(Rungkut
Megah Raya Blok D No 16)
Minggu,
tgl 7 Agustus 2016, pk 8.00 & 17.00
Pdt. Budi Asali, M. Div.
Luk 12:13-21
- “(13)
Seorang dari orang banyak itu berkata kepada Yesus: ‘Guru, katakanlah kepada
saudaraku supaya ia berbagi warisan dengan aku.’ (14) Tetapi Yesus berkata
kepadanya: ‘Saudara, siapakah yang telah mengangkat Aku menjadi hakim atau
pengantara atas kamu?’ (15) KataNya lagi kepada mereka: ‘Berjaga-jagalah
dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang
berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya
itu.’ (16) Kemudian Ia mengatakan kepada mereka suatu perumpamaan, kataNya:
‘Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya. (17) Ia bertanya
dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku tidak mempunyai tempat
di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku. (18) Lalu katanya: Inilah yang akan
aku perbuat; aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang
lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan
barang-barangku. (19) Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada
padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah,
makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah! (20) Tetapi firman Allah
kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil
dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti? (21)
Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri,
jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah.’”.
C)
Ay 16-20: “(16)
Kemudian Ia mengatakan kepada mereka suatu perumpamaan, kataNya: ‘Ada seorang
kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya. (17) Ia bertanya dalam hatinya: Apakah
yang harus aku perbuat, sebab aku tidak mempunyai tempat di mana aku dapat
menyimpan hasil tanahku. (18) Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku
akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku
akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku. (19) Sesudah itu
aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun
untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan
bersenang-senanglah! (20) Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh,
pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah
kausediakan, untuk siapakah itu nanti?”.
1) Ay 15,21
menunjukkan arah / penekanan dari perumpamaan ini!
Ay
15,21: “(15)
KataNya lagi kepada mereka: ‘Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala
ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya
tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu.’ ... (21) Demikianlah
jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia
tidak kaya di hadapan Allah.’”.
2) Ay 16-18: “(16) Kemudian Ia mengatakan kepada
mereka suatu perumpamaan, kataNya: ‘Ada seorang kaya, tanahnya
berlimpah-limpah hasilnya. (17) Ia bertanya dalam hatinya: Apakah yang harus aku
perbuat, sebab aku tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil
tanahku. (18) Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak
lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan
menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku.”.
Ada
beberapa hal yang bisa kita pelajari dari ay 16-18 ini:
a) Ini menunjukkan
bahwa orang ini melakukan pekerjaan yang baik /
jujur, tetapi ia toh dikecam. Apalagi orang tamak yang bekerja dengan
tidak jujur atau mau mendapatkan uang dengan cara yang tidak halal!
Sebagai
contoh, kalau saudara menemukan sebuah dompet, dan dalam dompet itu ada uang,
KTP, dsb, sehingga saudara tahu siapa pemilik dompet itu dan bisa
mengembalikannya, apakah saudara mengembalikan dompet tersebut?
Bdk. Ul 22:1-3 - “(1) ‘Apabila engkau melihat, bahwa lembu atau
domba saudaramu tersesat, janganlah engkau pura-pura tidak tahu; haruslah
engkau benar-benar mengembalikannya kepada saudaramu itu. (2) Dan apabila
saudaramu itu tidak tinggal dekat denganmu dan engkau tidak mengenalnya, maka
haruslah engkau membawa hewan itu ke dalam rumahmu dan haruslah itu tinggal
padamu, sampai saudaramu itu datang mencarinya; engkau harus mengembalikannya
kepadanya. (3) Demikianlah harus kauperbuat dengan keledainya, demikianlah
kauperbuat dengan pakaiannya, demikianlah kauperbuat dengan setiap barang
yang hilang dari saudaramu dan yang kautemui; tidak boleh engkau pura-pura tidak
tahu.”.
Majalah Reader’s
Digest pernah mengadakan semacam percobaan untuk mengetahui kejujuran manusia
di banyak kota dan negara di dunia ini. Mereka melakukannya dengan menyebarkan
di kota-kota besar di beberapa negara sebanyak 1.100 dompet, masing-masing
berisikan uang senilai $ 50 dalam mata uang lokal, disertai dengan nama, alamat
dan nomor telpon dari si pemilik.
Dompet-dompet itu
disebarkan di tempat-tempat yang bervariasi, seperti tempat telpon umum, di
depan bangunan kantor, toko-toko, tempat parkir, restoran, dan bahkan tempat
ibadah. Juga pada saat suatu dompet ditinggalkan di suatu tempat, dompet itu
diawasi dari jauh, untuk melihat reaksi dari si penemu dompet.
Hasil total, 44 % dari
dompet-dompet itu tidak kembali. Hasil terperinci:
1.
Denmark & Norwegia kembali 100 %.
Sampai diberi komentar:
apakah perlu di sana orang mengunci pintu rumah?
2.
Singapura
kembali 90 %.
3.
Australia & Jepang
kembali 70 %.
4.
Amerika Serikat
kembali 67 %.
5.
Inggris
kembali 65 %.
6.
Belanda
kembali 50 %.
7.
Jerman
kembali 45 %.
8.
Rusia
kembali 43 %.
9.
Filipina
kembali 40 %.
10.
Itali
kembali 35 %.
11.
Cina
kembali 30 %.
12.
Mexico
kembali 21 %.
Hal yang menarik adalah
bahwa kadang-kadang orang kaya tidak mengembalikan dompet itu, sebaliknya orang
miskin, yang betul-betul membutuhkan, justru mengembalikannya.
Di Lausanne, Swiss,
seorang wanita berpakaian bagus, memakai mantel dan sepatu hak tinggi, sedang
berjalan dengan anaknya perempuan. Perempuan itu membungkuk untuk mengambil
dompet itu, lalu mereka berdua berpandang-pandangan, dan perempuan itu lalu
memasukkan dompet itu ke kantongnya, dan tidak mengembalikannya.
Sebaliknya seorang
bangsa Albania, yang lari dari Kosovo dan bekerja sebagai pelayan restoran di
Swiss, mengembalikan dompet itu sambil berkata: ‘Saya tahu betapa keras /
berat seseorang harus bekerja untuk mendapatkan uang sebanyak itu’.
Juga seorang Kanada
menemukan uang itu, dan ia lalu berpikir: ‘Mungkin pemiliknya adalah seorang
cacat, yang membutuhkan uang ini lebih dari saya’. Ia lalu mengembalikan uang
itu, padahal ia sendiri adalah orang miskin yang bekerja sebagai seorang
pemulung kaleng-kaleng minuman untuk didaur-ulang.
Ada seorang wanita di
North Carolina, Amerika Serikat, yang pada waktu menemukan dompet itu, mula-mula
berpikir: ‘Aku bisa menggunakan uang ini’. Tetapi ia lalu melihat ada foto
seorang bayi dalam dompet itu, dan lalu berpikir bahwa pemilik dompet ini lebih
membutuhkan uang ini dari aku. Dan ia lalu mengembalikan dompet itu.
Ada beberapa orang yang
mengembalikan dompet itu karena mereka sendiri pernah kehilangan dompet dan
tidak kembali. Seorang di Belanda mengembalikan dompet itu sambil berkata:
‘Pada saat saya adalah seorang anak, saya kehilangan dompet saya di taman
hiburan, dan tidak pernah kembali. Saya tidak mau pemilik dompet ini merasakan
hal yang sama’.
Bagaimana pengembalian
dompet di kalangan orang-orang yang religius?
Seorang wanita muslim
Malaysia, yang sekalipun sama sekali tidak kaya, tanpa ragu-ragu sesaatpun,
mengembalikan uang itu. Ia berkata: ‘Sebagai orang Islam, saya sadar akan
pencobaan dan bagaimana mengalahkannya’.
Di Taipei, seorang
pemeluk agama Buddha yang sungguh-sungguh, menemukan dompet itu dan langsung
mengembalikannya, dan ia berkata: ‘Adalah kewajibanku untuk melakukan
perbuatan baik’.
Di Rusia, seorang wanita
yang dibayar untuk mengajar anak-anak di rumah, mengembalikan dompet itu untuk
mentaati salah satu dari 10 hukum Tuhan. Ia berkata: ‘Beberapa tahun yang
lalu, mungkin aku sudah mengambilnya, tetapi sekarang aku sudah berubah secara
total. Seperti dikatakan: Janganlah mengingini milik sesamamu’.
Tetapi di Mexico,
sedikitnya 2 orang kristen (katolik) mengambil dompet itu, melihat isinya, lalu
membuat tanda salib, dan tidak mengembalikannya.
Reader’s
Digest memberi komentar: “The cash, they must have
decided, was heaven-sent.” [= Mereka
pasti memutuskan / menganggap bahwa uang tunai itu dikirim dari surga.] - hal 40.
Artikel itu ditutup
dengan kata-kata sebagai berikut: “For
the rest of you, those who kept the cash, you’ve got our number - and we know
where you live.” [= Untuk
kalian yang lain, yang menahan uang tunai itu, kalian punya nomer telpon kami -
dan kami tahu dimana kalian tinggal.] - hal 41.
b) Ay 16-18
ini juga menunjukkan bahwa makin seseorang itu kaya, makin banyak problem yang
ia hadapi. Akhirnya ia menjadi semakin sibuk, dan makin tidak punya waktu untuk
Tuhan! Kalau ini menggambarkan kehidupan saudara, bertobatlah, sebelum Tuhan
juga ‘tidak punya waktu’ untuk saudara!
Bdk.
Amsal 1:24-28 - “(24) Oleh karena kamu
menolak ketika aku memanggil, dan tidak ada orang yang menghiraukan ketika aku
mengulurkan tanganku, (25) bahkan, kamu mengabaikan nasihatku, dan tidak mau
menerima teguranku, (26) maka aku juga akan menertawakan celakamu; aku akan
berolok-olok, apabila kedahsyatan datang ke atasmu, (27) apabila kedahsyatan
datang ke atasmu seperti badai, dan celaka melanda kamu seperti angin puyuh,
apabila kesukaran dan kecemasan datang menimpa kamu. (28) Pada waktu itu mereka akan berseru kepadaku, tetapi tidak akan kujawab,
mereka akan bertekun mencari aku, tetapi tidak akan menemukan aku”.
c) Ay 16-18
juga menunjukkan bahwa kekayaan tidak akan pernah memberi kepuasan kepada orang
yang tamak, karena ia akan selalu ingin lebih kaya lagi.
Bdk.
Pkh 5:9 - “Siapa
mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak
akan puas dengan penghasilannya. Inipun sia-sia.”.
Seseorang
mengatakan: “The
increase serves not as water to quench but as fuel to feed the fire.” [= Pertambahan
kekayaan itu tidak berfungsi sebagai air untuk memadamkan, tetapi sebagai bahan
bakar / bensin untuk mengobarkan api.].
William
Barclay:
“The
Romans had a proverb which said that money was like sea-water; the more a man
drank the thirstier he became.
Similarly, as long as our attitude is that of the rich fool our desire will
always be to get more - and that is the reverse of the Christian way.” [= Orang Romawi
mempunyai pepatah yang berkata bahwa uang itu seperti air laut; makin seseorang
meminumnya, makin ia jadi haus. Secara sama, selama sikap kita adalah seperti
sikap dari orang kaya yang bodoh itu, keinginan kita akan selalu adalah untuk
mendapat lebih banyak - dan itu adalah kebalikan dari jalan Kristen.].
Karena
itu, kalau saudara ingin kaya dengan pikiran bahwa kalau kaya bisa enak /
tenteram / damai, saudara justru salah besar. Makin saudara kaya, makin saudara
tidak puas!
Pkh
4:7-8 - “(7) Aku melihat lagi kesia-siaan di bawah matahari: (8) ada seorang sendirian, ia tidak
mempunyai anak laki-laki atau saudara laki-laki, dan tidak henti-hentinya ia
berlelah-lelah, matanyapun tidak puas dengan kekayaan; - untuk siapa aku
berlelah-lelah dan menolak kesenangan? - Inipun
kesia-siaan dan hal yang menyusahkan.”.
Pkh 5:9 - “Siapa
mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak
akan puas dengan penghasilannya. Inipun sia-sia.”.
3) Ay 19: “Sesudah itu aku akan berkata kepada
jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun
lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah!”.
Ayat
ini menunjukkan bahwa yang diinginkan oleh orang kaya itu hanyalah
bersenang-senang.
Earl
L. Martin:
“This man had foresight, but not
spiritual foresight. He
did not see far enough ahead. ... He
needed not bigger barns, but a bigger heart. The accumulation of things without
a growth of the soul is spiritually suicidal.” [= Orang ini mempunyai kepedulian untuk memperhatikan masa depan,
tetapi bukan dalam hal rohani. Ia tidak melihat cukup jauh ke depan. ... Ia
tidak memerlukan lumbung-lumbung yang lebih besar tetapi suatu hati yang lebih
besar. Pengumpulan hal-hal / barang-barang tanpa suatu pertumbuhan dari jiwa
adalah bunuh diri rohani.] - ‘The Gospel of Luke’ (Libronix).
Earl
L. Martin:
“‘The cares of the world’ as
well as ‘the deceitfulness of riches’ may choke the spiritual life. The
first warning was against foolishness in the use of money; the second was
against the foolishness of worry or anxious care. ... Torturing worry is the
poor man’s form of worldliness; luxurious self-indulgence is the rich man’s;
one is as hurtful to spirituality as the other.” [= ‘Kekuatiran dunia’ maupun ‘tipu daya kekayaan’ bisa
mencekik kehidupan rohani. Peringatan pertama adalah terhadap kebodohan dalam
penggunaan uang; yang kedua adalah terhadap kebodohan tentang kekuatiran. ...
Kekuatiran yang menyiksa adalah bentuk keduniawian dari orang miskin; pemuasan
diri sendiri yang mewah adalah bentuk keduniawian orang kaya; yang satu sama
merusaknya terhadap kerohanian seperti yang lain.]
- ‘The Gospel of Luke’ (Libronix).
Mat
13:22 - “Yang ditaburkan di tengah semak duri
ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu
daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah.”.
Kalau
saudara adalah orang seperti orang kaya itu, maka baca dan renungkan ayat di
bawah ini.
Pkh 11:9
- “Bersukarialah,
hai pemuda, dalam kemudaanmu, biarlah hatimu bersuka pada masa mudamu, dan
turutilah keinginan hatimu dan pandangan matamu, tetapi ketahuilah bahwa karena
segala hal ini Allah akan membawa engkau ke pengadilan!”.
4) Ay 20: “Tetapi firman Allah kepadanya:
Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan
apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti?”.
a) Orang ini
disebut ‘bodoh’
oleh Allah!
Orang
ini jelas adalah orang yang sukses dalam bisnis / pekerjaannya sehingga menjadi
kaya. Kalau pada jaman ini mungkin ia adalah semacam konglomerat. Dan
orang-orang seperti ini pada jaman ini selalu dianggap sebagai orang yang pandai
/ hebat oleh dunia. Tetapi Allah menganggap orang kaya ini bodoh!
Renungkan:
bagaimana dunia memandang saudara? Dan bagaimana Allah memandang saudara? Yang
mana yang lebih penting bagi saudara, pandangan dunia tentang diri saudara atau
pandangan Allah tentang diri saudara?
b) Mengapa ia
disebut sebagai orang bodoh?
1. Karena ia
mengira / menganggap bahwa hatinya bisa disenangkan oleh uang, makanan, minuman
dsb. Kalau saudara beranggapan bahwa saudara bisa berbahagia kalau mempunyai
hal-hal duniawi, maka saudara juga adalah orang bodoh!
2. Orang ini hidup
hanya untuk sekarang. Ia tak peduli tentang kekekalan / hidup yang akan datang.
Apakah saudara adalah orang seperti itu?
3. Orang ini hanya
hidup untuk hal-hal jasmani / duniawi. Ia sedikitpun tak memikirkan hal rohani.
Ia mementingkan pekerjaan / kekayaan lebih dari Tuhan.
Bdk.
Mat 6:33 - “Tetapi
carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan
ditambahkan kepadamu.”.
1Kor 10:31
- “Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau
jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk
kemuliaan Allah.”.
J.
Sidlow Baxter, dalam buku saat teduh tahunannya ‘Awake My Heart’, tgl
9 Maret, memberikan puisi sebagai berikut (berkenaan dengan orang yang mengusir
Yesus karena kehilangan 2000 babi dalam Mat 8:28-34 / Mark 5:1-20):
“Rabbi,
begone! Thy powers
Bring
loss to us and ours.
Our
ways are not as Thine.
Thou
lovest men, we, swine.
Oh,
get you hence, Omnipotence,
And
take this fool of Thine!
His
soul? What care we for his soul?
What
good to us that Thou hast made him whole,
Since
we have lost our swine?
And
Christ went sadly,
He
had wrought for them a sign
Of
love, and hope, and tenderness divine;
They
wanted - swine!
Christ
stands without our door and gently knocks;
But
if our gold, or swine, the entrance blocks,
He
forces no man’s hold - He will depart,
And
leaves us to the meanness of our heart”
[=
Rabi / Guru, enyahlah! KuasaMu
Membawa
kerugian / kehilangan kepada kami dan milik kami
Jalan
kami tidaklah seperti jalanMu
Engkau
mengasihi manusia, kami mengasihi babi.
O,
pergilah dari sini, Yang mahakuasa.
Dan
bawalah orang tolol milikMu ini!
Jiwanya?
Apa peduli kami tentang jiwanya?
Apa
untungnya bagi kami bahwa Engkau telah membuatnya utuh,
Karena
kami telah kehilangan babi kami?
Dan
Kristus pergi dengan sedih,
Ia
telah membuat tanda untuk mereka
Tentang
kasih, dan pengharapan, dan kelembutan ilahi;
Mereka
menginginkan - babi!
Kristus
berdiri di luar pintu kita dan mengetuk dengan lembut;
Tetapi
jika emas kita, atau babi kita, menutup jalan masuk,
Ia
tidak memaksa penolakan manusia - Ia akan pergi,
Dan
meninggalkan kita pada kepicikan / kejahatan hati kita].
4. Orang ini tak
pernah bersyukur kepada Tuhan / memuji Tuhan.
5. Orang ini
adalah orang yang egois. Perhatikan bahwa dalam kata-katanya ada 8 x kata ‘aku’
dan 5 x kata ‘ku’.
Perhatikan juga kata-kata ‘bagi
dirinya sendiri’ dalam ay 21.
William
Hendriksen:
“He should have realized that
there were other people who were in need of some of his grain. He missed the joy
of generous giving. All he could think of was tearing down the old barns or
granaries in order to build bigger ones, in which to store for himself his
grain, etc.” [= Ia seharusnya
sudah menyadari bahwa di sana ada orang-orang lain yang membutuhkan sedikit dari
gandumnya. Ia kehilangan / tidak mendapat sukacita dari pemberian yang murah
hati. Semua yang bisa ia pikirkan adalah merobohkan lumbung yang lama untuk
membangun lumbung yang lebih besar, dalam mana ia bisa menyimpan bagi dirinya
sendiri gandumnya, dsb.].
Kis
20:35 - “Dalam segala sesuatu telah kuberikan
contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu
orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia
sendiri telah mengatakan: Adalah lebih
berbahagia memberi dari pada menerima.’”.
KJV: ‘It is more blessed
to give than to receive.’
[= Adalah lebih diberkati untuk memberi dari pada untuk menerima.].
c) Ingat bahwa
sekalipun orang yang disebut ‘bodoh’
dalam bacaan ini adalah ‘orang kaya’, tetapi bukan hanya orang kaya yang
bisa menjadi bodoh. Saudara yang adalah orang miskin juga bisa bodoh, dan
sebaliknya, orang yang kaya bisa juga menjadi bijaksana / pandai!
Henry
Ward Beecher: “Riches are not an end of life, but an instrument of life.” [= Kekayaan
bukanlah tujuan hidup tetapi alat dari hidup.].
Kalau
saudara bisa mempunyai filsafat hidup seperti ini maka, tak jadi soal apakah
saudara kaya atau miskin, saudara adalah orang bijak!
William
Barclay menceritakan tentang John Wesley yang tinggal di Oxford dengan gaji £
30 / tahun. Ia hidup hanya dengan 28 £ dan sisanya ia berikan kepada orang
lain. Pada saat gajinya naik menjadi 60, lalu 90, lalu 120 £, ia tetap hidup
dengan 28 £ dan sisanya ia berikan kepada orang lain. Kalau saudara hidup
seperti John Wesley, maka tidak jadi soal saudara kaya atau miskin, saudara
adalah orang bijak! Tetapi persoalannya, apakah saudara hidup seperti John
Wesley? Atau seperti orang kaya yang bodoh dalam bacaan ini?
Komentar
Philip Schaff tentang Calvin:
1. “Riches
and honors had no charms for him. He soared far above filthy lucre and worldly
ambition. His only ambition was that pure and holy ambition to serve God to the
best of his ability.” [= Kekayaan dan kehormatan
tidak mempunyai daya tarik baginya. Ia membubung tinggi di atas uang yang kotor
dan ambisi duniawi. Satu-satunya ambisinya adalah ambisi yang suci dan murni
untuk melayani Allah dengan sebaik-baiknya.]
- Philip Schaff, ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal
838.
2. “When
Pope Pius IV heard of his death he paid him this tribute: ‘The strength of
that heretic consisted in this, - that money never had the slightest charm for
him. If I had such servants, my dominions would extend from sea to sea.’”
[= Ketika Paus Pius IV mendengar tentang kematiannya ia memberikan penghormatan
ini: ‘Kekuatan dari orang sesat ini adalah hal ini, - bahwa uang tidak pernah
mempunyai daya tarik yang paling kecil sekalipun untuknya. Jika saya mempunyai
pelayan-pelayan seperti itu, daerah kekuasaanku akan meluas dari laut ke
laut’.] -
Philip Schaff, ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 839.
d) Ini adalah
kematian yang tiba-tiba, dan ini bisa terjadi pada siapapun juga!
Perhatikan
kontras antara ‘bertahun-tahun
lamanya’ / ‘many
years’
dalam ay 19 dengan ‘malam
ini’
dalam ay 20! Banyak orang mengira hidupnya masih panjang, padahal kematian
sudah begitu dekat!
Ay 19-20:
“(19) Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada
padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya;
beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah! (20) Tetapi firman
Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam
ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan,
untuk siapakah itu nanti?”.
Bandingkan
dengan:
1. Amsal 27:1
- “Janganlah memuji
diri karena esok hari, karena engkau tidak tahu apa yang akan terjadi hari
itu.”.
2. Yak 4:13-16
- “(13) Jadi
sekarang, hai kamu yang berkata: ‘Hari ini atau besok kami berangkat ke kota
anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat
untung’, (14) sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti
hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap.
(15) Sebenarnya kamu harus berkata: ‘Jika Tuhan menghendakinya, kami akan
hidup dan berbuat ini dan itu.’ (16) Tetapi sekarang kamu memegahkan diri
dalam congkakmu, dan semua kemegahan yang demikian adalah salah.”.
3. Maz 39:5-7
- “(5) ‘Ya TUHAN,
beritahukanlah kepadaku ajalku, dan apa batas umurku, supaya aku mengetahui
betapa fananya aku! (6) Sungguh, hanya beberapa telempap saja Kautentukan
umurku; bagiMu hidupku seperti sesuatu yang hampa. Ya, setiap manusia hanyalah
kesia-siaan! Sela (7) Ia hanyalah bayangan yang berlalu! Ia hanya mempeributkan
yang sia-sia dan menimbun, tetapi tidak tahu, siapa yang meraupnya nanti.”.
Lenski:
“The French painter Eugene
Burnaud brings out the inwardness of what is conveyed by Jesus. He paints the
rich man as he has come to his decision. He has carefully recounted his gold and
his silver, setting aside one sack after another. A certain amount that is to be
used for other purposes is placed on a shelf above his head. The money that is
to be used for the new buildings is stacked on the table before him. Now he
leans back - furrows of thought on his forehead, a faraway look in his eyes - he
is thinking of the great change the replacement will make, the money and the
work it will mean, and the picture it will make, all the new, fine, grand
storehouses, full to overflowing with ‘all my grain and good things.’ What a
picture! But turn the page. There is the same man, cold in death, his hands
crossed on his breast!” [= Pelukis Perancis Eugene Burnaud mengeluarkan / menunjukkan bagian dalam dari apa yang disampaikan
oleh Yesus. Ia menggambarkan orang kaya itu pada waktu ia sampai pada
keputusannya. Ia telah dengan sangat teliti menghitung lagi emas dan peraknya,
menyimpan kantong-kantong satu per satu. Sejumlah tertentu yang harus digunakan
untuk tujuan-tujuan lain di tempatkan pada rak di atas kepalanya. Uang yang
harus digunakan untuk bangunan-bangunan yang baru, ditumpuk di meja di depannya.
Sekarang ia bersandar - kerut-kerut dari pikiran di dahinya, suatu pandangan
yang jauh dalam matanya - ia sedang berpikir tentang perubahan besar yang akan
dibuat oleh penggantian itu, yang berarti uang dan pekerjaan, dan keadaan yang
akan dibuatnya, semua lumbung-lumbung yang baru, bagus, besar / hebat, penuh
melimpah dengan ‘semua gandumku dan hal-hal baikku / barang-barangku’.
Betul-betul suatu keadaan yang hebat / bagus! Tetapi baliklah halaman itu. Di
sana ada orang yang sama, dingin dalam kematian, tangannya disilangkan / dilipat
pada dadanya!].
William
Barclay memberikan suatu percakapan sebagai berikut:
A: I will learn my
trade [= Aku akan belajar berdagang].
B: And then? [=
Lalu?].
A: I will set up in
business [= Aku akan memulai bisnis].
B: And then? [=
Lalu?].
A: I will make my
fortune [= Aku akan menjadi kaya].
B: And then? [=
Lalu?].
A: I suppose that I
shall grow old and retire and live on my money [= Aku kira aku akan menjadi
tua dan pensiun dan hidup dari uangku].
B: And then? [=
Lalu?].
A: Well, I suppose
that some day I will die [= Aku kira suatu hari aku akan mati].
B: And then? [=
Lalu?].
Kalau
saudara begitu mementingkan kekayaan / pekerjaan / bisnis, maka renungkan
percakapan di atas ini, dan cobalah menjawab pertanyaan yang terakhir!
e) Pada saat kita
mati, harta / uang kita sama sekali tak berguna!
Bandingkan
dengan ayat-ayat di bawah ini:
1. 1Tim 6:17-19
- “(17)
Peringatkanlah kepada orang-orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi
hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan,
melainkan pada Allah yang dalam kekayaanNya memberikan kepada kita segala
sesuatu untuk dinikmati. (18) Peringatkanlah agar mereka itu berbuat baik,
menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi (19) dan dengan demikian
mengumpulkan suatu harta sebagai dasar yang baik bagi dirinya di waktu yang akan
datang untuk mencapai hidup yang sebenarnya.”.
2. Amsal 11:4
- “Pada hari
kemurkaan harta tidak berguna, tetapi kebenaran melepaskan orang dari maut.”.
3.
Maz 49:17-21 - “(17) Janganlah takut, apabila
seseorang menjadi kaya, apabila kemuliaan keluarganya bertambah, (18) sebab pada
waktu matinya semuanya itu tidak akan dibawanya serta, kemuliaannya tidak akan
turun mengikuti dia. (19) Sekalipun ia menganggap dirinya berbahagia pada masa
hidupnya, sekalipun orang menyanjungnya, karena ia berbuat baik terhadap dirinya
sendiri, (20) namun ia akan sampai kepada angkatan nenek moyangnya, yang tidak
akan melihat terang untuk seterusnya. (21) Manusia, yang dengan segala
kegemilangannya tidak mempunyai pengertian, boleh disamakan dengan hewan yang
dibinasakan.”.
Ayat
ini merupakan kesimpulan dari perumpamaan, dan menunjukkan nasib dari orang ini
yang kaya secara duniawi tetapi miskin secara rohani.
Bdk.
Wah 3:17 - “Karena
engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak
kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan
malang, miskin, buta dan telanjang, ...”.
Supaya
saudara tak menjadi seperti orang ini, turutilah kata-kata Yesus dalam Mat 6:19-21
- “(19) Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat
dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. (20) Tetapi
kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak
merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. (21) Karena di mana
hartamu berada, di situ juga hatimu berada.”.
Dan
saudara hanya bisa mempunyai harta di surga / kekayaan rohani, kalau saudara
percaya dan mengikut Yesus dengan sungguh-sungguh.
Yak 2:5
- “Dengarkanlah,
hai saudara-saudara yang kukasihi! Bukankah Allah memilih orang-orang yang
dianggap miskin oleh dunia ini untuk menjadi kaya dalam iman dan menjadi
ahli waris Kerajaan yang telah dijanjikanNya kepada barangsiapa yang mengasihi
Dia?”.
Wah 3:17-18
- “(17)
Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak
kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan
malang, miskin, buta dan telanjang, (18) maka Aku menasihatkan engkau, supaya
engkau membeli dari padaKu emas yang telah dimurnikan dalam api, agar engkau
menjadi kaya, dan juga pakaian putih, supaya engkau memakainya, agar jangan
kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan; dan lagi minyak untuk melumas matamu,
supaya engkau dapat melihat.”.
Yesus
menolak untuk mengurus warisan (ay 14), dan lalu mengajarkan ay 15-21.
Ini menunjukkan bahwa Yesus tidak peduli orang itu kehilangan warisan asal ia
tidak kehilangan nyawanya / masuk neraka! Bdk. Mat 16:26 - “Apa gunanya
seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang
dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?”.
Dan
semua orang yang tidak percaya kepada Yesus, akan kehilangan nyawanya (masuk
neraka)! Maukah saudara percaya kepada Yesus?
Bagaimana
dengan saudara, uang vs surga, yang mana yang saudara pilih?
-o0o-
Author
: Pdt. Budi Asali,M.Div.
Email : [email protected]
CHANNEL
LIVE STEAMING YOUTUBE : bit.ly/livegkrigolgotha
/ budi asali
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ