kebaktian  

G. K. R. I. ‘Golgota’

(Jl. Dinoyo 19b, lantai 3)

Minggu, tgl 19 April 2009, pk 17.00  

 

Pdt. Budi Asali, M. Div.

(HP: 7064 1331 / 6050 1331)

[email protected]

Matius 27:51-53(1)

 

Mat 27:51-56 - “(51) Dan lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah, (52) dan kuburan-kuburan terbuka dan banyak orang kudus yang telah meninggal bangkit. (53) Dan sesudah kebangkitan Yesus, merekapun keluar dari kubur, lalu masuk ke kota kudus dan menampakkan diri kepada banyak orang”.

 

I) Tabir yang terbelah.  

1)   Tabir apa itu?

Pulpit Commentary: “‘The veil of the temple’ (tou naou). There were two principal veils in the present temple - one between the vestibule and the holy place, and one other which is that here referred to, a constituent part of the edifice. This was the veil between the holy place and the holy of holies, which was moved aside only once a year to admit the high priest to the shrine on the great Day of Atonement (Ex 26:33). It was large and costly, some sixty feet high, and made of rich materials” [= ‘Tabir Bait Suci’ (TOU NAOU). Ada 2 tabir utama dalam Bait Allah pada saat itu - satu di antara ruang depan dan Ruang Suci, dan yang lain yang ditunjuk di sini, suatu bagian unsur pokok dari gedung yang besar. Ini adalah tabir antara Ruang Suci dan Ruang Maha Suci, yang disingkapkan hanya sekali setahun untuk mengijinkan / membiarkan imam besar masuk ke tempat yang suci pada hari besar Penebusan / Pendamaian (Kel 26:33). Tabir itu besar dan mahal, sekitar 60 kaki tingginya, dan dibuat dari bahan-bahan yang berharga].

 

Vincent: “‘The veil of the temple.’ According to the Rabbis this was a handbreadth in thickness, and woven of seventy-two twisted plaits, each plait consisting of twenty-four threads. It was sixty feet long and thirty wide. Two of them were made every year, and according to the exaggerated language of the time it needed three hundred priests to manipulate it. This veil was the one which covered the entrance to the holy of holies, and not, as has been asserted, the veil which hung before the main entrance to the sanctuary” (= ‘Tabir Bait Suci’. Menurut Rabi-rabi ini tebalnya selebar tangan, dan ditenun dari 72 jalinan yang dipilin, setiap pilinan terdiri dari 74 benang. Tabir itu panjangnya 60 kaki dan lebarnya 30 kaki. Dua dari tabir-tabir itu dibuat setiap tahun, dan menurut bahasa yang dilebih-lebihkan dari jaman itu, dibutuhkan 300 imam untuk menggerakkannya. Tabir itu adalah tabir yang menutupi jalan masuk ke Ruang Maha Suci, dan bukan, seperti yang ditegaskan, tabir yang tergantung di depan pintu masuk utama dari Ruang Suci).

 

UBS NT Handbook Series: “The curtain referred to is the one which separated the Holy Place from the Most Holy Place (Ex 26:31-35; 40:21), which was thought to be the dwelling place of God on earth” [= Tabir yang ditunjuk adalah tabir yang memisahkan Ruang Suci dari Ruang Maha Suci (Kel 26:31-35; 40:21), yang dianggap sebagai tempat tinggal Allah di bumi].

 

Bdk. Kel 26:31-35 - “(31) Haruslah kaubuat tabir dari kain ungu tua, dan kain ungu muda, kain kirmizi dan lenan halus yang dipintal benangnya; haruslah dibuat dengan ada kerubnya, buatan ahli tenun. (32) Haruslah engkau menggantungkannya pada empat tiang dari kayu penaga, yang disalut dengan emas, dengan ada kaitannya dari emas, berdasarkan empat alas perak. (33) Haruslah tabir itu kaugantungkan pada kaitan penyambung tenda itu dan haruslah kaubawa tabut hukum ke sana, ke belakang tabir itu, sehingga tabir itu menjadi pemisah bagimu antara tempat kudus dan tempat maha kudus. (34) Tutup pendamaian itu haruslah kauletakkan di atas tabut hukum di dalam tempat maha kudus. (35) Meja itu haruslah kautaruh di depan tabir itu, dan kandil itu berhadapan dengan meja itu pada sisi selatan dari Kemah Suci, dan meja itu haruslah kautempatkan pada sisi utara”.

 

Kel 40:21 - “Dibawanyalah tabut itu ke dalam Kemah Suci, digantungkannyalah tabir penudung dan dipasangnya sebagai penudung di depan tabut hukum Allah - seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa”.

 

2)   Saat sobeknya tabir.

 

Lenski: “Jesus died at three o’clock, thus the curtain must have been rent at the time the priests were busy with the evening sacrifice” (= Yesus mati pada pk 3 siang, maka tabir itu pasti telah sobek pada saat imam-imam sedang sibuk dengan korban petang) - hal 1127.

 

Barnes’ Notes: “This was the time of day when the priest was burning incense in the holy place, and it is probable that he witnessed it” (= Ini merupakan saat dari hari dimana imam sedang membakar kemenyan di Ruang Suci, dan adalah mungkin bahwa ia menyaksikan hal itu).

 

Pulpit Commentary: The priest who offered incense at the evening sacrifice about this same hour must have seen it, and spread abroad among his comrades the news, to which many would attach a meaning fatal to the security of their religion (= Imam yang mempersembahkan kemenyan pada korban petang sekitar waktu ini pasti telah melihat hal itu, dan menyebarkan berita itu dengan luas di antara teman-temannya, pada mana banyak orang memberikan suatu arti yang fatal / mematikan pada keamanan dari agama mereka).

 

Wycliffe: “‘Veil of the temple.’ The curtain dividing the Holy Place from the Holy of Holies (Exo 26:31). This event, symbolic of the permanent opening of God’s presence to man by the atoning death of Christ (cf. Heb 10:19-23), could have been reported by the priests who were later converted (Acts 6:7)” [= ‘Tabir Bait Suci’. Tabir ini memisahkan Ruang Suci dari Ruang Maha Suci (Kel 26:31). Peristiwa ini, menyimbolkan pembukaan kekal dari kehadiran Allah kepada manusia oleh kematian yang menebus dari Kristus (bdk. Ibr 10:19-23), bisa telah dilaporkan oleh imam-imam yang bertobat belakangan (Kis 6:7)].

 

Kis 6:7 - “Firman Allah makin tersebar, dan jumlah murid di Yerusalem makin bertambah banyak; juga sejumlah besar imam menyerahkan diri dan percaya.

 

3)   Penyebab sobeknya tabir.

Bukan gempa bumi yang menyebabkan robeknya tabir itu, dan ini terlihat dari fakta bahwa Matius menceritakan sobeknya tabir lebih dulu dari terjadinya gempa bumi.

Bdk. Ay 51: Dan lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah.

 

Pulpit Commentary: “‘Was rent in twain from the top to the bottom.’ ... The direction of the rent would show that no human hands had torn it apart, and the rending seems to have preceded the earthquake” (= Arah dari penyobekan itu menunjukkan bahwa bukan tangan manusia yang menyobek tabir itu, dan penyobekan itu kelihatannya mendahului gempa bumi).

 

William Hendriksen: “Nor is it at all probable that Matthew is trying to convey the idea that this splitting in two of the curtain was caused by the earthquake. Had that been his intention, would he not have mentioned the earthquake before the tearing of the curtain? What happened must be regarded as a miracle” (= Sama sekali tidak mungkin bahwa Matius mencoba untuk menyampaikan gagasan bahwa penyobekan menjadi dua ini disebabkan oleh gempa bumi. Seandainya itu merupakan maksudnya, bukankah ia akan menyebutkan gempa bumi sebelum penyobekan tabir? Apa yang terjadi harus dianggap sebagai mujijat) - hal 974.

 

UBS NT Handbook Series: “Mark also mentions that ‘the curtain of the temple was torn in two, from top to bottom.’ ... Both the observation that the split was from top to bottom and the employment of the passive ‘was torn in two’ point to God as the one behind the drama, and so one may translate ‘God caused the curtain that was hanging in the temple to tear in two, from top to bottom.’” (= Markus juga menyebutkan bahwa ‘tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah’. ... Kedua pengamatan bahwa penyobekan itu adalah dari atas sampai ke bawah dan penggunaan bentuk pasif ‘terbelah / dibelah menjadi dua’ menunjuk kepada Allah sebagai seseorang di balik peristiwa itu, dan dengan demikian seseorang bisa menterjemahkan ‘Allah menyebabkan tabir yang tergantung di Bait Suci itu terbelah menjadi dua, dari atas sampai ke bawah’).

Mark 15:38 - “Ketika itu tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah”.

 

4)   Arti sobeknya tabir.

Ada 2 arti yang ditekankan oleh para penafsir tentang sobeknya tabir itu, yaitu:

a)         Telah terbuka jalan masuk kepada Allah melalui Kristus.

b)         Seluruh upacara-upacara Perjanjian Lama, dengan imam-imam, korban-korban, dan bahkan seluruh Bait Sucinya, telah dihapuskan.

 

Lenski: “When this curtain was rent, God proclaimed that the ministration of the Jewish high priest had come to an end” (= Pada saat tabir itu terbelah, Allah memproklamirkan bahwa pelayanan dari imam besar Yahudi telah diakhiri) - hal 1127.

 

The Biblical Illustrator (New Testament): “‘The veil of the temple was rent.’ Signifies: The abolition of the Jewish economy; that the mysteries of that dispensation were now explained; that the way of access to God was open to all believers” (= ‘Tabir Bait Suci itu terbelah’. Menandakan / berarti: Penghapusan sistim Yahudi; bahwa misteri-misteri dari sistim itu sekarang dijelaskan; bahwa jalan masuk kepada Allah terbuka untuk semua orang percaya).

 

Pulpit Commentary: The violent act was supernatural, and of a typical nature, as we are taught by Heb 9:6-12. The sanctuary enshrined the presence of God, from which the veil excluded every one but the high priest on one special occasion, thus denoting the imperfect reconciliation between God and his people, and that the way to the holiest was not yet made manifest. The rending of this veil betokened the opening of the access to heaven through the wounded body of Christ: as we read in Heb 10:19,20, ‘Having boldness to enter into the holiest by the blood of Jesus, by a new and living way, which he hath consecrated for us through the veil, that is to say, his flesh.’ ... The distinction between Jew and Gentile was abolished, ... (= Tindakan keras / kasar itu adalah tindakan supranatural, dan merupakan suatu TYPE, seperti diajarkan oleh Ibr 9:6-12. Ruang Maha Suci menyimpan kehadiran Allah, dari mana tabir itu mengeluarkan setiap orang kecuali imam besar pada satu peristiwa khusus, dan dengan demikian menunjukkan pendamaian yang tidak sempurna antara Allah dan umatNya, dan jalan ke Ruang Maha Suci belum dinyatakan. Penyobekan tabir ini menandakan pembukaan jalan masuk ke surga melalui tubuh yang terluka dari Kristus: seperti yang kita baca dalam Ibr 10:19,20, ‘Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diriNya sendiri’. ... Pembedaan antara orang Yahudi dan orang non Yahudi dihapuskan, ...).

 

Barnes’ Notes: “The most holy place has been usually considered as a type of heaven, and the tearing of the veil to signify that the way to heaven was now open to all - the great High Priest, the Lord Jesus, being about to enter in as the forerunner of his people” (= Ruang Maha Suci biasanya telah dianggap sebagai TYPE dari surga, dan penyobekan dari tabir menunjukkan bahwa jalan ke surga sekarang terbuka untuk semua - sang Imam Besar, Tuhan Yesus, sedang mau masuk ke dalamnya sebagai pendahulu dari umatNya).

 

William Hendriksen: “As to the symbolic significance, ... it is explained in Heb. 10:19,20: through the death of Christ, symbolyzed by the tearing of the curtain, the way into ‘the holy of holies,’ that is, heaven, is opened to all who take refuge in him. For the practical lesson see Heb. 4:16” (= Berkenaan dengan arti simbolis, ... itu dijelaskan dalam Ibr 10:19,20: melalui kematian Kristus, disimbolkan oleh penyobekan tabir, jalan ke dalam ‘Ruang Maha Suci’, yaitu surga, terbuka bagi semua yang berlindung dalam Dia. Untuk pelajaran praktis lihat Ibr 4:16) - hal 974-975.

 

Ibr 10:19-22 - “(19) Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, (20) karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diriNya sendiri, (21) dan kita mempunyai seorang Imam Besar sebagai kepala Rumah Allah. (22) Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni”.

 

Ibr 4:16 - “Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya”.

 

The Bible Exposition Commentary: New Testament: “The rending of the veil symbolized the wonderful truth that the way was now open to God (Heb 10:14-26). There was no more need of temples, priests, altars, or sacrifices. Jesus had finished the work of salvation on the cross” [= Penyobekan tabir menyimbolkan kebenaran yang luar biasa / indah bahwa jalan kepada Allah sekarang terbuka (Ibr 10:14-26). Tidak lagi dibutuhkan Bait Suci, imam-imam, mezbah-mezbah, atau korban-korban. Yesus telah menyelesaikan pekerjaan keselamatan di kayu salib].

 

Calvin: “Christ, the true and everlasting Priest, having abolished the figures of the law, opened up for us by his blood the way to the heavenly sanctuary, that we may no longer stand at a distance within the porch, but may freely advance into the presence of God. For so long as the shadowy worship lasted, a veil was hung up before the earthly sanctuary, in order to keep the people not only from entering but from seeing it, (Exodus 26:33; 2Chronicles 3:14.) Now Christ, by ‘blotting out the handwriting which was opposed to us,’ (Colossians 2:14,) removed every obstruction, that, relying on him as Mediator, we may all be a ‘royal priesthood,’ (1 Peter 2:9.) Thus the rending of the veil was not only an abrogation of the ceremonies which existed under the law, but was, in some respects, an opening of heaven, that God may now invite the members of his Son to approach him with familiarity. Meanwhile, the Jews were informed that the period of abolishing outward sacrifices had arrived, and that the ancient priesthood would be of no farther use; that though the building of the temple was left standing, it would not be necessary to worship God there after the ancient custom; but that since the substance and truth of the shadows had been fulfilled, the figures of the law were changed into spirit” [= Kristus, Imam yang benar dan kekal, setelah menghapuskan gambar-gambar / simbol-simbol dari hukum Taurat, membuka bagi kita dengan darahNya jalan ke Ruang Maha Suci surgawi, sehingga kita tidak usah berdiri lebih lama lagi di kejauhan di dalam serambi, tetapi bisa dengan bebas maju ke dalam kehadiran Allah. Karena selama ibadah / penyembahan yang bersifat bayangan tetap berlaku, suatu tabir digantung di depan Ruang Maha Suci duniawi, untuk menjaga supaya umat / bangsa itu bukan hanya tidak masuk, dan bahkan supaya mereka tidak melihatnya, (Kel 26:33; 2Taw 3:14). Sekarang Kristus, dengan ‘menghapuskan surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan hukum mendakwa dan mengancam kita’ (Kol 2:14), menyingkirkan semua halangan, supaya, dengan bersandar kepada Dia sebagai Pengantara, kita semua bisa menjadi ‘imamat yang rajani’ (1Pet 2:9). Karena itu, penyobekan tabir itu bukan hanya merupakan penghapusan dari upacara-upacara yang ada di bawah hukum Taurat, tetapi dalam hal tertentu merupakan suatu pembukaan surga, sehingga sekarang Allah bisa mengundang anggota-anggota dari AnakNya untuk mendekatiNya dengan keakraban. Sementara itu, orang-orang Yahudi diberi informasi bahwa masa penghapusan korban-korban lahiriah telah tiba, dan bahwa imamat kuno tidak berguna lagi; bahwa sekalipun bangunan Bait Suci tetap berdiri, tidaklah perlu untuk beribadah / menyembah Allah di sana menurut tradisi kuno; tetapi bahwa karena zat dan kebenaran dari bayangan-bayangan telah digenapi, gambar-gambar dari hukum Taurat telah diubah menjadi rohani].

 

Jamieson, Fausset & Brown: “‘And, behold, the veil of the temple was rent in twain from the top to the bottom.’ This was the thick and gorgeously-worked veil which was hung between the ‘holy place’ and the ‘holiest of all,’ shutting out all access to the presence of God as manifested ‘from above the mercy-seat and from between the cherubim:’ - ‘the Holy Spirit this signifying, that the way into the holiest of all was not yet made mainfest’ (Heb. 9:8). Into this holiest of all none might enter, not even the high priest, except once a year, on the great day of atonement, and then only with the blood of atonement in his hands, which he sprinkled ‘upon and before the mercy-seat seven times’ (Lev. 16:14) - to signify that access for sinners to a holy God is only through atoning blood. But as they had only the blood of bulls and of goats, which could not take away sins (Heb. 10:4), during all the long ages that preceded the death of Christ, the thick veil remained; the blood of bulls and of goats continued to be shed and sprinkled; and once a year access to God through an atoning sacrifice was vouchsafed - in a picture, or rather, was dramatically represented, in those symbolical actions - nothing more. But now, the one atoning Sacrifice being provided in the precious blood of Christ, access to this holy God could no longer be denied; and so the moment the Victim expired on the altar, that thick veil which for so many ages had been the dread symbol of separation between God and guilty men was, without a hand touching it, mysteriously ‘rent in twain from top to bottom:’ - ‘the Holy Spirit this signifying, that the way into the holiest of all was NOW made manifest!’ How emphatic the statement, ‘from top to bottom;’ as if to say, Come boldly now to the Throne of Grace; the veil is clean gone; the Mercyseat stands open to the gaze of sinners, and the way to it is sprinkled with the blood of Him - ‘who through the eternal Spirit hath offered Himself without spot to God’! Before, it was death to go in, now it is death to stay out. See more on this glorious subject at Heb. 10:19-22” [= ‘Dan lihatlah, tabir dari Bait Suci terbelah menjadi dua dari atas sampai bawah’. Ini adalah tabir yang tebal dan dikerjakan dengan sangat indah yang tergantung di antara ‘Ruang Suci’ dan ‘Ruang Maha Suci’, menutup semua jalan masuk ke hadirat Allah yang dinyatakan ‘dari atas tutup pendamaian dan dari antara kerub-kerub’: - dan dengan ini Roh Kudus menunjukkan bahwa bagi semua orang jalan ke dalam Ruang Maha Suci belum dinyatakan’ (Ibr 9:8). Ke dalam Ruang Maha Suci itu tak seorangpun boleh masuk, bahkan tidak imam besar, kecuali sekali setahun, pada hari raya penebusan / pendamaian, dan pada saat itu hanya dengan darah penebusan dalam tangannya, yang ia percikkan ‘pada dan di hadapan tutup pendamaian 7 x’ (Im 16:14) - untuk menunjukkan bahwa jalan masuk kepada Allah yang suci hanyalah melalui darah yang menebus. Tetapi karena mereka hanya mempunyai darah lembu jantan dan kambing, yang tidak bisa menghapus dosa (Ibr 10:4), selama jaman-jaman yang panjang yang mendahului kematian Kristus, tabir yang tebal itu tetap ada; darah dari lembu jantan dan dari kambing terus menerus dicurahkan dan dipercikkan; dan sekali setahun jalan masuk kepada Allah melalui suatu korban yang menebus diberikan - dalam suatu gambaran, atau lebih tepat, dinyatakan secara dramatis, dalam tindakan-tindakan simbolis itu - tidak lebih. Tetapi sekarang, satu Korban yang menebus disediakan dalam darah yang mahal dari Kristus, jalan masuk kepada Allah yang kudus ini tidak bisa ditolak lebih lama lagi; dan karena itu pada saat Korban mati pada mezbah, tabir yang tebal itu, yang untuk begitu banyak jaman telah menjadi simbol yang menakutkan dari pemisahan antara Allah dan manusia yang bersalah, terbelah secara misterius dari atas sampai ke bawah, tanpa ada suatu tangan yang menyentuhnya: - ‘dengan ini Roh Kudus menunjukkan bahwa jalan ke dalam Ruang Maha Suci bagi semua orang sekarang telah dinyatakan!’ Alangkah menekankannya pernyataan ‘dari atas sampai ke bawah’; seakan-akan untuk mengatakan ‘Sekarang datanglah dengan berani kepada takhta kasih karunia; tabir itu telah hilang sama sekali; tutup pendamaian terbuka terhadap pandangan dari orang-orang berdosa, dan jalan kepadanya diperciki dengan darahNya - ‘yang oleh / melalui Roh yang kekal telah mempersembahkan diriNya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat’ (Ibr 9:14)! Sebelumnya / dahulu, adalah kematian untuk masuk ke dalam, sekarang adalah kematian untuk tetap di luar. Lihat lebih banyak lagi tentang pokok yang mulia ini dalam Ibr 10:19-22].

Ibr 9:8 - “Dengan ini Roh Kudus menyatakan, bahwa jalan ke tempat yang kudus itu belum terbuka, selama kemah yang pertama itu masih ada”.

Im 16:14 - “Lalu ia harus mengambil sedikit dari darah lembu jantan itu dan memercikkannya dengan jarinya ke atas tutup pendamaian di bagian muka, dan ke depan tutup pendamaian itu ia harus memercikkan sedikit dari darah itu dengan jarinya tujuh kali”.

Ibr 10:4 - “Sebab tidak mungkin darah lembu jantan atau darah domba jantan menghapuskan dosa”.

Ibr 9:14 - “betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diriNya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup”.

 

Bahwa sebelum saat itu orang biasa dilarang mendekat, dengan ancaman hukuman mati, terlihat dari ayat-ayat di bawah ini:

·         Im 16:17 - Seorangpun tidak boleh hadir di dalam Kemah Pertemuan, bila Harun masuk untuk mengadakan pendamaian di tempat kudus, sampai ia keluar, setelah mengadakan pendamaian baginya sendiri, bagi keluarganya dan bagi seluruh jemaah orang Israel”.

·         Bil 1:51 - “Apabila berangkat, Kemah Suci harus dibongkar oleh orang Lewi, dan apabila berkemah, Kemah Suci harus dipasang oleh mereka; sedang orang awam yang mendekat harus dihukum mati.

·         Bil 3:10 - “Tetapi Harun dan anak-anaknya haruslah kautugaskan untuk memegang jabatannya sebagai imam, sedang orang awam yang mendekat harus dihukum mati.’”.

·         Bil 3:38 - “Yang berkemah di depan Kemah Suci di sebelah timur, di depan Kemah Pertemuan, ialah Musa, dan Harun serta anak-anaknya, yang mengerjakan tugas pemeliharaan tempat kudus bagi orang Israel; tetapi orang awam yang mendekat, haruslah dihukum mati.

·         Bil 18:7 - “tetapi engkau ini beserta anak-anakmu harus memegang jabatanmu sebagai imam dalam segala hal yang berkenaan dengan mezbah dan dengan segala sesuatu yang ada di belakang tabir, dan kamu harus mengerjakannya; sebagai suatu jabatan pemberian Aku memberikan kepadamu jabatanmu sebagai imam itu; tetapi orang awam yang mendekat harus dihukum mati.’”.

 

Saya ingin menekankan kata-kata terakhir dari kutipan dari Jamieson, Fausset & Brown di atas, yaitu “Sebelumnya / dahulu, adalah kematian untuk masuk ke dalam, sekarang adalah kematian untuk tetap di luar”.

Apakah sekarang ini saudara sudah masuk ke hadirat Allah, melalui Kristus? Kalau belum, jangan sia-siakan karya penebusan yang telah Ia lakukan. Masuklah sekarang juga, atau saudara akan binasa selama-lamanya dalam neraka.

 

-bersambung-

Bagi sdr yg telah mendapat berkat dari artikel ini..mohon kiranya dapat membantu menyebarkan Pada sdr2 kita yg lain, sehingga semakin banyak sdr kita yg juga bisa membaca artikel ini dan mendapat berkat. Tuhan memberkati sdr. Amin.

 

Joh 21:17  Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku.


Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.

E-mail : [email protected]

e-mail us at [email protected]

http://golgothaministry.org

Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:

https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ

Channel Live Streaming Youtube :  bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali