oleh: Pdt. Budi Asali MDiv.
1) Berseru ‘Tuhan, Tuhan’.
Ini bisa menunjuk kepada:
· orang
kristen yang menyatakan Pengakuan Iman.
· orang
Kristen yang mengaku Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya secara pribadi.
· orang
Kristen yang berseru ‘Tuhan, Tuhan’ dalam kebaktian / pelayanan, mungkin
pada waktu berdoa atau menyanyikan lagu pujian.
Pengakuan Yesus sebagai Tuhan merupakan sesuatu yang sangat
penting, karena Ro 10:9 - “Sebab jika kamu
mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu,
bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan
diselamatkan”.
‘Pengakuan Yesus sebagai Tuhan’ yang benar hanya bisa
terjadi jika ada pekerjaan Roh Kudus. 1Kor 12:3 - “Karena
itu aku mau meyakinkan kamu, bahwa tidak ada seorangpun yang berkata-kata oleh
Roh Allah, dapat berkata: ‘Terkutuklah Yesus!’ dan tidak ada seorangpun,
yang dapat mengaku: ‘Yesus adalah Tuhan’, selain oleh Roh Kudus”.
Pada akhir jaman, semua orang akan mengaku bahwa Yesus adalah
Tuhan.
Fil 2:9-11 - “Itulah sebabnya
Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala
nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang
ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: ‘Yesus
Kristus adalah Tuhan,’ bagi kemuliaan Allah, Bapa!”.
Pada saat itu orang-orang yang selama hidupnya memang sudah percaya
kepada Yesus akan mengaku dengan sukacita, tetapi orang-orang yang selama
hidupnya tidak percaya kepada Yesus akan mengaku dengan terpaksa, dan tanpa ada
gunanya. Pengakuan pada saat itu tidak akan menyebabkan mereka diampuni. Karena
itu dari pada mengaku secara terpaksa pada saat itu, percayalah dan akuilah
Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat saudara sekarang juga!
Apa artinya pengakuan bahwa Yesus adalah Tuhan?
‘The International Standard Bible Encyclopedia’, vol 3:
“Whenever worshipping Christians
repeated the Church’s earliest confession of faith, ‘Jesus is Lord,’ they
were ... acknowledging the deity of Jesus Christ (Jn. 20:28; Phil. 2:6,9-11);
... admitting the Lord’s personal rights to absolute supremacy in the
universe, the Church, and individual lives (Acts 10:36; Rom. 10:12; 14:8; 1Cor.
8:6; Jas. 4:15); ... declaring everyone’s accountability to the Lord, the
righteous judge (1Cor. 4:5; 2Tim. 4:1,8); ... repudiating their former
allegiance to many pagan ‘lords’ and reaffirming their loyalty to the one
Lord through and in whom they existed (1Cor. 8:5f; 1Tim. 6:15)”
[= Kapanpun orang-orang Kristen yang berbakti mengucapkan pengakuan iman Gereja
yang mula-mula: ‘Yesus adalah Tuhan’, mereka ... sedang mengakui
keilahian Yesus Kristus (Yoh 20:28; Fil 2:6,9-11); ... mengakui hak
pribadi Tuhan sebagai pemegang kuasa / otoritas tertinggi yang mutlak dalam alam
semesta, Gereja, dan kehidupan individuil (Kis 10:36; Ro 10:12;
14:8; 1Kor 8:6; Yak 4:15); ... menyatakan tanggung jawab setiap
orang kepada Tuhan, hakim yang adil / benar (1Kor 4:5; 2Tim 4:1,8);
... pembatalan kesetiaan mereka yang dahulu kepada banyak ‘tuhan’ kafir
dan penegasan kembali akan kesetiaan mereka kepada satu Tuhan melalui dan di
dlam siapa mereka ada (1Kor 8:5-dst; 1Tim 6:15)]
- hal 158.
2) Berseru ‘Tuhan, Tuhan’ tetapi tidak taat.
a)
Ini merupakan suatu kontradiksi.
Jelas merupakan suatu kontradiksi jika kita mengaku / menyebut
Yesus sebagai Tuhan, tetapi kita tidak mentaatiNya.
Ada kata-kata indah yang berbunyi:
“You
call Me the way but you do not follow Me,
You call
Me the light but you do not see Me,
You call
Me the teacher but you do not listen to Me,
You call
Me the Lord but you do not serve Me,
You call
Me the truth but you do not believe in Me,
Do not be
surprised if one day I don’t know you”.
Terjemahannya:
“Engkau
menyebut Aku jalan, tetapi engkau tidak mengikut Aku,
Engkau
menyebut Aku terang, tetapi engkau tidak melihat Aku,
Engkau
menyebut Aku guru, tetapi engkau tidak mendengarkan Aku,
Engkau
menyebut Aku Tuhan, tetapi engkau tidak melayani Aku,
Engkau
menyebut Aku kebenaran, tetapi engkau tidak percaya kepadaKu,
Jangan
kaget, jika suatu hari Aku tidak mengenal kamu”.
Kontradiksi antara pengakuan di mulut dan kehidupan sehari-hari ini
banyak sekali, misalnya:
· orang
yang mengaku bahwa Allah itu ada, tetapi hidup seakan-akan Allah tidak ada.
· orang
Kristen / pendeta yang mengaku bahwa Kitab Suci adalah Firman Tuhan, tetapi
tidak mempelajarinya ataupun mengajarkannya secara serius.
· orang
Kristen / pendeta yang mengaku Yesus sebagai satu-satunya jalan ke surga, tetapi
tidak memberitakan Injil.
· orang
Kristen yang mengaku bahwa Yesus adalah Tuhan, tetapi tidak melayaniNya /
mentaatiNya.
Kontradiksi ini menyebabkan Yesus mengucapkan ay 46 - “Mengapa
kamu berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan, padahal kamu tidak melakukan apa yang Aku
katakan?”.
Ketidak-taatan dari orang yang mulutnya mengaku Yesus sebagai Tuhan
ini, bisa terjadi karena mereka tunduk / taat kepada manusia (pendeta, boss,
dsb), tetapi tidak kepada Tuhan.
C. H. Spurgeon: “They call Jesus
‘Lord’; but they do what others say rather than what Jesus says”
(= Mereka menyebut / memanggil Yesus ‘Tuhan’, tetapi mereka melakukan apa
yang orang lain katakan dan bukannya yang Yesus katakan)
- ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol 3,
hal 625.
b)
Dengan melakukan seperti ini mereka akan sama dengan para tokoh Yahudi.
Pulpit (hal 149) mengatakan bahwa di bawah kata-kata Tuhan Yesus
dalam ay 46 ini tersembunyi suatu pemikiran sebagai berikut: ‘Pemimpin-pemimpin
buta itu (para tokoh agama Yahudi)
mengaku Allah dengan mulut / bibir mereka, tetapi mereka hidup dalam dosa. Kamu,
para pengikutKu, tidak boleh berlaku seperti itu’.
Bdk. Mat 5:20.
c)
Seruan ‘Tuhan, Tuhan’, yang sekedar disebabkan oleh pembangkitan emosi,
tidak ada gunanya.
Pulpit Commentary (hal 163) mengatakan bahwa jaman sekarang banyak
orang Kristen yang senang dengan pembangkitan emosi. Pada saat emosi
dibangkitkan, mereka berteriak: ‘Tuhan, Tuhan!’, dan kelihatannya teriakan
itu dilakukan dengan sungguh-sungguh. Tetapi hal seperti ini tidak ada harganya,
dan begitu badai pertama muncul, ini akan hancur. Untuk menuruti nasehat Yesus
ini, kita harus mempunyai keyakinan yang kuat bahwa kita berhutang segala
sesuatu kepada Allah dan Juruselamat kita, dan lalu mengambil keputusan yang
teguh / tak berubah untuk menyerahkan hati dan hidup kita kepada Dia.
d)
Pengakuan Iman harus dihayati dan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.
C. H. Spurgeon: “It is one thing to have
a creed; it is quite another thing to have the truth graven upon the tables of
the hearts” (= Mempunyai pengakuan iman
sangat berbeda dengan mempunyai kebenaran diukirkan pada loh hati)
- ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol 3,
hal 618.
Mungkin GKRI EXODUS mempunyai Pengakuan Iman yang hebat, karena
menggunakan 12 Pengakuan Iman Rasuli, Pengakuan Iman Nicea-Konstantinople,
Pengakuan Iman Athanasius, dan Pengakuan Iman Chalcedon. Tetapi, mengatakan
bahwa EXODUS mempunyai Pengakuan Iman yang hebat tidaklah sama dengan mengatakan
bahwa jemaat Exodus mempunyai iman yang hebat. Pada waktu melakukan pengakuan
iman itu apakah saudara betul-betul mempercayainya? Dan apakah saudara
betul-betul berusaha mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari? Bagaimana
pengakuan iman yang kelihatannya bersifat teoritis itu bisa diwujudkan dalam
hidup sehari-hari? Salahsatunya, dengan mewujudkan pengakuan tentang keTuhanan
Yesus itu dalam ketaatan kepadaNya dalam hidup sehari-hari!
1) ‘Mendengar’ jelas merupakan suatu hal yang
sangat penting.
Tuhan Yesus berulangkali mengatakan: Siapa bertelinga, hendaklah ia
mendengar (Mat 13:9 Wah 2-3).
Amsal 12:1 - “Siapa
mencintai didikan, mencintai pengetahuan; tetapi siapa membenci teguran, adalah
dungu”
Pkh 4:17 - “Jagalah
langkahmu, kalau engkau berjalan ke rumah Allah! Menghampiri untuk mendengar
adalah lebih baik dari pada mempersembahkan korban yang dilakukan oleh
orang-orang bodoh, karena mereka tidak tahu, bahwa mereka berbuat jahat”.
1Pet 2:2-3 - “Dan jadilah
sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni
dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan, jika
kamu benar-benar telah mengecap kebaikan Tuhan”.
C. H. Spurgeon: “These parables
describes two classes of hearers; but they say nothing of those who are not
hearers. ... there are tens of thousands to whom the preaching of the gospel is
as music in the ears of a corpse. They shut their ears and will not hear, though
the testimony be concerning God’s own Son, and life eternal, and the way to
escape from everlasting wrath. ... To what, then, are these men like? They may
fitly be compared to the man who built no house whatever, and remained homeless
by day and shelterless by night. When worldly trouble comes like a storm those
persons who will not hear the words of Jesus have no consolation to cheer them;
when sickness comes they have no joy of heart to sustain them under its pains;
and when death, that most terrible of storms, beats upon them they feel its full
fury, but they cannot find a hiding place. They neglect the housing of their
souls, and when the hurricane of almighty wrath shall break forth in the world
to come they will have no place of refuge, In vain will they call upon the rocks
to fall upon them, and the mountains to cover them. They shall be in that day
without a shelter from the righteous wrath of the Most High”
[= Perumpamaan ini menggambarkan 2 golongan pendengar; tetapi tidak berbicara
apa-apa tentang mereka yang bukan pendengar. ... ada puluhan ribu orang bagi
siapa pemberitaan Injil bagaikan musik di telinga mayat. Mereka menutup telinga
mereka dan tidak mau mendengar, sekalipun itu adalah kesaksian mengenai Anak
Allah, dan hidup yang kekal, dan cara untuk lolos dari murka yang kekal. ...
Orang-orang ini seperti apa? Mereka bisa digambarkan sebagai orang yang tidak
membangun rumah sama sekali, dan tidak mempunyai rumah pada siang hari dan tidak
mempunyai perlidungan pada malam hari. Pada waktu kesukaran duniawi datang
seperti badai, orang-orang yang tidak mau mendengar kata-kata Yesus ini, tidak
mempunyai penghiburan untuk membuat mereka bergembira; pada waktu penyakit
datang mereka tidak mempunyai sukacita di hati untuk menopang mereka; dan pada
waktu kematian, badai yang paling hebat, menghantam mereka, mereka merasakan
kemarahannya secara penuh, tetapi mereka tidak bisa mendapatkan tempat untuk
bersembunyi. Mereka mengabaikan rumah untuk jiwa mereka, dan pada waktu badai
dari kemurkaan yang maha kuasa datang dengan tiba-tiba maka dalam dunia yang
akan datang mereka tidak mempunyai tempat perlindungan. Sia-sia mereka meminta
batu-batu untuk jatuh ke atas mereka dan gunung-gunung untuk menutup / menimbun
mereka (bdk. Wah 6:16). Pada hari
itu mereka akan tidak mempunyai perlindungan dari kemurkaan yang benar dari Yang
Maha Tinggi] - ‘A
Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol 3, hal
623-624.
C. H. Spurgeon: “Oh, my friend, if the
word of God comes to you, and you decline to hear it, and therefore do not
believe in Jesus, but die in your sins, what is this but soul-suicide?”
(= O temanku, jika firman Allah datang kepadamu, dan engkau menolak untuk
mendengarnya, dan karena itu tidak percaya kepada Yesus, tetapi mati dalam
dosamu, apakah ini selain bunuh diri jiwa?)
- ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol 3,
hal 624.
Spurgeon menambahkan dengan mengutip Ibr 12:25 - “Jagalah
supaya kamu jangan menolak Dia, yang berfirman. Sebab jikalau mereka, yang
menolak Dia yang menyampaikan firman Allah di bumi, tidak luput, apa lagi kita,
jika kita berpaling dari Dia yang berbicara dari sorga?”.
Karena ‘mendengar’ itu sesuatu yang penting, maka kita bukan
hanya harus mendengar, tetapi juga harus hati-hati untuk tidak ‘mendengar’
secara salah, misalnya:
a)
‘Mendengar’ tetapi tidak maju dalam pengertian.
Kitab Suci menyatakan adanya orang yang sekalipun kelihatannya
selalu mau belajar, tetapi terus nggak ngerti-ngerti. 2Tim 3:7 - “yang
walaupun selalu ingin diajar, namun tidak pernah dapat mengenal kebenaran”.
Mungkin ini seperti ‘tanah tepi jalan’ dalam Mat 13:18-19
- “Karena itu, dengarlah arti perumpamaan
penabur itu. Kepada setiap orang yang mendengar firman tentang Kerajaan Sorga,
tetapi tidak mengertinya, datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam
hati orang itu; itulah benih yang ditaburkan di pinggir jalan”.
Atau seperti Mat 13:14-15 - “Maka pada mereka genaplah nubuat Yesaya, yang berbunyi: Kamu akan
mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat,
namun tidak menanggap. Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat
mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan
matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu
berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka”.
b)
Tidak maju dalam kemampuan mendengar.
1Kor 3:1-3 - “Dan aku,
saudara-saudara, pada waktu itu tidak dapat berbicara dengan kamu seperti dengan
manusia rohani, tetapi hanya dengan manusia duniawi, yang belum dewasa dalam
Kristus. Susulah yang kuberikan kepadamu, bukanlah makanan keras, sebab kamu
belum dapat menerimanya. Dan sekarangpun kamu belum dapat menerimanya. Karena
kamu masih manusia duniawi. Sebab, jika di antara kamu ada iri hati dan
perselisihan bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa
kamu hidup secara manusiawi?”.
Ibr 5:11-14 - “Tentang
hal itu banyak yang harus kami katakan, tetapi yang sukar untuk dijelaskan,
karena kamu telah lamban dalam hal mendengarkan. Sebab sekalipun kamu, ditinjau
dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi
diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu,
bukan makanan keras. Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami
ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil. Tetapi makanan keras
adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih
untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat”.
Penerapan:
Ada yang tidak mau ikut Pemahaman Alkitab karena terlalu sukar. Ini
tidak maju dalam kemampuan mendengar. Mestinya kalau tidak mengerti, pinjam
cassettenya, dengar lagi di rumah sambil lihat makalahnya, dan diulang-ulang
sampai mengerti. Kalau ini saudara lakukan terus, saudara akan maju dalam
kemampuan mendengar!
Waktu saya dulu pertama-tama dipanggil Tuhan, saya sukar sekali
mengerti dalam membaca buku-buku theologia. Tetapi saya berjuang terus, dan
sekarang saya bisa.
c)
Mendengar tetapi tidak tekun.
Amsal 19:27 - “Hai
anakku, jangan lagi mendengarkan didikan, kalau engkau menyimpang juga dari
perkataan-perkataan yang memberi pengetahuan”.
KJV: ‘Cease, my son, to hear the instruction that causeth to
err from the words of knowledge’ (= Berhentilah, anakku, untuk mendengar
ajaran yang menyebabkan kita menyimpang dari kata-kata pengetahuan). KJV ini
menyuruh untuk berhenti mendengar ajaran sesat / salah.
NIV: ‘Stop listening to instruction, my son, and you will
stray from the words of knowledge’ (= Berhentilah mendengar instruksi,
anakku, dan engkau akan tersesat dari kata-kata pengetahuan).
NASB: ‘Cease listening, my son, to discipline, and you will
stray from the words of knowledge’ (= Berhentilah mendengar, anakku, pada
disiplin, dan engkau akan tersesat dari kata-kata pengetahuan).
Baik NIV maupun NASB menunjukkan bahwa orang yang berhenti
mendengar / belajar Firman Tuhan, akan tersesat!
2) Mendengar tetapi tidak melakukan.
a)
Perumpamaan tentang 2 orang yang membangun rumah (ay 48-49).
Barclay mengatakan bahwa pada musim panas sungai-sungai di sana
kering, sehingga pada tepinya hanya ada pasir (mungkin seperti kali Porong).
Tetapi pada musim hujan sungai penuh lagi dan mengalir dengan deras. Orang yang
membangun di atas pasir itu, memang mudah dan cepat, tetapi akan mengalami
kerugian. Sebaliknya, orang yang bijaksana akan membangun di atas batu, yang
sekalipun sukar dan lama, tetapi aman.
Mengapa orang mau membangun rumah di atas pasir?
1. Ia tidak mau bekerja keras, mau gampangnya saja.
William Barclay: “It may be easier to
take our way than it is to take Jesus’s way but the end is ruin; Jesus’ way
is the way to security here and hereafter”
[= Mungkin lebih mudah untuk mengambil jalan kita dari pada mengambil jalannya
Yesus, tetapi akhirnya adalah kehancuran; jalannya Yesus merupakan jalan kepada
keamanan, di sini dan selanjutnya (di alam baka)]
- hal 83.
C. H. Spurgeon: “Of the two houses, one
was built, I doubt not, with far less trouble than the other. Digging
foundations in hard rocks, as I have said, takes time, but it also involves
labour” (= Dari kedua rumah, saya tidak
meragukan bahwa yang satu dibangun dengan kesukaran yang jauh lebih sedikit dari
pada yang lain. Menggali fondasi pada batu yang keras, seperti yang telah saya
katakan, membutuhkan waktu, tetapi juga menyangkut kerja keras)
- ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol 3,
hal 614.
C. H. Spurgeon: “He bids you repent of
sin, trust his blood, love his word, and seek after holiness; but it is much
easier to admire these things without following after them in your life. To
feign repentance and faith is not difficult, but genuine godliness is
heart-work, and requires thought, care sincerity, prayerfulness, and
watchfulness. Believe me, real religion is no sport”
[= Ia memintamu untuk bertobat dari dosa, percaya pada darahNya, mengasihi
firmanNya, dan mencari kekudusan; tetapi adalah jauh lebih mudah untuk mengagumi
hal-hal ini tanpa mengikutinya dalam hidupmu. Membuat-buat pertobatan dan
iman tidaklah sukar, tetapi kesalehan yang asli merupakan pekerjaan hati (digunakan
kata ‘heart-work’; yang mungkin merupakan permainan kata dengan
‘hard-work’), dan membutuhkan pemikiran, perhatian, doa, dan sikap
berjaga-jaga. Percayalah, agama yang sungguh-sungguh bukanlah permainan /
kesenangan] - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’,
vol 3, hal 626.
Kalau saudara adalah orang Kristen yang cuma senang hura-hura,
mungkin saudara lebih cocok ada di gereja-gereja Kharismatik.
C. H. Spurgeon: “The crown of eternal
glory is not won without fighting, nor the prize of our high calling received
with running; yet by just making a holy profession, and practising an outward
form, a man imagines that the same result is produced as by seeking the Lord
with his whole heart, and believing in the Lord Jesus. If it were so, there
would be a fine broad road to heaven, and Satan himself would turn pilgrim”
(= Mahkota dari kemuliaan kekal tidaklah dimenangkan tanpa pergumulan, juga
hadiah untuk panggilan kita tidak diterima tanpa berlari; tetapi hanya dengan
membuat pengakuan kudus, dan mempraktekkan hal-hal lahiriah, seseorang
membayangkan bahwa akan dihasilkan hasil yang sama seperti kalau ia mencari
Tuhan dengan segenap hati, dan percaya kepada Tuhan Yesus. Seandainya itu
benar, maka ada jalan yang lebar ke surga, Dan Setan sendiri akan menjadi
seorang yang menuju tempat kudus) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’,
vol 3, hal 626.
2. Ia mau rumah itu cepat jadi.
C. H. Spurgeon: “one of them built his
house more quickly than the other. ... But all haste is not good speed, and
there be some who travel too fast to hold. Unsound professors are often very
rapid in their supposed spiritual growth. They were yesterday unconverted,
to-day they become believers, to-morrow they begin to teach, the next day they
are made perfect. ... They come up in a night, and alas! too often, like
Jonah’s gourd, they perish also in a night. ... It may be that some mourner is
lamenting bitterly that he makes very slow progress in grace. ... Well, friend,
you are building slowly, but if it be surely, you shall have no cause to regret
that deep digging. Small cause will you have to mourn that it took you longer to
arrive at peace than it did your hasty friend, if your peace shall last you to
eternity, while his hope shall be a possession in cloudland, driven away of the
wind” [= satu dari mereka membangun rumah
mereka secara lebih cepat dari yang lain. ... Tetapi semua ketergesa-gesaan
tidak baik, dan ada orang-orang yang berjalan terlalu cepat. Pengaku-pengaku
yang tidak sehat seringkali sangat cepat dalam apa yang mereka duga sebagai
pertumbuhan rohani mereka. Kemarin mereka belum bertobat, hari ini mereka
menjadi orang percaya, besok mereka mulai mengajar, dan hari berikutnya mereka
menjadi sempurna. ... Mereka muncul dalam satu malam, dan seringkali, seperti
pohon jaraknya Yunus, mereka binasa juga dalam satu malam (bdk.
Yun 4:10). ... Mungkin ada orang yang berkabung yang meratap dengan sedih
karena ia mengalami kemajuan yang sangat pelan dalam kasih karunia. ... Teman,
engkau sedang membangun dengan perlahan-lahan, tetapi kalau kemajuan itu pasti,
maka engkau tidak mempunyai alasan untuk menyesali penggalian yang dalam itu.
Engkau tidak punya alasan untuk bersedih bahwa engkau membutuhkan waktu yang
lebih lama untuk sampai kepada damai dari pada temanmu yang tergesa-gesa itu,
jika damaimu akan bertahan sampai kekekalan, sementara pengharapannya merupakan
sesuatu yang ada di alam khayalan, disingkirkan oleh angin]
- ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol 3,
hal 614.
C. H. Spurgeon: “This rapid grower never
asks, ‘Has my religion changed my conduct? Is my faith attended by a new
nature? Does the Spirit of God dwell in me? Am I really what I profess to be, or
am I but a bastard professor after all?’ No, he puts aside all enquiry as a
temptation of the devil. He takes every good thing for granted, and votes that
all is gold which glitters. ... He has joined the church: he has commenced work
for God: he is boasting of his own attainments: he hints that he is perfect. But
is this mushroom building safe? ... It is better to tremble at God’s word than
boldly to presume. It is better to be fearful, lest after all we may be
castaways, than to harden one’s forehead with vain confidence”
[= Orang-orang yang bertumbuh dengan cepat ini tidak pernah bertanya: ‘Apakah
agamaku telah mengubah kelakuanku? Apakah imanku disertai dengan hidup yang
baru? Apakah Roh Allah tinggal di dalamku? Apakah aku adalah seperti yang aku
akui, atau apakah aku adalah seorang pengaku blasteran?’ Tidak, ia
menyingkirkan semua pertanyaan dan menganggapnya sebagai pencobaan dari setan.
Ia menganggap benar setiap hal yang baik, dan menyatakan bahwa semua yang
berkilauan adalah emas. ... Ia telah bergabung dengan gereja: ia telah melayani
Allah: ia membanggakan pencapaiannya: ia membayangkan bahwa ia sempurna. Tetapi
apakah bangunan yang bertumbuh cepat ini aman? ... Adalah lebih baik untuk
gemetar di hadapan firman Allah dari pada secara berani menganggap benar tanpa
bukti. Adalah lebih baik untuk menjadi takut bahwa kita akan ditolak (bdk.
1Kor 9:27), dari pada mengeraskan dahi dengan keyakinan yang sia-sia]
- ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol 3,
hal 626.
3. Ia berpikiran pendek. Pokoknya sekarang enak.
William Barclay: “In every decision in
life there is a short view and a long view. Happy is the man who never barters
future good for present pleasure” (=
Dalam setiap keputusan dalam kehidupan ada pandangan yang pendek dan pandangan
yang jauh. Berbahagialah orang yang tidak pernah menukarkan ‘hal-hal yang baik
di masa yang akan datang’ dengan ‘kesenangan masa kini’)
- hal 83.
b)
Yesus memberikan perumpamaan ini sebagai penutup khotbah di bukit, karena Ia
ingin mereka tidak sekedar menjadi pendengar Firman, tetapi juga pelaku Firman!
(bdk. Yak 1:22-25).
Dalam tafsirannya tentang Yak 1:22, Thomas Manton berkata:
“That
hearing is good, but should not be rested in. The apostle saith, ‘Be not
hearers only.’ Many go from sermon to sermon, hear much, but do not digest it
in their thoughts” (= Mendengar itu baik,
tetapi kita tidak boleh merasa aman dalam hal itu. Sang rasul berkata:
‘Janganlah hanya menjadi pendengar saja’. Banyak orang mendengar khotbah
demi khotbah, mendengar banyak, tetapi tidak mencernanya dalam pikiran mereka)
- hal 152.
C. H. Spurgeon: “Satan is sure to be at
hand at such times that he may lead young convert to lay in place of gospel
repentance a repentance that needs to be repented of, and instead of the faith
of God’s elect a proud presumption or an idle dream. For that love of God
which is the work of the Spirit of God he brings mere natural affection for the
minister; ... The common temptation is, instead of really repenting, to talk
about repentance; instead of heartily believing, to say, ‘I believe,’
without believing; instead of truly loving, to talk of love, with loving;
instead of coming to Christ, to speak about coming to Christ, and profess to
come to Christ, and yet not to come at all”
(= Setan pasti selalu tersedia pada saat-saat seperti itu supaya ia bisa
membimbing petobat-petobat muda untuk menggantikan injil pertobatan dengan suatu
pertobatan terhadap mana kita harus bertobat, dan iman dari orang-orang pilihan
Allah dengan suatu kesombongan atau mimpi yang sia-sia. Untuk kasih kepada
Allah yang merupakan pekerjaan dari Roh Allah ia membawa kasih sayang biasa terhadap
pendeta; ... Pencobaan yang umum adalah, bukannya bertobat dengan
sungguh-sungguh tetapi membicarakan pertobatan; bukannya percaya dengan sepenuh
hati tetapi mengatakan Aku percaya tanpa percaya; bukannya sungguh-sungguh
mengasihi tetapi berbicara tentang kasih tanpa mengasihi; bukannya datang kepada
Kristus tetapi berbicara tentang datang kepada Kristus dan mengaku datang kepada
Kristus tetapi tidak datang sama sekali)
- ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol 3,
hal 625.
Memang mendengar tetapi tidak melakukan ini, sangat memungkinkan
seseorang yang belajar Kitab Suci, tidak datang kepada Yesus, seperti yang
dikatakan oleh Yesus tentang orang-orang Yahudi dalam Yoh 5:39 - “Kamu
menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa olehNya kamu mempunyai
hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang
Aku namun kamu tidak mau datang kepadaKu untuk memperoleh hidup itu”.
Perlu juga dicamkan, bahwa mendengar tetapi tidak taat, bukan hanya
tidak berguna tetapi bahkan merugikan, karena ini pasti akan memperberat
hukuman.
Luk 12:47-48 - “Adapun
hamba yang tahu akan kehendak tuannya, tetapi yang tidak mengadakan persiapan
atau tidak melakukan apa yang dikehendaki tuannya, ia akan menerima banyak
pukulan. Tetapi barangsiapa tidak tahu akan kehendak tuannya dan melakukan apa
yang harus mendatangkan pukulan, ia akan menerima sedikit pukulan. Setiap
orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan
kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi
dituntut”.
Apakah saudara adalah orang yang berseru ‘Tuhan, Tuhan’, atau
saudara adalah orang yang mendengar Firman Tuhan, tetapi kalau saudara tidak
mentaati Firman Tuhan, saudara bukan orang Kristen.
Calvin: “As
it is often difficult to distinguish the true professors of the Gospel from the
false, Christ shows, by a beautiful comparison, where the main difference
lies” (= Karena seringkali sukar untuk
membedakan ‘pengaku Injil’ yang benar dari ‘pengaku Injil’ yang salah,
Kristus menggunakan suatu perbandingan yang indah untuk menunjukkan dimana
perbedaan utama terletak)
- hal 369.
C. H. Spurgeon: “O beware of wearing the
sheep’s clothing without the sheep’s nature; beware of saying ‘Lord,
Lord,’ while you are the servant’ of sin”
(= Hati-hatilah untuk tidak ‘memakai pakaian domba’ tanpa mempunyai ‘sifat
domba’; hati-hatilah untuk tidak mengucapkan ‘Tuhan, Tuhan’, sementara
engkau adalah pelayan dosa)
- ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol 3,
hal 614.
C. H. Spurgeon: “Do not believe yourself
to be saved from sin while you are living in sin”
(= Jangan percaya bahwa dirimu sudah diselamatkan dari dosa sementara
engkau sedang hidup dalam dosa)
- ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol 3,
hal 618.
C. H. Spurgeon: “Beloved hearer, if thou
wouldst be built on a rock, see to it that thou hast a true sense of sin. ...
wherever there is true faith in Jesus there goes with it a deep abhorrence of
sin. Faith without contrition, is a dead and worthless faith. When I meet with
professors who talk lightly of sin, I feel sure that they have built without a
foundations. ... Truly forgiven sinners dread the appearance of evil as burnt
children dread the fire. Superficial repentance always leads to careless
living” (= Pendengar yang kekasih, jika
engkau ingin membangun di atas batu, usahakanlah supaya engkau mempunyai
perasaan yang benar tentang dosa. ... dimanapun ada iman yang benar kepada Yesus
di sana ada kejijikan / kebencian terhadap dosa. Iman tanpa penyesalan tentang
dosa, adalah iman yang mati dan tak berharga. Pada saat saya bertemu dengan
pengaku-pengaku yang meremehkan dosa, saya merasa yakin bahwa mereka telah
membangun tanpa fondasi. ... Orang-orang berdosa yang betul-betul diampuni
merasa takut terhadap penampakan kejahatan seperti anak-anak takut kepada api.
Pertobatan yang semu selalu membimbing pada kehidupan yang ceroboh)
- ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol 3,
hal 617-618.
C. H. Spurgeon: “Many things which men
call faith are not the precious faith of God’s elect. Sincere trust in Jesus
Christ is counterfeited in a thousand ways, and often imitated so accurately
that only by rigid self-examination shall you discover the cheat”
(= Banyak hal yang disebut orang sebagai iman tetapi sebetulnya bukanlah iman
yang berharga dari orang-orang pilihan Allah. Kepercayaan yang sungguh-sungguh
kepada Yesus Kristus dipalsukan dalam 1000 cara, dan sering ditiru dengan begitu
persis sehingga hanya dengan pemeriksaan diri yang teliti engkau bisa menemukan
tipuannya) - ‘A
Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol 3, hal 618.
Ay 49 akhir: ‘hebatlah
kerusakannya’.
Bdk. Mat 7:21-23 - “Bukan
setiap orang yang berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan
Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di sorga. Pada hari
terakhir banyak orang akan berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan, bukankah kami
bernubuat demi namaMu, dan mengusir setan demi namaMu, dan mengadakan banyak
mujizat demi namaMu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada
mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari padaKu, kamu
sekalian pembuat kejahatan!’”.
C. H. Spurgeon: “... if you lose a
battle you may fight again and win another; if you fail in business you may
start again in trade and realise a fortune; but if you lose your souls the loss
is irretrievable. Once lost, lost for ever. There will be no second
opportunity” (= ... jika engkau kalah
dalam pertempuran engkau bisa berperang lagi dan menang dalam pertempuran yang
lain; jika engkau gagal dalam bisnis engkau bisa memulai lagi dalam perdagangan
dan mendapatkan kekayaan; tetapi jika engkau kehilangan jiwamu maka kehilangan
itu tidak bisa ditebus / diperoleh kembali. Sekali hilang, hilang
selama-lamanya. Tidak akan ada kesempatan yang kedua)
- ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol 3,
hal 633.
C. H. Spurgeon: “Seek the true Saviour
and be not content till thou hast him, for if lost thy ruin will be terrible.
Oh, that lake! Have you ever read the words, ‘Shall be cast into the lake of
fire, which is the second death’? The lake of fire! and souls cast into it!
The imagery is dreadful. ‘Ah,’ says one, ‘that is a metaphor.’ Yes, I
know it is, and a metaphor is but a shadow of the reality. Then, if the shadow
be a lake of fire, what must the reality be? If we can hardly bear to think of a
‘worm that never dieth,’ and a ‘fire that never shall be quenched,’ and
of a lake whose seething waves of fire that dash o’er undying and hopeless
souls, what must hell be in very deed? The descriptions of Scriptures are, after
all, but condescensions to our ignorance, partial revealings of fathomless
mysteries; but if these are so dreadful, what must the full reality be? Provoke
it not, my hearers, tempt not your God, neglect not the great salvation, for if
you do, you shall not escape” [= Carilah
Juruselamat yang sejati dan janganlah puas sampai engkau memiliki Dia, karena
jika engkau terhilang kehancuranmu akan mengerikan. O, lautan itu! Pernahkah
engkau membaca kata-kata ‘Akan dilemparkan ke dalam lautan api, yang adalah
kematian yang kedua’? Lautan api! dan jiwa-jiwa dilemparkan ke dalamnya!
Gambaran ini mengerikan! ‘Ah’, kata seseorang, ‘itu merupakan suatu
gambaran / kiasan’. Ya, aku tahu itu, dan suatu kiasan hanyalah merupakan
bayangan dari kenyataannya. Jadi, jika bayangannya adalah lautan api, bagaimana
kenyataannya? Jika kita hampir tidak tahan untuk memikirkan ‘ulat yang tidak
pernah mati’, dan ‘api yang tidak terpadamkan’, dan tentang lautan dengan
gelombang apinya yang mendidih yang menghantam jiwa-jiwa yang tidak bisa mati
dan tanpa harapan, bagaimana kira-kiranya kenyataan dari neraka? Penggambaran
Kitab Suci merupakan suatu penurunan / perendahan pada kebodohan kita,
pernyataan sebagian dari misteri yang tidak bisa diukur; tetapi jika ini begitu
mengerikan, bagaimana kenyataannya? Para pendengarku, janganlah menggusarkan dan
mencobai Allahmu, janganlah mengabaikan keselamatan yang besar, karena jika
engkau melakukannya, engkau tidak akan lolos (bdk.
Ibr 2:3)] - ‘A
Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol 3, hal 622.
Jangan menjadi
orang Kristen yang tidak taat. Pengakuan tentang keTuhanan Yesus itu bagus,
belajar Firman Tuhan itu bagus, tetapi semua itu harus disertai dengan ketaatan
pada Firman Tuhan. Renungkanlah larangan-larangan apa yang saudara langgar dan
perintah-perintah apa yang belum saudara lakukan, dan bertobatlah!
-AMIN-
e-mail us at [email protected]