Kebaktian

G. K. R. I. ‘GOLGOTA’

(Rungkut Megah Raya, blok D no 16)

 

Minggu, tgl 8 Juli 2018, pk 8.00 & 17.00

 

Pdt. Budi Asali, M. Div.

 

Link ke video di youtube:

 https://www.youtube.com/watch?v=An6_SeGQw2A

 

kesiapan untuk menjadi murid

 

Lukas 9:57-62(1)

 

Luk 9:57-62 - (57) Ketika Yesus dan murid-muridNya melanjutkan perjalanan mereka, berkatalah seorang di tengah jalan kepada Yesus: ‘Aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi.’ (58) Yesus berkata kepadanya: ‘Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepalaNya.’ (59) Lalu Ia berkata kepada seorang lain: ‘Ikutlah Aku!’ Tetapi orang itu berkata: ‘Izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan bapaku.’ (60) Tetapi Yesus berkata kepadanya: ‘Biarlah orang mati menguburkan orang mati; tetapi engkau, pergilah dan beritakanlah Kerajaan Allah di mana-mana.’ (61) Dan seorang lain lagi berkata: ‘Aku akan mengikut Engkau, Tuhan, tetapi izinkanlah aku pamitan dahulu dengan keluargaku.’ (62) Tetapi Yesus berkata: ‘Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.’.

 

Dari 3 kasus ini, kasus pertama dan kedua juga diceritakan oleh Matius.

Mat 8:18-22 - “(18) Ketika Yesus melihat orang banyak mengelilingiNya, Ia menyuruh bertolak ke seberang. (19) Lalu datanglah seorang ahli Taurat dan berkata kepadaNya: ‘Guru, aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi.’ (20) Yesus berkata kepadanya: ‘Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepalaNya.’ (21) Seorang lain, yaitu salah seorang muridNya, berkata kepadaNya: ‘Tuhan, izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan ayahku.’ (22) Tetapi Yesus berkata kepadanya: ‘Ikutlah Aku dan biarlah orang-orang mati menguburkan orang-orang mati mereka.’.

 

Lenski: “It seems evident that the three brief incidents which now follow are grouped together because of their similarity, not because they occurred in close succession or even during a certain period of time.” [= Kelihatannya jelas bahwa tiga kejadian singkat yang berikut sekarang ini dikelompokkan bersama-sama karena kemiripan mereka, bukan karena mereka terjadi dalam urut-urutan yang dekat atau bahkan dalam suatu periode waktu tertentu.].

 

Kalau dalam kontext sebelumnya (Luk 9:52-56) Lukas membicarakan orang-orang Samaria yang menolak Yesus, maka di sini ia membicarakan orang-orang yang mau mengikut Yesus.

 

I. Howard Marshall: “From the theme of opposition to Jesus Luke turns to his attitude to would-be disciples, three of whom express their willingness to follow him while he is on his way to Jerusalem but misunderstand the degree of self-sacrifice involved; to each of them Jesus indicates the stringent nature of discipleship. Those who would follow him wherever he goes must be ready to share the homeless lot of the Son of man, to place discipleship above the claims of family and duty, and to persevere to the end. The commitment required is absolute, and goes beyond that of a pupil to a rabbinic teacher (Hengel, Nachfolge, 3-17), or of an Elisha to Elijah.” [= Dari thema oposisi terhadap Yesus Lukas berbalik pada sikapNya terhadap calon-calon murid, tiga di antaranya menyatakan kemauan mereka untuk mengikuti Dia sementara Ia ada dalam perjalananNya ke Yerusalem, tetapi salah mengerti tentang tingkat pengorbanan diri sendiri yang terlibat; kepada masing-masing dari mereka Yesus menunjukkan sifat / hakekat yang keras / ketat dari kemuridan. Mereka yang mau mengikuti Dia kemanapun Ia pergi harus siap untuk ikut mengalami nasib tanpa rumah dari Anak  Manusia, menempatkan kemuridan di atas klaim dari keluarga dan kewajiban, dan untuk bertekun sampai akhir. Komitmen yang dituntut adalah mutlak, dan melampaui komitmen dari seorang pelajar kepada seorang guru / rabi (Hengel, Nachfolge, 3-17), atau dari seorang Elisa kepada Elia.] - ‘The Gospel of Luke’ (Libronix).

 

Leon Morris (Tyndale): This paragraph is located simply ‘along the road’. As Jesus journeyed some people announced their readiness to follow him. They were clearly well-intentioned, but had not realized the nature of the demands the kingdom makes.[= Paragraf ini terjadi dalam perjalanan. Pada waktu Yesus berjalan beberapa orang mengumumkan kesiapan mereka untuk mengikuti Dia. Mereka jelas bermaksud baik, tetapi tidak / belum menyadari sifat / hakekat dari tuntutan-tuntutan yang dibuat oleh Kerajaan itu.].

 

William Hendriksen (tentang Luk 9:57-62): “Christ’s firm determination to go to Jerusalem, there to die for all those who would place their trust in him, is here contrasted with the weak, conditional commitment (?) of three would-be followers. It is as if Jesus were saying, ‘My own determination to accomplish the task assigned to me, whatever the cost, must be an example to all my followers.’” [= Keputusan / ketetapan hati yang teguh dari Kristus untuk pergi ke Yerusalem, mati di sana bagi semua mereka yang percaya kepadaNya, di sini dikontraskan dengan komitment (?) yang lemah / bersyarat dari tiga calon pengikut. Seolah-olah Yesus berkata, ‘Keputusan / ketetapan hatiKu untuk melaksanakan tugas yang diberikan kepadaKu, apapun ongkosnya, harus menjadi teladan bagi semua pengikut-pengikutKu’.] - hal 559.

Catatan: tanda tanya (?) itu memang ada dalam buku aslinya. Mungkin maksud Hendriksen adalah bahwa komitmen 3 orang itu patut dipertanyakan.

 

I) Panggilan Yesus untuk mengikut Dia.

 

Ay 59a: “Lalu Ia berkata kepada seorang lain: ‘Ikutlah Aku!’”.

Mat 4:19 - “Yesus berkata kepada mereka: ‘Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.’”.

Mat 9:9 - “Setelah Yesus pergi dari situ, Ia melihat seorang yang bernama Matius duduk di rumah cukai, lalu Ia berkata kepadanya: ‘Ikutlah Aku.’ Maka berdirilah Matius lalu mengikut Dia.”.

Mat 19:21 - “Kata Yesus kepadanya: ‘Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.’”.

Yoh 1:43 - “Pada keesokan harinya Yesus memutuskan untuk berangkat ke Galilea. Ia bertemu dengan Filipus, dan berkata kepadanya: ‘Ikutlah Aku!’”.

 

‘Ikut Yesus’ pasti melibatkan ‘iman / percaya’, tetapi ‘ikut Yesus’ lebih luas dari pada sekedar ‘beriman / percaya kepada Yesus’. Dalam panggilan / perintah untuk percaya tidak ada persyaratan, tetapi dalam panggilan / perintah untuk ikut Yesus, ada persyaratan! Di bawah ini saya memberikan komentar-komentar dari para penafsir, dan juga ayat-ayat, yang menunjukkan bahwa ikut Yesus memang ada syarat-syaratnya!

 

Adam Clarke kelihatannya menyamakan antara ‘ikut Yesus’, dan ‘menjadi murid Yesus’.

 

Adam Clarke (tentang Mat 4:19): “‘Follow me.’ Come after me, ‎deute ‎‎opisoo ‎‎mou‎. Receive my doctrines, imitate me in my conduct - in every respect be my disciples.” [= ‘Ikutlah Aku’. Datanglah di belakangku, DEUTE OPISOO MOU. Terimalah ajaran-ajaranKu, tirulah Aku dalam tingkah lakuKu - dalam setiap segi jadilah murid-muridKu.].

Catatan:

1.   DEUTE = ‘come’ / datanglah; OPISOO = ‘behind’ / belakang (Bible Works 8).

2.   Kata Yunani DEUTE ada dalam bentuk present imperative, kata perintah bentuk present, yang merupakan suatu perintah yang harus ditaati terus menerus.

 

Adam Clarke (tentang Mat 9:9): “‘Follow me.’ That is, become my disciple.” [= ‘Ikutlah Aku’. Artinya, jadilah muridKu.].

 

Pulpit Commentary (tentang Luk 14:25-35): “Vers. 25–35. - The qualifications of his real disciples. Two short parables illustrative of the high price such a real disciple must pay if he would indeed be his.” [= Ay 25-35. - Persyaratan dari murid-muridNya yang sejati / sungguh-sungguh. Dua perumpamaan singkat tentang harga yang tinggi yang harus dibayar oleh seorang murid yang sejati / sungguh-sungguh, kalau ia memang adalah milikNya.].

 

Bandingkan dengan:

Yes 55:1 - Ayo, hai semua orang yang haus, marilah dan minumlah air, dan hai orang yang tidak mempunyai uang, marilah! Terimalah gandum tanpa uang pembeli dan makanlah, juga anggur dan susu tanpa bayaran!.

Ro 3:24 - dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus..

Keselamatan oleh / melalui iman memang gratis / cuma-cuma, tetapi menjadi murid / ikut Yesus harus membayar harga!

 

J. Vernon McGee: “In this section we see three applicants who want to become disciples of the Lord Jesus. Notice this is not giving the way of salvation. The question, ‘… what must I do to be saved?’ (Acts 16:30), is not asked here. Rather this is what is required to become a follower, a disciple of Christ.” [= Dalam bagian ini kita melihat tiga calon yang ingin menjadi murid dari Tuhan Yesus. Perhatikan bahwa ini tidak memberikan jalan keselamatan. Pertanyaan, ‘... apa yang harus aku lakukan untuk diselamatkan?’ (Kis 16:30), tidak ditanyakan di sini. Tetapi ini adalah apa yang dituntut untuk menjadi seorang pengikut, seorang murid dari Kristus.] - Libronix.

 

Kis 16:30-31 - “(30) Ia mengantar mereka ke luar, sambil berkata: ‘Tuan-tuan, apakah yang harus aku perbuat, supaya aku selamat?’ (31) Jawab mereka: ‘Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu.’”.

 

Matthew Henry (tentang Mat 4:18-22): Peter and Andrew straightway left their nets (v. 20); and James and John immediately left the ship and their father (v. 22); and they all followed him. Note, Those who would follow Christ aright, must leave all to follow him. Every Christian must leave all in affection, set loose to all, must hate father and mother (Luke 14:26), must love them less than Christ, must be ready to part with his interest in them rather than with his interest in Jesus Christ; but those who are devoted to the work of the ministry are, in a special manner, concerned to disentangle themselves from all the affairs of this life, that they may give themselves wholly to that work which requires the whole man.[= Petrus dan Andreas segera meninggalkan jala mereka (ay 20); dan Yakobus dan Yohanes segera meninggalkan perahu dan ayah mereka (ay 22); dan mereka semua mengikuti Dia. Perhatikan, Mereka yang mau mengikuti Kristus dengan benar, harus meninggalkan semua untuk mengikuti Dia. Setiap orang Kristen harus meninggalkan semua orang yang dikasihinya, melepaskan mereka semua, harus ‘membenci’ bapa dan ibu (Luk 14:26), harus mengasihi mereka kurang dari pada Kristus, harus siap berpisah dengan perhatiannya kepada mereka dari pada perhatiannya kepada Yesus Kristus; tetapi mereka yang membaktikan diri pada pekerjaan pelayanan, secara khusus, memikirkan untuk melepaskan diri mereka sendiri dari urusan-urusan kehidupan ini, supaya mereka bisa memberikan diri mereka sepenuhnya pada pekerjaan itu yang menuntut seluruh manusia (seluruh diri kita).].

 

Bdk. Mat 16:24 - Lalu Yesus berkata kepada murid-muridNya: ‘Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku..

 

Calvin (tentang Mat 16:24):He lays down a brief rule for our imitation, in order to make us acquainted with the chief points in which he wishes us to resemble him. It consists of two parts, ‘self-denial’ and a voluntary ‘bearing of the cross.’ ‘Let him deny himself.’ This self-denial is very extensive, and implies that we ought to give up our natural inclinations, and part with all the affections of the flesh, and thus give our consent to be reduced to nothing, provided that God lives and reigns in us. We know with what blind love men naturally regard themselves, how much they are devoted to themselves, how highly they estimate themselves. But if we desire to enter into the school of Christ, we must begin with that folly to which Paul (1 Corinthians 3:18) exhorts us, ‘becoming fools, that we may be wise;’ and next we must control and subdue all our affections.[= Ia menyatakan suatu peraturan singkat untuk kita tiru, untuk membuat kita akrab dengan pokok-pokok utama dalam mana Ia menginginkan kita untuk menyerupai Dia. Itu terdiri dari dua bagian, ‘penyangkalan diri’ dan suatu ‘pemikulan salib’ yang sukarela. ‘Hendaklah ia menyangkal dirinya sendiri’. Penyangkalan diri ini sangat luas, dan menunjukkan secara implicit bahwa kita harus menyerahkan kecondongan-kecondongan alamiah kita, dan berpisah dengan semua perasaan / keinginan daging, dan dengan demikian setuju untuk direndahkan sampai nihil, asalkan Allah hidup / tinggal dan bertakhta di dalam kita. Kita tahu dengan cinta buta yang bagaimana orang-orang secara alamiah memikirkan diri mereka sendiri, betapa banyak mereka membaktikan kepada diri mereka sendiri, betapa dengan tinggi mereka menilai diri mereka sendiri. Tetapi jika kita ingin untuk masuk ke dalam sekolah dari Kristus, kita harus mulai dengan kebodohan itu pada mana Paulus (1Kor 3:18) menasehati kita, ‘menjadi orang-orang bodoh, supaya kita bisa menjadi berhikmat’; dan selanjutnya kita harus mengendalikan dan menundukkan semua perasaan-perasaan / kesenangan-kesenangan kita.].

 

Matthew Henry (tentang Mat 16:24-28): Christ, having shown his disciples that he must suffer, and that he was ready and willing to suffer, here shows them that they must suffer too, and must be ready and willing. It is a weighty discourse that we have in these verses. I. Here is the law of discipleship laid down, and the terms fixed, upon which we may have the honour and benefit of it, v. 24. He said this to his disciples, not only that they might instruct others concerning it, but that by this rule they might examine their own security. Observe, 1. What it is to be a disciple of Christ; it is to come after him. When Christ called his disciples, this was the word of command, ‘Follow me.’ A true disciple of Christ is one that doth follow him in duty, and shall follow him to glory. He is one that comes after Christ, not one that prescribes to him, as Peter now undertook to do, forgetting his place. A disciple of Christ comes after him, as the sheep after the shepherd, the servant after his master, the soldiers after their captain; he is one that aims at the same end that Christ aimed at, the glory of God, and the glory of heaven: and one that walks in the same way that he walked in, is led by his Spirit, treads in his steps, submits to his conduct, and ‘follows the Lamb, whithersoever he goes,’ Rev 14:4. [= Kristus, setelah menunjukkan kepada murid-muridNya bahwa Ia harus menderita, dan bahwa Ia siap dan mau / rela untuk menderita, di sini menunjukkan kepada mereka bahwa mereka juga harus menderita, dan harus siap dan mau / rela. Apa yang kita dapatkan dalam ayat-ayat ini merupakan suatu pembicaraan yang berat. I. Di sini dinyatakan hukum dari pemuridan, dan syarat-syarat ditentukan, pada mana kita bisa mendapatkan kehormatan dan manfaat darinya, ay 24. Ia mengatakan ini kepada murid-muridNya, bukan hanya supaya mereka bisa mengajar orang-orang lain tentang hal itu, tetapi supaya oleh peraturan ini mereka bisa memeriksa keamanan / keyakinan diri mereka sendiri. Perhatikan, 1. Apa itu menjadi murid Kristus; itu adalah datang di belakangNya. Pada waktu Kristus memanggil murid-muridNya, ini adalah perintahNya, ‘Ikutlah Aku’. Seorang murid sejati dari Kristus adalah seseorang yang mengikut Dia dalam kewajiban, dan akan mengikut Dia pada kemuliaan. Ia adalah seseorang yang datang di belakang Kristus, bukan seseorang yang mengarahkan Dia, seperti Petrus sekarang berusaha lakukan (Mat 16:22), melupakan tempatnya / kedudukannya. Seorang murid dari Kristus datang di belakangNya, seperti domba di belakang gembala, pelayan di belakang tuannya, tentara di belakang kapten / komandan mereka; ia adalah seseorang yang membidik pada tujuan yang sama yang Kristus bidik, kemuliaan Allah, dan kemuliaan surga: dan seseorang yang berjalan di jalan yang sama yang Ia jalani, dibimbing oleh RohNya, menginjak / melangkah dalam langkah-langkahNya, tunduk pada bimbinganNya, dan ‘mengikuti Anak Domba, kemanapun Ia pergi’, Wah 14:4.].

 

Pulpit Commentary (tentang Mat 4:19): “Ver. 19. - ‘Follow me;’ come ye after me (Revised Version); δεῦτε ὀπίσω μου. There is no thought of continuous following from place to place (ἀκολουθεῖν), but of immediate detachment from the present sphere of their interest and of attachment to Jesus as their leader.” [= Ay 19. - ‘Ikutlah Aku’; datanglah kamu di belakangKu (Revised Version); δεῦτε ὀπίσω μου / DEUTE OPISO MOU. Di sana tak ada pemikiran tentang tindakan mengikut terus menerus dari tempat ke tempat (ἀκολουθεῖν / AKOLOUTHEIN), tetapi tentang perpisahan / pemutusan segera / langsung dari ruang lingkup kepentingan mereka sekarang ini dan tentang tindakan mengikatkan diri kepada Yesus sebagai pemimpin mereka.].

Catatan: memang yang penting bukan ikut secara jasmani, tetapi secara rohani / hati.

 

Barnes’ Notes (tentang Mat 16:24-28): ‘Let him, deny himself.’ That is, let him surrender to God his will, his affections, his body, and his soul. Let him not seek his own happiness as the supreme object, but be willing to renounce all, and lay down his life also, if required.[= ‘Hendaklah ia menyangkal dirinya sendiri’. Artinya, hendaklah ia menyerahkan kepada Allah kemauan / kehendaknya, perasaan / keinginannya, tubuhnya, dan jiwanya. Hendaklah ia tidak mengusahakan kebahagiaannya sendiri sebagai tujuan tertinggi / terutama, tetapi mau / rela menyerahkan / menolak semuanya, dan menyerahkan nyawanya juga, jika dibutuhkan / dituntut.].

 

William Hendriksen (tentang Mat 16:24): “By doing justice to the tenses of the verbs in the original verse 24 may be paraphrased as follows: ‘If anyone wishes to be (counted as) an adherent of mine, he must once and for all say farewell to self, decisively accept pain, shame, and persecution for my sake and in my cause, and must then follow and keep on following me as my disciple.’” [= Dengan memperlakukan secara adil tensa-tensa dari kata-kata kerja dalam bahasa aslinya, ay 24 bisa dituliskan dengan kata-kata sendiri sebagai berikut: ‘Jika siapapun ingin untuk menjadi (diperhitungkan sebagai) seorang pengikutKu, ia harus sekali dan selamanya mengucapkan selamat tinggal kepada diri sendiri, dengan ketegasan menerima rasa sakit, rasa malu, dan penganiayaan demi Aku dan dalam perkaraKu, dan lalu harus mengikut dan terus mengikut Aku sebagai muridKu’.].

Bdk. Mat 16:24 - Lalu Yesus berkata kepada murid-muridNya: ‘Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku..

Catatan: kata ‘menyangkal’, dan ‘memikul’ dalam bahasa Yunani ada dalam bentuk aorist imperative, sedangkan ‘mengikut’ ada dalam present imperative.

 

William Hendriksen (tentang Mat 16:24): “To deny oneself means to renounce the old self, the self as it is apart from regenerating grace. A person who denies himself gives up all reliance on whatever he is by nature, and depends for salvation on God alone. He no longer seeks to promote his own predominantly selfish interests but has become wrapped up in the cause of promoting the glory of God in his own and in every life, and also in every sphere of endeavor. The best commentary on Matt. 16:24 is Gal. 2:20: ‘I have been crucified with Christ; and it is no longer I who lives, but Christ who lives in me; and that (life) which I now live in flesh I live in faith, (the faith) which is in the Son of God, who loved me and gave himself up for me.’ Denying self means subjecting oneself to Christ’s discipline.” [= Menyangkal diri sendiri berarti menyerahkan / menolak diri sendiri yang lama, diri sendiri sebagaimana itu terpisah dari kasih karunia yang melahirbarukan. Seseorang yang menyangkal dirinya sendiri menyerahkan semua ketergantungan pada apapun adanya dia secara alamiah, dan tergantung untuk keselamatan kepada Allah saja. Ia tidak lagi berusaha untuk memajukan / meningkatkan kepentingan egoisnya sebagai yang terpenting, tetapi telah menjadi sepenuhnya ditenggelamkan dalam perkara untuk memajukan kemuliaan Allah dalam kehidupannya sendiri dan dalam setiap kehidupan, dan juga dalam setiap ruang lingkup dari usaha. Penafsiran yang terbaik tentang Mat 16:24 adalah Gal 2:20: ‘Aku telah disalibkan dengan Kristus; dan bukan aku lagi yang hidup, tetapi Kristus yang hidup di dalam aku; dan kehidupan itu yang sekarang aku jalani dalam daging aku jalani dalam iman, (iman) yang ada dalam Anak Allah, yang telah mengasihi aku dan telah menyerahkan diriNya untuk aku’. Menyangkal diri sendiri berarti menundukkan diri sendiri pada pendisiplinan Kristus.].

 

William Hendriksen (tentang Mat 16:24): “The expression ‘take up his cross’ refers to the cross that is suffered because of union with Christ. One ‘follows’ Christ by trusting in him, walking in his footsteps (I Peter 2:21), obeying his commandments out of gratitude for salvation through him, and being willing even to suffer in his cause. Only then, when he is willing and ready to do this can he truly be Christ’s disciple, his adherent.” [= Ungkapan ‘memikul salibnya’ menunjuk pada salib yang diderita karena persatuan dengan Kristus. Seseorang ‘mengikut’ Kristus dengan mempercayai Dia, berjalan dalam langkah-langkahNya (1Pet 2:21), mentaati perintah-perintahNya karena rasa terima kasih untuk keselamatan melalui Dia, dan bahkan rela menderita dalam perkaraNya. Hanya pada saat itu, pada waktu ia mau dan siap untuk melakukan ini ia bisa menjadi murid Kristus, pengikutNya.].

1Pet 2:21 - “Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejakNya.”.

Catatan:

·        bagian yang saya beri garis bawah tunggal menunjukkan bahwa ‘mengikut’ lebih luas dari ‘percaya’.

·        bagian yang saya beri garis bawah ganda menunjukkan bahwa itu memang merupakan persyaratan untuk ikut Yesus.

 

Barclay (tentang Mat 16:24): They must ‘deny themselves.’ Ordinarily we use the word self-denial in a restricted sense. We use it to mean giving up something. For instance, a week of self-denial may be a week when we do without certain pleasures or luxuries in order to contribute to some good cause. But that is only a very small part of what Jesus meant by self-denial. To deny oneself means in every moment of life to say no to self and yes to God. To deny oneself means finally, once and for all to dethrone self and to enthrone God. ... The life of constant self-denial is the life of constant assent to God. [= Mereka harus ‘menyangkal diri mereka sendiri’. Biasanya kita menggunakan kata ‘penyangkalan diri’ dalam suatu arti yang terbatas. Kita menggunakan kata itu dalam arti menyerahkan sesuatu. Misalnya, satu minggu penyangkalan diri bisa merupakan satu minggu dimana kita melakukan / menjalani tanpa kesenangan-kesenangan atau kemewahan-kemewahan tertentu untuk bisa memberi sumbangsih pada suatu perkara yang baik. Tetapi itu hanyalah suatu bagian kecil dari apa yang Yesus maksudkan dengan penyangkalan diri. Menyangkal diri sendiri berarti dalam setiap saat dari kehidupan untuk berkata ‘tidak’ kepada diri sendiri dan ‘ya’ kepada Allah. Menyangkal diri sendiri berarti secara tak berubah, sekali dan untuk selamanya, menurunkan diri sendiri dari takhta dan menaikkan Allah ke takhta. ... Kehidupan dari penyangkalan diri yang terus menerus adalah kehidupan dari persetujuan / penerimaan yang terus menerus kepada Allah.].

 

Barclay (tentang Mat 16:24): They must ‘take up a cross.’ That is to say, they must take up the burden of sacrifice. The Christian life is the life of sacrificial service. Christians may have to abandon personal ambition to serve Christ; it may be that they will discover that the place where they can render the greatest service to Jesus Christ is somewhere where the reward will be small and the prestige non-existent. They will certainly have to sacrifice time and leisure and pleasure in order to serve God through the service of others. [= Mereka harus ‘memikul salib’. Artinya, mereka harus memikul beban pengorbanan. Kehidupan Kristen adalah kehidupan dari pelayanan yang bersifat pengorbanan. Orang-orang Kristen bisa harus meninggalkan ambisi pribadi untuk melayani Kristus; merupakan sesuatu yang memungkinkan bahwa mereka akan mendapati bahwa tempat dimana mereka bisa memberikan pelayanan yang terbesar kepada Yesus Kristus adalah tempat dimana upahnya kecil dan penghormatannya tidak ada. Mereka pasti harus mengorbankan waktu dan waktu senggang dan kesenangan untuk melayani Allah melalui pelayanan kepada orang-orang lain.].

 

Pulpit Commentary (tentang Mat 16:24): “If a man follows Jesus, it must be by his own free-will, and he must voluntarily renounce everything that might hinder his discipleship, denying himself even in things lawful that he may approach the likeness of his Master.” [= Jika seseorang mengikut Yesus, itu harus oleh kehendak bebasnya, dan ia harus dengan sukarela menolak segala sesuatu yang bisa menghalangi pemuridannya, menyangkal dirinya sendiri, bahkan dalam hal-hal yang sah / diijinkan oleh hukum, supaya ia bisa mendekati keserupaan dengan Tuannya.].

 

Pulpit Commentary (tentang Mat 16:24): “Ver. 24. - The great condition. The heart-searching truths of this verse are too often neglected in popular presentations of the gospel. We have a Christianity made easy as an accommodation to an age which loves personal comfort. Not only is this unfaithful to the truth, no part of which we have any right to keep back; it is most foolish and shortsighted. It prepares for a surprising disappointment when the inevitable facts are discovered; and it does not really attract. A religion of sweetmeats is sickening. ... Christ sets the example of the higher and truer method; he does not shun to set before us the dangers and difficulties of the Christian course. If we meet with them we cannot say we have not been warned.” [= Ay 24. - Syarat yang besar. Kebenaran-kebenaran yang menyelidiki hati dari ayat ini terlalu sering diabaikan dalam penyajian populer dari injil. Kita mempunyai kekristenan yang dibuat jadi mudah sebagai suatu penyesuaian dengan suatu jaman yang mencintai kenyamanan pribadi. Bukan hanya hal ini merupakan ketidak-setiaan pada kebenaran, karena tak ada bagian yang berhak kita tahan; tetapi itu juga adalah paling tolol dan picik. Hal itu mempersiapkan untuk suatu kekecewaan yang mengejutkan pada waktu fakta-fakta yang tak terelakkan didapati; dan itu tidak betul-betul menarik. Suatu agama dari makanan yang enak / manis adalah menjijikkan. ... Kristus memberikan contoh dari metode yang lebih tinggi dan lebih benar; Ia tidak menghindari untuk memberikan di depan kita bahaya-bahaya dan kesukaran-kesukaran dari jalan Kristen. Jika kita bertemu dengan mereka kita tidak bisa berkata bahwa kita belum diperingatkan.].

 

Mat 10:37-38 - “(37) Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari padaKu, ia tidak layak bagiKu; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari padaKu, ia tidak layak bagiKu. (38) Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagiKu..

 

Luk 14:26 - ‘Jikalau seorang datang kepadaKu dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi muridKu..

 

William Hendriksen (tentang Luk 14:26): “When an alien wishes to become a citizen of the United States of America he must renounce allegiance to his native land and take an oath of loyalty to the country of his choice. This does not mean that he cannot continue to think highly of the nation to which he has said Farewell, but it does mean that from now on he must serve ‘the land of the free and the home of the brave.’ Even far more absolute and unconditional must be the loyalty which citizens of the kingdom of God sustain toward their heavenly country and its ‘Lord of lords and King of kings.’ If a person is unwilling to tender that unconditional devotion, then, says Jesus, ‘he cannot be my disciple.’” [= Pada waktu seorang asing ingin menjadi seorang warga negara dari Amerika Serikat, ia harus menyerahkan / menolak kesetiaan / kewajiban terhadap negara asalnya dan bersumpah setia pada negara pilihannya. Ini tidak berarti bahwa ia tak bisa melanjutkan untuk berpikir / menilai tinggi tentang bangsa terhadap mana ia telah mengatakan ‘Selamat tinggal’, tetapi itu berarti bahwa sejak saat ini dan seterusnya ia harus melayani ‘negara dari orang-orang bebas dan rumah bagi orang-orang berani’. Bahkan jauh lebih mutlak dan tak bersyarat kesetiaan yang warga negara dari kerajaan Allah harus pelihara / pertahankan terhadap negara surgawi mereka dan ‘Tuhan dari segala Tuhan dan Raja dari segala Raja’nya. Jika seseorang tidak mau memberikan pembaktian tak bersyarat itu, maka, kata Yesus, ‘ia tidak bisa menjadi muridKu’.].

Catatan: kata-kata yang saya garis-bawahi dikutip oleh William Hendriksen dari lagu kebangsaan Amerika Serikat.

 

William Hendriksen (tentang Mat 10:37): “To belong to Christ is a privilege so inestimable that no other relationship can replace it. It is a duty so imperative that no other obligation is more binding. See Acts 5:29. If the choice is between a parent or Christ, the parent’s wish, no matter how ardent, should be rejected; if between a child or Christ, the child’s wish, no matter how vehement must be overridden. This must be done out of predominating love for Christ. Those who refuse this supreme loyalty to Jesus are ‘not worthy’ of him, that is, not deserving of belonging to him and being honored by him.” [= Menjadi milik Kristus merupakan suatu hak yang begitu tak ternilai sehingga tak ada hubungan lain yang bisa menggantikannya. Merupakan suatu kewajiban yang begitu penting / mendesak sehingga tak ada kewajiban yang lain yang lebih mengikat / merupakan kewajiban. Lihat Kis 5:29. Jika pilihannya adalah antara orang tua atau Kristus, keinginan orang tua, tak peduli betapa hangat / sungguh-sungguhnya, harus ditolak; jika antara seorang anak atau Kristus, keinginan anak, tak peduli betapa penuh semangatnya, harus disingkirkan. Ini harus dilakukan dari kasih yang mendominasi untuk Kristus. Mereka yang menolak kesetiaan tertinggi kepada Yesus ini ‘tidak layak’ bagiNya, artinya, tidak layak menjadi milikNya dan dihormati olehNya.].

Kis 5:29 - “Tetapi Petrus dan rasul-rasul itu menjawab, katanya: ‘Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia.”.

 

Luk 14:33 - “Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi muridKu.”.

 

Calvin (tentang Luk 14:33): “‘So then every one of you.’ This clause shows what is meant by the ‘calculation of expenses,’ with which Christ enjoins his followers to begin: it is to lead them to consider that they must ‘forsake all.’ In vain do persons who are delighted with an easy, indolent life, and with exemption from the cross, undertake a profession of Christianity. Those persons are said to ‘forsake all’ who prefer Christ so greatly, both to their own life, and to all the wishes of the flesh, that nothing deters them from the right course.[= ‘Jadi / maka setiap orang dari kalian’. Anak kalimat ini menunjukkan apa yang dimaksudkan dengan ‘perhitungan ongkos’ (ay 28), dengan mana Kristus memerintahkan pengikut-pengikutNya untuk mulai: itu harus membimbing mereka untuk mempertimbangkan bahwa mereka harus ‘meninggalkan semua’. Sia-sia orang yang senang dengan suatu kehidupan yang mudah, malas / tak menyebabkan rasa sakit, dan dengan dibebaskan dari salib, memulai suatu pengakuan tentang kekristenan. Orang-orang itu dikatakan ‘meninggalkan segala sesuatu’ yang lebih memilih Kristus dengan begitu lebih besar, baik dari hidup mereka sendiri, maupun dari semua keinginan-keinginan daging, sehingga tak ada apapun menghalangi mereka dari jalan yang benar.].

Luk 14:28 - “Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu?”.

KJV: ‘counteth the cost’ [= menghitung ongkosnya].

 

Calvin (tentang Luk 14:33): “It would be absurd to insist on a literal interpretation of the phrase, as if no man were a disciple of Christ, till he threw into the sea all that he possessed, divorced his wife, and bade farewell to his children. Such idle dreams led foolish people to adopt a monastic life, as if those who intend to come to Christ must leave off humanity. Yet no man truly forsakes all that he possesses till he is prepared at every instant to leave all, gives himself free and unconstrained to the Lord, and, rising above every hindrance, pursues his calling. Thus the true self-denial which the Lord demands from his followers does not consist so much in outward conduct as in the affections; so that every one must employ the time which is passing over him without allowing the objects which he directs by his hand to hold a place in his heart.” [= Merupakan sesuatu yang menggelikan untuk berkeras pada suatu penafsiran hurufiah dari ungkapan itu seakan-akan tak seorangpun adalah seorang murid Kristus, sampai ia membuang ke laut semua yang ia miliki, menceraikan istrinya, dan mengucapkan selamat tinggal kepada anak-anaknya. Mimpi-mimpi tak bernilai / sia-sia seperti itu membimbing orang-orang tolol untuk memilih suatu kehidupan biara, seakan-akan mereka yang bermaksud untuk datang kepada Kristus harus meninggalkan kemanusiaan. Tetapi tak seorangpun meninggalkan semua yang ia miliki sampai ia siap pada setiap saat untuk meninggalkan semua, memberikan dirinya sendiri dengan bebas dan tanpa paksaan kepada Tuhan, dan, naik di atas setiap halangan, mengejar panggilannya. Jadi penyangkalan diri yang sejati yang Tuhan tuntut dari pengikut-pengikutNya tidak terdiri begitu banyak dalam tingkah laku lahiriah seperti dalam perasaan / kasih; sehingga setiap orang harus menggunakan waktu yang melewatinya tanpa mengijinkan obyek-obyek yang ia perintah / arahkan dengan tangannya untuk menempati suatu tempat dalam hatinya.].

Catatan: saya tak terlalu mengerti arti dari bagian yang saya beri garis bawah ganda.

 

 

 

 

-bersambung-

 

Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.

E-mail : [email protected]

e-mail us at [email protected]

http://golgothaministry.org

Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:

https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ