Kebaktian

G. K. R. I. ‘GOLGOTA’

(Rungkut Megah Raya, blok D no 16)

 

Minggu, tgl 2 September 2018, pk 8.00 & 17.00

 

Pdt. Budi Asali, M. Div.

 

link ke video di youtube :

https://www.youtube.com/watch?v=TzmdCSzkW90

 

 

kesiapan untuk menjadi murid

 

Lukas 9:57-62(4)

 

Luk 9:57-62 - “(57) Ketika Yesus dan murid-muridNya melanjutkan perjalanan mereka, berkatalah seorang di tengah jalan kepada Yesus: ‘Aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi.’ (58) Yesus berkata kepadanya: ‘Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepalaNya.’ (59) Lalu Ia berkata kepada seorang lain: ‘Ikutlah Aku!’ Tetapi orang itu berkata: ‘Izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan bapaku.’ (60) Tetapi Yesus berkata kepadanya: ‘Biarlah orang mati menguburkan orang mati; tetapi engkau, pergilah dan beritakanlah Kerajaan Allah di mana-mana.’ (61) Dan seorang lain lagi berkata: ‘Aku akan mengikut Engkau, Tuhan, tetapi izinkanlah aku pamitan dahulu dengan keluargaku.’ (62) Tetapi Yesus berkata: ‘Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.’”.

 

b)   Bapanya belum mati.

Alasan memegang pandangan ini adalah sebagai berikut: kalau bapanya memang sudah mati, ia pasti tidak bersama Yesus pada saat itu. Ia harus berada di rumah duka. Karena penguburan pada saat itu di sana, dilakukan pada hari yang sama, atau selambat-lambatnya, pada hari sesudahnya (kalau matinya sudah mendekati sore hari).

 

Fred H. Wight: “Burial follows death quickly. The burial of the dead in the East takes place soon after death, usually the same day.” [= Penguburan mengikuti kematian dengan cepat. Penguburan orang mati di Timur terjadi segera setelah kematian, biasanya pada hari yang sama.] - ‘Manners and Customs of Bible Lands’, hal 144.

 

International Standard Bible Encyclopedia (Revised Edition) tentang ‘burial’: In the Orient burial takes place, if possible, within twenty-four hours after death. [= Di Timur penguburan terjadi, jika mungkin, dalam 24 jam setelah kematian.] - PC Study Bible 5.

 

Di bawah ini adalah dua contoh dari Alkitab, dimana jelas terlihat kalau penguburan dilakukan pada hari yang sama.

 

Yoh 11:3-7,17 - “(3) Dan Lazarus yang sakit itu adalah saudaranya. Kedua perempuan itu mengirim kabar kepada Yesus: ‘Tuhan, dia yang Engkau kasihi, sakit.’ (4) Ketika Yesus mendengar kabar itu, Ia berkata: ‘Penyakit itu tidak akan membawa kematian, tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah, sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan.’ (5) Yesus memang mengasihi Marta dan kakaknya dan Lazarus. (6) Namun setelah didengarNya, bahwa Lazarus sakit, Ia sengaja tinggal dua hari lagi di tempat, di mana Ia berada; (7) tetapi sesudah itu Ia berkata kepada murid-muridNya: ‘Mari kita kembali lagi ke Yudea.’ ... (17) Maka ketika Yesus tiba, didapatiNya Lazarus telah empat hari berbaring di dalam kubur.”.

 

Kis 5:5-10 - “(5) Ketika mendengar perkataan itu rebahlah Ananias dan putuslah nyawanya. Maka sangatlah ketakutan semua orang yang mendengar hal itu. (6) Lalu datanglah beberapa orang muda; mereka mengapani mayat itu, mengusungnya ke luar dan pergi menguburnya. (7) Kira-kira tiga jam kemudian masuklah isteri Ananias, tetapi ia tidak tahu apa yang telah terjadi. (8) Kata Petrus kepadanya: ‘Katakanlah kepadaku, dengan harga sekiankah tanah itu kamu jual?’ Jawab perempuan itu: ‘Betul sekian.’ (9) Kata Petrus: ‘Mengapa kamu berdua bersepakat untuk mencobai Roh Tuhan? Lihatlah, orang-orang yang baru mengubur suamimu berdiri di depan pintu dan mereka akan mengusung engkau juga ke luar.’ (10) Lalu rebahlah perempuan itu seketika itu juga di depan kaki Petrus dan putuslah nyawanya. Ketika orang-orang muda itu masuk, mereka mendapati dia sudah mati, lalu mereka mengusungnya ke luar dan menguburnya di samping suaminya.”.

 

Proses yang lama dalam penguburan Yakub (Kej 50:1-13) mungkin merupakan tradisi Mesir, atau itu disebabkan oleh ketaatan Yusuf terhadap pesan Yakub, untuk dikuburkan di tanah Kanaan (Kej 50:5).

 

Kej 50:1-13 - “(1) Lalu Yusuf merebahkan dirinya mendekap muka ayahnya serta menangisi dan mencium dia. (2) Dan Yusuf memerintahkan kepada tabib-tabib, yaitu hamba-hambanya, untuk merempah-rempahi mayat ayahnya; maka tabib-tabib itu merempah-rempahi mayat Israel. (3) Hal itu memerlukan empat puluh hari lamanya, sebab demikianlah lamanya waktu yang diperlukan untuk merempah-rempahi, dan orang Mesir menangisi dia tujuh puluh hari lamanya. (4) Setelah lewat hari-hari penangisan itu, berkatalah Yusuf kepada seisi istana Firaun: ‘Jika kiranya aku mendapat kasihmu, katakanlah kepada Firaun, (5) bahwa ayahku telah menyuruh aku bersumpah, katanya: Tidak lama lagi aku akan mati; dalam kuburku yang telah kugali di tanah Kanaan, di situlah kaukuburkan aku. Oleh sebab itu, izinkanlah aku pergi ke sana, supaya aku menguburkan ayahku; kemudian aku akan kembali.’ (6) Lalu berkatalah Firaun: ‘Pergilah ke sana dan kuburkanlah ayahmu itu, seperti yang telah disuruhnya engkau bersumpah.’ (7) Lalu berjalanlah Yusuf ke sana untuk menguburkan ayahnya, dan bersama-sama dengan dia berjalanlah semua pegawai Firaun, para tua-tua dari istananya, dan semua tua-tua dari tanah Mesir, (8) serta seisi rumah Yusuf juga, saudara-saudaranya dan seisi rumah ayahnya; hanya anak-anaknya serta kambing domba dan lembu sapinya ditinggalkan mereka di tanah Gosyen. (9) Baik kereta maupun orang-orang berkuda turut pergi ke sana bersama-sama dengan dia, sehingga iring-iringan itu sangat besar. (10) Setelah mereka sampai ke Goren-Haatad, yang di seberang sungai Yordan, maka mereka mengadakan di situ ratapan yang sangat sedih dan riuh; dan Yusuf mengadakan perkabungan tujuh hari lamanya karena ayahnya itu. (11) Ketika penduduk negeri itu, orang-orang Kanaan, melihat perkabungan di Goren-Haatad itu, berkatalah mereka: ‘Inilah perkabungan orang Mesir yang amat riuh.’ Itulah sebabnya tempat itu dinamai Abel-Mizraim, yang letaknya di seberang Yordan. (12) Anak-anak Yakub melakukan kepadanya, seperti yang dipesankannya kepada mereka. (13) Anak-anaknya mengangkut dia ke tanah Kanaan, dan mereka menguburkan dia dalam gua di ladang Makhpela yang telah dibeli Abraham dari Efron, orang Het itu, untuk menjadi kuburan milik, yaitu ladang yang di sebelah timur Mamre. (14) Setelah ayahnya dikuburkan, pulanglah Yusuf ke Mesir, dia dan saudara-saudaranya dan semua orang yang turut pergi ke sana bersama-sama dengan dia untuk menguburkan ayahnya itu.”.

 

Kej 47:28-31 - “(28) Dan Yakub masih hidup tujuh belas tahun di tanah Mesir, maka umur Yakub, yakni tahun-tahun hidupnya, menjadi seratus empat puluh tujuh tahun. (29) Ketika hampir waktunya bahwa Israel akan mati, dipanggilnyalah anaknya, Yusuf, dan berkata kepadanya: ‘Jika aku mendapat kasihmu, letakkanlah kiranya tanganmu di bawah pangkal pahaku, dan bersumpahlah, bahwa engkau akan menunjukkan kasih dan setia kepadaku: Janganlah kiranya kuburkan aku di Mesir, (30) karena aku mau mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangku. Sebab itu angkutlah aku dari Mesir dan kuburkanlah aku dalam kubur mereka.’ Jawabnya: ‘Aku akan berbuat seperti katamu itu.’ (31) Kemudian kata Yakub: ‘Bersumpahlah kepadaku.’ Maka Yusufpun bersumpah kepadanya. Lalu sujudlah Israel di sebelah kepala tempat tidurnya.”.

 

Kej 49:29-33 - “(29) Kemudian berpesanlah Yakub kepada mereka: ‘Apabila aku nanti dikumpulkan kepada kaum leluhurku, kuburkanlah aku di sisi nenek moyangku dalam gua yang di ladang Efron, orang Het itu, (30) dalam gua yang di ladang Makhpela di sebelah timur Mamre di tanah Kanaan, ladang yang telah dibeli Abraham dari Efron, orang Het itu, untuk menjadi kuburan milik. (31) Di situlah dikuburkan Abraham beserta Sara, isterinya; di situlah dikuburkan Ishak beserta Ribka, isterinya, (32) dan di situlah juga kukuburkan Lea; ladang dengan gua yang ada di sana telah dibeli dari orang Het.’ (33) Setelah Yakub selesai berpesan kepada anak-anaknya, ditariknyalah kakinya ke atas tempat berbaring dan meninggallah ia, maka ia dikumpulkan kepada kaum leluhurnya.”.

 

Dalam kelompok yang mempercayai bahwa bapa orang ini belum mati ini ada 2 pandangan lagi:

 

1.         Bapanya sedang sekarat / hampir mati, atau setidaknya bapanya sudah tua.

 

R. C. Sproul: “If this man’s father were already dead he would probably have been at the house mourning; more likely he meant his father was near death.” [= Seandainya bapa orang ini sudah mati, ia mungkin sudah berada di rumah perkabungan; lebih mungkin ia memaksudkan bapanya sudah dekat dengan kematian.] - Libronix.

 

 

Bible Knowledge Commentary: “The man’s reply that he first wanted to go and bury his father has been variously interpreted. Some maintain that the man’s father was dead already. It would seem strange if that was the case for he would certainly have been engaged in the burial procedure already. It is more likely that the man’s father was ready to die. His request was to let him wait just a little while before following Jesus. Perhaps the man also wanted to receive the inheritance from his father’s estate.” [= Jawaban orang ini bahwa ia mau pergi dahulu dan menguburkan bapanya telah ditafsirkan secara berbeda-beda. Sebagian mempertahankan bahwa bapa orang ini memang sudah mati. Kelihatannya aneh kalau itu adalah kasusnya, karena ia pasti akan sudah terlibat dalam prosedur penguburan. Adalah lebih memungkinkan bahwa bapa orang ini siap untuk mati. Permintaannya adalah untuk membiarkan dia untuk menunggu sedikit waktu sebelum mengikut Yesus. Mungkin orang ini juga ingin untuk menerima warisan dari milik bapanya.].

 

 

Matthew Henry: The excuse he made: ‘Lord, suffer me first to go and bury my father. I have an aged father at home, who cannot live long, and will need me while he does live; let me go and attend on him until he is dead, and I have performed my last office of love to him, and then I will do any thing.’ ... We are tempted to defer the doing of that which we know to be our duty, and to put if off to some other time. When we have got clear of such a care and difficulty, when we have despatched such a business, raised an estate to such a pitch, then we will begin to think of being religious; and so we are cozened out of all our time, by being cozened out of the present time. ... We are tempted to think that our duty to our relations will excuse us from our duty to Christ. It is a plausible excuse indeed: ‘Let me go and bury my father, - let me take care of my family, and provide for my children, and then I will think of serving Christ;’ whereas the kingdom of God and the righteousness thereof must be sought and minded in the first place. [= Alasan / dalih yang ia buat: ‘Tuhan, ijinkanlah aku pergi dahulu dan menguburkan bapaku. Aku mempunyai seorang bapa yang sudah tua di rumah, yang tidak bisa hidup lama, dan membutuhkan aku sementara ia masih hidup; biarkan aku pergi dan mendampingi / merawatnya sampai ia mati, dan aku telah melaksanakan tugas kasih terakhirku kepadanya, dan lalu aku akan melakukan apapun’. ... Kita dicobai untuk menunda pelaksanaan dari hal yang kita tahu merupakan kewajiban kita, dan menundanya ke lain waktu. Pada waktu kita telah membereskan suatu pemeliharaan / perhatian dan kesukaran seperti itu, pada waktu kita telah menyelesaikan urusan seperti itu, menyelesaikan pembangunan suatu tanah (?), maka kita mulai berpikir tentang menjadi relijius; dan demikianlah kita disimpangkan / ditipu dari semua waktu kita, dengan ditipu tentang waktu yang sekarang ini. ... Kita dicobai untuk berpikir bahwa kewajiban kita kepada keluarga kita akan memberi alasan / dalih bagi kita untuk bebas dari tugas / kewajiban kita bagi Kristus. Itu memang merupakan suatu dalih yang kelihatannya sah: ‘Biarkanlah aku pergi dan menguburkan bapaku, - biarkanlah aku mengurus keluargaku, dan memelihara anak-anakku, dan lalu aku akan berpikir untuk melayani Kristus’; sedangkan kerajaan Allah dan kebenarannya harus dicari dan dipikirkan di tempat pertama.].

Mat 10:37 - “Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari padaKu, ia tidak layak bagiKu; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari padaKu, ia tidak layak bagiKu.”.

Bdk. Mat 6:25-34 - “(25) ‘Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? (26) Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? (27) Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? (28) Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, (29) namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannyapun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. (30) Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya? (31) Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? (32) Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. (33) Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. (34) Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.’”.

Mat 6:33 (KJV): ‘But seek ye first the kingdom of God, and his righteousness; and all these things shall be added unto you.’ [= Tetapi carilah pertama-tama / lebih dulu kerajaan Allah dan kebenarannya; dan semua hal-hal ini akan ditambahkan kepadamu.].

 

Matthew Henry: Christ’s answer to it (v. 60): ‘Let the dead bury their dead. Suppose (which is not likely) that there are none but the dead to bury their dead, or none but those who are themselves aged and dying, who are as good as dead, and fit for no other service, yet thou hast other work to do; go thou, and preach the kingdom of God.’ Not that Christ would have his followers or his ministers to be unnatural; our religion teaches us to be kind and good in every relation, to show piety at home, and to requite our parents. But we must not make these offices an excuse from our duty to God. If the nearest and dearest relation we have in the world stand in our way to keep us from Christ, it is necessary that we have a zeal that will make us forget father and mother, as Levi did, Deut 33:9. This disciple was called to be a minister, and therefore must not entangle himself with the affairs of this world, 2 Tim 2:4. And it is a rule that, whenever Christ calls to any duty, we must not consult with flesh and blood, Gal 1:15,16. No excuses must be admitted against a present obedience to the call of Christ.[= Jawaban Kristus terhadapnya (ay 60): ‘Biarlah orang mati menguburkan orang mati mereka’. Seandainya (yang kemungkinannya kecil) di sana tidak ada seorangpun kecuali orang mati untuk menguburkan orang mati mereka, atau tak ada seorangpun kecuali mereka yang dirinya sendiri sudah tua dan sekarat, yang hampir mati, dan tak cocok untuk pelayanan yang lain, tetapi engkau mempunyai pekerjaan lain untuk dilakukan; pergilah engkau, dan beritakanlah kerajaan Allah’. Bukan bahwa Kristus menginginkan pengikut-pengikutNya atau pelayan-pelayanNya bersikap tidak wajar; agama kita mengajar kita untuk baik dalam setiap hubungan, menunjukkan kesalehan di rumah, dan membalas budi orang tua kita. Tetapi kita tidak boleh membuat kewajiban-kewajiban ini sebagai suatu dalih / alasan dari kewajiban kita kepada Allah. Jika hubungan / keluarga yang paling dekat dan paling dikasihi yang kita punyai di dunia ini menghalangi jalan kita dari Kristus, adalah perlu bahwa kita mempunyai suatu semangat yang akan membuat kita melupakan bapa dan ibu, seperti yang Lewi telah lakukan, Ul 33:9. Murid ini dipanggil untuk menjadi seorang pelayan, dan karena itu tidak boleh melibatkan dirinya sendiri dengan urusan-urusan dari dunia ini, 2Tim 2:4. Dan merupakan suatu peraturan bahwa, kapanpun Kristus memanggil pada kewajiban apapun, kita tidak boleh berkonsultasi dengan daging dan darah, Gal 1:15,16. Tak ada alasan-alasan / dalih-dalih yang boleh diakui / diterima terhadap / menentang suatu ketaatan sekarang pada panggilan dari Kristus.].

 

Ul 33:8-9 - “(8) Tentang Lewi ia berkata: ‘Biarlah Tumim dan UrimMu menjadi kepunyaan orang yang Kaukasihi, yang telah Kaucoba di Masa, dengan siapa Engkau berbantah dekat mata air Meriba; (9) yang berkata tentang ayahnya dan tentang ibunya: aku tidak mengindahkan mereka; ia yang tidak mau kenal saudara-saudaranya dan acuh tak acuh terhadap anak-anaknya. Sebab orang-orang Lewi itu berpegang pada firmanMu dan menjaga perjanjianMu;”.

 

Catatan: Tentang Ul 33:9 bandingkan dengan Kel 32:27-28, yang terjadi setelah penyembahan anak lembu emas oleh bangsa Israel, dan juga bandingkan dengan Bil 25:7-8, yang terjadi setelah bangsa Israel jatuh dalam perzinahan dengan orang-orang Moab / Midian.

 

Kel 32:25-28 - “(25) Ketika Musa melihat, bahwa bangsa itu seperti kuda terlepas dari kandang - sebab Harun telah melepaskannya, sampai menjadi buah cemooh bagi lawan mereka - (26) maka berdirilah Musa di pintu gerbang perkemahan itu serta berkata: ‘Siapa yang memihak kepada TUHAN datanglah kepadaku!’ Lalu berkumpullah kepadanya seluruh bani Lewi. (27) Berkatalah ia kepada mereka: ‘Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Baiklah kamu masing-masing mengikatkan pedangnya pada pinggangnya dan berjalanlah kian ke mari melalui perkemahan itu dari pintu gerbang ke pintu gerbang, dan biarlah masing-masing membunuh saudaranya dan temannya dan tetangganya.’ (28) Bani Lewi melakukan seperti yang dikatakan Musa dan pada hari itu tewaslah kira-kira tiga ribu orang dari bangsa itu.”.

 

Bil 25:1-15 - “(1) Sementara Israel tinggal di Sitim, mulailah bangsa itu berzinah dengan perempuan-perempuan Moab. (2) Perempuan-perempuan ini mengajak bangsa itu ke korban sembelihan bagi allah mereka, lalu bangsa itu turut makan dari korban itu dan menyembah allah orang-orang itu. (3) Ketika Israel berpasangan dengan Baal-Peor, bangkitlah murka TUHAN terhadap Israel; (4) lalu berfirmanlah TUHAN kepada Musa: ‘Tangkaplah semua orang yang mengepalai bangsa itu dan gantunglah mereka di hadapan TUHAN di tempat terang, supaya murka TUHAN yang bernyala-nyala itu surut dari pada Israel.’ (5) Lalu berkatalah Musa kepada hakim-hakim Israel: ‘Baiklah masing-masing kamu membunuh orang-orangnya yang telah berpasangan dengan Baal-Peor.’ (6) Kebetulan datanglah salah seorang Israel membawa seorang perempuan Midian kepada sanak saudaranya dengan dilihat Musa dan segenap umat Israel yang sedang bertangis-tangisan di depan pintu Kemah Pertemuan. (7) Ketika hal itu dilihat oleh Pinehas, anak Eleazar, anak imam Harun, bangunlah ia dari tengah-tengah umat itu dan mengambil sebuah tombak di tangannya, (8) mengejar orang Israel itu sampai ke ruang tengah, dan menikam mereka berdua, yakni orang Israel dan perempuan itu, pada perutnya. Maka berhentilah tulah itu menimpa orang Israel. (9) Orang yang mati karena tulah itu ada dua puluh empat ribu orang banyaknya. (10) TUHAN berfirman kepada Musa: (11) ‘Pinehas, anak Eleazar, anak imam Harun, telah menyurutkan murkaKu dari pada orang Israel, oleh karena ia begitu giat membela kehormatanKu di tengah-tengah mereka, sehingga tidaklah Kuhabisi orang Israel dalam cemburuKu. (12) Sebab itu katakanlah: Sesungguhnya Aku berikan kepadanya perjanjian keselamatan yang dari padaKu (13) untuk menjadi perjanjian mengenai keimaman selama-lamanya bagi dia dan bagi keturunannya, karena ia telah begitu giat membela Allahnya dan telah mengadakan pendamaian bagi orang Israel.’ (14) Nama orang Israel yang mati terbunuh bersama-sama dengan perempuan Midian itu ialah Zimri bin Salu, pemimpin salah satu puak orang Simeon, (15) dan nama perempuan Midian yang mati terbunuh itu ialah Kozbi binti Zur; Zur itu adalah seorang kepala kaum - yaitu puak - di Midian.”.

 

Kalau saudara percaya pandangan yang mengatakan bahwa orang Kristen tidak boleh fanatik, maka baca dan renungkan ayat-ayat di atas ini sekali lagi!

 

2Tim 2:4 - Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya..

KJV: ‘No man that warreth entangleth himself with the affairs of this life; that he may please him who hath chosen him to be a soldier.’ [= Tak seorangpun yang berperang melibatkan dirinya sendiri dengan urusan-urusan dari kehidupan ini; supaya ia bisa menyenangkan Dia yang telah memilihnya menjadi seorang tentara / prajurit.].

 

Gal 1:15-17 - “(15) Tetapi waktu Ia, yang telah memilih aku sejak kandungan ibuku dan memanggil aku oleh kasih karuniaNya, (16) berkenan menyatakan AnakNya di dalam aku, supaya aku memberitakan Dia di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi, maka sesaatpun aku tidak minta pertimbangan kepada manusia; (17) juga aku tidak pergi ke Yerusalem mendapatkan mereka yang telah menjadi rasul sebelum aku, tetapi aku berangkat ke tanah Arab dan dari situ kembali lagi ke Damsyik..

Ay 16b (KJV): ‘immediately I conferred not with flesh and blood:’ [= segera aku tidak berkonsultasi dengan daging dan darah:].

 

 

Adam Clarke (tentang Mat 8:21): Bury my father: probably his father was old, and apparently near death; but it was a maxim among the Jews, that, if a man had any duty to perform to the dead, he was, for that time, free from the observance of any other precept or duty. The children of Adam are always in extremes; some will rush into the ministry of the Gospel without a call, others will delay long after they are called; the middle way is the only safe one: not to move a finger in the work till the call be given, and not to delay a moment after. [= Menguburkan bapaku: mungkin bapanya sudah tua, dan kelihatannya dekat dengan kematian; tetapi merupakan suatu kebenaran umum / prinsip dasar di antara orang-orang Yahudi, bahwa, jika seseorang mempunyai kewajiban apapun untuk dilakukan terhadap orang mati, pada saat itu ia bebas dari ketaatan terhadap perintah atau kewajiban yang lain. Anak-anak / keturunan Adam selalu ada dalam keadaan extrim; sebagian masuk cepat-cepat ke dalam pelayanan Injil tanpa panggilan, yang lain menunda lama setelah mereka dipanggil; jalan yang di tengah adalah satu-satunya jalan yang aman: tidak menggerakkan suatu jaripun dalam pekerjaan sampai panggilan diberikan, dan tidak menunda sesaatpun setelah panggilan diberikan.].

 

Adam Clarke (tentang Mat 8:22): Let the dead bury their dead.’ ... Leave the spiritually dead to bury their natural dead. All the common offices of life may be performed by any person; to preach the glad tidings of the kingdom of God is granted but to a few, and to these only by a special call; these should immediately abandon worldly concerns and employments, and give themselves wholly up to the work of the ministry.[= ‘Biarlah orang mati menguburkan orang mati mereka’. ... Tinggalkanlah / biarkanlah orang mati secara rohani menguburkan orang mati secara jasmani mereka. Semua tugas-tugas umum dari kehidupan bisa dilakukan oleh seadanya orang; memberitakan kabar baik dari kerajaan Allah dianugerahkan hanya kepada sedikit orang, dan kepada orang-orang ini hanya oleh suatu panggilan khusus; orang-orang ini harus segera meninggalkan kepentingan-kepentingan dan pekerjaan-pekerjaan / aktivitas-aktivitas duniawi, dan menyerahkan diri mereka sendiri sepenuhnya pada pekerjaan pelayanan.].

 

 

I. Howard Marshall: “It is possible that the father was old and on the point of death, rather than that he had already died, but in both cases Jesus’ command is rigorous and goes against both Jewish teaching and the ethic of the early church (1 Tim. 5:8); the urgency of the task of preaching the gospel could not be clearer.” [= Adalah mungkin bahwa bapa itu sudah tua dan hampir mati, dari pada bahwa ia sudah mati, tetapi dalam kedua kasus perintah Yesus adalah sangat keras dan bertentangan dengan baik ajaran Yahudi maupun etika dari gereja mula-mula (1Tim 5:8); sifat mendesak dari tugas pemberitaan Injil tidak bisa lebih jelas.] - ‘The Gospel of Luke’ (Libronix).

1Tim 5:8 - “Tetapi jika ada seorang yang tidak memeliharakan sanak saudaranya, apalagi seisi rumahnya, orang itu murtad dan lebih buruk dari orang yang tidak beriman.”.

Saya berpendapat ayat ini tak cocok, karena ini berbicara berkenaan dengan keluarga yang masih hidup, bukan yang sudah mati.

 

I. Howard Marshall: “The request is for permission to go away first of all and bury his father. ... Burial of the dead was a religious duty that took precedence over all others, including even study of the Law. Priests, who were not normally allowed to touch dead bodies, could do so in the case of relatives (Lv. 21:1-3). To assist in burying a person who had no claims on one as a relative was a work of love which carried great reward from God both in this life and in the next world. It follows that the burial of a father was a religious duty of the utmost importance ... To leave it undone was something scandalous to a Jew.” [= Permintaannya adalah untuk ijin untuk pertama-tama dari semua pergi dan menguburkan bapanya. ... Penguburan orang mati merupakan suatu kewajiban agamawi yang diprioritaskan atas semua yang lain, bahkan termasuk pembelajaran hukum Taurat. Imam-imam, yang dalam keadaan normal tidak diijinkan untuk menyentuh orang mati, bisa melakukan demikian dalam kasus kematian dari keluarga (Im 21:1-3). Membantu dalam penguburan seseorang yang bukan keluarga merupakan suatu pekerjaan kasih yang membawa pahala yang besar dari Allah, baik dalam kehidupan ini dan dalam dunia yang akan datang. Karena itu penguburan dari seorang bapa merupakan suatu kewajiban agama yang paling penting. ... Membiarkan itu tidak dilakukan merupakan sesuatu yang bersifat skandal bagi seorang Yahudi.] - ‘The Gospel of Luke’ (Libronix).

 

Im 21:1-3 - “(1) TUHAN berfirman kepada Musa: ‘Berbicaralah kepada para imam, anak-anak Harun, dan katakan kepada mereka: Seorang imam janganlah menajiskan diri dengan orang mati di antara orang-orang sebangsanya, (2) kecuali kalau yang mati itu adalah kerabatnya yang terdekat, yakni: ibunya, ayahnya, anaknya laki-laki atau perempuan, saudaranya laki-laki, (3) saudaranya perempuan, yang masih perawan dan dekat kepadanya karena belum mempunyai suami, dengan mereka itu bolehlah ia menajiskan diri.”.

 

I. Howard Marshall: “the meaning is simply ‘Let the (spiritually) dead bury the (physically) dead’; ... The implications are important. Those who do not follow Jesus are regarded as spiritually dead (cf. 15:24, 32; Jn. 5:25; Rom. 6:13; Eph. 2:1; 5:14). They have missed the life associated with the kingdom. The metaphor, however, should not be pressed in terms of the later Christian development. Second, the duty of following Jesus is placed above the most stringent of human duties.” [= artinya hanyalah ‘Biarlah orang mati (secara rohani) menguburkan orang mati (secara jasmani)’; ... Implikasinya / artinya secara implicit adalah penting. Mereka yang tidak mengikuti Yesus dianggap sebagai orang mati secara rohani (bdk. 15:24,32; Yoh 5:25; Ro 6:13; Ef 2:1; 5:14). Mereka gagal mencapai kehidupan yang berhubungan dengan kerajaan. Tetapi kiasan ini tidak boleh ditekankan dalam periode dari perkembangan Kristen belakangan. Kedua, kewajiban mengikut Yesus ditempatkan di atas kewajiban-kewajiban manusia yang paling keras / ketat.] - ‘The Gospel of Luke’ (Libronix).

Catatan: saya tidak setuju dengan kata-kata yang saya beri garis bawah ganda dan beri warna ungu. Dia mau menganulir / membatalkan kata-kata Yesus???

 

 

David Gooding: “It is perhaps unlikely that the man’s father was already dead and that the man was asking for a two-hour delay in order to attend the funeral. It is more likely that the father was getting elderly and that the man with his Jewish sense of the religious duty of giving parents an honoured burial, was asking Christ for permission to delay following him until his father died (and, perhaps, also until he inherits his father estate).” [= Mungkin sangat kecil kemungkinannya bahwa bapa orang ini sudah mati dan bahwa orang ini sedang meminta penundaan 2 jam untuk menghadiri penguburan. Adalah lebih mungkin bahwa bapa itu sudah tua dan bahwa orang itu dengan pengertian / perasaan Yahudinya tentang kewajiban agamawi tentang memberi orang tua suatu penguburan yang terhormat, sedang meminta ijin Kristus untuk menunda mengikuti Dia sampai bapanya mati (dan, mungkin juga sampai ia mewarisi tanah / milik bapanya).].

 

David Gooding: “Now it is a fact explicity stated by Christ (see Mt. 15:3-9) that the care of elderly parents is a God-given duty which may not be put aside under any religious pretext whatsoever. If, therefore, anyone accepts Christ as Lord, Christ will direct him to fulfil this duty to his parents. But our man was making two mistakes. He asked permission to fulfil what he felt was a prior duty before becoming a follower of Christ. There can, of course, be no prior duty. If Jesus is God’s Son, our first duty is toward him. A man who considers that he has a prior duty to fulfil before he is free to become a follower of Christ, has no concept of who Christ is. And secondly, the man was not asking permission to look after his elderly father, but to bury him. In asking to delay following Christ until he had buried his father, the man showed he had no concept of the urgency and importance of the task to which Christ was calling him. That task was to ‘go and proclaim the kingdom of God’ (see 9:60).” [= Merupakan suatu fakta yang dinyatakan secara explicit oleh Kristus (lihat Mat 15:3-9) bahwa pemeliharaan terhadap orang tua yang sudah tua adalah suatu kewajiban yang diberikan oleh Allah, yang tidak boleh disingkirkan di bawah kepura-puraan / dalih agamawi apapun. Karena itu, jika siapapun menerima Kristus sebagai Tuhan, Kristus akan mengarahkan dia untuk memenuhi kewajiban kepada orang tuanya. Tetapi orang kita ini sedang membuat dua kesalahan. Ia meminta ijin untuk memenuhi apa yang ia rasakan merupakan suatu kewajiban lebih dulu / lebih penting sebelum menjadi seorang pengikut Kristus. Di sana tentu saja tidak bisa ada kewajiban yang lebih dulu / lebih penting. Jika Yesus adalah Anak Allah, kewajiban pertama kita adalah terhadap Dia. Seorang manusia yang menganggap bahwa ia mempunyai suatu kewajiban lebih dulu / lebih penting untuk dipenuhi sebelum ia bebas untuk menjadi seorang pengikut Kristus, tidak mempunyai pengertian tentang siapa Kristus itu. Dan kedua, orang itu bukan meminta ijin untuk memelihara bapanya yang sudah tua, tetapi untuk menguburkan dia. Dalam meminta untuk menunda mengikuti Kristus sampai ia telah menguburkan bapanya, orang itu menunjukkan bahwa ia tidak mempunyai pengertian tentang sifat mendesak dan penting dari tugas pada mana Kristus sedang memanggilnya. Tugas itu adalah untuk ‘pergi dan memberitakan kerajaan Allah’ (lihat 9:60).].

 

Mat 15:3-9 - “(3) Tetapi jawab Yesus kepada mereka: ‘Mengapa kamupun melanggar perintah Allah demi adat istiadat nenek moyangmu? (4) Sebab Allah berfirman: Hormatilah ayahmu dan ibumu; dan lagi: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya pasti dihukum mati. (5) Tetapi kamu berkata: Barangsiapa berkata kepada bapanya atau kepada ibunya: Apa yang ada padaku yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk persembahan kepada Allah, (6) orang itu tidak wajib lagi menghormati bapanya atau ibunya. Dengan demikian firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadatmu sendiri. (7) Hai orang-orang munafik! Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu: (8) Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari padaKu. (9) Percuma mereka beribadah kepadaKu, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia.’.

 

David Gooding: “People at large - his father included - desperately needed to hear that message: their eternal salvation depended on hearing it and on responding to its urgent call. It would be a very curious way of fulfilling his duty as a son to his father, to delay of becoming a preacher of the gospel until his father was dead and buried.” [= Orang-orang pada umumnya - termasuk bapanya - sangat membutuhkan untuk mendengar berita itu: keselamatan kekal mereka tergantung pada pendengaran tentang hal itu dan pada tanggapan terhadap panggilannya yang mendesak. Merupakan suatu jalan yang sangat aneh dari pemenuhan kewajibannya sebagai seorang anak kepada bapanya, untuk menunda untuk menjadi seorang pemberita injil sampai bapanya mati dan dikuburkan.].

 

David Gooding: “Moreover, Christ pointed out to the man that spiritually dead unbelievers could perform the task of burying his father when he died; but spiritually dead unbelievers could not preach the gospel to him or anybody else. ... A surgeon does not waste his time cleaning his patient’s boots.” [= Selanjutnya / lebih lagi, Kristus menunjukkan kepada orang itu bahwa orang-orang tidak percaya yang mati secara rohani bisa melaksanakan tugas penguburan bapanya pada waktu ia mati; tetapi orang-orang tidak percaya yang mati secara rohani tidak bisa memberitakan Injil kepadanya atau kepada siapapun juga. ... Seorang ahli bedah tidak menghabiskan / membuang waktunya membersihkan sepatu bot pasiennya.].

 

David Gooding: “The man’s sense of duty towards his father, therefore, was false - false even to his father’s deepest need. It was a sense of duty imposed not by the requirements of God’s law or by the gospel, but by the social and religious conventions of the world. The claims of discipleship to Christ demanded that it be disregarded.” [= Karena itu, perasaan kewajiban orang ini terhadap bapanya adalah salah - salah bahkan sampai pada kebutuhan terdalam bapanya. Itu merupakan suatu perasaan kewajiban yang dibebankan bukan oleh tuntutan hukum Taurat Allah atau oleh injil, tetapi oleh persetujuan umum sosial dan agamawi dari dunia. Tuntutan kemuridan kepada Kristus menuntut bahwa hal itu diabaikan.].

 

 

Pulpit Commentary: “As the hasty disciple passes out of sight, lo! another appears, he who may be called the dilatory. Notice the difference between the two. In the former, the initiative is taken by the man; in the latter, the initiative is taken by Jesus, with the short, peremptory, ‘Follow me.’ The one has no misgivings; the other desires to follow but has not courage enough to express his convictions. And the mind is not decided. Secretly there is the attraction to the Lord, but there is also the home, the aged father, the circle in the quiet village. No; he is nearly, but not quite, ready. It is on him that the Lord looks. He sees him trembling at the word that is working in his soul, and forth comes the calling, empowering, ‘Follow!’ Was it not so natural (ver. 59), ‘Lord, suffer me first to go and bury my father’? And will not he whose commandment is, ‘Honour thy father and mother,’ at once consent? No; the Lord’s need, the Lord’s call, sets the private and domestic claims aside. Hence the enigmatical reply of ver. 60. ‘Thou hast neighbours, brethren, who have not received the life that is pulsing in thee; to them may be left such a charge as that which thou hast named. But thou, with that life in thee, hast something else to do. Life must live; go thou, the living, and fulfil the living man’s charge - preach the kingdom of God.’” [= Ketika murid yang tergesa-gesa itu sudah tak terlihat, lihatlah! seorang lain muncul, ia yang bisa disebut orang yang lambat bergerak / suka menunda. Perhatikan perbedaan di antara keduanya. Dalam kasus yang terdahulu, inisiatif dilakukan oleh orang itu; dalam kasus yang belakangan inisiatif dilakukan oleh Yesus, dengan suatu perintah singkat, ‘Ikutlah Aku’. Yang satu tidak mempunyai keraguan; yang lain ingin mengikut tetapi tidak mempunyai keberanian yang cukup untuk menyatakan keyakinannya. Dan pikirannya belum memutuskan. Secara diam-diam di sana ada ketertarikan kepada Tuhan, tetapi di sana juga ada rumah, bapa yang tua, lingkungan dalam desa yang tenang. Tidak; ia hampir, tetapi tidak cukup, siap. Adalah kepadanya Tuhan memandang. Ia melihatnya gemetar pada firman yang sedang bekerja dalam jiwanya, dan keluar panggilan yang berotoritas, ‘Ikutlah!’ Tidakkah itu merupakan sesuatu yang wajar / alamiah (ay 59), ‘Tuhan, ijinkan aku pergi dahulu dan menguburkan bapaku?’ Dan akankah Ia yang memerintahkan, ‘Hormatilah ayahmu dan ibumu’, segera menyetujuinya? Tidak; kebutuhan Tuhan, panggilan Tuhan, menyingkirkan tuntutan-tuntutan pribadi dan rumah tangga / keluarga. Karena itu ada jawaban yang membingungkan dalam ay 60. ‘Engkau mempunyai tetangga / sesama, saudara-saudara, yang belum menerima kehidupan yang sedang berdenyut di dalam engkau; kepada mereka bisa ditinggalkan kewajiban / tanggung jawab seperti yang telah engkau sebutkan. Tetapi engkau, dengan kehidupan itu dalam engkau, mempunyai sesuatu yang lain untuk dilakukan. Kehidupan harus hidup / terus berjalan; pergilah engkau, orang yang hidup, dan penuhilah kewajiban / tanggung jawab orang hidup - beritakanlah kerajaan Allah’.].

 

 

Calvin (tentang Mat 8:21): “‘Lord, permit me to go first and bury my father.’ We have said, that the scribe was rejected by Christ as a follower, because he made his offer without consideration, and imagined that he would enjoy an easy life. The person whom Christ retains had an opposite fault. He was prevented from immediately obeying the call of Christ by the weakness of thinking it a hardship to leave his father. It is probable that his father was in extreme old age: for the mode of expression, ‘Permit me to bury,’ implies that he had but a short time to live. ... But he does not refuse the calling: he only asks leave for a time to discharge a duty which he owes to his father. The excuse bears that he looked upon himself as at liberty till his father’s death.[= ‘Tuhan, ijinkanlah aku untuk pergi dahulu dan menguburkan bapaku’. Kami telah mengatakan, bahwa sang ahli Taurat ditolak oleh Kristus sebagai seorang pengikut, karena ia membuat tawarannya tanpa pertimbangan, dan membayangkan / mengkhayalkan bahwa ia akan menikmati suatu kehidupan yang mudah. Orang yang Kristus tahan ini mempunyai kesalahan yang bertentangan. Ia dicegah dari mentaati secara langsung panggilan dari Kristus oleh kelemahan dari memikirkannya sebagai suatu kesukaran untuk meninggalkan bapanya. Adalah mungkin bahwa bapanya ada dalam keadaan sangat tua: karena cara pengungkapan, ‘Ijinkanlah aku untuk menguburkan’, secara implicit menunjukkan bahwa ia mempunyai hanya sedikit waktu untuk hidup. ... Tetapi ia tidak menolak panggilan itu: ia hanya meminta ijin untuk suatu waktu untuk melaksanakan suatu kewajiban yang ia punyai terhadap bapanya. Alasan / dalih itu menunjukkan bahwa ia melihat kepada dirinya sendiri sebagai bebas sampai kematian bapanya.].

 

Calvin (tentang Mat 8:21): From Christ’s reply we learn, that children should discharge their duty to their parents in such a manner that, whenever God calls them to another employment, they should lay this aside, and assign the first place to the command of God. Whatever duties we owe to men must give way, when God enjoins upon us what is immediately due to himself. All ought to consider what God requires from them as individuals, and what is demanded by their particular calling, that earthly parents may not prevent the claims of the highest and only Father of all from remaining entire. [= Dari jawaban Kristus kita belajar, bahwa anak-anak harus melaksanakan kewajiban / tanggung jawab mereka kepada orang tua mereka dengan cara sedemikian rupa sehingga, kapanpun Allah memanggil mereka pada pekerjaan / aktivitas yang lain, mereka harus menyingkirkan ini, dan memberikan tempat pertama pada perintah Allah. Kewajiban-kewajiban apapun yang kita punyai terhadap manusia harus tunduk / memberi jalan, pada waktu Allah memerintahkan kepada kita apa yang secara langsung dituntut / diharapkan bagi diriNya sendiri. Semua orang harus mempertimbangkan apa yang Allah tuntut dari mereka sebagai individu-individu, dan apa yang dituntut oleh panggilan khusus mereka, sehingga orang tua duniawi tidak boleh mencegah keutuhan dari tuntutan-tuntutan dari ‘Bapa yang tertinggi dan satu-satunya dari semua’.].

 

Calvin (tentang Mat 8:22): “‘Allow the dead to bury their dead.’ By these words Christ does not condemn burial: for it would have been shameful and cruel to throw away the bodies of the dead unburied, and we know that the custom of burying originated in a divine command, and was practiced by the saints, in order to strengthen the hope of the last resurrection. He intended only to show, that what ever withdraws us from the right course, or retards us in it, deserves no other name than ‘death.’ Those only live, he tells us, who devote all their thoughts, and every part of their life, to obedience to God; while those who do not rise above the world, - who devote themselves to pleasing men, and forget God, - are like ‘dead men,’ who are idly and uselessly employed in taking care of the dead.[= ‘Biarlah orang mati menguburkan orang mati mereka’. Dengan kata-kata ini Kristus tidak mengecam penguburan: karena merupakan hal yang memalukan dan kejam untuk membuang mayat-mayat dari orang mati tanpa dikubur, dan kita tahu bahwa tradisi / kebiasaan penguburan berasal usul dari suatu perintah ilahi, dan dipraktekkan oleh orang-orang kudus, untuk menguatkan pengharapan tentang kebangkitan terakhir. Ia hanya bermaksud untuk menunjukkan, bahwa apapun yang menarik kita dari jalan yang benar, atau menunda kita di dalam jalan itu, tidak layak mendapatkan nama lain selain ‘kematian’. Mereka hanya hidup, Ia memberitahu kita, yang membaktikan semua pikiran mereka, dan setiap bagian dari kehidupan mereka, pada ketaatan kepada Allah; sedangkan mereka yang tidak naik di atas dunia, - yang membaktikan diri mereka sendiri untuk menyenangkan manusia, dan melupakan Allah, - adalah seperti ‘orang mati’, yang secara malas dan secara tak berguna dipekerjakan dalam mengurus orang mati.].

 

Calvin (tentang Luk 9:60): “‘But go thou and proclaim the kingdom of God.’ Matthew has only the words, ‘Follow me:’ but Luke states more fully the reason why he was called, which was, that he might be a minister and preacher of the Gospel. Had he remained in a private station, there would have been no absolute necessity for leaving his father, provided he did not forsake the Gospel on his father’s account. But the preaching of the Gospel does not allow him to remain at home, and therefore Christ properly takes him away from his father. While the amazing goodness of Christ appears in bestowing so honorable an office on a man who was still so weak, it deserves our notice, that the fault which still cleaved to him is corrected, and is not overlooked and encouraged.[= ‘Tetapi engkau pergilah, dan beritakanlah kerajaan Allah’. Matius hanya mempunyai kata-kata, ‘Ikutlah Aku’: tetapi Lukas menyatakan secara lebih penuh alasan mengapa ia dipanggil, yang adalah supaya ia bisa menjadi seorang pelayan dan pengkhotbah / pemberita dari Injil. Seandainya ia tetap ada dalam suatu tempat / posisi pribadi, di sana tak ada keharusan mutlak untuk meninggalkan bapanya, asalkan ia tidak meninggalkan Injil karena bapanya. Tetapi pemberitaan Injil tidak mengijinkan dia untuk tetap tinggal di rumah, dan karena itu Kristus secara benar mengambil dia dari bapanya. Sementara kebaikan yang mengherankan dari Kristus terlihat dalam pemberian suatu tugas yang begitu terhormat kepada seseorang yang tetap begitu lemah, layak kita perhatikan, bahwa kesalahan yang tetap melekat kepadanya dikoreksi, dan bukannya diabaikan dan dikuatkan.].

 

 

Jamieson, Fausset & Brown (tentang Mat 8:21-22): This disciple did not, like the former, volunteer his services, but is called by the Lord Jesus, not only to follow, but to preach Him. And he is quite willing; only, he is not ready just yet. ‘Lord, I will; but’ - ‘There is a difficulty in the way just now; but that once removed, I am Thine.’ What now is this difficulty? Was his father actually dead - lying a corpse - having only to be buried? Impossible. As it was the practice, as noticed on Luke 7:12, to bury on the day of death, it is not very likely that this disciple would have been here at all if his father had just breathed his last; nor would the Lord, if He was there, have hindered him discharging the last duties of a son to a father.[= Murid ini, tidak seperti murid yang terdahulu, yang secara sukarela menawarkan pelayanannya, tetapi dipanggil oleh Tuhan Yesus, bukan hanya untuk mengikut, tetapi untuk memberitakan Dia. Dan ia cukup mau; hanya, ia belum siap. ‘Tuhan, aku mau, tetapi’ - ‘Di sana ada suatu kesukaran di jalan sekarang ini; tetapi sekali itu disingkirkan, aku adalah milikMu’. Sekarang apa kesukarannya ini? Apakah bapanya betul-betul mati - berbaring sebagai suatu mayat - hanya perlu untuk dikuburkan? Mustahil. Karena merupakan praktek pada saat itu, seperti diperhatikan dalam Luk 7:12, untuk menguburkan pada hari kematian, adalah sangat kecil kemungkinannya bahwa murid ini berada di sini seandainya bapanya baru saja menghembuskan nafas terakhirnya; juga Tuhan, seandainya Ia ada di sana, tidak akan menghalanginya untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban terakhirnya dari seorang anak kepada seorang bapa.].

Luk 7:12 - Setelah Ia dekat pintu gerbang kota, ada orang mati diusung ke luar, anak laki-laki, anak tunggal ibunya yang sudah janda, dan banyak orang dari kota itu menyertai janda itu..

Catatan: Menurut saya ayat ini tidak menunjukkan bahwa penguburan dilakukan pada hari dari kematian, karena tak diketahui kapan anak dari janda itu mati.

 

Jamieson, Fausset & Brown (tentang Mat 8:21-22): No doubt it was the common case of a son having a frail or aged father, not likely to live long, whose head he thinks it his duty to see under the ground before he goes abroad. ‘This aged father of mine will soon be removed; and if I might but delay until I see him decently interred, I should then be free to preach the kingdom of God wherever duty might call me.’[= Tak diragukan itu merupakan kasus umum dari seorang anak yang mempunyai seorang bapa yang lemah atau sudah tua, rasanya tak akan hidup lama, yang ia pikir sebagai kewajibannya untuk melihat / memastikan dirinya ada di bawah tanah (dikubur) sebelum ia pergi dari rumah / berkeliling. ‘Bapaku yang tua ini akan segera mati; dan jika aku bisa menunda sampai aku melihat / memastikan dia dikuburkan secara benar / terhormat, maka pada saat itu aku akan bebas untuk memberitakan kerajaan Allah kemanapun kewajiban memanggilku’.].

 

Jamieson, Fausset & Brown (tentang Mat 8:21-22): This view of the case will explain the curt reply, ‘Let the dead bury their dead: but go thou and preach the kingdom of God.’ Like all the other pardoxical sayings of our Lord, the key to it is the different senses - a higher and a lower - in which the same word ‘dead’ is used: ‘There are two kingdoms of God in existence upon earth; the kingdom of nature, and the kingdom of grace: To the one kingdom all the children of this world, even the most ungodly, are fully alive; to the other, only the children of light: The reigning irreligion consists not in indifference to the common humanities of social life, but to things spiritual and eternal: Fear not, therefore, that your father will in your absence be neglected, and that when he breathes his last there will not be relatives and friends ready enough to do to him the last offices of kindness.[= Pandangan ini dari kasus itu akan menjelaskan jawaban yang kasar, ‘Biarlah orang mati menguburkan orang mati mereka: tetapi engkau pergilah dan beritakanlah kerajaan Allah’. Seperti semua kata-kata yang lain yang bersifat paradox dari Tuhan kita, kuncinya kepada hal itu adalah arti-arti yang berbeda - yang lebih tinggi dan yang lebih rendah - dalam mana kata yang sama ‘orang mati’ digunakan: ‘Di sana ada dua kerajaan Allah yang ada di bumi; kerajaan alamiah, dan kerajaan kasih karunia: Bagi kerajaan yang satu semua anak-anak dari dunia ini, bahkan yang paling jahat, hidup sepenuhnya; bagi kerajaan yang lain, hanya anak-anak terang: Bertahtanya sikap bermusuhan terhadap agama terdiri bukan dalam sikap acuh tak acuh terhadap kemanusiaan yang umum dari kehidupan sosial, tetapi pada hal-hal rohani dan kekal: Karena itu, jangan takut, bahwa dalam ketidak-hadiranmu bapamu akan diabaikan, dan bahwa pada waktu ia menghembuskan nafas yang terakhir di sana akan tidak ada keluarga dan teman-teman yang cukup siap untuk melakukan kepadanya tugas kebaikan yang terakhir.].

 

Jamieson, Fausset & Brown (tentang Mat 8:21-22): Your wish to discharge these yourself is natural, and to be allowed to do it a privilege not lightly to be foregone. But the Kingdom of God lies now all neglected and needy: Its more exalted character few discern; to its paramount claims few are alive; and to ‘preach’ it fewer still are qualified and called: But thou art: The Lord therefore hath need of thee: Leave, then, those claims of nature, high though they be, to those who are dead to the still higher claims of the kingdom of grace, which God is now erecting upon earth - ‘Let the dead bury their dead: but go thou and preach the kingdom of God.’ And so have we here the genuine; but procrastinating or entangled disciple.[= Keinginanmu untuk melaksanakan sendiri hal-hal ini merupakan sesuatu yang bersifat alamiah / wajar, dan untuk diijinkan untuk melakukannya merupakan suatu hak yang tidak secara ringan / mudah didahulukan. Tetapi Kerajaan Allah sekarang berada dalam keadaan yang sepenuhnya diabaikan dan membutuhkan: Hanya sedikit orang yang memperhatikan / mengenali karakternya yang lebih tinggi; hanya sedikit orang yang hidup untuk tuntutan-tuntutannya yang sangat penting / tinggi otoritasnya; dan untuk ‘memberitakan’nya lebih sedikit lagi yang memenuhi syarat dan dipanggil: Tetapi engkau dipanggil: Karena itu Tuhan membutuhkan engkau: Maka tinggalkan tuntutan-tuntutan alamiah itu, betapapun tingginya mereka, kepada mereka yang mati terhadap tuntutan-tuntutan yang lebih tinggi dari kerajaan kasih karunia, yang Allah sekarang sedang dirikan di bumi - ‘Hendaklah orang mati menguburkan orang mati mereka: tetapi engkau pergilah dan beritakanlah kerajaan Allah’. Jadi di sini kita mempunyai murid, yang asli / sungguh-sungguh, tetapi suka menunda secara tak perlu dan terlibat / terjerat dalam kesukaran-kesukaran.].

 

 

 

-bersambung-

 

 

Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.

E-mail : [email protected]

e-mail us at [email protected]

http://golgothaministry.org

Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:

https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ