Khotbah Natal
oleh :
Pdt. Budi Asali M.Div.
Dalam
Gereja Roma Katolik kita melihat bahwa seluruh fokus kekristenan sudah bergeser.
Yang mestinya adalah Yesus Kristus lalu bergeser kepada
Maria. Maria dijadikan pengantara, doa
dinaikkan kepada Maria, dsb.
Tetapi dalam
perayaan Natal, baik Katolik, Protestan, maupun Pentakosta / Kharismatik, juga
menggeser fokus Natal, dari Yesus Kristus kepada hal-hal lain, khususnya kepada
pohon Natal.
Mari
kita membahas pohon Natal itu sebentar.
Seorang penulis
di internet mengatakan:
Encyclopedia
Britannica 2000 dengan topik ‘Christmas tree’:
“an
evergreen, usually a balsam or douglas fir, decorated with lights and ornaments
as a part of Christmas festivities. The use of evergreen trees, wreaths, and
garlands as a symbol of eternal life was an ancient custom of the Egyptians,
Chinese, and Hebrews. Tree worship, common among the pagan Europeans, survived
after their conversion to Christianity in the Scandinavian customs of decorating
the house and barn with evergreens at the New Year to scare away the devil and
of setting up a tree for the birds during Christmastime; it survived further in
the custom, also observed in Germany, of placing a Yule tree at an entrance or
inside the house in the midwinter holidays. The
modern Christmas tree, though, originated in western Germany. The main
prop of a popular medieval play about Adam and Eve was a fir tree hung with
apples (paradise tree) representing the Garden of Eden. The Germans set up a
paradise tree in their homes on December 24, the religious feast day of Adam and
Eve. They hung wafers on it (symbolizing the host, the Christian sign of
redemption); in a later tradition, the wafers were replaced by cookies of
various shapes. Candles, too, were often added as the symbol of Christ. In the
same room, during the Christmas season, was the Christmas pyramid, a triangular
construction of wood, with shelves to hold Christmas figurines, decorated with
evergreens, candles, and a star. By the 16th century, the Christmas pyramid
and paradise tree had merged, becoming the Christmas tree. The custom was
widespread among the German Lutherans by the 18th century, but it was not until
the following century that the Christmas tree became a deep-rooted German
tradition. Introduced into England in the early 19th century, the Christmas
tree was popularized in the mid-19th century by the German Prince Albert,
husband of Queen Victoria. The Victorian tree was decorated with candles,
candies, and fancy cakes hung from the branches by ribbon and by paper chains.
Brought to North America by German settlers as early as the 17th century,
Christmas trees were the height of fashion by the 19th century. They were also
popular in Austria, Switzerland, Poland, and The
Netherlands. In China and Japan, Christmas trees, introduced by western
missionaries in the 19th and 20th centuries, were decorated with intricate paper
designs”.
Sekalipun
tuduhan penulis di internet di atas banyak yang merupakan tuduhan seenaknya
sendiri, tetapi memang ada kemungkinan bahwa asal usul pohon Natal berbau
kekafiran. Tetapi
Encyclopedia Britannica membedakan pohon Natal kuno dan yang modern.
Pohon Natal modern dikatakannya berasal dari Jerman Barat, dan tidak berurusan
dengan penyembahan berhala atau kekafiran, tetapi berhubungan dengan pohon di
Taman Eden, dan digunakan pada tanggal 24 Desember, yang merupakan hari raya
untuk memperingati Adam dan Hawa. Penggunaan pohon yang terus menerus hijau
/ tidak terpengaruh oleh musim dingin, seperti cemara, dimaksudkan
sebagai simbol dari kehidupan yang kekal. Kalau ini benar,
maka pohon Natal modern tidak bersumber pada kekafiran / penyembahan berhala.
Tetapi tetap
ada hal-hal yang negatif tentang pohon Natal, yaitu:
Apa
bahayanya kalau pohon Natal itu menjadi terlalu penting? Semua hal dalam
kekristenan yang menjadi terlalu penting, bisa menggeser apa
yang seharusnya merupakan hal terpenting dalam Natal, yaitu Yesus Kristus
sendiri.
Earl Riney:
“The Christmas tree has taken the place of the altar in too much of our
modern Christmas observance” (= Pohon Natal telah mengambil tempat di
altar dalam terlalu banyak dari perayaan Natal modern kita) - ‘The
Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 113-114.
Illustrasi:
round girl yang terlalu cantik dan sexy menyebabkan kita tidak memperhatikan
papan bertuliskan ronde ke berapa yang sedang ia
bawakan.
Saya
tidak mengharuskan untuk membuang pohon Natal secara total; itu rasanya tidak
mungkin. Tetapi setidaknya kita harus
mengurangi penekanan yang berlebihan pada pohon Natal ini, supaya jangan pohon
Natal, yang sebetulnya tidak ada hubungannya dengan Natal, mengaburkan /
menggeser fokus yang sebenarnya dari Natal.
Kalau kita
membaca cerita Natal yang sesungguhnya dalam Kitab Suci (Luk 2:1-20
Mat 2:1-12), maka jelas bahwa fokus yang sebenarnya dari Natal adalah
diri dari Yesus Kristus. Dia yang dilahirkan pada Natal.
Dia yang dicari dan akhirnya disembah dan diberi hadiah /
persembahan oleh orang-orang Majus. Dia juga yang diberitakan oleh
malaikat-malaikat kepada para gembala di padang.
Karena itu mari
kita kembali kepada fokus yang sebenarnya dari Natal, dengan mempelajari tentang
Yesus Kristus yang diberitakan pada Natal ini.
Luk 2:11 - “Hari
ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota
Daud”.
Ada
4 kata yang ingin saya soroti, yaitu ‘Tuhan’, ‘lahir’, ‘Kristus’,
dan ‘Juruselamat’.
1)
Kata ‘Tuhan’ harus diartikan dalam arti setinggi-tingginya, dan jelas
menunjukkan Yesus sebagai Allah sendiri.
Bayi
yang kelihatan lemah / tak berdaya, yang lahir pada Natal yang pertama ini
adalah Allah sendiri. Hal ini juga ditunjukkan
oleh:
a)
Ayat-ayat seperti:
· Ro 9:5
- “Mereka adalah keturunan bapa-bapa leluhur, yang menurunkan Mesias dalam
keadaanNya sebagai manusia, yang ada di atas segala sesuatu. Ia
adalah Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya. Amin!”.
· 1Yoh 5:20
- “Akan tetapi kita tahu, bahwa Anak Allah telah datang dan telah
mengaruniakan pengertian kepada kita, supaya kita mengenal Yang Benar; dan kita
ada di dalam Yang Benar, di dalam AnakNya Yesus Kristus. Dia adalah Allah
yang benar dan hidup yang kekal”.
b)
Penyembahan yang dilakukan oleh orang-orang Majus kepada Dia.
Mat 2:11 -
“Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama
Maria, ibuNya, lalu sujud menyembah Dia. Merekapun membuka tempat harta
bendanya dan mempersembahkan persembahan kepadaNya, yaitu emas, kemenyan dan
mur”.
Orang-orang
Majus itu bukan menyembah Maria, atau Yesus dan Maria, tetapi hanya menyembah
Yesus. Ini terlihat dari
kata ‘Dia’ yang merupakan kata ganti orang ketiga tunggal laki-laki.
C. H.
Spurgeon: The old Reformers used to
say, “Here is a bone that sticks in the throat of the Romanists, and they can
neither get it up nor down, for it does not say, ‘They saw Mary and the young
child’, the young child is put first, they came to see him; and it does not
say that ‘they fell down and worshipped them’” If ever there was an
opportunity for Mariolatry, surely this was the one, when the child
was as yet newly-born, and depended so much upon his mother. Why did not
the magi say “Ave Maria!” and commence at once their Mariolatry? Ay, but
these were wise men; they were not priests from Rome, else might they
have done it [= Tokoh-tokoh Reformasi kuno sering berkata: “Ini adalah
tulang yang menyangkut di tenggorokan orang Roma (Katolik), dan mereka tidak
dapat mengeluarkannya ataupun menelannya, karena ayat itu tidak berkata:
‘Mereka melihat Maria dan bayi itu’, bayi itu disebut lebih dulu, mereka
datang untuk melihat dia; dan ayat itu tidak berkata bahwa ‘mereka tersungkur
dan menyembah mereka’”. Kalau ada kesempatan untuk melakukan penyembahan
terhadap Maria, maka sebetulnya inilah kesempatannya, dimana bayi itu baru
dilahirkan, dan sangat bergantung kepada ibuNya. Mengapa
orang-orang Majus itu tidak berkata ‘Salam Maria!’ dan langsung memulai
penyembahan terhadap Maria? Ah, tetapi mereka ini adalah orang-orang
yang bijaksana; mereka bukan pastor-pastor dari Roma, karena kalau demikian
mereka mungkin sudah melakukannya] - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’
, vol 3, hal 34.
Catatan:
Perlu saudara ketahui bahwa dalam terjemahan KJV kata-kata ‘orang-orang
majus’ dalam Mat 2:1 diterjemahkan ‘wise men’ (=
orang-orang yang bijaksana).
Siapapun yang
tidak mempercayai Yesus sebagai Allah, dan hidup sesuai dengan kepercayaan
tersebut (menjadikan Dia Tuhan dalam kehidupan saudara), bukan orang kristen
yang sejati.
Bdk. Fil 2:9-11
- “Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepadaNya
nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada
di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah
mengaku: ‘Yesus Kristus adalah Tuhan,’ bagi kemuliaan Allah, Bapa!”.
Ini merupakan
suatu nubuat yang akan digenapi pada akhir jaman /
kedatangan Yesus yang keduakalinya. Kalau saat ini saudara tidak mau menyembah
Yesus dan mengakuiNya sebagai Tuhan / Allah, maka nanti pada akhir jaman saudara
akan melakukan itu dengan terpaksa, dan tanpa ada
gunanya. Dari pada mengalami hal itu pada akhir jaman, lakukan hal itu sekarang
dengan sukarela!
2)
Kata ‘lahir’ menunjukkan bahwa Yesus yang adalah Allah itu telah
menjadi manusia, dan ini yang kita peringati dalam Natal.
Ia
menjadi manusia yang sama dengan kita kecuali dalam hal dosa. Kalau tadi pada
saat berbicara tentang keilahianNya, saya menyatakan bahwa Ia
betul-betul adalah Allah, maka sekarang pada saat membicarakan kemanusiaanNya,
saya menyatakan bahwa Ia betul-betul adalah manusia. Jadi, sejak Yesus
berinkarnasi, maka Ia adalah sungguh-sungguh Allah
dan sungguh-sungguh manusia.
Hampir
semua ayat Natal membicarakan keilahian dan kemanusiaan Yesus.
Bdk. Yes 9:5 Yer
23:5-6 Mikha 5:1 Mat 1:23 Yoh 1:1 Fil 2:5-7 dsb.
3)
Kata ‘Kristus’ artinya sama dengan ‘Mesias’, yaitu ‘yang
diurapi’.
Yesus
datang ke dalam dunia untuk menggenapi janji Allah tentang Mesias, yang sudah
ditunggu-tunggu selama ribuan tahun oleh bangsa Yahudi.
Sebetulnya janji tentang Yesus sudah ada dalam Kej 3:15
pada saat Adam dan Hawa baru jatuh ke dalam dosa. Tetapi janji yang
betul-betul menyolok tentang Mesias baru ada pada jaman Abraham, yaitu dalam Kej 12:3
- “Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk
orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan
mendapat berkat.’”.
4)
Kata ‘Juruselamat’.
KelahiranNya
terjadi memang dengan tujuan utama untuk menggenapi rencana Allah berkenaan
dengan penyelamatan umat manusia yang telah jatuh dalam dosa.
Yoh 12:27
- “Sekarang jiwaKu terharu dan apakah yang akan
Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini? Tidak,
sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini”.
Ini pergumulan
yang mirip dengan yang di taman Getsemani, dan ini
menunjukkan bahwa tujuan kedatangan Yesus ke dunia menjadi manusia adalah: mati
disalib untuk menebus dosa kita. Natal tidak boleh
dipisahkan dari Jum’at Agung.
Manusia
biasa, karena sudah lahir, maka nanti harus mati.
Tetapi untuk Kristus terbalik. Karena Ia
mau mati, maka Ia harus lahir. Sebagai Allah Ia tidak
bisa menderita ataupun mati. Tetapi setelah Ia
menjadi manusia, Ia bisa menderita dan mati untuk menebus dosa kita.
Setiap saudara
adalah manusia berdosa, bahkan manusia yang sangat berdosa, dan setiap saudara
membutuhkan Yesus sebagai Juruselamat / Penebus dosa saudara!
Subhadra
Bhikshu (a Buddhist Catechism): “No
one can be redeemed by another. No God and no saint is
able to shield a man from conseqeunces of his evil doings. Every one of us must
become his own redeemer” (= Tidak seorangpun bisa ditebus oleh orang lain.
Tidak ada Allah dan tidak ada orang suci yang bisa
melindungi seorang manusia dari konsekwensi-konsekwensi dari tindakan-tindakan
jahatnya. Setiap orang dari kita harus menjadi penebusnya sendiri) - ‘The
Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 590.
Ini ajaran
agama lain. Kitab Suci kita mengajarkan sebaliknya, yaitu
bahwa tidak ada orang yang bisa menebus / membenarkan dirinya sendiri.
Gal 2:16,21
- “(16) Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena
melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab
itu kamipun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh
karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab:
‘tidak ada seorangpun yang dibenarkan’ oleh karena melakukan hukum Taurat.
... (21) Aku tidak menolak kasih karunia Allah. Sebab sekiranya ada kebenaran
oleh hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus”.
Johann
Hieronymus Schroeder: “It has been
the cross which has revealed to good men that their goodness has not been good
enough” (= Saliblah yang telah menyatakan kepada orang-orang yang baik
bahwa kebaikan mereka tidaklah cukup baik) - ‘The Encyclopedia of
Religious Quotations’, hal 145.
Yesus
sudah datang dan sudah menderita dan mati untuk menebus dosa kita.
Ini inti dan makna dari Natal. Tetapi
itu tidak ada gunanya bagi saudara, jika saudara mengabaikan / tidak mau percaya
dan menerima Kristus sebagai Juruselamat / Penebus dosa saudara.
Seseorang
mengatakan: “Christmas began in the heart of God. It is complete only
when it reaches the heart of man” (= Natal dimulai dalam hati Allah. Natal
lengkap hanya pada saat Natal mencapai hati manusia) - ‘The
Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 113.
Jangan menggeser
fokus dari Natal. Kristus
adalah fokus dari Natal. Saudara yang belum percaya
kepadaNya, cepatlah percaya sebelum terlambat. Saudara yang sudah
percaya, teruslah hidup untuk Dia, makin tinggikan Dia sebagai Tuhan dalam hidup
saudara, dan beritakanlah Dia kepada orang-orang yang belum percaya. Tuhan
memberkati saudara.
-AMIN-
e-mail us at [email protected]