oleh:
Pdt. Budi Asali Mdiv
MALEAKHI 3:6-12
I) Allah tidak
berubah:
Ada
banyak orang yang beranggapan bahwa kalau mereka taat kepada Allah, maka Allah
cinta kepada mereka. Dan sebaliknya, kalau mereka tidak taat kepada Allah, maka
Allah akan membenci mereka. Dengan kata lain, mereka beranggapan bahwa Allah tergantung
kepada manusia!
Ada
orang yang menganggap ay 7b, yang berbunyi: ‘kembalilah kepadaKu, maka
Aku akan kembali kepadamu, firman Tuhan semesta alam’, sebagai dasar bahwa
Allah memang tergantung kepada manusia. Tapi, perlu kita ingat bahwa ada banyak
ayat-ayat Kitab Suci yang ditinjau dari sudut pandang manusia. Ay 7b adalah
ayat yang seperti itu. Peninjauan dari pihak manusia tidak memberikan gambaran
yang lengkap. Karena itu, kalau kita melihat ay 7b, maka kita perlu
bertanya: “Bisakah manusia, dengan kekuatan dan kemauannya sendiri, kembali
kepada Allah?”. Berdasarkan Yoh 6:44,65, jawabnya jelas adalah “Tidak
bisa!”. Allah harus bekerja lebih dulu dalam diri manusia, baru manusia bisa
dan mau kembali kepada Dia. Kalau kita melihat secara keseluruhan seperti ini,
maka jelaslah bahwa bukan Allah yang tergantung kepada manusia, tetapi
manusialah yang tergantung kepada Allah.
Kalau
Allah tergantung kepada manusia, maka itu berarti Allah berubah-ubah karena
manusia juga berubah-ubah. Tetapi ay 6 jelas mengatakan bahwa Allah tidak
berubah!!
Terjemahan
hurufiah dari ay 6 adalah
“I, Yahweh, do not change, and you, sons of
Jacob, are not destroyed”
(= Aku, TUHAN, tidak berubah, dan kamu, anak-anak Yakub, tidak dihancur-kan).
Kata
‘TUHAN’ dalam bahasa Ibraninya adalah YAHWEH / YEHOVAH, yang kalau dilihat
dari Kel 3:14,15 berarti ‘I am who
I am’ (= Aku adalah Aku), yang menunjukkan ketidak-berubahan Allah. Lalu
pada ay 6 itu masih ditambah-kan lagi kata-kata ‘tidak berubah’. Jadi,
ayat ini sangat menekankan ketidak-berubahan Allah.
Inilah
yang menyebabkan Ia tidak menghancurkan Israel (ay 6 - kata ‘akan’ harus
dibuang!).
Allah
mempunyai rencana dengan Israel, yaitu rencana tentang Juruselamat / Mesias.
Karena itu Ia memilih Israel sebagai bangsa pilihan yang Ia kasihi. Tetapi
Israel terus menyeleweng dan hidup dalam dosa (ay 7a). Apakah Allah lalu
berubah pikiran / mengubah rencanaNya dengan memusnahkan Israel dan lalu
memilih bangsa lain? Tidak! Allah dan rencanaNya tidak berubah! Ia tidak
memusnahkan Israel.
II) Apa yang
Allah lakukan?
Allah
memang tidak menghancurkan Israel, tetapi Allah juga tidak bisa membiarkan
mereka terus hidup dalam dosa. Lalu apa yang Ia lakukan?
1)
Menegur mereka dari dosa mereka dan memanggil mereka untuk kembali
kepadaNya / bertobat (ay 7).
Tetapi
Israel ternyata tidak sadar akan dosanya (ay 7c). Orang yang sudah lama ada
di dalam dosanya, seringkali menjadi begitu tumpul hati nuraninya, sehingga ia
tidak sadar akan dosanya. Ini menyebabkan Allah melakukan hal yang ke 2.
2)
Allah menunjukkan dosa tertentu terhadap mana Ia menghendaki Israel
bertobat (ay 8).
Dosa
mereka itu adalah dimana mereka tidak memberikan persembahan persepuluhan dan
persembahan khusus.
III)
Persembahan persepuluhan dan persembahan khusus:
A)
Persembahan Khusus (offerings).
Dari
kata bahasa Ibraninya, maka bisa diketahui bahwa yang di-maksudkan dengan
persembahan khusus disini adalah persembahan seperti dalam Kel 29:27-28
dan Im 7:14,31-34. Pada waktu mereka memberikan persembahan tertentu, maka
sebagian dari binatang yang akan dipersembahkan itu harus diberikan kepada imam
/ orang Lewi. Dosa mereka ialah bahwa mereka tidak melakukan hal itu!
Catatan:
Untuk jaman ini, persembahan khusus ini sudah tidak ada lagi, karena semua ini
termasuk Ceremonial Law (= hukum yang
berhubungan dengan upacara keagamaan) yang sudah tidak perlu dilakukan sejak
kedatangan Kristus (bdk. Ef 2:15).
B)
Persembahan Persepuluhan.
Ini
adalah persembahan yang harus diberikan kepada Tuhan, yang terdiri dari 10 %
penghasilan kita.
1)
Sejarah persembahan persepuluhan.
·
Abraham memberikannya kepada Melkizedek (Kej
14:20).
·
Yakub bernazar akan memberikannya kepada Tuhan (Kej
28:22).
·
Sejak jaman Musa, maka persembahan persepuluhan ini
bukan lagi merupakan persembahan yang bersifat sukarela, tetapi di-haruskan! (Ul
14:22).
Dalam
Im 27:30, dikatakan bahwa persembahan persepuluhan adalah milik Tuhan.
Karena itu lihatlah apa yang dikatakan Maleakhi dalam ay 8 tentang orang
yang tidak memberikan persembahan itu.
Ay
8: ‘menipu’.
Ini
terjemahan yang tidak tepat! Kata Ibraninya hanya digunakan di 2 tempat dalam
Perjanjian Lama, yaitu disini dan dalam Amsal 22:23, dimana kata itu diterjemahkan
‘merampas’. Karena itu KJV/RSV/NIV/NASB menterjemahkan Mal 3:8 ini
dengan kata ‘rob’ (= merampok),
dan ini jelas merupakan terjemahan yang lebih tepat. Footnote (= catatan kaki) dari NASB memberikan kemungkinan
terjemahan lain, yaitu ‘defraud’
(= menipu / menggelapkan uang).
Jadi,
orang yang tidak memberikan persepuluhan dianggap merampok / menggelapkan uang
Tuhan. Itu adalah milik Tuhan dan harus diberikan kepada Tuhan! Apakah saudara
memberikan persepuluhan dengan setia? Atau apakah saudara adalah perampok /
orang yang menggelapkan uang Tuhan?
·
Pada jaman Tuhan Yesus hidup dalam dunia, hukum
tentang persembahan persepuluhan tetap berlaku (Luk 18:12
Mat 23:23). Ini dipakai sebagai dasar untuk mengatakan bahwa hukum
itu masih berlaku sampai saat ini!
Memang
ada orang yang beranggapan bahwa dalam Perjanjian Baru, persembahan
persepuluhanpun sebetulnya sudah tidak berlaku lagi. Tetapi mereka juga
menambahkan bahwa dalam Perjanjian Baru, seluruh milik kita adalah milik Tuhan,
dan kita harus menggunakan 100 % milik / penghasilan kita untuk kemuliaan
Tuhan.
2)
Tujuan persembahan persepuluhan:
a)
Untuk makan bersama (Ul 12:5-7 14:22-29).
Ul 14:22-27
menunjukkan bahwa persembahan persepuluhan itu digunakan untuk makan
bersama-sama dengan orang Lewi.
Ul 14:28-29
menunjukkan bahwa 3 tahun sekali persembahan per-puluhan itu digunakan untuk
makan bersama dengan orang Lewi, orang asing, janda, yatim piatu, orang miskin,
dsb.
b)
Untuk menghidupi orang Lewi (Bil 18:21-24 bdk. Mal 3:10a).
Suku
Lewi tidak terlibat dalam penyembahan anak lembu emas (Kel 32), dan karena itu
mereka dijadikan suku yang melayani Tuhan. Pada waktu Israel masuk Kanaan, suku
Lewi tidak men-dapatkan tanah (Yos 14:3,4
Yos 18:7). Untuk biaya hidup mereka, maka suku-suku yang lain harus
memberikan persembahan persepuluhan [dalam Perjanjian Barupun dikatakan bahwa
hamba Tuhan harus hidup dari pelayanan (1Kor 9:4-14
1Tim 5:17-18)].
Pada
jaman Nehemia, karena persembahan persepuluhan tidak diberikan, maka orang Lewi
terpaksa meninggalkan pelayanan dan bekerja di ladang (Neh 13:10).
Karena
tujuan persembahan persepuluhan ini adalah untuk membiayai kehidupan pelayan /
hamba Tuhan, maka jelaslah bahwa persembahan ini harus diberikan kepada
gereja / rumah Tuhan!
Untuk
ini perhatikan:
·
Mal 3:10 - ‘bawalah seluruh
persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan’.
·
Ul 12:5-7 - ‘kesanalah
harus kamu bawa ... persembahan persepuluhanmu’.
Jadi,
janganlah memberikan persepuluhan kepada orang miskin, panti asuhan, korban
bencana alam, dsb! Kalau saudara mau memberikan kepada orang miskin, panti
asuhan, korban bencana alam, dsb, saudara harus memberikan dari 90 % yang
tersisa setelah dipotong 10 % untuk Tuhan / gereja.
3)
Pelanggaran terhadap hukum persembahan persepuluhan ini:
·
Pada jaman Hizkia (2Taw 31:4,5,11,12).
·
Pada jaman Nehemia (Neh 13:10-12).
·
Pada jaman Maleakhi.
*
Ay 9: ‘Kamu seluruh bangsa’.
Jadi,
pelanggaran ini dilakukan bukan hanya oleh satu atau dua orang, tetapi seluruh
bangsa!
*
Ay 10: ‘Bawalah seluruh
persembahan persepuluhan ...’.
Jadi
mungkin ada yang memberikan di bawah 10 %. Tetapi Tuhan tidak senang dengan
ketaatan yang sebagian.
·
Pada jaman ini, pasti banyak orang yang tidak
memberikan persembahan persepuluhan. Ada yang hanya memberi sebagian (kurang
dari 10 %); ada yang hanya kadang-kadang memberi; ada yang bahkan tidak memberi
sama sekali. Itu sebabnya banyak gereja kekurangan uang.
IV) Perintah
bertobat dan janji Allah (ay 10-12):
Bisa
kita lihat bahwa pada waktu mereka tidak memberikan persembahan itu, mereka
dihukum (ay 9-11).
·
mereka kena kutuk (ay 9).
Ay 9
terjemahan seharusnya adalah ‘Kamu kena kutuk karena kamu merampok
Aku, ya kamu seluruh bangsa’.
·
Allah tidak memberi hujan / berkat (ay 10b).
‘Membuka
tingkap di langit dan mencurahkan berkat’ bisa diartikan sebagai hujan
biasa. Perlu diingat bahwa banyak dari orang Israel yang adalah petani dan
gembala yang pekerjaannya sangat tergantung pada hujan. Dengan demikian, kalau
Tuhan menahan hujan, maka itu sama dengan menahan berkat Tuhan atas pekerjaan
mereka.
·
Allah memberi belalang yang merusak panen dan dan
Allah tidak memberikan buah pada pohon anggur mereka (ay 11).
Jadi,
Allah bukan hanya menghentikan berkatnya, tetapi bahkan juga memberikan bencana
yang menghancurkan penghasilan mereka.
Terhadap
ajaran ini, saudara mungkin bertanya: Mengapa banyak orang kafir yang tidak
memberikan persepuluhan, tapi toh bisa kaya? Jawabnya adalah:
*
Allah tak menghajar orang-orang yang bukan
anak-anakNya (Ibr 12:5-11).
*
Mereka akan mendapat hukuman di neraka.
Kalau
Israel mau bertobat, maka Allah berjanji untuk memberkati:
¨
Ia akan memberi hujan / berkat (ay 10b).
¨
Ia akan menyingkirkan belalang dan memberikan buah
pada pohon anggur mereka (ay 11).
Dari
bagian ini ada beberapa hal yang bisa kita bahas:
1)
Segala sesuatu tergantung kepada Tuhan.
Hujan,
belalang, buah, semua tergantung Tuhan (ay 10-11). Jadi, sukses tidaknya
pekerjaan kita, lancar tidaknya usaha kita, semua tergantung kepada Tuhan (bdk.
Maz 127:1). Jadi, segala sesuatu yang kita hasilkan dari pekerjaan, bahkan
segala milik kita, sebetulnya adalah pemberian Tuhan. Kalau kita menyadari hal
ini, sebetulnya tidak akan sukar bagi kita untuk memberikan 10 % dari
penghasilan kita kepada Tuhan. Kita sebetulnya hanya ‘mengembalikan’ 10 %
dari yang Tuhan berikan kepada kita. Bdk. Kej 28:22 yang berbunyi: ‘Dari
segala sesuatu yang Engkau berikan kepadaku akan selalu kupersembahkan
sepersepuluh kepadaMu’.
Persepuluhan
sebetulnya menunjukkan iman / kepercayaan kita bahwa semua milik kita adalah
pemberian Tuhan.
2)
Banyak orang ‘menjadi miskin karena tidak memberikan persepuluhan’
dan bukannya ‘tidak memberikan persepuluhan karena miskin’ (2Kor 9:6a).
Banyak
orang mau Tuhan mencukupi kebutuhannya dulu (bahkan berlimpah-limpah dulu), baru
mau memberikan persepuluhan. Tetapi ini terbalik! Tuhan menghendaki kita
memberikan persepuluhan dulu, baru Ia akan memberkati kita! (ay 10-11).
Bandingkan
juga dengan Mat 6:33 dan 1Raja 17:7-16. Kedua bagian ini mengajarkan
kita untuk mengutamakan Tuhan dulu, dan kalau kita mau melakukan hal itu, maka
pastilah Tuhan akan mencukupi kebutuhan hidup kita!
Mungkin
saudara berkata: ‘Dengan 100 % penghasilan saya saat ini, saya tidak bisa
mencukupi kebutuhan hidup keluarga saya. Lalu bagaimana bisa cukup kalau
penghasilan saya itu masih harus dipotong 10 % untuk diberikan kepada Tuhan?’.
Untuk
menjawab pertanyaan ini perlu saya jelaskan bahwa kalau saudara memberikan
persepuluhan, maka Tuhan akan memberikan berkat. Ini bisa Ia lakukan dengan
menambah penghasilan saudara atau menyuruh seseorang memberi uang kepada
saudara. Atau bisa saja Tuhan menyingkirkan ‘belalang’ dari kehidupan
saudara. Mungkin selama ini saudara tidak cukup, karena adanya ‘belalang’
itu yang bisa berbentuk macam-macam hal, seperti anak sakit, kendaraan rusak,
dan semua pengeluaran extra lainnya. Kalau ‘belalang’ itu disingkirkan
oleh Tuhan, maka bisa saja dengan 90 % penghasilan saudara, saudara justru bisa
mencukupi kebutuhan hidup keluarga saudara!
3)
Apakah semua ini berarti bahwa ajaran Theologia Kemakmuran itu betul?
Tidak! Hal yang penting sekali untuk diketahui adalah bahwa ada perbedaan besar
antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
Dalam
Perjanjian Lama, Tuhan menjanjikan berkat Tuhan, kalau Israel taat kepadaNya.
Tetapi penekanan dari berkat itu adalah pada hal-hal jasmani (Bdk. Ul 11:8-15
Ul 28:1-14 Mal 3:8-11).
Dalam
Perjanjian Baru, kalau kita taat, kita juga akan diberkati. Tetapi penekanan
dari berkat disini adalah pada berkat rohani! (Bdk. 2Kor 9:6-11). Kalau
kita hanya membaca 2Kor 9:6, maka kita mungkin akan menarik kesimpulan
bahwa orang yang memberi banyak persembahan, juga akan menuai banyak uang.
Tetapi cobalah baca terusannya! 2Kor 9:8 menyebutkan bahwa ‘mereka
berkelimpahan dalam berbagai kebajikan’! 2Kor 9:10
mengatakan bahwa ‘Allah akan melipatgandakan dan menumbuhkan buah-buah
kebenaranmu’!
2Kor 9:11 mengatakan bahwa ‘kamu akan diperkaya dalam segala
macam kemurahan hati’. Ini semua jelas menunjuk pada berkat rohani.
Bagaimana
dengan berkat jasmani dalam Perjanjian Baru? Apakah Tuhan menjanjikan kekayaan?
Sama sekali tidak! 2Kor 8:1-6 menceritakan tentang jemaat Makedonia yang
memberi lebih banyak dari kemampuan mereka. Tapi mereka tidak menjadi kaya!
Demikian pula dengan orang-orang yang menjual rumah dan tanahnya, lalu
mempersembahkan kepada Tuhan dalam Kis 4:34-37. Tidak pernah dikatakan
bahwa mereka lalu menjadi kaya / menerima banyak rumah! Rasul-rasul yang
mengikut Tuhan (termasuk Paulus) adalah orang-orang saleh. Tetapi mereka tidak
menjadi kaya dalam hal jasmani!
Jadi,
dalam Perjanjian Baru, dalam hal jasmani Tuhan tidak menjanjikan kelimpahan.
Tetapi, Ia menjanjikan kecukupan (dalam arti: orang kristen tidak perlu
mengemis, berhutang, mati kelaparan, dsb). Janji ini bisa saudara dapatkan dalam
Mat 6:25-34.
Juga
kalau saudara memperhatikan doa Bapa Kami (Mat 6:9-13), Yesus tidak
mengajar supaya kita meminta jadi kaya / berlimpah-limpah, tetapi supaya cukup
(Mat 6:11).
Pertanyaan
yang mungkin timbul: Mengapa Perjanjian Lama berbeda dengan Perjanjian Baru?
Apakah Tuhan berubah? Tidak!! Tuhan tidak berubah, tetapi caraNya
menunjukkan cintaNya berubah.
Illustrasi:
Waktu
anak saudara berumur 2 tahun, saudara menunjukkan cinta saudara dengan
menggendong dia, menciumi dia dsb. Tetapi cara saudara menunjukkan cinta
saudara kepadanya tentu berbeda pada waktu anak itu sudah berumur 17 tahun!
Saudara tetap mencintai dia, tetapi cara menunjukkan cinta (perwujudan cinta)
berubah.
Allah
memperlakukan orang-orang Perjanjian Lama seperti anak kecil, sedangkan
orang-orang Perjanjian Baru seperti orang dewasa. Mengapa demikian? Karena
adanya salib / pengorbanan Yesus yang memisahkan Perjanjian Lama dan Perjanjian
Baru! Pada jaman Perjanjian Lama, belum ada pengorbanan
Yesus. Jadi, orang sukar untuk bisa melihat kasih Allah, kalau Allah
tidak memberikan berkat jasmani yang berkelimpahan. Tetapi pada jaman Perjanjian
Baru, pengorbanan Yesus sudah terjadi. Jadi, sekalipun kita tidak diberi terlalu
banyak berkat jasmani, bahkan sekalipun kita ada dalam penderitaan, kita bisa
‘melihat ke belakang’ (yaitu pada salib yang merupakan puncak pernyataan
kasih Allah), dan kita bisa yakin bahwa Allah mengasihi kita. Jadi, dalam
Perjanjian Baru tidak lagi diperlukan berkat jasmani yang berkelimpahan untuk
bisa melihat kasih Allah! Allah kadang-kadang memberikan kekayaan kepada orang
kristen tertentu, tetapi Ia tidak pernah berjanji bahwa semua orang kristen
akan menjadi kaya! Lihat Calvin, ‘Institutes
of the Christian Religion’, Book II, chapter XI, no 1-4.
Kesimpulan:
Mal 3:10-12 tidak mendukung Theologia Kemakmuran!
4)
Persembahan persepuluhan tanpa ketaatan dalam hal-hal lain, tidak akan
dipedulikan oleh Tuhan (Yes 1:10-20 1Sam
15:22).
·
Kalau ada dosa dalam kehidupan saudara, jangan
memberikan persepuluhan untuk menyogok Tuhan! Persepuluhan tidak bisa
menggantikan ketaatan yang dituntut Tuhan dari diri saudara!
·
Persepuluhan juga tidak bisa menggantikan pelayanan
yang dituntut Tuhan dari saudara! Jangan memberi persepuluhan, lalu tidak
melayani Tuhan, dengan pikiran bahwa saudara sudah ‘mengupah’ hamba Tuhan
untuk melayani Tuhan!
·
Sekalipun saudara sudah memberikan 10 % kepada
Tuhan, saudara tetap harus menggunakan yang 90 % sesuai kehendak Tuhan dan untuk
kemuliaan Tuhan (1Kor 10:31).
5)
Motivasi pada waktu memberikan persembahan persepuluhan:
a)
Jangan memberi dengan terpaksa.
Memang
yang tidak memberi persembahan persepuluhan akan dihukum. Tapi jangan hanya
karena takut dihukum, lalu saudara memberikan persepuluhan! Bdk. 2Kor 9:7.
b)
Jangan memberi dengan pamrih (supaya dibalas Tuhan).
Memang
orang yang memberi persepuluhan akan diberkati Tuhan, tetapi jangan memberi
dengan tujuan supaya saudara diberkati! Kalau saudara memberikan persepuluhan
dengan ‘jiwa dagang’ seperti ini, jangan berharap bahwa Tuhan akan
memberkati saudara! Kalau toh ada berkat, itu mungkin datang dari setan!
Berikan
persembahan persepuluhan karena saudara mencintai Tuhan. Berikan dengan hati
yang rela / sukacita. Berikan dengan tujuan supaya Tuhan dipermuliakan!
Maukah
saudara melakukan hal itu?
-AMIN-
e-mail us at [email protected]