Eksposisi Injil Lukas

oleh: Pdt. Budi Asali MDiv.


LUKAS 6:1-11

I) Memetik / makan gandum pada hari Sabat (ay 1-5).

1) Pada waktu Yesus dan murid-muridNya sedang berjalan melewati suatu ladang gandum, murid-murid yang sedang lapar memetik bulir gandum dan memakannya (ay 1).

 

Apa yang mereka lakukan itu bukanlah pencurian, karena memang diijinkan oleh Hukum Taurat (Ul 23:25). Tetapi tentu saja ijin ini tidak berlaku untuk kita di Indonesia pada jaman ini.

 

2) Mereka ‘diserang’ karena mereka melakukan hal itu pada hari Sabat.

Pada hari Sabat memang orang dilarang bekerja.

 

 

 

 

 

 

Tujuan peraturan Sabat ini adalah:

 

Tetapi orang-orang Farisi menambahi peraturan Sabat ini dengan 39 larangan (hal-hal yang tidak boleh dilakukan pada hari Sabat) antara lain:

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Dan karena itu mereka menganggap bahwa murid-murid Yesus berdosa melanggar peraturan hari Sabat.

3) Jawaban Yesus:
 

a) Ay 3-4 (bdk. 1Sam 21:3-6):


"This passage contains a great general truth. Jesus said to the Pharisees, ‘Have you not read what David did?’ The answer of course was, ‘Yes’ - but they had never seen what it meant. It is possible to read scripture meticulously, to know the Bible inside out from cover to cover, to be able to quote it verbatim and to pass any examination on it - and yet completely miss its real meaning" (= Bagian ini mengandung kebenaran umum yang besar. Yesus berkata kepada orang-orang Farisi: ‘Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan oleh Daud?’ Jawabnya tentu saja adalah ‘Ya’ - tetapi mereka tidak pernah melihat apa artinya bagian itu. Adalah mungkin membaca Kitab Suci dengan sangat teliti, betul-betul mengenal Alkitab dari awal sampai akhir, bisa mengutip Alkitab kata demi kata dan lulus dalam ujian tentang Alkitab - tetapi sama sekali tidak mendapatkan arti sebenarnya).

Penerapan:

Jangan belajar Kitab Suci sekedar sebagai suatu ilmu!

 

 

Catatan: perhatikan bahwa moral law / hukum moral tetap tidak boleh dilanggar dalam keadaan seperti itu! Jadi Kitab Suci tidak memberi ijin kepada seseorang untuk:

o        mencuri / merampok pada waktu ia lapar.

 

o        menjadi seorang pelacur karena butuh uang.

 

o        tetap bekerja pada hari Sabat karena ekonomi yang kurang.

karena semua ini melanggar moral law.

 

 

b) Dalam Mat 12:5-6 Yesus menambahkan: "Atau tidakkah kamu baca dalam kitab Taurat, bahwa pada hari-hari Sabat, imam-imam melanggar hukum Sabat di dalam Bait Allah, namun tidak bersalah? Aku berkata kepadamu: Di sini ada yang melebihi Bait Allah".

 

 

 

c) Dalam Mark 2:27 Yesus menambahkan: "Hari Sabat diadakan untuk manusia, dan bukan manusia untuk hari Sabat".

 

Artinya: Sabat diberikan untuk kebahagiaan manusia dan karena itu jangan menjadikan manusia budak hari Sabat. Kata-kata ini cocok sekali untuk orang-orang Farisi itu, yang dengan menciptakan peraturan-peraturan tambahan tentang hari Sabat, menjadikan hari Sabat itu sebagai suatu beban yang luar biasa hebatnya bagi orang Yahudi.

 

Catatan: tetapi jangan mengextrimkan kata-kata ‘hari Sabat diadakan untuk manusia’ ini, misalnya dengan mengijinkan bekerja pada hari Sabat, atau dengan bersenang-senang / berfoya-foya pada hari Sabat.

 

d) Ay 5: ‘Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat’ (= Mark 2:28).

 

Ada yang menafsirkan bahwa ‘anak manusia’ di sini bukanlah suatu gelar bagi Yesus, tetapi hanya berarti ‘manusia’ (bdk. Maz 8:5 dan Yeh 2:1,6,8 dimana istilah ‘anak manusia’ diartikan ‘manusia’). Ingat bahwa dalam bahasa Yunaninya baik kata ‘anak’ maupun kata ‘manusia’ tidak dimulai dengan huruf besar.

 

Penafsiran ini kelihatannya cocok dengan Mark 2:27-28 karena:

 

Tetapi bagaimanapun ada keberatan-keberatan yang serius terhadap penafsiran ini:

 

 

 

 

 

Kata ‘juga’ ini secara implicit menunjukkan bahwa Anak Manusia atas Tuhan atas hal-hal lain, tetapi juga atas hari Sabat. Ini tidak memungkinkan untuk mengartikan bahwa ‘anak manusia’ adalah ‘manusia’. Jelas bahwa ‘Anak Manusia’ di sini menunjuk kepada Yesus!
 

Yesus adalah Tuhan atas hari Sabat! Karena itu Dialah yang berhak menentukan apa yang harus, boleh, dan tidak boleh dilakukan pada hari Sabat.
 

II) Penyembuhan pada hari Sabat (ay 6-11).

1) Ay 6-7:
 

a) Di sini, dan juga dalam Mark 3:2, dikatakan bahwa mereka mengamat-amati Yesus, tetapi dalam Mat 12:10 dikatakan bahwa mereka bahkan bertanya kepada Yesus: ‘Bolehkah menyembuhkan orang pada hari Sabat?’. Mereka bertanya, tetapi maksudnya / tujuannya adalah supaya bisa mempersalahkan Yesus. Apakah saudara sering bertanya secara munafik begitu?

Catatan: Orang-orang Farisi melarang menyembuhkan pada hari Sabat. Kalau orang itu sakit berat dan mau mati, maka ia boleh ditolong, tetapi hanya sekedar untuk mencegah kematiannya, bukan untuk menyembuhkannya.

 

William Barclay berkata: orang Yahudi sering kalah perang gara-gara fanatisme mereka pada hari Sabat (baca 1Makabe 2:31-38 - ini kitab Apocrypha).

b) Jawaban Yesus terhadap pertanyaan itu (Mat 12:11-12).

Jadi, jelas bahwa menolong / menyembuhkan manusia pada hari Sabat adalah sesuatu yang boleh dilakukan.
 

2) Ay 8-10:
 

a) Mark 3:5 menambahkan dengan menceritakan emosi Yesus pada saat itu yaitu ‘sedih’ dan ‘marah’. Kebenciannya terhadap dosa menyebabkan Ia marah, tetapi kasihNya menyebabkan Ia sedih.

Penerapan:

Apakah dua macam emosi ini juga ada pada diri saudara pada saat menghadapi orang yang berbuat dosa? Pada waktu melihat orang berbuat dosa:

 

 

Ini semua salah! Tirulah Yesus, yang menjadi sedih dan marah pada waktu melihat orang berbuat dosa.

 

b) Ay 9: "Yesus berkata kepada mereka: ‘Aku bertanya kepada kamu: Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membinasakannya?’".

Ada beberapa hal yang bisa dibahas dari bagian ini:


"He does not envisage the possibility of neutrality. ‘Jesus will recognize no alternative to the doing good except of doing evil. The refusal to save life is tantamount to the taking of it’ (Mason)" [= Yesus tidak mempertimbangkan kemungkinan kenetralan. ‘Yesus tidak mengakui alternatif dari berbuat baik selain berbuat jahat. Penolakan untuk menyelamatkan jiwa adalah sama dengan membunuh’ (Mason)]
.

Sekalipun saya tidak yakin sepenuhnya akan penafsiran ini, tetapi saya percaya bahwa kalau seseorang tidak berbuat baik, setidaknya ia meletakkan dirinya dalam posisi yang memudahkan dirinya untuk jatuh ke dalam dosa. Ini sesuai dengan Kej 4:7b - "Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau ...".

 

NICNT: "... nor should they merely devote it to rest. ... We may not concentrate the day of rest in a merely passive manner, but must be active in His service and thus through Him be of use to those who suffer and need help, spiritually as well as physically" (= ... mereka tidak boleh semata-mata menggunakannya untuk istirahat. ... Kita tidak boleh berkonsentrasi pada hari istirahat dalam cara yang pasif semata-mata, tetapi harus aktif dalam pelayananNya dan dengan demikian melalui Dia kita menjadi berguna bagi mereka yang menderita dan membutuhkan pertolongan, secara rohani maupun secara jasmani).

c) Sekalipun diamat-amati (bahasa Jawa: ‘diinting-inting’), Yesus tetap melakukan apa yang Ia anggap benar / baik dengan menyembuhkan orang yang sakit itu pada saat itu juga (ay 10), dan bahkan menunjukkan penyembuhan pada Sabat itu kepada mereka.

NICNT: "In the sharpest contrast to the secretiveness of the spies, Jesus acts perfectly openly so that all may know His attitude in the matter" (= dalam kekontrasan yang paling tajam terhadap kerahasiaan dari mata-mata itu, Yesus bertindak secara terbuka sehingga semua bisa mengetahui sikapNya dalam persoalan itu).

Contoh lain: Daniel diamat-amati, tetapi tetap berdoa 3 x sehari (Dan 6:1-12).

Penerapan:

3) Ay 11.

Mereka marah, keluar, berkomplot dengan orang-orang Herodian (ini adalah orang-orang yang mendukung dinasti Herodes) untuk membunuh Yesus (Mat 12:14 Mark 3:6).

Ini menunjukkan bahwa melakukan sesuatu yang benar (seperti yang Yesus lakukan), apalagi menentang tradisi yang sudah ratusan tahun, besar resikonya. Maukah / beranikah saudara mengambil resiko itu, atau saudara lebih suka ‘hidup aman’ dan membiarkan semua ketidakbenaran berjalan terus?

 

Penutup:

Pada jaman itu, yang menjadi tradisi adalah larangan-larangan yang terlalu ketat pada hari Sabat. Pada jaman ini terjadi sebaliknya. Tradisinya sekarang adalah mengijinkan diri sendiri / orang lain untuk melakukan apa yang betul-betul dilarang oleh Firman Tuhan pada hari Sabat, misalnya dengan:

Kalau Yesus pada saat itu berani menentang tradisi yang salah, maka jaman ini kita juga harus menentang tradisi yang salah dan kembali pada peraturan Kitab Suci yang benar tentang hari Sabat. Maukah saudara?
 
 

-AMIN-


Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.

E-mail : [email protected]

e-mail us at [email protected]

http://golgothaministry.org

Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:

https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ

Channel Live Streaming Youtube :  bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali