Kebaktian

G. K. R. I. ‘GOLGOTA’

(Rungkut Megah Raya, blok D no 16)

 

Minggu, tgl 22 Juli 2018, pk 8.00 & 17.00

 

Pdt. Budi Asali, M. Div.

 

link ke channel video di youtube:

https://www.youtube.com/watch?v=KjqU4lJKRn8

 

kesiapan untuk menjadi murid

 

Lukas 9:57-62(2)

 

Luk 9:57-62 - (57) Ketika Yesus dan murid-muridNya melanjutkan perjalanan mereka, berkatalah seorang di tengah jalan kepada Yesus: ‘Aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi.’ (58) Yesus berkata kepadanya: ‘Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepalaNya.’ (59) Lalu Ia berkata kepada seorang lain: ‘Ikutlah Aku!’ Tetapi orang itu berkata: ‘Izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan bapaku.’ (60) Tetapi Yesus berkata kepadanya: ‘Biarlah orang mati menguburkan orang mati; tetapi engkau, pergilah dan beritakanlah Kerajaan Allah di mana-mana.’ (61) Dan seorang lain lagi berkata: ‘Aku akan mengikut Engkau, Tuhan, tetapi izinkanlah aku pamitan dahulu dengan keluargaku.’ (62) Tetapi Yesus berkata: ‘Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.’.

 

II) Tanggapan dari tiga orang dan jawaban Yesus.

 

A)  Orang pertama (ay 57-58).

Ay 57-58: “(57) Ketika Yesus dan murid-muridNya melanjutkan perjalanan mereka, berkatalah seorang di tengah jalan kepada Yesus: ‘Aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi.’ (58) Yesus berkata kepadanya: ‘Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepalaNya.’”.

 

1)   Dalam Injil Matius dikatakan bahwa orang pertama ini adalah seorang ahli Taurat.

Mat 8:19-20 - (19) Lalu datanglah seorang ahli Taurat dan berkata kepadaNya: ‘Guru, aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi.’ (20) Yesus berkata kepadanya: ‘Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepalaNya.’.

 

2)   Kata-kata orang ini sebetulnya benar; orang yang percaya / ikut Yesus harus mau ikut Dia kemanapun Ia pergi.

Wah 14:4 - Mereka adalah orang-orang yang tidak mencemarkan dirinya dengan perempuan-perempuan, karena mereka murni sama seperti perawan. Mereka adalah orang-orang yang mengikuti Anak Domba itu ke mana saja Ia pergi. Mereka ditebus dari antara manusia sebagai korban-korban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba itu..

 

3)   Tetapi bagaimanapun, pasti ada kesalahan dalam diri ahli Taurat ini!

Boleh dikatakan semua penafsir mempunyai pandangan bahwa ia pasti mempunyai kesalahan. Mengapa / dari mana para penafsir menyalahkan orang ini, padahal kalau dilihat kata-katanya, kelihatannya ia adalah orang yang sungguh-sungguh mau ikut Yesus? Dari jawaban Yesus dalam ay 58.

 

Ay 58: “Yesus berkata kepadanya: ‘Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepalaNya.’”.

 

Jawaban seperti ini tidak mungkin diberikan oleh Yesus kalau Ia tidak melihat sesuatu yang buruk / salah dalam diri ahli Taurat ini, pada saat ia berkata bahwa ia mau ikut Yesus kemanapun Yesus pergi.

 

4)   Kalau begitu, lalu apa kesalahan orang pertama ini?

Ada beberapa kemungkinan yang diberikan oleh para penafsir tentang kesalahan orang pertama ini:

 

a)   Semangatnya membuatnya membuat janji dengan begitu mudah, yang pada masa kesukaran akan sukar untuk ditepati.

 

R. C. Sproul: “As the Lord and his disciples traveled to Jerusalem a man said to Jesus, ‘I will follow you wherever you go’ (Luke 9:57). How often we have heard and made such professions. It is easy to make promises in the flush of joy and enthusiasm, but not so easy to keep them in difficult times.” [= Pada waktu Tuhan dan murid-muridNya berjalan ke Yerusalem seseorang berkata kepada Yesus, ‘Aku akan mengikuti Engkau kemanapun Engkau pergi’ (Luk 9:57). Betapa sering kita telah mendengar dan membuat pengakuan-pengakuan seperti itu. Adalah mudah untuk membuat janji-janji dalam semangat dari sukacita dan antusiasme, tetapi tidak begitu mudah untuk menjaga / menepati mereka dalam masa-masa sukar.] - Libronix.

 

Penerapan: bandingkan dengan janji-janji yang diberikan pada saat KKR, atau pada saat pacaran!

 

b)   Matthew Henry dan beberapa penafsir lain, mengatakan bahwa orang ini ingin mengikut Kristus tetapi ia tidak lebih dulu menghitung ongkosnya.

 

Bdk. Luk 14:25-33 - “(25) Pada suatu kali banyak orang berduyun-duyun mengikuti Yesus dalam perjalananNya. Sambil berpaling Ia berkata kepada mereka: (26) ‘Jikalau seorang datang kepadaKu dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi muridKu. (27) Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi muridKu. (28) Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya [KJV: ‘counteth the cost’ {= menghitung ongkosnya}], kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu? (29) Supaya jikalau ia sudah meletakkan dasarnya dan tidak dapat menyelesaikannya, jangan-jangan semua orang yang melihatnya, mengejek dia, (30) sambil berkata: Orang itu mulai mendirikan, tetapi ia tidak sanggup menyelesaikannya. (31) Atau, raja manakah yang kalau mau pergi berperang melawan raja lain tidak duduk dahulu untuk mempertimbangkan, apakah dengan sepuluh ribu orang ia sanggup menghadapi lawan yang mendatanginya dengan dua puluh ribu orang? (32) Jikalau tidak, ia akan mengirim utusan selama musuh itu masih jauh untuk menanyakan syarat-syarat perdamaian. (33) Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi muridKu..

 

Matthew Henry: Here is one that is extremely forward to follow Christ immediately, but seems to have been too rash, hasty, and inconsiderate, and not to have set down and counted the cost. [= Di sini ada seseorang yang sangat ingin untuk mengikut Kristus dengan segera, tetapi kelihatannya terlalu tergesa-gesa, cepat-cepat, dan tanpa pertimbangan, dan duduk dan menghitung ongkosnya.].

 

Pulpit Commentary: “These three men are types of classes whose representatives we need not go far to seek. 1. There is the hasty disciple. (Ver. 57.) ‘Lord, I will follow thee whithersoever thou goest.’ There is no discernment of what is implied in the ‘whither-soever.’ There is no counting of the cost. He is the man of impulse and fresh warm feeling, who has ‘received some word of Jesus with joy, yet has no root in himself.’ The ‘I will’ stands forth in its own strength, which is but weakness. Observe how the Lord deals with him. He does not reject the offer made; only he sends the man to prayer and self-review, giving him, in one far-reaching sentence, to see what in his rashness he had been undertaking. ‘Follow me whither-soever I go? Knowest thou not that I am the poorest of all; that, in my Father’s world, I am the One despised and rejected. No throne, no royalties, no kingdom as thou conceivest of a kingdom? The fox has its hole, the bird has its nest, the Son of man hath not where to lay his head. Think, then, on that to which thou wouldst pledge thyself.’ A word still called for! The will which is eager to follow is sometimes slow to receive the Law of the spirit of the life which is in Christ Jesus.” [= Tiga orang ini adalah jenis-jenis dari golongan-golongan yang wakil-wakilnya kita tak perlu pergi jauh untuk mencari. 1. Di sana ada murid yang tergesa-gesa. (Ay 57). ‘Tuhan, aku akan mengikut Engkau kemanapun Engkau pergi’. Di sana tidak ada pengertian tentang apa yang terlibat dalam kata ‘kemanapun’. Di sana tidak ada perhitungan tentang ongkosnya. Ia adalah orang dari dorongan hati yang tiba-tiba dan perasaan hangat yang segar, yang ‘telah menerima beberapa firman dari Yesus dengan sukacita, tetapi tidak mempunyai akar dalam dirinya sendiri’ (bdk. Mat 13:5-6,20-21). Kata-kata ‘Aku mau’ menunjukkan kekuatannya sendiri, yang hanyalah kelemahan (bdk. Mat 26:41). Perhatikan bagaimana Tuhan menangani dia. Ia tidak menolak tawaran yang dibuat; hanya mengarahkan orang itu pada doa dan melakukan pemeriksaan diri, memberi dia, dalam satu kalimat yang jauh jangkauannya, untuk melihat apa yang telah ia janjikan dalam ketergesa-gesaan. "Mengikut Aku kemanapun Aku pergi? Tidak tahukah kamu bahwa Aku adalah orang yang paling miskin dari semua; bahwa, dalam dunia BapaKu, Aku adalah ‘Yang dihina dan ditolak’. Tak ada takhta, tak ada status / otoritas raja, tak ada kerajaan sebagaimana yang engkau mengerti tentang suatu kerajaan? Rubah mempunyai liangnya, burung mempunyai sarangnya, Anak  Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepalaNya. Jadi, renungkan hal pada mana engkau sendiri telah berjanji". Suatu kata-kata yang tetap dibutuhkan! Kehendak yang sangat ingin untuk mengikut kadang-kadang lambat untuk menerima hukum dari Roh kehidupan yang ada dalam Kristus Yesus.] - hal 252.

 

J. C. Ryle: “the person who made this offer was evidently speaking without thought. He had never considered what discipleship involved. He had never counted the cost. ... He must not suppose that everything would be plain sailing in Christ’s service. Was he prepared for this? Was he ready to endure hardness (see 2 Timothy 2:3)? If not, he had better withdraw his offer to be a disciple. Our Lord would have no one enlisted under false pretenses. He does not want us to be ignorant that we have deadly enemies - the world, the flesh, and the Devil - and that many will hate us, slander us, and persecute us if we become his disciples. He does not wish to discourage us, but he does want us to know the truth.” [= Orang yang membuat tawaran ini jelas sedang berbicara tanpa berpikir. Ia tidak pernah mempertimbangkan apa ongkos dari kemuridan. Ia tidak pernah menghitung ongkosnya. ... Ia tidak boleh menganggap bahwa segala sesuatu akan merupakan pelayaran yang mulus dalam pelayanan Kristus. Apakah ia siap untuk ini? Apakah ia siap untuk menahan kesukaran / hal-hal yang keras (2Tim 2:3)? Jika tidak, ia lebih baik menarik kembali tawarannya untuk menjadi seorang murid. Tuhan kita tidak mau seorangpun terdaftar di bawah khayalan-khayalan palsu. Ia tidak ingin kita tidak tahu bahwa kita mempunyai musuh-musuh yang mematikan - dunia, daging, dan Iblis / setan - dan bahwa banyak orang akan membenci kita, memfitnah kita, dan menganiaya kita jika kita menjadi murid-muridNya. Ia tidak ingin mengecilkan hati kita, tetapi Ia ingin kita mengetahui kebenarannya.] - Libronix.

2Tim 2:3 - Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus..

 

I. Howard Marshall: “The man is willing to follow Jesus literally where he goes (22:33). The thought is of belonging to the close group of disciples who accompanied Jesus on his travels rather than to the wider group who were not called to be with him in this way. ... But Jesus bids the man count the cost. As the Son of man he experiences rejection and homelessness, and (it is implied) his followers must be prepared for the same experience.” [= Orang ini mau mengikuti Yesus kemanapun Ia pergi (22:33). Pemikirannya adalah termasuk dalam kelompok yang dekat dari murid-murid yang menyertai Yesus dalam perjalananNya dan bukannya kelompok yang lebih besar yang tidak dipanggil untuk bersama dengan Dia dengan cara ini. ... Tetapi Yesus meminta orang itu untuk menghitung ongkosnya. Sebagai Anak  Manusia Ia mengalami penolakan dan keadaan tak punya rumah, dan (itu dinyatakan secara implicit) para pengikutNya harus siap untuk pengalaman yang sama.] - ‘The Gospel of Luke’ (Libronix).

 

Lenski: “From the reply of Jesus we see that this man is too ready, his offer too complete. It resembles that of Peter recorded in John 13:36, 37; Luke 22:33. He is like the seed on stony ground that grew quickly but lacked root to withstand the hot sun. He is an idealist, enthusiastic, of sanguine temperament. He is superficial and does not count the cost. He sees the soldiers on parade, the fine uniforms and the glittering arms, and is eager to join but forgets the exhausting marches, the bloody battles, the graves, perhaps unmarked. It is less cruel to disillusion such a man than to let him rush in and go down in disappointment.[= Dari jawaban Yesus kita melihat bahwa orang ini ‘terlalu siap’, tawaran / usulnya terlalu lengkap / sempurna. Itu menyerupai tawaran / usul Petrus yang dicatat dalam Yoh 13:36,37; Luk 22:33. Ia seperti benih di tanah berbatu yang tumbuh dengan cepat tetapi tak mempunyai akar untuk menahan matahari yang panas (Mat 13:5-6,20-21). Ia seorang idealist, antusias, bertemperamen sanguinis. Ia dangkal / bersifat lahiriah dan tidak menghitung ongkosnya (Luk 14:28). Ia melihat parade / tentara berbaris, seragam yang bagus dan senjata yang berkilau, dan sangat ingin untuk bergabung tetapi melupakan tindakan berbaris yang menghabiskan tenaga, pertempuran-pertempuran yang berdarah, kuburan-kuburan yang mungkin tidak ditandai. Adalah tidak terlalu kejam untuk menghancurkan idealisme dari orang seperti itu, dari pada membiarkannya untuk melakukan hal itu tanpa persiapan dan jatuh dalam kekecewaan.].

 

Yoh 13:36-37 - “(36) Simon Petrus berkata kepada Yesus: ‘Tuhan, ke manakah Engkau pergi?’ Jawab Yesus: ‘Ke tempat Aku pergi, engkau tidak dapat mengikuti Aku sekarang, tetapi kelak engkau akan mengikuti Aku.’ (37) Kata Petrus kepadaNya: ‘Tuhan, mengapa aku tidak dapat mengikuti Engkau sekarang? Aku akan memberikan nyawaku bagiMu!.

 

Luk 22:33 - Jawab Petrus: ‘Tuhan, aku bersedia masuk penjara dan mati bersama-sama dengan Engkau!.

 

Bdk. Mat 13:5-6,20-21 - “(5) Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itupun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. (6) Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar. ... (20) Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira. (21) Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang itupun segera murtad..

 

William Hendriksen (tentang Luk 9:57-58): “Therefore let the scribe figure the cost before he builds the tower. Let him consider that permanent discipleship implies struggle and warfare. ... To be sure, there are glorious rewards for all true followers of the Lord, but it is ever the way of the cross that leads home (Matt. 10:24; Luke 14:26; John 16:33; II Tim. 3:12; Heb. 13:13).” [= Karena itu hendaklah ahli Taurat itu menghitung ongkosnya sebelum ia membangun menara. Biarlah ia mempertimbangkan bahwa kemuridan yang permanen melibatkan pergumulan dan peperangan. ... Memang pasti, di sana ada upah / pahala yang mulia bagi semua pengikut Tuhan, tetapi jalan saliblah yang selalu membimbing ke rumah (Mat 10:24; Luk 14:26; Yoh 16:33; 2Tim 3:12; Ibr 13:13).].

Mat 10:24-25 - “(24) Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya, atau seorang hamba dari pada tuannya. (25) Cukuplah bagi seorang murid jika ia menjadi sama seperti gurunya dan bagi seorang hamba jika ia menjadi sama seperti tuannya. Jika tuan rumah disebut Beelzebul, apalagi seisi rumahnya.”.

Luk 14:26 - “‘Jikalau seorang datang kepadaKu dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi muridKu.”.

Yoh 16:33 - “Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia.’”.

2Tim 3:12 - “Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya,”.

Ibr 13:13 - “Karena itu marilah kita pergi kepadaNya di luar perkemahan dan menanggung kehinaanNya.”.

 

Saya sendiri ingin menambahkan beberapa ayat:

 

1Pet 4:12 - “Saudara-saudara yang kekasih, janganlah kamu heran akan nyala api siksaan yang datang kepadamu sebagai ujian, seolah-olah ada sesuatu yang luar biasa terjadi atas kamu.”.

 

2Kor 1:8-9a - “(8) Sebab kami mau, saudara-saudara, supaya kamu tahu akan penderitaan yang kami alami di Asia Kecil. Beban yang ditanggungkan atas kami adalah begitu besar dan begitu berat, sehingga kami telah putus asa juga akan hidup kami. (9a) Bahkan kami merasa, seolah-olah kami telah dijatuhi hukuman mati.”.

 

Dan kalau mau text yang panjang, baca seluruh Ibr 11, tentang pahlawan-pahlawan iman, dan penderitaan-penderitaan mereka!

 

Tetapi bagaimana dengan ayat di bawah ini?

Mat 11:30 - “Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan bebanKupun ringan.’”.

Ini akan saya bahas, kalau saya membahas Luk 10:21-22. Untuk sekarang ini cukuplah kalau saya katakan bahwa kita tak bisa menafsirkan Mat 11:30 sehingga menabrak ayat-ayat yang banyak itu.

 

William Barclay (tentang Mat 8:18-22): No sooner had the scribe undergone this reaction than Jesus told him that the foxes have their lairs and the birds of the sky have a place in the trees to rest, but the Son of Man has no place on earth to lay his head. It is as if Jesus said to this man: ‘Before you follow me - think what you are doing. Before you follow me - count the cost.’ Jesus did not want followers who were swept away by a moment of emotion, which quickly blazed and just as quickly died. He did not want those who were carried away by a tide of mere feeling, which quickly flowed and just as quickly ebbed. He wanted disciples who knew what they were doing. He talked about taking up a cross (Matthew 10:38). He talked about setting himself above the dearest relationships in life (Luke 14:26); he talked about giving away everything to the poor (Matthew 19:21). He was always saying: ‘Yes, I know that your heart is running out to me, but - do you love me enough for that?’ [= Segera setelah ahli Taurat ini melewati tanggapan ini Yesus memberitahunya bahwa rubah mempunyai liang / sarang dan burung-burung di langit mempunyai suatu tempat di pohon-pohon untuk beristirahat, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat di bumi untuk meletakkan kepalaNya. Itu adalah seakan-akan Yesus berkata kepada orang ini: ‘Sebelum engkau mengikuti Aku - pikirkan apa yang engkau sedang lakukan. Sebelum engkau mengikuti Aku - hitunglah ongkosnya’. Yesus tidak menginginkan pengikut-pengikut yang ditenggelamkan oleh suatu saat emosionil, yang dengan cepat berkobar dan dengan sama cepatnya mati / padam. Ia tidak menginginkan mereka yang terbawa oleh suatu pasang dari semata-mata perasaan, yang dengan cepat mengalir / meningkat dan dengan sama cepatnya surut. Ia menginginkan murid-murid yang mengetahui apa yang mereka sedang lakukan. Ia berbicara tentang pemikulan salib (Mat 10:38). Ia berbicara tentang meletakkan diriNya sendiri di atas hubungan-hubungan yang paling dikasihi / dihargai dalam kehidupan (Luk 14:26); Ia berbicara tentang memberikan segala sesuatu kepada orang-orang miskin (Mat 19:21). Ia selalu berkata: ‘Ya, Aku tahu bahwa hatimu sedang lari dengan cepat kepadaKu, tetapi - apakah engkau mengasihi Aku secara cukup untuk itu?’].

 

c)   Ia ingin ikut Yesus karena ingin mendapatkan keuntungan duniawi.

 

Barnes’ Notes (tentang Mat 8:19-20): It is not improbable that this man had seen the miracles of Jesus, and had formed an expectation that by following him he would obtain some considerable worldly advantage. Christ, in reply to his professed purpose to follow him, proclaimed his own poverty, and dashed the hopes of the avaricious scribe.[= Bukannya tidak mungkin bahwa orang ini telah melihat mujijat-mujijat dari Yesus, dan telah membentuk suatu pengharapan bahwa dengan mengikuti Dia ia akan mendapatkan beberapa keuntungan duniawi yang besar. Kristus, dalam menjawab tujuan yang diakuinya untuk mengikuti Dia, menyatakan kemiskinanNya, dan menghancurkan pengharapan-pengharapan dari si ahli Taurat yang tamak.].

 

Bandingkan ini dengan Simon tukang sihir dalam Kis 8!

 

William Hendriksen (tentang Luk 9:57-58): “As to the first aspirant, what he says to Jesus is a remarkable declaration indeed, especially coming, as Matthew states, from a scribe. ... As a group the scribes were generally hostile to Jesus (Luke 5:21, 30; 6:7; 9:22; 11:53, 54; 15:2; 19:47; 20:1, 2, 19, 46; 22:2, 66–71; 23:10). Moreover, the scribes were themselves teachers; yet this teacher acknowledges Jesus as his teacher and so addresses him. Finally, of his sincerity there can be no doubt. At the particular moment when he uttered his promise he actually meant it: he wanted to be a constant follower of Jesus. There is something very attractive about the words, ‘I will follow you wherever you go.’ ... Nevertheless, as Christ’s answer clearly indicates, this man’s intentions were not altogether honorable. He saw crowds, miracles, enthusiasm, etc. It seemed so good to be closely associated with the One who was in the very center of all this action. So, he wanted to be Christ’s disciple, but he failed to understand the implications of discipleship, namely, self-denial, sacrifice, service, suffering!” [= Berkenaan dengan pemohon yang pertama, apa yang ia katakan kepada Yesus memang merupakan suatu pernyataan yang menyolok / luar biasa, khususnya karena itu datang, seperti Matius nyatakan, dari seorang ahli Taurat. ... Sebagai suatu kelompok ahli-ahli Taurat pada umumnya bersikap bermusuhan terhadap Yesus (Luk 5:21,30; 6:7; 9:22; 11:53,54; 15:2; 19:47; 20:1,2,19,46; 22:2,66–71; 23:10). Lebih lagi, ahli-ahli Taurat sendiri adalah guru-guru; tetapi guru ini mengakui Yesus sebagai gurunya dan menyebutNya demikian. Terakhir, tentang ketulusannya di sana tak ada keraguan. Pada saat khusus / tertentu pada waktu ia mengucapkan janjinya, ia betul-betul memaksudkannya: ia ingin untuk menjadi seorang pengikut konstan dari Yesus. Di sana ada sesuatu yang sangat menarik tentang kata-kata, ‘Aku akan mengikut Engkau kemana saja Engkau pergi’. ... Tetapi bagaimanapun, seperti yang jawaban Kristus tunjukkan secara jelas, maksud orang ini tidaklah sepenuhnya terhormat. Ia melihat kumpulan orang banyak, mujijat-mujijat, semangat, dsb. Kelihatannya begitu bagus untuk berhubungan / terlibat secara dekat dengan Orang yang ada di tengah-tengah dari semua tindakan ini. Jadi, ia ingin menjadi murid Kristus, tetapi ia gagal untuk mengerti hal-hal yang terlibat dalam kemuridan, yaitu, penyangkalan diri, pengorbanan, pelayanan, penderitaan!].

 

Ilustrasi: orang yang mau menaklukkan Mount Everest, membayangkan dirinya sampai di puncak, menancapkan bendera di puncak, menikmati keindahan pemandangan di puncak, membuat foto-foto selfie di puncak yang nantinya bisa ia pamerkan kepada seadanya orang, membayangkan bahwa pada waktu pulang ia akan disambut dan dielu-elukan oleh banyak orang, bahkan mungkin akan menghadap presiden untuk mendapatkan penghormatan, masuk koran / TV, dan sebagainya. Tetapi ia tak pernah mempertimbangkan apa yang harus ia siapkan, baik barang-barang maupun fisiknya, dan kesukaran dan penderitaan, dan bahkan resiko / bahaya apa yang harus ia alami, sebelum ia bisa sampai ke puncak Mount Everest!

 

Calvin kelihatannya mempunyai pandangan yang sama dengan Albert Barnes. Tetapi kelihatannya Calvin juga menambahkan hal-hal yang termasuk dalam point b) di atas.

 

Calvin (tentang Mat 8:19): Whence arose the great readiness of the scribe to prepare himself immediately to accompany Christ, but from his not having at all considered the hard and wretched condition of his followers? We must bear in mind that he was a scribe, who had been accustomed to a quiet and easy life, had enjoyed honor, and was ill-fitted to endure reproaches, poverty, persecutions, and the cross. He wishes indeed to follow Christ, but dreams of an easy and agreeable life, and of dwellings filled with every convenience; whereas the disciples of Christ must walk among thorns, and march to the cross amidst uninterrupted afflictions. The more eager he is, the less he is prepared. He seems as if he wished to fight in the shade and at ease, neither annoyed by sweat nor by dust, and beyond the reach of the weapons of war. There is no reason to wonder that Christ rejects such persons: for, as they rush on without consideration, they are distressed by the first uneasiness of any kind that occurs, lose courage at the first attack, give way, and basely desert their post. Besides, this scribe might have sought a place in the family of Christ, in order to live at his table without expense, and to feed luxuriously without toil. Let us therefore look upon ourselves as warned, in his person, not to boast lightly and at ease, that we will be the disciples of Christ, while we are taking no thought of the cross, or of afflictions; but, on the contrary, to consider early what sort of condition awaits us. The first lesson which he gives us, on entering his school, is to ‘deny ourselves, and take up his cross,’ (Matthew 16:24.)[= Dari mana muncul kesiapan yang begitu besar dari ahli Taurat ini untuk segera mempersiapkan dirinya sendiri untuk menyertai Kristus, kecuali dari tidak adanya pertimbangan sama sekali keadaan sukar / berat dan buruk dari pengikut-pengikutNya? Kita harus mengingat bahwa ia adalah seorang ahli Taurat, yang telah terbiasa pada suatu kehidupan yang tenang dan mudah, telah menikmati penghormatan, dan tidak cocok untuk menahan celaan-celaan, kemiskinan, penganiayaan dan salib. Ia memang ingin untuk mengikut Kristus, tetapi ia bermimpi tentang suatu kehidupan yang mudah dan menyenangkan, dan tentang tempat tinggal yang penuh dengan setiap kenyamanan; sedangkan murid-murid Kristus harus berjalan di antara duri-duri, dan berbaris pada salib di tengah-tengah penderitaan yang terus menerus. Makin ia ingin cepat-cepat, makin ia kurang siap. Ia kelihatan seakan-akan ingin untuk bertempur di bawah bayang-bayang dan dengan santai, tak diganggu oleh keringat atau oleh debu, dan berada di luar jangkauan dari senjata-senjata perang. Di sana tidak ada alasan untuk heran bahwa Kristus menolak orang-orang seperti ini: karena, pada waktu mereka tergesa-gesa tanpa pertimbangan, mereka akan menderita oleh ketidak-nyamanan pertama dari jenis apapun yang terjadi, kehilangan keberanian pada serangan pertama, mundur / ambruk, dan secara hina meninggalkan posisi dimana mereka ditempatkan. Disamping, ahli Taurat ini bisa telah mencari suatu tempat dalam keluarga Kristus, supaya bisa hidup dari mejaNya tanpa biaya, dan untuk makan secara mewah tanpa jerih payah. Karena itu, hendaklah kita melihat kepada diri kita sendiri sebagai diperingatkan dalam diri orang ini, untuk tidak bermegah dengan enteng dan mudah, bahwa kita akan menjadi murid-murid Kristus, sedangkan / pada waktu kita tidak mempunyai pemikiran tentang salib, atau penderitaan-penderitaan; tetapi, sebaliknya, untuk mempertimbangkan dari awal jenis keadaan yang bagaimana yang menantikan kita. Pelajaran pertama yang Ia berikan kepada kita, pada waktu memasuki sekolahNya, adalah ‘menyangkal diri kita sendiri, dan memikul salibNya’, (Mat 16:24).].

Catatan: Saya ingin mengomentari 2 bagian yang saya cetak dengan huruf besar dan beri warna hijau.

1.   Bagian yang pertama, itu tidak mutlak. Paulus juga berasal dari kalangan seperti itu, tetapi ia bisa menjadi murid / pengikut Kristus!

2.   Bagian yang kedua itu kurang tepat. Kristus tidak menolak orang itu, tetapi lebih cocok kalau dikatakan bahwa Kristus menyuruh orang itu mempertimbangkan niatnya lebih dulu, menghitung ongkosnya, dan sebagainya.

 

Calvin (tentang Mat 8:20): “‘Foxes have holes.’ The Son of God describes by these words what was his condition while he lived on the earth, but, at the same time, informs his disciples what sort of life they must be prepared to expect. And yet it is strange that Christ should say, that he had not a foot of earth on which he could ‘lay his head,’ while there were many godly and benevolent persons, who would willingly receive him into their houses. But this was spoken, it ought to be observed, as a warning to the scribe, not to expect an abundant and rich hire, as if he had a wealthy master, while the master himself receives a precarious subsistence in borrowed houses. [= ‘Rubah mempunyai liang’. Anak Allah menggambarkan dengan kata-kata ini bagaimana keadaanNya pada waktu Ia hidup di bumi / dunia, tetapi, pada saat yang sama, memberi informasi kepada murid-muridNya jenis kehidupan yang bagaimana yang mereka harus siap untuk harapkan. Tetapi adalah aneh bahwa Kristus berkata, bahwa Ia tidak mempunyai satu kaki dari bumi / dunia pada mana Ia bisa ‘meletakkan kepalaNya’, sedangkan di sana ada banyak orang-orang saleh dan baik, yang mau menerima Dia di dalam rumah mereka. Tetapi harus diperhatikan, bahwa ini diucapkan sebagai suatu peringatan kepada ahli Taurat itu, untuk tidak mengharapkan upah / bayaran yang berlimpah-limpah dan kaya / banyak, seakan-akan ia mempunyai seorang tuan yang kaya, sedangkan tuan itu sendiri menerima hal-hal untuk bertahan hidup yang tergantung pada kebaikan orang dalam rumah-rumah yang dipinjam.].

 

Lenski: “Jesus neither accepts nor declines his offer. His reply strikes the heart of the matter: the man must see what his offer involves, not in idealism, but in sober, sane realism. Jesus illuminates the way on which he leads his disciples, and this way is not bordered with roses.” [= Yesus tidak menerima ataupun menolak tawarannya. JawabanNya memukul pokok / inti dari persoalannya: orang itu harus melihat apa yang terlibat dalam tawarannya, bukan dalam idealisme, tetapi dalam realisme yang sadar dan waras. Yesus menerangi jalan pada mana Ia membimbing murid-muridNya, dan jalan ini bukannya dibatasi dengan bunga-bunga mawar.].

 

Catatan: ini perlu diingat dan dicamkan oleh semua orang kristen yang dalam memberitakan Injil, hanya memberitakan enak-enaknya saja!!! Dan juga oleh orang Kristen yang mendengar ajaran semacam itu, dan mempercayainya! Bandingkan dengan ajaran tentang ‘rapture’, yang mengatakan bahwa orang percaya sudah diangkat SEBELUM masa kesukaran besar!

 

Leon Morris (Tyndale): Animals and birds have their places of habitation, ‘but the Son of man has nowhere to lay his head.’ This is an incidental glimpse of the cost of the incarnation. And it shows that the follower of Jesus must not reckon on luxurious living.[= Binatang-binatang dan burung-burung mempunyai tempat tinggal mereka, ‘tetapi Anak  Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepalaNya’. Ini adalah suatu kilasan yang terjadi tentang harga dari inkarnasi. Dan itu menunjukkan bahwa pengikut Yesus tidak boleh memperhitungkan kehidupan yang mewah.].

 

Komentar saya: alangkah ‘sesuainya’ kata-kata Leon Morris ini dengan ajaran dari Theologia Kemakmuran!!! Tentu saja saya mengucapkan ini secara sarkastik!

 

Bdk. Mat 13:7,22 - “(7) Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati. ... (22) Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah..

 

David Gooding: “Those who start out to follow Christ on the road to glory, must be prepared to give up the idea of this world as their home; they become travellers, restlessly moving on, using life’s lodging-houses on the way, but with no place to settle down this side of heaven.” [= Mereka yang mulai mengikut Kristus di jalan menuju kemuliaan, harus siap untuk menyerahkan gagasan tentang dunia ini sebagai rumah mereka; mereka menjadi orang yang bepergian, bergerak tanpa henti, menggunakan rumah-rumah sewaan dari kehidupan di jalan, tetapi tanpa tempat untuk memulai suatu kehidupan yang stabil / mapan pada sisi ini dari surga.] - hal 194.

 

Matthew Henry: He glories in his condescension towards us, not only to the meanness of our nature, but to the meanest condition in that nature, to testify his love to us, and to teach us a holy contempt of the world and of great things in it, and a continual regard to another world. Christ was thus poor, to sanctify and sweeten poverty to his people; the apostles had not certain dwelling-place (1 Cor 4:11), which they might the better bear when they knew their Master had not;[= Ia bermegah dalam perendahanNya kepada kita, bukan hanya pada kehinaan dari hakekat kita, tetapi pada keadaan yang paling hina dari hakekat itu, untuk menyaksikan kasihNya kepada kita, dan untuk mengajar kita suatu kejijikan yang kudus tentang dunia ini dan tentang hal-hal besar di dalamnya, dan suatu perhatian yang terus menerus pada dunia yang lain. Kristus adalah begitu miskin, untuk menguduskan dan memaniskan kemiskinan bagi umatNya; rasul-rasul tidak mempunyai tempat tinggal yang pasti (1Kor 4:11), yang bisa mereka pikul dengan lebih baik pada waktu mereka tahu Tuan mereka tidak mempunyainya;].

 

Luk 16:13-15 - “(13) Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.’ (14) Semuanya itu didengar oleh orang-orang Farisi, hamba-hamba uang itu, dan mereka mencemoohkan Dia. (15) Lalu Ia berkata kepada mereka: ‘Kamu membenarkan diri di hadapan orang, tetapi Allah mengetahui hatimu. Sebab apa yang dikagumi manusia, dibenci oleh Allah..

 

1Kor 4:11 - Sampai pada saat ini kami lapar, haus, telanjang, dipukul dan hidup mengembara,.

KJV: have no certain dwellingplace; [= tak mempunyai tempat tinggal yang pasti].

RSV/NIV/NASB: ‘homeless’ [= tanpa rumah].

 

d)   Lenski memberikan penerapan yang lebih luas dari pada sekedar mempertimbangkan suatu kehidupan yang sukar dalam mengikut Yesus.

 

Lenski: “It would be too narrow a view to think that Jesus wanted this scribe merely to forsake his easy life for a hard one. Jesus uses his homelessness merely as an illustration of the path his followers must walk by choosing the spiritual instead of the carnal, the life with eternal purposes instead of the temporal, heavenly treasures instead of earthly wealth.” [= Merupakan suatu pandangan yang terlalu sempit untuk berpikir bahwa Yesus menginginkan ahli Taurat ini semata-mata untuk meninggalkan kehidupannya yang mudah untuk suatu kehidupan yang sukar / berat. Yesus menggunakan keadaanNya yang tidak mempunyai rumah semata-mata sebagai suatu ilustrasi tentang jalan yang harus dijalani oleh para pengikutNya dengan memilih yang rohani dari pada yang bersifat daging, kehidupan dengan tujuan-tujuan kekal dari pada yang bersifat sementara, harta surgawi dari pada kekayaan duniawi.].

 

5)   Kita harus belajar sesuatu dari sikap Yesus yang tidak cepat-cepat menerima orang itu sebagai pengikutNya.

 

Pulpit Commentary (tentang ay 61-62): “How eager we are to secure followers, how pleased and proud to add to our ranks! Especially when a cause is yet young are we desirous of making converts and counting new disciples. At this time the cause of Christianity was very far from being an assured success; yet Jesus did not hurry to be successful, to crowd his Church. He said to the scribe - not an ordinary disciple - ‘Foxes have holes,’ etc. (Matt. 8:19, 20; ver. 58). He risked the attachment of another (ver. 60); and again of this man (text). ... It is never well to hurry even good issues; we should only work with right instruments, content to wait for the result.” [= Betapa inginnya kita untuk memastikan pengikut-pengikut, betapa menyenangkan dan bangga untuk menambahkan pada posisi / ranking kita! Khususnya pada waktu suatu kondisi masih muda kita ingin untuk membuat petobat-petobat dan menghitung murid-murid yang baru. Pada saat ini (pada abad pertama itu) kondisi dari kekristenan masih sangat jauh dari keadaan sukses yang pasti; tetapi Yesus tidak tergesa-gesa untuk menjadi sukses, untuk memenuhi GerejaNya. Ia berkata kepada ahli Taurat itu - bukan seorang murid biasa - ‘Rubah mempunyai liang’, dst. (Mat 8:19-20; ay 58). Ia meresikokan ikutnya orang yang lain (ay 60); dan lagi tentang orang ini (text / ay 61-62). ... Tidak pernah benar / bijaksana untuk tergesa-gesa bahkan dalam persoalan-persoalan yang baik; kita harus bekerja hanya dengan alat-alat / cara-cara yang benar, puas untuk menunggu hasilnya.] - hal 264-265.

Catatan: saya tidak pasti bagaimana menterjemahkan kata ‘cause’ yang dipakai di sini. Free Dictionary memberikan salah satu arti, yang menurut saya paling cocok dengan kalimatnya, sebagai berikut: ‘a person, event, or condition, that is responsible for an action or result’ [= seseorang, peristiwa, atau kondisi, yang bertanggung-jawab untuk suatu tindakan atau hasil], dan dalam terjemahan saya, saya singkat hanya sebagai ‘kondisi’. Mungkin juga bisa diterjemahkan sebagai ‘perkara’.

 

William Barclay: It may well be that we have done great hurt to the Church by letting people think that church membership need not make so very much difference. We ought to tell them that it should make all the difference in the world. We might have fewer people; but those we had would be really pledged to Christ.[= Bisa saja bahwa kita telah melakukan luka yang besar kepada Gereja dengan membiarkan orang-orang berpikir bahwa keanggotaan gereja tidak perlu membuat perbedaan yang begitu besar. Kita harus memberitahu mereka bahwa itu membuat semua perbedaan di dunia / perbedaan yang sangat besar. Kita bisa mempunyai lebih sedikit orang; tetapi mereka yang kita punyai akan sungguh-sungguh terikat / membaktikan diri kepada Kristus.].

 

Bdk. 2Tim 4:3-4 - “(3) Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. (4) Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng..

 

6)   Matthew Henry menggunakan kata-kata Yesus ini untuk memberitakan Injil!

Matthew Henry: We may look upon this, (1.) As setting forth the very low condition that our Lord Jesus was in, in this world. He not only wanted the delights and ornaments that great princes usually have, but even such accommodations for mere necessity as the foxes have, and the birds of the air. See what a depth of poverty our Lord Jesus submitted to for us, to increase the worth and merit of his satisfaction, and to purchase for us a larger allowance of grace, ‘that we through his poverty might be rich,’ 2 Cor 8:9.[= Kita bisa melihat pada hal ini, (1.) Sebagai menunjukkan keadaan yang sangat rendah dalam mana Tuhan Yesus berada, dalam dunia ini. Ia bukan hanya kekurangan hal-hal yang menyenangkan dan hiasan-hiasan / sumber-sumber kehormatan / kebanggaan yang biasanya dimiliki oleh pangeran-pangeran yang agung, tetapi bahkan akomodasi yang tak lebih dari kebutuhan seperti yang dimiliki oleh rubah, dan burung-burung di udara. Lihatlah kedalaman dari kemelaratan yang bagaimana yang Tuhan kita Yesus alami untuk kita, untuk meningkatkan nilai dan jasa dari pemuasanNya, dan untuk membeli bagi kita suatu jumlah yang lebih besar dari kasih karunia yang diijinkan, ‘supaya kita melalui kemiskinanNya bisa menjadi kaya’, 2Kor 8:9.].

2Kor 8:9 - “Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinanNya.”.

Catatan: kalau kita membaca kontextnya, mulai 2Kor 8:1, jelas bahwa kata ‘kaya’ bagi kita itu, bukan kaya secara jasmani, tetapi secara rohani! Jadi, 2Kor 8:9 sama sekali tak mendukung Theologia Kemakmuran!

 

7)   Bagaimana hasil akhirnya? Apakah ahli Taurat ini jadi mengikut Kristus?

 

William Hendriksen (tentang Luk 9:57-58): “Whether this scribe ever became a steadfast follower is not recorded. After all, that is not nearly as important as is the lesson itself.” [= Apakah ahli Taurat ini pernah menjadi seorang pengikut yang setia tidak dicatat (dalam Alkitab). Bagaimanapun, itu sedikitpun tidak sepenting pelajaran itu sendiri.].

 

Lenski (tentang Luk 9:58): “Did this scribe follow Jesus? We are not told. If you had been in that scribe’s position, what would you have done?” [= Apakah ahli Taurat ini mengikuti Yesus? Kita tidak diberitahu. Seandainya engkau berada di posisi dari ahli Taurat itu, apa yang akan engkau lakukan?].

 

Contoh-contoh lain yang mirip adalah dalam kasus Yunus (Yun 4:1-11), dan juga kasus anak sulung (Luk 15:25-32). Alkitab tak menceritakan reaksi Yunus maupun anak sulung.

 

Yun 4:1-11 - “(1) Tetapi hal itu sangat mengesalkan hati Yunus, lalu marahlah ia. (2) Dan berdoalah ia kepada TUHAN, katanya: ‘Ya TUHAN, bukankah telah kukatakan itu, ketika aku masih di negeriku? Itulah sebabnya, maka aku dahulu melarikan diri ke Tarsis, sebab aku tahu, bahwa Engkaulah Allah yang pengasih dan penyayang, yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia serta yang menyesal karena malapetaka yang hendak didatangkanNya. (3) Jadi sekarang, ya TUHAN, cabutlah kiranya nyawaku, karena lebih baik aku mati dari pada hidup.’ (4) Tetapi firman TUHAN: ‘Layakkah engkau marah?’ (5) Yunus telah keluar meninggalkan kota itu dan tinggal di sebelah timurnya. Ia mendirikan di situ sebuah pondok dan ia duduk di bawah naungannya menantikan apa yang akan terjadi atas kota itu. (6) Lalu atas penentuan TUHAN Allah tumbuhlah sebatang pohon jarak melampaui kepala Yunus untuk menaunginya, agar ia terhibur dari pada kekesalan hatinya. Yunus sangat bersukacita karena pohon jarak itu. (7) Tetapi keesokan harinya, ketika fajar menyingsing, atas penentuan Allah datanglah seekor ulat, yang menggerek pohon jarak itu, sehingga layu. (8) Segera sesudah matahari terbit, maka atas penentuan Allah bertiuplah angin timur yang panas terik, sehingga sinar matahari menyakiti kepala Yunus, lalu rebahlah ia lesu dan berharap supaya mati, katanya: ‘Lebih baiklah aku mati dari pada hidup.’ (9) Tetapi berfirmanlah Allah kepada Yunus: ‘Layakkah engkau marah karena pohon jarak itu?’ Jawabnya: ‘Selayaknyalah aku marah sampai mati.’ (10) Lalu Allah berfirman: ‘Engkau sayang kepada pohon jarak itu, yang untuknya sedikitpun engkau tidak berjerih payah dan yang tidak engkau tumbuhkan, yang tumbuh dalam satu malam dan binasa dalam satu malam pula. (11) Bagaimana tidak Aku akan sayang kepada Niniwe, kota yang besar itu, yang berpenduduk lebih dari seratus dua puluh ribu orang, yang semuanya tak tahu membedakan tangan kanan dari tangan kiri, dengan ternaknya yang banyak?’.

 

Luk 15:25-32 - “(25) Tetapi anaknya yang sulung berada di ladang dan ketika ia pulang dan dekat ke rumah, ia mendengar bunyi seruling dan nyanyian tari-tarian. (26) Lalu ia memanggil salah seorang hamba dan bertanya kepadanya apa arti semuanya itu. (27) Jawab hamba itu: Adikmu telah kembali dan ayahmu telah menyembelih anak lembu tambun, karena ia mendapatnya kembali dengan sehat. (28) Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan dia. (29) Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya: Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku. (30) Tetapi baru saja datang anak bapa yang telah memboroskan harta kekayaan bapa bersama-sama dengan pelacur-pelacur, maka bapa menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia. (31) Kata ayahnya kepadanya: Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu. (32) Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali.’.

 

Kita harus memikirkan apa reaksi kita kalau kita adalah Yunus, atau anak sulung itu, dan dalam Luk 9 ini, kalau kita adalah si ahli Taurat itu!

 

 

 

-bersambung-

 

 

Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.

E-mail : [email protected]

e-mail us at [email protected]

http://golgothaministry.org

Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:

https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ