(Rungkut Megah Raya, blok D no 16)
Minggu, tgl 22 September 2024, pk 09.00
Pdt. Budi Asali, M. Div.
Matius 7:15-23(6)
nasib akhir
nabi-nabi palsu(1)
Mat 7:15-23 - “(15) ‘Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas. (16) Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri? (17) Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. (18) Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik. (19) Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api. (20) Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. (21) Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di sorga. (22) Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi namaMu, dan mengusir setan demi namaMu, dan mengadakan banyak mujizat demi namaMu juga? (23) Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari padaKu, kamu sekalian pembuat kejahatan!’”.
III) Nasib akhir nabi-nabi palsu (ay 21-23).
Pulpit Commentary: “Vers. 21–23. - These verses stand in close connexion with vers. 15–20. Seeing that external actions are the result of internal life, it is they, not words nor even miracles (since these may in themselves not be dependent on the inner life, though permitted by the Divine power), by which the true followers of Christ will be finally distinguished from others, and which therefore will alone secure admission to abiding with Christ in the kingdom of heaven.” [= Ay 21-23. - Ayat-ayat ini berada dalam hubungan yang dekat dengan ay 15-20. Melihat bahwa tindakan-tindakan lahiriah merupakan hasil dari kehidupan di dalam, adalah mereka, bukan kata-kata atau bahkan mujizat-mujizat (karena hal-hal ini dalam diri mereka sendiri bisa tidak tergantung pada kehidupan di dalam, sekalipun diijinkan oleh kuasa Ilahi), dengan mana pengikut-pengikut sejati dari Kristus akhirnya akan dibedakan dari orang-orang lain, dan yang karena itu hanya mereka sendiri yang memastikan hak masuk / penerimaan untuk tinggal bersama Kristus dalam kerajaan surga.].
Lenski: “In verses 21–23 Jesus does an astonishing thing: he speaks of himself as the Judge and Lord before whom even the false prophets and their followers must appear at the last day.” [= Dalam ay 21-23 Yesus melakukan suatu hal yang mengherankan: Ia berbicara tentang diriNya sendiri sebagai Hakim dan Tuhan di hadapan siapa bahkan nabi-nabi palsu dan para pengikut mereka harus hadir pada hari terakhir.].
1) Nabi-nabi palsu tidak akan masuk surga.
Ay 21: “Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di sorga.”.
Ada beberapa hal yang ingin saya bahas dari ay 21 ini.
a) Pengaku-pengaku dalam ay 21 ini sama dengan nabi-nabi palsu dari ay 15.
Pulpit Commentary: “Ver. 21. - The self-deception of professors. The professors here are the ‘prophets’ cf ver. 15. But the sadness of their condition comes out in a very striking way when they are seen to be both deceivers and self-deceivers. There may be a designed allusion to the characteristic teachers of the day, some of whom were hypocrites, and some of whom were self-deceived.” [= Ay 21. - Penipuan diri sendiri dari pengaku-pengaku. Pengaku-pengaku di sini adalah ‘nabi-nabi’ bdk. ay 15. Tetapi hal yang menyedihkan dari kondisi mereka dinyatakan dengan suatu cara yang sangat menyolok pada waktu mereka terlihat sebagai baik penipu-penipu dan penipu-penipu diri sendiri. Di sana bisa / mungkin ada rancangan referensi tidak langsung pada ciri-ciri dari guru-guru / pengajar-pengajar dari masa itu, sebagian dari mereka adalah orang-orang munafik, dan sebagian adalah orang-orang yang menipu diri sendiri.].
b) Ay 21 ini tidak mengajarkan ‘keselamatan melalui perbuatan baik’!
Penafsiran terhadap ay 21 ini tidak boleh bertentangan dengan Ef 2:8-9 - “(8) Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, (9) itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.”.
Jadi, ay 21 itu menunjuk pada orang-orang yang tidak membuktikan ‘iman’nya dengan perbuatan baik. Mereka tidak masuk surga dengan ‘iman’ seperti itu.
Bdk. Yak 2:17,26 - “(17) Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati. ... (26) Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati.”.
Bdk. 1Yoh 2:4 - “Barangsiapa berkata: Aku mengenal Dia, tetapi ia tidak menuruti perintahNya, ia adalah seorang pendusta dan di dalamnya tidak ada kebenaran.”.
Calvin: “This doctrine embraces all hypocrites, whatever may be their rank or station, but at present he refers particularly to pretended teachers, who seem to excel others.” [= Ajaran ini mencakup semua orang-orang munafik, tak peduli apapun kedudukan / jabatan mereka, tetapi pada saat ini Ia menunjuk secara khusus kepada orang-orang yang berpura-pura menjadi guru-guru / pengajar-pengajar, yang kelihatannya lebih menonjol dari yang lain.].
Lenski: “Mere prodigality in the use of such an address is not a ticket of admission. The two durative present participles λέγων and ποιῶν describe customary actions. "Saying, ‘Lord, Lord!’" means to claim the relation to Jesus that is expressed in the title ‘Lord.’” [= Semata-mata keberlebihan dalam penggunaan suatu penyebutan seperti itu bukanlah suatu tiket masuk. Dua present participle yang kontinyu λέγων [legon / saying / berkata] dan ποιῶν [POION / does / melakukan] menggambarkan tindakan-tindakan yang bersifat kebiasaan. “Mengatakan, ‘Tuhan, Tuhan!’” berarti mengklaim hubungan dengan Yesus yang dinyatakan dalam gelar ‘Tuhan’.].
Calvin: “In a word, he declares that, so soon as the doctrine of the Gospel shall have begun to bear fruit by obtaining many disciples, there will not only be very many of the common people who falsely and hypocritically submit to it, but even in the rank of pastors there will be the same treachery, so that they will deny by their actions and life what they profess with the mouth. Whoever then desires to be reckoned among the disciples, must labor to devote himself, sincerely and honestly, to the exercises of a new life.” [= Singkatnya, Ia menyatakan bahwa, begitu ajaran Injil mulai menghasilkan buah dengan mendapatkan banyak murid-murid, di sana bukan hanya akan ada sangat banyak dari orang-orang biasa yang secara palsu / menipu dan secara munafik tunduk kepadanya, tetapi bahkan dalam kedudukan / jabatan dari pendeta-pendeta di sana akan ada pengkhianatan yang sama, sehingga mereka akan menyangkal oleh tindakan-tindakan dan kehidupan mereka apa yang mereka akui dengan mulut mereka. Maka siapapun ingin untuk dianggap / diperhitungkan di antara murid-murid, harus berjerih payah untuk membaktikan dirinya sendiri, dengan tulus / sungguh-sungguh dan dengan jujur, pada tindakan untuk mempraktekkan suatu kehidupan yang baru.].
c) Ayat ini tidak mengajarkan bahwa semua orang yang menyebut Yesus ‘Tuhan’ tidak masuk surga. Tafsiran konyol ini sering dimunculkan oleh orang seberang.
Lenski: “"Not everyone saying to me, ‘Lord, Lord!’" ... means that some who address Jesus thus will, indeed, enter the kingdom, some but not all.” [= “Bukan setiap orang yang berkata kepadaKu, ‘Tuhan, Tuhan!’” ... berarti bahwa sebagian yang menyebut / memanggil Yesus demikian, memang akan masuk kerajaan, sebagian tetapi bukan semua.].
d) Apa artinya ‘melakukan kehendak BapaKu yang di sorga’?
Matthew Henry: “The will of God, as Christ’s Father, is his will in the gospel, for there he is made known, as the Father of our Lord Jesus Christ: and in him our Father. Now this is his will, that we believe in Christ, that we repent of sin, that we live a holy life, that we love one another. This is his will, even our sanctification.” [= Kehendak Allah, sebagai Bapa dari Kristus, adalah kehendakNya dalam injil, karena di sana Ia dinyatakan sebagai Bapa dari Tuhan kita Yesus Kristus: dan dalam Dia Bapa kita. Sekarang ini adalah kehendakNya, supaya kita percaya kepada Kristus, supaya kita bertobat dari dosa, supaya kita menjalani suatu kehidupan yang kudus, supaya kita saling mengasihi. Ini adalah kehendakNya, yaitu pengudusan kita.].
Calvin: “‘To do the will of the Father’ not only means, to regulate their life and manners, (as philosophers talked) by the rule of virtues, but also to believe in Christ, according to that saying, ‘This is the will of him that sent me, that every one which seeth the Son, and believeth on him, may have everlasting life,’ (John 6:40.) These words, therefore, do not exclude faith, but presuppose it as the principle from which other good works flow.” [= ‘Melakukan kehendak Bapa’ bukan hanya berarti, menyesuaikan kehidupan dan cara-cara mereka, (seperti ahli-ahli filsafat berbicara) oleh peraturan kebaikan / kebenaran, tetapi juga percaya kepada Kristus, menurut kata-kata itu, ‘Inilah kehendak BapaKu, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepadaNya bisa mendapatkan hidup yang kekal’, (Yoh 6:40). Karena itu, kata-kata ini, tidak mengeluarkan / membuang iman, tetapi menganggapnya sebagai kebenaran dasar dari mana perbuatan-perbuatan baik yang lain mengalir.].
Yoh 6:40 - “Sebab inilah kehendak BapaKu, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepadaNya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman.’”.
Benarkah ini? Iman tercakup? Bagi saya ini sangat meragukan karena:
1. Seluruh kontextnya, yaitu Mat 7:15-23, membicarakan ketaatan, dan bukan iman.
2. Ayat paralelnya, yaitu Luk 6:46, juga menekankan ketaatan. Dan di sini kata-kata ‘kehendak Bapa’ itu tidak ada!
Bdk. Luk 6:46 - “‘Mengapa kamu berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan, padahal kamu tidak melakukan apa yang Aku katakan?”.
Bahwa ini adalah ayat paralel dari Mat 7:21 bisa terlihat dengan jelas kalau kita membaca kontext dari Luk 6:46 itu (Luk 6:43-46).
3. Kalau kita membaca Yoh 6:40 itu dengan seksama, ‘kehendak Bapa’ di sana bukan berarti percaya kepada Yesus, tetapi supaya semua yang percaya mendapat hidup yang kekal dan dibangkitkan pada akhir zaman. Ini jadi lebih jelas lagi kalau kita membaca Yoh 6 itu mulai ay 39-nya.
Yoh 6:39-40 - “(39) Dan Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikanNya kepadaKu jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman. (40) Sebab inilah kehendak BapaKu, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepadaNya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman.’”.
Jadi, yang ditekankan oleh text ini adalah ‘keselamatan tidak bisa hilang’!
Tetapi bagaimana dengan Yoh 6:29-nya?
Yoh 6:29 - “Jawab Yesus kepada mereka: ‘Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah.’”.
Lagi-lagi untuk tahu arti yang benar dari Yoh 6:29-nya kita harus melihat kontextnya.
Yoh 6:27-29 - “(27) Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meteraiNya.’ (28) Lalu kata mereka kepadaNya: ‘Apakah yang harus kami perbuat, supaya kami mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah?’ (29) Jawab Yesus kepada mereka: ‘Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah.’”.
a. Karena Yesus berbicara tentang ‘bekerja / work’ (ay 27), maka dalam ay 28 orang-orang Yahudi itu langsung berpikir tentang ‘good works’ [= ketaatan / perbuatan-perbuatan baik].
Ini memang cukup logis dan natural, tetapi ini tetap menunjukkan ketidak-mengertian mereka tentang konsep Yesus bahwa keselamatan / hidup kekal adalah suatu free gift [= pemberian cuma-cuma / gratis]. Bdk. Ro 3:24.
b. Kata ‘pekerjaan’ dalam ay 28 ada dalam bentuk jamak [ERGA = works], tetapi kata ‘pekerjaan’ dalam ay 29 ada dalam bentuk tunggal [ERGON = work]. Jadi, Yesus memaksudkan: hanya satu hal yang Allah kehendaki untuk kamu lakukan, yaitu percaya kepada Yesus!
c. Calvin berkata bahwa pada waktu Yesus menyebut iman sebagai work / pekerjaan, Ia tidak berbicara dengan akurasi yang ketat.
Tentu bukan maksud Calvin untuk mengatakan bahwa Yesus salah bicara! Maksudnya Ia menggunakan kata itu bukan dalam arti teologis yang ketat.
Alasan Calvin adalah: Ro 3:27-28 mengatakan bahwa iman tidak termasuk sebagai work / pekerjaan.
Calvin (tentang Yoh 6:29): “it is plain enough that Christ does not speak with strict accuracy, when he calls faith a work, just as Paul makes a comparison between the law of faith and the law of works, (Romans 3:27.)” [= adalah cukup jelas bahwa Kristus tidak berbicara dengan keakuratan yang ketat, pada waktu Ia menyebut iman suatu pekerjaan, sama seperti Paulus membuat suatu perbandingan antara hukum iman dan hukum pekerjaan-pekerjaan, (Ro 3:27).].
Ro 3:27 - “Jika demikian, apakah dasarnya untuk bermegah? Tidak ada! Berdasarkan apa? Berdasarkan perbuatan? Tidak, melainkan berdasarkan iman!”.
Dengan demikian, kalau kristen menekankan ‘keselamatan karena iman’, maka ini tidak bisa disamakan dengan ‘keselamatan karena pekerjaan / perbuatan baik’ dengan alasan bahwa iman merupakan pekerjaan.
Perlu juga diingat bahwa iman kita adalah pemberian Allah (Fil 1:29 Kis 11:18 Yoh 6:65 Yer 24:7 1Kor 12:3), sehingga keselamatan tetap bukan hasil usaha kita tetapi pemberian cuma-cuma dalam Yesus Kristus (Ef 2:8-9 Ro 3:24).
e) Jelas bahwa nabi-nabi palsu / pengaku-pengaku munafik ini tidak masuk surga. Dan tidak masuk surga berarti masuk neraka!
Bdk. ay 19: “Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api.”.
Jadi, sekalipun hidup di dunia ini mereka enak, tetapi nasib akhirnya sangat mengerikan. Kalau nabi asli, sebaliknya yang terjadi. Bdk. Maz 73:17.
Tentang masuk nerakanya nabi-nabi palsu ini akan saya bahas dengan lebih mendetail dalam pembahasan ay 23 nanti.
Kalau melihat nabi-nabi palsu itu, apalagi yang sangat munafik, seringkali kita jadi sangat jengkel. Tetapi kalau melihat hal ini, mereka sebetulnya juga perlu dikasihani. Karena itu, nabi-nabi palsu juga harus diinjili, diajak debat dsb, dengan harapan moga-moga mereka bertobat dan masuk surga.
-bersambung-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali