(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)
Rabu, tgl 15 Mei 2019, pk 19.00
Pdt.
Budi Asali, M. Div.
Pada
tahun 325 Masehi ada sidang gereja di kota Nicea yang melahirkan Nicene Creed [= Pengakuan Iman Nicea], yang meneguhkan doktrin tentang Allah
Tritunggal.
Pengakuan
iman ini direvisi dalam Sidang Gereja di Constantinople pada tahun 381 Masehi,
dan lalu disebut dengan nama Pengakuan Iman
Nicea-Constantinople, yang bunyinya adalah sebagai berikut:
“Aku
percaya kepada satu Allah Bapa yang mahakuasa, Pencipta langit dan bumi, dan
segala yang kelihatan dan yang tidak kelihatan.
Dan kepada satu
Tuhan Yesus Kristus, satu-satunya Anak Allah yang diperanakkan, diperanakkan
dari Bapa sebelum alam semesta, Allah dari Allah, terang dari terang, Allah yang
sejati dari Allah yang sejati, diperanakkan, bukan dicipta, sehakekat dengan
Sang Bapa, oleh siapa segala sesuatu dicipta;
Yang untuk
kita manusia dan untuk keselamatan kita telah turun dari sorga, dan
diinkarnasikan oleh Roh Kudus dari anak dara Maria, dan dijadikan manusia; Ia
telah disalibkan, juga bagi kita, di bawah pemerintahan Pontius Pilatus. Ia
menderita dan dikuburkan; dan pada hari ketiga Ia bangkit kembali, sesuai dengan
Kitab Suci, dan naik ke sorga; dan duduk di sebelah kanan Bapa. Dan Ia akan
datang kembali dengan kemuliaan untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati;
yang kerajaanNya takkan berakhir.
Dan aku
percaya kepada Roh Kudus, Tuhan dan Pemberi kehidupan, yang keluar dari Bapa dan
Anak, yang bersama-sama dengan Bapa dan Anak disembah dan dimuliakan,
yang telah berfirman dengan perantaraan para nabi.
Dan aku
percaya satu gereja yang am dan rasuli, aku mengakui satu baptisan untuk
pengampunan dosa, dan aku menantikan kebangkitan orang mati, dan kehidupan di
dunia yang akan datang.
Amin.”.
Sekalipun
dalam Pengakuan Iman ini juga ditegaskan akan keilahian
Kristus, dan bahwa Ia telah menjadi manusia, tetapi Pengakuan
Iman ini tidak menyatakan apa-apa tentang hubungan antara keilahian dan
kemanusiaan Kristus, sehingga akhirnya muncul banyak ajaran sesat
dalam Kristologi.
Credo
[= pengakuan iman] yang paling penting dalam Kristologi, khususnya dalam
persoalan hubungan antara keilahian dan kemanusiaan Yesus, adalah Chalcedonian Creed
[= Pengakuan Iman Chalcedon], yang diciptakan dalam sidang gereja di kota
Chalcedon pada tahun 451 Masehi.
Chalcedonian
Creed / Pengakuan Iman Chalcedon:
“We
all with one accord teach men to acknowledge one and the same Son, our Lord
Jesus Christ, at once complete in Godhead and complete in manhood, truly God and
truly man ... one and the same Christ, Son, Lord, only begotten, recognized in two
natures, without confusion, without change,
without division, without separation ... the
characteristics of each nature being preserved and coming together to
form one person ...” [= Kami semua, dengan suara bulat,
mengajar manusia untuk mengakui Anak yang satu dan
yang sama, Tuhan kita Yesus Kristus, pada saat yang sama sempurna / lengkap
dalam keilahian dan sempurna / lengkap dalam kemanusiaan, sungguh-sungguh Allah
dan sungguh-sungguh manusia ... Kristus, Anak, Tuhan yang satu dan yang sama,
satu-satunya yang diperanakkan, dikenali dalam 2
hakekat, tanpa kekacauan / percampuran, tanpa
perubahan, tanpa perpecahan, tanpa perpisahan
... sifat-sifat setiap hakekat dipertahankan
dan bersatu membentuk 1 pribadi ...].
Ada
2 hal yang perlu disoroti dari Pengakuan Iman Chalcedon ini:
1)
Without
confusion / without change [= tanpa kekacauan
/ percampuran / tanpa perubahan].
Ini
menunjukkan bahwa:
a)
Human nature [= hakekat
manusia] dan divine nature [= hakekat
ilahi] tetap berbeda, dan mempunyai / mempertahankan sifat-sifatnya
sendiri-sendiri.
b)
Human nature [= hakekat
manusia] tidak menjadi divine [= ilahi], dan sebaliknya divine nature [= hakekat ilahi] tidak menjadi human [= manusia].
c)
Human nature [= hakekat
manusia] dan divine nature [= hakekat
ilahi] tidak bercampur dan membentuk nature [= hakekat] yang ke 3.
2)
Without
division / without separation [= tanpa
perpecahan / tanpa perpisahan].
Ini
menunjukkan bahwa LOGOS tidak pernah terpisah dari human
nature [= hakekat manusia].
Catatan: LOGOS menunjuk pada keilahian Yesus.
Catatan:
kata ‘nature’
oleh banyak orang di Indonesia diterjemahkan ‘sifat’,
sehingga mereka lalu merumuskan Kristus sebagai 1 pribadi dengan 2 sifat! Tetapi
ini jelas merupakan terjemahan yang salah, sehingga pasti mengarah pada
perumusan yang salah juga!
Menurut
‘Webster’s New World Dictionary of the
American Language’ (College Edition) kata ‘nature’ mempunyai 10 arti dan yang nomer 1 adalah: “The
essential character of a thing; quality or qualities that make something what it is; essence” [=
Sifat-sifat yang hakiki dari suatu benda; kwalitas yang membuat sesuatu itu
dirinya; hakekat].
Dalam
Kristologi, istilah ‘nature’ itu
harus diterjemahkan ‘hakekat’, bukan ‘sifat’!
William
G. T. Shedd, seorang ahli Theologia Reformed pada abad 19, mengatakan: “When
we speak of a human nature, a
real substance having physical, rational, moral and spiritual
properties is meant.” [= Pada waktu kita berbicara tentang human
nature, maka yang dimaksud adalah suatu zat /
bahan yang nyata yang memiliki sifat-sifat fisik, rasio, moral dan
rohani.]
- ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol II, hal 289.
Charles
Hodge mengatakan hal yang serupa, yang terlihat dari beberapa kutipan di bawah
ini:
1. “By
‘nature’, in this connection is meant substance.
In Greek the corresponding words are PHUSIS and OUSIA; in Latin, NATURA and
SUBSTANTIA.”
[= Yang dimaksud dengan ‘nature’
dalam persoalan ini adalah zat / bahan / hakekat.
Dalam bahasa Yunani kata yang cocok / sama ialah PHUSIS dan OUSIA; dalam Latin
NATURA dan SUBSTANTIA.] - ‘Systematic
Theology’, vol II, hal 387.
2. “...
we are taught that the elements combined in the constitution of his person,
namely, humanity and divinity, are two distinct natures,
or substances.”
[= ... kita diajar bahwa elemen-elemen yang disatukan / digabungkan dalam
pembentukan pribadiNya, yaitu kemanusiaan dan keilahian, adalah dua hakekat,
atau zat / bahan yang berbeda.] - ‘Systematic Theology’,
vol II, hal 388.
3. “...
the elements united or combined in his person are two distinct substances,
humanity and divinity; that He has in his constitution the same essence
or substance which constitutes us men, and the same substance
which makes God infinite, eternal, and immutable in all his perfections.” [=
elemen-elemen yang disatukan atau digabungkan dalam pribadiNya adalah dua zat
/ bahan / hakekat yang berbeda, kemanusiaan dan keilahian; sehingga
dalam pembentukanNya Ia mempunyai hakekat atau zat /
bahan yang sama yang membentuk kita menjadi manusia, dan zat
/ bahan yang sama yang membuat Allah itu tidak terbatas, kekal, dan
tetap / tidak berubah dalam semua kesempurnaanNya.]
- ‘Systematic Theology’, vol II, hal 389.
4.
“That
in his person two natures, the divine and the human, are inseparably united; and
the word nature in this connection means
substance.” [= Bahwa
dalam pribadiNya dua natures, ilahi
dan manusiawi, dipersatukan secara tak terpisahkan; dan dalam hal ini kata nature
berarti zat / bahan.]
- ‘Systematic Theology’, vol II,
hal 391.
1)
Adoptionism.
Dalam
buku-buku sejarah maupun Theologia, biasanya Adoptionism ini tidak dimasukkan
dalam perdebatan Kristologi / ajaran-ajaran sesat tentang diri Kristus, mungkin
karena ajaran ini ada pada abad 3 Masehi, yaitu sebelum ‘musim’ perdebatan /
kesesatan tentang Kristologi itu muncul (abad 4-7 Masehi).
Tetapi
kalau dilihat ajarannya, maka ini jelas juga termasuk ajaran sesat dalam
Kristologi.
Tokohnya
yang paling terkenal bernama Paul of Samosata,
yang adalah seorang bishop
[= uskup] dari Antiokhia.
Ajaran
ini mengatakan bahwa Kristus adalah manusia biasa,
yang pada saat baptisan (Catatan: ada yang mengatakan bukan pada saat
baptisan, tetapi setelah kebangkitan Kristus) menerima kuasa ilahi dan
diangkat ke suatu posisi ilahi.
Jadi, ada perkembangan dalam diri Kristus, dari
manusia biasa menjadi semacam
Allah (bukan betul-betul Allah, tetapi lebih rendah dari Allah).
2)
Apollinarianism.
Ajaran
ini mendapatkan namanya dari tokohnya yang bernama Apollinarius
/ Apollinaris, yang adalah seorang bishop
[= uskup] di kota Laodicea, Syria.
Apollinarius
ini mempunyai kepercayaan yang disebut Psychological
Trichotomy yang mempercayai bahwa manusia itu terdiri dari tubuh (Yunani:
SOMA), jiwa (Yunani: PSUCHE), dan rational
spirit / mind [= roh yang rasionil / pikiran; Yunani: PNEUMA atau NOUS].
Dan
tentang diri Yesus Kristus, ia berpendapat bahwa Yesus
mempunyai tubuh (SOMA) dan jiwa (PSUCHE), tetapi tidak punya rational spirit / roh yang rasionil atau mind / pikiran (PNEUMA atau NOUS), karena pikiranNya adalah dari Logos
dan bersifat ilahi. Jadi, Kristus bukan
manusia sepenuhnya, karena Ia tidak mempunyai pikiran manusia.
Ajaran
ini terlalu menekankan keilahian Kristus sehingga mengorbankan kemanusiaanNya.
Dasar
Kitab Suci yang ia pakai adalah Yoh 1:14
yang secara hurufiah berbunyi ‘And the Word became flesh’ [= Dan
Firman itu telah menjadi daging].
Catatan:
anehnya, kalau ia memang menekankan kata ‘daging’
dalam Yoh 1:14 ini, mengapa ia tidak berpendapat bahwa Kristus hanya
mempunyai tubuh manusia saja? Mengapa ada jiwa?
Ajaran
ini ditentang oleh Gregory Nazianzus yang
mengatakan bahwa Kristus harus mempunyai semua elemen
manusia, karena kalau tidak, Ia tidak bisa menebus elemen tersebut dalam diri
kita. Ia juga mengatakan bahwa ‘daging’
dalam Yoh 1:14 itu merupakan suatu synecdoche
[= gaya bahasa dimana yang sebagian mewakili seluruhnya, atau sebaliknya] dan
menunjuk pada seluruh hakekat manusia (termasuk jiwa / rohNya).
Pada
tahun 362 Masehi Sidang gereja di kota Alexandria sudah menentang
ajaran ini (tanpa menyatakan siapa pengajarnya) dan menyatakan bahwa
Kristus mempunyai reasonable soul [=
jiwa yang bisa berpikir].
Apolinarius
tidak melepaskan diri dari gereja, dan ia membentuk sebuah sekte, sampai tahun
375 Masehi.
Pada
tahun 381 Masehi sidang gereja di Constantinople kembali mengecam
ajaran ini beserta pengajarnya.
3)
Nestorianism.
Ajaran
ini mendapatkan namanya dari nama tokohnya yaitu Nestorius,
yang pada tahun 428 Masehi menjadi bishop
di kota Constantinople.
Ajaran
ini mengatakan bahwa Kristus terdiri dari 2 pribadi
(yaitu pribadi Allah dan pribadi manusia), tetapi LOGOS menguasai manusia
Yesus sepenuhnya sehingga Yesus menginginkan, menghendaki dan berbicara
seperti Allah. Kristus disembah bukan karena
Dia adalah Allah, tetapi karena Allah ada di dalam Dia.
Nestorius
menentang istilah THEOTOKOS [= Bunda Allah], dan mengusulkan istilah
CHRISTOTOKOS [= Bunda Kristus] untuk Maria, karena ia berpendapat bahwa Maria
tidak melahirkan Allah, tetapi hanya melahirkan ‘tempat’ dimana Allah diam
/ tinggal.
Ajaran
ini dikecam oleh Sidang gereja di kota Efesus pada tahun 431 Masehi, yang
sekaligus mempertahankan istilah ‘Bunda Allah’ untuk Maria.
Catatan:
Perlu ditekankan bahwa istilah ‘bunda Allah’ itu dipertahankan oleh sidang
gereja di Efesus itu, bukan
untuk meninggikan / memuliakan Maria,
tetapi untuk menunjukkan persatuan yang tidak
terpisahkan antara hakekat ilahi dan hakekat manusia dalam diri Kristus.
Jadi
kalau setelah itu gereja Roma Katolik menggunakan istilah ‘bunda Allah’
itu untuk
meninggikan / memuliakan Maria, maka
itu adalah sesuatu yang salah, yang sama sekali tidak dimaksudkan oleh sidang
gereja di Efesus itu.
4)
Eutychianism.
Ajaran
ini mendapat namanya dari tokohnya yang bernama Eutyches,
yang artinya adalah the
Fortunate [= si untung / mujur]. Para
penentangnya mengatakan bahwa ia seharusnya dinamakan Atyches
yang berarti the
Unfortunate [= si sial].
Ajaran
ini mengatakan bahwa pada saat inkarnasi, divine
nature / hakekat ilahi menghisap / menyerap (absorb)
human nature / hakekat manusia,
sehingga Kristus hanya mempunyai 1 nature
/ hakekat saja, yaitu divine nature
/ hakekat ilahi.
Eutyches
ini mempunyai teman-teman yang berkuasa sehingga akhirnya dalam Sidang gereja di
kota Efesus pada tahun 449 Masehi ada ancaman dan siksaan terhadap para
penentangnya, sehingga para penentangnya tidak berani berkata apa-apa. Akhirnya
Sidang gereja ini justru membela ajaran sesat ini, dan sidang ini dikenal dengan
nama The
Council of Robbers [= Sidang gereja para
perampok].
Baru
pada tahun 451 Masehi Sidang gereja di kota Chalcedon
mengecam ajaran ini, dan sekaligus menciptakan Chalcedonian Creed
[= Pengakuan Iman Chalcedon].
5)
Monophysitism.
Istilah
Monophysitism berasal dari kata bahasa Yunani MONO, yang berarti ‘alone’
[= sendiri] atau ‘one’ [=
satu], dan PHUSIS yang berarti ‘nature /
essence’ [= hakekat].
Mereka
beranggapan bahwa ajaran tentang adanya 2 natures
/ hakekat (seperti yang dinyatakan oleh Chalcedonian
Creed) dalam diri Kristus tidak bisa tidak akan menyebabkan adanya 2
pribadi dalam diri Kristus, seperti yang diajarkan Nestorianism. Karena itu
maka mereka mengajar bahwa Kristus hanya mempunyai 1 nature
/ hakekat saja, yang bukan divine /
ilahi maupun human / manusia, tetapi
kedua-duanya (both divine and human).
Ajaran
ini dikecam oleh Sidang gereja di Constantinople pada tahun 553 Masehi.
6)
Monothelitism.
Ajaran
ini mengatakan bahwa Kristus mempunyai 2 natures
/ hakekat, yaitu divine / ilahi dan human / manusia, tetapi hanya 1
kehendak (Yunani: THELEMA) yang adalah divine
- human / ilahi - manusia (campuran).
Ajaran
ini dikecam oleh Sidang gereja di kota Constantinople pada tahun 680 / 681
Masehi.
Bahwa
dalam Kristologi ada begitu banyak ajaran sesat yang muncul, menunjukkan
betapa pentingnya pengertian tentang Kristologi ini. Kalau ini bukan sesuatu
yang penting untuk iman kita, setan tidak akan menyerangnya dengan menggunakan
begitu banyak ajaran sesat.
Kalau
kita melihat dalam scope / ruang
lingkup yang lebih luas, maka kita bisa melihat bahwa dalam dunia ini agama
yang mempunyai paling banyak aliran (baik yang termasuk aliran yang benar
maupun yang sesat), adalah agama kristen. Semua agama yang lain
hanya mempunyai sedikit / beberapa aliran saja, tetapi kristen mempunyai
puluhan atau mungkin ratusan aliran. Orang sering meninjau hal ini secara negatif dengan menganggap ini
sebagai hal yang jelek. Tetapi sebetulnya hal ini bisa ditinjau secara positif, yaitu dengan
menyadari bahwa setan tentu paling senang untuk menyerang ajaran yang benar /
membawa keselamatan. Kalau suatu ajaran / agama adalah salah / tidak membawa
keselamatan, untuk apa setan menyerangnya lagi?
Karena
itu, adanya banyak aliran dan penyesatan dalam kekristenan seharusnya justru
membuat kita makin sungguh-sungguh dalam mengikut Kristus dan mempelajari
kekristenan.
Dan
secara sama, adanya banyak ajaran sesat dalam Kristologi seharusnya membuat
kita makin sungguh-sungguh dalam belajar Kristologi!
-o0o-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ