Khotbah Pekabaran Injil
oleh
: Pdt. Budi Asali M.Div.
Apa yang Kristus alami bagi kita
YOHANES 19:1-5,16-30
I) Penderitaan dan kematian Kristus.
1) Kristus dicambuki (ay 1).
a) Berapa set pencambukan yang dialami oleh Yesus?
Kalau kita melihat dalam Injil Yohanes, maka Pontius Pilatus dihadap-kan pada 2 pilihan:
Pontius Pilatus lalu ingin mengambil jalan tengah (kompromi), dengan jalan mencambuki Yesus. Ia pikir mungkin dengan demikian orang-orang Yahudi itu sudah cukup puas, dan tidak meneruskan tuntutan mereka untuk menyalibkan Yesus. Jadi dalam Injil Yohanes (juga dalam Luk 23:16,22), pencambukan diberikan kepada Yesus dengan tujuan untuk melepaskan Yesus, dan ini dilakukan sebelum sidang selesai. Tetapi dalam Injil Matius dan Markus (Mat 27:26 Mark 15:15) pencambukan dilakukan sebagai pendahuluan penyaliban, dan dilakukan setelah persidangan selesai. Karena itu ada orang yang berpendapat bahwa Yesus dicambuki 2 x (2 set pencambukan). Tetapi banyak penafsir yang tidak setuju dengan ini.
Kalaupun Yesus hanya mengalami 1 set pencambukan, tahukah sau-dara berapa kali cambuk itu menghajar punggung Yesus? Orang Ya-hudi terikat oleh hukum Tuhan dalam Ul 25:3 yang melarang melaku-kan pencambukan lebih dari 40 x. Dan karena mereka takut salah hitung sehingga melanggar hukum itu, maka pada waktu mereka mencambuki, mereka hanya melakukannya sebanyak 39 x (bdk. 2Kor 11:24 dimana Paulus mengalami pencambukan 39 x itu sebanyak 5 kali). Tetapi yang mencambuki Yesus adalah orang Romawi yang terkenal kejam, dan tidak terikat pada hukum Tuhan. Jadi bisa saja Yesus dicambuki lebih dari 40 x!
b) Hebatnya pencambukan:
Untuk bisa mengerti lebih baik tentang hebatnya penderitaan Kristus pada waktu disesah, mari kita lihat komentar-komentar di bawah ini.
Leon Morris (NICNT):
"Scourging was a brutal affair. It was
inflicted by a whip of several thongs, each of which was loaded with pieces of
bone or metal. It could make pulp of man’s back" (= Pencambukan
adalah suatu peristiwa yang brutal. Hal itu diberikan dengan sebuah cambuk yang
terdiri dari beberapa tali kulit, yang masing-masing diberi potongan-potongan
tulang atau logam. Itu bisa membuat punggung orang menjadi bubur).
Leon Morris (NICNT):
"... Josephus tells us that a certain
Jesus, son of Ananias, was brought before Albinus and ‘flayed to the bone with
scourges’ ... Eusebius narrates that certain martyrs at the time of Polycarp
‘were torn by scourges down to deep-seated veins and arteries, so that the
hidden contents of the recesses of their bodies, their entrails and organs, were
exposed to sight’ ... Small wonder that men not infrequently died as a result
of this torture" (= Josephus menceritakan bahwa seorang Yesus tertentu,
anak dari Ananias, dibawa ke depan Albinus dan ‘dikuliti sampai tulangnya
dengan cambuk’ ... Eusebius menceritakan bahwa martir-martir tertentu pada
jaman Polycarp ‘dicabik-cabik oleh cambuk sampai pada pembuluh darah dan
arteri yang ada di dalam, sehingga bagian dalam yang tersembunyi dari tubuh
mereka, isi perut dan organ-organ mereka, menjadi terbuka dan kelihatan’ ...
Tidak heran bahwa tidak jarang orang mati sebagai akibat penyiksaan ini).
c) Pada waktu memikul salib ke tempat penyaliban (ay 17), biasanya orang hukuman itu dicambuki sepanjang jalan.
William Barclay:
"Often the criminal had to be lashed
and goaded along the road, to keep him on his feet, as he staggered to the place
of crucifixion" (= Seringkali orang kriminil itu harus dicambuki dan
didorong dengan tongkat sepanjang jalan, supaya ia tetap berdiri pada kakinya,
pada waktu ia berjalan terhuyung-huyung menuju tempat penyaliban).
d) Yesus rela mengalami penyesahan itu untuk kita (bdk. Yes 53:4-6 1Pet 2:24).
Yes 53:4-6 berbunyi: "Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan ke-sengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian".
Kita yang adalah orang berdosa, dan karena itu kitalah yang seharusnya mengalami hukuman seperti itu. Tetapi Yesus yang tidak ber-salah, karena kasihNya kepada kita, rela menanggung hukuman itu bagi kita, supaya kalau kita percaya kepada Dia, kita bebas dari semua hukuman dosa!
2) Kristus dihina / diejek / dipermalukan.
Ini mencakup beberapa hal:
a) Pemberian mahkota duri di kepala Yesus dan pemberian jubah ungu (ay 2).
William Hendriksen menghubungkan mahkota duri ini dengan Kej 3:18 dengan berkata:
"... the fact that thorns and thistles are mentioned in Gen 3:18 in connection with Adam’s fall. Hence, here in 19:2,3 Jesus is pictured as bearing the curse that lies upon nature. He bears it in order to deliver nature (and us) from it" [= ... fakta bahwa duri dan rumput duri disebutkan dalam Kej 3:18 dalam hubungannya dengan kejatuhan Adam. Karena itu, di sini dalam 19:2,3 Yesus digambarkan menang-gung / memikul kutuk yang ada pada alam. Ia memikulnya untuk membebaskan alam (dan kita) dari kutuk itu].
b) ‘Penghormatan’ yang diberikan kepadaNya sebagai raja Yahudi dan penamparan (ay 3).
c) Penelanjangan terhadapNya (ay 23-24).
"It is implied that his body was
exposed naked on the cross" (= Secara tidak langsung dikatakan bahwa
tubuhNya telanjang di kayu salib).
Bisakah saudara bayangkan bagaimana malunya kalau ditelan-jangi di depan umum? Itulah yang Yesus alami untuk saudara!
"Let us also learn that Christ was stripped of his garments, that he might clothe us with righteousness; that his naked body was exposed to the insults of men, that we may appear in glory before the judgment-seat of God" (= Marilah kita belajar bahwa Kristus dilepas jubahNya, supaya Ia bisa memberi kita pakaian dengan kebenaran; bahwa tubuhNya yang telanjang terbuka terhadap penghinaan-penghinaan manusia, supaya kita bisa muncul dalam kemuliaan di depan tahta pengadilan Allah).
3) Kristus disalibkan.
Hal-hal yang perlu diketahui tentang tradisi penyaliban:
a) Pemikulan salib (ay 17).
Orang yang disalib harus memikul salibnya menuju tempat penyaliban melalui route yang dipilih sepanjang mungkin. Mengapa?
"... there was a merciful reason. ...
the long route was chosen, so that if anyone could still bear witness in his
favour, he might come forward and do so. In such a case, the procession was
halted and the case retried" (= ... ada alasan belas kasihan. ... route
/ jalan yang panjang dipilih, supaya jika ada seseorang yang bisa memberi
kesaksian mem-bela dia, orang itu bisa maju ke depan dan melakukannya. Dalam hal
itu, proses penyaliban itu dihentikan dan kasusnya diperiksa ulang).
Betul-betul menyedihkan bahwa dalam kasus Kristus tidak ada seorangpun yang berani maju ke depan untuk membela Dia!
Bagi Kristus yang baru saja dicambuki, pemikulan salib itu bukan hanya berat, tetapi juga sangat menyakitkan, karena kayu salib yang kasar itu mengenai pundakNya yang penuh dengan luka cambuk.
b) Penyaliban terjadi di luar kota (ay 17 - ‘pergi ke luar’. Bdk. Mat 27:32).
Catatan: sekalipun yang melaksanakan penghukuman mati itu ada-lah tentara Romawi, tetapi tokoh-tokoh Yahudi jelas mempunyai ‘suara’ yang sangat kuat (bdk. Mat 27:62-66 Mat 28:11-15).
Dari semua ini terlihat dengan jelas bahwa semua ini dikontrol oleh Allah, sehingga terlaksanalah Rencana Allah, yang memang sudah menetapkan Kristus sebagai penggenapan dari korban penghapus dosa.
c) Adanya ‘tempat duduk’ pada kayu salib yang menahan sebagian berat badan sehingga tidak merobek luka / lubang paku di tangan.
Pulpit Commentary:
"A sedile was arranged to bear a
portion of the weight of the body, which would never have been sustained by the
gaping wounds" (= Sebuah tempat duduk diatur untuk memikul sebagian
berat tubuh, yang tidak akan pernah bisa ditahan oleh luka-luka yang menganga).
‘The International Standard Bible Encyclopedia’ dalam article yang berjudul ‘Cross’ berkata sebagai berikut:
"A small wooden block (sedicula) or a
wooden peg positioned midway on the upright supported the body weight as the
buttocks rested on it. This feature was extremely important in cases of nailing
since it prevented the weight from tearing open the wounds" [= sebuah
kotak kayu kecil (sedicula) atau sebuah pasak kayu diletakkan di tengah-tengah
tiang tegak untuk menahan berat tubuh pada saat pantat terletak di sana. Bagian
ini sangat penting dalam kasus pemakuan karena ini mencegah berat badan sehingga
tidak merobek luka].
Barnes’ Notes tentang Mat 27:32:
"On the middle of that upright part
there was a projection, or seat, on which the person crucified sat, or, as it
were, rode. This was necessary, as the hands were not alone strong enough to
bear the weight of the body" (= Di tengah-tengah bagian tegak itu ada
suatu tonjolan, atau tempat duduk, di atas mana orang yang disalib itu duduk,
atau, mengendarai. Ini penting, karena tangan saja tidak kuat menahan berat
badan).
d) Penyaliban tidak selalu dilakukan dengan pemakuan, kadang-kadang dengan tali (diikat pada salib), dan kadang-kadang menggunakan ikat-an dan paku (mungkin kalau orangnya gemuk / berat). Tetapi dalam kasus Yesus jelas dilakukan dengan paku.
Barnes’ Notes tentang Mat 27:32:
"The feet were fastened to this
upright piece, either by nailing them with large spikes driven through the
tender part, or by being lashed by cords. To the cross-piece at the top, the
hands, being extended, were also fastened, either by spikes or by cords, or
perhaps in some cases by both. The hands and feet of our Saviour were both
fastened by spikes" (= Kaki dilekatkan pada tiang tegak, atau dengan
memakukannya dengan paku-paku besar yang dimasukkan melalui bagian-bagian yang
lunak, atau dengan meng-ikatnya dengan tali. Pada bagian salib yang ada di atas,
tangan, yang direntangkan, juga dilekatkan, atau dengan paku-paku atau dengan
tali, atau mungkin dalam beberapa kasus oleh keduanya. Tangan dan kaki dari
Tuhan kita keduanya dilekatkan dengan paku-paku).
Barnes’ Notes tentang Yoh 21:8:
"The limbs of persons crucified were
often bound instead of being nailed, and even the body was sometimes girded to
the cross" (= Kaki dan tangan dari orang yang disalibkan seringkali
diikat dan bukannya dipaku, dan bahkan tubuhnya kadang-kadang diikatkan pada
salib).
Point c (adanya ‘tempat duduk’) dan point d (digunakannya tali untuk mengikat) ini menyebabkan pemakuan bisa dilakukan pada tangan. Kita tidak perlu menyimpulkan bahwa pemakuan dilakukan pada per-gelangan tangan.
e) Pemakuan dilakukan pada saat kayu salib ditidurkan di tanah, dan se-telah itu kayu salib beserta orang yang tersalib itu diberdirikan, dan kayu salib itu dimasukkan ke lubang yang tersedia.
Barnes’ Notes dalam komentarnya tentang Mat 27:35 berkata sebagai berikut:
"The manner of the crucifixion was as follows: - After the criminal had carried the cross, attended with every possible jibe and insult, to the place of execution, a hole was dug in the earth to receive the foot of it. The cross was laid on the ground; the persons condemned to suffer was stripped, and was extended on it, and the soldiers fastened the hands and feet either by nails or thongs. After they had fixed the nails deeply in the wood, they elevated the cross with the agonizing sufferer on it; and, in order to fix it more firmly in the earth, they let it fall violently into the hole which they had dug to receive it. This sudden fall must have given to the person that was nailed to it a most violent and convulsive shock, and greatly increased his sufferings. The crucified person was then suffered to hang, commonly, till pain, exhaustion, thirst, and hunger ended his life" (= Cara penyaliban adalah sebagai berikut: - Setelah kriminil itu membawa salib, disertai dengan setiap ejekan dan hinaan yang dimungkinkan, ke tempat penyaliban, sebuah lubang digali di tanah untuk menerima kaki salib itu. Salib diletakkan di tanah; orang yang diputuskan untuk menderita itu dilepasi pakaiannya, dan direntangkan pada salib itu, dan tentara-tentara melekatkan tangan dan kaki dengan paku atau dengan tali. Setelah mereka memakukan paku-paku itu dalam-dalam ke dalam kayu, mereka menaikkan / menegakkan salib itu dengan penderita yang sangat menderita padanya; dan, untuk menancapkannya dengan lebih teguh di dalam tanah, mereka menjatuhkan salib itu dengan keras ke dalam lubang yang telah digali untuk menerima salib itu. Jatuhnya salib dengan mendadak itu pasti memberikan kepada orang yang disalib suatu kejutan yang keras, dan meningkatkan penderitaannya dengan hebat. Orang yang disalib itu lalu menderita tergantung, biasanya, sampai rasa sakit, kehabisan tenaga, kehausan, dan kelaparan mengakhiri hidupnya).
f) Hukuman salib adalah penderitaan yang luar biasa.
Barnes’ Notes melanjutkan komentarnya tentang Mat 27:35 dengan berkata sebagai berikut:
"As it was the most ignominious
punishment known, so it was the most painful. The following circumstances make
it a death of peculiar pain: (1.) The position of the arms and the body was
unnatural, the arms being extended back and almost immovable. The least motion
gave violent pain in the hands and feet, and in the back, which was lacerated
with stripes. (2.) The nails, being driven through the parts of the hands and
feet which abound with nerves and tendons, created the most exquisite anguish.
(3.) The exposure of so many wounds to the air brought on a violent
inflammation, which greatly increased the poignancy of the suffering. (4.) The
free circulation of the blood was prevented. More blood was carried out in the
arteries than could be returned by the veins. The consequence was, that there
was a great increase in the veins of the head, producing an intense pressure and
violent pain. The same was true of other parts of the body. This intense
pressure in the blood vessels was the source of inexpressible misery. (5.) The
pain gradually increased. There was no relaxation, and no rest." [= Itu
adalah hukuman yang paling hina / memalukan yang dikenal manusia, dan itu juga
adalah hukuman yang paling menyakitkan. Hal-hal berikut ini menyebabkan
penyaliban suatu kematian dengan rasa sakit yang khusus: (1.) Posisi lengan dan
tubuh tidak alamiah, lengan direntangkan ke belakang dan hampir tidak bisa
bergerak. Gerakan yang paling kecil memberikan rasa sakit yang hebat pada tangan
dan kaki, dan pada punggung, yang sudah dicabik-cabik dengan cambuk. (2.)
Paku-paku, yang dimasukkan melalui bagian-bagian tangan dan kaki yang penuh
dengan syaraf dan otot, memberikan penderitaan yang sangat hebat. (3.)
Terbukanya begitu banyak luka terhadap udara menyebabkan peradangan yang hebat,
yang sangat meningkatkan kepedihan / ketajaman penderitaan. (4.) Peredaran bebas
dari darah dihalangi. Lebih banyak darah dibawa keluar oleh arteri-arteri dari
pada yang bisa dikembalikan oleh pembuluh-pembuluh darah balik. Akibatnya ialah,
terjadi peningkatan yang besar dalam pembuluh darah balik di kepala, yang
menghasilkan tekanan dan rasa sakit yang hebat. Hal yang sama terjadi dengan
bagian-bagian tubuh yang lain. Tekanan yang hebat dalam pembuluh darah adalah
sumber penderitaan yang tidak terlukiskan. (5.) Rasa sakit itu naik secara
bertahap. Tidak ada pengendoran, dan tidak ada istirahat].
William Barclay, dalam komentarnya tentang Luk 23:32-38, berkata sebagai berikut:
"The terror of crucifixion was this -
the pain of that process was terrible but it was not enough to kill, and the
victim was left to die of hunger and thirst beneath the blazing noontide sun and
the frost of the night" (= Hal yang mengerikan / menyeramkan dari
penyaliban adalah ini - rasa sakit dari proses penyaliban itu luar biasa, tetapi
tidak cukup untuk membunuh, dan korban dibiarkan mati oleh kelaparan dan
kehausan di bawah sinar matahari yang membakar dan cuaca beku pada malam hari).
Barnes’ Notes, dalam komentarnya tentang Mat 27:32, berkata sebagai berikut:
"... the body was left exposed often
many days, and not unfrequently suffered to remain till the flesh had been
devoured by vultures, or putrefied in the sun" (= tubuh itu dibiarkan
terbuka seringkali sampai beberapa hari, dan tidak jarang orang itu terus
menderita sampai dagingnya dimakan oleh burung pemakan bangkai, atau membusuk di
bawah matahari).
Catatan: dalam kasus Yesus memang penyaliban tidak berlangsung berhari-hari. Mungkin hanya berlangsung selama ± 6 jam, yaitu mulai pukul 9 pagi (Mark 15:25) sampai Ia mati pada ± pukul 3 siang (Mat 27:46-50).
4) Kristus mengalami kehausan (ay 28-29).
a) Kehausan adalah salah satu penderitaan hebat yang selalu menyertai penyaliban.
Barnes’ Notes:
"Thirst was one of the most distressing circumstances attending the crucifixion. The wounds were highly inflamed, and the raging fever was caused usually by the sufferings on the cross, and this was accompanied by insupportable thirst" (= Kehausan adalah salah satu keadaan yang paling membuat menderita yang menyertai penyaliban. Luka-luka itu meradang dengan hebat, dan demam yang tinggi biasanya terjadi oleh penderitaan-penderitaan pada salib, dan ini disertai / diiringi oleh kehausan yang tak tertahankan).
b) Mengapa Kristus harus mengalami kehausan?
c) Kristus minta minum supaya:
d) Pada waktu Kristus minta minum, Ia diberi anggur asam (ay 29).
Ada 3 hal yang ingin saya persoalkan di sini:
Leon Morris (NICNT):
"‘vinegar’ is a term which signifies a cheap wine, the kind of drink that was used by the masses" (= ‘cuka’ adalah suatu istilah yang berarti anggur murah, jenis minuman yang digunakan oleh orang banyak).
"Now, it ought to be remarked, that
Christ does not ask any thing to drink till all things have been accomplished
... No words can fully express the bitterness of the sorrows which he endured;
and yet he does not desire to be freed from them, till the justice of God has
been satisfied, and till he has made a perfect atonement" (= Harus
diperhatikan, bahwa Kristus tidak meminta minum apapun sampai semua telah
selesai / tercapai ... Tidak ada kata-kata yang dapat menyatakan secara penuh
kesedihan yang ditahanNya; tetapi Ia tidak ingin dibebaskan darinya, sampai
keadilan Allah telah dipuaskan, dan sampai Ia telah membuat penebusan yang
sempurna).
Tetapi bagaimana mungkin sudah selesai, padahal Ia belum mengalami kematian? Calvin berkata bahwa Kristus mengucapkan kata-kata ‘Sudah selesai’ itu dengan memperhitungkan kematian-Nya yang akan terjadi. Atau ada juga yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan ‘sudah selesai’ adalah penderitaan aktif-Nya dalam memikul hukuman dosa.
5) Kristus mati.
Dengan demikian Ia membayar upah dosa yang adalah maut! Ia yang hidup rela mati, supaya kita yang mati dalam dosa bisa hidup!
II) Tanggapan terhadap penderitaan & kematian Yesus.
A) Tanggapan yang salah:
1) Tidak percaya / acuh tak acuh.
Kalau saudara bersikap seperti ini, maka itu berarti saudara harus memikul sendiri hukuman dosa saudara di dalam neraka!
2) Kasihan kepada Kristus.
Dalam perjalanan memikul salib ke luar kota, terjadi peristiwa dalam Luk 23:27-32 (bacalah bagian ini dalam Kitab Suci saudara).
Pulpit Commentary mengomentari bagian ini dengan berkata:
"He does not want our pity. This would
be a wasted and mistaken sentiment" (= Ia tidak membutuhkan /
menghendaki belas kasihan kita. Ini adalah suatu perasaan yang sia-sia dan
salah).
Kalau saudara mempunyai perasaan kasihan kepada Kristus, tetapi tidak percaya kepada Kristus, saudara sudah ditipu oleh setan. De-ngan adanya perasaan kasihan itu saudara seakan-akan adalah orang yang pro Yesus, tetapi ketidakpercayaan saudara membuktikan bahwa saudara tetap anti Yesus!
B) Tanggapan yang benar:
1) Percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat (ay 35 20:31).
Kalau saudara mau percaya kepada Kristus, maka saudara harus percaya hanya kepada Kristus. Tentang kata-kata ‘sudah selesai’ da-lam ay 30, Calvin memberi komentar sebagai berikut:
"If we give our assent to this word
which Christ pronounced, we ought to be satisfied with his death alone for
salvation, and we are not at liberty to apply for assistance in any other
quarter" (= Jika kita menyetujui kata-kata yang Kristus ucapkan, kita
harus puas dengan kematianNya saja untuk keselamatan, dan kita tidak boleh
menggunakan bantuan dari sudut lain manapun).
Karena itu, jangan menggabungkan Kristus dengan kepercayaan / agama lain, dengan kepercayaan kepada Maria atau orang suci, dengan kepercayaan pada perbuatan baik saudara sendiri, dsb. Keselamatan kita terjadi hanya karena jasa penebusan Kristus, yang kita terima dengan iman!
2) Kasihilah Yesus lebih dari segala sesuatu / siapapun juga, baik keluarga, anak, uang / pekerjaan, study, teman, hobby, hal-hal du-niawi dsb.
Kalau saudara mengasihi apapun / siapapun ( keluarga, anak, pacar, pekerjaan, uang, study, hobby, dsb) lebih dari Kristus, renungkan: pantaskah semua itu saudara utamakan di atas Kristus, yang sudah rela menderita dan mati secara begitu mengerikan dan memalukan bagi saudara? Tidakkah saudara seharusnya mengasihi Kristus lebih dari segala-galanya? Maukah saudara berusaha untuk bisa lebih mengasihi Yesus, dengan lebih banyak merenungkan apa yang sudah Ia lakukan bagi saudara, dengan lebih banyak bersekutu dengan Dia, dengan lebih banyak belajar tentang Dia (dari Firman Tuhan), dan dengan lebih banyak mentaati Dia?
Adanya kasih kepada Kristus inilah yang memungkinkan kita rela berkorban dalam pelayanan, ketaatan, dalam memberi persembahan, dsb.
3) Tidak hidup untuk diri sendiri, tetapi untuk Tuhan / kebenaran.
2Kor 5:15 berbunyi: "Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka".
1Pet 2:24 - "Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuhNya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran".
Penerapan: renungkan baik-baik! Untuk apa / siapa saudara hidup? Untuk diri saudara sendiri? Untuk keluarga? Untuk ilmu pengetahuan? Untuk negara dan bangsa? Tujuan tertinggi dan termulia dalam hidup ini adalah untuk Tuhan!
4) Berjuang melawan dosa hingga mencucurkan darah.
Ibr 12:1-4 - "Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita. Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah. Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diriNya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa. Dalam pergumulan kamu melawan dosa kamu belum sampai mencucurkan darah".
Kalau saudara adalah orang yang sungguh-sungguh sudah percaya kepada Yesus, saya yakin saudara pasti sudah pernah dan sudah sering bergumul melawan dosa. Tetapi seberapa hebat pergumulan yang saudara lakukan? Ayat ini menuntut suatu pergumulan melawan dosa sampai pada titik dimana kita mencurahkan darah. Jadi kita harus rela berkorban apapun dalam pergumulan melawan dosa itu, dan kalau perlu kita harus rela berkorban nyawa. Maukah saudara melakukannya?
- AMIN -
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali