(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)
Rabu, tgl 31 Juli 2019, pk 19.00
Pdt.
Budi Asali, M. Div.
PELAJARAN III
KESUCIAN KRISTUS
I) Kesucian hidup Kristus.
Hal-hal
yang menunjukkan kesucian hidup Kristus:
1)
Ayat-ayat seperti:
2Kor 5:21
- “Dia
yang tidak mengenal dosa telah dibuatNya menjadi dosa karena kita,
supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.”.
Ibr 4:15
- “Sebab Imam
Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan
kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.”.
Ibr 7:26
- “Sebab Imam
Besar yang demikianlah yang kita perlukan: yaitu yang
saleh, tanpa salah, tanpa noda, yang terpisah dari orang-orang berdosa
dan lebih tinggi dari pada tingkat-tingkat sorga,”.
1Pet 2:22
- “Ia
tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulutNya.”.
1Pet 3:18
- “Sebab juga
Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia
yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita
kepada Allah; Ia, yang telah dibunuh dalam keadaanNya sebagai manusia, tetapi
yang telah dibangkitkan menurut Roh,”.
1Yoh 3:5
- “Dan kamu
tahu, bahwa Ia telah menyatakan diriNya, supaya Ia menghapus segala dosa, dan di
dalam Dia tidak ada dosa.”.
2)
Sebutan ‘Yang Kudus dari Allah’
dalam Luk 4:34 dan Yoh 6:69, sebutan ‘Yang Kudus dan Benar’
dalam Kis 3:14, sebutan ‘HambaMu
yang Kudus’ dalam Kis 4:27,30.
Luk 4:34
- “‘Hai
Engkau, Yesus orang Nazaret, apa urusanMu dengan kami? Engkau datang hendak
membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus
dari Allah.’”.
Yoh 6:69
- “dan kami
telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang
Kudus dari Allah.’”.
Kis 3:14
- “Tetapi
kamu telah menolak Yang Kudus dan Benar,
serta menghendaki seorang pembunuh sebagai hadiahmu.”.
Kis
4:27,30 - “(27) Sebab
sesungguhnya telah berkumpul di dalam kota ini Herodes dan Pontius Pilatus
beserta bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa Israel melawan Yesus, HambaMu
yang kudus, yang Engkau urapi, ... (30) Ulurkanlah tanganMu untuk
menyembuhkan orang, dan adakanlah tanda-tanda dan mujizat-mujizat oleh nama
Yesus, HambaMu yang kudus.’”.
3)
Yoh 10:36 mengatakan bahwa Yesus dikuduskan oleh Bapa.
Yoh
10:36 - “masihkah
kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa
dan yang telah diutusNya ke dalam dunia: Engkau menghujat Allah! Karena Aku
telah berkata: Aku Anak Allah?”.
4)
Berbeda dengan semua orang lain yang mengaku dosa pada waktu dibaptis
oleh Yohanes Pembaptis (Mat 3:6), Yesus tidak mengakui dosa pada saat
dibaptis oleh Yohanes Pembaptis (Mat 3:13-17).
Mat
3:6,13-17 - “(6) Lalu sambil
mengaku dosanya mereka dibaptis oleh Yohanes di sungai Yordan. ...
(13) Maka datanglah Yesus dari Galilea ke Yordan kepada Yohanes untuk dibaptis
olehnya. (14) Tetapi Yohanes mencegah Dia, katanya: ‘Akulah yang perlu
dibaptis olehMu, dan Engkau yang datang kepadaku?’ (15) Lalu Yesus menjawab,
kataNya kepadanya: ‘Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya
kita menggenapkan seluruh kehendak Allah.’ Dan
Yohanespun menurutiNya. (16) Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan
pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung
merpati turun ke atasNya, (17) lalu terdengarlah suara dari sorga yang
mengatakan: ‘Inilah AnakKu yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan.’”.
Bahkan
dalam sepanjang hidupNya kita tidak pernah melihat Yesus mengaku dosa atau
memberi korban penghapus dosa.
Kalau
dalam Mat 6:12 (Doa Bapa Kami) Ia mengatakan ‘dan ampunilah kami akan
kesalahan kami’ jelas bahwa Ia bukannya mengakui dosa, tetapi Ia sedang mengajarkan doa
Bapa Kami itu untuk murid-muridNya. Ini
terlihat dari Mat 6:9 yang berbunyi ‘Karena itu berdoalah
demikian’
yang jelas menunjukkan bahwa saat itu Ia sedang mengajarkan doa itu kepada
murid-muridNya.
5)
Bahwa Yesus itu suci / benar, diakui oleh:
a)
Allah Bapa (Mat 3:17).
Mat
3:17 - “lalu
terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: ‘Inilah AnakKu yang Kukasihi, kepadaNyalah
Aku berkenan.’”.
Bahwa
Allah Bapa berkenan kepada Yesus, jelas menunjukkan kesucian Yesus.
b)
Yesus sendiri (Yoh 8:29,46).
Yoh 8:29,46
- “(29)
Dan Ia, yang telah mengutus Aku, Ia menyertai Aku. Ia tidak membiarkan Aku
sendiri, sebab Aku senantiasa berbuat apa yang
berkenan kepadaNya.’ ... (46) Siapakah
di antaramu yang membuktikan bahwa Aku berbuat dosa? Apabila Aku
mengatakan kebenaran, mengapakah kamu tidak percaya kepadaKu?”.
c)
Pontius Pilatus (Luk 23:4,14-15,22
Yoh 18:38b Yoh 19:4).
Luk 23:4,14-15,22
- “(4)
Kata Pilatus kepada imam-imam kepala dan seluruh orang banyak itu: ‘Aku
tidak mendapati kesalahan apapun pada orang ini.’ ... (14) dan
berkata kepada mereka: ‘Kamu telah membawa orang ini kepadaku sebagai seorang
yang menyesatkan rakyat. Kamu lihat sendiri bahwa aku
telah memeriksaNya, dan dari kesalahan-kesalahan yang kamu tuduhkan kepadaNya
tidak ada yang kudapati padaNya. (15) Dan Herodes
juga tidak, sebab ia mengirimkan Dia kembali kepada kami. Sesungguhnya tidak
ada suatu apapun yang dilakukanNya yang setimpal dengan hukuman mati.
... (22) Kata Pilatus untuk ketiga kalinya kepada mereka: ‘Kejahatan
apa yang sebenarnya telah dilakukan orang ini? Tidak ada suatu kesalahanpun yang
kudapati padaNya, yang setimpal dengan hukuman mati. Jadi aku akan
menghajar Dia, lalu melepaskanNya.’”.
Yoh 18:38b
- “Sesudah
mengatakan demikian, keluarlah Pilatus lagi mendapatkan orang-orang Yahudi dan
berkata kepada mereka: ‘Aku tidak mendapati
kesalahan apapun padaNya.”.
Yoh 19:4
- “Pilatus
keluar lagi dan berkata kepada mereka: ‘Lihatlah, aku membawa Dia ke luar
kepada kamu, supaya kamu tahu, bahwa aku tidak
mendapati kesalahan apapun padaNya.’”.
d)
Istri Pontius Pilatus (Mat 27:19).
Mat 27:19
- “Ketika
Pilatus sedang duduk di kursi pengadilan, isterinya mengirim pesan kepadanya:
‘Jangan engkau mencampuri perkara orang benar itu,
sebab karena Dia aku sangat menderita dalam mimpi tadi malam.’”.
e)
Herodes (Luk 23:15).
Luk 23:15
- “Dan Herodes
juga tidak, sebab ia mengirimkan Dia kembali kepada kami.
Sesungguhnya tidak ada suatu apapun yang dilakukanNya yang setimpal dengan
hukuman mati.”.
f)
Yudas Iskariot (Mat 27:4).
Mat 27:4
- “dan
berkata: ‘Aku telah berdosa karena menyerahkan darah orang
yang tak bersalah.’ Tetapi jawab mereka: ‘Apa urusan kami dengan
itu? Itu urusanmu sendiri!’”.
g)
Kepala Pasukan Romawi yang menyalibkan Yesus (Luk 23:47).
Luk 23:47
- “Ketika
kepala pasukan melihat apa yang terjadi, ia memuliakan Allah, katanya:
‘Sungguh, orang ini adalah orang benar!’”.
6)
Ia berhasil menggagalkan 3 x pencobaan setan (Mat 4:1-11
Luk 4:1-13).
Perlu
juga dijelaskan bahwa sekalipun dalam Ibr 4:15 dikatakan bahwa ‘sama
dengan kita, Ia telah dicobai’, tetapi itu hanya berhubungan dengan pencobaan dari
luar. Kesucian Kristus menyebabkan Ia tidak mungkin mengalami
pencobaan dari dalam seperti yang sering
dialami manusia yang lain (seperti berpikir untuk berzinah, dsb), karena dalam
hal ini pencobaan itu sendiri sudah merupakan dosa.
Bdk.
Maz 66:18 - “Seandainya ada niat
jahat dalam hatiku, tentulah Tuhan tidak mau mendengar.”.
Karena
itu Yesus sendiri bisa berkata bahwa ‘penguasa
dunia ini’ (yaitu setan), tidak berkuasa sedikitpun atas diriNya (Yoh 14:30).
Yoh
14:30 - “Tidak
banyak lagi Aku berkata-kata dengan kamu, sebab penguasa
dunia ini datang dan ia tidak berkuasa sedikitpun atas diriKu.”.
7)
Lembu / domba / kambing untuk korban penebus dosa, dan domba Paskah, yang
merupakan TYPE / gambaran dari Kristus (bdk. Yoh 1:29
1Kor 5:7) selalu digambarkan sebagai tidak
bercela / tidak bercacat (Im 4:3b,23b,28b,32b
Kel 12:5). Bdk. 1Pet 1:18-19.
Im
4:3,23,28,32 - “(3)
maka jikalau yang berbuat dosa itu imam yang diurapi, sehingga bangsanya turut
bersalah, haruslah ia mempersembahkan kepada TUHAN karena dosa yang telah
diperbuatnya itu, seekor lembu jantan muda yang
tidak bercela sebagai korban penghapus dosa. ... (23) maka jikalau
dosa yang telah diperbuatnya itu diberitahukan kepadanya, haruslah ia membawa
sebagai persembahannya seekor kambing jantan yang
tidak bercela. ... (28) maka jikalau dosa yang telah diperbuatnya itu
diberitahukan kepadanya, haruslah ia membawa sebagai persembahannya karena dosa
yang telah diperbuatnya itu seekor kambing betina yang
tidak bercela. ... (32) Jika ia membawa seekor domba sebagai
persembahannya menjadi korban penghapus dosa, haruslah ia membawa seekor betina yang
tidak bercela.”.
Kel 12:5
- “Anak
dombamu itu harus jantan, tidak bercela,
berumur setahun; kamu boleh ambil domba atau kambing.”.
Yoh
1:29 - “Pada
keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata:
‘Lihatlah Anak domba Allah, yang
menghapus dosa dunia.”.
1Kor
5:7 - “Buanglah
ragi yang lama itu, supaya kamu menjadi adonan yang baru, sebab kamu memang
tidak beragi. Sebab anak domba Paskah kita juga telah
disembelih, yaitu Kristus.”.
1Pet
1:18-19 - “(18) Sebab
kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu
warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan
perak atau emas, (19) melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah
Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.”.
8)
Penderitaan dan kematian Yesus bisa menggantikan kita untuk menerima
hukuman Allah.
Kalau
Yesus tidak suci, maka pada saat Ia mati di kayu salib Ia mati untuk dosaNya
sendiri, sehingga Ia tidak mungkin bisa menggantikan kita untuk memikul hukuman
dosa kita. Bahwa Ia bisa menjadi pengganti, menunjukkan bahwa Ia suci.
Dengan
demikian terlihat bahwa kesucian Kristus merupakan hal yang sangat vital dalam
kekristenan, karena tanpa hal itu, seluruh penebusan hancur.
II) Serangan terhadap kesucian Kristus.
1)
Ayat-ayat yang menunjukkan Yesus marah seperti:
Mark
3:5 - “Ia
berdukacita karena kedegilan mereka dan dengan marah
Ia memandang sekelilingNya kepada mereka lalu Ia berkata kepada orang itu:
‘Ulurkanlah tanganmu!’ Dan ia mengulurkannya, maka sembuhlah tangannya
itu.”.
Yoh 2:14,15
- “(14)
Dalam Bait Suci didapatiNya pedagang-pedagang lembu, kambing domba dan merpati,
dan penukar-penukar uang duduk di situ. (15) Ia membuat cambuk dari tali lalu
mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu
mereka; uang penukar-penukar dihamburkanNya ke tanah dan meja-meja mereka
dibalikkanNya.”.
Mat 21:12-13
- “(12)
Lalu Yesus masuk ke Bait Allah dan mengusir semua orang yang berjual beli di
halaman Bait Allah. Ia membalikkan meja-meja penukar uang dan bangku-bangku
pedagang merpati (13) dan berkata kepada mereka: ‘Ada tertulis: RumahKu akan
disebut rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun.’”.
Penjelasan:
a)
Marah tidak harus dianggap sebagai dosa, dan hal ini terlihat dari Ef 4:26
dan Maz 4:5.
Ef 4:26
- “Apabila
kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari
terbenam, sebelum padam amarahmu”.
Maz
4:5 - “Biarlah
kamu marah, tetapi jangan berbuat dosa; berkata-katalah dalam hatimu
di tempat tidurmu, tetapi tetaplah diam. Sela”.
b)
Kemarahan terhadap dosa justru harus ada dalam diri orang yang dikuasai
Roh Kudus (Kel 32:19 1Sam 11:6).
Kel
32:19 - “Dan ketika
ia dekat ke perkemahan itu dan melihat anak lembu dan melihat orang menari-nari,
maka bangkitlah amarah Musa;
dilemparkannyalah kedua loh itu dari tangannya dan dipecahkannya pada kaki
gunung itu.”.
Bdk.
Bil 12:3 yang menyatakan bahwa Musa itu ‘seorang
sangat lembut hatinya’.
1Sam 11:6
- “Ketika
Saul mendengar kabar itu, maka
berkuasalah Roh Allah atas dia, dan menyala-nyalalah
amarahnya dengan sangat.”.
Dalam
Wah 2:2 ketidak-sabaran terhadap orang-orang yang jahat, justru merupakan
sesuatu yang dipuji dari gereja / jemaat Efesus.
Wah
2:2 - “Aku tahu
segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku
tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat,
bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang
sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta.”.
Sebaliknya,
dalam 2Kor 11:4 kesabaran orang Korintus terhadap nabi-nabi palsu, justru
dikecam oleh Paulus.
2Kor
11:4 - “Sebab
kamu sabar saja, jika ada seorang datang memberitakan Yesus yang lain
dari pada yang telah kami beritakan, atau memberikan kepada kamu roh yang lain
dari pada yang telah kamu terima atau Injil yang lain dari pada yang telah kamu
terima.”.
Demikian
juga dalam Wah 2:20, jemaat Tiatira yang membiarkan nabi palsu, juga
dikecam.
Wah 2:20
- “Tetapi Aku
mencela engkau, karena engkau membiarkan wanita Izebel, yang menyebut
dirinya nabiah, mengajar dan menyesatkan hamba-hambaKu supaya berbuat zinah dan
makan persembahan-persembahan berhala.”.
c)
Kemarahan Yesus adalah kemarahan yang suci, yang ditujukan kepada dosa,
sehingga jelas bukan merupakan dosa.
Penerapan:
orang Kristen harus berani marah pada saat yang tepat, misalnya pada waktu
melihat ada ajaran sesat dari nabi palsu, atau ada korupsi dalam gereja, atau
ada suatu penindasan / ketidak-adilan, dsb.
Bdk.
1Kor 13:4-6 - “(4)
Kasih itu
sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan
tidak sombong. (5) Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari
keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang
lain. (6) Ia tidak bersukacita karena
ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.”.
2)
Tuduhan bahwa Yesus melanggar peraturan Sabat.
Mat 12:9-14
- “(9)
Setelah pergi dari sana, Yesus masuk ke rumah ibadat mereka. (10) Di situ ada seorang
yang mati sebelah tangannya. Mereka bertanya
kepadaNya: ‘Bolehkah menyembuhkan orang pada hari Sabat?’ Maksud
mereka ialah supaya dapat mempersalahkan Dia. (11) Tetapi Yesus berkata kepada
mereka: ‘Jika seorang dari antara kamu mempunyai seekor domba dan domba itu
terjatuh ke dalam lobang pada hari Sabat, tidakkah ia akan menangkapnya dan
mengeluarkannya? (12) Bukankah manusia jauh lebih berharga dari pada domba? Karena
itu boleh berbuat baik pada hari Sabat.’ (13) Lalu kata Yesus
kepada orang itu: ‘Ulurkanlah tanganmu!’ Dan ia mengulurkannya, maka
pulihlah tangannya itu, dan menjadi sehat seperti tangannya yang lain. (14) Lalu
keluarlah orang-orang Farisi itu dan bersekongkol untuk membunuh Dia.”.
Luk
14:1-6 - “(1) Pada
suatu hari Sabat Yesus datang ke rumah salah seorang pemimpin dari
orang-orang Farisi untuk makan di situ. Semua yang hadir mengamat-amati Dia
dengan saksama. (2) Tiba-tiba datanglah seorang yang sakit
busung air berdiri di hadapanNya. (3) Lalu
Yesus berkata kepada ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi itu, kataNya:
‘Diperbolehkankah menyembuhkan orang pada hari Sabat atau tidak?’
(4) Mereka itu diam semuanya. Lalu Ia memegang tangan orang sakit itu dan
menyembuhkannya dan menyuruhnya pergi. (5) Kemudian
Ia berkata kepada mereka: ‘Siapakah di antara kamu yang tidak segera menarik
ke luar anaknya atau lembunya kalau terperosok ke dalam sebuah sumur, meskipun
pada hari Sabat?’ (6) Mereka tidak sanggup membantahNya.”.
Yoh
5:8-18 - “(8) Kata
Yesus kepadanya: ‘Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah.’ (9) Dan
pada saat itu juga sembuhlah orang itu lalu ia mengangkat tilamnya dan berjalan.
Tetapi hari itu hari Sabat. (10) Karena
itu orang-orang Yahudi berkata kepada orang yang baru sembuh itu: ‘Hari
ini hari Sabat dan tidak boleh engkau memikul tilammu.’ (11) Akan
tetapi ia menjawab mereka: ‘Orang yang telah menyembuhkan aku, dia yang
mengatakan kepadaku: Angkatlah tilammu dan berjalanlah.’ (12) Mereka bertanya
kepadanya: ‘Siapakah orang itu yang berkata kepadamu: Angkatlah tilammu dan
berjalanlah?’ (13) Tetapi orang yang baru sembuh itu tidak tahu siapa orang
itu, sebab Yesus telah menghilang ke tengah-tengah orang banyak di tempat itu.
(14) Kemudian Yesus bertemu dengan dia dalam Bait Allah lalu berkata kepadanya:
‘Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi
yang lebih buruk.’ (15) Orang itu keluar, lalu menceriterakan kepada
orang-orang Yahudi, bahwa Yesuslah yang telah menyembuhkan dia. (16) Dan karena
itu orang-orang Yahudi berusaha menganiaya Yesus, karena
Ia melakukan hal-hal itu pada hari Sabat. (17) Tetapi Ia berkata
kepada mereka: ‘BapaKu bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga.’
(18) Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuhNya, bukan
saja karena Ia meniadakan hari Sabat,
tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah BapaNya sendiri dan dengan
demikian menyamakan diriNya dengan Allah.”.
Yoh 9:14-16
- “(14)
Adapun hari waktu Yesus mengaduk tanah dan memelekkan mata orang itu, adalah
hari Sabat. (15) Karena itu orang-orang Farisipun bertanya kepadanya,
bagaimana matanya menjadi melek. Jawabnya: ‘Ia mengoleskan adukan tanah pada
mataku, lalu aku membasuh diriku, dan sekarang aku dapat melihat.’ (16) Maka
kata sebagian orang-orang Farisi itu: ‘Orang ini
tidak datang dari Allah, sebab Ia tidak memelihara hari Sabat.’
Sebagian pula berkata: ‘Bagaimanakah seorang berdosa dapat membuat mujizat
yang demikian?’ Maka timbullah pertentangan di antara mereka.”.
Untuk
ini perlu diketahui bahwa:
a)
Yesus adalah Tuhan atas hari Sabat (Mat 12:8).
Mat 12:8
- “Karena Anak
Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat.’”.
b)
Yesus berkata bahwa hari Sabat diciptakan untuk manusia dan bukan manusia
untuk hari Sabat (Mark 2:27).
Mark 2:27
- “Lalu kata
Yesus kepada mereka: ‘Hari Sabat diadakan untuk
manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat,”.
c)
Yesus berkata bahwa kita boleh berbuat baik pada hari Sabat (Mat 12:11-12
bdk. Yoh 7:22-23).
Mat
12:11-12 - “(11)
Tetapi Yesus berkata kepada mereka: ‘Jika seorang
dari antara kamu mempunyai seekor domba dan domba itu terjatuh ke dalam lobang
pada hari Sabat, tidakkah ia akan menangkapnya dan mengeluarkannya? (12) Bukankah
manusia jauh lebih berharga dari pada domba? Karena
itu boleh berbuat baik pada hari Sabat.’”.
Yoh 7:22-23
- “(22)
Jadi: Musa menetapkan supaya kamu bersunat - sebenarnya sunat itu tidak berasal
dari Musa, tetapi dari nenek moyang kita - dan kamu
menyunat orang pada hari Sabat! (23) Jikalau
seorang menerima sunat pada hari Sabat, supaya jangan melanggar hukum Musa,
mengapa kamu marah kepadaKu, karena Aku menyembuhkan seluruh tubuh seorang
manusia pada hari Sabat.”.
Catatan:
penyunatan HARUS dilakukan pada hari ke 8 (Im 12:3), sehingga tidak bisa
tidak, pasti ada penyunatan yang jatuh pada hari Sabat.
Yesus
bukan bekerja pada hari Sabat, tetapi menyembuhkan / menolong orang / berbuat
baik pada orang lain pada hari Sabat. Ini jelas bukan dosa.
d)
Yang dilanggar oleh Yesus bukanlah peraturan / hukum Tuhan tentang hari
Sabat, tetapi penafsiran yang salah dari ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi
tentang peraturan Sabat.
Kalau
saudara ingin tahu bagaimana ahli-ahli Taurat pada jaman itu ‘menafsirkan’
hukum hari Sabat, maka bacalah komentar-komentar William Barclay tentang Mat
5:17-20 di bawah ini:
Barclay:
“The
Law lays it down that the Sabbath Day is to be kept holy, and that on it no work
is to be done. That is a great principle. But the Jewish legalists had a passion
for definition. So they asked: What is work? All kinds of things were classified
as work. For instance, to carry a burden on the Sabbath Day is to work. But next
a burden has to be defined. So the Scribal Law lays it down that a burden is
‘food equal in weight to a dried fig, enough wine for making a goblet, milk
enough for one swallow, honey enough to put upon a wound, oil enough to anoint a
small member, water enough to moisten an eye-salve, paper enough to write a
customs house notice upon, ink enough to write two letters of the alphabet, reed
enough to make a pen’ - and so on endlessly. So they spent endless hours
arguing whether a man could or could not lift a lamp from one place to another
on the Sabbath, whether a tailor committed a sin if he went out with a needle in
his robe, whether a woman might wear a brooch or false hair, even if a man might
go out on the Sabbath with artificial teeth or an artificial limb, if a man
might lift his child on the Sabbath Day. These things to them were the essence
of religion. Their religion was a legalism of petty rules and regulations.” [=
Hukum Taurat menetapkan bahwa hari Sabat harus dikuduskan, dan bahwa pada
hari itu tidak ada pekerjaan yang boleh dilakukan. Itu merupakan prinsip
yang besar. Tetapi para legalist Yahudi senang mendefinisikan. Karena itu mereka
bertanya: Apakah pekerjaan itu? Semua jenis
hal-hal digolongkan sebagai pekerjaan. Misalnya, membawa
beban pada hari Sabat adalah bekerja. Tetapi selanjutnya
‘beban’ itu harus didefinisikan. Maka hukum dari ahli-ahli Taurat
menetapkan bahwa ‘beban’ adalah ‘makanan
yang sama beratnya dengan sebuah buah ara kering, anggur yang cukup untuk
membuat satu gelas minuman, susu yang cukup untuk satu teguk, madu cukup untuk
diberikan pada suatu luka, minyak cukup untuk mengurapi anggota yang kecil, air
cukup untuk membasahkan salep mata, kertas cukup untuk menuliskan pemberitahuan
suatu rumah cukai, tinta cukup untuk menuliskan 2 huruf dari alfabet, bambu
cukup untuk membuat sebuah pena’, dst tanpa ada akhirnya. Demikianlah
mereka menghabiskan banyak waktu untuk berdebat apakah seseorang boleh atau
tidak boleh mengangkat sebuah lampu dari satu tempat ke tempat lain pada hari
Sabat, apakah seorang penjahit melakukan dosa jika ia pergi keluar dengan sebuah
jarum dalam jubahnya, apakah seorang perempuan boleh memakai bros atau rambut
palsu, bahkan apakah seseorang boleh pergi keluar pada hari Sabat dengan gigi
palsu atau kaki palsu, apakah seseorang boleh mengangkat anaknya pada hari Sabat.
Hal-hal ini bagi mereka merupakan inti dari agama. Agama mereka adalah suatu
legalisme yang terdiri dari peraturan-peraturan yang picik / remeh.]
- hal 128.
Barclay:
“To
write was to work on the Sabbath. But writing has to be defined. So the
definition runs: ‘He who writes two letters of the alphabet with his right or
with his left hand, whether of one kind or of two kinds, if they are written
with different inks or in different languages, is guilty. Even if he should
write two letters from forgetfulness, he is guilty, whether he has written them
with ink or with paint, red chalk, vitriol, or anything which makes a permanent
mark. Also he that writes on two walls that from an angle, or on two tablets of
his account book so that they can be read together is guilty ... But, if anyone
writes with dark fluid, with fruit juice, or in the dust of the road, or in
sand, or in anything which does not make a permanent mark, he is not guilty. ...
If he writes one letter on the ground, and one on the wall of the house, or on
two pages of a book, so that they cannot be read together, he is not guilty.’
That is a typical passage from the Scribal Law; and that is what the orthodox
Jew regarded as true religion and the true service of God.”
[= Menulis pada hari Sabat berarti bekerja.
Tetapi ‘menulis’ perlu didefinisikan. Dan
demikianlah bunyi definisinya: ‘Ia yang menulis 2
huruf dari alfabet dengan tangan kanan atau tangan kirinya, apakah dari satu
jenis atau 2 jenis, jika huruf-huruf itu ditulis dengan tinta yang berbeda atau
dalam bahasa yang berbeda, bersalah. Bahkan jika ia menulis 2 huruf karena lupa,
ia bersalah, apakah ia telah menulis huruf-huruf itu dengan tinta atau dengan
cat, kapur merah, benda tajam, atau apapun yang membuat tanda permanen. Juga ia
yang menulis pada 2 dinding yang membentuk suatu sudut, atau pada 2 lembaran
dari buku catatan / rekeningnya sehingga huruf-huruf itu bisa dibaca
bersama-sama, ia bersalah ... Tetapi jika seseorang menulis dengan cairan gelap,
dengan air buah, atau di tanah di jalanan, atau pada pasir, atau pada apapun
yang tidak membuat tanda permanen, ia tidak bersalah. ... Jika ia menulis satu
huruf di tanah, dan satu di dinding rumah, atau pada 2 halaman dari suatu buku,
sehingga huruf-huruf itu tidak bisa dibaca bersama-sama, ia tidak bersalah’.
Itulah text yang khas dari hukum dari ahli-ahli Taurat; dan itulah yang dianggap
oleh seorang Yahudi orthodox sebagai agama dan sebagai pelayanan yang benar
kepada Allah.] - hal 129.
Barclay:
“To
heal was to work on the Sabbath. Obviously this has to be defined. Healing was
allowed when there was danger to life, and especially in troubles of the ear,
nose and throat; but even then, steps could be taken only to keep the patient
from becoming worse; no steps might be taken to make him get any better. So a
plain bandage might be put on a wound, but no ointment; plain wadding might be
put into a sore ear, but not medicated wadding.”
[= Menyembuhkan pada hari Sabat berarti bekerja.
Jelas bahwa hal ini harus didefinisikan. Penyembuhan
diijinkan pada saat ada bahaya terhadap kehidupan, dan khususnya pada waktu ada
gangguan telinga, hidung dan tenggorokan / kerongkongan; tetapi bahkan dalam
keadaan itu, hanya boleh dilakukan langkah-langkah untuk menjaga supaya pasien
itu tidak menjadi lebih parah; tidak boleh dilakukan langkah-langkah yang
membuatnya lebih baik. Jadi, suatu perban biasa boleh diberikan pada suatu luka,
tetapi tidak boleh diberi obat / salep; kapas biasa boleh diberikan pada telinga
yang sakit, tetapi kapas dengan obat tidak boleh.] - hal 129.
Barclay:
“The
Scribes were the men who worked out these rules and regulations. The Pharisees,
whose names means The Separated Ones, were the men who had separated themselves
from all the ordinary activities of life to keep all these rules and
regulations. We can see the length to which this went from the following facts.
For many generations this Scribal Law was never written down; it was the oral
law, and it was handed down in the memory of generations Scribes. In the middle
of the third century A. D. a summary of it was made and codified. That summary
is known as the Mishnah; it contains sixty-three tractates on various subjects
of the Law, and in English makes a book of almost eight hundred pages. Later
Jewish scholarship busied itself with making commentaries to explain the
Mishnah. These commentaries are known as the Talmuds. Of the Jerusalem Talmud
there are twelve printed volumes; and of the Babylonian Talmud there are sixty
printed volumes. To the strict orthodox Jew, in the time of Jesus, religion,
serving God, was a matter of keeping thousands of legalistic rules and
regulations; they regarded these petty rules and regulations as literally
matters of life and death and eternal destiny. Clearly Jesus did not mean that
not one of these rules and regulations was to pass away; repeatedly he broke
them himself; and repeatedly he condemned them; that is certainly not what Jesus
meant by the Law, for that is the kind of law that both Jesus and Paul
condemned.” [= Ahli-ahli
Taurat adalah orang-orang yang menyusun peraturan-peraturan ini. Orang-orang
Farisi, yang namanya berarti ‘orang-orang yang terpisah’, adalah
orang-orang yang memisahkan diri mereka sendiri dari semua aktivitas kehidupan
biasa untuk mentaati semua peraturan-peraturan itu. Kita bisa melihat panjangnya
peraturan-peraturan itu dari fakta-fakta yang berikut ini. Selama beberapa
generasi, hukum dari ahli-ahli Taurat ini tidak pernah dituliskan; itu merupakan
hukum lisan, dan diturunkan dalam ingatan dari generasi-generasi ahli-ahli
Taurat. Pada pertengahan abad ketiga Masehi suatu ringkasan darinya dibuat
dan disusun. Ringkasan itu dikenal sebagai Mishnah;
itu terdiri dari 63 traktat tentang bermacam-macam pokok hukum Taurat, dan dalam
bahasa Inggris menjadi sebuah buku yang terdiri dari hampir 800 halaman. Ahli-ahli
theologia Yahudi selanjutnya menyibukkan dirinya sendiri dengan membuat
tafsiran-tafsiran untuk menjelaskan Mishnah. Tafsiran-tafsiran ini dikenal
sebagai Talmud. Talmud Yerusalem terdiri dari 12
volume; dan Talmud Babilonia terdiri dari 60 volume. Bagi seorang Yahudi
orthodox, pada jaman Yesus, agama dan pelayanan kepada Allah merupakan persoalan
ketaatan terhadap ribuan peraturan-peraturan legalistik; mereka menganggap
peraturan-peraturan remeh / picik ini secara hurufiah sebagai persoalan hidup
atau mati dan tujuan kekal. Jelas bahwa Yesus tidak
memaksudkan bahwa tidak satupun dari peraturan-peraturan ini yang boleh
ditiadakan; berulangkali Ia sendiri melanggar mereka; dan berulangkali Ia
mengecam mereka; jelas bukan itu yang Yesus maksudkan dengan hukum Taurat,
karena itu adalah jenis hukum Taurat yang dikecam oleh Yesus dan Paulus.] - hal 129-130.
-bersambung-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ