Eksposisi
Injil Lukas
oleh: Pdt. Budi
Asali MDiv.
1) Mengapa Yohanes Pembaptis dimasukkan ke penjara?
Dalam bagian ini Lukas tidak menceritakan bahwa Yohanes Pembaptis
sedang ada dalam penjara. Ia menganggap pembacanya harus tahu hal itu karena
sudah ia ceritakan dalam Luk 3:19-20 - “Akan
tetapi setelah ia menegor raja wilayah Herodes karena peristiwa Herodias, isteri
saudaranya, dan karena segala kejahatan lain yang dilakukannya, raja itu
menambah kejahatannya dengan memasukkan Yohanes ke dalam penjara”.
William Barclay: “The career of John had
ended in disaster. It was not John’s habit to soften the truth for any man;
and he was incapable of seeing evil without rebuking it. He had spoken too
fearlessly and too definitely for his own safety. ... Publicly and
sternly John rebuked Herod. It was never safe to rebuke an eastern despot and
Herod took his revenge; John was thrown into the dungeons of the fortress of
Machaerus in the mountains near the Dead Sea” [= Karir Yohanes telah berakhir dalam bencana. Bukanlah merupakan
kebiasaan Yohanes untuk melunakkan kebenaran untuk siapapun juga; dan ia tidak
bisa melihat kejahatan tanpa menegurnya. Ia telah berbicara dengan terlalu
berani dan terlalu tertentu (maksudnya menunjuk orang tertentu, yaitu
Herodes) untuk keamanannya sendiri. ... Di depan umum dan dengan keras Yohanes
menegur Herodes. Tidak pernah aman untuk menegur seorang raja Timur yang lalim
dan Herodes membalas dendam; Yohanes dilemparkan ke dalam penjara dari benteng
Machaerus di pengunungan di dekat Laut Mati] - ‘The Gospel of Matthew’, vol II, hal 1.
Catatan: apa
yang tidak saya setujui dari kata-kata Barclay ini adalah kata ‘too’
(= terlalu), yang ia gunakan 2 x (bagian yang saya garis bawahi. Ini secara
implicit menyalahkan Yohanes Pembaptis, seakan-akan ia kurang bijaksana. Pada
waktu Petrus dan Yohanes masuk ke penjara (Kis 4-5), dan juga Paulus (Kis 16)
apakah mereka juga terlalu berani, dan kurang bijaksana? Perlu dicamkan
kata-kata Paulus dalam 2Tim 4:2 - “Beritakanlah
firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang
salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran”.
Dengan kata-kata ini saya tidak memaksudkan bahwa tidak pernah ada
orang kristen yang bertindak secara extrim / ngawur dalam memberitakan Injil,
khususnya di negara-negara yang ‘anti kristen’. Jelas ada orang-orang
seperti itu. Tetapi menyalahkan Yohanes Pembaptis dan rasul-rasul merupakan
sesuatu yang sangat salah. Perlu diingat bahwa dalam jaman dimana kompromi sudah
membudaya, maka sikap yang lurus selalu dianggap sebagai sikap yang extrim,
tidak bijaksana dan sebagainya.
Penerapan:
Saya yakin bahwa Yohanes Pembaptis melakukan peneguran terhadap
Herodes itu sebagai ketaatannya kepada Tuhan, tetapi akibat ketaatan itu,
sekarang ia menderita dalam penjara.
Kalau saudara dituntut untuk melakukan sesuatu yang mengandung
resiko, apakah saudara tetap taat? Dalam Pemahaman Alkitab Rabu kemarin ini
seorang jemaat memberitahu saya bahwa di Cikarang, Jawa Barat, gereja-gereja
mendapat kiriman selebaran, yang mengancam akan menyerbu mereka jika pada hari
Minggu ini mereka melakukan kebaktian. Kalau gereja kita mendapat selebaran
seperti itu, saudara mau tetap berbakti atau tidak? Ingat pada Daniel, yang pada
saat menghadapi larangan untuk meminta kepada siapapun kecuali kepada raja,
dengan ancaman akan dilemparkan ke gua singa, tetap berdoa 3 x sehari, seperti
yang biasa ia lakukan (Daniel 6:1-12).
Kalau saudara meniru Daniel, ingat bahwa belum tentu saudara bebas
seperti Daniel!
2) Penderitaan Yohanes Pembaptis dalam penjara.
William Barclay: “For any man that would
have been a terrible fate, but for John the Baptist it was worse than for most.
He was a child of the desert; all his life he had lived in the wide open spaces,
with the clean wind on his face and the spacious vault of the sky for his roof.
And now he was confined within the four narrow walls of an underground dungeon.
For a man like John, who had perhaps never lived in a house, this must have been
agony” (= Untuk siapapun itu merupakan
nasib yang mengerikan, tetapi untuk Yohanes Pembaptis itu lebih jelek dari pada
untuk kebanyakan orang lain. Ia adalah anak padang pasir; dalam seluruh hidupnya
ia hidup di tempat terbuka, dengan angin yang bersih menerpa wajahnya dan kolong
langit sebagai atapnya. Dan sekarang ia dikurung / dibatasi di dalam empat
tembok yang sempit dari penjara bawah tanah. Untuk orang seperti Yohanes, yang
mungkin tidak pernah tinggal dalam sebuah rumah, ini pasti merupakan penderitaan
yang berat) - ‘The Gospel of Matthew’, vol II, hal 1.
1)
Waktu Yohanes Pembaptis ada dalam penjara, kelihatannya para muridnya menjadi
pendengar dari Yesus, dan para muridnya bisa membezoeknya dengan bebas, dan
menyampaikan berita tentang apa yang Yesus lakukan di luar.
Pulpit Commentary: “In the course of
John’s imprisonment, it is probable that very many of his disciples became
hearers of Jesus” (= Selama pemenjaraan
Yohanes, adalah mungkin bahwa sangat banyak dari murid-muridnya menjadi
pendengar dari Yesus) -
hal 172.
Pulpit Commentary: “it is clear that his
friends and disciples had free access to his prison”
(= adalah jelas bahwa teman-teman dan murid-muridnya mempunyai akses bebas
kepada penjaranya) - hal 172.
2)
Dari ay 19-20 terlihat dengan jelas bahwa ada keragu-raguan tentang
ke-Mesias-an Yesus. Tetapi siapa yang ragu-ragu?
a)
Ada yang menganggap bahwa bukan Yohanes Pembaptis sendiri yang ragu-ragu, tetapi
para muridnya. Dan ia mengirim murid-muridnya kepada Yesus dengan pertanyaan
tersebut, supaya para murid itu mendapatkan jawaban dari Yesus sendiri, dan
dikuatkan dalam iman mereka.
Calvin beranggapan bahwa Yohanes Pembaptis sendiri tidak ragu-ragu
tentang Kristus. Tetapi ia meragukan kerohanian / iman dari murid-muridnya dan
ia kuatir bahwa setelah ia mati, para muridnya akan murtad. Karena itu ia
mengirim murid-muridnya kepada Kristus dengan pertanyaan tersebut, supaya mereka
mendengar dari Kristus sendiri, dan dikuatkan dalam iman mereka.
Calvin: “Besides,
the pastors of the Church are here reminded of their duty. They ought not to
endeavour to bind and attach disciples to themselves, but to direct them to
Christ, who is the only Teacher. From the beginning, John had openly avowed that
he is not the bridegroom, (John 3:39.)”
[= Disamping itu, di sini pendeta-pendeta dari Gereja diingatkan akan kewajiban
mereka. Mereka tidak boleh berusaha untuk mengikat dan mengambil murid-murid
bagi diri mereka sendiri, tetapi mengarahkannya kepada Kristus, yang adalah
satu-satunya Guru. Dari semula, Yohanes telah mengakui secara terbuka bahwa ia
bukanlah mempelai pria (Yoh 3:39)] -
hal 8.
Catatan: Yoh 3:39
pasti salah cetak, karena ayat itu tidak ada. Mungkin yang dimaksud oleh Calvin
adalah Yoh 3:29 dimana Yohanes Pembaptis berkata: “Yang
empunya mempelai perempuan, ialah mempelai laki-laki; tetapi sahabat mempelai
laki-laki, yang berdiri dekat dia dan yang mendengarkannya, sangat bersukacita
mendengar suara mempelai laki-laki itu. Itulah sukacitaku, dan sekarang
sukacitaku itu penuh”.
b)
Ada yang berpendapat bahwa memang Yohanes Pembaptis sendiri yang ragu-ragu.
Alasan / argumentasi yang diberikan adalah:
1.
Dalam ay 22, waktu Yesus menjawab, Ia memberikan jawabanNya kepada Yohanes
Pembaptis, karena Ia berkata: ‘Pergilah,
dan katakanlah kepada Yohanes ...’.
Calvin menjawab argumentasi ini dengan mengatakan bahwa Kristus
melakukan itu, karena pertanyaannya juga datang seolah-olah dari Yohanes
Pembaptis (ay 20), maka jawabanNyapun diberikan kepada Yohanes Pembaptis.
2.
Yohanes Pembaptis bukanlah orang yang tidak bisa jatuh ke dalam dosa.
Norval Geldenhuys (NICNT): “Because John was a
fallible man, he could quite well entertain these questionings even after all
the former clear signs and proofs of Jesus’ divine Messiahship that had been
given to him by God” (= Karena Yohanes
adalah manusia yang bisa salah, ia bisa saja mempunyai pertanyaan-pertanyaan ini
bahkan setelah semua tanda-tanda dan bukti-bukti terdahulu yang jelas tentang
ke-Mesias-an yang ilahi dari Yesus yang telah diberikan kepadanya oleh Allah)
- hal 226.
3.
Spurgeon (Encyclopedia, vol 13, hal 386) mengatakan bahwa Yohanes Pembaptis
adalah Elia dari jaman Kristen. Kalau Elia bisa takut dan minta mati (mengalami
kejatuhan), mengapa Yohanes Pembaptis tidak bisa?
Saya sendiri condong bahwa yang ragu-ragu adalah Yohanes Pembaptis
sendiri. Perhatikan bahwa Yohanes Pembaptis adalah:
· pendahulu
Kristus / orang yang menyiapkan jalan bagi Kristus (Luk 3:4-6).
· orang
yang penuh dengan Roh Kudus sejak dari rahim ibunya (Luk 1:15).
· seorang
pemberita Firman Tuhan (Luk 3:3-dst).
· orang
yang membaptis Yesus sendiri, dan menyaksikan mujijat yang terjadi pada saat
pembaptisan Yesus (Mat 3:16-17 Yoh 1:32-34).
· orang
yang rendah hati yang selalu mencari kemuliaan Tuhan (Yoh 3:30).
· seorang
nabi, bahkan lebih dari nabi (ay 26).
· orang
yang besar, lebih dari siapapun juga (ay 28).
· orang
yang dulunya yakin sekali tentang Yesus (Yoh 1:15,29-36).
Tetapi orang yang begitu hebat sekalipun, juga bisa ragu-ragu! Ini
menunjukkan bahwa:
a. Kita semua harus sadar bahwa kita ini lemah! (1Kor
10:12).
b.
Semua hamba Tuhan adalah manusia biasa yang lemah dan karena itu harus didukung
dengan doa oleh jemaatnya!
Bahwa Yohanes Pembaptis, yang adalah seorang nabi dan bahkan
pendahulu dari Kristus, bisa menjadi ragu-ragu tentang ke-Mesias-an Yesus, mirip
dengan apa yang terjadi dengan Ayub, seperti yang dituduhkan oleh Elifas
kepadanya, dalam Ayub 4:3-5 - “Sesungguhnya,
engkau telah mengajar banyak orang, dan tangan yang lemah telah engkau kuatkan;
orang yang jatuh telah dibangunkan oleh kata-katamu, dan lutut yang lemas telah
kaukokohkan; tetapi sekarang, dirimu yang tertimpa, dan engkau kesal, dirimu
terkena, dan engkau terkejut”.
3)
Mengapa Yohanes Pembaptis menjadi ragu-ragu tentang ke-Mesias-an Kristus?
a)
Ia dipenjara oleh Herodes.
Penderitaan fisik bisa mempengaruhi kerohanian / iman kita
(bandingkan dengan Elia dalam 1Raja 19).
Karena itu kalau saudara menderita secara fisik, hati-hatilah
dengan kerohanian saudara. Dan pada saat saudara melihat orang sakit, berdoalah
bukan hanya untuk penyakit jasmaninya saja, tetapi juga untuk kerohaniannya.
b)
Ia tidak mengalami pertolongan dari Kristus. Mungkin ia sudah berbulan-bulan
dalam penjara dan berdoa, tetapi tak ada pertolongan. Problem yang
berlarut-larut memang sering melemahkan iman kita. Karena itu ingatlah orang
yang mengalami hal seperti itu dan doakan mereka.
Dari para muridnya Yohanes Pembaptis mendapatkan informasi tentang
mujijat-mujijat yang dilakukan oleh Yesus. Dan Hendriksen berkata (hal 392-393)
bahwa Yohanes Pembaptis mungkin berpikir: ‘Kalau Ia memang begitu berkuasa,
mengapa Ia tidak bertindak apa-apa terhadap pemenjaraanku?’.
Knox Chamblin:
“John is troubled not so much by what
Jesus is doing as by what he is not doing. If Jesus is the figure of John’s
expectation, where are the judgment and the wrath that John had predicted
(3:7-12)? If Jesus is the mighty Messiah, why is his forerunner allowed to
languish in prison at the hands of a wicked monarch?”
[= Yohanes terganggu bukanlah oleh apa yang Yesus lakukan, tetapi oleh apa yang
Yesus tidak lakukan. Jika Yesus adalah gambar dari pengharapan Yohanes, dimana
penghakiman dan murka yang diramalkan oleh Yohanes (3:7-12)? Jika Yesus adalah
Mesias yang kuat / perkasa, mengapa orang yang mendahuluiNya diijinkan untuk
merana dalam penjara pada tangan dari seorang raja yang jahat?]
- ‘A Commentary on the Gospel according to Matthew’, hal 80.
Catatan:
yang dimaksud dengan 3:7-12 adalah Mat 3:7-12.
c)
Pengertian yang kurang tentang Kristus.
Yohanes mengatakan / menubuatkan bahwa Yesus akan menghukum,
membaptis dengan Roh Kudus dan api (Mat 3:7,10-12 Luk 3:7,9,17), tetapi
sekarang ia melihat Yesus terus bersikap kasih dan lemah lembut, tak pernah
menghukum. Ini membingungkan dia!
Pulpit Commentary: “He had preached that
Jesus was coming to judgment. ... And in the spirit of the Old Testament, which
was largely a dispensation of judgment, John looked for Messiah to be mainly a
Messiah of judgment. ... John’s difficulty is what we all experience when we
imagine that a more impressive and decisive method of advancing God’s cause
might be adopted. Human nature has great faith in blows!”
(= Ia telah memberitakan bahwa Yesus sedang datang untuk melakukan penghakiman.
... Dan dalam roh dari Perjanjian Lama, yang pada umumnya merupakan jaman
penghakiman, Yohanes melihat Mesias secara umum sebagai Mesias dari penghakiman.
... Kesukaran Yohanes adalah apa yang kita semua alami pada waktu kita
membayangkan bahwa metode yang lebih mengesankan dan menentukan untuk memajukan
perkara Allah bisa diambil. Manusia mempunyai iman yang besar pada pukulan /
angin ribut!) - hal 197.
William Barclay: “It may well be that
John was impatient with Jesus because he was not what he expected him to be. The
man who waits for savage wrath will always be disappointed in Jesus, but the man
who looks for love will never find his hope defeated”
(= Mungkin sekali bahwa Yohanes tidak sabar dengan Yesus karena Ia tidaklah
seperti apa yang ia harapkan. Orang yang menunggu untuk kemarahan yang ganas
akan selalu kecewa dengan Yesus, tetapi orang yang mencari kasih tidak akan
pernah mendapati bahwa pengharapannya dikalahkan)
- ‘The Gospel of Matthew’, vol II, hal 3.
Contoh: pada
saat saudara gegeran dengan seseorang, saudara mungkin ingin pihak ‘musuh’
dihukum oleh Tuhan. Sekalipun hal seperti itu bisa terjadi (seperti tempo hari
orang yang memfitnah saya, mati), tetapi dalam jaman kasih karunia ini biasanya
bukan itu cara dari Tuhan. Ini menyebabkan kita menjadi tidak sabar.
Yohanes Pembaptis tidak mengerti kalau Yesus akan menghukum, bukan
pada kedatangan yang pertama tetapi pada kedatangan yang kedua. Dari sini jelas
terlihat bahwa kuatnya iman sangat dipengaruhi oleh pengertian yang benar
tentang Firman Tuhan! Karena itu kita harus selalu belajar Firman Tuhan dengan
tekun! Sudahkah saudara melakukan hal itu?
4) Cara Yohanes Pembaptis menangani keragu-raguannya
tentang Kristus.
Keragu-raguannya adalah keragu-raguan tentang Kristus, dan ini
adalah sesuatu yang sangat penting untuk dibereskan! Apa yang ia lakukan untuk
membereskannya?
a)
Bukan ditekan atau disimpan dalam hati, tetapi diakui!
Seringkali seseorang malu untuk mengakui bahwa ia mempunyai suatu
keragu-raguan! Bahkan malu kepada dirinya sendiri sehingga pada saat
keragu-raguan itu timbul, ia mengalihkan pikirannya pada hal-hal lain. Ini
justru sikap yang salah! Kalau hal yang salah itu tidak diakui keberadaannya,
maka hal itu tidak akan pernah bisa dibereskan!
b)
Yohanes Pembaptis menyampaikan keragu-raguannya kepada Yesus! Ia mencari
jawabannya dari Yesus sendiri ! (ay 20).
William Hendriksen: “John made a very wise
decision when, instead of keeping his difficulty regarding Jesus to himself, or
talking it over with others but not with the right person, he took it to
Jesus” (= Yohanes melakukan keputusan
yang sangat bijaksana pada waktu ia bukannya menyimpan problem berkenaan dengan
Yesus bagi dirinya sendiri, atau membicarakannya dengan orang-orang lain tetapi
bukan dengan orang yang tepat, tetapi ia membawanya kepada Yesus)
- hal 393.
Ini tidak berarti bahwa saudara tidak boleh menyampaikan
keragu-raguan itu kepada seorang hamba Tuhan. Hamba Tuhan memang bisa dipakai
oleh Tuhan untuk menolong saudara dari keragu-raguan itu, tetapi bagaimanapun,
harapan saudara haruslah diletakkan pada Tuhan dan bukan pada hamba Tuhan!
Apakah saudara juga mempunyai keragu-raguan? Tentang Kitab Suci
sebagai Firman Tuhan? Tentang keilahian Yesus? Tentang keselamatan saudara?
Tentang pengampunan? Tentang kepastian masuk surga? Tentang Yesus sebagai
satu-satunya jalan ke Surga? Jangan biarkan semua itu! Bereskanlah secepat
mungkin!
1)
Ay 22: “Dan Yesus menjawab mereka:
‘Pergilah, dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu lihat dan kamu dengar:
Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli
mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar
baik”.
Jawaban Yesus dalam ay 22 ini seakan-akan tidak ada
hubungannya dengan pertanyaannya. Tetapi sebetulnya bukannya tidak berhubungan!
Yohanes Pembaptis sebagai orang Yahudi pasti tahu tentang Perjanjian Lama,
apalagi tentang bagian-bagian yang berisi nubuat tentang Mesias seperti:
· Yes 29:18
- “Pada waktu itu orang-orang tuli akan
mendengar perkataan-perkataan sebuah kitab, dan lepas dari kekelaman dan
kegelapan mata orang-orang buta akan melihat”.
· Yes 35:5-6
- “Pada waktu itu mata orang-orang buta
akan dicelikkan, dan telinga orang-orang tuli akan dibuka. Pada waktu itu orang
lumpuh akan melompat seperti rusa, dan mulut orang bisu akan bersorak-sorai;
sebab mata air memancar di padang gurun, dan sungai di padang belantara”.
· Yes 61:1-2
- “Roh Tuhan ALLAH ada padaku, oleh karena
TUHAN telah mengurapi aku; Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik
kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk
memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan kepada orang-orang yang
terkurung kelepasan dari penjara, untuk memberitakan tahun rahmat TUHAN dan hari
pembalasan Allah kita, untuk menghibur semua orang berkabung”.
Tentang text-text tersebut di atas Calvin berkata:
“The
former passage contains a description of Christ’s reign, under which God
promises that he will be so kind and gracious as to grant relief and assistance
for every kind of disease. He speaks, no doubt, of spiritual deliverance from
all diseases and remedies; but under outward symbols, as has been already
mentioned, Christ shows that he came as a spiritual physician to cure souls”
(= Text-text tadi mencakup penggambaran tentang pemerintahan Kristus, di bawah
mana Allah menjanjikan bahwa Ia akan begitu baik dan penuh kasih karunia
sehingga memberikan pembebasan / kelegaan dan pertolongan untuk setiap jenis
penyakit. Tidak diragukan bahwa Ia berbicara tentang pembebasan rohani dari
semua penyakit dan obat; tetapi di bawah simbol-simbol lahiriah, seperti telah
disebutkan, Kristus menunjukkan bahwa Ia datang sebagai seorang Dokter rohani
untuk menyembuhkan jiwa)
- hal 9.
Dalam Yes 61 tersebut dikatakan bahwa Kristus diutus untuk
menyampaikan Injil kepada orang-orang miskin dan sengsara / menderita. Bdk. ay 22b:
“kepada orang miskin diberitakan kabar
baik”. Karena itu:
¨ Jangan hanya mau memberitakan Injil kepada orang-orang kaya!
¨ Calvin mengatakan (hal 9) bahwa ini dimaksudkan untuk
mengajar para pengikutNya kerendahan hati, dan juga supaya kita tidak memandang
rendah orang yang miskin / menderita.
Calvin: “Hence
it follows, that it is no new occurrence, or one that ought to disturb our
minds, if the Gospel is despised by all the great, who, puffed up with their
wealth, have no room to spare for the grace of God. Nay, if it is rejected by
the greater part of men, there is no reason to wonder; for there is scarcely one
person in a hundred who does not swell with wicked confidence”
(= Karena itu, sebagai akibatnya, bukanlah merupakan kejadian baru, atau
merupakan sesuatu yang harus mengganggu pikiran kita, jika Injil dihina oleh
semua orang gede, yang sombong dengan kekayaan mereka, tidak mempunyai tempat
untuk kasih karunia dari Allah. Tidak, jika injil itu ditolak oleh sebagian
besar manusia, tidak ada alasan untuk bertanya-tanya; karena tidak ada 1 dari
100 orang yang tidak membengkak / sombong dengan keyakinan yang jahat) - hal 10.
Barnes’ Notes:
“Jesus referred them for an answer to
these miracles. They were proof that he was the Messiah. Prophets had indeed
wrought miracles, but no prophet had wrought so many, or any so important.
Jesus, moreover, wrought them in his own name, and by his own power. Prophets
had done it by the power of God. Jesus, therefore, performed the works which
none but the Messiah could do; and John might easily infer that he was the
Christ” (= Yesus mengarahkan mereka untuk
suatu jawaban kepada mujijat-mujijat ini. Mujijat-mujijat itu adalah bukti bahwa
Ia adalah Mesias. Nabi-nabi memang telah melakukan mujijat-mujijat, tetapi tidak
ada nabi yang melakukan begitu banyak mujijat, atau yang melakukan mujijat yang
begitu penting. Selanjutnya, Yesus mengerjakan mujijat-mujijat itu dalam namaNya
sendiri, dan oleh kuasaNya sendiri. Nabi-nabi telah melakukannya dengan kuasa
Allah. Karena itu, Yesus melakukan pekerjaan-pekerjaan yang tidak bisa dilakukan
oleh orang lain kecuali oleh Mesias; dan Yohanes bisa dengan mudah menyimpulkan
bahwa Ia adalah Kristus)
- hal 52.
Bahwa Yesus melakukan mujijat-mujijat yang Ia katakan dalam ay 22
itu, membuktikan bahwa Ia cocok dengan gambaran tentang Mesias dalam Perjanjian
Lama, dan karena itu Ia betul-betul adalah Mesias. Dalam Lukas (Luk 7:20-21),
cerita ini terjadi pada saat Yesus melakukan mujijat-mujijat kesembuhan dan juga
dalam Lukas, cerita ini (Luk 7:18 dst) didahului dengan peristiwa dimana
Yesus membangkitkan orang mati (Luk 7:11-17), dan bahkan persis sebelum
Lukas menceritakan jawaban Yesus, ia menceritakan bahwa Yesus melakukan banyak
mujijat penyembuhan. Ay 21: “Pada
saat itu Yesus menyembuhkan banyak orang dari segala penyakit dan penderitaan
dan dari roh-roh jahat, dan Ia mengaruniakan penglihatan kepada banyak orang
buta”.
Pulpit Commentary: “We thus learn that the
best defence of a suspected work is the patient performance of it. It will
vindicate itself in due season, if it be good and genuine”
(= Jadi kita belajar bahwa pertahanan yang terbaik untuk suatu pekerjaan yang
dicurigai adalah pelaksanaan dengan sabar terhadap pekerjaan itu. Itu akan
mempertahankan dirinya sendiri pada waktunya, jika pekerjaan itu baik dan asli) - hal 197.
William Barclay: “this is not the answer
John expected. If Jesus was God’s anointed one, John would have expected him
to say, ‘My armies are massing. Caesarea, the headquarters of the Roman
government, is about to fall. The sinners are being obliterated. And judgment
has begun.’ He would have expected Jesus to say, ‘The wrath of God is on the
march.’ but Jesus said, ‘The mercy of God is here.’”
(= ini bukanlah jawaban yang diharapkan oleh Yohanes. Jika Yesus adalah orang
yang diurapi oleh Allah, Yohanes mengharapkan Ia untuk berkata: ‘PasukanKu
banyak sekali. Kaisarea, markas besar dari pemerintahan Romawi, hampir jatuh.
Orang-orang berdosa dihapuskan. Dan penghakiman telah dimulai’. Ia berharap
Yesus berkata: ‘Murka Allah sedang mendatang’. tetapi Yesus berkata:
‘Belas kasihan Allah ada di sini’.) -
‘The Gospel of Luke’, hal 89-90.
2)
Ay 23: “Dan berbahagialah orang yang tidak
menjadi kecewa dan menolak Aku.’”.
Dalam Kitab Suci Indonesia digunakan 2 kata, yaitu ‘kecewa’ dan ‘menolak’.
Tetapi sebetulnya hanya ada satu kata saja.
KJV: “shall not be offended in me.’” (= tidak sakit
hati / tersinggung dalam Aku).
NIV: “does not fall away on account of me.’” (= tidak
meninggalkan karena Aku).
NASB: “keeps from stumbling over Me.’” (= tidak
tersandung olehKu).
Barnes’ Notes:
“The word ‘offence’ means a
‘stumbling-block’. ... This verse might be rendered, ‘Happy is he to whom
I shall not prove a stumbling-block!’ That is, happy is he who shall not take
offence at my poverty and lowliness of life, so as to reject me and my
doctrine” (= Kata ‘sakit hati /
tersinggung’ berarti suatu ‘batu sandungan’. ... Ayat ini bisa
diterjemahkan ‘Berbahagialah ia bagi siapa Aku tidak terbukti sebagai batu
sandungan!’ Yaitu, berbahagialah ia yang tidak tersinggung / tersandung karena
kemiskinanKu dan kerendahan hidupKu, sehingga menolak Aku dan ajaranKu)
- hal 52.
William Barclay: “This was spoken to
John; and it was spoken because John had only grasped half the truth. John
preached the gospel of divine holiness with divine destruction; Jesus preached
the gospel of divine holiness with divine love. So Jesus says to John,
‘Maybe I am not doing the things you expected me to do. But the powers of evil
are being defeated not by irresistible power, but by unshaken love.’ Sometimes
a man can be offended at Jesus because Jesus cut across his ideas of what
religion should be” (= Ini dikatakan
kepada Yohanes; dan itu dikatakan karena Yohanes hanya mengerti setengah dari
kebenaran. Yohanes memberitakan injil dari kekudusan ilahi dengan penghancuran
ilahi; Yesus memberitakan injil dari kekudusan ilahi dengan kasih ilahi. Jadi
Yesus berkata kepada Yohanes: ‘Mungkin Aku tidak sedang melakukan hal-hal yang
engkau harapkan untuk Aku lakukan. Tetapi kuasa-kuasa kejahatan sedang
dikalahkan, bukan oleh kuasa yang tidak bisa ditahan, tetapi oleh kasih yang
tidak tergoyahkan’. Kadang-kadang seseorang bisa tersandung / tersinggung pada
Yesus, karena Yesus mengabaikan gagasannya tentang bagaimana agama itu
seharusnya) - ‘The
Gospel of Matthew’, vol II, hal 4.
Calvin: “he
who would adhere firmly and stedfastly to the faith of the Gospel must encounter
offences, which will tend to interrupt the progress of faith. ... The first
lesson, therefore, to be learned is, that we must contend with offences, if we
would continue in the faith of Christ; for Christ himself is justly denominated
‘a rock of offence and stone of stumbling, by which many fall’ (1Pet
2:8.)” [= ia yang mau berpegang dengan
teguh dan setia kepada iman dari Injil harus menemui / menghadapi batu sandungan
/ hal-hal yang menyinggung / menyakitkan hati, yang cenderung untuk mengganggu
kemajuan iman. ... Karena itu, pelajaran pertama yang harus dipelajari adalah
bahwa kita harus puas dengan batu sandungan / hal-hal yang menyinggung /
menyakitkan hati, jika kita ingin melanjutkan dalam iman dari Kristus; karena
Kristus sendiri secara benar dinamakan / disebut ‘batu sentuhan dan batu
sandungan, oleh mana banyak orang jatuh’ (1Pet 2:7b-8)]
- hal 10.
1Pet 2:7-8 - “Karena itu
bagi kamu, yang percaya, ia mahal, tetapi bagi mereka yang tidak percaya:
‘Batu yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan, telah menjadi batu
penjuru, juga telah menjadi batu sentuhan dan suatu batu sandungan.’
(8) Mereka tersandung padanya, karena mereka tidak taat kepada Firman Allah; dan
untuk itu mereka juga telah disediakan”.
Bagi Yohanes Pembaptis ay 23 ini merupakan teguran halus,
sedangkan bagi kita ay 23 ini menunjukkan bahwa kalau kita ikut Yesus pasti
akan mengalami banyak hal yang mengecewakan kita (secara daging). Misalnya:
· tidak
ditolong dari problem.
· tidak
dijawab doanya.
· dikecewakan
oleh manusia (pendeta, penginjil, majelis, teman pelayanan, jemaat lain).
· adanya
penganiayaan, dan Tuhan kelihatannya diam saja.
Tetapi semua ini tidak boleh menyebabkan kita berhenti atau kendur
dalam mengikut Yesus.
3)
Dari jawaban Yesus kepada Yohanes Pembaptis ini terlihat bahwa sekalipun sistim
yang digunakan oleh Yesus dalam pelayanannya menimbulkan kebingungan dan
ketidak-puasan dalam diri Yohanes Pembaptis, tetapi Yesus hanya menjelaskannya
kepada Yohanes Pembaptis tetapi tidak mengubah sistim yang Ia gunakan.
Norval Geldenhuys (NICNT): “When John the Baptist
became dissatisfied with the Saviour’s method of work, Jesus did not change
His method but continued in the same way and, in addition, expressly informed
John that this and this alone was His method of work. What a lesson for the
church of Christ when the Biblical methods of living and working are criticised,
not to agree to compromises but to continue faithfully with the work as His Word
ordains and to give the critics to understand that this and this alone is the
method according to which she intends to work”
(= Pada waktu Yohanes Pembaptis menjadi tidak puas dengan metode kerja dari sang
Juruselamat, Yesus tidak mengubah metodeNya tetapi meneruskan dengan cara yang
sama dan sebagai tambahan, secara jelas / explicit memberi informasi kepada
Yohanes bahwa ini, dan hanya ini, adalah metode kerjaNya. Ini merupakan suatu
pelajaran untuk gereja Kristus pada waktu metode-metode yang Alkitabiah tentang
kehidupan dan pekerjaan dikritik, untuk tidak menyetujui kompromi-kompromi
tetapi meneruskan dengan setia pekerjaan seperti yang ditetapkan oleh FirmanNya
dan menjelaskan kepada para pengkritik bahwa ini, dan hanya ini, merupakan
metode menurut apa ia mau bekerja)
- hal 229.
-AMIN-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali