Pemahaman Alkitab

G. K. R. I. ‘GOLGOTA’

(Rungkut Megah Raya, Blok D 16)

Jumat, tanggal 5 Nopember 2010, pk 19.00

Pdt. Budi Asali, M. Div.

(7064-1331 / 6050-1331)

[email protected]

Pria sejati / maximal (6)

26)      “Pendurhakaan itu pada mulanya terjadi di sorga, yaitu sewaktu iblis yang saat itu disebut Lucifer, tidak lagi bersedia memimpin penyembahan bagi Allah, melainkan ingin dirinya sendiri yang disembah. Dengan penuh keangkuhan ia memimpin pemberontakan untuk mendurhakai Allah sehingga kemudian ia diusir keluar dari sorga dan ditempatkan di suatu kawasan bernama neraka yang disediakan Allah bagi semua orang yang memberontak terhadap Allah. Pada mulanya neraka diciptakan bagi iblis dan para malaikat yang jatuh bersamanya. Namun ketika iblis merenggut kedudukan Allah dalam kehidupan manusia di Taman Eden, neraka kemudian dipakai juga untuk menampung semua orang yang mengikuti pola perbuatan iblis yang bersifat merusak dan mendatangkan maut itu. Sejak Adam yang pertama kehilangan hubungannya dengan Allah, Allah merasa perlu mengutus Adam yang lain untuk menebus umat manusia ...” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 208).

 

Tanggapan saya:

 

a)   Iblis disebut Lucifer? Ini ajaran umum, dan dipercayai mayoritas orang Kristen, tetapi menurut saya ini salah. Kata ‘Lucifer’ muncul dalam Yes 14:12 versi KJV, tetapi sebetulnya tidak berbicara tentang Iblis, melainkan tentang raja Babel (Yes 14:4,22,23).

 

Yes 14:12 - “‘Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur, putera Fajar, engkau sudah dipecahkan dan jatuh ke bumi, hai yang mengalahkan bangsa-bangsa!”.

KJV: ‘O Lucifer’ (= hai Lucifer).

 

Yes 14:4,22,23 - “(4) maka engkau akan memperdengarkan ejekan ini tentang raja Babel, dan berkata: ‘Wah, sudah berakhir si penindas sudah berakhir orang lalim! ... (22) ‘Aku akan bangkit melawan mereka,’ demikianlah firman TUHAN semesta alam, ‘Aku akan melenyapkan nama Babel dan sisanya, anak cucu dan anak cicitnya,’ demikianlah firman TUHAN. (23) ‘Aku akan membuat Babel menjadi milik landak dan menjadi air rawa-rawa, dan kota itu akan Kusapu bersih dan Kupunahkan,’ demikianlah firman TUHAN semesta alam”.

 

Calvin: “The exposition of this passage, which some have given, as if it referred to Satan, has arisen from ignorance; for the context plainly shows that these statements must be understood in reference to the king of the Babylonians. But when passages of Scripture are taken at random, and no attention is paid to the context, we need not wonder that mistake of this kind frequently arise. Yet it was an instance of very gross ignorance, to imagine that Lucifer was the king of devils, and that the Prophet gave him this name. But as these inventions have no probability whatever, let us pass by them as useless fables” (= Exposisi yang diberikan oleh beberapa orang tentang text ini, seakan-akan text ini menunjuk kepada setan / berkenaan dengan setan, muncul / timbul dari ketidaktahuan; karena kontex secara jelas menunjukkan bahwa pernyataan-pernyataan ini harus dimengerti dalam hubungannya dengan raja Babel. Tetapi pada waktu bagian-bagian Kitab Suci diambil secara sembarangan, dan kontex tidak diperhatikan, kita tidak perlu heran bahwa kesalahan seperti ini muncul / timbul. Tetapi itu merupakan contoh dari ketidaktahuan yang sangat hebat, untuk membayangkan bahwa Lucifer adalah raja dari setan-setan, dan bahwa sang nabi memberikan dia nama ini. Tetapi karena penemuan-penemuan ini tidak mempunyai kemungkinan apapun, marilah kita mengabaikan mereka sebagai dongeng / cerita bohong yang tidak ada gunanya) - hal 442.

 

Adam Clarke: “And although the context speaks explicitly concerning Nebuchadnezzar, yet this has been, I know not why, applied to the chief of the fallen angels, who is most incongruously denominated Lucifer, (the bringer of light!) an epithet as common to him as those of Satan and Devil. That the Holy Spirit by his prophets should call this arch-enemy of God and man the light-bringer, would be strange indeed. But the truth is, the text speaks nothing at all concerning Satan nor his fall, nor the occasion of that fall, which many divines have with great confidence deduced from this text. O how necessary it is to understand the literal meaning of Scripture, that preposterous comments may be prevented!” [= Dan sekalipun kontexnya berbicara secara explicit tentang Nebukadnezar, tetapi entah mengapa kontex ini telah diterapkan kepada kepala dari malaikat-malaikat yang jatuh, yang secara sangat tidak pantas disebut / dinamakan Lucifer (pembawa terang!), suatu julukan yang sama umumnya bagi dia, seperti Iblis dan Setan. Bahwa Roh Kudus oleh nabiNya menyebut musuh utama dari Allah dan manusia sebagai pembawa terang, betul-betul merupakan hal yang sangat aneh. Tetapi kebenarannya adalah, text ini tidak berbicara sama sekali tentang Setan maupun kejatuhannya, ataupun saat / alasan kejatuhan itu, yang dengan keyakinan yang besar telah disimpulkan dari text ini oleh banyak ahli theologia. O alangkah pentingnya untuk mengerti arti hurufiah dari Kitab Suci, supaya komentar-komentar yang gila-gilaan / tidak masuk akal bisa dicegah!] - hal 82.

 

Saya setuju dengan kedua penafsir ini, dan karena itu saya berpendapat, bertentangan dengan hampir semua orang Kristen, bahwa ‘Lucifer’ bukanlah nama dari komandan setan!

 

b)   Sekarang perhatikan kata-kata Edwin Louis Cole yang saya kutip ulang di sini.

“iblis yang saat itu disebut Lucifer, tidak lagi bersedia memimpin penyembahan bagi Allah, melainkan ingin dirinya sendiri yang disembah.

 

Dari mana Edwin Louis Cole tahu, percaya, dan mengajarkan bahwa Iblis dulunya memimpin penyembahan bagi Allah? Juga dari mana ia tahu bahwa dosa Iblis adalah menginginkan dirinya disembah? Perlu diketahui bahwa Alkitab memberikan sangat sedikit ayat yang bekenaan dengan kejatuhan iblis, dan dari ayat-ayat itu tidak cukup data untuk menyimpulkan apa persisnya dosa iblis itu. Inilah ayat-ayatnya:

 

1. 2Pet 2:4 - “Sebab jikalau Allah tidak menyayangkan malaikat-malaikat yang berbuat dosa tetapi melemparkan mereka ke dalam neraka dan dengan demikian menyerahkannya ke dalam gua-gua yang gelap untuk menyimpan mereka sampai hari penghakiman”.

Tetapi ayat ini sama sekali tidak menunjukkan dosa atau kesalahan apa yang dilakukan olehnya.

 

2. Yoh 8:44 - “Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta”.

Bagian ini hanya mengatakan bahwa ia tidak tinggal dalam kebenaran / berpegang pada kebenaran.

 

3. 1Tim 3:6 - “Janganlah ia seorang yang baru bertobat, agar jangan ia menjadi sombong dan kena hukuman Iblis”.

Secara implicit ini menunjukkan bahwa Iblis jatuh karena sombong, tetapi apa persisnya kesombombongannya, tidak dijelaskan oleh ayat ini.

 

4. Yudas 6: “Dan bahwa Ia menahan malaikat-malaikat yang tidak taat pada batas-batas kekuasaan mereka, tetapi yang meninggalkan tempat kediaman mereka”.

NASB: ‘And angels who did not keep their own domain, but abandoned their proper abode’ (= Dan malaikat-malaikat yang tidak mempertahankan daerah kekuasaan mereka, tetapi meninggalkan tempat tinggal mereka yang seharusnya).

NIV: ‘And the angels who did not keep their position of authority but abandoned their own home’ (= Dan malaikat-malaikat yang tidak mempertahankan posisi otoritas mereka, tetapi meninggalkan rumah mereka sendiri).

KJV: ‘And the angels which kept not their first estate but left their own habitation’ (= Dan malaikat-malaikat yang tidak mempertahankan tanah milik mereka, tetapi meninggalkan tempat tinggal mereka sendiri).

RSV: ‘And the angels who did not keep their own position, but left their proper dwelling’ (= Dan malaikat-malaikat yang tidak mempertahankan posisi mereka sendiri, tetapi meninggalkan tempat tinggal mereka yang seharusnya ).

 

Mungkin ini menunjukkan bahwa mereka ingin menjadi Allah, dan kalau ini memang benar maka ini sesuai dengan godaannya kepada Hawa (Kej 3:5), dan juga keinginannya untuk disembah oleh Yesus (Mat 4:9).

Kej 3:5 - “tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat.’”.

Mat 4:9 - “dan berkata kepadaNya: ‘Semua itu akan kuberikan kepadaMu, jika Engkau sujud menyembah aku.’”.

 

Dari semua dasar Kitab Suci ini, harus diakui bahwa Kitab Suci tidak memberikan pengajaran yang jelas tentang kejatuhan setan. Banyak orang Kristen / pengkhotbah / pendeta yang mengambil Yes 14 dan Yeh 28 sebagai ayat-ayat yang menceritakan kejatuhan iblis. Tetapi kedua text ini sama sekali tidak berbicara tentang kejatuhan Iblis. Yang pertama berbicara tentang raja Babel, dan yang kedua tentang raja Tirus.

 

Yeh 28:2,9 - “(2) ‘Hai anak manusia, katakanlah kepada raja Tirus: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Karena engkau menjadi tinggi hati, dan berkata: Aku adalah Allah! Aku duduk di takhta Allah di tengah-tengah lautan. Padahal engkau adalah manusia, bukanlah Allah, walau hatimu menempatkan diri sama dengan Allah. ... (9) Apakah engkau masih akan mengatakan di hadapan pembunuhmu: Aku adalah Allah!? Padahal terhadap kuasa penikammu engkau adalah manusia, bukanlah Allah.

 

Kesimpulan yang mungkin bisa diambil berkenaan dengan dosa dari Iblis adalah: sekalipun sudah diciptakan sebagai makhluk mulia, tetapi kesombongannya menyebabkan ia tidak puas dan ingin menjadi Allah sendiri. Tetapi tidak ada kepastian dalam persoalan ini.

 

c)   Edwin Louis Cole mengatakan bahwa setelah jatuh, iblis ditempatkan di neraka?

Mana dasar Alkitabnya? Dan kalau ia ada di neraka, bagaimana mungkin ia berjalan-jalan menjelajahi bumi (Ayub 1:6-7)? Bagaimana mungkin ia mencobai Yesus (Mat 4:1-11)? Bagaimana mungkin ia merasuk orang (Mat 8:28)? Dan apa gunanya Alkitab menyuruh kita waspada terhadap setan (1Pet 5:8)? Alkitab sendiri mengatakan bahwa Iblis baru akan dimasukkan ke dalam neraka pada saat Yesus datang untuk kedua-kalinya (Wah 20:10).

Bandingkan dengan ayat-ayat di bawah ini:

·        Ayub 1:6-7 - “(6) Pada suatu hari datanglah anak-anak Allah menghadap TUHAN dan di antara mereka datanglah juga Iblis. (7) Maka bertanyalah TUHAN kepada Iblis: ‘Dari mana engkau?’ Lalu jawab Iblis kepada TUHAN: ‘Dari perjalanan mengelilingi dan menjelajah bumi.’”.

·        Mat 8:28 - “Setibanya di seberang, yaitu di daerah orang Gadara, datanglah dari pekuburan dua orang yang kerasukan setan menemui Yesus. Mereka sangat berbahaya, sehingga tidak seorangpun yang berani melalui jalan itu”.

·        1Pet 5:8 - Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.

·        Wah 20:10 - “dan Iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu, dan mereka disiksa siang malam sampai selama-lamanya”.

 

Memang ada ayat yang seolah-olah menunjukkan bahwa setan sekarang sudah di neraka, yaitu 2Pet 2:4 - Sebab jikalau Allah tidak menyayangkan malaikat-malaikat yang berbuat dosa tetapi melemparkan mereka ke dalam neraka dan dengan demikian menyerahkannya ke dalam gua-gua yang gelap untuk menyimpan mereka sampai hari penghakiman.

Untuk menafsirkan ayat ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:

1. Kata ‘neraka’ di sini diterjemahkan dari kata bahasa Yunani TARTARUS yang hanya dipergunakan satu kali ini saja dalam Kitab Suci. Karena itu sukar diketahui artinya secara pasti. Biasanya dalam Perjanjian Baru kata ‘neraka’ diterjemahkan dari kata GEHENNA, tetapi bukan kata itu yang digunakan di sini.

2. Bagian ini tidak boleh ditafsirkan seakan-akan setan sudah masuk neraka, karena ini akan bertentangan dengan Mat 8:29 dan Wah 20:10 yang menunjukkan secara jelas bahwa saat ini setan belum waktunya masuk neraka / disiksa. Itu baru akan terjadi pada kedatangan Yesus yang kedua-kalinya.

3. Disamping itu, kalau ditafsirkan bahwa setan sudah masuk ke neraka, maka itu akan bertentangan dengan 2Pet 2:4 itu sendiri, yang pada bagian akhirnya berbunyi: ‘dan dengan demikian menyerahkannya ke dalam gua-gua yang gelap untuk menyimpan mereka sampai hari penghakiman’.

Jadi, mungkin bagian ini hanya menunjukkan kepastian bahwa setan akan masuk neraka.

Catatan: ada sangat banyak pro kontra tentang arti dari ayat ini. Tetapi yang jelas, tidak mungkin ayat ini diartikan bahwa setan / iblis sudah masuk neraka.

 

d)   Seluruh bagian yang saya beri garis bawah ganda dalam kata-kata dari Edwin Louis Cole di atas menunjukkan bahwa ia mempercayai bahwa Allah mengubah rencana!

Untuk jelasnya, saya kutip ulang kata-kata itu.

Pada mulanya neraka diciptakan bagi iblis dan para malaikat yang jatuh bersamanya. Namun ketika iblis merenggut kedudukan Allah dalam kehidupan manusia di Taman Eden, neraka kemudian dipakai juga untuk menampung semua orang yang mengikuti pola perbuatan iblis yang bersifat merusak dan mendatangkan maut itu. Sejak Adam yang pertama kehilangan hubungannya dengan Allah, Allah merasa perlu mengutus Adam yang lain untuk menebus umat manusia ...”.

 

Ajaran bahwa Allah bisa mengubah rencana memang merupakan ajaran yang umum, tetapi ini Arminianisme, dan ini salah! Ajaran Reformed, sesuai dengan Alkitab, mengajarkan bahwa Allah merencanakan segala sesuatu dalam kekekalan, tidak pernah mengubah rencana, tetapi selalu melaksanakan rencanaNya, dan Ia pasti berhasil! Ini dasar Alkitabnya:

·         Ayub 42:1-2 - “(1) Maka jawab Ayub kepada TUHAN: (2) ‘Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencanaMu yang gagal’”.

·         Maz 33:10-11 - “(10) TUHAN menggagalkan rencana bangsa-bangsa; Ia meniadakan rancangan suku-suku bangsa; (11) tetapi rencana TUHAN tetap selama-lamanya, rancangan hatiNya turun-temurun.

·         Yes 14:24,26-27 - “(24) TUHAN semesta alam telah bersumpah, firmanNya: ‘Sesungguhnya seperti yang Kumaksud, demikianlah akan terjadi, dan seperti yang Kurancang, demikianlah akan terlaksana: ... (26) Itulah rancangan yang telah dibuat mengenai seluruh bumi, dan itulah tangan yang teracung terhadap segala bangsa. (27) TUHAN semesta alam telah merancang, siapakah yang dapat menggagalkannya? TanganNya telah teracung, siapakah yang dapat membuatnya ditarik kembali?.

·         Yes 25:1 - “Ya TUHAN, Engkaulah Allahku; aku mau meninggikan Engkau, mau menyanyikan syukur bagi namaMu; sebab dengan kesetiaan yang teguh Engkau telah melaksanakan rancanganMu yang ajaib yang telah ada sejak dahulu”.

·         Yes 37:26 - “Bukankah telah kaudengar, bahwa Aku telah menentukannya dari jauh hari dan telah merancangnya dari zaman purbakala? Sekarang Aku mewujudkannya, bahwa engkau membuat sunyi senyap kota-kota yang berkubu menjadi timbunan batu”.

·         Yes 43:13 - “Juga seterusnya Aku tetap Dia, dan tidak ada yang dapat melepaskan dari tanganKu; Aku melakukannya, siapakah yang dapat mencegahnya?.

·         Yes 46:10-11 - “(10) yang memberitahukan dari mulanya hal yang kemudian dan dari zaman purbakala apa yang belum terlaksana, yang berkata: KeputusanKu akan sampai, dan segala kehendakKu akan Kulaksanakan, (11) yang memanggil burung buas dari timur, dan orang yang melaksanakan putusanKu dari negeri yang jauh. Aku telah mengatakannya, maka Aku hendak melangsungkannya, Aku telah merencanakannya, maka Aku hendak melaksanakannya.

·         Yer 4:28 - “Karena hal ini bumi akan berkabung, dan langit di atas akan menjadi gelap, sebab Aku telah mengatakannya, Aku telah merancangnya, Aku tidak akan menyesalinya dan tidak akan mundur dari pada itu.

 

27)      “Allah adalah Pencipta; iblis adalah pemalsu. Iblis memalsukan segala sesuatu yang diciptakan Allah. Misalnya, ruangan bar ia pakai untuk memalsukan gereja dan penjaga bar seakan-akan berfungsi sebagai gembala; orang-orang datang ke bar untuk bersekutu, menerima nasihat, dan dipenuhi dengan berbagai macam minuman keras (Dalam bahasa Inggris dipakai satu kata yang sama untuk menyebut minuman keras dan roh, yaitu kata spirits, Red.) Itulah gereja palsu!” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 209-210).

 

Tanggapan saya:

 

a)   Iblis memang pemalsu, tetapi adalah salah kalau ia dikatakan ‘memalsukan segala sesuatu yang diciptakan Allah’.

Iblis tidak melakukan pemalsuan tanpa tujuan, misalnya dengan memalsukan batu dan kayu. Ia hanya memalsukan, kalau pemalsuan itu bisa menipu orang-orang sehingga mereka menjadi sesat, dan mengikuti dia. Karena itu, ia memalsukan Injil, nabi, rasul, gereja, agama, dan sebagainya.

 

b)   Menurut saya bukannya ‘dalam bahasa Inggris dipakai satu kata yang sama untuk menyebut minuman keras dan roh, yaitu kata spirits’. Yang benar adalah: dalam bahasa Inggris kata ‘spirits’ bisa diartikan minuman keras.

Kalau Edwin Louis Cole mengatakan bahwa sebuah bar dipenuhi dengan ‘berbagai macam spirits, arti yang mana yang ia maksudkan dengan kata ‘spirits’ itu? Minuman keras, atau roh-roh (jahat), atau keduanya? Kelihatannya ia memaksudkan keduanya. Saya sendiri lebih cenderung untuk menganggap bahwa iblis / setan / roh jahat lebih banyak ada dalam gereja (yang benar). Di tempat yang berdosa, mereka jelas juga ada. Tetapi gereja yang benar merupakan tempat favorit mereka, karena di sanalah terdapat anak-anak Tuhan, yang merupakan tujuan / target utamanya dalam menyesatkan!

 

c)   Kalau iblis memalsukan gereja dengan sebuah bar, dan memalsukan pendeta dengan penjaga bar, maka itu merupakan sesuatu yang luar biasa tololnya!

Kalau iblis memalsu, ia akan membuatnya mirip, karena kalau tidak, orang tidak akan tertipu.

Mat 7:15 - “‘Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas”.

KJV: ‘Beware of false prophets, which come to you in sheep’s clothing, but inwardly they are ravening wolves’ (= Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu, yang datang kepadamu dalam pakaian domba, tetapi di dalam mereka adalah serigala yang rakus).

 

2Kor 11:13-15 - “(13) Sebab orang-orang itu adalah rasul-rasul palsu, pekerja-pekerja curang, yang menyamar sebagai rasul-rasul Kristus. (14) Hal itu tidak usah mengherankan, sebab Iblispun menyamar sebagai malaikat Terang. (15) Jadi bukanlah suatu hal yang ganjil, jika pelayan-pelayannya menyamar sebagai pelayan-pelayan kebenaran. Kesudahan mereka akan setimpal dengan perbuatan mereka”.

KJV: Satan himself is transformed into an angel of light (= Iblis sendiri diubah bentuk menjadi seorang malaikat terang).

Catatan: merupakan sesuatu yang aneh kalau KJV menterjemahkan ke dalam bentuk pasif (‘diubah bentuk’). RSV/NIV/NASV semuanya menterjemahkan ke dalam bentuk aktif.

2Kor 11:14 ini lagi-lagi menunjukkan bahwa kalau Iblis memalsu, ia akan memalsu secara mirip, bahkan sepersis mungkin. Dan 2Kor 11:13,15 menunjukkan bahwa penyamaran yang mirip itu juga terjadi pada saat Iblis memalsukan rasul-rasul / pelayan-pelayan Tuhan.

Bandingkan juga dengan perumpamaan lalang di antara gandum dalam Mat 13. Lalang mirip dengan gandum!

Tetapi gereja sama sekali berbeda dengan bar, dan pendeta sama sekali berbeda dengan penjaga bar. Itu bukan pemalsuan, karena memang merupakan dua hal yang sangat berbeda, yang orang butapun bisa membedakannya. Jadi, tidak mungkin bahwa Iblis memalsu dengan cara sebodoh itu. Tetapi kalau Tuhan punya nabi-nabi asli, dan Iblis memberikan Edwin Louis Cole, maka itu baru merupakan pemalsuan, karena memang ada kemiripan (bagi mata yang kurang jeli dan bagi pikiran yang kurang / tidak mengerti Alkitab)!

 

28)      “Sebagai contoh, ada suatu prinsip yang mengatakan bahwa doa membuahkan keintiman. Salah satu penyimpangan yang dilakukan iblis sehubungan dengan prinsip ini adalah menjanjikan keintiman melalui pornografi dan bukan doa” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 210).

 

Tanggapan saya:

a)   Rasanya dua hal ini, yaitu pornografi dan doa, adalah dua hal yang begitu jauh bedanya. Karena itu saya sama sekali tidak yakin akan kata-kata dari Edwin Louis Cole di atas ini.

b)   Saya kira juga harus dibedakan antara pornografi dan perzinahan.

Perzinahan memang bisa dianjurkan setan untuk mendatangkan keintiman. Inipun tidak selalu demikian. Banyak kali terjadi perzinahan hanya demi pemuasan nafsu, bukan demi mendapatkan keintiman.

Tetapi pornografi, seperti blue film dsb, menurut saya hanya untuk kesenangan / kepuasan / memuaskan keingin-tahuan saja, dan tidak berhubungan dengan keintiman.

 

29)      “Allah memerintahkan manusia untuk menyenangkan hatiNya, dan selanjutnya Dia akan membereskan hubungan manusia itu dengan sesamanya (Amsal 16:7). Orang yang berusaha menyenangkan hati Allah umumnya juga akan disenangi oleh orang lain. Semakin dekat seseorang dengan Allah, akan semakin besar pula kasihnya kepada sesamanya” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 216).

 

Tanggapan saya:

Amsal 16:7 - “Jikalau TUHAN berkenan kepada jalan seseorang, maka musuh orang itupun didamaikanNya dengan dia”.

Sekalipun ini Firman Tuhan, dan memang bisa terjadi, tetapi ayat dalam Amsal ini tidak bisa diartikan secara mutlak, karena kalau dimutlakkan maka ayat ini akan bertentangan dengan banyak ayat-ayat lain. Edwin Louis Cole memang tidak memutlakkan, karena ia menggunakan kata ‘umumnya’. Tetapi saya menganggap bahwa ayat ini bukan saja tidak bisa diartikan secara mutlak, tetapi bahkan diartikan ‘pada umumnyapun’ sangat belum tentu!

Memang benar, bahwa ‘semakin dekat seseorang dengan Allah, akan semakin besar pula kasihnya kepada sesamanya’. Tetapi masalahnya, apakah sesamanya itu akan memahami kasihnya dan membalas kasihnya? Itu lain persoalan!

Saya berpendapat, bagaimana sikap orang-orang lain itu, tergantung dari tindakan apa yang kita lakukan untuk menyenangkan hati Allah itu. Kalau itu berupa tindakan menolong, misalnya kita menolong orang-orang miskin / yang mempunyai problem, maka sangat besar kemungkinan kata-kata dalam Amsal 16:7 itu akan terjadi. Tetapi kalau tindakan menyenangkan Allah yang kita lakukan itu berupa tindakan menegur dosa, atau tindakan memberitakan Injil kepada orang-orang yang tidak percaya, maka yang seringkali terjadi justru adalah orang-orang itu akan marah / memusuhi kita! Mengapa? Karena mereka menyalah-tafsirkan tindakan kasih kita pada waktu menegur / memberitakan Injil kepadanya. Saya sendiri sering membuat seminar / menulis buku tentang kesesatan / kesalahan dari banyak ajaran (seperti Saksi Yehuwa, Yahweh-isme, Yesaya Pariadji, dsb), termasuk tentang ajaran pria sejati / maximal ini, untuk menyenangkan hati Tuhan melalui semua ini. Tetapi apakah orang-orang yang saya kritik / serang itu, termasuk dari kalangan pria sejati / maximal, semakin menyenangi saya? Saya sangat tidak yakin!

Bdk. Gal 4:16 - “Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?”.

 

Dalam Alkitab sendiri, yang sering terjadi, juga adalah sebaliknya. Orang yang menyenangkan hati Allah sering dimusuhi oleh dunia! Baik Yesus, Paulus, dsb, banyak musuhnya. Kalau tidak demikian, dimana peranan setan?

Baca ayat-ayat di bawah ini:

·        Yoh 16:1-4a - “(1) ‘Semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya kamu jangan kecewa dan menolak Aku. (2) Kamu akan dikucilkan, bahkan akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah. (3) Mereka akan berbuat demikian, karena mereka tidak mengenal baik Bapa maupun Aku. (4a) Tetapi semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya apabila datang saatnya kamu ingat, bahwa Aku telah mengatakannya kepadamu.’”.

·        Yoh 15:18-21 - “(18) ‘Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku dari pada kamu. (19) Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu. (20) Ingatlah apa yang telah Kukatakan kepadamu: Seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya. Jikalau mereka telah menganiaya Aku, mereka juga akan menganiaya kamu; jikalau mereka telah menuruti firmanKu, mereka juga akan menuruti perkataanmu. (21) Tetapi semuanya itu akan mereka lakukan terhadap kamu karena namaKu, sebab mereka tidak mengenal Dia, yang telah mengutus Aku”.

·        Yoh 17:14 - “Aku telah memberikan firmanMu kepada mereka dan dunia membenci mereka, karena mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia”.

·        Luk 6:22-23 - “(22) Berbahagialah kamu, jika karena Anak Manusia orang membenci kamu, dan jika mereka mengucilkan kamu, dan mencela kamu serta menolak namamu sebagai sesuatu yang jahat. (23) Bersukacitalah pada waktu itu dan bergembiralah, sebab sesungguhnya, upahmu besar di sorga; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan para nabi.

·        Mat 10:34-36 - “(34) ‘Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. (35) Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, (36) dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya.

 

30)      “Orang yang hanya memperhatikan hal-hal yang ada di luar saja tentu akan mengutamakan talenta dan memusatkan dirinya pada perbuatan yang terlihat oleh mata. Tetapi Allah melihat hati (1Samuel 16:7), mengutamakan karakter, dan menghargai nilai suatu perbuatan. Ingatlah, Abraham memasang kemahnya, namun membangun mezbahnya (Kejadian 13:4). Manusia lebih sering memasang mezbah dan membangun kemahnya. Dengan cara begitu ia telah menciptakan masalah bagi dirinya sendiri. Perbuatan semacam itu tentu menghasilkan nilai yang berbeda. Anda boleh saja memasang kepribadian, namun tetap harus membangun karakter. Allah menghendaki agar di dalam gereja dibangun pilar-pilar kokoh untuk menyokong pekerjaan gereja, bukan sekedar pasak-pasak yang dipancangkan. Ketika muncul tekanan dalam gereja, orang-orang yang berdiri sebagai pilar itu akan menjaga stabilitas gereja. Bila orang-orang itu hanya berfungsi sebagai pasak, mereka akan runtuh karena tidak kuat menahan beban tanggung jawab yang harus mereka pikul. Prinsip-prinsip bersifat tetap, sedangkan kepribadian bersifat seketika. Kepribadian yang ‘dipasang’ dapat diubah dalam sekejap, sedangkan karakter yang dibangun berdasarkan prinsip akan tetap berdiri teguh. Apabila hal yang internal bersifat ilahi, maka hal yang eksternal akan memancarkan keilahiannya itu” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 218).

 

Tanggapan saya:

Ini bukan hanya merupakan penafsiran alegoris yang kacau balau, tetapi juga merupakan permainan kata yang sama sekali tidak pada tempatnya.

Untuk ‘kemah’, memang Alkitab sering mengunakan istilah ‘memasang’ (Misalnya dalam Kej 12:8  26:25  31:25  33:19  35:21), sedangkan untuk ‘mezbah’, Alkitab sering menggunakan istilah ‘membangun’ (misalnya dalam 2Ki 21:3  2Ch 33:3  Ezr 3:2). Tetapi:

a)   Mengkontraskan kedua kata kerja / istilah ini secara begitu keras merupakan sesuatu yang salah, karena untuk ‘kemah’pun, Alkitab sendiri sering menggunakan kata ‘mendirikan’ (Kel 38:21  39:40  40:2  40:18  Bil 7:1  Dan 11:45  Ibr 8:5), yang tidak terlalu berbeda dengan ‘membangun’!

b)   Menghubungkan kedua kata itu, juga kata-kata ‘pilar’ dan ‘pasak’, dan kata-kata ‘dibangun’ dan ‘dipancangkan’, dengan kepribadian dan karakter, merupakan suatu pengalegorian yang tidak pada tempatnya.

Dari penggunaan istilah-istilah ‘memasang kepribadian’ dan ‘membangun karakter’, yang terasa begitu aneh, sebetulnya sudah terlihat bahwa Edwin Louis Cole sedang memaksakan suatu ajaran yang sebetulnya sama sekali tidak cocok dengan ayat yang ia pakai!

c)   Edwin Louis Cole mengatakan bahwa “Kepribadian yang ‘dipasang’ dapat diubah dalam sekejap, sedangkan karakter yang dibangun berdasarkan prinsip akan tetap berdiri teguh”.

Apakah kepribadian seseorang memang bisa berubah? Itu sesuatu yang sangat meragukan bagi saya.

 

31)      “Kita harus percaya bahwa Allah bekerja untuk mendatangkan hal-hal yang terbaik bagi kita dan bahwa Dia selalu menepati janjiNya” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 219).

 

Tanggapan saya:

Ini suatu kesalahan yang sangat umum. Banyak orang mengatakan bahwa Allah berjanji memberikan yang terbaik. Tetapi Allah tidak pernah berjanji seperti itu. Ia berjanji untuk turut bekerja untuk mendatangkan kebaikan, bukan mendatangkan yang terbaik!

 

Ro 8:28 - “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah”.

 

32)      “Adam adalah manusia pertama yang diberi roh hikmat (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 236).

 

Tanggapan saya:

Ini omongan konyol yang tak punya dasar Alkitab!

 

33)      Apabila ada sesuatu yang terjadi di alam jasmani, maka hal yang sepadan dengan itu terjadi pula di alam rohani, begitu pula sebaliknya. Rob Carman adalah seorang teman saya yang menjadi gembala di Albuquerque. Melalui serangkaian kejadian ia menemukan hubungan antara apa yang ada di dunia sekuler dengan yang terdapat di dunia kerohanian. Jemaat yang dipimpinnya bertumbuh dari beberapa gelintir orang hingga mencapai sekitar 1.500 orang. Namun, kemudian pertumbuhan jemaat tersebut seolah-olah terhenti. Semangat, gairah, dan keagresifan yang menandai pertumbuhan mula-mula seakan-akan kehilangan bobotnya. Bagi diri Rob Carman pribadi, waktu yang dahulu biasa digunakan untuk berdoa dan mempelajari Alkitab saat itu seperti digerogoti dengan jadwal konseling yang meningkat, isu-isu moral yang terus menerus menjadi bahan perdebatan para anggota jemaat dan masalah-masalah keluarga yang seperti tidak ada habis-habisnya. Karena merasa letih dan tertekan oleh semuanya itu serta prihatin akan situasi yang ada, suatu hari ia memutuskan untuk merenungkan ayat-ayat Alkitab ketika ia teringat pada sebuah artikel yang dibacanya di surat kabar beberapa hari sebelumnya. Ia terkesan pada suatu data statistik yang melaporkan keadaan yang terjadi pada masyarakat yang mengalami pelonjakan tingkat pengangguran. Ia menyadari bahwa apa yang terjadi pada masyarakat luas itu sama dengan yang terjadi dalam lingkungan jemaatnya. Sewaktu merenungkan gagasan itu, kesejajaran tersebut semakin tampak jelas baginya (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 252)

 

Tanggapan saya:

 

a)   Ini gila dan sesat! Perhatikan kata-kata Melalui serangkaian kejadian ia menemukan hubungan antara apa yang ada di dunia sekuler dengan yang terdapat di dunia kerohanian’. Ia bukan menemukan hal itu dari Alkitab, tetapi dari serangkaian kejadian, yang mencakup ‘sebuah artikel di surat kabar’ dan ‘suatu data statistik’! Alangkah Alkitabiahnya! Dan apa dasarnya Rob Carman tahu-tahu bisa mempercayai / menyadari bahwa ‘apa yang terjadi pada masyarakat luas itu sama dengan yang terjadi dalam lingkungan jemaatnya’? Dan apa dasarnya sehingga Edwin Louis Cole mempercayai kesimpulan dari Rob Carman ini?

 

b)   Kalau yang ia katakan di atas ini benar, lalu apa fungsi Roh Kudus dalam diri gereja / orang-orang Kristen? Apa fungsi Firman Tuhan yang dibaca dan didengar orang-orang Kristen, kalau ternyata apa yang terjadi di alam rohani sepadan dengan yang terjadi di alam rohani? Memang, dunia bisa saja mempengaruhi gereja (Mat 24:12), tetapi tidak harus demikian! Kalau gereja dan dunia harus sama, lalu bagaimana dengan ayat-ayat di bawah ini?

Yoh 17:15-16 - “(15)Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari pada yang jahat. (16) Mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia.

Ro 12:2 - Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna”.

Ef 5:11 - Janganlah turut mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi sebaliknya telanjangilah perbuatan-perbuatan itu”.

Mat 5:13 - “‘Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang”.

Kalau dilihat dari ayat terakhir ini (Mat 5:13) maka bisa disimpulkan bahwa jemaat dari Rob Carman itu semuanya adalah garam yang telah menjadi tawar!

 

c)   Dalam Alkitab gereja / orang Kristen disebut sebagai ‘kudus’. Arti utama dari kata ‘kudus’ bukanlah ‘suci’, tetapi ‘berbeda dengan’ atau ‘terpisah dari’. Tetapi hebatnya, atau lebih tepat, gilanya, Rob Carman mencampur-adukkan gereja dan dunia, dan Edwin Louis Cole mempercayai kesimpulan sesat dan tolol itu!

 

34)      “Itulah sebabnya Yesus sering duduk di Bait Allah sambil memperhatikan orang-orang memberikan persembahannya. ‘Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.’ (Matius 6:21)” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 269).

 

Tanggapan saya:

Luk 21:1-4 - “(1) Ketika Yesus mengangkat mukaNya, Ia melihat orang-orang kaya memasukkan persembahan mereka ke dalam peti persembahan. (2) Ia melihat juga seorang janda miskin memasukkan dua peser ke dalam peti itu. (3) Lalu Ia berkata: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang itu. (4) Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya.’”.

Yesus memang memperhatikan orang-orang yang memberikan persembahan, tetapi hal ini tak ada hubungannya dengan Mat 6:21!

 

-bersambung-

 

Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.

E-mail : [email protected]

e-mail us at [email protected]

http://golgothaministry.org

Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:

https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ

Channel Live Streaming Youtube :  bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali