Pemahaman Alkitab

 

(online)

G. K. R. I. ‘GOLGOTA’

(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)

 

Selasa, tanggal 21 Juni 2022, pk 18.30

 

Pdt. Budi Asali, M. Div.

 

 

sabat Yahudi vs sabat kristen

 

(Kel 20:8-11)

 

Kel 20:8-11 - “(8) Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat: (9) enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, (10) tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu. (11) Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya.”.

 

I) Perubahan Sabat dari Sabtu ke Minggu.

 

1) Dasar dari hukum tentang hari Sabat: Tuhan menciptakan alam semesta dalam 6 hari, dan Ia beristirahat pada hari ke 7, lalu menguduskan (memisahkan) hari ketujuh itu (Kel 20:11  bdk. Kej 2:1-3).

 

Kel 20:11 - Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya.”.

 

Kej 2:1-3 - “(1) Demikianlah diselesaikan langit dan bumi dan segala isinya. (2) Ketika Allah pada hari ketujuh telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuatNya itu, berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuatNya itu. (3) Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuatNya itu.”.

 

2) Hari Sabat sebetulnya adalah hari Sabtu.

Dari penjelasan di atas terlihat bahwa hari Sabat sebetulnya adalah hari yang ketujuh. Sekarang, hari ketujuh itu hari apa? Bangsa Israel / orang-orang Yahudi menghitung hari dengan cara berbeda dari orang Tionghoa. Bagi orang Tionghoa, hari pertama adalah hari Senin, tetapi bagi bangsa Israel / orang Yahudi hari pertama adalah hari Minggu, hari kedua adalah hari Senin, dst., sehingga bagi mereka hari ketujuh adalah hari Sabtu. Jadi, hari Sabat sebetulnya (pada jaman Perjanjian Lama) adalah hari Sabtu.

 

Hal lain yang perlu diingat adalah bahwa pergantian hari bagi orang-orang Yahudi terjadi pada pk 6 sore. Jadi kalau bagi kita masih Jumat pk 6 sore, bagi mereka saat itu sudah mulai masuk hari Sabtu / Sabat.

 

Bdk. Luk 23:53-54 - “(53) Dan sesudah ia menurunkan mayat itu, ia mengapaninya dengan kain lenan, lalu membaringkannya di dalam kubur yang digali di dalam bukit batu, di mana belum pernah dibaringkan mayat. (54) Hari itu adalah hari persiapan dan sabat hampir mulai.”.

 

Catatan: Yesus mati pada Jumat pk 3 siang, dan setelah itu mayatNya diturunkan dan dikuburkan. Jadi pada saat penguburan itu selesai, sudah mendekati pk 6 sore, sehingga sudah hampir memasuki hari Sabat / Sabtu.

 

3) Perubahan Sabat dari Sabtu menjadi Minggu.

Sabat Kristen berbeda harinya dengan Sabat Yahudi. Bagi orang Kristen, hari Sabat berubah dari Sabtu menjadi Minggu.

 

Thomas Watson: “The old-seventh-day Sabbath, which was the Jewish Sabbath, is abrogated, and in the room of it the first day of the week, which is the Christian Sabbath, succeeds. The morality or substance of the fourth commandment does not lie in keeping the seventh day precisely, but keeping one day in seven is what God has appointed.” [= Sabat hari ke 7 yang lama, yang merupakan hari Sabat Yahudi, dibatalkan / dicabut, dan di tempatnya digantikan dengan hari pertama dari suatu minggu, yang adalah hari Sabat Kristen. Moralitas atau substansi / hakekat dari hukum ke 4 tidak terletak dalam pemeliharaan hari ke 7 secara persis, tetapi pada pemeliharaan 1 dari 7 hari yang merupakan apa yang telah ditetapkan Allah.] - ‘The Ten Commandments’, hal 95.

Catatan: ini tentu tidak berarti bahwa setiap kita berhak menentukan Sabatnya sendiri-sendiri. Setelah Sabat berubah ke hari Minggu, pada umumnya kita harus menjadikan hari Minggu sebagai Sabat kita. Saya katakan ‘pada umumnya’ karena hamba-hamba Tuhan tidak mungkin bisa mempunyai Sabat pada hari itu.

 

Orang-orang Advent menganggap bahwa kalau Sabat memang diubah, maka harus ada ayat yang secara explicit menunjukkan hal itu. Saya menjawab: tidak ada alasan untuk menuntut ayat yang explicit. Alkitab memang sering mengajar secara implicit.

Sebagai contoh: perubahan sakramen sunat menjadi baptisan, sekalipun ada ayatnya (Kol 2:11-12), juga tidak explicit / nyata / jelas. Lebih-lebih perubahan dari Perjamuan Paskah menjadi Perjamuan Kudus (Mat 26:26-29)! Lalu mengapa orang Advent sendiri mau mengubah sunat menjadi baptisan dan Perjamuan Paskah menjadi Perjamuan Kudus, padahal tidak ada ayat yang explicit?

 

Sekalipun dasar explicit tidak ada, tetapi dasar implicit ada dan cukup kuat. Apa saja alasan dari Alkitab yang menyebabkan orang Kristen mengubah Sabat dari Sabtu menjadi Minggu?

 

a)  Kristus bangkit pada hari Minggu, dan 2 x Ia menampakkan diri setelah kebangkitan, juga pada hari Minggu.

 

Bible Knowledge Commentary (tentang Kel 20:8-11): “In the present Church Age the day of worship has been changed from Saturday to Sunday because of Jesus’ resurrection on the first day of the week (cf. Acts 20:7; 1 Cor 16:2).” [= Dalam Jaman Gereja sekarang hari kebaktian telah diubah dari Sabtu menjadi Minggu karena kebangkitan Yesus pada hari pertama dari minggu (bdk. Kis 20:7; 1Kor 16:2).].

 

Kis 20:7 - Pada hari pertama dalam minggu itu, ketika kami berkumpul untuk memecah-mecahkan roti, Paulus berbicara dengan saudara-saudara di situ, karena ia bermaksud untuk berangkat pada keesokan harinya. Pembicaraan itu berlangsung sampai tengah malam.”.

 

1Kor 16:2 - Pada hari pertama dari tiap-tiap minggu hendaklah kamu masing-masing - sesuai dengan apa yang kamu peroleh - menyisihkan sesuatu dan menyimpannya (di rumah), supaya jangan pengumpulan itu baru diadakan, kalau aku datang.”.

 

Wycliffe Bible Commentary (tentang Kel 20:8-11): “The keeping of the seventh day of the week as the Sabbath is not abrogated in the NT, but the Sabbath of the New Creation is most naturally to be celebrated on that day when Christ, having ceased from his finished work, rose from the dead. The apostolic church celebrated both the first and the seventh days, but they soon discontinued the old Hebrew observance.” [= Pemeliharaan hari yang ketujuh dari suatu minggu sebagai hari Sabat tidak dihapuskan dalam Perjanjian Baru, tetapi Sabat dari Ciptaan Yang Baru paling wajar / alamiah untuk dirayakan pada hari dimana Kristus, setelah berhenti dari pekerjaanNya yang telah diselesaikan, bangkit dari antara orang mati. Gereja rasuli merayakan baik hari pertama maupun hari ketujuh, tetapi mereka dengan cepat menghentikan pemeliharaan Ibrani yang lama.].

 

R. L. Dabney: “After the resurrection of Christ, the perpetual Divine obligation of a religious rest was transferred to the first day of the week, and thence to the end of the world, the Lord’s day is the Christian Sabbath, by Divine and apostolic appointment.” [= Setelah kebangkitan Kristus, kewajiban Ilahi yang kekal tentang istirahat agamawi dipindahkan ke hari pertama dari suatu minggu, dan dari sana sampai akhir jaman, hari Tuhan adalah Sabat Kristen, oleh penetapan Ilahi dan rasuli.] - ‘Lectures in Systematic Theology’, hal 367-368.

 

Keil & Delitzsch: “... after the completion of His work, He also rested on the Sabbath. But He rose again on the Sunday; and through His resurrection, which is the pledge to the world of the fruits of His redeeming work, He has made this day the kuriakee’ heeme’ra (Lord’s day) for His Church, to be observed by it till the Captain of its salvation shall return,” [= ... setelah penyelesaian pekerjaanNya, Ia juga beristirahat pada hari Sabat (Sabtu). Tetapi Ia bangkit kembali pada hari Minggu; dan melalui kebangkitanNya, yang merupakan janji kepada dunia tentang buah dari pekerjaan penebusanNya, Ia telah menjadikan hari ini kuriakee’ heeme’ra (hari Tuhan) bagi GerejaNya, untuk diperhatikan / dihormati olehnya sampai Kapten keselamatannya datang kembali,].

 

Thomas Watson: “Christ rose on the first day of the week, out of the grave, and appeared twice on that day to his disciples, John 20:19,26, which was to intimate, as Augustine and Athanasius say, that he transferred the Jewish Sabbath to the Lord’s day.” [= Kristus bangkit dari kubur pada hari pertama dari suatu minggu, dan muncul / menampakkan diri 2 x pada hari itu kepada murid-muridNya, Yoh 20:19,26, yang tujuannya adalah untuk mengisyaratkan, seperti yang dikatakan Agustinus dan Athanasius, bahwa Ia memindahkan hari Sabat Yahudi ke hari Tuhan.] - ‘The Ten Commandments’, hal 95.

 

Sekarang mari kita memperhatikan 2 ayat yang dibicarakan dalam kutipan Thomas Watson di atas.

 

1.  Yoh 20:19 - “Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu itu berkumpullah murid-murid Yesus di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi. Pada waktu itu datanglah Yesus dan berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: ‘Damai sejahtera bagi kamu!’”.

 

a.       pada hari pertama minggu itu’.

Yohanes menulis sedemikian rupa sehingga hari pertama itu sangat ditekankan.

KJV: ‘Then the same day at evening, being the first day of the week’ [= Maka pada hari yang sama pada sore / malam hari, yang merupakan hari pertama dari minggu].

 

William Hendriksen mengatakan (hal 457) bahwa Yohanes mau menekankan hari pertama itu. Ia mulai dengan mengatakan ‘Now when it was evening of that day’ [= Pada sore / malam dari hari itu].

Dilihat dari kontextnya itu sudah menunjuk kepada hari pertama (bdk. 20:1). Tetapi Yohanes tidak puas dengan itu, dan ia melanjutkan ‘that day, the first day of the week’ [= hari itu, hari pertama dari minggu]. Ini menunjukkan penekanan pada hari pertama (hari minggu) itu.

Matthew Henry beranggapan bahwa ini merupakan tanda / bukti bahwa Allah menghormati hari itu.

 

b.      ‘malam’.

Text yang sedang kita pelajari ini (Yoh 20:19-23) paralel dengan Luk 24:36-dst. Sekarang mari kita perhatikan kontext dari Luk 24 itu.

 

Luk 24:29,33,36 - “(29) Tetapi mereka sangat mendesakNya, katanya: ‘Tinggallah bersama-sama dengan kami, sebab hari telah menjelang malam dan matahari hampir terbenam.’ Lalu masuklah Ia untuk tinggal bersama-sama dengan mereka. ... (33) Lalu bangunlah mereka dan terus kembali ke Yerusalem. Di situ mereka mendapati kesebelas murid itu. Mereka sedang berkumpul bersama-sama dengan teman-teman mereka. ... (36) Dan sementara mereka bercakap-cakap tentang hal-hal itu, Yesus tiba-tiba berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata kepada mereka: ‘Damai sejahtera bagi kamu!’”.

 

Jadi, kalau dilihat dari Luk 24:29,33,36 ini, terlihat dengan jelas bahwa saat ini bukan lagi siang / sore (sebelum pk 6 sore) tetapi sudah malam (lewat dari pk 6 sore). Itu berarti bahwa sebetulnya, dari perhitungan waktu Yahudi, itu bukan lagi hari pertama (minggu) tetapi hari kedua (senin).

 

William Hendriksen (tentang Yoh 20:19): “It was evening. In the light of Luke 24:29,33,36 we have a right to conclude that it was no longer early in the evening when the great event recorded in the present paragraph took place. As the Jews compute the days it was no longer the first day of the week. But John, though a Jew, is writing much later than Matthew and Mark, and does not seem to concern himself with Jewish time-reckoning.” [= Itu adalah malam. Dalam terang dari Luk 24:29,33,36 kami mempunyai hak untuk menyimpulkan bahwa itu bukan lagi awal dari suatu sore ketika peristiwa yang besar yang dicatat dalam text ini terjadi. Sebagaimana orang-orang Yahudi menghitung hari, itu bukan lagi hari pertama dari minggu. Tetapi Yohanes, sekalipun ia adalah orang Yahudi, menulis jauh lebih belakangan dari Matius dan Markus, dan kelihatannya tidak mempedulikan perhitungan waktu Yahudi.] - hal 458.

 

A. T. Robertson menganggap bahwa kata-kata “Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu itu menunjukkan bahwa Yohanes menggunakan perhitungan waktu Romawi dan bukan Yahudi.

Catatan: kalau Yohanes menggunakan perhitungan waktu Yahudi, maka ia tidak mungkin menggabungkan ‘malam’ dengan ‘hari pertama minggu itu’.

 

Bagian ini perlu diperhatikan karena ada orang-orang yang menolak perubahan Sabat dari Sabtu menjadi Minggu dengan mengatakan bahwa Yesus menampakkan diri di sini pada hari Senin, bukan pada hari Minggu. Itu memang Senin berdasarkan perhitungan waktu Yahudi, tetapi itu adalah Minggu berdasarkan perhitungan waktu Romawi. Dan Yohanes jelas menggunakan perhitungan waktu Romawi.

 

Salah satu bukti penggunaan perhitungan waktu Romawi oleh Yohanes adalah Yoh 19:14 - “Hari itu ialah hari persiapan Paskah, kira-kira jam dua belas. Kata Pilatus kepada orang-orang Yahudi itu: ‘Inilah rajamu!’”.

NIV/Lit: ‘about the sixth hour’ [= kira-kira jam keenam].

 

Dan kalau digunakan perhitungan waktu Yahudi, maka ini memang akan menjadi pk 12, seperti dalam terjemahan Kitab Suci Indonesia. Tetapi ini tidak mungkin, karena akan bertentangan dengan ayat-ayat yang menunjukkan bahwa Yesus sudah disalibkan pada pk 9 pagi.

 

Bdk. Mark 15:25,33 - “ (25) Hari jam sembilan (Lit: jam yang ketiga) ketika Ia disalibkan. ... (33) Pada jam dua belas (Lit: jam yang keenam), kegelapan meliputi seluruh daerah itu dan berlangsung sampai jam tiga.”.

 

Hendriksen (juga Tasker, Tyndale) menganggap Yohanes menggunakan perhitungan jam Romawi, dan itu berarti kira-kira pk 6.00 pagi.

 

William Hendriksen (tentang Yoh 19:14): “it has been shown that in other passages the author of the Fourth Gospel in all probability used the Roman civil day time-computation. See on 1:39; 4:6; 4:52. If there, why not here?” [= telah ditunjukkan bahwa dalam text-text lain pengarang dari Injil keempat sangat mungkin menggunakan perhitungan waktu Romawi. Lihat tentang 1:39; 4:6; 4:52. Jika di sana demikian, mengapa di sini tidak?] - hal 421.

 

Pulpit Commentary menambahkan (hal 423) argumentasi seorang penafsir yang mengatakan bahwa rasul Yohanes menulis Injil Yohanes ini di Efesus, yang menggunakan perhitungan waktu Asia, yang sama dengan perhitungan waktu Romawi.

 

c.       ‘berkumpullah murid-murid Yesus di suatu tempat’.

Kita memang tidak tahu apa tujuan para murid berkumpul pada saat itu, tetapi sedikitnya itu adalah suatu persekutuan. Bahkan ada penafsir yang beranggapan bahwa murid-murid berkumpul pada hari minggu dalam Yoh 20:19 itu, untuk berbakti.

 

Barnes’ Notes: “It is worthy of remark that this is the first assembly that was convened for worship on the Lord’s Day, and in that assembly Jesus was present. Since that time, the day has been observed in the church as the Christian Sabbath, particularly to commemorate the resurrection of Christ.” [= Layak diperhatikan bahwa ini adalah perkumpulan pertama yang dilakukan untuk kebaktian pada hari Tuhan, dan dalam perkumpulan itu Yesus hadir. Sejak saat itu, hari itu dihormati dalam gereja sebagai Sabat Kristen, khususnya untuk memperingati kebangkitan Kristus.].

 

2.  Yoh 20:26 - “Delapan hari kemudian murid-murid Yesus berada kembali dalam rumah itu dan Tomas bersama-sama dengan mereka. Sementara pintu-pintu terkunci, Yesus datang dan Ia berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: ‘Damai sejahtera bagi kamu!’”.

 

Maksudnya adalah 8 hari setelah Yoh 20:19. Ini bukan hari Senin, tetapi hari Minggu! Yoh 20:19 adalah hari Minggu. 8 hari setelah itu / hari ke 8 setelah itu juga adalah hari Minggu! (bandingkan dengan Yesus yang mati pada hari Jum’at, lalu bangkit pada hari ke 3 yang adalah hari Minggu - itulah cara mereka menghitung hari!).

 

       M   S   S    R   K    J   S   M

----|----|----|----|----|----|----|----|----|---

       1    2   3    4    5    6    7    8

 

Mengapa Yesus muncul lagi-lagi pada hari Minggu? Untuk menekankan perubahan Sabat dari Sabtu menjadi hari pertama (Minggu). Mari kita memperhatikan beberapa komentar dari para penafsir tentang bagian ini.

 

Barnes’ Notes (tentang Yoh 20:26): “‘And after eight days again’. That is, on the return of the first day of the week. From this it appears that they thus early set apart this day for assembling together, and Jesus countenanced it by appearing twice with them. It was natural that the apostles should observe this day, but not probable that they would do it without the sanction of the Lord Jesus. His repeated presence gave such a sanction, and the historical fact is indisputable that from this time this day was observed as the Christian Sabbath. See Acts 20:7; 1 Cor. 16:2; Rev. 1:10.” [= ‘Dan setelah 8 hari lagi’. Yaitu, pada kembalinya hari pertama dari suatu minggu. Dari sini kelihatannya mereka demikian awal memisahkan hari ini untuk berkumpul bersama-sama, dan Yesus menyetujuinya dengan muncul 2 x bersama mereka. Adalah sesuatu yang wajar bahwa rasul-rasul memperingati hari ini, tetapi tidak mungkin bahwa mereka melakukan hal itu tanpa persetujuan dari Tuhan Yesus. KehadiranNya yang terulang memberikan persetujuan seperti itu, dan fakta historis tidak dapat dibantah bahwa sejak saat ini hari ini diperingati sebagai Sabat Kristen. Lihat Kis 20:7; 1Kor 16:2; Wah 1:10.].

 

Jadi kelihatannya Barnes beranggapan bahwa rasul-rasul yang lebih dulu melakukan perubahan Sabat, dan Yesus lalu merestuinya. Tetapi saya lebih condong pada pandangan dari beberapa penafsir di bawah ini.

 

William Hendriksen (tentang Yoh 20:26): “Did the Lord wait until Sunday evening in order to encourage his disciples to observe that day - and not some other day - as day of rest and worship? That would seem probable.” [= Apakah Tuhan menunggu sampai Minggu malam untuk mendorong murid-muridNya untuk menghormati hari itu - dan bukannya hari yang lain - sebagai hari istirahat dan ibadah? Itu kelihatannya memungkinkan.] - hal 464.

 

Matthew Henry (tentang Yoh 20:26): “He deferred it so long as seven days. And why so? ... that he might put an honour upon the first day of the week, and give a plain intimation of his will, that it should be observed in his church as the Christian sabbath, the weekly day of holy rest and holy convocations.” [= Ia menunda itu selama 7 hari. Dan mengapa demikian? ... supaya Ia bisa meletakkan suatu penghormatan pada hari pertama dari suatu minggu, dan memberikan suatu isyarat yang jelas dari kehendakNya, bahwa hari itu harus diperingati / dihormati dalam gerejaNya sebagai Sabat Kristen, hari libur mingguan dan pertemuan kudus mingguan.].

 

Jamieson, Fausset & Brown (tentang Yoh 20:26): “‘And after eight days’ - that is, on the eighth or first day of the following week. They themselves probably met every day during the preceding week, but their Lord designedly reserved His second appearance among them until the recurrence of His resurrection-day, that He might thus inaugurate the delightful sanctities of THE LORD’S DAY (Rev. 1:10).” [= ‘Dan setelah 8 hari’ - yaitu, pada hari ke 8 atau hari pertama dari minggu berikutnya. Mereka sendiri mungkin bertemu setiap hari dalam sepanjang minggu yang lalu, tetapi Tuhan mereka dengan terencana menahan pemunculanNya yang kedua di antara mereka sampai kembalinya hari kebangkitanNya, supaya dengan demikian Ia bisa melantik kekudusan yang menggembirakan dari HARI TUHAN (Wah 1:10).].

 

Jelas bahwa inisiatif perubahan Sabat itu tidak mungkin datang dari rasul-rasul, yang lalu disetujui oleh Yesus. Inisiatif itu datang dari Yesus sendiri, yang secara sengaja dan terencana melakukan 2 x pemunculan pada hari Minggu, dan dengan demikian memberikan isyarat yang jelas tentang hal itu.

 

b) Hari Pentakosta (Kis 2:1-13), yang merupakan ‘hari berdirinya gereja’, juga jatuh pada hari Minggu (bdk. Im 23:15-16  Ul 16:9).

 

Im 23:15-16 - “(15) Kemudian kamu harus menghitung, mulai dari hari sesudah sabat itu, yaitu waktu kamu membawa berkas persembahan unjukan, harus ada genap tujuh minggu; (16) sampai pada hari sesudah sabat yang ketujuh kamu harus hitung lima puluh hari; lalu kamu harus mempersembahkan korban sajian yang baru kepada TUHAN.”.

 

Sabat jatuh pada hari ketujuh. Jadi, hari sesudah Sabat pasti adalah hari pertama / Minggu.

 

c)      Hari Minggu disebut sebagai ‘hari Tuhan’.

Wah 1:10 - “Pada hari Tuhan aku dikuasai oleh Roh dan aku mendengar dari belakangku suatu suara yang nyaring, seperti bunyi sangkakala,”.

 

Sekalipun ayat ini tidak menyebutkan bahwa itu adalah hari pertama / hari Minggu, tetapi boleh dikatakan semua penafsir menganggapnya demikian.

 

Thomas Watson: “As it is called the ‘Lord’s Supper,’ because of the Lord’s instituting the bread and wine and setting it apart from a common to a special and sacred use; so it is called the Lord’s-day, because of the Lord’s instituting it, and setting it apart from common days, to his special worship and service.” [= Sebagaimana itu disebut ‘Makan Malam / Perjamuan Tuhan’ {= Perjamuan Kudus}, karena Tuhan menetapkan roti dan anggur dan memisahkannya dari penggunaan yang umum / biasa menjadi penggunaan yang khusus dan keramat / kudus; demikian juga itu disebut ‘hari Tuhan’, karena Tuhan menetapkannya, dan memisahkannya dari hari-hari yang umum / biasa, bagi penyembahan dan kebaktianNya yang khusus.] - ‘The Ten Commandments’, hal 95.

 

Catatan: istilah ‘the Lord’s Supper’ muncul dalam 1Kor 11:20 versi KJV.

1Kor 11:20 - “Apabila kamu berkumpul, kamu bukanlah berkumpul untuk makan perjamuan Tuhan.”.

KJV: ‘the Lord’s supper’ [= makan malam Tuhan / perjamuan Tuhan].

 

Bdk. Yes 58:13-14 - “(13) Apabila engkau tidak menginjak-injak hukum Sabat dan tidak melakukan urusanmu pada hari kudusKu; apabila engkau menyebutkan hari Sabat ‘hari kenikmatan’, dan hari kudus TUHAN ‘hari yang mulia’; apabila engkau menghormatinya dengan tidak menjalankan segala acaramu dan dengan tidak mengurus urusanmu atau berkata omong kosong, (14) maka engkau akan bersenang-senang karena TUHAN, dan Aku akan membuat engkau melintasi puncak bukit-bukit di bumi dengan kendaraan kemenangan; Aku akan memberi makan engkau dari milik pusaka Yakub, bapa leluhurmu, sebab mulut Tuhanlah yang mengatakannya.”.

 

Matthew Henry (tentang Yes 58:13): “Even in Old-Testament times the sabbath was called the Lord’s day, and therefore it is fitly called so still, and for a further reason, because it is the Lord Christ’s day, Rev. 1:10.” [= Bahkan dalam jaman Perjanjian Lama, Sabat disebut ‘hari Tuhan’, dan karena itu, itu cocok tetap disebut demikian, dan untuk suatu alasan yang lebih jauh, karena itu adalah hari Tuhan Kristus, Wah 1:10.].

 

d) Sejak kebangkitan Yesus, orang-orang kristen berbakti pada hari pertama / hari Minggu.

 

1.  Kis 20:7 - “Pada hari pertama dalam minggu itu, ketika kami berkumpul untuk memecah-mecahkan roti, Paulus berbicara dengan saudara-saudara di situ, karena ia bermaksud untuk berangkat pada keesokan harinya. Pembicaraan itu berlangsung sampai tengah malam.”.

 

Ini jelas merupakan suatu kebaktian, dan itu diadakan pada hari pertama / hari Minggu.

 

Matthew Henry (tentang Kis 20:7): “They came together upon the first day of the week, which they called the Lord’s day (Rev. 1:10), the Christian sabbath, celebrated to the honour of Christ and the Holy Spirit, in remembrance of the resurrection of Christ, and the pouring out of the Spirit, both on the first day of the week. This is here said to be the day when the disciples came together, that is, when it was their practice to come together in all the churches.” [= Mereka datang berkumpul pada hari pertama dari minggu itu, yang mereka sebut ‘hari Tuhan’ (Wah 1:10), hari Sabat Kristen, dirayakan bagi kehormatan Kristus dan Roh Kudus, dalam peringatan tentang kebangkitan Kristus, dan pencurahan Roh Kudus, keduanya pada hari pertama dari minggu. Di sini ini dikatakan sebagai hari dimana murid-murid datang berkumpul, yaitu, pada waktu itu merupakan praktek mereka untuk datang berkumpul dalam semua gereja.].

 

Matthew Henry (tentang Kis 20:7): “They came together to break bread, that is, to celebrate the ordinance of the Lord’s supper, ... In the primitive times it was the custom of many churches to receive the Lord’s supper every Lord’s day, celebrating the memorial of Christ’s death in the former, with that of his resurrection in the latter;” [= Mereka datang berkumpul untuk memecahkan roti, yaitu untuk merayakan praktek Perjamuan Kudus, ... Dalam jaman primitif merupakan kebiasaan dari banyak gereja untuk menerima Perjamuan Kudus setiap hari Tuhan, merayakan peringatan kematian Kristus dalam hal yang terdahulu, dan kebangkitanNya dalam hal yang belakangan;].

 

Adam Clarke (tentang Kis 20:7): “‘To break bread.’ To break eucaristia, the eucharist, as the Syriac has it; intimating, by this, that they were accustomed to receive the holy sacrament on each Lord’s day. It is likely that, besides this, they received a common meal together. Some think that the agapee, or love feast, is intended” [= ‘Untuk memecah-mecahkan roti’. Untuk memecah-mecahkan EUCARISTIA, EUCHARIST, seperti bahasa Aram menuliskannya; menunjukkan dengan ini bahwa mereka terbiasa untuk menerima sakramen kudus pada setiap hari Tuhan. Adalah mungkin bahwa disamping ini mereka menerima makanan bersama. Sebagian orang beranggapan bahwa AGAPE, atau perjamuan kasih, yang dimaksudkan].

 

Jamieson, Fausset & Brown (tentang Kis 20:7): “‘To break bread.’ This, when compared with 1 Cor. 16:2, and other similar allusions, plainly indicates that the Christian observance the first day of the week - afterward emphatically termed ‘The Lord’s Day’ - was already a fixed practice of the churches.” [= ‘Untuk memecah-mecahkan roti’. Ini, pada saat dibandingkan dengan 1Kor 16:2, dan bagian-bagian lain yang mirip yang menunjukkan secara tak langsung, dengan jelas menunjukkan bahwa pemeliharaan orang-orang Kristen terhadap hari pertama dari minggu - yang belakangan secara menekankan diistilahkan dengan ‘hari Tuhan’ - sudah merupakan suatu praktek yang tetap dari gereja-gereja.].

 

Wycliffe (tentang Kis 20:7): “This is the earliest clear reference to the Christian practice of observing Sunday as a day of worship. The first Christians, as Jews, probably continued to observe the Sabbath as well as the first day of the week. We are not told when or how the practice of Sunday worship arose in the church. ... Broken bread refers to the breaking of the bread of the Lord’s Supper. Eaten refers to the agape or love feast, a fellowship meal that accompanied the Lord’s Supper.” [= Ini merupakan referensi yang jelas yang paling awal bagi praktek Kristen untuk memperingati hari Sabat maupun hari pertama dari minggu. Kita tidak diberitahu kapan atau bagaimana praktek ibadah minggu muncul dalam gereja. ... Pemecahan roti menunjuk pada pemecahan roti dari Perjamuan Kudus. ‘Makan’ menunjuk pada AGAPE atau perjamuan kasih, suatu makan persekutuan yang menyertai Perjamuan Kudus.].

 

Catatan: bagian akhir yang saya garis-bawahi menunjuk pada Kis 20:11 - “Setelah kembali di ruang atas, Paulus memecah-mecahkan roti lalu makan; habis makan masih lama lagi ia berbicara, sampai fajar menyingsing. Kemudian ia berangkat”.

 

Bible Knowledge Commentary (tentang Kis 20:7):This is the clearest verse in the New Testament which indicates that Sunday was the normal meeting day of the apostolic church. Paul stayed in Troas for seven days (v. 6) and the church met on the first day of the week. Luke’s method of counting days here was not Jewish, which measures from sundown to sundown, but Roman, which counted from midnight to midnight. This can be stated dogmatically because ‘daylight’ (v. 11) was the next day (v. 7). [= Ini adalah ayat yang paling jelas dalam Perjanjian Baru yang menunjukkan bahwa hari minggu adalah hari pertemuan normal dari gereja rasuli. Paulus tinggal di Troas untuk 7 hari (ay 6) dan gereja bertemu pada hari pertama dari minggu. Metode Lukas tentang penghitungan hari di sini bukanlah metode Yahudi, yang mengukur dari matahari terbenam sampai matahari terbenam, tetapi metode Romawi, yang menghitung dari tengah malam sampai tengah malam. Ini bisa dinyatakan secara dogmatik karena ‘fajar menyingsing’ (ay 11) merupakan hari berikutnya (ay 7).].

 

Kis 20:6-11 - “(6) Tetapi sesudah hari raya Roti Tidak Beragi kami berlayar dari Filipi dan empat hari kemudian sampailah kami di Troas dan bertemu dengan mereka. Di situ kami tinggal tujuh hari lamanya. (7) Pada hari pertama dalam minggu itu, ketika kami berkumpul untuk memecah-mecahkan roti, Paulus berbicara dengan saudara-saudara di situ, karena ia bermaksud untuk berangkat pada keesokan harinya. Pembicaraan itu berlangsung sampai tengah malam. (8) Di ruang atas, di mana kami berkumpul, dinyalakan banyak lampu. (9) Seorang muda bernama Eutikhus duduk di jendela. Karena Paulus amat lama berbicara, orang muda itu tidak dapat menahan kantuknya. Akhirnya ia tertidur lelap dan jatuh dari tingkat ketiga ke bawah. Ketika ia diangkat orang, ia sudah mati. (10) Tetapi Paulus turun ke bawah. Ia merebahkan diri ke atas orang muda itu, mendekapnya, dan berkata: ‘Jangan ribut, sebab ia masih hidup.’ (11) Setelah kembali di ruang atas, Paulus memecah-mecahkan roti lalu makan; habis makan masih lama lagi ia berbicara, sampai fajar menyingsing. Kemudian ia berangkat.”.

 

The Bible Exposition Commentary: The ‘breaking of bread’ in Acts 20:7 refers to the Lord’s Supper, whereas in Acts 20:11 it describes a regular meal. [= Pemecahan roti dalam Kis 20:7 menunjuk pada Perjamuan Kudus, sedangkan dalam Kis 20:11 itu menggambarkan makan biasa.].

 

Kesimpulan: memang ada perbedaan pandangan di antara para penafsir tentang arti dari 2 x pemecahan roti (ay 7,11), tetapi bagaimanapun, dari 2 x pemecahan roti itu, salah satu pasti menunjuk pada Perjamuan Kudus. Dengan demikian, itu pasti dilakukan dalam kebaktian.

 

2.  1Kor 16:2 - “Pada hari pertama dari tiap-tiap minggu hendaklah kamu masing-masing - sesuai dengan apa yang kamu peroleh - menyisihkan sesuatu dan menyimpannya (di rumah), supaya jangan pengumpulan itu baru diadakan, kalau aku datang”.

 

Kata-kata ‘di rumah’ ini bukan hanya salah terjemahan, tetapi juga tidak masuk akal. Kalau memang harus disimpan ‘di rumah’ mengapa mereka harus mengumpulkan pada hari pertama? Kata-kata ‘di rumah’ itu seharusnya tidak ada / dihapuskan. KJV/RSV/NIV/NASB/ASV/NKJV tidak mempunyai kata-kata itu.

 

NIV: ‘each one of you should set aside a sum of money in keeping with his income, saving it up, ...’ [= setiap orang dari kamu harus menyisihkan sejumlah uang sesuai dengan penghasilannya, mengumpulkannya, ...].

 

Adam Clarke (tentang 1Kor 16:2): “It appears from the whole that the first day of the week, which is the Christian Sabbath, was the day on which their principal religious meetings were held in Corinth and the churches of Galatia; and, consequently, in all other places where Christianity had prevailed. This is a strong argument for the keeping of the Christian Sabbath.” [= Kelihatan dari seluruh bagian ini bahwa hari pertama dari minggu, yang merupakan Sabat Kristen, adalah hari dimana pertemuan-pertemuan agama utama mereka dilakukan di Korintus dan gereja-gereja Galatia; dan karena itu, di semua tempat dimana kekristenan tersebar. Ini merupakan argumentasi yang kuat untuk memelihara hari Sabat Kristen.].

 

Charles Hodge (tentang 1Kor 16:2): “If Paul directed this money to be laid up at home, why was the first day of the week selected? It is evident that the first day must have offered some special facility for doing what is here enjoined. The only reason that can be assigned for requiring the thing to be done on the first day of the week, is, that on that day the Christians were accustomed to meet, and what each one had laid aside from his weekly gains could be treasured up, i.e. put into the common treasury of the church.” [= Jika Paulus mengarahkan uang ini untuk disimpan di rumah, mengapa hari pertama dari minggu dipilih? Adalah jelas bahwa hari pertama pasti memberikan suatu fasilitas khusus untuk melakukan apa yang diperintahkan di sini. Satu-satunya alasan yang bisa diberikan untuk mengharuskan hal itu dilakukan pada hari pertama dari minggu adalah bahwa pada hari itu orang-orang Kristen terbiasa untuk bertemu, dan apa yang tiap orang telah sisihkan dari keuntungan mingguannya bisa disimpan, yaitu dimasukkan ke dalam perbendaharaan umum dari gereja] - hal 364.

 

Jadi, berbakti pada hari Minggu ini sudah dimulai sangat awal, dan beberapa penafsir mengatakan bahwa sejak awal abad kedua, seluruh gereja sudah meninggalkan Sabat Yahudi, dan menggunakan hari Minggu sebagai hari Sabat /  hari Kebaktian.

Ke-universal-an seperti ini tidak mungkin terjadi kalau hanya orang-orang kristen tertentu yang mengubahnya. Bahkan saya berpendapat tidak akan mungkin terjadi seandainya hanya sebagian dari rasul-rasul yang mengubahnya.

Ini hanya bisa terjadi kalau semua rasul mengubahnya, dan mereka tidak mungkin mengubah berdasarkan kemauan / pemikiran mereka sendiri. Mereka pasti mendapat perintah dari Tuhan.

 

Jewish New Testament Commentary (tentang 1Kor 16:2): “There is good documentation that the Gentile churches have observed Sunday as a day of worship since very early times. Specifically, Ignatius writes in the early second century of Sunday as ‘the Lord’s Day,’ commemorating the day Yeshua rose from the grave. This we know to have been Sunday from Mt 28:1 and Lk 24:1; [= Ada dokumentasi yang baik bahwa gereja-gereja dari orang-orang non Yahudi telah memelihara hari Minggu sebagai suatu hari kebaktian sejak masa yang sangat awal. Secara khusus, Ignatius menulis pada awal abad ke 2 tentang hari Minggu sebagai ‘hari Tuhan’, untuk memperingati hari dimana Yesus bangkit dari kubur. Ini kita ketahui sebagai hari Minggu dari Mat 28:1 dan Luk 24:1;].

 

Thomas Watson: “Augustine and Innocentius, and Isidore, make the keeping of our gospel Sabbath to be of apostolic sanction, and affirm, that by virtue of the apostles’ practice, this day is to be set apart for divine worship. What the apostles did, they did by divine authority; for they were inspired by the Holy Ghost.” [= Agustinus dan Innocentius, dan Isidore, menganggap pemeliharaan Sabat Injil kita sebagai penetapan rasuli, dan menegaskan, bahwa berdasarkan praktek rasul-rasul, hari ini harus dipisahkan untuk penyembahan / ibadah ilahi. Apa yang dilakukan rasul-rasul, mereka lakukan oleh otoritas ilahi; karena mereka diilhami oleh Roh Kudus.] - ‘The Ten Commandments’, hal 95.

 

Thomas Watson: “The primitive church had the Lord’s-day, which we now celebrate, in high estimation. It was a great badge of their religion to observe this day. Ignatius, the most ancient father, who lived in the time of John the apostle, has these words, ‘Let every one that loveth Christ keep holy the first day of the week, the Lord’s-day.’” [= Gereja mula-mula sangat meninggikan hari Tuhan, yang sekarang kita rayakan. Merupakan lencana yang besar dari agama mereka untuk menghormati hari ini. Ignatius, bapa gereja yang paling kuno, yang hidup pada jaman Yohanes sang rasul, mengatakan kata-kata ini: ‘Hendaklah setiap orang yang mengasihi Kristus menguduskan hari pertama dari suatu minggu, hari Tuhan’.] - ‘The Ten Commandments’, hal 95-96.

 

William Barclay (tentang Wah 1:10): “By early in the second century the Sabbath had been abandoned and the Lord’s Day was the accepted Christian day.” [= Pada awal abad kedua hari Sabat telah ditinggalkan dan hari Tuhan diterima sebagai hari Kristen.] - hal 43.

Catatan: ‘awal abad kedua’ berarti tahun 100an, dan itu sangat dekat dengan masa kehidupan rasul Yohanes, yang masih hidup sampai akhir abad pertama.

 

Philip Schaff: “The universal and uncontradicted Sunday observance in the second century can only be explained by the fact that it had its roots in apostolic practice.” [= Ibadah pada hari Minggu yang bersifat universal dan tidak ditentang pada abad kedua, hanya bisa dijelaskan oleh fakta bahwa itu mempunyai akarnya dalam praktek rasuli.] - ‘History of the Christian Church’, vol I, hal 478-479.

 

Homer Hailey (tentang Wah 1:10): “The ante-Nicene writers who wrote after John followed a consistent pattern in considering ‘the first day,’ ‘the Lord’s day,’ the ‘resurrection day,’ and the day of meeting, Sunday, as identical. Ignatius (30-107 A.D.) writes, ‘Let every friend of Christ keep the Lord’s day as a festival, the resurrection day, the queen and chief of all the days (of the week)’ (A-N-F, I, p. 63). Justin (110-165 A.D.), writing of the day which the saints met for worship identified it as ‘Sunday ... the first day ... and Jesus Christ our Saviour on the same day rose from the dead’ (I, p. 168). The teaching of the Twelve (120-190 A.D.): ‘But every Lord’s day do ye gather yourselves, and break bread’ (VII, p. 381). Clement (153-217 A.D.), writing agonist (against?) Gnostics, identifies the Lord’s day with the resurrection, saying, ‘He, in fulfillment of the precept, according to the Gospel, keeps the Lord’s day ... glorifying the Lord’s resurrection’ (II, p. 545). Tertullian (145-220 A.D.) identifies ‘the Lord’s day’ as ‘every eighth day’ (III, p. 70). Constitution of the Holy Apostles (250-325 A.D.): ‘And on the day of our Lord’s resurrection, which is the Lord’s day, meet more diligently’ (VII, p. 423); and ‘on the day of the resurrection of the Lord, that is, the Lord’s day, assemble yourselves together, without fail’ (ibid. p. 471).” [= Penulis-penulis sebelum Nicea yang menulis setelah Yohanes mengikuti pola yang konsisten dalam menganggap ‘hari pertama’, ‘hari Tuhan’, ‘hari kebangkitan’, dan hari pertemuan, Minggu, sebagai identik. Ignatius (30-107 M) menulis: ‘Hendaknya setiap teman Kristus memelihara hari Tuhan sebagai suatu perayaan, hari kebangkitan, ratu dan kepala dari semua hari (dari suatu minggu)’ (A-N-F, I, hal 63). Justin (110-165 M), menulis tentang hari dimana orang-orang kudus bertemu untuk kebaktian menyebutnya sebagai ‘Minggu ... hari yang pertama ... dan Yesus Kristus Juruselamat kita bangkit dari antara orang mati pada hari yang sama’ (I, hal 168). The teaching of the Twelve (120-190 M): ‘Tetapi setiap hari Tuhan kamu berkumpul dan memecahkan roti’ (VII, hal 381). Clement (153-217 M), menulis menentang Gnostics, mengidentikkan hari Tuhan dengan kebangkitan, dengan berkata: ‘Ia, dalam penggenapan ajaran / perintah, sesuai dengan Injil, memelihara hari Tuhan ... memuliakan kebangkitan Tuhan’ (II, hal 545). Tertullian (145-220 M) mengidentikkan / menyebut ‘hari Tuhan’ sebagai ‘setiap hari ke 8’ (III, hal 70). Constitution of the Holy Apostles (250-325 M): ‘Dan pada hari kebangkitan Tuhan, yang adalah hari Tuhan, bertemulah dengan makin rajin’ (VII, hal 423); dan ‘pada hari kebangkitan Tuhan, yaitu, hari Tuhan, kumpulkanlah dirimu bersama-sama, tanpa gagal (jangan pernah gagal untuk bertemu)’ (ibid. hal 471).] - hal 107 (footnote).

 

Keberatan:

 

Tetapi bagaimana dengan ayat-ayat yang menunjukkan bahwa rasul Pauluspun tetap berbakti pada hari Sabat (hari ketujuh) setelah kebangkitan Yesus? Misalnya:

a.  Kis 13:14 - “Dari Perga mereka (Paulus dan kawan-kawan) melanjutkan perjalanan mereka, lalu tiba di Antiokhia di Pisidia. Pada hari Sabat mereka pergi ke rumah ibadat, lalu duduk di situ.”.

b.  Kis 13:42 - “Ketika Paulus dan Barnabas keluar, mereka diminta untuk berbicara tentang pokok itu pula pada hari Sabat berikutnya.”.

c.  Kis 13:44 - “Pada hari Sabat berikutnya datanglah hampir seluruh kota itu berkumpul untuk mendengar firman Allah.”.

d.  Kis 16:13 - “Pada hari Sabat kami (Paulus dan Silas) ke luar pintu gerbang kota. Kami menyusur tepi sungai dan menemukan tempat sembahyang Yahudi, yang sudah kami duga ada di situ; setelah duduk, kami berbicara kepada perempuan-perempuan yang ada berkumpul di situ.”.

e.  Kis 17:2 - “Seperti biasa Paulus masuk ke rumah ibadat itu. Tiga hari Sabat berturut-turut ia membicarakan dengan mereka bagian-bagian dari Kitab Suci.”.

f.   Kis 18:4 - “Dan setiap hari Sabat Paulus berbicara dalam rumah ibadat dan berusaha meyakinkan orang-orang Yahudi dan orang-orang Yunani.”.

 

Catatan: dalam semua ayat di atas, kata ‘Sabat’ menunjuk pada hari ketujuh. Dalam Kitab Suci kata ‘Sabat’ tidak pernah digunakan untuk menunjuk pada hari Minggu / hari pertama.

 

Jawaban saya:

 

Ada 2 kemungkinan untuk menjawab keberatan di atas:

 

(1)          Ini merupakan masa peralihan dari Sabat Yahudi (Hari ketujuh / Sabtu) ke Sabat Kristen (Hari pertama / Minggu), sehingga orang-orang kristen Yahudi (termasuk Paulus) beribadah baik pada hari ketujuh / Sabtu, maupun pada hari pertama / Minggu.

 

R. L. Dabney: “After the establishment of the new dispensation, the Christian converted from among the Jews had generally combined the practice of Judaism with the forms of Christianity. They observed the Lord’s day, baptism, and the Lord’s supper; but they also continued to keep the seventh day, the passover, and circumcision. ... In the mixed churches of Asia Minor and the West, some brethren went to the synagogue on Saturday, and to the church-meeting on Sunday, keeping both days religiously;” [= Setelah penegakan dari sistim agama yang baru, orang Kristen yang bertobat dari antara orang-orang Yahudi pada umumnya mengombinasikan praktek dari agama Yahudi dengan bentuk-bentuk dari kekristenan. Mereka memelihara / menghormati hari Tuhan, baptisan, dan Perjamuan Kudus; tetapi mereka juga terus memelihara hari ketujuh, Paskah, dan sunat. ... Dalam gereja-gereja campuran Asia Kecil dan di Barat, sebagian saudara-saudara pergi ke sinagog pada hari Sabtu, dan ke pertemuan / kebaktian gereja pada hari Minggu, memelihara kedua hari secara agamawi;] - ‘Lectures in Systematic Theology’, hal 385-386.

 

(2)          Paulus pergi ke tempat ibadah Yahudi itu bukan dengan tujuan berbakti, tetapi untuk memberitakan Injil.

Kalau ia pergi ke sana pada hari pertama / Minggu, tidak akan ada siapa-siapa di sana. Lalu siapa yang mau ia injili? Ia harus pergi pada hari kebaktian Yahudi, yaitu hari ketujuh / Sabtu. Dan memang kalau saudara perhatikan semua ayat di atas dimana Paulus kelihatannya berbakti pada hari Sabat / Sabtu, ia selalu memberitakan Injil / Firman Tuhan.

 

e) Perubahan dari Sabtu ke Minggu ini perlu untuk mengingat penebusan dosa kita oleh Kristus.

 

Thomas Watson: “The grand reason for changing the Jewish Sabbath to the Lord’s-day is that it puts us in mind of the ‘Mystery of our redemption by Christ.’ The reason why God instituted the old Sabbath was to be a memorial of the creation; but he has now brought the first day of the week in its room in memory of a more glorious work than creation, which is redemption. Great was the work of creation, but greater was the work of redemption.” [= Alasan yang agung untuk mengubah Sabat Yahudi menjadi hari Tuhan adalah bahwa itu mengingatkan kita akan ‘Misteri penebusan kita oleh Kristus’. Alasan mengapa Allah mengadakan Sabat yang lama adalah sebagai peringatan tentang penciptaan; tetapi sekarang Ia telah membawa hari pertama dari minggu sebagai gantinya untuk mengingat tentang suatu pekerjaan yang lebih mulia dari pada penciptaan, yaitu penebusan. Pekerjaan penciptaan itu besar, tetapi pekerjaan penebusan itu lebih besar.] - ‘The Ten Commandments’, hal 96.

 

Bagian ini penting untuk diingat kalau saudara menghadapi orang Advent, yang berkeras bahwa hari untuk berbakti haruslah Sabtu, yang merupakan hari Sabat Perjanjian Lama.

 

Ada satu ayat sukar yang seolah-olah menunjukkan bahwa dalam Perjanjian Barupun Sabat tetap adalah hari Sabtu (sama dengan Sabat Perjanjian Lama).

 

Mat 24:20 - “Berdoalah, supaya waktu kamu melarikan diri itu jangan jatuh pada musim dingin dan jangan pada hari Sabat.”.

 

Mereka disuruh berdoa supaya hal itu tidak terjadi pada musim dingin dan tidak terjadi pada hari Sabat. Ini kelihatannya menunjukkan bahwa pada jaman setelah Yesus (ayat ini menunjuk pada penghancuran Yerusalem pada tahun 70 M.) para murid tetap harus memelihara Sabat (Sabtu), karena kalau tidak apa urusannya tindakan melarikan diri itu dengan hari Sabat? Tetapi sebetulnya artinya tidak demikian.

 

Arti yang benar adalah sebagai berikut: Yang dimaksud dengan ‘hari Sabat’ di sini bukanlah Sabat Kristen (Minggu), tetapi Sabat Yahudi (Sabtu), karena dalam Kitab Suci kata ‘Sabat’ tidak pernah menunjuk pada hari Minggu, tetapi selalu menunjuk pada hari Sabtu. Orang Kristen sebetulnya sudah tidak terikat lagi dengan hari Sabat Yahudi, karena sejak kebangkitan Yesus, bagi orang Kristen hari Sabat adalah hari Minggu. Jadi, ditinjau dari sudut orang-orang kristen itu, sebetulnya tidak jadi soal kalau hal itu terjadi pada hari Sabat Yahudi (Sabtu), karena bagi mereka tidak ada larangan apa-apa pada hari itu. Tetapi perlu diingat bahwa orang-orang Yahudi yang bukan Kristen masih memegang hari Sabat Yahudi (Sabtu) itu, sehingga mereka tidak mau berjualan, dan mereka bahkan menutup / mengunci pintu-pintu gerbang kota pada hari itu. Karena itu, kalau hal itu terjadi pada hari Sabat Yahudi (Sabtu), maka orang-orang kristen yang melarikan diri itu tidak akan bisa membeli makanan maupun kebutuhan-kebutuhan yang lain, dan juga tidak bisa memasuki kota-kota dalam perjalanan mereka. Ini pasti akan menyukarkan mereka dalam melarikan diri itu.

Jadi, ayat ini tidak berarti bahwa orang Kristen tetap memelihara hari Sabat Yahudi, yaitu hari Sabtu. Hari Sabat akan menyukarkan orang-orang kristen dalam melarikan diri, bukan karena orang-orang kristen tetap memelihara hari Sabat itu, tetapi karena orang-orang Yahudi yang non Kristen tetap memelihara hari Sabat itu.

Catatan: penjelasan ini perlu saudara camkan, karena orang-orang dari ‘Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh’ menggunakan ayat ini untuk mengatakan bahwa bagi orang Kristen hari Sabat tetap adalah hari Sabtu.

 

 

-bersambung-

 


 

[email protected]

http://golgothaministry.org

Email : [email protected]

CHANNEL LIVE STEAMING YOUTUBE :  bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali

https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ