(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)
Rabu, tgl 17 Juli 2019, pk 19.00
Pdt.
Budi Asali, M. Div.
2)
Communicatio
Operationum / Apotelesmatum [communication
of acts {= pemberian tindakan-tindakan}].
Semua
tindakan / perbuatan Kristus, baik yang bersifat:
a)
Ilahi, seperti penciptaan, pemeliharaan.
b)
Manusia, seperti makan, minum.
c)
Gabungan ilahi dan manusia, seperti penebusan.
adalah
tindakan / perbuatan dari pribadi Kristus.
Jadi,
pada waktu melihat Kristus makan, kita tidak perlu berkata ‘hakekat manusiaNya
makan’,
tetapi kita bisa berkata ‘Kristus makan’. Pada waktu kita mau mengatakan bahwa Kristus
mencipta dan mengatur alam semesta, kita tidak perlu berkata ‘hakekat
ilahiNya mencipta dan mengatur alam semesta’,
tetapi kita bisa berkata ‘Kristus
mencipta dan mengatur alam semesta’.
Catatan:
sebutan ‘Yesus’
atau ‘Kristus’
atau penggunaan kata ganti orang (seperti ‘Aku’)
untuk Yesus, biasanya menunjuk kepada pribadi.
Contoh:
Mat
27:26 - “Lalu ia
membebaskan Barabas bagi mereka, tetapi Yesus
disesahnya lalu diserahkannya untuk disalibkan.”.
Kata
‘disesah’
cocoknya untuk hakekat manusia Kristus, tetapi ditujukan kepada pribadiNya (‘Yesus’).
Mat 28:19-20
- “(19)
Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam
nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, (20) dan ajarlah mereka melakukan segala
sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku
menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.’”.
Kata-kata
‘menyertai
kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman’
cocoknya untuk hakekat ilahi Kristus, tetapi ditujukan kepada pribadiNya (‘Aku’).
Illustrasi:
Manusia
terdiri dari tubuh + jiwa.
Ada
tindakan hanya dari jiwa, seperti berpikir, marah, benci.
Ada
tindakan hanya dari tubuh, seperti mencerna makanan, berdenyutnya jantung.
Ada
tindakan dari gabungan tubuh dan jiwa, seperti membaca, menulis, berbicara dsb.
Tetapi
adalah seluruh pribadi manusia yang marah, mencerna makanan, membaca dsb.
Karena
itu kalau kita melihat seseorang (si A) sedang makan / berpikir, kita tidak
mengatakan ‘tubuhnya
makan’ tetapi ‘Dia / si A makan’. Kita tidak mengatakan ‘jiwanya berpikir’,
tetapi ‘Dia
/ si A berpikir’.
Catatan:
lagi-lagi ilustrasi ini hanya cocok untuk orang yang mempercayai Dichotomy,
bukan Trichotomy.
3)
Communicatio
Charismatum / Gratiarum [communication
of gifts {= pemberian karunia-karunia}].
Hakekat
manusia dari Kristus, sejak saat pertama keberadaanNya, telah diberi
bermacam-macam karunia yang mulia.
Misalnya:
a)
Dipersatukannya hakekat manusia itu dengan LOGOS, dengan mana hakekat
manusia itu ditinggikan melebihi semua ciptaan.
G.
C. Berkouwer menggunakan Yoh 3:34 sebagai salah satu dasar: “Sebab siapa
yang diutus Allah, Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah
mengaruniakan RohNya dengan tidak terbatas.”.
- ‘Studies in Dogmatics: The Person of Christ’,
hal 295.
Louis
Berkhof berjalan lebih jauh dengan mengatakan bahwa ini menyebabkan
hakekat manusia Yesus itu ‘menjadi object pemujaan (adoration)’
- ‘Systematic Theology’, hal 324.
Tetapi
G. C. Berkouwer menentang pandangan ini dengan
mengatakan: “Reformed theology resisted every
form of the deification of the human nature of Christ.” [= Theologia Reformed menentang setiap
bentuk pendewaan terhadap hakekat manusia Kristus.]
- ‘Studies in Dogmatics: The Person of Christ’, hal 295.
Memang
pada waktu seseorang bertemu dengan Kristus pada waktu Ia hidup dalam dunia ini,
tentu saja orang itu boleh menyembahNya. Tetapi yang
disembah sebetulnya adalah pribadi Kristus, atau hakekat ilahiNya, bukan hakekat
manusiaNya.
Hal-hal ini
memang tidak bisa dipisahkan tetapi
bisa dibedakan.
Ini
pandangan yang agak berbeda lagi.
John
Owen:
“Hence
the human nature of Christ, in his divine person and together with it, is the
object of all divine adoration and worship, Rev. 5:13.” [= Jadi,
hakekat manusia dari Kristus, dalam Pribadi Ilahinya dan bersama-sama denganNya,
adalah obyek dari semua pemujaan dan penyembahan ilahi, Wah 5:13.]
- ‘The Works of John Owen’, vol I,
hal 241.
Wah
5:13 - “Dan aku mendengar semua makhluk yang di
sorga dan yang di bumi dan yang di bawah bumi dan yang di laut dan semua yang
ada di dalamnya, berkata: ‘Bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi
Anak Domba, adalah puji-pujian dan hormat
dan kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya!’”.
Catatan:
menurut saya ayat ini tidak menunjukkan kebenaran dari apa yang Owen katakan di
atas ini.
Jadi
dalam hal ini, pandangan dari orang-orang Reformed tidak seragam!
Saya
pribadi, condong pada pandangan G. C. Berkouwer.
Ini
dasar saya:
Mat 4:10
- “Maka
berkatalah Yesus kepadanya: ‘Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau
harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!’”.
‘Manusia
Yesus’ bukan Allah, dan karena itu, berdasarkan ayat ini, tidak boleh
disembah.
Mari
kita melihat pandangan Calvin berkenaan dengan hal itu, dalam komentarnya
tentang Fil 2:10. Tetapi sebelumnya kita melihat Fil 2:10 itu sendiri.
Fil 2:9-11
- “(9) Itulah sebabnya Allah sangat
meninggikan Dia dan mengaruniakan kepadaNya nama di atas segala nama, (10) supaya
dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas
bumi dan yang ada di bawah bumi, (11) dan segala lidah mengaku:
‘Yesus Kristus adalah Tuhan,’ bagi kemuliaan Allah, Bapa!”.
Calvin (tentang Fil 2:10):
“‘Every knee might bow.’ Though respect is shewn to men also be means of this rite,
there can nevertheless be no doubt that what is here meant is that adoration
which belongs exclusively to God, of which the bending of the knee is a token.
... But here a question arises - whether this relates to the divinity of Christ
or to his humanity, for either of the two is not without some inconsistency,
inasmuch as nothing new could be given to his divinity; and his humanity in
itself, viewed separately, has by no means such exaltation belonging to it that
it should be adored as God? I answer, that this, like many things else, is
affirmed in reference to Christ’s entire person, viewed as ‘God
manifested in the flesh.’ (1 Timothy 3:16.)”
[= ‘Setiap lutut bisa bertelut’. Sekalipun hormat yang ditunjukkan
kepada manusia juga merupakan cara dari upacara ini, tetapi di sana tidak bisa
ada keraguan bahwa apa yang dimaksudkan di sini adalah pemujaan itu yang
merupakan milik Allah secara exklusif, tentang mana penekukan lutut adalah
sebuah tanda. ... Tetapi di sini suatu pertanyaan muncul - apakah ini
berhubungan dengan keilahian Kristus atau dengan kemanusiaanNya, karena yang
manapun dari keduanya bukanlah tanpa suatu ketidak-konsistenan, karena tidak ada
apapun yang baru bisa diberikan kepada keilahianNya; dan
kemanusiaanNya dalam diriNya sendiri, dilihat secara terpisah, pasti tidak
mempunyai pemuliaan seperti itu sebagai milikNya sehingga itu harus dipuja
sebagai Allah? Saya
menjawab, bahwa ini, seperti banyak hal yang lain, ditegaskan / dinyatakan
berkenaan dengan seluruh Pribadi Kristus, dipandang sebagai ‘Allah yang
dinyatakan dalam daging’.
(1Tim 3:16).].
Jadi, Calvin juga berpandangan bahwa secara strict kemanusiaan Yesus,
dalam diriNya sendiri, tidak boleh disembah. Yang kita sembah adalah PribadiNya
(Allah yang menjadi manusia / The God-Man).
b)
Karunia-karunia Roh, khususnya dalam hal intelek, kehendak dan kuasa,
dengan mana hakekat manusia itu ditinggikan melebihi makhluk-makhluk ciptaan
yang lain. Menurut Louis Berkhof, termasuk di
sini ketidak-mungkinannya untuk berbuat dosa (impeccability
/ non posse peccare). Tetapi untuk yang terakhir ini ada pro kontra
lagi, dan saya tidak setuju dengan Louis Berkhof.
Saya
tidak melihat contoh-contoh yang diberikan oleh para ahli Theologia Reformed,
sehingga ada hal-hal yang membingungkan saya.
Kalau
dalam hal intelek,
maka contohnya adalah kepandaian yang jelas menonjol
sekali dalam diri manusia Yesus, sejak masa kecilNya.
Luk 2:40,46-47,52
- “(40) Anak
itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat,
dan kasih karunia Allah ada padaNya. ... (46) Sesudah
tiga hari mereka menemukan Dia dalam Bait Allah; Ia sedang duduk di
tengah-tengah alim ulama, sambil mendengarkan mereka dan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan kepada mereka. (47) Dan semua
orang yang mendengar Dia sangat heran akan kecerdasanNya dan segala
jawab yang diberikanNya. ... (52) Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah
hikmatNya dan besarNya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.”.
Tetapi
G. C. Berkouwer (hal 295) dengan sangat hati-hati menambahkan bahwa ini berbeda
dengan ajaran Lutheran yang mengatakan bahwa ada pemberian sifat-sifat dari
hakekat ilahi kepada hakekat manusia Yesus. Ini dianggap salah, karena
karunia-karunia adalah pemberian dari Roh Kudus kepada manusia Yesus untuk bisa
melakukan pelayananNya.
Jadi
ayat di atas hanya menunjukkan bahwa Roh Kudus memberikan Yesus kecerdasan
yang luar biasa dalam pengertian Kitab Suci,
tetapi sama sekali tidak berarti bahwa manusia Yesus menjadi maha
tahu
karena pemberian sifat itu dari hakekat ilahiNya. Kalau manusia Yesus itu maha
tahu, kita tidak akan bisa menjelaskan Mat 24:36, yang menunjukkan bahwa
manusia Yesus tidak mengetahui hari Tuhan.
Tetapi
dalam hal kehendak,
itu membingungkan saya. Apa contohnya? Apakah hanya sekedar bahwa kehendakNya
suci?
Kalau
dalam hal kuasa,
jelas bukan berarti Yesus sebagai manusia itu sebagai superman yang mempunyai
kekuatan jasmani yang luar biasa. Tetapi mungkin ‘kuasa’ yang dimaksudkan
adalah dalam hal wibawa dan kuasa dalam pengajaran / tindakan.
Yoh 2:14-16 - “(14)
Dalam Bait Suci didapatiNya pedagang-pedagang lembu, kambing domba dan merpati,
dan penukar-penukar uang duduk di situ. (15) Ia membuat cambuk dari tali lalu
mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu
mereka; uang penukar-penukar dihamburkanNya ke tanah dan meja-meja mereka
dibalikkanNya. (16) Kepada pedagang-pedagang merpati Ia berkata: ‘Ambil
semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah BapaKu menjadi tempat
berjualan.’”.
Catatan: coba
bayangkan kalau orang biasa melakukan hal ini apakah ia tidak dirajam? Jelas di
sini terlihat wibawa Yesus yang luar biasa, sehingga sekalipun ada yang
menentangNya tetapi tak ada yang melakukan perlawanan fisik.
Luk 4:28-30 - “(28) Mendengar itu sangat marahlah semua orang yang di rumah
ibadat itu. (29) Mereka bangun, lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa
Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari
tebing itu. (30) Tetapi Ia berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi.”.
Calvin
menganggap ini terjadi karena Allah melakukan mujijat, tetapi William Hendriksen
membuka peluang (sekalipun tidak memastikan) bahwa sikap Yesus yang tenang dan
agung membuat mereka tidak bisa / berani berbuat apa-apa.
Yoh
7:44-46 - “(44) Beberapa
orang di antara mereka mau menangkap Dia, tetapi tidak
ada seorangpun yang berani menyentuhNya. (45) Maka penjaga-penjaga
itu pergi kepada imam-imam kepala dan orang-orang Farisi, yang berkata kepada
mereka: ‘Mengapa kamu tidak membawaNya?’ (46) Jawab penjaga-penjaga
itu: ‘Belum pernah seorang manusia berkata seperti
orang itu!’”.
William
Hendriksen mengatakan bahwa penjaga-penjaga itu tidak berani menangkap Yesus
karena sangat terkesan oleh kata-kata Yesus. Lenski mengatakan bahwa otoritas,
keagungan dan kuasa Yesus membuat mereka tidak berani menangkapNya.
Yoh
18:3-6 - “(3) Maka
datanglah Yudas juga ke situ dengan sepasukan prajurit dan penjaga-penjaga Bait
Allah yang disuruh oleh imam-imam kepala dan orang-orang Farisi lengkap dengan
lentera, suluh dan senjata. (4) Maka Yesus, yang tahu semua yang akan menimpa
diriNya, maju ke depan dan berkata kepada mereka: ‘Siapakah yang kamu cari?’
(5) Jawab mereka: ‘Yesus dari Nazaret.’ KataNya kepada mereka: ‘Akulah
Dia.’ Yudas yang mengkhianati Dia berdiri juga di situ bersama-sama mereka.
(6) Ketika Ia berkata kepada mereka: ‘Akulah
Dia,’ mundurlah mereka dan jatuh ke tanah.”.
Lenski
menganggap bahwa seluruh pasukan rebah karena kata-kata Yesus ‘Akulah Dia’
dan ini pasti karena kuasa Ilahi. William Hendriksen berkata bahwa sikap, suara,
pandangan mata, keagungan Yesus menyebabkan hal ini, tetapi ini juga merupakan
suatu tanda dari Yesus bahwa Ia adalah Mesias / Kristus. Leon Morris mengatakan
ini disebabkan keagungan Yesus.
Kuasa
pengajaranNya terlihat dari ayat ini:
Mat 7:28-29
- “(28)
Dan setelah Yesus mengakhiri perkataan ini, takjublah orang banyak itu mendengar
pengajaranNya, (29) sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa,
tidak seperti ahli-ahli Taurat mereka.”.
Catatan:
Communicatio Charismatum / Gratiarum ini tidak mengubah hakekat manusia itu
menjadi Allah!
D) Ayat-ayat
Kitab Suci yang berhubungan dengan Personal Union.
Ada
4 golongan ayat-ayat Kitab Suci:
1)
Ayat-ayat yang menggunakan sebutan bagi Kristus dengan sebutan yang
berlaku untuk pribadi Kristus, tetapi tidak cocok / berlaku baik untuk hakekat
manusia saja maupun untuk hakekat ilahi saja.
Contoh:
a)
Yoh 1:29 - Anak Domba Allah.
b)
Yoh 5:21-23 - Hakim.
c)
Yoh 9:5 - Terang dunia.
d)
Yoh 10:9,11 - Pintu, Gembala.
e)
Yoh 15:1 - Pokok anggur yang benar.
f)
Ro 8:34 - Pembela.
g)
Ef 4:15 - Kepala Gereja.
Sebutan-sebutan
ini tidak ditujukan kepada Kristus sebagai Allah Anak / LOGOS, juga tidak kepada
Kristus sebagai manusia, tetapi kepada Pribadi Kristus (The
God-man).
Calvin:
“Let
this, then, be our key to right understanding: those things which apply to the
office of the Mediator are not spoken simply either of the divine nature or of
the human.”
[= Biarlah ini menjadi kunci bagi kita untuk mendapatkan pengertian yang benar:
hal-hal yang berhubungan dengan jabatan dari Pengantara, tidak
dikatakan hanya tentang hakekat
ilahi atau manusia.]
- ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, chapter XIV, 3.
2)
Ayat-ayat yang sebetulnya hanya cocok untuk hakekat ilahi / LOGOS, tetapi
ditujukan kepada pribadi Kristus.
Contoh:
a)
Yoh 8:58
- “Kata Yesus kepada mereka: ‘Aku
berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku (telah)
ada.’”.
Sebetulnya
kata-kata ‘ada
sebelum Abraham jadi’ hanya berlaku untuk hakekat ilahi, bukan untuk
hakekat manusia. Tetapi sekalipun demikian, Yesus tidak berkata ‘sebelum
Abraham jadi, hakekat ilahiKu ada’,
tetapi Ia berkata ‘sebelum
Abraham jadi, Aku (menunjuk
pada pribadiNya) ada’.
b)
Yoh 17:5
- “Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah
Aku padaMu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadiratMu sebelum dunia
ada.”.
Sebetulnya
kata-kata ‘memiliki kemuliaan di hadirat Allah sebelum dunia dijadikan’
hanya berlaku untuk hakekat ilahi, bukan untuk hakekat manusia. Tetapi Yesus
lagi-lagi menggunakan kata ‘Aku’, yang menunjukkan bahwa kata-kata itu Ia tujukan untuk pribadiNya.
3)
Ayat-ayat yang sebetulnya hanya cocok untuk hakekat manusiaNya, tetapi
ditujukan kepada pribadi Kristus.
Contoh:
a)
Mat 26:37-38 - “(37) Dan Ia membawa Petrus dan kedua
anak Zebedeus sertaNya. Maka mulailah Ia merasa sedih
dan gentar, (38) lalu kataNya kepada mereka: ‘HatiKu sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di
sini dan berjaga-jagalah dengan Aku.’”.
Sebetulnya
yang bisa merasa sedih dan gentar, seperti mau mati, dsb, hanyalah hakekat
manusia, bukan hakekat ilahi. Tetapi ayat-ayat ini menujukannya untuk pribadi
Yesus.
b)
Hal yang sama bisa saudara jumpai dalam:
Luk 2:40,52
- “(40)
Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat,
penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada padaNya. ... (52) Dan Yesus
makin bertambah besar dan bertambah hikmatNya dan besarNya, dan makin
dikasihi oleh Allah dan manusia.”.
Luk
24:39-43 - “(39)
Lihatlah tanganKu dan kakiKu: Aku sendirilah ini;
rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu (roh)
tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada padaKu.’ (40)
Sambil berkata demikian, Ia memperlihatkan tangan dan kakiNya kepada mereka.
(41) Dan ketika mereka belum percaya karena girangnya dan masih heran,
berkatalah Ia kepada mereka: ‘Adakah padamu makanan di sini?’ (42) Lalu
mereka memberikan kepadaNya sepotong ikan goreng. (43) Ia
mengambilnya dan memakannya di depan mata mereka.”.
Yoh
11:35 - “Maka menangislah
Yesus.”.
4)
Ayat-ayat yang menggunakan sebutan / gelar yang
hanya cocok untuk hakekat yang satu, tetapi menggunakan predikat
yang hanya cocok untuk hakekat yang lain.
Ini
terbagi dalam 2 golongan:
a)
Ayat-ayat yang menyebut Kristus dengan sebutan /
gelar ilahi, tetapi menggunakan predikat
yang hanya cocok untuk hakekat manusia.
Contoh:
1.
Kis 20:28 - “Karena itu jagalah dirimu dan
jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi
penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang
diperolehNya dengan darah (Anak)Nya
sendiri.”.
NIV:
“... the church of God, which he bought
with his own blood” [= ... jemaat / gereja Allah, yang Ia beli dengan
darahNya sendiri].
Catatan:
dalam ayat ini TB1 - LAI salah terjemahan karena menterjemahkan ‘darah
AnakNya’. Ini dibetulkan dalam TB2 - LAI yang menterjemahkan ‘darahNya’
(menghapus kata ‘Anak’ yang memang sebetulnya tidak ada dalam bahasa
aslinya).
Ayat
ini menggunakan sebutan / gelar ilahi
(‘Allah’), tetapi predikatnya berbicara
tentang ‘darah’, yang sebetulnya hanya cocok untuk hakekat manusia
Yesus.
2.
1Kor 2:8 - “Tidak ada dari penguasa dunia ini
yang mengenalnya, sebab kalau sekiranya mereka mengenalnya, mereka tidak menyalibkan
Tuhan yang mulia.”.
Ayat
ini menggunakan sebutan / gelar ilahi (‘Tuhan
yang mulia’ / ‘The Lord of glory’),
tetapi menggunakan predikat ‘menyalibkan’ yang
sebetulnya hanya cocok untuk hakekat manusia Yesus.
3.
1Yoh 1:1
- “Apa yang telah ada sejak semula, yang
telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami
saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup
- itulah yang kami tuliskan kepada kamu.”.
Ayat
ini menggunakan sebutan / gelar ilahi
(‘Firman’ / LOGOS), tetapi menggunakan predikat
‘telah kami lihat dengan mata kami’ dan ‘telah kami saksikan dan yang
telah kami raba dengan tangan kami’, yang sebetulnya hanya cocok untuk hakekat
manusia Yesus.
4.
Wah 11:8 - “Dan
mayat mereka akan terletak di atas jalan raya kota besar, yang secara rohani
disebut Sodom dan Mesir, di mana juga Tuhan mereka
disalibkan.”.
Ayat
ini menggunakan sebutan / gelar ilahi
(‘Tuhan’), tetapi menggunakan predikat
‘disalibkan’ yang sebetulnya hanya cocok untuk hakekat manusia Yesus.
5.
Ibr 7:14 - “Sebab
telah diketahui semua orang, bahwa Tuhan
kita berasal dari suku Yehuda dan mengenai suku itu Musa tidak
pernah mengatakan suatu apapun tentang imam-imam.”.
Ayat
ini menggunakan sebutan / gelar ilahi
(‘Tuhan’), tetapi menggunakan predikat
‘berasal dari suku Yehuda’, yang tentu saja hanya cocok untuk hakekat
manusia Yesus.
b)
Ayat-ayat yang menyebut Kristus dengan sebutan
/ gelar manusia, tetapi menggunakan predikat
yang hanya cocok untuk hakekat ilahi.
Contoh:
1.
Mat 9:6 - “Tetapi
supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia
berkuasa mengampuni dosa’ - lalu berkatalah Ia kepada orang lumpuh
itu -: ‘Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!’”.
Ayat
ini menggunakan sebutan / gelar manusia (‘Anak
Manusia’), tetapi menggunakan predikat
‘berkuasa mengampuni dosa’ yang hanya cocok untuk hakekat ilahi.
2.
Mat 12:8 - “Karena Anak
Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat.’”.
Ayat
ini menggunakan sebutan / gelar manusia (‘Anak
Manusia’), tetapi menggunakan predikat ‘Tuhan
atas hari Sabat’ yang hanya cocok untuk hakekat ilahi.
3.
Hal yang sama bisa saudara lihat dalam ayat-ayat seperti:
Mat 13:41
- “Anak Manusia akan menyuruh
malaikat-malaikatNya dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang
menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan dari dalam KerajaanNya.”.
Luk 19:10
- “Sebab Anak
Manusia datang
untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.’”.
Yoh 3:13
- “Tidak ada seorangpun yang telah naik ke
sorga, selain dari pada Dia
yang telah turun dari sorga, yaitu Anak
Manusia.”.
Yoh 6:62
- “Dan bagaimanakah, jikalau kamu melihat Anak
Manusia naik ke
tempat di mana Ia sebelumnya berada?”.
1Kor
15:47b - “manusia kedua berasal
dari sorga.”.
Calvin
menjelaskan mengapa hal itu dilakukan dalam Kitab Suci dengan berkata sebagai
berikut:
“And
they (Scriptures) so earnestly express this union of the two natures that is in
Christ as sometimes to interchange them.” [=
Dan mereka (Kitab-kitab Suci) begitu sungguh-sungguh mewujudkan kesatuan dari
dua hakekat yang ada di dalam Kristus sehingga kadang-kadang menukar /
membolak-balik mereka.] - ‘Institutes
of the Christian Religion’, book II, chapter XIV, 1.
“But
because the selfsame one was both God and man, for the sake of the union of both
natures he gave to the one what belonged to the other.” [= Tetapi
karena ‘orang’ yang sama adalah Allah dan manusia, demi kesatuan dari kedua
hakekat, ia memberikan kepada yang satu apa yang termasuk pada yang lain.]
- ‘Institutes of the Christian
Religion’, book II, chapter XIV, 2.
-o0o-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube: