Eksposisi
Kisah Para Rasul
oleh:
Pdt. Budi Asali MDiv.
KISAH
PARA RASUL 8:26-40
I) Sida-sida dari Ethiopia.
Catatan:
sida-sida adalah pejabat istana yang dikebiri.
1) Ia beribadah di Yerusalem (ay 27b).
Jadi
mungkin ia adalah pengikut agama Yahudi dan ia tidak malu menunjukkan dirinya
sebagai penganut agama itu.
2) Ia
membaca Kitab Suci (ay 28).
Banyak
orang kristen tidak membawa Kitab Sucinya kalau bepergian, apalagi membacanya
dalam perjalanan. Tetapi orang ini membaca Kitab Suci dalam perjalanan.
Kerinduan / cintanya akan Kitab Suci adalah sesuatu yang harus kita tiru.
Penerapan:
Rajinlah bersaat teduh, baik pada saat saudara ada di rumah maupun
pada waktu saudara bepergian.
3) Ia
tidak mengerti apa yang ia baca (ay 31), tetapi ia toh membaca terus.
Ini
menunjukkan bahwa ia mempunyai ketekunan. Ada banyak orang yang berhenti membaca
Kitab Suci dengan alasan bahwa mereka sudah membaca dan mereka tidak mengerti.
Memang dalam Kitab Suci ada bagian-bagian yang sukar dimengerti, tetapi ada juga
bagian-bagian yang mudah dimengerti. Kita harus terus membaca sekalipun ada
bagian-bagian yang tidak kita mengerti, karena pada saat kita membaca
bagian-bagian yang mudah, kita bisa mengerti dan itu bisa berguna bagi kita.
4) Ia
mempunyai keinginan untuk mengerti Kitab Suci (ay 31).
Banyak
orang tidak ingin mengerti Kitab Suci. Mereka hanya ingin mendengar kata-kata
Pendeta / pengkhotbah, tetapi Kitab Sucinya sendiri tidak mereka pedulikan. Atau
mereka hanya ingin tahu tentang topik-topik tertentu saja, tetapi mereka tidak
ingin mengerti arti dari ayat-ayat Kitab Suci. Lebih-lebih mereka tidak ingin
tahu bagaimana ayat-ayat yang kelihatannya bertentangan bisa diharmoniskan. Ini
sikap yang salah! Orang kristen harus mermpunyai keinginan untuk mengerti Kitab
Suci!
5) Sekalipun ia adalah seorang pejabat, tetapi ia mempunyai
kerendahan hati, yang ditunjukkannya dengan:
a) Mau mengakui bahwa ia tidak mengerti (ay 31).
Merasa
tidak mengerti, atau merasa butuh tambahan pengertian, adalah sesuatu yang
sangat penting kalau saudara memang mau tumbuh dalam iman. Perasaan ini biasanya
ada dalam diri orang kristen yang masih baru, tetapi seringkali hilang setelah
orang itu mulai banyak mengerti Kitab Suci.
Tetapi,
begitu seseorang merasa sudah mengerti, atau sudah cukup mengerti sehingga tidak
membutuhkan tambahan pengertian, maka pasti orang itu tidak akan bertambah maju
dalam pengertian. Hal ini sebetulnya berlaku bukan hanya terhadap Kitab Suci
secara keseluruhan, tetapi juga terhadap topik-topik tertentu.
Kalau
saya mempelajari topik tertentu misalnya Predestinasi, maka saya mempunyai
perhatian khusus tentang bagian yang tidak saya mengerti, misalnya adanya
serangan yang tidak bisa saya jawab. Tetapi kalau semua itu sudah beres, saya
tetap mempelajarinya melalui buku-buku yang ada karena saya berpikir mungkin
masih ada hal-hal tentang Predestinasi yang sama sekali belum saya ketahui.
b)
Tidak malu diajar orang lain, yang bahkan tidak ia kenal (ay 31,34).
Kitab
Suci memang perlu diberi penjelasan (Neh 8:9) dan Tuhan mempunyai anak-anak yang
Ia beri karunia pengajaran (Ro 12:7b Ef 4:11-12). Karena itu, kitapun harus mau
menerima pengajaran Kitab Suci dari hamba-hamba Tuhan yang memang dipakai oleh
Tuhan untuk mengajarkan Kitab Suci.
II) Filipus
memberitakan Injil kepada sida-sida.
1) Filipus mendapat pimpinan Tuhan (ay 26).
‘Jalan
sunyi’ (ay 26) seharusnya adalah ‘padang pasir’. Jadi, Filipus disuruh
meninggalkan orang-orang Samaria yang sudah bertobat karena penginjilan yang ia
lakukan (8:4-25), lalu pergi ke padang pasir, dimana pasti tidak banyak
manusianya. Ini menunjukkan bahwa pimpinan Tuhan sering tidak cocok dengan
logika / pemikiran kita (Yes 55:8-9). Tetapi Filipus taat (ay 26).
2) Tuhan memberi pimpinan lagi (ay 29).
Ketaatan
Filipus dalam ay 26 menyebabkan Tuhan memberikan pimpinan lagi. Memang kalau
kita mau taat, Tuhan akan mempimpin terus / lagi. Sebaliknya kalau kita mendapat
pimpinan Tuhan dan kita tidak mau taat, maka lambat atau cepat Tuhan akan
berhenti memimpin kita.
Dan sekarang dalam ay 29 terlihat bahwa pimpinan Tuhan dalam ay 26
tadi tidak ngawur, dan ketaatan Filipus tidaklah sia-sia. Memang ketaatan kepada
Tuhan tidak pernah sia-sia.
3)
Filipus memberitakan Injil kepada sida-sida (ay 32-35).
Ay
32-33 adalah kutipan dari Yes 53:7b-8a versi Septuaginta / LXX (Perjanjian Lama
yang sudah diterjemahkan ke bahasa Yunani). Perhatikan bahwa ada perbedaan
menyolok antara versi Ibrani dan versi Yunani.
Ay
32-33 - "Seperti seekor domba Ia dibawa
ke pembantaian; dan seperti anak domba yang kelu di depan orang yang menggunting
bulunya, demikianlah Ia tidak membuka mulutNya. Dalam kehinaanNya
berlangsunglah hukumanNya; siapakah yang akan menceritakan asal usulNya? Sebab
nyawaNya diambil dari bumi".
Yes 53:7b-8a - "seperti
anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan
orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya. Sesudah
penahanan dan penghukuman ia terambil, dan tentang nasibnya siapakah yang
memikirkannya? Sungguh, ia terputus dari negeri orang-orang hidup".
Sida-sida itu bertanya kepada Filipus: "Aku
bertanya kepadamu, tentang siapakah nabi berkata demikian? Tentang dirinya
sendiri atau tentang orang lain?"
(ay 34). Sebetulnya pada waktu menjawab pertanyaan itu, Filipus bisa saja:
a) Hanya menjelaskan pertanyaan itu dan tidak memberitakan Injil.
Misalnya
dengan berkata: ‘O nabi itu berkata demikian tentang dirinya sendiri’. Atau
‘O nabi itu berkata demikian tentang Yesus / Mesias’.
b)
Menjelaskan bahwa LXX / Septuaginta itu salah terjemahan.
Tetapi bukan itu yang dilakukan oleh Filipus. Ia tahu bahwa
sida-sida itu belum percaya, dan yang terpenting baginya adalah Injil. Jadi, ia
memakai pertanyaan sida-sida dan Yes 53:7-8 itu hanya sebagai batu loncatan
untuk memberitakan Injil kepadanya (ay 35).
Penerapan:
Pada
waktu saudara ditanyai oleh orang yang belum percaya, baik dia itu
kristen KTP atau kafir total, jangan asal menjawab. Berusahalah untuk
memberitakan Injil.
Misalnya:
Dengan demikian saudara memang tidak menjawab pertanyaannya
sepenuhnya, karena saudara mengabaikan Roh Kudus sebagai pribadi ke 3 dari Allah
Tritunggal, tetapi saudara memberitakan Injil kepada dia. Pikirkan: apa gunanya
doktrin Allah Tritunggal bagi orang yang belum percaya? Yang ia butuhkan adalah
Injil, bukan doktrin Allah Tritunggal!
III) Baptisan
terhadap sida-sida.
1) Sida-sida itu minta dibaptis (ay 36).
a) Perhatikan bahwa bukan Filipus yang mendesak dia untuk dibaptis.
Ada
banyak orang yang senang mendesak orang lain untuk dibaptis. Sikap ini
menunjukkan kurangnya pengertian tentang baptisan, iman dan keselamatan. Kalau
baptisan memang bisa menyelamatkan, maka tentu kita harus mendorong seadanya
orang untuk dibaptis. Tetapi karena yang menyebabkan seseorang selamat itu
adalah imannya kepada Kristus, maka kita hanya perlu memberitakan Injil. Kalau
ia menerima penginjilan itu, baru kita menjelaskan mengapa ia harus dibaptis.
Tetapi kita tidak perlu mendesaknya untuk dibaptis. Kalau ia betul-betul
percaya, ia pasti akan mau sendiri sekalipun tidak didesak!
b) Sida-sida itu sendiri yang minta dibaptis (ay 36) dan ini
merupakan sesuatu yang baik karena:
2) Filipus membaptis sida-sida (ay 37-38).
Penjelasan
tentang ay 37:
Karena itu harus disimpulkan bahwa ay 37 itu tidak ada dalam
manuscript asli / autograph.
Jadi,
tidak ada jawaban dari Filipus yang ditulis di sini. Tetapi yang jelas Filipus
tidak berkeberatan apa-apa untuk membaptis (ay 38). Andaikata Filipus adalah
orang jaman sekarang, mungkin ia akan keberatan membaptis, dengan alasan:
Tetapi Filipus tidak menyatakan keberatan seperti itu. Tanpa banyak
bicara, Filipus membaptis sida-sida itu.
3)
Apakah baptisan di sini adalah baptisan selam?
Untuk
menjawab pertanyaan ini ada beberapa hal yang harus kita pelajari.
a) Kata-kata ‘ada air’ (ay 36).
Kata-kata
‘ada air’ ini dalam bahasa Yunaninya adalah TI HUDOR. HUDOR artinya
‘air’; sedangkan TI bisa berarti ‘a
certain’ (= tertentu) seperti dalam KJV, atau ‘some’
(= sedikit). Kalau bagian ini diartikan ‘some
water’ (= sedikit air),
jelas menunjuk pada air yang cuma sedikit, sehingga tidak memungkinkan baptisan
selam.
Charles
Hodge:
"He was
travelling through a desert part of the country towards Gaza, when Philip joined
him, ‘And as they went on their way they came unto a certain water (EPI TI
HUDOR, to some water)’. There is no known stream in that region of
sufficient depth to allow of the immersion of a man"
[= Ia sedang bepergian melalui bagian padang pasir dari negara itu menuju Gaza,
ketika Filipus bergabung dengannya, ‘Dan ketika mereka melanjutkan perjalanan
mereka mereka sampai pada air tertentu (EPI TI HUDOR, kepada sedikit air)’. Di
daerah itu tidak diketahui adanya sungai dengan kedalaman yang cukup untuk
memungkinkan penyelaman seorang manusia]
- ‘Systematic Theology’, vol III, hal 535.
b)
Sekarang kita perhatikan ay 38-39.
Ay 38:
‘turun ke dalam air’ (NIV: ‘went into the water’).
Ay 39:
‘keluar dari air’ (NIV: ‘came up out of the water’).
Dilihat
sepintas, rasanya hal ini mendukung baptisan selam. Tetapi mari kita pelajari
secara lebih seksama.
Ada 2
kemungkinan menafsirkan istilah ‘turun ke dalam air’ dan ‘keluar dari
air’ ini. Pertama, sida-sida itu betul-betul direndam seluruhnya dalam air,
lalu keluar dari air. Kedua, ia masuk ke dalam air, tetapi hanya sampai sebatas
kaki / paha, lalu keluar dari air.
Orang yang pro baptisan selam tentu senang dengan kemungkinan yang
pertama, tetapi kemungkinan pertama ini justru tidak mungkin, karena ay 38
berkata ‘keduanya turun ke dalam
air, baik Filipus maupun sida-sida itu’
dan ay 39 berkata ‘mereka keluar
dari air’. Jadi kalau
ay 38-39 diartikan bahwa sida-sida itu diselam / direndam total, maka itu juga
harus berlaku untuk Filipus sebagai orang yang membaptis, dan ini jelas tidak
mungkin (bisakah saudara bayangkan bahwa baik yang dibaptis maupun yang
membaptis sama-sama ‘selulup’ di dalam air?).
Karena itu, yang benar pasti adalah kemungkinan yang kedua, yaitu
mereka berdua masuk ke dalam air, tetapi air hanya merendam mereka sebatas betis
atau paha, dan Filipus lalu melakukan baptisan tuang atau percik, dan lalu
mereka berdua keluar dari air.
Kesimpulan:
Filipus
tidak membaptis sida-sida itu dengan baptisan selam! Mungkin dari seluruh Kitab
Suci, bagian ini adalah bagian yang paling menyolok dan kuat untuk menunjukkan
bahwa baptisan tidak harus dilakukan dengan penyelaman! Karena itu jangan
percaya omongan banyak orang yang berkata bahwa baptisan selam adalah
satu-satunya baptisan yang sah!
4) Setelah Baptisan.
a) Filipus dilarikan oleh Roh Kudus (ay 39) dan terus memberitakan
Injil mulai dari Asdod sampai Kaisarea (ay 40). Tidak heran dalam Kis 21:8
Filipus disebut ‘Pemberita Injil’. Maukah saudara memberitakan Injil seperti
Filipus?
b)
Sida-sida meneruskan perjalanan dengan sukacita (ay 39).
Orang
yang mau percaya kepada Kristus memang akan mendapatkan sukacita (bdk. Kis 16:34
Gal 5:22). Dan selanjutnya, makin seseorang taat, makin ia akan dipenuhi
sukacita dari Tuhan. Tetapi sebaliknya, orang yang tidak mau percaya kepada
Kristus, dan terus berbuat dosa, tidak akan pernah mendapat sukacita maupun
damai. Karena itu jangan terus ada di luar Kristus. Datanglah dan percayalah
kepada Kristus sebagai Juruselamat dan Tuhan saudara, dan sama seperti sida-sida
itu saudara akan bersukacita.
-AMIN-
Author : Pdt Budi Asali,M.Div
e-mail : [email protected]
e-mail us at
[email protected]
Base
URL http://www.golgothaministry.org