campbell tersebut, saya kira dosa yang paling menonjol adalah berbuat cabul (‘Kesempurnaan Seorang Pria’, hal 3).

 

Tanggapan saya:

 

Apa alasannya Edwin Louis Cole mengatakan seperti itu? Perhatikan hal-hal ini:

 

a)   Dalam Perjanjian Lama, kelihatannya dosa yang paling Tuhan benci adalah penyembahan berhala. Dosa itu sangat sering, bahkan paling sering, menyebabkan Tuhan murka kepada mereka. Baca cerita-cerita dalam kitab Hakim-hakim, dan juga Raja-raja, maka saudara akan dengan segera melihat hal itu. Dosa itu juga yang menyebabkan bangsa Israel dan Yehuda masuk ke dalam pembuangan. Sebaliknya dosa percabulan hanya sangat sedikit dibicarakan. Bahkan polygamy, yang jelas juga termasuk dalam perzinahan, kelihatannya agak ditoleransi, karena sama seperti perbudakan, itu merupakan dosa yang sangat membudaya pada saat itu.

 

b)   Text yang menceritakan dosa Israel yang menyebabkan banyak dari mereka dilarang untuk masuk ke Kanaan adalah text di bawah ini.

 

Bil 14:1-35 - “(1) Lalu segenap umat itu mengeluarkan suara nyaring dan bangsa itu menangis pada malam itu. (2) Bersungut-sungutlah semua orang Israel kepada Musa dan Harun; dan segenap umat itu berkata kepada mereka: ‘Ah, sekiranya kami mati di tanah Mesir, atau di padang gurun ini! (3) Mengapakah TUHAN membawa kami ke negeri ini, supaya kami tewas oleh pedang, dan isteri serta anak-anak kami menjadi tawanan? Bukankah lebih baik kami pulang ke Mesir?’ (4) Dan mereka berkata seorang kepada yang lain: ‘Baiklah kita mengangkat seorang pemimpin, lalu pulang ke Mesir.’ (5) Lalu sujudlah Musa dan Harun di depan mata seluruh jemaah Israel yang berkumpul di situ. (6) Tetapi Yosua bin Nun dan Kaleb bin Yefune, yang termasuk orang-orang yang telah mengintai negeri itu, mengoyakkan pakaiannya, (7) dan berkata kepada segenap umat Israel: ‘Negeri yang kami lalui untuk diintai itu adalah luar biasa baiknya. (8) Jika TUHAN berkenan kepada kita, maka Ia akan membawa kita masuk ke negeri itu dan akan memberikannya kepada kita, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya. (9) Hanya, janganlah memberontak kepada TUHAN, dan janganlah takut kepada bangsa negeri itu, sebab mereka akan kita telan habis. Yang melindungi mereka sudah meninggalkan mereka, sedang TUHAN menyertai kita; janganlah takut kepada mereka.’ (10) Lalu segenap umat itu mengancam hendak melontari kedua orang itu dengan batu. Tetapi tampaklah kemuliaan TUHAN di Kemah Pertemuan kepada semua orang Israel. (11) TUHAN berfirman kepada Musa: ‘Berapa lama lagi bangsa ini menista Aku, dan berapa lama lagi mereka tidak mau percaya kepadaKu, sekalipun sudah ada segala tanda mujizat yang Kulakukan di tengah-tengah mereka! (12) Aku akan memukul mereka dengan penyakit sampar dan melenyapkan mereka, tetapi engkau akan Kubuat menjadi bangsa yang lebih besar dan lebih kuat dari pada mereka.’ (13) Lalu berkatalah Musa kepada TUHAN: ‘Jikalau hal itu kedengaran kepada orang Mesir, padahal Engkau telah menuntun bangsa ini dengan kekuatanMu dari tengah-tengah mereka, (14) mereka akan berceritera kepada penduduk negeri ini, yang telah mendengar bahwa Engkau, TUHAN, ada di tengah-tengah bangsa ini, dan bahwa Engkau, TUHAN, menampakkan diriMu kepada mereka dengan berhadapan muka, waktu awanMu berdiri di atas mereka dan waktu Engkau berjalan mendahului mereka di dalam tiang awan pada waktu siang dan di dalam tiang api pada waktu malam. (15) Jadi jikalau Engkau membunuh bangsa ini sampai habis, maka bangsa-bangsa yang mendengar kabar tentang Engkau itu nanti berkata: (16) Oleh karena TUHAN tidak berkuasa membawa bangsa ini masuk ke negeri yang dijanjikanNya dengan bersumpah kepada mereka, maka Ia menyembelih mereka di padang gurun. (17) Jadi sekarang, biarlah kiranya kekuatan TUHAN itu nyata kebesarannya, seperti yang Kaufirmankan: (18) TUHAN itu berpanjangan sabar dan kasih setiaNya berlimpah-limpah, Ia mengampuni kesalahan dan pelanggaran, tetapi sekali-kali tidak membebaskan orang yang bersalah dari hukuman, bahkan Ia membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat. (19) Ampunilah kiranya kesalahan bangsa ini sesuai dengan kebesaran kasih setiaMu, seperti Engkau telah mengampuni bangsa ini mulai dari Mesir sampai ke mari.’ (20) Berfirmanlah TUHAN: ‘Aku mengampuninya sesuai dengan permintaanmu. (21) Hanya, demi Aku yang hidup dan kemuliaan TUHAN memenuhi seluruh bumi: (22) Semua orang yang telah melihat kemuliaanKu dan tanda-tanda mujizat yang Kuperbuat di Mesir dan di padang gurun, namun telah sepuluh kali mencobai Aku dan tidak mau mendengarkan suaraKu, (23) pastilah tidak akan melihat negeri yang Kujanjikan dengan bersumpah kepada nenek moyang mereka! Semua yang menista Aku ini tidak akan melihatnya. (24) Tetapi hambaKu Kaleb, karena lain jiwa yang ada padanya dan ia mengikut Aku dengan sepenuhnya, akan Kubawa masuk ke negeri yang telah dimasukinya itu, dan keturunannya akan memilikinya. (25) Orang Amalek dan orang Kanaan diam di lembah. Sebab itu berpalinglah besok dan berangkatlah ke padang gurun, ke arah Laut Teberau.’ (26) Lagi berfirmanlah TUHAN kepada Musa dan Harun: (27) ‘Berapa lama lagi umat yang jahat ini akan bersungut-sungut kepadaKu? Segala sesuatu yang disungut-sungutkan orang Israel kepadaKu telah Kudengar. (28) Katakanlah kepada mereka: Demi Aku yang hidup, demikianlah firman TUHAN, bahwasanya seperti yang kamu katakan di hadapanKu, demikianlah akan Kulakukan kepadamu. (29) Di padang gurun ini bangkai-bangkaimu akan berhantaran, yakni semua orang di antara kamu yang dicatat, semua tanpa terkecuali yang berumur dua puluh tahun ke atas, karena kamu telah bersungut-sungut kepadaKu. (30) Bahwasanya kamu ini tidak akan masuk ke negeri yang dengan mengangkat sumpah telah Kujanjikan akan Kuberi kamu diami, kecuali Kaleb bin Yefune dan Yosua bin Nun! (31) Tentang anak-anakmu yang telah kamu katakan: Mereka akan menjadi tawanan, merekalah yang akan Kubawa masuk, supaya mereka mengenal negeri yang telah kamu hinakan itu. (32) Tetapi mengenai kamu, bangkai-bangkaimu akan berhantaran di padang gurun ini, (33) dan anak-anakmu akan mengembara sebagai penggembala di padang gurun empat puluh tahun lamanya dan akan menanggung akibat ketidaksetiaan, sampai bangkai-bangkaimu habis di padang gurun. (34) Sesuai dengan jumlah hari yang kamu mengintai negeri itu, yakni empat puluh hari, satu hari dihitung satu tahun, jadi empat puluh tahun lamanya kamu harus menanggung akibat kesalahanmu, supaya kamu tahu rasanya, jika Aku berbalik dari padamu: (35) Aku, TUHAN, yang berkata demikian. Sesungguhnya Aku akan melakukan semuanya itu kepada segenap umat yang jahat ini yang telah bersepakat melawan Aku. Di padang gurun ini mereka akan habis dan di sinilah mereka akan mati.’”.

 

Ini adalah satu-satunya kejadian / peristiwa yang menyebabkan bangsa Israel dilarang masuk Kanaan, kecuali Kaleb dan Yosua dan orang-orang yang saat itu berusia dibawah 20 tahun. Dan di sini sama sekali tidak ada dosa percabulan / perzinahan ataupun menyembah berhala.

Dari text ini terlihat bahwa dosa-dosa yang menyebabkan banyak orang dari bangsa Israel gagal mencapai tanah Kanaan adalah ketidak-percayaan / bersungut-sungut, mencobai Tuhan, menista Tuhan, tidak setia, dan memberontak / melawan Tuhan.

Kata ‘menista’ (ay 14,23) bisa diartikan ‘membuat marah’ (KJV: ‘provoke’), atau ‘memandang rendah’ (RSV: ‘despise’).

 

47)      “Ketika saya melihat kelima dosa yang mendasar ini, terlihat dengan jelas dan mencolok bahwa kelima dosa dasar ini masih menjadi akar penyebab manusia hidup dengan potensi yang tidak maksimal. Kelima dosa inilah yang menjadi dasar bagi kegagalan seluruh umat manusia. Allah ingin kita memasuki Tanah Kanaan, tempat perhentian, berkat, keberhasilan, kemampuan, dan otoritas - Allah ingin kita berada di sana.” (‘Kesempurnaan Seorang Pria’, hal 13).

 

Tanggapan saya:

 

a)   Saya tidak percaya bahwa kelima dosa yang disebutkan Edwin Louis Cole di atas, sebagai penyebab gagalnya bangsa Israel masuk ke Kanaan, ‘masih tetap menjadi akar penyebab manusia hidup dengan potensi yang tidak maksimal’, dan juga ‘menjadi dasar bagi kegagalan seluruh umat manusia’. Apa dasarnya mengatakan seperti itu? Dalam daftar dosa itu tak ada dosa-dosa tertentu yang juga sangat hebat seperti cinta uang, dan juga kemunafikan / merasa diri sendiri benar (self-righteous), yang boleh dikatakan merupakan dosa yang paling dikecam dalam Perjanjian Baru (dosa-dosa para tokoh agama pada jaman Yesus).

 

b)   Cole mengatakan bahwa Kanaan merupakan simbol dari tempat perhentian, berkat, keberhasilan, kemampuan, dan otoritas. Kelihatannya yang dimaksudkan dengan hal-hal ini adalah dalam persoalan jasmani, setidaknya dalam hidup sekarang ini. Ini jelas salah. Kanaan adalah type dari surga (ini sudah saya bahas dalam pelajaran di depan, dan tidak akan saya ulang di sini).

 

c)   Ajaran Edwin Louis Cole pada bagian akhir kutipan di atas (bagian yang saya garis-bawahi), berbau kharismatik, yang mengajar kalau taat semua baik / sukses (Theologia kemakmuran / sukses).

 

-bersambung-

Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.

E-mail : [email protected]

e-mail us at [email protected]

http://golgothaministry.org

Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:

https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ

Channel Live Streaming Youtube :  bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali