Eksposisi
Injil Lukas
oleh: Pdt. Budi
Asali MDiv.
Dalam Kitab Suci Indonesia, di atas Luk 7:1 dituliskan Mat 8:5-13
dan Yoh 4:46-53, seakan-akan kedua text itu merupakan text yang paralel dengan
Luk 7:1-10. Tetapi benarkah demikian?
1) Luk 7:1-10 dan Mat 8:5-13.
Kelihatannya ada perbedaan yang menyolok, yaitu: dalam Luk 7
perwira itu menyuruh tua-tua Yahudi untuk pergi kepada Yesus; sedangkan dalam
Mat 8 perwira itu sendiri yang pergi kepada Yesus.
Ini menyebabkan orang yang beranggapan bahwa Luk 7:1-10 dan Mat
8:5-13 adalah 2 cerita yang berbeda. Jadi, ada perwira II yang meniru perwira I.
Tetapi begitu banyak detail-detail / hal-hal kecil yang sama antara Luk 7:1-10
dan Mat 8:5-13 sehingga menyebabkan hal itu rasanya tidak masuk akal.
Saya berpendapat bahwa Luk 7:1-10 jelas memang sama dengan Mat 8:5-13!
Tetapi bagaimana dengan perbedaan di atas? Orang Yahudi mempunyai anggapan bahwa
apa yang dilakukan seseorang melalui orang lain; ia sendirilah yang melakukan
hal itu. Sebetulnya ini bukan hanya berlaku untuk orang Yahudi saja, tetapi
mungkin untuk semua orang.
Leon Morris (Tyndale): “What a man does through
agents he may be said to do himself” (=
Apa yang dilakukan seseorang melalui seorang agen bisa dikatakan dilakukannya
sendiri) - hal 137.
Calvin: “there
is no impropriety in Matthew saying, that the centurion did what was done in his
name and at his request” (= tidak ada
ketidak-cocokan dalam perkataan Matius, bahwa perwira itu melakukan apa yang
dilakukan dalam namanya dan atas permintaannya)
- hal 378.
William Hendriksen: “When Matt. 27:26
reports that Pilate scourged Jesus this does not mean that the governor applied
the scourge with his own hand” (= Pada
waktu Mat 27:26 melaporkan bahwa Pilatus menyesah Yesus, ini tidak berarti bahwa
sang gubernur menyesah dengan tangannya sendiri) - ‘The Gospel of Matthew’, hal 395.
Illustrasi:
dalam hidup kita sekalipun kita sering berkata: ’Saya membangun rumah’,
padahal kenyataannya kita menyuruh orang (tukang batu) untuk membangun rumah.
Contoh lain dalam Kitab Suci:
· Yoh
3:22,26 dan Yoh 4:1 mengatakan Yesus yang membaptis.
Tetapi Yoh 4:2 mengatakan bahwa Yesus sendiri tidak membaptis;
murid-muridNyalah yang membaptis. Jadi, Yesus membaptis melalui murid-muridNya
sebagai agen.
· Mark
10:35 - Yohanes dan Yakobus sendiri yang minta kepada Yesus.
Tetapi Mat 20:20 - yang minta kepada Yesus adalah ibu mereka. Jadi,
Yohanes dan Yakobus meminta melalui ibu mereka sebagai agen.
2) Luk 7:1-10 dan Yoh 4:46-53.
Ini memang merupakan 2 cerita yang berbeda. Perbedaannya:
Luk 7:1-10
Yoh 4:46-53
perwira
pegawai istana
yang sakit adalah hamba
yang sakit adalah anak (son - HUIOS)
melarang Yesus datang
meminta Yesus datang
Kesimpulan: Luk 7:1-10 sama dengan Mat 8:5-13 tetapi berbeda dengan
Yoh 4:46-52.
1) Perwira (ay 2).
Dalam bahasa Inggris diterjemahkan ‘centurion’, yang
menunjuk kepada orang yang mengepalai 100 orang tentara. Ini menunjukkan bahwa
ia mempunyai kedudukan, dan dari pembangunan synagogue / rumah ibadat yang ia
lakukan (ay 5) terlihat juga bahwa ia kaya. Tetapi ia beriman, kasih, dan
rendah hati!
2) Hamba (ay 2).
Ay 2: ‘Di situ ada
seorang perwira yang mempunyai seorang hamba, yang sangat dihargainya. Hamba itu
sedang sakit keras dan hampir mati’.
a)
‘Hamba’.
KJV/NIV menterjemahkan ‘servant’ (= pelayan), tetapi ini
salah karena kata Yunani yang digunakan oleh Lukas adalah DOULOS, yang artinya
‘hamba’. Tetapi Matius menggunakan kata Yunani yang berbeda yaitu PAIS, yang
bisa diartikan sebagai ‘boy’ (= seorang anak laki-laki), ‘servant’
(= pelayan), atau ‘slave’ (= hamba).
Perbedaan antara pelayan dan hamba sangat besar, dan pengertian
tentang hal ini berpengaruh terhadap pengertian kita tentang karakter dari si
perwira. Ia bukan hanya menghargai seorang pelayan, tetapi seorang hamba.
b)
‘sangat dihargainya’.
NIV: ‘valued highly’ (= menilai tinggi).
NASB: ‘highly regarded’ (= dianggap tinggi).
KJV: ‘who was dear unto him’ (= yang disayanginya).
RSV: ‘who was dear to him’ (= yang disayanginya).
Yunani: ENTIMOS, yang artinya ‘berharga’ atau ‘dihormati’.
Penerapan:
Kalau saudara mempunyai pelayan atau pegawai, yang jujur, baik, dan
rajin, apakah saudara menghargai / mengasihinya? Atau saudara hanya menggunakan
mereka bagi kepentingan saudara saja?
Pulpit Commentary (hal 185) mengatakan bahwa kita harus
mengingat kesombongan dari orang Romawi (sebagai penjajah), dan juga kebencian
dan bahkan kejijikan mereka terhadap orang Yahudi. Juga Barclay (hal 84-85)
menambahkan bahwa dalam hukum Romawi, hamba merupakan alat yang hidup yang tidak
mempunyai hak. Tuannya boleh memperlakukannya sesuka hatinya dan bahkan
membunuhnya. Biasanya jika seorang hamba tidak lagi bisa bekerja, maka ia
dibuang keluar dan dibiarkan mati. Semua ini makin menunjukkan betapa mulianya
perwira ini.
Pulpit Commentary (hal 181) mengatakan bahwa mungkin perwira ini
menghargai / mengasihi hambanya karena hamba itu yang memberitakan Injil
kepadanya sehingga ia mengenal dan percaya kepada Tuhan. Memang ini hanya dugaan
saja, tetapi ini memang merupakan sesuatu yang memungkinkan.
c)
Hamba itu sakit.
Lukas mengatakan bahwa hamba itu sakit keras dan hampir mati (ay
3). Bagian paralelnya, yaitu Mat 8:6, mengatakan bahwa hamba itu lumpuh dan
sangat menderita [NASB: ‘suffering great pain’ (= menderita rasa
sakit yang hebat)].
1)
Perwira ini mendengar tentang Yesus (ay 3a).
Perwira itu rupanya sudah banyak mendengar dan memperhatikan
tentang Yesus, dan menyimpulkan bahwa Yesus bukanlah sekedar manusia biasa.
Perlu ditekankan bahwa ia hanya pernah mendengar tentang Yesus, tetapi belum
pernah bertemu apalagi mengalaminya sendiri. Tetapi memang iman timbul dari
pendengaran (Ro 10:17)!
2)
Perwira itu lalu mengirimkan tua-tua Yahudi sebagai utusan kepada Yesus, untuk
memintaNya menyembuhkan hambanya yang sakit itu (ay 3).
a)
Kasih / penghargaannya terhadap hambanya ini menyebabkan ia ‘menaikkan doa
syafaat’ untuk hambanya.
Penerapan:
Bagaimana sikap saudara kalau pembantu saudara sakit? Apakah
saudara berdoa supaya dia disembuhkan? Atau saudara tidak peduli? Bandingkan
dengan Amsal 12:10 - “Orang benar
memperhatikan hidup hewannya, tetapi belas kasihan orang fasik itu kejam”.
Kalau hewan saja harus diperhatikan, apalagi pelayan / pegawai, yang adalah
manusia!
b)
Mengapa Matius tidak menceritakan tentang tua-tua Yahudi yang diutus oleh
perwira?
Leon Morris (Tyndale): “Perhaps we can discern
something of the differing purposes of the two Evangelists in their treatment of
the messengers. Matthew was concerned primarily with the centurion’s faith and
nationality: to him the messengers were irrelevant, even a distraction. But Luke
was interested in the man’s character and specifically in his humility: to him
the messengers were a vital part of the story”
(= Mungkin kita bisa melihat perbedaan tujuan dari kedua Penginjil itu dalam
perlakuan mereka terhadap utusan-utusan. Matius mempunyai perhatian utama pada
iman dan kebangsaan dari si perwira: baginya utusan-utusan itu tidak relevan /
tidak ada hubungannya, dan bahkan merupakan suatu gangguan. Tetapi Lukas
tertarik pada karakter perwira ini dan secara khusus pada kerendahan hatinya:
baginya utusan-utusan ini merupakan bagian yang penting dari cerita)
- hal 137.
Mungkin maksud Morris adalah sebagai berikut:
· Matius
menekankan iman dari si perwira, dan untuk menekankan hal ini, tidak perlu
menceritakan para utusan. Juga Matius ingin menekankan bahwa orang Romawi juga
diterima oleh Yesus, dan dikabulkan doanya. Kalau diceritakan tentang
utusan-utusan Yahudi, maka itu malah akan mengaburkan penekanan ini.
· Sebaliknya,
Lukas ingin menekankan kerendahan hati di perwira. Kerendahan hati itu terlihat
dari adanya utusan-utusan Yahudi yang ia anggap lebih baik dari dirinya sendiri.
Juga dari utusan-utusan kedua, yaitu para sahabatnya, yang lalu menyampaikan
kepada Yesus bahwa si perwira merasa tidak layak untuk menerima Yesus di
rumahnya. Jadi, bagi Lukas, penceritaan tentang para utusan itu penting.
c)
Perwira itu merasa dirinya tidak layak untuk datang kepada Yesus, dan rupanya ia
menganggap bahwa para tua-tua Yahudi itu lebih baik dari dirinya sendiri,
padahal sebetulnya ia jauh melebihi mereka, tetapi ia sendiri tidak menyadari
hal ini. Tetapi ada juga yang menganggap bahwa ia mengutus tua-tua Yahudi karena
ia menganggap bahwa sebagai orang-orang Yahudi, mereka akan lebih diterima oleh
Kristus, dibandingkan dengan dirinya yang adalah non Yahudi.
d)
Dari sudut para tua-tua Yahudi itu, mungkin mereka mau diutus karena perwira ini
merupakan ‘donatur besar’! Kalau ini benar, maka ini tidak boleh ditiru oleh
hamba-hamba Tuhan!
3)
Para tua-tua Yahudi itu menganggap bahwa perwira itu layak untuk ditolong,
karena perwira itu mengasihi bangsa Yahudi dan menanggung pembiayaan rumah
ibadat mereka (ay 5).
Jelas bahwa tua-tua Yahudi ini mempunyai konsep yang tidak beres
tentang layak atau tidaknya seseorang dalam pandangan Tuhan, karena sekalipun
apa yang dilakukan si perwira itu merupakan hal-hal yang baik, tetapi ini tidak
membuat ia layak di hadapan Tuhan. Perlu diingat kata-kata Yesaya dalam Yes
64:6a - “Demikianlah kami sekalian seperti
seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor”.
Perwira ini mempunyai semangat untuk Tuhan / penyembahan yang benar
terhadap Tuhan. Ini menyebabkan ia mengasihi bangsa Yahudi dan mau membangun
sebuah synagogue.
Penerapan:
Kalau saudara menganggap diri beriman, tetapi tidak / kurang
mempedulikan pembangunan gereja, dan kikir sekali dalam memberi persembahan,
maka itu kelihatannya seperti iman tanpa perbuatan!
Perlu juga diingat bahwa pembangunan synagogue yang ia lakukan
pasti menyebabkan ia diserang, dikritik dan dibenci oleh teman-teman
sebangsanya.
4) Seluruh cerita ini menunjukkan hubungan Yahudi - non
Yahudi yang indah.
Biasanya hubungan Yahudi dan non Yahudi sangat buruk.
Barclay: “If
the Jews despised the gentiles, the gentiles hated the Jews. ... The Romans
called the Jews a filthy race; they spoke of Judaism as a barbarous
superstition; they spoke of the Jewish hatred of mankind; they accused the Jews
of worshipping an ass’s head and annually sacrificing a gentile stranger to
their God” (= Jika orang Yahudi
menganggap hina orang non Yahudi, maka orang non Yahudi membenci orang Yahudi.
... Orang Romawi menyebut orang Yahudi sebagai bangsa yang kotor; mereka
berbicara tentang Yudaisme sebagai takhyul yang barbar / biadab; mereka
berbicara tentang kebencian Yahudi terhadap umat manusia; mereka menuduh bahwa
orang-orang Yahudi menyembah kepala keledai dan setiap tahun mengorbankan
seorang non Yahudi kepada Allah mereka) - hal 85.
Tetapi perwira Romawi itu mengasihi dan sangat memperhatikan
hambanya, yang hampir pasti adalah orang Yahudi. Ia juga dikatakan mengasihi
bangsa Yahudi dan membangun synagogue / rumah ibadat Yahudi. Tua-tua Yahudi itu
mau melayani dia dan datang kepada Kristus untuk memohonkan kesembuhan bagi
hamba perwira itu. Jadi, dalam cerita ini kita melihat hubungan orang Romawi dan
orang Yahudi yang begitu indah, padahal biasanya mereka saling membenci. Mengapa
bisa terjadi? Karena agama / kepercayaan yang sama / ibadah kepada Tuhan yang
sama. Agama / kepercayaan yang berbeda bisa memecah belah. Bandingkan dengan
kata-kata Yesus dalam Mat 10:34-36 - “Jangan
kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang
bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. Sebab Aku datang untuk memisahkan
orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu
mertuanya, dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya”.
Tetapi agama / kepercayaan yang sama akan membuat berdamai orang
yang bermusuhan.
Bandingkan dengan Ef 2:13-15 - “Tetapi
sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu ‘jauh’, sudah menjadi
‘dekat’ oleh darah Kristus. Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah
mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu
perseteruan, sebab dengan matiNya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum
Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya
menjadi satu manusia baru di dalam diriNya, dan dengan itu mengadakan damai
sejahtera”.
5) Yesus pergi bersama-sama dengan para tua-tua Yahudi
itu (ay 6).
Yesus tidak merasa gengsi untuk pergi ke rumah perwira Romawi ini!
Juga, berbeda dengan sikap Yahudi pada umumnya, Yesus tidak merasa bahwa rumah
orang non Yahudi itu akan menajiskan diriNya (bdk. Yoh 18:28 Kis 10:28
Kis 11:2-3 Gal 2:11-14).
1)
Ketika Yesus sudah dekat dengan rumahnya, si perwira mengirimkan lagi
utusan-utusan, kali ini mereka adalah sahabat-sahabatnya, untuk mengatakan
kepada Yesus:
a)
Supaya jangan bersusah-susah dengan datang ke rumahnya.
Ay 6b: ‘Tuan, janganlah
bersusah-susah, ... ’.
· Kata
‘Tuan’ berasal dari kata Yunani KURIOS. KJV/RSV/NIV/NASB: ‘Lord’
(= Tuhan).
Kata KURIOS bisa diartikan ‘sir’ (= tuan), dan Clarke
(hal 101) menganggap bahwa kata ini seharusnya diterjemahkan ‘sir’ (=
tuan) setiap kali kata itu diucapkan oleh seorang Romawi. Tetapi mengingat iman
yang hebat dari perwira ini rupanya yang ia maksudkan di sini bukanlah
‘Tuan’ tetapi ‘Tuhan’.
· Perwira
itu kelihatannya sungkan merepotkan Yesus dengan datang ke rumahnya. Karena itu
ia pikir lebih baik Yesus hanya menggunakan firman / kuasaNya untuk menyembuhkan
dari jarak jauh, dan dengan demikian tidak merepotkan Yesus.
Tetapi seorang penafsir dari Pulpit Commentary mengatakan bahwa
merupakan sesuatu yang penting untuk diingat bahwa Yesus tidak selalu mau
menggunakan jalan yang paling tidak merepotkan. Ia lebih memilih untuk bisa
menunjukkan simpatinya, sekalipun untuk itu Ia harus repot dan datang.
Pulpit Commentary: “Now, it is important to
remember that our Lord did not take the easiest way always. He preferred to show
his sympathy and thorough devotedness by taking sometimes the most irksome way.
His idea was not to save himself trouble; ‘he spared not himself.’ He will
not use his power to save himself trouble”
[= Adalah penting untuk mengingat bahwa Tuhan kita tidak selalu mengambil jalan
yang termudah. Ia lebih memilih untuk menunjukkan simpatiNya dan pembaktianNya
yang sepenuhnya dengan kadang-kadang mengambil jalan yang paling menyulitkan.
PemikiranNya bukanlah supaya diriNya tidak mengalami kesukaran; ‘Ia tidak
menyelamatkan / menghemat diriNya sendiri (Jawa:
tidak ngeman diriNya sendiri)’. Ia tidak mau menggunakan kuasaNya supaya
diriNya tidak mengalami kesukaran] - hal 195.
Tetapi penafsir yang sama lalu menambahkan bahwa dalam kasus ini
Yesus memang menuruti kata-kata dari perwira itu dan lalu menyembuhkan hamba
perwira itu dari jarak jauh. Mengapa? Bukan karena ia tidak mau repot, tetapi
karena kalau Ia tetap memaksa untuk datang ke rumah perwira itu, maka ini
mungkin justru akan merusak iman perwira itu. Perwira itu mungkin akan berpikir
bahwa Yesus ternyata tidak bisa menyembuhkan dari jarak jauh.
b)
Bahwa ia tidak layak menerima Yesus di rumahnya (ay 6b).
Jadi, kontras dengan pemikiran dari para tua-tua Yahudi itu dalam
ay 5, si perwira itu sendiri menganggap dirinya tidak layak, baik untuk
datang kepada Yesus, maupun untuk menerima Yesus di rumahnya. Ada yang
menganggap bahwa rasa tidak layak itu ada karena ia tahu batasan yang keras
antara Yahudi dan non Yahudi. Tetapi saya beranggapan bahwa Ini betul-betul
menunjukkan kerendahan hatinya, dan juga kesadarannya akan dosanya.
Barclay: “This
man who was accustomed to command had an amazing humility in the presence of
true greatness” (= Orang ini yang
terbiasa memerintah mempunyai kerendahan hati yang mengherankan di depan
keagungan / kebesaran yang sejati)
- hal 85.
Penerapan:
Kalau saudara adalah orang kaya / orang yang berkedudukan, yang
biasanya menyuruh / memerintah orang / bawahan, maka renungkanlah kata-kata
Barclay ini dan bandingkanlah perwira ini dengan diri saudara. Banyak orang kaya
/ berkedudukan yang tidak seperti ini, bahkan pada saat mereka ada di hadapan
Tuhan dalam gereja! Di gereja mereka tetap membawa kesombongan mereka, dengan
main perintah seenaknya! Sebetulnya memang orang harus rendah hati dimanapun.
Tetapi kalau di gereja / di hadapan Tuhan saja tidak bisa rendah hati, apalagi
di tempat lain!
Apakah saudara adalah orang yang sombong? Kalau ya, renungkan
ayat-ayat ini:
· Yes 2:12
- “Sebab TUHAN semesta alam menetapkan
suatu hari untuk menghukum semua yang congkak dan angkuh serta menghukum semua
yang meninggikan diri, supaya direndahkan”.
· Yak
4:6 - “Tetapi kasih karunia, yang
dianugerahkanNya kepada kita, lebih besar dari pada itu. Karena itu Ia katakan:
‘Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah
hati.’”.
· 1Pet
5:5 - “Demikian jugalah kamu, hai
orang-orang muda, tunduklah kepada orang-orang yang tua. Dan kamu semua,
rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain, sebab: ‘Allah menentang orang
yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati.’”.
· 1Kor
4:7 - “Sebab siapakah yang menganggap
engkau begitu penting? Dan apakah yang engkau punyai, yang tidak engkau terima?
Dan jika engkau memang menerimanya, mengapakah engkau memegahkan diri,
seolah-olah engkau tidak menerimanya?”.
KJV: ‘For who maketh thee to differ from another? and what
hast thou that thou didst not receive? now if thou didst receive it, why dost
thou glory, as if thou hadst not received it?’ (= Karena siapa yang
membuatmu berbeda dengan yang lain? dan apa yang engkau miliki yang tidak engkau
terima? jika engkau memang menerimanya, mengapa engkau memegahkan diri,
seakan-akan engkau tidak menerimanya?).
Tetapi justru ia menganggap diri tidak layak, maka ia layak bagi
Tuhan. Bandingkan dengan perumpamaan tentang 2 orang yang berdoa di Bait Allah
(Luk 18:9-14), dimana yang merasa layak, justru diabaikan oleh Tuhan, sedangkan
yang merasa tidak layak, justru diterima.
Pulpit Commentary: “We do not know whether
he entered the house of the centurion, but he came into his soul. As St.
Augustine says, ‘In counting himself unworthy that Christ should enter into
his door, he was counted worthy that Christ should enter into his heart.’”
(= Kita tidak tahu apakah Ia memasuki rumah si perwira, tetapi Ia masuk ke dalam
jiwanya. Seperti Agustinus berkata: ‘Dengan menganggap dirinya tidak layak
untuk menerima Kristus dalam rumahnya, ia dianggap layak untuk menerima Kristus
dalam hatinya’) - hal 180.
c)
Bahwa kata-kata Yesus, tanpa kehadiranNya, sudah cukup untuk menyembuhkan
hambanya (ay 7-8).
· Ini
menunjukkan imannya. Ia tidak membutuhkan kontak / kehadiran Yesus, kata-kataNya
sudah cukup. Bandingkan dengan kata-kata dari Maria dan Marta pada saat kematian
Lazarus: ‘Tuhan, sekiranya Engkau ada
di sini saudaraku pasti tidak mati’
(Yoh 11:21,32b).
· ‘penghalang
iman’ menjadi ‘penumbuh iman’.
Ay 8: “Sebab aku sendiri
seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah
seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!,
maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia
mengerjakannya.’”.
Pulpit Commentary (hal 186) mengatakan bahwa merupakan sesuatu yang
menarik bahwa pekerjaannya sebagai tentara, yang kelihatannya tidak memungkinkan
untuk menolong seseorang dalam iman dan pemuridannya terhadap Kristus, dalam
faktanya justru menolongnya. Ini menolongnya untuk mengerti tentang otoritas
ilahi.
Apa yang bisa kita dapatkan dari sini? Segala sesuatu bisa kita
gunakan sebagai alasan untuk berbuat dosa, tidak berbuat baik, tidak melayani,
tidak percaya, dan sebagainya. Tetapi kita juga bisa menggunakan hal yang sama
sebagai alat untuk lebih beriman, lebih banyak berbuat baik, lebih banyak
membuang dosa dan sebagainya.
Misalnya:
¨
kemiskinan. Orang miskin bisa
saja menggunakan ini sebagai alasan untuk tidak ke gereja, kurang mengasihi
Tuhan, kuatir akan masa depan, tidak memberi persembahan persepuluhan, dan
sebagainya. Tetapi orang miskin juga bisa berpikir secara berbeda, misalnya:
* karena
aku miskin, aku memberi sedikit saja oleh Tuhan dianggap banyak (bdk. Luk
21:3-4). Jadi aku mau memberi untuk Tuhan.
* karena
aku miskin, tidak terlalu banyak yang aku pikirkan tentang pekerjaan (beda
dengan konglomerat). Jadi aku bisa lebih banyak berpikir untuk kemuliaan Tuhan,
pelayanan dan sebagainya.
* karena
aku miskin, aku tidak perlu ‘menjaga gengsi’ dalam melakukan pelayanan yang
rendah.
¨
kekayaan. Orang kaya biasanya
mempunyai banyak urusan bisnis, dan ini bisa ia pakai untuk tidak ke gereja,
tidak melayani, dan sebagainya. Juga bisnisnya menuntut kecurangan, tipu
muslihat dan bahkan kekejaman. Disamping itu, teman-temannya yang kaya,
menyebabkan ia harus menjaga gengsi dengan menggunakan barang-barang dan pakaian
yang mewah, sehingga pengeluaran menjadi besar. Dan penghasilannya yang besar,
menyebabkan persembahan persepuluhan menjadi besar, sehingga menyebabkan ia
berpikir: kok banyak sekali? Dan ia lalu memotong persembahan persepuluhannya.
Tetapi orang kaya itu bisa berpikir secara berbeda:
* ia
bisa melihat pada 90 % dari penghasilannya, dan menganggap itu masih
terlalu banyak, sehingga ia memberi lebih dari 10 %.
* ia
bisa berpikir untuk menggunakan pegawai dan manager sehingga ia tidak perlu
terlalu banyak berpikir. Ini memang membutuhkan tambahan biaya, tetapi ia bisa
berpikir bahwa ia toh tetap lebih dari cukup. Dengan demikian ia bisa lebih
banyak waktu untuk melayani Tuhan, berdoa dan sebagainya.
* kalau
ia mempunyai toko / restoran, ia bisa menutupnya sekali atau bahkan dua kali
seminggu, tanpa mengalami kekurangan uang, sehingga bisa menggunakan hari-hari
itu untuk Tuhan.
2) Sikap dan kata-kata Yesus (ay 9-10).
a)
Yesus heran.
Ay 9: Yesus heran melihat iman perwira itu. Bandingkan dengan Mark
6:6a dimana Yesus heran melihat ketidak-percayaan orang-orang Nazaret.
Leon Morris (Tyndale): “Twice only is Jesus
recorded as marvelling at people, here on account of faith and in Nazareth
because of unbelief (Mk. 6:6)” [= Hanya 2
x dicatat bahwa Yesus heran, di sini karena iman dan di Nazaret karena
ketidak-percayaan (Mark 6:6)] - hal 138.
Kalau dikatakan bahwa Yesus heran, maka ini meninjau Yesus sebagai
seorang manusia. Waktu itu kesadaran manusiaNyalah yang muncul. Sebagai Allah,
Yesus tidak mungkin bisa merasa heran.
Calvin: “‘Wonder’
cannot apply to God, for it arises out of what is new and unexpected: but it
might exist in Christ, for he had clothed himself with our flesh, and with human
affections” (= ‘Heran’ tidak bisa
diterapkan kepada Allah, karena itu muncul dari apa yang baru dan tidak
diharapkan: tetapi itu bisa ada dalam Kristus, karena Ia memakaiani diriNya
sendiri dengan daging kita, dan dengan perasaan-perasaan manusia)
- hal 382.
Dalam pengakuan iman Chalcedon ada kata-kata: “Ia
adalah Kristus, Anak, Tuhan yang satu dan yang sama, satu-satunya yang
diperanakkan, mempunyai keberadaan dalam 2 hakekat, tanpa percampuran, tanpa
perubahan, tanpa perpecahan, tanpa perpisahan; perbedaan dari dua hakekat itu
sama sekali tidak dihancurkan oleh persatuan mereka, tetapi sifat-sifat dasar
yang khas dari setiap hakekat dipertahankan dan bersatu menjadi satu pribadi dan
satu keberadaan / makhluk, tidak berpisah atau terbagi menjadi dua pribadi,
tetapi Anak yang satu dan yang sama, dan satu-satunya yang diperanakkan”.
Ini menunjukkan bahwa dalam pribadi Kristus ada sifat-sifat manusia
dan sifat-sifat ilahi, yang tidak bercampur menjadi satu.
b)
Yesus memuji iman orang itu (ay 10).
Ia berkata bahwa Ia melihat iman yang besar yang tidak pernah ia
lihat dalam diri orang Yahudi. Ia juga memberikan pujian pada waktu Ia melihat
iman yang besar dari seorang perempuan Kanaan (Mat 15:28). Ini menunjukkan bahwa
Yesus senang melihat orang beriman kepada Dia!
Hal yang menyolok dalam kedua pujian di atas adalah bahwa keduanya
diberikan kepada orang-orang yang bukan orang Yahudi. Yang satu diberikan kepada
seorang perwira Romawi, dan yang lain kepada seorang perempuan Kanaan!
Pulpit Commentary: “Clearly faith is not
always in proportion to opportunity and advantages. How weak the faith of many
who have been all their lives long in the enjoyment of the means of grace!”
(= Jelas bahwa iman tidak selalu sebanding dengan kesempatan dan keuntungan.
Betapa lemahnya iman dari banyak orang yang seumur hidup mereka menikmati jalan
/ cara kasih karunia!) -
hal 196.
Maksudnya, ada banyak orang yang mempunyai kesempatan dan
keuntungan untuk belajar Firman Tuhan, berbakti, melayani, dsb, tetapi yang
imannya lemah. Sebaliknya ada orang yang mempunyai hanya sedikit kesempatan dan
keuntungan seperti itu, seperti perwira dan perempuan Kanaan tersebut, tetapi
imannya hebat.
Karena itu, bukan sesuatu yang aneh kalau ternyata dalam
gereja-gereja di desa-desa, dalam kalangan Pentakosta yang tak terpelajar,
tahu-tahu ada orang kristen yang imannya hebat, sedangkan di GKRI EXODUS tidak
ada orang seperti itu.
Ini tidak berarti bahwa kita tidak harus menggunakan kesempatan dan
keuntungan yang Tuhan berikan kepada kita! Kita tetap harus menggunakannya,
tetapi kita juga harus sadar bahwa pertumbuhan iman, tidak tergantung hanya pada
hal-hal itu, tetapi juga pada ketaatan kita dan berkat dari Tuhan. Bandingkan
dengan 1Kor 3:6-7 - “Aku menanam, Apolos
menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan. Karena itu yang penting
bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi
pertumbuhan”.
c)
Yesus menyembuhkan hamba perwira tersebut (ay 10 bdk. Mat 8:13).
Barclay: “If
only we had a faith like that, for us too the miracle would happen”
(= Jika saja kita mempunyai iman seperti itu, mujijat juga akan terjadi bagi
kita) - hal 86.
Saya berpendapat bahwa kata-kata ini salah, karena adanya iman
tidak menjamin secara mutlak terjadinya mujijat ataupun pengabulan doa. Misalnya
Paulus dengan duri dalam dagingnya. Ia tetap tidak disembuhkan padahal ia jelas
adalah orang yang hebat dalam iman, dan ia berdoa untuk kesembuhannya.
Norval
Geldenhuys (NICNT) mengatakan (hal 220) mengatakan bahwa cerita ini menunjukkan
bahwa kerendahan hati dan iman yang kuat kepada Kristus merupakan jalan untuk
menerima berkat ilahi.
Tetapi ini tidak
berarti bahwa orang yang imannya tidak sebesar itu tidak boleh datang / meminta
kepada Yesus. Sekalipun kita tidak mempunyai iman sebesar itu, kita tetap boleh
datang dan meminta kepada Yesus.
Pulpit
Commentary: “Not
all that sought his aid had faith like this; yet he healed them also. We must
come as we are and as we can. He is One that ‘does not break the bruised
reed.’ A faith that is feeble, but sincere, will not go home unblessed”
(= Tidak semua yang mencari pertolonganNya mempunyai iman seperti ini; tetapi Ia
juga menyembuhkan mereka. Kita harus datang sebagaimana adanya kita dan semampu
kita. Ia adalah Orang yang ‘tidak memutuskan buluh yang patah terkulai’.
Iman yang lemah, tetapi sungguh-sungguh, tidak akan pulang ke rumah tanpa
diberkati) - hal 186.
e-mail us at [email protected]
-AMIN-