oleh: Pdt. Budi Asali MDiv.
1)
Bagian ini berhubungan dengan peringatan Yesus tentang nabi-nabi palsu.
Dalam Injil Matius, bagian tentang buah yang baik dan tidak baik
ini ada dalam Mat 7:16-18, dan didahului dengan Mat 7:15 yang
berbunyi: “Waspadalah terhadap nabi-nabi
palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya
mereka adalah serigala yang buas”.
Perhatikan bahwa Yesuslah yang memberikan peringatan untuk waspada
terhadap nabi-nabi palsu. Ini perlu diperhatikan oleh golongan yang alergy
terhadap pengkhotbah yang berbicara tentang nabi-nabi palsu / ajaran-ajaran
sesat! Kalau Yesus hidup dan mengajar di dunia ini pada jaman sekarang, golongan
ini pasti juga akan alergy terhadap Yesus sendiri!
2) Nabi-nabi palsu itu berbahaya!
a)
Bahwa mereka berbahaya bisa terlihat dari:
· kata
‘waspadalah’ yang jelas merupakan suatu peringatan (Mat 7:15).
Calvin: “These
words were intended to teach, that the Church would be exposed to various
impositions, and that consequently many would be in danger of falling from the
faith, if they were not carefully on their guard. We know what a strong
propensity men have to falsehood, so that they not only have a natural desire to
be deceived, but each individual appears to be ingenious in deceiving himself”
(= Kata-kata ini dimaksudkan untuk mengajar bahwa Gereja akan terbuka terhadap
bermacam-macam penipuan, dan bahwa banyak orang ada dalam bahaya untuk jatuh
dari iman / kepercayaan, jika mereka tidak berjaga-jaga dengan hati-hati. Kita
tahu betapa kuatnya kecenderungan manusia pada kepalsuan, sehingga mereka bukan
hanya mempunyai keinginan alamiah untuk ditipu, tetapi juga setiap individu
kelihatannya berbakat / mempunyai banyak akal dalam menipu dirinya sendiri)
- hal 362.
Calvin: “He
therefore warns his disciples that, if they desire to persevere, they must
prepare themselves to avoid the snares of Satan. ... That we may continue to be
his disciples to the end, it is not enough that we are merely submissive, and
allow ourselves to be governed by his Word. Our faith, which is constantly
attacked by Satan, must be prepared to resist”
(= Karena itu Ia memperingati murid-muridNya bahwa jika mereka ingin bertekun,
mereka harus mempersiapkan diri mereka sendiri untuk menghindari jerat-jerat
dari Setan. ... Supaya kita bisa terus menjadi murid-muridNya sampai akhir,
tidak cukup bahwa kita sekedar tunduk, dan mengijinkan diri kita sendiri untuk
diperintah / dikuasai oleh FirmanNya. Iman kita, yang terus menerus diserang
oleh Setan, harus dipersiapkan untuk menolak / menahan)
- hal 362.
· kata
‘serigala’ (Mat 7:15) yang jelas merupakan seekor binatang yang berbahaya
bagi seekor domba.
b)
Dimana letak bahayanya?
· Mereka
‘menyamar sebagai domba’ (Mat 7:15).
NASB/NIV: ’come to you in sheep’s clothing’ (= datang
kepadamu dalam pakaian domba).
Jadi, serigala itu datang kepada domba dengan pakaian / kulit
domba. Mereka cuma pakaian / kulitnya saja yang kristen, tetapi dalamnya tidak!
Serigala biasa sudah berbahaya, tetapi serigala yang menyamar sebagai domba jauh
lebih berbahaya lagi!
D. Martin Lloyd Jones: “There are types of life
which can closely simulate true Christianity, and they are obviously the most
dangerous of all. It seems more and more clear that the greatest enemies of the
true Christian faith are not those who are right out in the world militantly
persecuting Christianity, or flagrantly ignoring its teaching; but rather those
who have a false and spurious Christianity”
(= Ada type-type kehidupan yang bisa meniru kekristenan yang benar secara sangat
mirip, dan jelas bahwa mereka ini adalah orang-orang yang paling berbahaya.
Terlihat dengan makin lama makin jelas bahwa musuh-musuh terbesar dari iman
Kristen yang benar bukanlah mereka yang berada di dunia luar yang secara agresif
menganiaya kekristenan, atau secara menyolok mengabaikan ajarannya; tetapi
mereka yang mempunyai kekristenan yang palsu)
- ‘Studies in the Sermon on the Mount’, hal 255.
· Mereka
disebut sebagai ‘nabi-nabi palsu’ (Mat 7:15).
Jadi, serigala-serigala itu bukan menyamar sebagai orang-orang
Kristen biasa, tetapi sebagai ‘nabi’.
* nabi
adalah orang yang aktif dan mempunyai kedudukan tinggi.
Jadi, mereka menyamar sebagai orang yang aktif dalam gereja dan
mereka menduduki kedudukan yang tinggi dan penting seperti Majelis, Pengurus
komisi, dan sebagainya.
* nabi
adalah orang yang memberitakan Firman Tuhan.
Jadi, mereka menyamar sebagai orang yang memberitakan Firman Tuhan
seperti Pendeta, Penginjil, guru sekolah minggu, guru agama dan sebagainya. Ini
yang membuat mereka sangat berbahaya. Dengan pengajaran mereka yang sesat mereka
menyesatkan banyak orang.
3)
Dalam kalangan yang sesat, peringatan terhadap nabi palsu seperti ini juga
diberikan.
Kadang-kadang mereka menggunakan peringatan ini supaya jemaat
mereka waspada terhadap golongan lain yang juga sesat / salah.
Contoh:
Golongan Liberal memperingati jemaat mereka terhadap golongan Kharismatik, atau
golongan Kharismatik memperingati jemaat mereka terhadap Katolik.
Tetapi kadang-kadang mereka menggunakan peringatan ini supaya
jemaat mereka waspada dan menghindari golongan yang justru benar.
Contoh:
a)
Pada jaman Reformasi, Paus menggunakan bagian ini untuk menyuruh orang Katolik
waspada terhadap golongan Protestan / Reformasi.
b)
Dalam kalangan G. B. I. Bethany diajarkan bahwa orang yang mengajarkan bahwa
bahasa roh tidak bisa diminta, adalah nabi palsu.
Ini sama seperti ‘maling teriak maling’!
Jadi kalau saudara mendengar seorang pendeta memperingati jemaatnya
terhadap suatu golongan yang sesat, maka jangan terlalu cepat menganggap bahwa
ia tidak sesat / bukan nabi palsu.
Mat 7:16-18 dan Luk 6:43-45 menggambarkan bahwa nabi-nabi palsu itu
adalah ‘pohon yang tidak baik’ sehingga menghasilkan ‘buah yang tidak
baik’. Karena itu apakah seseorang itu nabi asli atau palsu, kita bisa
melihatnya dari buahnya. Tetapi apa yang dimaksud dengan ‘buah’?
1)
Kebanyakan penafsir mengatakan bahwa ‘buah’ adalah ‘kehidupan’ orang
itu.
Jadi, ‘buah yang baik’ menunjuk pada ‘kehidupan yang baik /
saleh’, sedangkan ‘buah yang tidak baik’ menunjuk pada ‘kehidupan yang
tidak baik’.
Kalau kita membandingkan Mat 7:16-20 / Luk 6 43-45 dengan
Mat 3:8-10 dan Mat 12:24,33-37 (perhatikan bahwa ketiga bagian ini
mengandung ayat-ayat yang mirip / sama. Jadi, arti ‘buah’ dalam ketiga
bagian ini pasti sama), maka jelas bahwa ‘buah’ artinya adalah
‘kehidupan’. Arti ini cocok dengan kontex (lihat Mat 7:21,23 yang
menunjukkan kehidupan yang jahat dari nabi palsu), dan arti ini juga
didukung oleh bagian-bagian Kitab Suci yang lain yang menunjukkan bahwa nabi
palsu mempunyai hidup yang tidak baik, seperti mengejar keuntungan (Yer 8:10
Tit 1:11 2Pet 2:3), bersikap baik terhadap orang yang menguntungkan (Mikha
3:5), dsb.
Tidak baiknya nabi palsu juga bisa kelihatan dari kata-katanya. Ini
terlihat dari ay 45 - “Orang yang
baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik dan
orang yang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaannya yang
jahat. Karena yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya”.
Ayat ini menunjukkan bahwa dari kata-kata yang tidak baik terlihat
hati yang tidak baik. Kata-kata yang tidak baik ini tidak harus diartikan
sebagai kata-kata kotor, cabul, makian, dusta, dan sebagainya. Untuk itu
perhatikan kata-kata William Barclay di bawah ini.
William Barclay: “Nothing shows the state
of a man’s heart so well as the words he speaks when he is not carefully
considering his words, when he is talking freely and saying, as we put it, the
first thing which comes into his head. If you ask directions to a certain place,
one person may tell you it is near such and such a church; another, that it is
near such and such a cinema; another, that it is near such and such a football
ground; another, that it is near such and such a public house. The very words of
the answer to a chance question often show where a man’s thoughts most
naturally turn and where the interests of his heart lie”
(= Tidak ada yang menunjukkan keadaan hati manusia dengan begitu baik seperti
kata-kata yang ia ucapkan pada waktu ia tidak mempertimbangkan kata-katanya
dengan teliti, pada waktu ia berbicara secara bebas dan mengatakan hal-hal
pertama yang timbul pada pikirannya. Jika engkau menanyakan arah ke suatu tempat
tertentu, satu orang akan memberitahumu bahwa itu dekat dengan sebuah gereja
tertentu; yang lain memberitahumu bahwa itu dekat dengan sebuah bioskop
tertentu; yang lain memberitahumu bahwa itu dekat dengan lapangan sepak bola
tertentu; yang lain memberitahumu bahwa itu dekat dengan suatu bangunan umum
tertentu. Kata-kata dari jawaban terhadap pertanyaan sembarangan sering
menunjukkan kemana pikiran-pikiran orang itu mengarah secara alamiah dan dimana
letaknya kesenangan-kesenangan hatinya) - hal 82.
Catatan:
kata-kata Barclay ini memang ada benarnya tetapi tentu saja tidak bisa
dimutlakkan.
Tetapi pengetesan nabi palsu melalui kehidupannya ini sukar
dilakukan karena:
a)
Kita sukar tahu tentang kehidupan nabi itu dan nabi itu bisa pura-pura saleh,
sehingga kalau kita mengenalnya secara tidak terlalu dekat, kita tidak akan bisa
mengetahui kejelekan hidupnya.
Test ini hanya bisa kita pakai kalau kita dekat dengan nabi itu
sehingga tahu betul-betul tentang hidupnya.
Pulpit Commentary: “It must be remembered
that much of that which seems goodness of life, and which seems as if it must
have come from a true heart, is not real goodness - it is only pretence.
Hypocrisy, the affectation of piety and virtue, is not a good fruit, though it
may look very much like it; it is no more ‘good fruit’ in the garden of the
Lord than poisonous berries are good fruit on the trees or shrubs of our visible
garden” (= Harus diingat bahwa banyak
dari apa yang kelihatan sebagai sesuatu yang baik dari kehidupan, dan yang
kelihatan seakan-akan pasti datang dari hati yang benar, bukanlah kebenaran yang
sejati - itu hanya merupakan kepura-puraan. Kemunafikan, sikap berpura-pura
saleh dan baik, bukanlah buah yang baik, sekalipun itu bisa kelihatan sangat
mirip dengannya; itu bukanlah ‘buah yang baik’ dalam kebun Tuhan sama
seperti buah berry yang beracun bukanlah buah yang baik pada pohon atau semak
dari kebun kita yang kelihatan) - hal 162.
b)
Sekalipun kita mengenal nabi itu secara dekat, tidaklah terlalu mudah untuk
menentukan secara tepat apakah ia ‘baik’ atau ‘tidak baik’.
Untuk bisa mengerti apa yang saya maksudkan perhatikan beberapa hal
di bawah ini:
1.
Hidup yang baik bukan hanya terdiri dari kasih / sabar / penguasaan diri.
Biasanya hal-hal inilah yang digunakan orang untuk menilai apakah
seseorang itu baik atau tidak. Tetapi jelas bahwa hidup tidaklah terdiri hanya
dari hal-hal ini, sehingga penilaian yang hanya didasarkan pada hal-hal ini
merupakan penilaian yang sangat tidak akurat.
2.
Ada hal-hal yang sering dianggap tidak baik, tetapi sebetulnya baik.
Misalnya: tidak kompromi dalam persoalan kebenaran, ada ketegasan,
jujur, marah / benci / bersikap keras terhadap dosa / kesesatan, mengutamakan
Tuhan lebih dari manusia (manusia yang kita sekunderkan itu akan menganggap ini
tidak baik!), menceritakan tentang nabi palsu (ini bisa dianggap sebar gosip /
tidak kasih).
3.
Ada hal-hal yang kelihatan baik padahal jelek, seperti:
· mengatakan
kita tidak tahu orang kafir yang mati itu pergi kemana, karena kita tidak maha
tahu. Ini kelihatannya rendah hati / tidak menghakimi, tetapi bertentangan
dengan Kitab Suci / Yoh 14:6.
· sabar
pada waktu ada penyesatan atau dosa memalukan dalam gereja. Bandingkan dengan
2Kor 11:4 1Kor 5:1-13 yang jelas mengecam ‘tindakan baik’ ini.
· kompromistis.
Ini kelihatannya bijaksana, tidak karepe dewe, mau mengerti orang lain, dan
sebagainya, tetapi ini jelas bertentangan dengan Kitab Suci.
· percaya
diri sendiri. Ini sering dianggap baik, tetapi justru dikecam dalam banyak
bagian Kitab Suci (bdk. Yak 4:13-17 Yer 16:5-7).
Dari 3 hal di atas ini terlihat dengan jelas bahwa untuk bisa
meninjau secara benar kehidupan seseorang itu benar atau tidak, saudara harus
mengerti banyak tentang Kitab Suci! Kalau saudara tidak mengerti banyak tentang
Kitab Suci, maka saudara tidak bisa meninjau secara benar, sehingga bisa saja
nabi asli saudara anggap sebagai nabi palsu dan sebaliknya! Karena itu banyaklah
belajar Kitab Suci!
c)
Semua nabi asli juga adalah manusia berdosa.
Bandingkan dengan Daud yang berzinah, membunuh, dan sebagainya,
padahal ia adalah nabi asli.
Memang sebetulnya, sekalipun nabi palsu maupun asli itu adalah
manusia berdosa, tetapi ada bedanya. Nabi asli punya kesungguhan untuk taat.
Tapi inipun adalah sesuatu yang sukar terlihat.
2)
Calvin menolak bahwa ‘buah’ menunjuk pada kehidupan (dengan alasan bahwa
kemunafikan nabi-nabi palsu itu bisa menyembunyikan kehidupannya yang tidak
baik) dan ia mengatakan bahwa ‘buah’ menunjuk pada ‘ajaran’, dan Calvin
menggunakan Luk 6:45 sebagai dasar pandangannya ini.
Luk 6:45 - “Orang yang
baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik dan
orang yang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaannya yang
jahat. Karena yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya”.
Calvin menganggap bahwa kata-kata ‘yang
diucapkan mulutnya’ menunjuk pada ajaran dari nabi itu.
Dan Calvin lalu berkata:
“Believers
ought to examine carefully what kind of doctrine is taught by those who profess
to be the servants of God. ‘Titles (he says) are of little value, till the
speaker give actual evidence that he is sent by God.’”
[= Orang-orang percaya harus memeriksa secara teliti jenis doktrin apa yang
diajarkan oleh mereka yang mengaku sebagai pelayan Allah. ‘Gelar-gelar
(katanya) tidak ada artinya sampai pembicara itu memberikan bukti yang benar
bahwa ia diutus oleh Allah’] - hal 366.
Penafsiran bahwa ‘buah’ menunjuk pada ajaran didukung oleh
ayat-ayat Kitab Suci yang menunjukkan bahwa nabi-nabi palsu mengajarkan ajaran
yang sesat (Ul 13:1-3 2Pet 2:1 Gal 1:6-9 Tit 1:11 1Yoh
4:1-3 2Yoh 7-11).
Ciri-ciri ajaran nabi palsu:
a)
Membuang hal-hal benar yang penting dari ajarannya.
D. Martin Lloyd Jones: “It is a teaching, the
falseness of which is to be detected by what it does not say rather than by what
it does say. ... We have somehow got hold of the idea that error is only that
which is outrageously wrong; and we do not seem to understand that the most
dangerous person of all is the one who does not emphasize the right things”
(= Ini merupakan pengajaran, yang kepalsuannya harus dideteksi oleh apa yang
tidak diajarkan dari pada oleh apa yang diajarkan. ... Entah bagaimana kita
mempercayai gagasan bahwa kesalahan hanyalah sesuatu yang sangat salah; dan kita
kelihatannya tidak mengerti bahwa orang yang paling berbahaya dari semua adalah
orang yang tidak menekankan hal-hal yang benar)
- ‘Studies in the Sermon on the Mount’, hal 243-244.
Ada 2 hal yang harus diperhatikan dari kutipan di atas ini:
· jangan
membayangkan bahwa ajaran sesat itu merupakan ajaran yang ‘sangat salah’,
dalam arti ajaran itu mengajarkan saudara untuk membunuh, memperkosa, dan
sebagainya. Ajaran sesat bisa mengajar sesuatu yang baik, seperti jujur, kasih
dan sebagainya.
· seringkali
seorang nabi palsu terlihat kesesatannya bukan dari apa yang ia ajarkan tetapi
dari apa yang tidak ia ajarkan.
D. Martin Lloyd Jones: “To conceal the truth is
as reprehensible and as damnable as to proclaim an utter heresy”
(= Menyembunyikan kebenaran merupakan sesuatu yang sama patut dicela dan dikecam
/ dikutuknya seperti memberitakan sesuatu yang sama sekali sesat)
- ‘Studies in the Sermon on the Mount’, hal 245.
Catatan:
yang dimaksud dengan menyembunyikan kebenaran di sini, adalah menyembunyikannya
untuk seterusnya. Kalau kita menyembunyikan kebenaran untuk sementara waktu,
karena kita menganggap orang itu belum siap menerima kebenaran tersebut, tentu
hal ini tidak bisa disalahkan.
Contoh:
Dalam kalangan Liberal, Injil dibuang, dan hanya ditekankan ajaran moral dan
etika! Tetapi apakah ini berarti bahwa para nabi palsu ini tidak pernah
berbicara tentang Yesus? Memang ada yang jarang berbicara tentang Yesus, tetapi
ada juga yang sekalipun banyak berbicara tentang Yesus, tetapi tetap sesat.
D. Martin Lloyd Jones: “The false prophet talks
about ‘Jesus’; he even delights to talk about the cross and the death of
Jesus. But the vital question is, What is his view of that death? What is his
view of that cross? ... Does he realize that Christ dies on the cross because it
was the only way to make expiation and propitiation for sin? Does he really
believe that Christ was there crucified as a substitute for him, that He was
bearing ‘in his own body on the tree’ his guilt and the punishment of his
guilt and sin? Does he believe that if God had not punished his sin there in the
body of Christ on the cross, I say it with reverence, then even God could not
have forgiven him? Does he believe that it was only by setting forth His own Son
as a propitiation for our sins on the cross that God could be ‘just, and the
justifier of him which believeth in Jesus’ (Romans 3:25,26)? Merely to talk
about Christ and the cross is not enough. Is it the biblical doctrine of the
substitutionary penal atonement? That is the way to test the false prophet”
[= Nabi palsu berbicara tentang ‘Yesus’; ia bahkan senang berbicara tentang
salib dan kematian Yesus. Tetapi pertanyaan yang sangat penting adalah: apa
pandangannya tentang kematian itu? Apa pandangannya tentang salib? ... Apakah ia
menyadari bahwa Kristus mati pada kayu salib karena itu merupakan satu-satunya
jalan untuk membuat penebusan dan pendamaian untuk dosa? Apakah ia percaya bahwa
Kristus disalib di sana sebagai pengganti untuk dia, bahwa Ia sedang memikul
‘di dalam tubuhNya di kayu salib’ kesalahannya dan hukuman dari kesalahan
dan dosanya? Apakah ia percaya bahwa jika Allah tidak menghukum dosanya di sana
dalam tubuh Kristus di kayu salib, saya mengatakan dengan hormat, maka bahkan
Allah tidak bisa mengampuninya? Apakah ia percaya bahwa hanya dengan mengajukan
AnakNya sendiri sebagai pendamaian untuk dosa-dosa kita pada kayu saliblah maka
Allah bisa ‘benar dan juga membenarkan orang yang percaya kepada Yesus’
(Roma 3:25-26)? Semata-mata berbicara tentang Kristus dan salib tidaklah
cukup. Apakah itu merupakan doktrin alkitab tentang penebusan yang bersifat
menggantikan? Itulah jalan untuk mengetest nabi palsu]
- ‘Studies in the Sermon on the Mount’, hal 247.
b)
Selalu memberitakan hal-hal yang menyenangkan (bdk. 2Taw 18:12 Yer
8:11 Yer 23:16-17).
D. Martin Lloyd Jones: “The false prophet is a
man who has no ‘strait gate’ or ‘narrow way’ in his gospel. He has
nothing which is offensive to the natural man; he pleases all. ... He has such a
nice and comfortable and comforting message. He pleases everybody and everybody
speaks well of him. He is never persecuted for his preaching, he is never
criticized severely. He is praised by the Liberals and Modernists, he is praised
by the Evangelicals, he is praised by everybody. He is all things to all men in
that sense; there in no ‘strait gate’ about him, there is no ‘narrow
way’ in his message, there is none of ‘the offence of the cross’.”
(= Nabi palsu adalah seseorang yang tidak mempunyai ‘pintu yang sesak’ atau
‘jalan yang sempit’ dalam injilnya. Ia tidak mempunyai apa yang menyakitkan
/ melukai / membuat tersandung manusia alamiah; ia menyenangkan semua orang. ...
Ia mempunyai berita / pesan yang begitu bagus, menyenangkan dan menghibur. Ia
menyenangkan setiap orang dan setiap orang berbicara secara baik tentang dia. Ia
tidak pernah dianiaya untuk khotbahnya, ia tidak pernah dikritik secara keras.
Ia dipuji oleh golongan Liberal dan Modernist, ia dipuji oleh golongan Injili,
ia dipuji oleh setiap orang. Ia adalah segala sesuatu bagi semua orang dalam
arti itu; di sana tidak ada ‘pintu sesak’ tentang dia, di sana tidak ada
‘jalan sempit’ dalam pemberitaannya, di sana tidak ada ‘batu sandungan
dari salib’) - ‘Studies in the Sermon on the Mount’, hal
244.
Bandingkan dengan ini dengan Bambang Noorsena yang selalu
menyesuaikan ajarannya dengan para pendengarnya.
Bandingkan juga dengan Yer 8:11 - “Mereka
mengobati luka puteri umatKu dengan memandangnya ringan, katanya: Damai
sejahtera! Damai sejahtera!, tetapi tidak ada damai sejahtera”.
Catatan: Yer
8:11 ini berbicara tentang nabi-nabi palsu, dan ini bisa saudara lihat dari Yer
8:10b.
D. Martin Lloyd Jones: “The false prophet is
always a very comforting preacher. As you listen to him he always gives you the
impression that there is not very much wrong. He admits, of course, that there
is a little; he is not fool enough to say that there in nothing wrong. But he
says that all is well and will be well”
(= Nabi palsu selalu merupakan seorang pengkhotbah yang sangat menyenangkan /
menghibur / menenangkan. Pada saat engkau mendengarkannya ia selalu memberimu
kesan bahwa tidak ada yang terlalu salah. Tentu saja ia mengakui bahwa ada
sedikit kesalahan; ia tidak begitu bodoh untuk mengatakan bahwa sama sekali
tidak ada yang salah. Tetapi ia mengatakan bahwa semua baik-baik dan akan
baik-baik) - ‘Studies
in the Sermon on the Mount’, hal 244-245.
D. Martin Lloyd Jones: “the false prophet very
rarely tells you anything about the holiness, the righteousness, the justice,
and the wrath of God. He always preaches about the love of God, ... He never
makes anyone tremble as he thinks of this holy and august Being with whom we all
have to do. He does not say that he does not believe these truths. No; that is
not the difficulty. The difficulty with him is that he says nothing about them.
He just does not mention them at all” (=
nabi palsu sangat jarang memberitahumu apapun tentang kekudusan, kebenaran,
keadilan, dan kemurkaan Allah. Ia selalu berkhotbah tentang kasih Allah, ... Ia
tidak pernah membuat orang gemetar pada waktu ia memikirkan Allah yang kudus dan
penuh kebesaran dengan siapa kita semua harus berurusan. Ia tidak mengatakan
bahwa ia tidak mempercayai kebenaran-kebenaran ini. Tidak; itu bukanlah problem
/ persoalannya. Problem / persoalan dengan dia adalah bahwa ia tidak berkata
apa-apa tentang kebenaran-kebenaran itu. Ia hanya tidak menyebutkannya sama
sekali) - ‘Studies in the Sermon on the Mount’, hal 245.
Lloyd Jones (hal 246) juga mengatakan bahwa nabi palsu tidak pernah
mengajar tentang neraka atau penghakiman akhir jaman. Mengapa? Karena ini bukan
berita yang menyenangkan bagi pendengarnya, dan bahkan sebaliknya ini merupakan
berita yang menakutkan.
3)
Lloyd Jones (hal 242) menggabungkan kedua pandangan tersebut di atas. Jadi,
menurut dia, ‘buah’ menunjuk baik pada ‘kehidupan’ maupun pada
‘ajaran’.
1) Doa.
Doa merupakan sesuatu yang penting dalam menghadapi penyesatan /
nabi palsu.
Calvin: “whatever
may be the attacks of Satan, let us go boldly to the Lord, asking from him the
Spirit of wisdom, by whose influences he not only seals on our hearts the belief
of his truth, but exposes the tricks and impositions of Satan, that we may not
be deceived by them” (= apapun serangan
Setan, hendaklah kita datang dengan berani kepada Tuhan, meminta dariNya Roh
hikmat, yang bukan hanya memeteraikan pada hati kita kepercayaan pada
kebenaranNya, tetapi juga menyingkapkan tipu muslihat / akal dan tipuan dari
Setan, supaya kita tidak ditipu olehnya)
- hal 363.
2) Bandingkan semua ajaran dengan Firman Tuhan.
Calvin: “all
doctrines must be brought to the Word of God as the standard”
(= semua doktrin harus dibawa kepada Firman Allah sebagai standard) - hal 365.
Calvin: “There
is a great difference between a proper method of guarding against being
deceived, and a hasty rejection without knowing why”
(= Ada perbedaan yang besar antara metode yang benar untuk berjaga-jaga supaya
tidak ditipu, dan penolakan tergesa-gesa tanpa tahu alasannya)
- hal 364 (footnote).
Calvin: “those
who tremblingly reject or avoid a doctrine unknown to them, act improperly, and
are very far from obeying the command of Christ”
(= mereka yang dengan gemetar menolak atau menghindari suatu doktrin / ajaran
yang tidak mereka kenal, bertindak secara salah, dan sangat jauh dari ketaatan
terhadap perintah Kristus)
- hal 364.
Ada pertanyaan: bukankah hanya sedikit orang kristen yang mempunyai
kemampuan membedakan buah seperti ini? Calvin menjawab bahwa ada Roh Kudus, yang
pasti menolong, asal orang kristen tidak mempercayai diri mereka sendiri (PD),
dan menyerahkan diri kepada pimpinanNya.
Calvin: “no
man can be deceived by false prophets, unless he is wilfully blind”
(= tidak ada orang yang bisa ditipu oleh nabi-nabi palsu, kecuali ia sengaja
menjadi buta) - hal 365.
3) Penggunaan Pengakuan Iman (credo).
Pengakuan Iman meringkas dan memformulakan doktrin-doktrin penting
dalam Kitab Suci. Dengan dibaca setiap minggu, maka diharapkan doktrin-doktrin
yang sudah diringkas dan diformulakan ini menjadi tertanam dalam hati / pikiran
kita, sehingga pada waktu kita menerima suatu ajaran yang berbeda dengan
Pengakuan Iman itu, kita bisa langsung mengetahuinya.
Karena itu kita tentu saja tidak boleh menggunakan seadanya /
sembarang Pengakuan Iman, dan Pengakuan Iman itu sendiri berada di bawah
otoritas Kitab Suci dan harus dicheck dengan Kitab Suci.
Mulai minggu ini GKRI EXODUS akan menggunakan 4 Pengakuan Iman
secara bergantian, yaitu:
· 12
Pengakuan Iman Rasuli.
· Pengakuan
Iman Nicea - Konstantinople (+ Toledo).
· Pengakuan
Iman Athanasius.
· Pengakuan
Iman Chalcedon.
Melalui penggunaan Pengakuan Iman - Pengakuan Iman ini diharapkan
saudara bisa terhindar dari doktrin-doktrin sesat khususnya dalam persoalan
Kristologi dan Allah Tritunggal, seperti yang diajarkan oleh Bambang Noorsena,
Jusuf Roni, dan Abu Bakar dengan Gereja Orthodox Syrianya.
Kalau dalam hal
makanan jasmani saudara memilih makanan yang baik dan menyensor yang tidak baik,
maka lebih-lebih lagi saudara harus melakukannya dalam persoalan makanan rohani!
Maukah saudara? Tuhan memberkati saudara.
-AMIN-
e-mail us at [email protected]