oleh: Pdt. Budi Asali MDiv.
1)
Yesus tahu akan rencana orang-orang Farisi dalam ay 14, dan Ia tahu juga:
a) Bahwa belum saatnya bagi Dia untuk mati.
b) Bukan caranya bagi Dia untuk mati dengan cara
pembunuhan biasa.
2)
Karena itu Ia menyingkir (ay 15).
Pada waktu menghadapi problem, kita memang harus berdoa dan
beriman, tetapi kita juga harus melakukan hal-hal yang sesuai dengan akal sehat.
Misalnya: kalau sakit, pergi ke dokter, minum obat, dan sebagainya.
3)
Pada waktu Yesus menyingkir, Ia tetap menjadi berkat bagi banyak orang dengan
cara menyembuhkan mereka dari penyakit mereka (ay 15).
Jadi, dalam bahayapun Ia tidak bersikap egois, tetapi tetap
memikirkan bagaimana bisa menjadi berkat bagi orang lain.
Penerapan:
Kalau saudara sedang menghadapi problem / bahaya, apakah saudara
masih memikirkan bagaimana bisa menjadi berkat bagi orang lain?
Yesus melarang
untuk memberitahu siapa Dia.
1)
Ini mungkin ditujukan kepada roh jahat (bdk. Mark 3:12).
Mengapa Yesus melarang mereka? Karena Yesus tidak mau dianggap
berkomplot dengan mereka (bandingkan dengan Paulus dalam Kis 16:16-18).
2)
Tetapi mungkin juga larangan Yesus ini ditujukan kepada orang-orang yang telah
Ia sembuhkan (ay 15-16).
Mengapa Yesus melarang mereka? Mungkin supaya tidak mengundang
bahaya dari orang-orang Farisi yang ingin membunuhnya.
Jelaslah bahwa kebenaran tidak selalu harus dinyatakan pada setiap
saat. Kadang-kadang, kalau memang keadaan tak menguntungkan bagi Kerajaan Allah,
maka kebenaran itu harus ditahan dulu (bandingkan dengan 1Kor 3:1-2 Yoh
16:12 Pengkhotbah 3:7b).
Ay 18-21 adalah
kutipan dari Yes 42:1-4.
Yang menjadi
pertanyaan adalah: mengapa Matius menghubungkan peristiwa ini dengan Yes 42:1-4.
Apa hubungannya?
1)
Yesus tidak mau konfrontasi / geger dengan orang-orang Farisi (ay 14-15). Ini
cocok dengan ay 19-20.
2)
Yesus hidup sesuai kehendak Tuhan (ay 15 - jadi berkat bagi orang lain, dan
sebagainya). Ini cocok dengan ay 18.
3)
Yesus mengajar Firman Tuhan kepada bangsa-bangsa lain / diikuti bangsa-bangsa
lain (Mark 3:7-8). Ini cocok dengan ay 18,21.
1)
Yesus menyembuhkan orang bisu / buta (karena kerasukan setan). Ini menyebabkan
orang banyak mulai menduga bahwa Ia adalah Mesias (Anak Daud = Mesias).
Dari mana mereka bisa menduga seperti itu? Karena mereka tahu Kitab
Suci mereka. Dalam Yes 35:5-6 dikatakan bahwa Mesias akan melakukan hal-hal itu.
Di sini kita melihat betapa besar keuntungan orang yang mengerti Kitab Suci /
Firman Tuhan. Karena itu kita harus rajin dan tekun dalam belajar Kitab Suci!
2)
Tuduhan orang-orang Farisi (ay 24):
Kata-kata ini jelas keluar karena iri hati (bdk. Mat 27;18). Mereka
takut orang banyak itu tidak mengikuti mereka lagi. Alangkah berbedanya mereka
ini dengan Yohanes Pembaptis (Yoh 3:26-30)
Dari penyembuhan orang buta / bisu itu, orang awampun bisa menduga
bahwa Yesus adalah Mesias (ay 22-23). Jelas bahwa orang-orang Farisipun tahu
tentang hal ini, tetapi yang mereka ucapkan adalah ay 24. Jadi, ini menunjukkan
bahwa mereka berdosa dengan sengaja.
3)
Jawaban Yesus:
a)
Tuduhan orang-orang Farisi itu tidak masuk akal. Mengapa? Karena setan tidak
mungkin perang melawan setan (ay 25-26).
Memang setan bisa berpura-pura perang melawan setan (misalnya dukun
menyembuhkan orang yang disantet), dengan tujuan mendapat lebih banyak pengikut.
Tetapi tidak mungkin mereka betul-betul berperang satu sama lain. Pada waktu
Yesus mengusir setan, setan tidak mendapat untung apa-apa. Jadi, ini bukan
pura-pura perang, tetapi betul-betul perang. Karena itu tidak mungkin Yesus
mengusir dengan kuasa setan.
b) Menganggap orang-orang Farisi tidak konsisten (ay
27).
Rupa-rupanya pada jaman itu ada orang-orang Yahudi yang menjadi
pengusir setan (bdk. Mat 7:22 Mark 9:38 Kis 19:13-14) dan
orang-orang Farisi mengakui bahwa orang-orang itu mengusir setan dengan kuasa
Allah. Tetapi waktu mereka melihat Yesus melakukan hal yang serupa, mereka
menganggap Yesus mengusir setan dengan kuasa setan. Ini sikap yang tidak
konsisten! ‘Merekalah yang menjadi hakimmu’ (ay 27), artinya: merekalah yang
menyatakan bahwa engkau salah.
c)
Yesus menyatakan bahwa Ia mengusir setan dengan kuasa Roh Kudus (ay 28-29).
d) Yesus memberi peringatan (ay 30).
· Yang
tidak pro Yesus = anti Yesus. Apalagi orang-orang Farisi yang begitu menentang
Yesus!
· Yang
tidak mengumpulkan = menceraiberaikan. Apalagi orang-orang Farisi yang
terang-terangan menghalangi pekerjaan Yesus!
e)
Yesus memberikan peringatan / tuduhan (ay 31-32 bdk. Mark 3:28-30 Luk
12:30).
Ada beberapa penafsiran / ajaran yang salah yang keluar dari
ayat-ayat ini:
1.
Menghujat Yesus bisa diampuni; menghujat Roh Kudus tidak bisa diampuni. Jadi Roh
Kudus lebih besar dari pada Yesus. Ini jelas merupakan ajaran sesat!
2.
Untuk dosa menghujat Roh Kudus memang tidak ada pengampunan sesudah mati (ay
32), tetapi untuk dosa-dosa lain, ada! Karena itu ayat ini dipakai sebagai dasar
oleh Gereja Roma Katolik untuk mengajarkan api pencucian.
Tetapi, ‘di dunia yang akan datangpun tidak’ menunjuk pada hari
penghakiman, atau berarti: tidak akan pernah diampuni. Bagian ini tidak menunjuk
pada Intermediate State (= keadaan antara kematian dan kebangkitan / kedatangan
Yesus yang keduakalinya).
3.
Seadanya penghinaan kepada Allah tidak bisa diampuni. Penafsiran ini tidak
mungkin benar karena Paulus dulunya juga seorang penghujat, tetapi toh bisa
diampuni (1Tim 1:13).
4.
Menghujat Roh Kudus = terus menerus menolak dorongan Roh Kudus untuk percaya
kepada Yesus sampai kita mati. Tetapi ini juga tidak mungkin benar karena adanya
kata-kata ‘di dunia ini tidak’ (ay 32).
5.
Menghujat Anak Manusia diartikan menghujat Yesus sebagai manusia; sedangkan
menghujat Roh Kudus diartikan menghujat Yesus sebagai Allah. Ini tidak mungkin
benar, karena:
· tidak
biasanya Yesus sebagai Allah disebut dengan istilah ‘Roh Kudus’.
· Markus
menghapuskan kontras antara menghujat Anak Manusia dan menghujat Roh Kudus (Mark
3:28-30). Kalau memang artinya seperti itu, maka bagian itu adalah bagian yang
sangat vital yang tidak mungkin dihapuskan.
Untuk mengerti bagian ini, kuncinya adalah: Mengapa Roh Kudus?
Mengapa bukan Bapa atau Anak? Jelas karena fungsi Roh Kudus adalah menerangi
hati / pikiran seseorang sehingga bisa mengerti Firman Tuhan / Injil. Jadi
artinya adalah: orang yang telah diterangi oleh Roh Kudus sehingga bagi Dia
sudah jelas bahwa Yesus adalah Mesias / Juruselamat, tetapi dengan sengaja ia
menolak semua itu dan menganggapnya sebagai ajaran setan. Jadi, yang ditekankan
bukan penghinaan terhadap diri / pribadi Roh Kudus, tetapi terhadap pekerjaan
Roh Kudus dalam diri orang itu.
Hal lain yang ditekankan adalah kesengajaan orang itu dalam
melakukan hal ini:
· Ay
22-24: orang awam saja tahu, tidak mungkin orang-orang Farisi tidak tahu bahwa
Yesus adalah Mesias.
· Ay
25: Yesus tahu pikiran mereka. Jadi pikiran / motivasi mereka lebih berperan
dari pada sekedar kata-kata mereka dalam ay 24.
‘Tak mungkin diampuni’ berarti orangnya tidak mungkin bertobat
/ menjadi orang percaya. Tuhan akan mengeraskan hati orang yang sudah melakukan
dosa ini sehingga ia tidak bakal percaya kepada Yesus. Karena itu orang Kristen
yang sejati tidak mungkin pernah dan tidak mungkin akan melakukan dosa ini.
Ayat-ayat pembanding: Ibr 6:4-6 Ibr 10:26-29 1Yoh 5:16.
f) Yesus
memberikan peringatan lagi (ay 33-37).
· mereka
mengeluarkan kata-kata yang jahat karena mereka memang jahat (ay 333-35).
· setiap
kata-kata yang sia-sia harus dipertanggung-jawabkan (ay 36-37). Apalagi
kata-kata yang jahat.
Ay 37: ‘dibenarkan karena kata-kata’. Ini tidak berarti bahwa
Yesus mengajarkan keselamatan / pembenaran karena perbuatan baik. Seluruh
kontext menunjukkan bahwa kata-kata yang baik bisa terjadi kalau orangnya /
hatinya baik. Dan semua ini jelas hanya bisa terjadi pada orang yang sudah
dilahirkan kembali oleh Roh Kudus dan sudah beriman! Jadi, kata-kata yang baik
hanyalah membuktikan iman, sedangkan pembenaran terjadi karena iman.
-AMIN-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali