Pemahaman Alkitab

G. K. R. I. ‘GOLGOTA’

(Puncak Marina, Tower 2, Lantai 2)

Jumat, tanggal 29 Oktober 2010, pk 19.00

Pdt. Budi Asali, M. Div.

(7064-1331 / 6050-1331)

[email protected]

Base URL: http://www.golgothaministry.org

  Pria sejati / maximal (5)

15)      “Suatu keluarga seharusnya menjalani proses pemuridan berdasarkan pola yang alkitabiah, yaitu: gembala sidang memuridkan kaum pria (ayah) dan para ayah memuridkan keluarganya. Namun, selama dua generasi terakhir ini para gembala telah mengajar para ayah untuk membawa keluarganya ke gereja dan gereja kemudian mengambil alih tanggung jawab untuk memuridkan keluarga melalui sekolah Minggu, kegiatan remaja, pendalaman Alkitab kaum wanita, dan berbagai kegiatan lainnya. Dengan demikian, gembala menjadi ayah angkat bagi setiap anggota keluarga yang mengunjungi gereja. Beban ini tentu saja terlalu berat untuk ditanggung oleh satu orang saja” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 112).

 

Tanggapan saya:

a)   Mana dasar Alkitabnya? Tanpa dasar Alkitab, ia mengajar sedemikian rupa sehingga memberikan penekanan yang extrim terhadap kaum pria! Dan Edwin Louis Cole menyebutnya sebagai ‘pola yang Alkitabiah’!

b)   Saya tidak mengerti apa yang Edwin Louis Cole kehendaki dengan ajaran sintingnya ini. Lalu menurut dia seharusnya bagaimana? Hanya para pria yang boleh ke gereja? Lalu para pria mengajar istri dan anak-anaknya di rumah? Memang tidak salah kalau suami / ayah mengajar istri dan anak-anaknya. Tetapi kalau dikatakan bahwa istri dan anak-anak itu tidak boleh belajar langsung di gereja, itu bertentangan dengan banyak ayat Alkitab seperti:

·        Neh 8:3-4 - “(3) Lalu pada hari pertama bulan yang ketujuh itu imam Ezra membawa kitab Taurat itu ke hadapan jemaah, yakni baik laki-laki maupun perempuan dan setiap orang yang dapat mendengar dan mengerti. (4) Ia membacakan beberapa bagian dari pada kitab itu di halaman di depan pintu gerbang Air dari pagi sampai tengah hari di hadapan laki-laki dan perempuan dan semua orang yang dapat mengerti. Dengan penuh perhatian seluruh umat mendengarkan pembacaan kitab Taurat itu”.

·        Ezra 10:1 - “Sementara Ezra berdoa dan mengaku dosa, sambil menangis dengan bersujud di depan rumah Allah, berhimpunlah kepadanya jemaah orang Israel yang sangat besar jumlahnya, laki-laki, perempuan dan anak-anak. Orang-orang itu menangis keras-keras”.

·        Mat 14:21 - “Yang ikut makan kira-kira lima ribu laki-laki, tidak termasuk perempuan dan anak-anak.

·        Mat 19:13-14 - “(13) Lalu orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus, supaya Ia meletakkan tanganNya atas mereka dan mendoakan mereka; akan tetapi murid-muridNya memarahi orang-orang itu. (14) Tetapi Yesus berkata: ‘Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepadaKu; sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Sorga.’”.

·        1Tim 5:1-2 - “(1) Janganlah engkau keras terhadap orang yang tua, melainkan tegorlah dia sebagai bapa. Tegorlah orang-orang muda sebagai saudaramu, (2) perempuan-perempuan tua sebagai ibu dan perempuan-perempuan muda sebagai adikmu dengan penuh kemurnian”.

Catatan: bukan para suami yang disuruh menegor perempuan-perempuan itu, tetapi Timotius. Ini tidak mungkin kalau para perempuan itu tidak ke gereja.

·        2Tim 1:5 - “Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu”.

Catatan: dalam keluarga Timotius, yang kristen duluan justru adalah nenek dan ibunya. Mungkinkah kakek dan ayahnya, yang adalah orang kafir, yang mengajarkan kekristenan kepada Timotius?

·        Yesus pada usia 12 tahun belajar di Bait Allah (Luk 2:41-47); apakah Yusuf tidak memuridkan keluarganya, dan apakah Yesus salah karena tidak belajar dari Yusuf?

 

16)      “Menggali sumur melambangkan bahwa kedua keturunan Abraham tersebut perlu melakukan pekerjaan seperti yang dilakukan ayah mereka agar mereka dapat memenuhi persyaratan seperti yang dimiliki ayah mereka, yaitu persyaratan yang dibutuhkan untuk menjadi pemimpin” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 127).

 

Tanggapan saya:

Saya bosan terhadap pengalegorian-pengalegorian tolol seperti ini. Kalau ‘menggali sumur’ bisa ditafsirkan seperti ini, itu juga bisa ditafsirkan apa saja. Dan kalau demikian, dari ayat manapun kita bisa mendapatkan ajaran yang bagaimanapun!

 

17)      “Adapun orang yang memiliki hak untuk memberikan suaranya namun tidak menggunakan haknya itu sebenarnya sama saja dengan berbuat kejahatan. Dalam perumpamaan tentang talenta, Yesus menyebut hamba yang tidak melakukan apa-apa itu sebagai orang yang jahat, malas, lamban, dan kurang ajar (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 129).

 

Tanggapan saya:

 

a)      Pertama-tama mari kita baca perumpamaan tentang talenta itu.

Mat 25:26-30 - “(26) Maka jawab tuannya itu: Hai kamu, hamba yang jahat dan malas, jadi kamu sudah tahu, bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur dan memungut dari tempat di mana aku tidak menanam? (27) Karena itu sudahlah seharusnya uangku itu kauberikan kepada orang yang menjalankan uang, supaya sekembaliku aku menerimanya serta dengan bunganya. (28) Sebab itu ambillah talenta itu dari padanya dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh talenta itu. (29) Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. (30) Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.’”.

 

Hanya menceritakan fakta-fakta Alkitab saja, Edwin Louis Cole, yang bergelar Doktor ini, tidak becus! Yesus hanya mengatakan hamba itu sebagai ‘jahat, malas, dan tidak berguna’; tidak pernah ada kata-kata ‘lamban’, apalagi ‘kurang ajar’. Menurut saya istilah ‘hamba yang kurang ajar’ itu lebih cocok untuk diterapkan terhadap diri Edwin Louis Cole sendiri!

 

b)   Yang ia maksudkan dengan ‘memberikan suaranya’ adalah memberikan suara dalam pemilihan umum dalam kalangan politik. Jadi, ia menggunakan text Alkitab itu untuk melarang / menyalahkan orang-orang yang masuk ‘golput’!

Dalam perumpamaan itu, ‘talenta’ menunjuk pada segala sesuatu yang Tuhan berikan kepada kita, yang bisa kita gunakan untuk kemuliaanNya. Kalau pemberian suara yang kita lakukan memang bisa berguna untuk kemuliaan Tuhan, maka memang kita harus memberikan suara kita. Tetapi bagaimana kalau calon-calon yang ada semuanya tidak ada yang nggenah, atau semuanya tidak kita ketahui nggenah atau tidaknya? Ini merupakan kasus yang banyak terjadi di negara kita! Apakah kita harus secara membabi buta tetap memberikan suara kita untuk orang-orang yang tidak kita ketahui?

 

18)      “Allah secara langsung menugaskan Adam untuk membimbing, mengawasi, dan memerintah bumi beserta proses perkembang-biakannya. Ketika Hawa diciptakan dan kemudian terbentuk sebuah keluarga, maka Adam pun bertugas mengurus seluruh keluarganya. Adapun tugas tersebut juga mencakup tiga tanggung jawab serupa: membimbing, mengawasi, memerintah” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 129).

 

Tangapan saya:

a)   Dia membalik urut-urutannya, karena dalam Kej 1:26-27 Allah menciptakan manusia (laki-laki dan perempuan / Adam dan Hawa), dan baru dalam Kej 1:28 Allah menyuruh MEREKA berdua untuk berkembang biak dan memenuhi dan menaklukkan bumi.

b)   Jadi, tak bisa ditafsirkan bahwa Adam bertugas membimbing, mengawasi, memerintah Hawa!

c)   Kata-kata ‘membimbing, mengawasi dan memerintah’ itu muncul dari mana?

 

19)      “Dalam Efesus 5:28-29 ketiga tanggung jawab itu disebut sebagai: mengasihi, mengasuh, merawat, mengarahkan, melindungi, memperbaiki. Memelihara, menghargai, menegur” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 129).

 

Tanggapan saya:

Ef 5:28-29 - “(28) Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri. (29) Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat”.

Hanya tiga kata pertama yang ada, lalu kata-kata ‘mengarahkan, melindungi, memperbaiki, memelihara, menghargai, menegur’ muncul dari mana? Edwin Louis Cole dengan seenaknya menambahi Alkitab. Mungkin ia perlu membaca ayat-ayat di bawah ini:

·        Ul 4:2 - Janganlah kamu menambahi apa yang kuperintahkan kepadamu dan janganlah kamu menguranginya, dengan demikian kamu berpegang pada perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan kepadamu”.

·        Ul 12:32 - “Segala yang kuperintahkan kepadamu haruslah kamu lakukan dengan setia, janganlah engkau menambahinya ataupun menguranginya”.

·        Amsal 30:6 - Jangan menambahi firmanNya, supaya engkau tidak ditegurNya dan dianggap pendusta”.

·        Wah 22:18-19 - “(18) Aku bersaksi kepada setiap orang yang mendengar perkataan-perkataan nubuat dari kitab ini: ‘Jika seorang menambahkan sesuatu kepada perkataan-perkataan ini, maka Allah akan menambahkan kepadanya malapetaka-malapetaka yang tertulis di dalam kitab ini. (19) Dan jikalau seorang mengurangkan sesuatu dari perkataan-perkataan dari kitab nubuat ini, maka Allah akan mengambil bagiannya dari pohon kehidupan dan dari kota kudus, seperti yang tertulis di dalam kitab ini.’”.

 

20)      “Sedangkan firman mengenai kuasa (Kisah Para Rasul 1:8) disampaikan kepada gerakan Pentakosta. ... Dan firman tentang pembaruan (Roma 12:1-2) diberikan kepada gerakan Kharismatik” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 139).

Catatan: sebelum bagian ini Edwin Louis Cole mengatakan bahwa Allah memberikan firman kepada Martin Luther, dan lalu juga kepada John Wesley, lalu memberikan firman yang menyulut gerakan Kekudusan (Holiness movement).

 

Tanggapan saya:

 

a)   Ini omongan apa? Orang-orang / kelompok-kelompok yang ia bicarakan semua berbeda, dan bahkan bertentangan, dalam ajaran theologianya. Misalnya, Luther bisa dianggap mempunyai ajaran Reformed / Calvinist (sekalipun Luther memang ada sebelum Calvin, tetapi maksud saya ajarannya dalam hal itu sama), sedangkan John Wesley jelas adalah seorang Arminian. Dan keduanya berbeda lagi dengan Pentakosta / Kharismatik. Mungkinkah semua ajaran yang berbeda / bertentangan itu semuanya datang dari Tuhan? Omong kosong! Dua yang berbeda, apalagi yang bertentangan, tidak mungkin keduanya datang dari Tuhan, kecuali Tuhan bicara dengan lidah bercabang. Mengapa tidak sekalian saja mengatakan bahwa agama-agama lain juga merupakan firman yang datang dari Tuhan?

 

b)   Dan perhatikan ayat-ayat yang ia gunakan; apa urusannya ayat-ayat itu dengan omongannya?

1. Kis 1:8 - “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.’”.

2. Ro 12:1-2 - “(1) Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. (2) Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna”.

 

Hanya karena dalam Kis 1:8 ada kata ‘kuasa’, maka ia menjadikan ayat ini sebagai dasar bahwa Tuhan memberikan firman mengenai kuasa kepada golongan Pentakosta? Dan hanya karena dalam Ro 12:1-2 ada kata ‘pembaharuan’, ia mengatakan bahwa firman tentang pembaruan diberikan kepada golongan Kharismatik? Ada 3 hal yang ingin saya berikan sebagai komentar tentang bagian ini:

a. ‘Kuasa’ dalam Kis 1:8 itu diberikan kepada semua orang kristen yang sejati pada saat itu dan selanjutnya. Bagaimana mungkin Edwin Louis Cole menerapkannya hanya kepada golongan Pentakosta?

b. Berbeda dengan Kis 1:8 dimana ‘kuasa’ itu memang diberikan oleh Tuhan, maka dalam Ro 12:2 ‘pembaharuan’ itu diperintahkan oleh Allah untuk kita usahakan! Dan ini lagi-lagi merupakan perintah Tuhan untuk semua orang kristen yang sejati. Lalu bagaimana mungkin ini diartikan sebagai ‘firman tentang pembaruan yang diberikan kepada gerakan Kharismatik’?

c. Lalu bagaimana dengan Yoh 13:27b dimana Yesus berkata kepada Yudas Iskariot: “Apa yang hendak kauperbuat, perbuatlah dengan segera.”? Kalau mau mengikuti jalan pikiran yang gila dari Edwin Louis Cole, ini pasti merupakan firman dari Tuhan kepada golongan Anti Kristus atau Satanisme!

 

21)      “Dalam hubungan antar manusia, formalitas menjadi pertanda adanya jarak dalam hubungan tersebut, sebab dalam hubungan yang intim tidak terdapat lagi bentuk-bentuk formalitas. Jadi, semakin formal bentuk penyembahan yang dilakukan, semakin jauh pula jarak antara si penyembah dengan wahyu yang mula-mula diterimanya” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 141).

 

Tanggapan saya:

a)   Hubungan antar manusia, yang memang setingkat, tidak bisa dianalogikan dengan hubungan antara manusia dengan Penciptanya!!!

b)   Bahkan dalam hubungan antar manusiapun tidak bisa dimutlakkan bahwa ‘formalitas menjadi pertanda adanya jarak dalam hubungan tersebut’. Mengapa? Karena kalau demikian, maka hubungan yang dekat akan membuang semua kesopanan. Anak boleh saja kurang ajar terhadap orang tuanya, karena dekat dengan mereka!

c)   Apa yang ia maksud dengan ‘jarak antara si penyembah dengan wahyu yang mula-mula diterimanya?

 

22)      “‘Percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai (bahasa Inggris: setia) yang juga cakap mengajar orang lain’ (2 Timotius 2:2). Ini adalah suatu prinsip pemuridan yang terdapat dalam Alkitab. Namun, manusia secara salah telah memutarbalikkan prinsip itu menjadi: ‘Percayakanlah kepada orang yang cakap yang nantinya akan setia.’ Padahal, yang diandalkan oleh Allah adalah karakter, bukan talenta” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 153).

 

Tanggapan saya:

 

a)   Lagi-lagi ngawur! Memang karakter penting tetapi talenta (atau lebih tepat ‘karunia’) juga penting. Kata-kata ‘cakap mengajar orang lain’ dalam 2Tim 2:2b jelas menunjuk pada ‘karunia’!

 

Dan Edwin Louis Cole mengatakan dalam buku yang sama (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 213) sebagai berikut: “Beberapa tahun yang lalu saya berkesempatan untuk bergabung dengan suatu kelompok pelayanan radio Kristen. Sewaktu pertama kali dimulai, orang-orang yang berminat dan ikut bergabung dengan pelayanan itu adalah orang-orang yang sungguh-sungguh mengasihi Allah, namun sangat kurang keahliannya dalam bidang media komunikasi baik secara tehnis maupun teoritis. Mereka adalah orang-orang rohani yang tekun berdoa, baik, penuh iman, dan sangat bergairah untuk bekerja secara sukarela. Namun, ketika sudah semakin berkembang, pelayanan itu membutuhkan ketrampilan dan kemampuan untuk berproduksi, bukan hanya kemampuan untuk berdoa. Pada saat itulah timbul suatu bahaya karena selama beberapa waktu, seiring dengan semakin berkembangnya pelayanan itu, ketekunan berdoa tersebut belum juga digantikan dengan kemampuan untuk berproduksi. Padahal sesungguhnya diperlukan suatu keseimbangan dalam hal ini.

Kata-kata Edwin Louis Cole di sini jelas bertentangan dengan kata-katanya dalam kutipan yang di atas.

 

b)   Edwin Louis Cole mengatakan ‘yang diandalkan oleh Allah adalah karakter, bukan talenta’.

Allah yang maha kuasa tidak mengandalkan siapapun juga! Kalau ia membutuhkan orang yang mempunyai karakter tertentu, Ia membentuk orang itu sehingga cocok dengan kemauannya. Memang ada ayat-ayat yang kelihatannya menunjukkan bahwa Allah memilih orang-orang yang hidup sesuai kehendaknya, seperti misalnya Daud.

Bdk. 1Sam 16:6-7 - “(6) Ketika mereka itu masuk dan Samuel melihat Eliab, lalu pikirnya: ‘Sungguh, di hadapan TUHAN sekarang berdiri yang diurapiNya.’ (7) Tetapi berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: ‘Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati.’”.

Tetapi siapa yang membentuk Daud menjadi orang yang seperti? Jelas Tuhan sendiri, bukan? Jadi, ayat ini hanya menceritakan dari sudut pandang manusia. Dari sudut pandang Tuhan, Ia memilih orang itu sejak dunia belum dijadikan, lalu Ia mempersiapkan orang-orang itu untuk menjadi orang-orang yang cocok yang kehendakNya. Perhatikan 2 text di bawah ini dengan penafsiran Calvin tentangnya.

 

Yer 1:4-5 - “(4) Firman TUHAN datang kepadaku, bunyinya: (5) ‘Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa.’”.

Kalau Yeremia telah ditetapkan sebagai nabi sebelum ia dilahirkan, bagaimana mungkin Tuhan memilihnya berdasarkan karakternya? Bandingkan dengan kata-kata / komentar Calvin tentang ayat ini di bawah ini

 

Calvin (tentang Yer 1:5): “it was not in thy power to bring with thee a qualification for the prophetic office, I formed thee not only a man, but a prophet” (= bukanlah dalam kuasamu untuk membawa bersamamu suatu kwalifikasi untuk jabatan nabi, Aku membentuk engkau bukan hanya sebagai manusia, tetapi sebagai seorang nabi).

 

Gal 1:15-16 - “(15) Tetapi waktu Ia, yang telah memilih aku sejak kandungan ibuku dan memanggil aku oleh kasih karuniaNya, (16) berkenan menyatakan AnakNya di dalam aku, supaya aku memberitakan Dia di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi, maka sesaatpun aku tidak minta pertimbangan kepada manusia”.

Catatan: kata ‘memilih’ dalam Kitab Suci bahasa Inggris diterjemahkan ‘separated’ / ‘set apart’ (= memisahkan).

 

Calvin (tentang Gal 1:15): “‘Who had separated me.’ This separation was the purpose of God, by which Paul was appointed to the apostolic office, before he knew that he was born. The calling followed afterwards at the proper time, when the Lord made known his will concerning him, and commanded him to proceed to the work. God had, no doubt, decreed, before the foundation of the world, what he would do with regard to every one of us, and had assigned to every one, by his secret counsel, his respective place” (= ‘Yang telah memisahkan aku’. Pemisahan ini merupakan tujuan / rencana dari Allah, dengan mana Paulus ditetapkan pada jabatan rasul, sebelum ia tahu bahwa ia dilahirkan. Panggilan menyusul belakangan pada waktu yang tepat, pada waktu Tuhan menyatakan kehendakNya berkenaan dengan dia, dan memerintahkan dia untuk memulai pekerjaan. Tak diragukan bahwa Allah menetapkan, sebelum dunia dijadikan, apa yang akan Ia lakukan berkenaan dengan setiap orang dari kita, dan telah menetapkan bagi setiap orang, oleh rencana rahasiaNya, tempatnya masing-masing).

 

Calvin (tentang Gal 1:15): The word of the Lord which came to Jeremiah, though expressed a little differently from this passage, has entirely the same meaning. ... Before they even existed, Jeremiah had been set apart to the office of a prophet, and Paul to that of an apostle; but he is said to separate us from the womb, because the design of our being sent into the world is, that he may accomplish, in us, what he has decreed. The calling is delayed till its proper time, when God has prepared us for the office which he commands us to undertake. ... he was ordained an apostle, not because by his own industry he had fitted himself for undertaking so high an office, or because God had accounted him worthy of having it bestowed upon him, but because, before he was born, he had been set apart by the secret purpose of God. (= Firman Tuhan yang datang kepada Yeremia, sekalipun dinyatakan secara agak berbeda dari text ini, sepenuhnya mempunyai arti yang sama. ... Bahkan sebelum mereka ada, Yeremia telah dipisahkan pada jabatan / tugas seorang nabi, dan Paulus pada jabatan / tugas seorang rasul; tetapi Ia dikatakan memisahkan kita sejak dalam kandungan, karena rancangan dari pengiriman kita ke dalam dunia adalah, supaya Ia bisa mengerjakan di dalam kita apa yang telah Ia tetapkan. Panggilan ditunda sampai waktunya yang tepat, pada waktu Allah mempersiapkan kita untuk jabatan / tugas yang Ia perintahkan kepada kita untuk dikerjakan. ... ia ditahbiskan sebagai seorang rasul, bukan karena oleh kerajinannya sendiri ia telah membuat dirinya sendiri cocok untuk mengerjakan tugas / jabatan yang begitu tinggi, atau karena Allah menganggapnya layak untuk memberikan tugas / jabatan itu kepadanya, tetapi karena sebelum ia dilahirkan, ia telah dipisahkan oleh rencana rahasia Allah).

 

23)      “Yesus juga mengatakan, ‘Dan jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu?’ (Lukas 16:12)” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 157).

 

Tanggapan saya:

Luk 16:12 - “Dan jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu?”.

Dalam ayat ini ada 2 istilah yaitu ‘harta orang lain’ (yang menunjuk pada uang / harta yang ada pada kita) dan ‘hartamu sendiri’ (yang menunjuk pada kekayaan rohani / harta surgawi).

Calvin: “By the expression, ‘what belongs to another,’ he means what is not within man; for God does not bestow riches upon us on condition that we shall be attached to them, but makes us stewards of them in such a manner, that they may not bind us with their chains. And, indeed, it is impossible that our minds should be free and disengaged for dwelling in heaven, if we did not look upon every thing that is in the world as ‘belonging to another.’ ‘Who shall entrust to you what is your own?’ Spiritual riches, on the other hand, which relate to a future life, are pronounced by him to be our own, because the enjoyment of them is everlasting” (= Dengan ungkapan, ‘apa yang merupakan milik orang lain’, Ia memaksudkan apa yang tidak ada di dalam manusia; karena Allah tidak memberikan kekayaan kepada kita pada kondisi dimana kita terikat kepadanya, tetapi membuat kita pengurus dari kekayaan dengan suatu cara, sehingga kekayaan itu tidak mengikat kita dengan rantainya. Dan memang, adalah tidak mungkin bahwa pikiran kita bebas dan lepas untuk tinggal di surga, jika kita tidak memandang segala sesuatu dalam dunia sebagai ‘milik orang lain’. ‘Siapa yang akan mempercayakan kepadamu apa yang merupakan milikmu sendiri?’ Kekayaan rohani, di sisi lain, yang berhubungan dengan kehidupan yang akan datang, diumumkan / dinyatakan olehNya sebagai milik kita sendiri, karena penikmatan darinya adalah kekal).

 

Tetapi penerapan yang diberikan oleh Edwin Louis Cole terhadap ayat ini dalam hal 157-160 betul-betul kacau balau. Karena terlalu panjang, maka contoh-contoh ini akan saya ceritakan secara ringkas dengan kata-kata saya sendiri:

a)   Dalam contoh tentang orang bernama Stephen King (hal 157-158) ia menghurufiahkan kata-kata ‘harta orang lain’ maupun ‘hartamu sendiri’. Jadi, keduanya menunjuk pada harta duniawi.

b)   Lalu dalam contoh tentang orang bernama Bill (hal 158-159) ia menafsirkan ‘setia dalam harta orang lain’ sebagai kesetiaan Bill terhadap gembalanya, dan ‘hartamu sendiri’ sebagai kesuksesan Bill sebagai gembala sidang.

c)   Lalu dalam kasus seorang pria yang tak disebutkan namanya (hal 159) ia menafsirkan ‘harta orang lain’ sebagai anak tiri orang tersebut yang ia perlakukan secara berbeda dengan anak kandungnya sendiri, dan ini disebut sebagai ‘tidak setia dengan harta orang lain’! Sikap ini menyebabkan hubungan orang itu dengan dua anak kandungnya sendiri, yang ia anggap sebagai ‘hartamu sendiri’, menjadi berantakan.

d)   Dan dalam kasus seorang pria lain (hal 159-160), yang bekerja pada bossnya, keinginannya untuk memiliki bisnis sendiri, dianggap sebagai ‘ketidak-setiaan terhadap harta orang lain’, dan itu menyebabkan ia tidak bisa mempunyai bisnis sendiri. Pria itu lalu memutuskan untuk berusaha menjadi karyawan terbaik bagi bossnya, dan ia yakin bahwa dengan demikian, ia pasti akan mempunyai bisnis sendiri!

 

24)      “Pendurhakaan bukanlah pekerjaan Iblis seperti anggapan sejumlah orang, melainkan perbuatan manusia yang tabiatnya lepas dari kendali Roh Kudus” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 164).

 

Tanggapan saya:

 

a)      Lagi-lagi ajaran tanpa dasar Alkitab.

 

b)   Sekarang bandingkan kata-katanya di atas dengan ceritanya di bawah ini.

“Dalam sebuah pertemuan hamba-hamba Tuhan di New York, saya berbicara tentang dosa pendurhakaan ini serta sifat dan akibatnya yang mengerikan. Sewaktu pertemuan itu berakhir, seorang pria datang mendekat, merangkul saya, lalu menangis sambil berbisik, ‘Saya tidak mengetahuinya.’ Setelah tenang kembali, ia pun menceritakan rahasianya. ‘Sekitar sepuluh bulan yang lalu, seorang saudara seiman dari gereja yang biasa saya kunjungi dulu menelpon saya dan bertanya apakah saya mau bekerja sama dengannya dalam gereja baru yang dirintisnya.’ ‘Ia adalah seorang wakil gembala sewaktu saya pertama kali mengenalnya, dan hubungan kami cukuplah akrab, maka saya pun mengatakan, saya akan datang dan membantu. Sekitar empat bulan yang lalu saya melihat adanya perubahan dalam diri anak-anak perempuan saya dan tiga bulan yang lalu saya merasakan mereka mulai sering memberontak. Sebelumnya mereka tidak pernah bersikap seperti itu, dan saya tidak bisa memperkirakan penyebabnya.’ ‘Kemudian, seminggu yang lalu istri saya mulai menyinggung tentang perceraian, padahal selama ini saya sudah berusaha semampu saya untuk menjadi suami, ayah, dan anggota gereja yang baik, tetapi ternyata hidup saya malah hancur berantakan. Hari ini, sewaktu saya mendengar Anda berbicara tentang pendurhakaan, saya benar-benar tertempelak. Gembala yang saya bantu itu sebenarnya merintis jemaatnya dengan mengumpulkan ‘pecahan’ dari jemaat tempat ia semula menjadi wakil gembala.’ ‘Waktu itu saya tidak memandangnya sebagai masalah yang penting karena kejadian seperti itu seringkali kita jumpai. Namun, sekarang saya menyadari bahwa ia menyimpan roh pendurhakaan sewaktu meninggalkan gerejanya yang semula itu. Maka, ketika saya membawa keluarga saya ke dalam jemaat itu, mereka pun terpengaruh oleh rohnya, dan sikap memberontaknya itu pun merasuk ke dalam hati keluarga saya.’ Setelah saya menyampaikan kisah pria itu, ada orang lain yang menulis, ‘Saya menulis kepada Anda karena selama empat tahun yang terasa amat panjang ini saya telah mencari-cari jawaban atas suatu persoalan. Pada tahun 1987 saya berhenti dari tugas penggembalaan saya karena istri dan keluarga saya tidak tahan lagi. Setelah kami pergi kami mendapati bahwa kami telah membawa sekelompok orang, beserta dengan wakil gembala mereka yang memisahkan diri dari jemaat lain.’ ‘Saya akhirnya bersedia menggembalakan mereka, namun berbagai persoalan mulai muncul di rumah kami. Anak perempuan saya berpisah dengan suaminya, anak lelaki tertua saya memiliki masalah dengan istrinya. Kehidupan saya sedemikian merosotnya. Saya lalu meninggalkan gereja dan pelayanan dengan perasaan gagal dan bertanya-tanya apa sebenarnya yang telah terjadi pada diri saya.’ ‘Hari ini ketika saya mendengar Anda menceritakan tentang pria di New York yang menderita akibat roh pendurhakaan dalam diri gembala yang diikutinya itu, saya sadar bahwa saya juga mengalami hal yang sama. Saya telah menghimpun orang-orang yang memberontak dan, bukannya saya berhasil menolong mereka, justru mereka hampir menghancurkan saya.’ ‘Hari ini saya bertobat, mengampuni mereka dan wakil gembala yang telah menjerumuskan saya ke dalam kekacauan ini, dan berdoa bersama istri saya ... Sekarang saya tidak sabar lagi untuk segera melayani anggota keluarga saya yang lain. Terima kasih.’” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 167-169).

 

Ada 2 hal yang ingin saya soroti:

1. Sekarang ia mengatakan roh pendurhakaan’? Jadi setan ikut campur, bukan?

2. Tidakkah aneh kalau ayahnya yang bersalah, melakukan pendurhakaan, dan anak-anaknya yang mengalami kekacauan dalam rumah tangga mereka?

 

Berkenaan dengan kata-kata Edwin Louis Cole di sini, saya ingin bertanya kepada para pendukung gerakan pria sejati / maximal, yang ‘memberontak’ terhadap pendeta / gerejanya: anda setuju kata-kata Edwin Louis Cole di atas ini atau tidak?

a. Kalau anda tidak setuju, untuk apa anda mengikuti orang yang ajarannya tidak anda setujui?

b. Kalau anda setuju, maka itu berarti anda punya roh pendurhakaan yang dikatakan oleh Edwin Louis Cole, bukan? Maukah anda bertobat?

 

c)   Lalu dalam buku ‘Menjadi Pria Sejati’, hal 169, Edwin Louis Cole mengatakan “Kalau Anda telah menjadi korban pendurhakaan, terlibat di dalamnya, dan tercemari olehnya, maka dalam nama Allah, usirlah roh itu dari kehidupan Anda!”.

 

Lagi-lagi ada 2 hal yang ingin saya soroti dari kutipan ini:

 

1. Kalau ia menyuruh untuk mengusir roh itu, maka roh itu pasti menunjuk kepada setan. Lagi-lagi bertentangan dengan apa yang ia katakan di atas bahwa ‘pendurhakaan bukanlah pekerjaan Iblis’.

 

2. Usir dalam nama Allah? Dimana dalam Alkitab kita diajar untuk mengusir setan dalam nama Allah? Dan nama Allah yang mana? YHWH / Yahweh? Kita selalu mengusir ‘dalam / demi nama Yesus’ karena Alkitab mengajar demikian!

Luk 10:17 - “Kemudian ketujuh puluh murid itu kembali dengan gembira dan berkata: ‘Tuhan, juga setan-setan takluk kepada kami demi namaMu.’”.

Kis 16:18 - “Hal itu dilakukannya beberapa hari lamanya. Tetapi ketika Paulus tidak tahan lagi akan gangguan itu, ia berpaling dan berkata kepada roh itu: ‘Demi nama Yesus Kristus aku menyuruh engkau keluar dari perempuan ini.’ Seketika itu juga keluarlah roh itu”.

Kis 19:13 - “Juga beberapa tukang jampi Yahudi, yang berjalan keliling di negeri itu, mencoba menyebut nama Tuhan Yesus atas mereka yang kerasukan roh jahat dengan berseru, katanya: ‘Aku menyumpahi kamu demi nama Yesus yang diberitakan oleh Paulus.’”.

Catatan: dalam ayat terakhir ini memang yang mempraktekkan hal itu adalah orang-orang yang tidak percaya, tetapi mereka melakukan itu karena mereka meniru Paulus. Jadi, ini menunjukkan bahwa Paulus memang mempraktekkan pengusiran setan demi nama Yesus.

 

3. Alkitab hanya mengajar kita mengusir setan yang merasuk seseorang (Kis 16:18), atau yang memanifestasikan dirinya secara supranatural (Mat 4:10). Kita tidak pernah diberi otoritas untuk mengusir / menengking setan yang menggoda kita dengan cara biasa / bukan secara supranatural. Untuk yang ini apa yang harus kita lakukan? Perhatikan 2 text Alkitab di bawah ini.

Yak 4:7 - “Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu!”.

1Pet 5:8-10 - “(8) Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya. (9) Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama. (10) Dan Allah, sumber segala kasih karunia, yang telah memanggil kamu dalam Kristus kepada kemuliaanNya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu, sesudah kamu menderita seketika lamanya”.

Kedua text di atas tidak menyuruh kita menengking / mengusir setan pada saat ia menggoda kita dengan cara biasa / bukan secara supranatural. Karena itu, saya tidak setuju dengan praktek pengusiran setan pada waktu ia menggoda kita untuk berzinah, marah, mencuri dan sebagainya. Bahkan saya juga tidak setuju praktek mengusir setan dari ruangan kebaktian, yang banyak dilakukan bahkan oleh orang-orang Protestan!

 

25)      Peganglah kebenaran erat-erat, bukan sebagai milik Anda, melainkan sebagai juruselamat, tuan, dan gembala Anda. Kebenaran adalah perisai dan kekuatan Anda. Kebenaran adalah salah satu ‘perlengkapan senjata Allah’ untuk melawan ‘bapa segala dusta’. Hanya kebenaran yang dapat mengalahkan dusta. Kebenaran adalah alat untuk bertahan dan sekaligus menyerang dalam setiap pertempuran yang harus kita hadapi. Kebenaran membela dirinya sendiri, dan kebenaran itu kekal. Orang berusaha membunuh Kebenaran dengan cara menyalibkanNya, namun Kebenaran bangkit kembali pada hari ketiga, dan Kebenaran itu tetap hidup selamanya!” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 185).

 

Tanggapan saya:

 

Kebenaran = juruselamat, tuan, gembala? Ini betul-betul omongan yang sangat tolol! Sekalipun Yesus adalah kebenaran (Yoh 14:6), dan Yesus juga adalah Juruselamat, Tuan / Tuhan, dan Gembala, tetapi kita tidak bisa mengatakan bahwa Kebenaran adalah Juruselamat, Tuan / Tuhan, ataupun Gembala!

Lebih-lebih mengatakan bahwa ‘Orang berusaha membunuh Kebenaran dengan cara menyalibkanNya, namun Kebenaran bangkit kembali pada hari ketiga, dan Kebenaran itu tetap hidup selamanya!’.

Mengacau-balaukan / mencampur-adukkan ‘Yesus’ dan ‘kebenaran’ jelas merupakan sesuatu yang salah. Semut itu binatang tetapi kita tidak bisa mengatakan bahwa binatang itu semut. Demikian juga sekalipun Yesus adalah kebenaran, kita tidak bisa mengatakan bahwa kebenaran adalah Yesus.

 

Kalau kita mau mengikuti pencampur-adukkan yang dilakukan oleh Edwin Louis Cole terhadap ‘Yesus’ dan ‘kebenaran’ ini maka bisa muncul ajaran sebagai berikut: Yesus juga mengatakan bahwa Ia adalah jalan (Yoh 14:6), dan Ia adalah pintu (Yoh 10:7), dan Ia adalah roti hidup (Yoh 6:35). Jadi, jalan, pintu dan roti, juga adalah Juruselamat, Tuan / Tuhan, dan Gembala! Orang juga berusaha membunuh jalan, pintu dan roti dengan menyalibkannya, namun jalan, pintu dan roti itu bangkit kembali dan hidup selama-lamanya! Ini menjadi lelucon yang konyol!

 

-bersambung-

Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.

E-mail : [email protected]

e-mail us at [email protected]

http://golgothaministry.org

Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:

https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ

Channel Live Streaming Youtube :  bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali