Eksposisi
Kitab Ulangan
oleh: Pdt. Budi Asali MDiv.
1) Lebih baik dari Mesir dalam persoalan pengairan dan
bercocok tanam.
a)
Ay 10: ‘bukanlah negeri seperti tanah
Mesir’.
Mesir adalah negara yang tanpa hujan atau hanya sangat sedikit
mendapat hujan, tetapi mereka mendapat air dari banjir tahunan dari sungai Nil.
Keil & Delitzsch: “In Egypt there is
hardly any rain at all ... The watering of the land, which produces its
fertility, is dependent upon the annual overflowing of the Nile”
(= Di Mesir hampir tidak ada hujan sama sekali ... Pengairan tanah, yang
menghasilkan kesuburan, tergantung pada peluapan tahunan dari Sungai Nil)
- hal 347.
Matthew Poole:
“Egypt, where, as all authors agree,
there is little or no rain” (= Mesir,
dimana, seperti semua pengarang setuju, hanya ada sedikit hujan atau tidak ada
hujan sama sekali) - hal
358.
Ini menyebabkan di Mesir orang harus berjerih payah untuk melakukan
pengairan.
Ay 10: ‘harus kauairi dengan
jerih payah’.
KJV: ‘and wateresdt it with thy foot’ (= dan mengairinya
dengan kakimu).
Kata-kata ‘mengairinya dengan kakimu’ bisa menunjuk pada 2 hal:
· di
sawah / ladang mereka ada semacam got-got untuk mengalirkan air. Mereka
mengalirkan air ke satu got, dan pada waktu got itu dirasa sudah cukup menerima
air, mereka menutup jalan air ke got tersebut, dan membuka jalan ke got lain.
Ini semua dilakukan dengan kaki. Dan karena itu dikatakan ‘mengairinya dengan
kakimu’.
· mereka
menggunakan semacam ‘mesin hidraulis’ yang digerakkan dengan kaki.
Pulpit Commentary: “The reference, perhaps,
is to the manner of conducting the water about from plant to plant and from
furrow to furrow. ... When one place is sufficiently saturated, he pushes aside
the sandy soil between it and the next furrow with his foot, and thus continues
to do until all are watered. ... Or the reference may be to certain kinds of
hydraulic machine which were turned by the feet. ... Whatever may have been the
meaning of Moses, the Hebrews no doubt had learned by bitter experience what it
was ‘to water with the foot;’ and this would add great force to the
allusion, and render doubly precious the goodly land which drank of the rain of
heaven, and required no such drudgery to make it fruitful”
(= ) - hal 195.
Barnes’ Notes:
“The inhabitants of Egypt probably
watered ‘with the foot’ in two ways, viz. by means of tread-wheels working
sets of pumps, and by means of artificial channels connected with reservoirs,
and opened, turned, or closed by the feet. Both methods are still in use in
Egypt” (= )
- hal 292.
Adam Clarke:
“the expression, ‘wateredst it with
thy foot,’ may mean no more than doing it by labour”
(= ) - hal 770.
Kalau kata-kata ini benar, maka ini menjadi seperti terjemahan
Kitab Suci Indonesia.
Kanaan berbeda dengan Mesir, karena Kanaan adalah negara dengan
bukit dan gunung. Ini menyebabkan mereka tidak mungkin mengadakan pengairan
seperti Mesir. Kanaan harus bergantung pada hujan yang diberikan oleh Allah.
Barnes’ Notes:
“Canaan as a mountainous country (ch.
3:25 note) was well watered, but by the rains of heaven, on which it absolutely
depended for its crops. Artificial irrigation could do nothing to remedy this
dependence” (= )
- hal 292.
Ul 3:25 - “Biarlah aku
menyeberang dan melihat negeri yang baik yang di seberang sungai Yordan, tanah
pegunungan yang baik itu, dan gunung Libanon”.
Juga bdk. ay 11a: “Tetapi
negeri, ke mana kamu pergi untuk mendudukinya, ialah negeri yang
bergunung-gunung dan berlembah-lembah”.
Pulpit Commentary: “Not, like Egypt, a land
rainless and artificially watered. It had no Nile. It drank in water from the
rains of heaven. It was thus in a peculiar way a land dependent upon God.
Egypt’s fertility depended on God also, but less directly. Its contrivances
for irrigation gave it, or might seem to give it, a semi-independence. Palestine
was a land, on the contrary, whose peculiar conditions made it dependent for
fruitfulness on the direct gift to it of rains from heaven. It was a land
requiring a providential adjustment of conditions - a daily care - to make it
yield the utmost it was capable of (ver. 12). The truth here figured is that God
wills the believer to put his life day by day under his immediate care. The
worldly man may desire, and in a measure may be allowed to attain, a position of
relative independence of God: he may get (within limits) the ordering of his own
plans and ways, and by ingenious contrivances and manipulations of laws of
nature, he may think to put himself beyond the power of God’s interference
with him. But the godly man will neither desire this nor be content with it. He
wishes God’s eyes to be upon his lot day by day, ‘from the beginning of the
year even unto the end of the year.’”
[= Tidak seperti Mesir, suatu tanah tanpa hujan dan menggunakan pengairan
buatan. Kanaan tidak mempunyai sungai Nil. Kanaan meminum air dari hujan dari
langit. Karena itu, itu merupakan tanah yang secara khusus tergantung kepada
Allah. Memang kesuburan Mesir juga tergantung kepada Allah, tetapi secara kurang
langsung. Penemuan / alat irigasi memberinya, atau kelihatannya memberinya,
keadaan semi-tergantung. Sebaliknya, Palestina adalah tanah, yang karena
keadaannya yang khusus, membuatnya tergantung untuk keberhasilan panennya pada
karunia hujan secara langsung dari langit. Itu adalah tanah yang membutuhkan
penyesuaian kondisi yang bersifat providensia - suatu perhatian setiap hari -
untuk membuatnya menghasilkan hasil sepenuhnya yang mampu diberikannya (ay 12).
Kebenaran yang digambarkan di sini adalah bahwa Allah menghendaki orang percaya
untuk meletakkan hidupnya hari demi hari di bawah perhatian / pemeliharan
langsung dariNya. Orang duniawi mungkin menginginkan, dan dalam taraf tertentu
mungkin diijinkan untuk mencapainya, suatu posisi ketergantungan relatif kepada
Allah: ia mungkin mendapatkan (dalam batasan tertentu) pengaturan dari rencana
dan jalannya, dan oleh penemuan / alat yang sederhana dan pengaturan hukum-hukum
alam, ia mungkin berpikir untuk meletakkan dirinya sendiri di luar kuasa dari
campur tangan Allah terhadap dirinya. Tetapi orang yang saleh tidak menginginkan
hal ini ataupun puas dengannya. Ia menginginkan mata Allah mengawasi nasibnya
hari demi hari, ‘dari awal sampai akhir tahun’]
- hal 204-205.
Pulpit Commentary: “The hills of Canaan
obtained their irrigation from the springs of heaven, and only obedient faith
can unlock these springs” (= Bukit-bukit
Kanaan mendapatkan irigasi mereka dari sumber-sumber di surga / langit, dan
hanya iman yang taat yang bisa membuka sumber-sumber ini)
- hal 207.
Pulpit Commentary: “Canaan was a splendid
land in which to train up a spiritual people. It was not naturally so fertile as
either the valley of the Nile or the valley of the Euphrates. Hence famine
touched it more quickly than either Egypt or Assyria. But it was fitted to
foster dependence upon God and hope in him. If the inhabitants were obedient,
then the land might flow with milk and honey; if disobedient, it might become
brown and bare through the withholding of the rain”
(= Kanaan merupakan tanah yang sangat baik untuk melatih bangsa yang rohani.
Secara alamiah Kanaan tidak sesubur seperti lembah sungai Nil atau lembah Efrat.
Karena itu bahaya kelaparan lebih cepat menyentuhnya dari pada Mesir atau Asyur.
Tetapi itu cocok untuk membantu perkembangan ketergantungan kepada Allah dan
pengharapan kepadanya. Jika penduduknya taat, maka tanah itu akan mengalir
dengan susu dan madu; jika tidak taat, tanahnya akan menjadi coklat dan gundul
karena hujan yang ditahan)
- hal 211.
Pulpit Commentary: “If man were asked for
no effort, if everything grew to please his taste and palate spontaneously, if
daily bread came without even the trouble of asking, it would be a land of
danger and of moral death. Better was it for Israel to have themselves bound by
a wholesome destiny to dependence on God and co-operation with him, than if the
land bore spontaneously all man’s needs”
(= Jika seseorang tidak diminta untuk berusaha, jika segala sesuatu tumbuh untuk
menyenangkan seleranya dan langit-langit mulutnya secara spontan, jika roti
harian datang bahkan tanpa repot-repot meminta, itu akan merupakan tanah
berbahaya dan kematian moral. Lebih baik bagi Israel bahwa mereka mendapati diri
mereka sendiri diikat oleh nasib / takdir yang sehat pada ketergantungan kepada
Allah dan kerja sama dengan Dia, dari pada jika tanah itu secara spontan
menghasilkan semua kebutuhan manusia) - hal 211.
Pulpit Commentary: “The idea of
‘independence’ is the great danger of the human heart. We would be indebted
to nobody, not even to God, if we could. Alas, for our pride! Now, it so happens
that we cannot become independent of God’s bounty, no matter how hard we try.
And it is best so. The land of promise is the land where we depend humbly upon
God, and are thus most independent of persons and things around us”
(= Gagasan tentang ‘ketidak-tergantungan’ merupakan bahaya yang besar dari
hati manusia. Seandainya memungkinkan, kita lebih senang tidak berhutang kepada
siapapun, bahkan tidak kepada Allah. Tetapi yang terjadi adalah bahwa kita tidak
bisa menjadi tidak tergantung pada karunia / kemurahan hati Allah, tak peduli
betapapun kerasnya kita berusaha. Dan itu adalah yang terbaik. Tanah perjanjian
adalah tanah dimana kita bergantung dengan rendah hati kepada Allah, dan dengan
demikian paling tidak tergantung kepada orang-orang dan hal-hal di sekeliling
kita) - hal 211.
Penerapan:
· hidup
dengan penghasilan pas-pasan, sehingga setiap hari / saat harus berdoa
‘Berilah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya’.
· Gereja
dengan kas yang ngepas, sehingga setiap kali butuh beli sesuatu, harus berdoa
kepada Tuhan.
· kesehatan
yang pas-pasan, sehingga dalam pekerjaan atau pelayanan harus selalu bergantung
kepada Tuhan. Misalnya Paulus dengan duri dalam daging, yang menyebabkan ia
bersandar kepada Tuhan.
· bekerja
dengan waktu yang ngepas, sehingga selalu harus minta tolong kepada Tuhan untuk
membantu penyelesaian pekerjaan tersebut.
· melayani
dengan orang-orang yang bahkan terlalu sedikit, sehingga harus selalu berdoa
meminta pertolongan Tuhan dalam pelayanan tersebut.
b)
Ay 12: “suatu negeri yang
dipelihara oleh TUHAN, Allahmu: mata TUHAN, Allahmu, tetap mengawasinya dari
awal sampai akhir tahun”.
Pulpit Commentary: “It was a land on which
Jehovah’s regard was continually fixed, over which he watched with unceasing
care, and which was sustained by his bounty; a land, therefore, wholly dependent
on him, and so a fitting place for a people also wholly dependent on him, who
owed to his grace all that they were and had”
(= Itu merupakan tanah yang terus menerus diperhatikan oleh Yehovah, dan yang
disokong oleh kemurahan hatiNya; dan karena itu merupakan suatu tanah yang
sepenuhnya tergantung kepadaNya, dan dengan demikian merupakan tempat yang cocok
untuk suatu bangsa yang juga sepenuhnya tergantung kepadaNya, yang berhutang
kepada kasih karuniaNya semua keberadaan mereka dan milik mereka)
- hal 195.
c)
Ay 14: “maka Ia akan memberikan hujan
untuk tanahmu pada masanya, hujan awal dan hujan akhir”.
1. Hujan memang diberikan oleh Tuhan.
2Taw 7:13a - “Bilamana Aku
menutup langit, sehingga tidak ada hujan”.
Yer 14:22 - “Adakah yang
dapat menurunkan hujan di antara dewa kesia-siaan bangsa-bangsa itu? Atau
dapatkah langit sendiri memberi hujan lebat? Bukankah hanya Engkau saja, ya
TUHAN Allah kami, Pengharapan kami, yang membuat semuanya itu?”.
Yer 51:16 - “Apabila Ia
memperdengarkan suaraNya, menderulah bunyi air di langit, Ia menaikkan kabut
awan dari ujung bumi, Ia membuat kilat serta dengan hujan, dan mengeluarkan
angin dari perbendaharaanNya”.
2. Pemberian hujan merupakan tindakan kebaikan Allah.
Bdk. Mat 5:45 - “Karena
dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan
matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi
orang yang benar dan orang yang tidak benar”.
3.
Hujan awal dan hujan akhir.
a.
Macam-macam nama.
Hujan awal / pertama juga disebut hujan musim gugur atau hujan pada
awal musim.
Hujan akhir / belakangan juga disebut hujan musim semi atau hujan
pada akhir musim.
b.
Saat dari kedua hujan ini.
Kelihatannya para penafsir berbeda-beda dalam persoalan ini; lihat
kutipan-kutipan di bawah.
c.
Manfaat dari kedua hujan ini.
Hujan awal bermanfaat untuk membasahi tanah sehingga mereka bisa
menanam, dan membasahinya setelah benih ditaburkan. Tanpa hujan awal, tidak akan
ada tanaman.
Hujan akhir bermanfaat untuk mengisi bulir-bulir dari tanaman
tersebut. Tanpa hujan akhir, tidak ada panen.
Pulpit Commentary: “‘The first rain;’
the rain which falls from the middle of October to the end of December, which
prepares the soil for the seed, and keeps it moist after the seed is sown.
‘The latter rain;’ that which falls in March and April, about the time when
the grain is ripening for harvest; during the time of harvest no rain falls in
Palestine” (= )
- hal 195.
Adam Clarke:
“By the ‘first or former rain’ we
are to understand that which fell in Judea about November, when they sowed their
seed, and this served to moisten and prepare the ground for the vegetation of
the seed. The ‘latter rain’ fell about April, when the corn was well grown
up, and served to fill the ears, and render them plump and perfect. Rain rarely
fell in Judea at any other seasons than these. If the ‘former rain’ were
withheld, or not sent in due season, there could be no vegetation: if the
‘latter rain’ were withheld, or not sent in its due season, there could be
no full corn in the ear, and consequently no harvest”
(= ) - hal 770.
P. C. Craigie (NICOT): “the two terms indicate
the beginning and the end of the rainy season in Palestine, extending
approximately from October to April” (= )
- hal 210.
Barnes’ Notes:
“The former is the proper term for the
autumn rain, falling about the time of sowing, and which may be named ‘the
former,’ as occurring in the early part of the Hebrew civil year, viz. in
October and November. The other word is applied to the spring rain, which falls
in March and April, because it fits the earth for the ingathering of harvest.
Between these two wet periods, and except them, there were little or no rain in
Canaan” (= )
- hal 293.
J. A. Thompson (Tyndale): “The autumn rains in
October- November broke the summer drought and made ploughing possible. The
spring rains in March-April were the last before the summer and brought a green
coat to the whole land. Between these two periods there was other rain in
normal seasons. Indeed, the rain that fell between the two kinds of rain
described here was, in some ways, the most important and it came in storms and
showers during the whole rainy period”
(= ) - hal 154.
Yer 5:24 - “Mereka tidak
berkata dalam hatinya: Baiklah kita takut akan TUHAN, Allah kita, yang memberi
hujan pada waktunya, hujan pada awal musim maupun hujan pada akhir musim,
dan yang menjamin bagi kita minggu-minggu yang tetap untuk panen”.
Yoel 2:23 - “Hai bani
Sion, bersorak-soraklah dan bersukacitalah karena TUHAN, Allahmu! Sebab telah
diberikanNya kepadamu hujan pada awal musim dengan adilnya, dan
diturunkanNya kepadamu hujan, hujan pada awal dan hujan pada akhir musim
seperti dahulu”.
Amos 4:7 - “‘Akupun telah
menahan hujan dari padamu, ketika tiga bulan lagi sebelum panen; Aku menurunkan
hujan ke atas kota yang satu dan tidak menurunkan hujan ke atas kota yang lain;
ladang yang satu kehujanan, dan ladang, yang tidak kena hujan, menjadi
kering;”.
Yak 5:7 - “Karena itu,
saudara-saudara, bersabarlah sampai kepada kedatangan Tuhan! Sesungguhnya petani
menantikan hasil yang berharga dari tanahnya dan ia sabar sampai telah turun hujan
musim gugur dan hujan musim semi”.
d)
Kalau mereka tidak taat, Tuhan akan menutup langit, sehingga tidak ada hujan,
dan tanah tidak mengeluarkan hasil (ay 17).
2)
Panjang umur di negeri perjanjian.
Ay 21: “supaya panjang
umurmu dan umur anak-anakmu di tanah yang dijanjikan TUHAN dengan sumpah kepada
nenek moyangmu untuk memberikannya kepada mereka, selama ada langit di atas
bumi”. Terjemahan
Kitab Suci Indonesia agak kurang tepat.
KJV: ‘as the days of heaven upon the earth’ (= sebanyak
hari-hari dari langit di atas bumi).
NIV: ‘as many as the days that the heavens are above the
earth’ (= sebanyak hari dimana langit ada di atas bumi).
Artinya: selama-lamanya.
3) Pemberian seluruh tanah Kanaan.
Ay 24: “Setiap tempat
yang diinjak oleh telapak kakimu, kamulah yang akan memilikinya: mulai dari
padang gurun sampai gunung Libanon, dan dari sungai itu, yakni sungai Efrat,
sampai laut sebelah barat, akan menjadi daerahmu”.
Ay 24a (yang saya garis bawahi) dibatasi oleh ay 24b.
Matthew Poole:
“‘Every place;’ not absolutely, as
if the Jews should be lords of all the world, as the rabbins fondly conceit; but
in the Promised Land, as it is restrained in the following words”
(= ) - hal 358.
Bandingkan dengan:
· Yos 1:3-4
- “Setiap tempat yang akan diinjak oleh
telapak kakimu Kuberikan kepada kamu, seperti yang telah Kujanjikan kepada Musa.
Dari padang gurun dan gunung Libanon yang sebelah sana itu sampai ke sungai
besar, yakni sungai Efrat, seluruh tanah orang Het, sampai ke Laut Besar di
sebelah matahari terbenam, semuanya itu akan menjadi daerahmu”.
· Bil 34:1-12
- “TUHAN berfirman kepada Musa:
‘Perintahkanlah kepada orang Israel dan katakanlah kepada mereka: Apabila kamu
masuk ke negeri Kanaan, maka inilah negeri yang akan jatuh kepadamu sebagai
milik pusaka, yakni tanah Kanaan menurut batas-batasnya. Adapun sisi selatanmu
ialah dari padang gurun Zin menyusur Edom, maka batas selatanmu mulai dari ujung
Laut Asin di sebelah timur. Lalu batasmu membelok di selatan pendakian Akrabim,
terus ke Zin dan berakhir di sebelah selatan Kadesh-Barnea. Sesudah itu ia
mencapai Hazar-Adar, dan terus ke Azmon. Kemudian batas itu membelok dari Azmon
ke sungai Mesir dan berakhir ke laut. Batas baratmu ialah laut besar dan
pantainya; itulah batas baratmu. Inilah batas utaramu: mulai dari laut besar
haruslah kamu buat tanda batas ke gunung Hor, dari gunung Hor harus kamu buat
tanda batas ke jalan yang menuju ke Hamat, lalu batas itu mencapai Zedad.
Kemudian batas itu mencapai Zifron dan berakhir di Hazar-Enan; itulah batas
utaramu. Sebagai batasmu di sebelah timur haruslah kamu membuat tanda batas dari
Hazar-Enan ke Sefam. Dari Sefam batas itu turun ke Ribla, di sebelah timur Ain;
kemudian batas itu turun lagi dan mencapai tebing danau Kineret di sebelah
timur. Lalu batas itu turun ke sungai Yordan dan berakhir di Laut Asin. Itulah
negerimu menurut batas-batasnya sekeliling.’”.
Ini digenapi pada jaman Salomo. Bdk. 2Taw 9:26 - “Dan
ia memerintah atas semua raja mulai dari sungai Efrat sampai negeri orang
Filistin dan sampai ke tapal batas Mesir”.
Catatan:
Bentuk berkat-berkat Tuhan bagi kita dalam jaman Perjanjian Baru bisa berbeda.
Pulpit Commentary: “Obedience is
consequently the charter of success. But we leave to our loving Father to
determine what our success will be. We do not insist on its assuming the form of
gold and silver, venison and champagne. The success of self-conquest, the
success of being public benefactors, the success of serving our generation by
the will of God ere we fall on sleep, - this is better far than the success of
invading hosts with the laurels dipped in gore”
[= Karena itu, ketaatan adalah piagam dari kesuksesan. Tetapi kita menyerahkan
kepada Bapa kita yang penuh kasih untuk menentukan apa kesuksesan kita itu. Kita
tidak berkeras bahwa itu harus berbentuk emas dan perak, daging rusa dan anggur.
Sukses dari penaklukan diri sendiri, sukses sebagai seorang dermawan bagi
masyarakat, sukses dalam melayani generasi kita oleh kehendak Allah sebelum kita
mati, - ini jauh lebih baik dari pada sukses dari pasukan yang menyerbu dengan
daun salam yang dicelup dalam darah kental (?)]
- hal 211.
Pulpit Commentary: “And surely all this is
but a type of the success which still waits upon God’s obedient people. Not,
of course, that temporal success is the form of success desired or granted now.
Many of God’s people continue poor, but they succeed in life nevertheless.
When they have grace to show a contented spirit amid their limited resources,
they succeed in demonstrating that God is all-sufficient, and are the best
testimony to the reality of religion before men. When the saints can sing with
Habakkuk, ‘Although the fig tree shall not blossom,’ etc, ‘yet I will
rejoice in the Lord, I will joy in the God of my salvation’ (Hab. 3:17-18),
they have really prospered in all life’s essentials”
[= Dan jelas bahwa semua ini hanyalah merupakan type dari sukses yang tetap
menanti umat Allah yang taat. Tentu kesuksesan sementara bukanlah bentuk
kesuksesan yang diinginkan atau diberikan sekarang. Banyak dari umat Allah terus
miskin, tetapi bagaimanapun mereka sukses dalam kehidupan. Pada waktu mereka
mempunyai kasih karunia untuk menunjukkan roh yang puas di tengah-tengah
sumber-sumber mereka yang terbatas, mereka sukses dalam mendemonstrasikan bahwa
Allah itu serba mencukupi, dan merupakan kesaksian terbaik bagi kenyataan dari
agama di hadapan manusia. Pada waktu orang-orang kudus bisa menyanyi bersama
Habakuk: ‘Sekalipun pohon ara tidak berbunga’, dst. ‘namun aku akan
bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan
aku’ (Hab 3:17-18), mereka sebetulnya telah berhasil dalam hal-hal yang
penting dalam kehidupan]
- hal 212a.
1) Dasar dari tuntutan untuk taat.
Ay 8: “‘Jadi kamu
harus berpegang pada seluruh perintah yang kusampaikan kepadamu pada hari ini,
supaya kamu kuat untuk memasuki serta menduduki negeri, ke mana kamu pergi
mendudukinya”.
Kata ‘Jadi’ pada awal ay 8, seharusnya adalah ‘Karena itu’,
seperti dalam KJV, yang menterjemahkan ‘Therefore’ (= Karena itu).
J. A. Thompson (Tyndale): “The word
‘therefore’ underlines the fact that Yahweh’s claim to Israel’s
obedience rests on what He has done for them”
(= Kata ‘Karena itu’ menekankan fakta bahwa tuntutan Yahweh terhadap
ketaatan Israel didasarkan pada apa yang telah Ia lakukan bagi mereka) - hal 153.
Juga perhatikan bahwa apa yang dilakukan oleh TUHAN dibicarakan
dalam ay 2-7, dan bagian tersebut diapit oleh ay 1 dan ay 8 yang sama-sama
menuntut ketaatan dari bangsa Israel.
Kalau pada saat itu Allah telah melakukan hal yang besar bagi
bangsa Israel, dengan membebaskan mereka dari Mesir, maka pada jaman ini, Allah
telah melakukan hal yang besar bagi kita dengan mengirimkan AnakNya datang ke
dalam dunia, menjadi manusia seperti kita, dan lalu menderita dan mati di kayu
salib untuk menebus dosa-dosa kita. Karena itu, Ia tetap berhak untuk menuntut
ketaatan dari kita.
2) Apakah Allah menuntut ketaatan yang sempurna?
Ay 8,13,22,27,32 tidak boleh diartikan bahwa Allah menuntut
ketaatan yang sempurna. Calvin mengatakan bahwa dalam tuntutan untuk taat ini
tercakup pengampunan dari Allah terhadap dosa anak-anakNya, dan karena itu janji
itu bukannya tidak berguna pada saat ketaatan mereka tidak sempurna.
Calvin (tentang Im 26:3): “‘to walk in the
commandments of God,’ is not precisely equivalent to performing whatever the
Law demands; but in this expression is included the indulgence with which God
regards His children and pardons their faults. The promise, therefore, is not
without fruit as respects believers, whilst they endeavour to consecrate
themselves to God, although they are still far from perfection; ... their
obedience would not be acceptable to Him because it was deserving, but because
He visits with His paternal favour” (=
‘berjalan dalam perintah-perintah Allah’ bukanlah secara persis sama dengan
melakukan apapun yang dituntut hukum Taurat; tetapi dalam ungkapan ini tercakup
kebaikan dengan mana Allah memandang anak-anakNya dan mengampuni
kesalahan-kesalahan mereka. Karena itu, janji ini bukannya tanpa buah berkenaan
dengan orang percaya, sementara mereka berusaha untuk membaktikan diri mereka
kepada Allah, sekalipun mereka masih jauh dari kesempurnaan; ... ketaatan mereka
tidak diterima olehNya karena layak, tetapi karena Ia mengunjungi dengan
kebaikanNya sebagai Bapa)
- hal 214-215.
3) Peringatan untuk tidak menyembah allah lain (ay 16).
Ay 16: “Hati-hatilah,
supaya jangan hatimu terbujuk, sehingga kamu menyimpang dengan beribadah kepada
allah lain dan sujud menyembah kepadanya”.
Calvin menyoroti kata ‘Hati-hatilah’
pada awal ay 16, dan lalu memberi komentar sebagai berikut:
“by
them he signifies, that unless they take diligent heed to themselves, nothing
will be more easy than for them to fall into the snares of Satan. ... Let us
learn, then, that since many impostures and deceits besiege us on every side, we
shall in the vanity of our nature be liable immediately to fall into them,
unless we carefully guard ourselves” (=
Dengan kata-kata itu ia memberitahukan bahwa kecuali mereka dengan rajin / tekun
memperhatikan diri mereka sendiri, tidak ada yang lebih mudah untuk mereka dari
pada jatuh ke dalam jerat dari setan. ... Jadi, hendaklah kita belajar, bahwa
karena banyak penipu dan kebohongan yang mengepung kita di setiap sisi, besar
kemungkinannya bahwa kita segera jatuh ke dalam hal-hal itu, kecuali kita
menjaga diri kita sendiri dengan hati-hati) - hal 126.
Pulpit Commentary: “The rejection of the
gospel is after all a preference of other gods to the only living and true God.
The idolatry which was the danger and temptation of Israel is reproduced in all
who reject the mercy manifested in Christ. Some other object of worship has
really been selected; the world, or wealth, or self, or power is expected to do
for the unbelieving soul what God alone can. His attributes are made over to
these creatures, and a false confidence takes the place which the true should
occupy. Unbelief is really idolatry at bottom”
(= Penolakan injil merupakan suatu pemilihan terhadap allah-allah lain lebih
dari pemilihan terhadap satu-satunya Allah yang hidup dan benar. Penyembahan
berhala yang merupakan bahaya dan pencobaan dari Israel ditiru dalam semua yang
menolak belas kasihan yang dinyatakan dalam Kristus. Sebetulnya tujuan yang lain
dari penyembahan telah dipilih; dunia, atau kekayaan, atau diri sendiri, atau
kuasa diharapkan untuk melakukan untuk jiwa yang tidak percaya apa yang hanya
bisa dilakukan oleh Allah. Sifat-sifatNya diserahkan kepada makhluk-makhluk
ciptaan ini, dan suatu keyakinan yang palsu mengambil tempat yang seharusnya
ditempati oleh keyakinan yang benar. Ketidak-percayaan pada dasarnya merupakan
penyembahan berhala) -
hal 213.
P. C. Craigie (NICOT): “The Canaanites believed
that the gift of the rains lay in the power of the god Baal / Hadad. The
Israelites were to be careful to recognize the Lord as the giver of rain; if
they failed to do so and worshipped other gods, they would learn the truth the
hard way” (= Orang-orang Kanaan percaya
bahwa karunia hujan terletak dalam kuasa dari allah Baal / Hadad. Orang-orang
Israel harus hati-hati untuk mengenali Tuhan sebagai pemberi hujan; jika mereka
gagal melakukan demikian, dan menyembah allah-allah lain, mereka akan
mempelajari kebenaran itu dengan cara yang keras)
- hal 210.
Bandingkan dengan Hos 2:7-12 - “(7)
Tetapi dia tidak insaf bahwa Akulah yang memberi kepadanya gandum, anggur dan
minyak, dan yang memperbanyak bagi dia perak dan emas yang dibuat mereka menjadi
patung Baal. (8) Sebab itu Aku akan mengambil kembali gandumKu pada masanya dan
anggurKu pada musimnya, dan akan merampas kain bulu domba dan kain lenanKu yang
harus menutupi auratnya. (9) Dan sekarang, Aku akan menyingkapkan kemaluannya,
di depan mata para kekasihnya, dan seorangpun tidak akan melepaskan dia dari
tanganKu. (10) Aku akan menghentikan segala kegirangannya, hari rayanya, bulan
barunya dan hari Sabatnya dan segala perayaannya. (11) Aku akan memusnahkan
pohon anggurnya dan pohon aranya, yang tentangnya dikatakannya: Ini semuanya
pemberian kepadaku, yang dihadiahkan kepadaku oleh para kekasihku! Aku akan
membuatnya menjadi hutan, dan binatang-binatang di padang akan memakannya habis.
(12) Dan Aku akan menghukum dia karena hari-hari ketika dia membakar korban
untuk para Baal, berhias dengan anting-antingnya dan kalungnya, dan mengikuti
para kekasihnya dan melupakan Aku,’ demikianlah firman TUHAN”.
4) Sikap terhadap hukum Taurat / Firman Tuhan.
Ay 18-20: “Tetapi kamu
harus menaruh perkataanku ini dalam hatimu dan dalam jiwamu; kamu harus
mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di
dahimu. (19) Kamu harus mengajarkannya kepada anak-anakmu dengan
membicarakannya, apabila engkau duduk di rumahmu dan apabila engkau sedang dalam
perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun; (20) engkau
harus menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu”.
Calvin: “In
fine, he commands them to have the Law not only impressed on the mind, but
embraced with sincere affection” (=
Singkatnya, Ia memerintahkan mereka supaya hukum Taurat bukan hanya ditanamkan
pada pikiran, tetapi dipeluk dengan kasih yang tulus)
- hal 368.
Calvin: “without
diligent exercise, it usually happens that whatever men have once learnt is soon
lost” (= tanpa penggunaan / latihan yang
rajin, biasanya terjadi bahwa apapun yang orang-orang pernah pelajari hilang
dengan cepat) - hal
368-369.
5) Desakan untuk melakukan komitmen (ay 26-28).
Ay 26-28: “(26)
Lihatlah, aku memperhadapkan kepadamu pada hari ini berkat dan kutuk: (27)
berkat, apabila kamu mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan
kepadamu pada hari ini; (28) dan kutuk, jika kamu tidak mendengarkan perintah
TUHAN, Allahmu, dan menyimpang dari jalan yang kuperintahkan kepadamu pada hari
ini, dengan mengikuti allah lain yang tidak kamu kenal”.
a)
Firman Allah dan pelayanan Musa, sebagai juru bicara Allah.
Calvin: “he
repeats what we have met before, that God, who is both a faithful rewarder, and
a severe judge, is the Author of the Law; yet at the same time he magnifies his
own ministry, since it behoved them to depend upon God, and to acquiesce in His
commandments, in such manner as still to submit themselves to His Prophet. For
such is men’s pride, that they desire to fly above the clouds to listen to
God; whilst He would be heard in His servants, by whose mouth He speaks. Moses,
therefore, would again enforce upon them this humility, when he states that he
enjoins what God has commanded, as if to call himself the organ of the Holy
Spirit” (= ia mengulangi apa yang telah
kita temui sebelumnya, bahwa Allah, yang adalah baik seorang pemberi pahal yang
setia, maupun seorang hakim yang keras, adalah Pengarang / Pencipta dari hukum
Taurat; tetapi pada saat yang sama ia membesarkan pelayananya sendiri, karena
mereka perlu untuk bergantung kepada Allah, dan menyetujui perintah-perintahNya,
dengan cara sedemikian rupa sehingga mereka tetap menundukkan diri mereka
sendiri kepada NabiNya. Karena demikianlah kesombongan manusia, sehingga mereka
ingin untuk terbang di atas awan dan mendengar Allah; sementara Ia ingin
didengar dalam pelayan-pelayanNya, oleh mulut siapa Ia berbicara. Karena itu,
Musa menekankan lagi kepada mereka kerendahan hati ini, pada waktu ia menyatakan
bahwa ia memerintahkan apa yang Allah telah perintahkan, seakan-akan menyebut
dirinya sendiri sebagai organ / alat dari Roh Kudus)
- hal 210.
b)
Tafsiran Arminian dari Adam Clarke.
Adam Clarke:
“If God had not put it in the power of
this people either to obey or disobey; if they had not had a free will, over
which they had complete authority, to use it either in the way of willing or
nilling; could God, with any propriety, have given such precepts as these,
sanctioned with such promises and threatenings? ... A stone is not rewardable
because in obedience to the laws of gravitation, it always tends to the centre;
nor is it punishable because, in being removed from the centre, in its tending
or falling towards it again it takes away the life of a man. ... If ye will
obey, (for God is ever ready to assist,) ye shall live; if ye will disobey and
refuse that help, ye shall die” [=
Seandainya Allah tidak meletakkan dalam kuasa dari bangsa ini, atau untuk
mentaati atau untuk tidak mentaati; seandainya mereka tidak mempunyai kebebasan
kehendak, atas mana mereka mempunyai otoritas lengkap, untuk menggunakannya
dengan cara mau atau tidak mau; bisakah Allah, dengan benar / pantas, memberikan
peraturan seperti ini, yang didukung oleh janji dan ancaman seperti itu? ...
Sebuah batu tidak akan diberi pahala karena ia mentaati hukum gravitasi, ia
selalu cenderung untuk jatuh ke pusat (bumi); juga batu itu tidak bisa dihukum,
karena pada waktu ia dijauhkan dari pusat, dalam kecenderungannya atau
kejatuhannya ke pusat ia membunuh seorang manusia. ... Jika engkau mau taat,
(karena Allah selalu siap untuk membantu), engkau akan hidup; jika engkau tidak
mau taat dan menolak pertolongan itu, engkau akan mati]
- hal 771.
Bantahan:
1.
Adanya perintah kepada manusia yang disertai pahala / ancaman, tidak berarti
bahwa manusia mampu mentaati perintah tersebut. Contoh: dalam Perjanjian Baru
kita diperintahkan untuk percaya kepada Yesus (Kis 16:31). Yang percaya akan
selamat, yang tidak percaya akan binasa. Tetapi toh Kitab Suci / Firman Tuhan
berkata: “Tidak ada seorangpun yang dapat
datang kepadaKu, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia
akan Kubangkitkan pada akhir zaman. ... Lalu Ia berkata: ‘Sebab itu telah
Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorangpun dapat datang kepadaKu, kalau Bapa tidak
mengaruniakannya kepadanya.’”
(Yoh 6:44,65).
2. Manusia berdosa tidak bisa berbuat baik.
Ini dinyatakan secara jelas oleh Kitab Suci (Kej 6:5 Kej
8:21 Maz 58:4 Yes 64:6 Yer 4:22 Yer 13:23
Mat 7:16-18 Yoh 8:34 Yoh 15:4-5 Ro
6:16-17,20-21 Ro 7:18-19 Ro 8:7-8 Tit 1:15).
· Kej
6:5 - “Ketika dilihat TUHAN bahwa
kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu
membuahkan kejahatan semata-mata, ...”.
· Kej 8:21b
- “Aku takkan mengutuk bumi ini lagi
karena manusia, sekalipun yang ditimbulkan hatinya adalah jahat dari sejak
kecilnya”.
· Maz 58:4
- “Sejak lahir orang-orang fasik telah
menyimpang, sejak dari kandungan pendusta-pendusta telah sesat”.
· Yes 64:6a
- “Demikianlah kami sekalian seperti
seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor”.
Perhatikan bahwa Yesaya tidak berkata ’segala kejahatan
kami seperti kain kotor’ ataupun ‘sebagian kesalehan kami seperti
kain kotor’, tetapi ‘segala kesalehan kami seperti kain
kotor’! Kalau ‘kesalehan’nya saja seperti kain kotor, bagaimana
‘kejahatan’ / ‘dosa’nya? Yeh 36:17 - “‘Hai
anak manusia, waktu kaum Israel tinggal di tanah mereka, mereka menajiskannya
dengan tingkah laku mereka; kelakuan mereka sama seperti cemar kain di
hadapanKu”.
· Yer
4:22 - “Sungguh, bodohlah umatKu itu,
mereka tidak mengenal Aku! Mereka adalah anak-anak tolol, dan tidak mempunyai
pengertian! Mereka pintar untuk berbuat jahat, tetapi untuk berbuat baik mereka
tidak tahu”.
· Yer 13:23
- “Dapatkah orang Etiopia mengganti
kulitnya atau macan tutul mengubah belangnya? Masakan kamu dapat berbuat baik,
hai orang-orang yang membiasakan diri berbuat jahat?”.
· Mat 7:16-18
menunjukkan bahwa pohon yang tidak baik tidak bisa menghasilkan buah yang baik.
Gara-gara dosa Adam, maka semua manusia lahir sebagai orang berdosa (pohon yang
tidak baik), dan karena itu jelas bahwa tidak ada orang yang bisa menghasilkan
buah yang baik / perbuatan baik.
· Yoh
8:34b - “setiap orang yang berbuat dosa
adalah hamba dosa”.
Istilah ‘hamba’ perlu ditekankan di sini. Dengan manusia
dinyata-kan sebagai ‘hamba dosa’, itu jelas menunjukkan bahwa ia selalu /
terus menerus menuruti dosa, dan tidak bisa berbuat baik. Ini dinyatakan secara
lebih jelas oleh Ro 6:16-17,20-21. Perhatikan khususnya Ro 6:20 yang
berbunyi: “Sebab waktu kamu hamba dosa,
kamu bebas dari kebenaran”. Istilah ‘bebas dari kebenaran’ itu jelas menunjukkan bahwa
manusia berdosa itu tidak bisa berbuat apapun yang benar!
· Yoh 15:4-5
- “Tinggallah di dalam Aku dan Aku di
dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau
ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau
kamu tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah
ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia
berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa”.
Ini jelas menunjukkan bahwa sama seperti ranting anggur tidak bisa
berbuah kalau tidak melekat pada pokok anggur, demikian juga manusia di luar
Kristus sama sekali tidak bisa berbuat apapun yang baik.
· Ro
7:18-19 - “Sebab aku tahu bahwa di
dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak
memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik. Sebab bukan apa
yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak
aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat”.
Dari ayat ini kelihatan sepintas bahwa dalam diri manusia ada
kehendak yang baik. Tetapi jelas bahwa ayat ini tidak boleh ditafsirkan bahwa
dalam diri manusia berdosa di luar Kristus itu sendiri bisa ada kehendak
yang baik, karena:
* penafsiran
ini akan bertentangan dengan Ro 7:18nya yang mengatakan ‘tidak
ada sesuatu yang baik’.
* penafsiran
ini juga akan bertentangan dengan Fil 2:13 yang berbunyi:
Fil 2:13 berbunyi: ”karena
Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan
menurut kerelaanNya”.
Ini terjemahannya kurang jelas. Perhatikan terjemahan-terjemahan
Kitab Suci bahasa Inggris di bawah ini:
KJV: “For it is God which
worketh in you both to will and to do of his good pleasure”
(= Karena Allahlah yang bekerja dalam kamu baik untuk menghendaki maupun
untuk melakukan kehendakNya yang baik).
RSV: “for God is at work
in you, both to will and to work for his good pleasure”
(= karena Allah bekerja dalam kamu, baik untuk menghendaki maupun untuk
mengerjakan untuk kehendakNya yang baik).
NASB: “for it is God who
is at work in you, both to will and to work for His good pleasure”
(= karena Allahlah yang bekerja dalam kamu, baik untuk menghendaki maupun
untuk mengerjakan untuk kehendakNya yang baik).
NIV: “for it is God who
works in you to will and to act according to his good purpose”
(= karena Allahlah yang bekerja dalam kamu untuk menghendaki dan untuk
berbuat menurut rencanaNya yang baik).
Ini menunjukkan bahwa baik keinginan maupun kemampuan
untuk melakukan apa yang baik itu datang dari Tuhan.
Jadi, Ro 7:18-19 ini bukan menggambarkan Paulus pada waktu
belum kristen, tetapi sesudah ia menjadi kristen (perhatikan bahwa ayat itu
menggunakan present tense, bukan past tense). Karena itu ia sudah
mempunyai kemauan / kehendak yang baik (dari Roh Kudus), tetapi bagaimanapun apa
yang ia capai / lakukan jauh lebih rendah dari apa yang ia kehendaki, dan
berdasarkan penga-laman itu ia menuliskan ayat itu.
· Ro 8:7-8
- “Sebab keinginan daging adalah
perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal
ini memang tidak mungkin baginya. Mereka yang hidup dalam daging, tidak
mungkin berkenan kepada Allah”.
· Tit 1:15
- “Bagi orang suci semuanya suci; tetapi
bagi orang najis dan orang tidak beriman suatupun tidak ada yang suci, karena
baik akal maupun suara hati mereka najis”.
Catatan:
memang dari ayat-ayat di atas ada yang bisa ditafsirkan hanya berlaku untuk
orang-orang tertentu saja (misalnya Yer 4:22 di atas), tetapi pada umumnya,
bahkan sebetulnya mungkin bisa dikatakan semuanya, adalah ayat-ayat yang berlaku
umum (untuk semua manusia berdosa di luar Kristus).
3.
Kitab Suci berulangkali menunjukkan bahwa kalau seseorang bisa taat, itu
disebabkan karena adanya pekerjaan Tuhan dalam dirinya.
Contoh: Yer
24:7 - “Aku akan memberi mereka
suatu hati untuk mengenal Aku, yaitu bahwa Akulah TUHAN. Mereka akan menjadi
umatKu dan Aku ini akan menjadi Allah mereka, sebab mereka akan bertobat
kepadaKu dengan segenap hatinya”.
c)
Keharusan untuk mengambil keputusan.
Pulpit Commentary: “God summons us to
decision. ... When light comes, decision is inevitable. We must settle what our
attitude towards it will be. In decreeing not to choose, we in reality do
choose” (= Allah memanggil kita kepada
keputusan. ... Pada saat terang datang, keputusan tidak bisa dihindarkan. Kita
harus menentukan sikap kita terhadapnya. Dalam menetapkan untuk tidak memilih,
dalam kenyatannya kita sudah memilih) - hal 205.
Pulpit Commentary: “We cannot remain the
same, after obtaining the knowledge of God’s will as we were before. Necessity
requires that we should be either better or worse. ... The fire that does not
melt, hardens. To know God’s will, and not to do it, inflicts unspeakable
mischief upon the soul” (= Kita tidak
bisa tetap sama, setelah mendapatkan pengetahuan tentang kehendak Allah seperti
kita sebelumnya. Kita harus menjadi lebih baik atau lebih buruk. ... Api yang
tidak mencairkan, mengeraskan. Mengetahui kehendak Allah, dan tidak
melakukannya, mengakibatkan kerusakan yang tidak terlukiskan pada jiwa)
- hal 209.
Pulpit
Commentary: “It
is a blessed but a perilous position which God’s people are called to occupy.
It secures to them unwonted favours, but it exposes them also, if disobedient,
to chastisements and punishments of a peculiarly direct and severe kind. The
higher the position of nearness to God, the greater the responsibility which
that position entails upon who enjoy it”
(= Umat Allah dipanggil untuk menempati suatu posisi yang diberkati tetapi
membahayakan. Itu memastikan kebaikan yang tidak biasa, tetapi itu juga
membukakan mereka, jika tidak taat, pada hajaran dan penghukuman yang langsung
dan keras. Makin tinggi posisi kedekatan kepada Allah, makin besar tanggung
jawab yang dibawa oleh posisi itu terhadap mereka yang menikmatinya)
- hal 205.
Clarke
mengatakan bahwa dalam kenyataannya sekarang, Kanaan merupakan negara yang tidak
subur. Mengapa demikian? Karena mereka tidak taat, sehingga kutukan Allahlah
yang menimpa mereka. Ini menjadi bukti keotentikan dari 5 kitab Musa
(Pentateuch).
Adam Clarke:
“That the land of Judea was naturally
very fertile, can scarcely be supposed by any who considers the accounts given
of it by travellers; with the exceptions of a few districts, the whole land is
dry, stony, and barren, and particularly all the southern parts of Judea, and
all the environs of Jerusalem, most of which are represented as absolutely
incapable of cultivation. How then could it ever support its vast number of
inhabitants? By the special providence of God. While God kept that people under
his continual protection, their land was a paradise; they lent to all nations
and borrowed from none. What has it been since? A demi-solitude, because that
especial blessing no longer descends upon it. No land, says Calmet, was more
fertile while under his benediction of God; none more barren when under his
curse. Its present state is a proof of the declaration of Moses, chap. 28:23:
‘The heaven over their head is brass; the earth under their feet, iron.’ The
land itself, in its present state is an ample proof of the authenticity of the
Pentateuch. Should facts of this kind be lost sight of by any who read the
sacred writings?” (= )
- hal 772.
Kita baru
memasuki tahun 2002 yang baru. Kata-kata dalam ay 26-28 bisa diberlakukan bagi
kita. Kalau kita mau taat kepada Tuhan, kita diberkati, dan kalau kita tidak
taat, kita dikutuk. Ini berlaku dalam segala segi kehidupan kita, seperti:
· dalam
kerajinan berbakti.
· dalam
belajar Firman Tuhan.
· dalam
kehidupan doa / saat teduh.
· dalam
pelayanan / pemberitaan Injil.
· dalam
memberi persembahan.
· dalam
usaha bersekutu dan mengasihi sesama saudara seiman.
· dalam
pekerjaan / study.
· dan
sebagainya.
Renungkan: Apa pilihan saudara? Kiranya Tuhan memberkati dan
memimpin saudara dalam memilih.
-AMIN-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali